LARAS NURMUTTAQINA
Laras Nurmuttaqina
NIM H24154039
ii
iii
ABSTRAK
ABSTRACT
LARAS NURMUTTAQINA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Manajemen
Departemen Manajemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam
penelitian ini adalah pengukuran waktu baku dengan judul Studi Gerak,
Pemeliharaan Tempat Kerja dan Pengukuran Waktu Baku Bagian Pengupasan
Ubi di PT Galih Estetika Indonesia.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS
Dipl Ing DEA selaku pembimbing yang banyak memberikan motivasi dan saran
selama penulisan karya ilmiah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
orang tua dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada PT Galih Estetika Indonesia yang bersedia
dijadikan obyek penelitian bagi penulis. Di samping itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen (PSAJM) Angkatan 13 atas bantuan, dukungan, dan saran dalam
penulisan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Laras Nurmuttaqina
x
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Faktor kelonggaran 31
2 Struktur organisasi PT Galih Estetika Indonesia 32
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
2600000
2 196 033
2200000
2100000
2 051 046
2000000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
110000
100 982.7
100000 95 073.5
90000
83 126
80 908.5
80000
70279.5
70000 66 375
65 274.5
60000
50000
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
nyaman dalam bekerja (Kartika dan Hastuti 2009). Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu,
Shitsuke (5S) digunakan untuk menata lingkungan kerja, membuat standar, dan
untuk meningkatkan kedisiplinan pekerja dalam bekerja. Tidak adanya pemilihan
antara barang-barang yang masih terpakai dan yang tidak terpakai akan
mengurangi produktivitas kerja para karyawan karena mereka harus memilih
kembali barang-barang yang seharusnya tidak terpakai. Masalah penataan ruang
dan alat produksi juga menjadi hal penting karena bila penataan tidak dilakukan
dengan mengikuti aturan-aturan penataan yang akan berpengaruh pada kegiatan
kerja para karyawan, yang akhirnya akan berujung pada hasil produksi perusahaan
(Hartono dan Sutantyo 2008).
Keuntungan adanya waktu kerja yang distandarkan akan meningkatkan
produktifitas bagi pekerjaan masih dilakukan secara manual dan perhitungan
waktu baku dilakukan untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang optimal.
Operasi suatu perusahaan disebut efisien didasarkan atas lama waktu untuk
membuat suatu produk. Pengukuran kerja adalah salah satu cara untuk
mengetahui efisien, efektif, dan produktif diperlukan untuk suatu kegiatan
(Oktavia 2014). Pengupasan ubi di PT Galih Estetika Indonesia menggunakan
pisau besar dan pisau kecil. Pisau besar mempunyai panjang 10 cm dan lebar 5
cm, sedangkan pisau kecil mempunyai panjang 8 cm dan lebar 3 cm. Hal inilah
yang menjadi pertimbangan melakukan penelitian membandingkan mengupas ubi
menggunakan pisau besar dan pisau kecil, penelitian ini mengenai Studi Gerak,
Pemeliharaan Tempat Kerja dan Pengukuran Waktu Baku Bagian Pengupasan
Ubi di PT Galih Estetika Indonesia.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup
TINJAUAN PUSTAKA
Peta Kerja
Transportasi Obyek mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari
operasi.
Menunggu (Delay) Material, benda kerja, ataupun pekerja dalam kondisi berhenti dan tidak
terjadi kegiatan apapun menunggu.
Aktivitas ganda Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan
dilakukan bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.
Studi Gerak
Pengukuran waktu (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk
menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh pekerja untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan pada kecepatan kerja yang normal dan dalam
lingkungan kerja yang terbaik. Penetapan waktu baku melibatkan faktor
kelelahan, pekerja, dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (Novistiara
2014).
Menurut Wignjosoebroto (2003), ada berbagai macam cara untuk mengukur
dan menetapkan waktu standar. Penetapan waktu standar dilaksanakan dengan
cara pengukuran kerja seperti stopwatch time study, sampling kerja (work
sampling), standard data, predetermined motion time sysytem. Stopwatch time
study dan sampling kerja adalah pengukuran kerja secara langsung.
Jika pekerjaan yang akan diukur telah dipilih maka penelitian waktu
biasanya terdiri dari 8 langkah berikut ini (ILO 1983) :
1. Mengumpul dan mencatat semua keterangan yang dapat diperoleh dari
pekerjaan, pekerja, dan lingkungan yang akan memengaruhi suatu kegiatan
2. Membuat uraian lengkap mengenai metode dengan merinci kegiatan
kedalam unsur-unsur kegiatan
3. Mempelajari rincian kegiatan untuk memastikan metode dan gerakan efektif
4. Mengukur menggunakan stopwatch dan mencatat waktu yang diperlukan
oleh pekerja dalam setiap unsur kegiatan
5. Menetapkan waktu yang diamati untuk waktu normal
6. Menetapkan kelonggaran yang harus diberikan melewati dan melebihi
waktu normal kegiatan
7. Menetapkan waktu standar untuk kegiatan.
Penelitian Terdahulu
METODE
PT GEI sebagai pengolah dan pengekspor pasta ubi, pada bulan Juli 2017
PT GEI menambah pekerja di bagian pengupasan ubi karena adanya peningkatan
9
Tahapan Penelitian
∑xi
Perhitungan waktu siklus =
N
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara
langsung yang meliputi proses produksi, pengukuran dan pencatatan data. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur, dan dokumen perusahaan.
Studi literatur digunakan untuk referensi yang digunakan dalam penyusunan hasil
akhir penelitian yang berasal dari sumber bacaan yang relevan dan berkaitan
dengan studi gerak, pemeliharaan tempat kerja, dan pengukuran waktu baku.
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, yaitu :
1. Wawancara merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi, dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak terkait mengenai
gambaran umum tempat penelitian dan tentang kegiatan proses produksi.
2. Studi pustaka digunakan untuk referensi yang digunakan dalam penyusunan
laporan tugas akhir yang berasal dari sumber bacaan relevan dan berkaitan
dengan studi gerak, pemeliharaan tempat kerja, dan pengukuran waktu
baku.
Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi (Akbar dan Herodian 2011) :
1. Lembar pengamatan digunakan untuk mencatat hasil pengamatan
pengukuran waktu kerja
2. Stopwatch untuk mengukur waktu kerja
Data yang diperoleh dari pengukuran kerja menggunakan metode jam henti
(stopwatch), kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data waktu untuk
memperoleh waktu baku pekerja melakukan pekerjaan. Menurut Sutalaksana et al
(2006), dalam melakukan pengukuran waktu baku dilakukan pengukuran
pendahuluan. Pengukuran tahap pertama dilakukan dengan melakukan beberapa
pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur. Setelah pengukuran tahap
pertama dijalankan maka, tiga hal yang harus mengikutinya adalah menguji
keseragaman data, menghitung jumlah pengukuran yang diperlukan, dan bila
jumlah pengukuran belum mencukupi dilanjutkan dengan pengukuran
pendahuluan tahap kedua, serta seterusnya sampai jumlah keseluruhan
pengukuran mencukupi untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang
dikehendaki. Proses hasil pengukuran dilakukan dengan langkah-langkah berikut
(Sutalaksana et al 2006) :
1. Kelompokkan harga dari data pengukuran pendahuluan ke dalam subgrup-
subgrup yang masing-masing berisi data pengukuran yang diperoleh secara
berturut-turut dan hitung nilai rataan.
12
̿𝑋 = ∑ 𝑋𝑖 ......................................................................................................(1)
𝑘
2
∑(𝑋𝑗−𝑋̿ )
𝜎=√ ............................................................................................(2)
𝑁−1
∑xi
Ws = ....................................................................................................(7)
N
a. Keterampilan (skill)
Keterampilan (skill) merupakan kemampuan mengikuti cara kerja yang
ditetapkan. Penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas yaitu
super skill, excellent skill, good skill, average skill, fair skill, dan poor
skill. Kelas tersebut berdasarkan gerakan yang dilakukan, perencanaan
apa yang akan dikerjakan, dan pemeriksaan pada pekerjaan.
b. Usaha (Effort)
Usaha (effort) adalah kesungguhan yang ditunjukan atau yang diberikan
operator ketika melakukan pekerjaanya berdasarkan kecepatan dalam
15
bekerja. Enam kelas usaha yaitu excessive effort, excellent effort, good
efort, average effort, fair effort, dan poor efort.
c. Kondisi kerja (Condition)
Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan
pencahayaan, suhu, dan kebisingan ruang. Kondisi kerja merupakan
sesuatu di luar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa
banyak kemampuan mengubahnya. Oleh sebab itu, faktor kondisi sering
disebut sebagai faktor manajemen, karena pihak inilah yang dapat dan
berwenang mengubah atau memperbaikinya. Kondisi kerja dibagi
menjadi enam kelas, yaitu ideal, excellent, good, average, fair, dan poor.
Pada dasarnya kondisi ideal adalah kondisi yang paling cocok untuk
pekerjaan bersangkutan, yaitu memungkinkan performance maksimal
dari pekerja. Sebaliknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang
tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan menghambat pencapaian
performance yang baik.
d. Konsistensi (Consistency)
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah konsistensi faktor ini perlu
diperhatikan karena pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang
dicatat tidak pernah semuanya sama. Waktu penyelesaian yang
ditunjukkan pekerjaan selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus
lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Konsistensi dibagi
menjadi enam kelas yaitu perfect, excellent, good, average, fair, dan
poor.
Penyesuaian (p) = 1 + (Penyesuaian)
Hitung waktu normal, yaitu dengan rumus :
𝑊𝑛 = 𝑊𝑠 × 𝑝..............................................................................................(8)
make to order, produk yang sudah selesai diproduksi disimpan di dalam container
yang nantinya akan dikirimkan ke customer. Proses pembuatan pasta ubi dimulai
dari penerimaan ubi kemudian ubi di sortasi untuk menghilangkan ubi yang
terkena lanas dan ubi yang busuk. Sortasi bertujuan untuk memisahkan ubi sesuai
dengan ukurannya. Setelah ubi di kukus/bakar selanjutnya ubi dikupas secara
manual karena pengupasan secara manual dapat mengurangi tingkat kehilangan
karena dapat dikontrol oleh pekerja. Tahapan terakhir dalam proses produksi pasta
ubi yaitu packing outer adalah mengemas pasta ubi kedalam kardus kemudian
kardus tersebut disimpan sebelum pasta tersebut dikirim. Tahapan proses produksi
pasta ubi dapat dilihat pada peta proses operasi yang digunakan untuk
memudahkan memahami proses produksi pasta ubi di PT GEI dapat dilihat pada
Gambar 6.
Studi Gerak
Proses produksi pasta ubi yang diteliti studi geraknya, yaitu pada bagian
pengupas ubi. Gerakan tersebut dimulai dari mengambil pisau dan diakhir dengan
meletakkan ubi di dalam keranjang. Gerakan yang efektif dapat dilihat dari peta
tangan kiri dan tangan kanan. Peta tangan kiri dan tangan kanan proses pembuatan
pasta ubi pada bagian pengupasan ubi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Peta tangan kiri dan tangan kanan bagian pengupasan ubi
Tangan Kanan Tangan Kiri
Langkah Nama Lambang Langkah Nama Lambang
Therblig Therblig Therblig Therblig
Menjangkau Menjangkau RE Menjangkau Menjangkau RE
pisau ubi
Memegang Memegang G Memegang Memegang G
pisau ubi
Membawa Membawa TL Membawa Membawa TL
pisau dengan beban ubi dengan beban
Mengarahkan Mengarahkan P
pisau
Mengupas ubi Memakai U Menaruh ubi Melepas RL
di keranjang
Gerakan yang dilakukan saat proses pengupasan ubi sudah efektif karena
gerakan yang ditunjukkan pada Tabel 5 merupakan gerakan dasar yang berkaitan
dengan penyelesaian pekerjaan. Gerakan yang efektif yaitu menjangkau,
memegang, membawa, menggarahkan, memakai, dan melepas. Sebaiknya pekerja
menjangkau ubi yang terdekat dengannya terlebih dahulu sehingga tidak terjadi
penumpukkan ubi.
Mengupas ubi dimulai dari ubi yang sudah dibakar atau dikukus diberikan
kepada bagian proses pengupasan, kemudian para pekerja pria meletakkan ubi
diatas meja dan pekerja wanita mengupas ubi. Ubi yang sudah dikupas
dikumpulkan dalam keranjang, kemudian keranjang tersebut di timbang, satu
keranjang memiliki berat 10 kg. Setelah berat keranjang sudah mencukupi 10 kg,
maka keranjang tersebut di pindahkan untuk dilakukan proses berikutnya, yaitu
checking dan potong. Proses produksi pembuatan pasta ubi pada bagian kupas ubi
belum menerapkan metode kerja 5S, Tabel 6 merupakan penerapan 5S pada
bagian pengupasan ubi.
21
Dari hasil perhitungan sub grup didapatkan waktu rataan sub grup sebesar
13.24 detik dengan simpangan baku dari waktu penyelesaian dan simpangan baku
rataan sub grup sebesar 1.26 detik dan 0.63 detik. Setelah mendapatkan
simpangan baku sub grup selanjutnya menghitung batas kendali atas dan batas
kendali bawah dan didapat yang bertujuan untuk melihat apakah data yang
dirataan sub grup berada dalam batas kendali. Nilai masing-masing batas kendali
atas dan batas kendali bawah sebesar 15.12 detik dan 11.35 detik. Grafik BKA
BKB dapat dilihat pada Gambar 7.
16
15.12 15.12 15.12 15.12
15
14
10
sub grup 1 sub grup 2 sub grup 3 sub grup 4
sub grup
Grafik BKA dan BKB menjelaskan bahwa data rataan subgrup masih
berada di dalam batas kendali atas dan batas kendali bawah. Hal ini menunjukkan
bahwa operator masih bekerja dalam batas wajar karena tidak melebihi batas
kendali atas dan batas kendali bawah. Setelah mendapatkan batas kendali atas dan
batas kendali bawah selanjutnya menghitung banyaknya data pengukuran yang
diperlukan. Banyaknya pengukuran untuk menghitung waktu baku sudah cukup
karena N’ didapat 12.34 atau sebanyak 12 data lebih kecil daripada N sebesar 16
data.
Langkah selanjutnya yaitu menghitung waktu siklus bertujuan untuk
mendapatkan waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran dan didapatkan
waktu siklus 13.24 detik. Setelah mendapatkan waktu siklus, maka dilakukan
23
Tabel 9 Faktor kelonggaran pengupasan ubi menggunakan pisau besar dan pisau
kecil
Faktor Penyesuaian (%)
Tenaga yang dikeluarkan : sangat 6
ringan
Sikap kerja : duduk 1
Gerakan kerja : normal 0
Kelelahan mata : pandangan terus 12
menerus dengan fokus berubah ubah
Keadaan temperatur tampat kerja : 3
sedang
Keadaan atmosfer : baik 0
Keadaan lingkungan : bersih, sehat, 0
cerah dengan kebisingan rendah
Kebutuhan pribadi : wanita 2
Kelonggaran tak terhindarkan 5
Jumlah 29
24
Nilai kelonggaran yang didapat 29%, maka waktu baku yang didapat untuk
mengupas ubi menggunakan pisau besar sebesar 20.14 detik. Selanjutnya yaitu
menghitung waktu baku mengupas ubi menggunakan pisau kecil. Waktu
penyelesaian pengupasan ubi menggunakan pisau kecil dikelompokkan ke dalam
sub grup, Tabel 10 menunjukkan waktu penyelesaian mengupas ubi menggunakan
pisau kecil.
Dari hasil perhitungan sub grup didapatkan waktu rataan sub grup sebesar
32.28 detik dengan simpangan baku dari waktu penyelesaian dan simpangan baku
rataan sub grup sebesar 2.88 detik dan 1.44 detik. Setelah mendapatkan
simpangan baku sub grup selanjutnya menghitung batas kendali atas dan batas
kendali bawah dan didapat yang bertujuan untuk melihat apakah data yang
dirataan sub grup berada dalam batas kendali. Nilai masing-masing batas kendali
atas dan batas kendali bawah sebesar 36.60 detik dan 27.96 detik. Grafik BKA
BKB dapat dilihat pada Gambar 8.
Grafik BKA dan BKB menjelaskan bahwa data rataan sub grup masih
berada di dalam batas kendali atas dan batas kendali bawah. Hal ini menunjukkan
bahwa operator masih bekerja dalam batas wajar karena tidak melebihi batas
kendali atas dan batas kendali bawah. Setelah mendapatkan batas kendali atas dan
batas kendali bawah selanjutnya menghitung banyaknya data pengukuran yang
diperlukan. Banyaknya pengukuran untuk menghitung waktu baku sudah cukup
25
karena N’ didapat 11.95 atau sebanyak 12 data lebih kecil daripada N sebesar 16
data.
Langkah selanjutnya yaitu menghitung waktu siklus bertujuan untuk
mendapatkan waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran dan didapatkan
waktu siklus 32.29 detik. Setelah mendapatkan waktu siklus, maka dilakukan
perhitungan yang memperhatikan cara kerja pekerja dengan metode
Westinghouse. Tabel penyesuaian menurut Westinghouse mengupas ubi
menggunakan pisau besar dan pisau kecil dapat dilihat pada Tabel 8. Waktu
normal yang didapat sebesar 34.87 detik dengan faktor penyesuaian sebesar 1.08.
Setelah mengetahui waktu normal dilakukan perhitungan watu baku, faktor
kelonggaran mengupas ubi menggunakan pisau besar dan pisau kecil dapat dilihat
pada Tabel 9. Nilai kelonggaran yang didapat 29%, maka waktu baku yang
didapat untuk mengupas ubi menggunakan pisau kecil sebesar 49.11 detik. Tabel
11 menunjukkan perbandingan waktu siklus, waktu normal, dan waktu mengupas
ubi menggunakan pisau besar dan pisau kecil.
Tabel 11 Perbandingan waktu mengupas ubi menggunakan pisau besar dan pisau
kecil
Pisau besar Pisau kecil
Waktu siklus (Ws) 13.24 32.29
Waktu normal (Wn) 14.30 34.87
Waktu baku (Wb) 20.14 49.11
Implikasi Manajerial
Pada bulan Juli 2017 PT GEI menambah pekerja di bagian pengupasan ubi
karena terdapat penambahan target hasil pengupasan ubi yang semula 2 000 kg
menjadi 3 000 kg setiap harinya. Terdapat penambahan 4 pekerja yang semula
berjumlah 18 pekerja menjadi 22 pekerja, pekerja yang baru masuk mengupas ubi
menggunakan pisau kecil sehingga waktu pengupasan ubi menjadi 49.81 detik
sedangkan pekerja yang mengupas ubi menggunakan pisau besar memerlukan
waktu 20.44 detik. Ketika pekerja mengupas ubi menggunakan pisau besar hasil
ubi yang dikupas sebanyak 2 219.4 kg sedangkan keika mengupas menggunakan
pisau kecil hasil yang didaptkan sebanyak 2 421.8 kg sehingga target ubi yang
dikupas sebanyak 3 000 kg kurang 19.27%. Hal ini menunjukkan bahwa
seharusnya pekerja menggunakan pisau besar untuk mengupas ubi supaya waktu
yang dibutuhkan untuk mengupas bisa lebih cepat sehingga hasil ubi yang dikupas
lebih banyak daripada menggunakan pisau kecil.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha A. 2015. Aplikasi Teknik Tata Cara Kerja dalam Penentuan Waktu
Standar pada Lini Pengemasan di PT X [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Akbar MT, Herodian S. 2011. Studi Gerak dan Waktu pada Proses Penggilingan
Padi Skala Besar dan Kecil. Prosiding Seminar Nasional Perteta [prosiding].
[diunduh 2017 April 16]; 885-894. Tersedia pada http://repository.ipb.ac.id
Alifia. 2015. Studi Gerak dan Pengukuran Waktu Standar Bagian Pengemasan di
PT XYZ [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Data Produksi Ubi di Indonesia [Internet].
[diunduh 2017 Oktober 24]. Tersedia pada www.bps.go.id
Bestari LR.2010. Analisis Strategi Pemasaran Pasta Ubi Jalar PT Galih Estetika
Kuningan, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hartono G, Sutantyo FA. 2008. Implementasi Prinsip Kerja 5S pada Bagian
Pabrikasi I untuk Meningkatkan Efisiensi Waktu Produksi. Jurnal Teknik
Industri [Jurnal]. [diunduh 2017 Mei 2]; 9(2): 104-113. Tersedia pada
http://download.portalgaruda.org
Heizer J, Render B. 2009. Manajemen Operasi. Sungkono C, penerjemah. Jakarta
(ID): Salemba Empat.
Herjanto E. 2007. Manajemen Operasi Ed ke-3. Jakarta (ID): Gramedia
Widiasarana Indonesia.
[ILO] International Labour Office. 1983. Introduction of Work Study Revised
Edition. Diterjemahkan oleh: Wetik JL. Jakarta (ID): Erlangga.
Imai M. 1997. Gemba Kaizen: Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah pada
Manajemen. Jahja K, penerjemah. Jakarta (ID): PT Pustaka Binaman
Pressindo. Terjemahan dari: Gemba Kaizen: A Commonsense, Low-Cost
Approach to Management.
Juanda, Rozali ZL, Syahputra H. 2012. Standarisasi Waktu Kerja pada Unit
Pengolahan Kakao, Koperasi Rimbun, Pidie Jaya. Jurnal Teknik Pertanian
[Jurnal]. [diunduh 2017 Mei 2]; 5(2): 104-113. Tersedia pada
http://download.portalgaruda.org
Kartika H, Hastuti T. 2012. Analisis Pengaruh Sikap Kerja 5S dan Faktor
Penghambat Penerapan 5S Terhadap Efektivitas Kerja Departemen Produksi
di Perusahaan Sepatu. Jurnal Ilmiah [Jurnal]. [diunduh 2017 Juli 19]; 5(1)
47-54. ISSN: 2085-5869. Tersedia pada http://diglib.mercubuana.ac.id
28
LAMPIRAN
30
31
Direktur
Utama
Direktur
Marketing
General Staff
Kasir
Manager Marketing
Pengawas Pengawas
32
33
RIWAYAT HIDUP