Anda di halaman 1dari 47

STUDI GERAK, PEMELIHARAAN TEMPAT KERJA DAN

WAKTU BAKU BAGIAN PENGUPASAN UBI DI


PT GALIH ESTETIKA INDONESIA

LARAS NURMUTTAQINA

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Gerak,


Pemeliharaan Tempat Kerja dan Waktu Baku Bagian Pengupasan Ubi di PT Galih
Estetika Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2017

Laras Nurmuttaqina
NIM H24154039
ii
iii

ABSTRAK

LARAS NURMUTTAQINA. Studi Gerak, Pemeliharaan Tempat Kerja dan


Waktu Baku Bagian Pengupasan Ubi di PT Galih Estetika Indonesia. Dibimbing
oleh H. MUSA HUBEIS.

Penelitian dilakukan di PT Galih Estetika Indonesia yang merupakan


perusahaan yang menghasilkan pasta ubi. Tujuan penelitian menganalisis studi
gerak, pemeliharaan tempat kerja, dan mengukur waktu baku pada bagian
pengupasan ubi membandingkan mengupas ubi menggunakan pisau kecil dengan
mengupas ubi menggunakan pisau besar. Gerakan pengupasan ubi sudah baik,
karena gerakan yang dilakukan merupakan gerakan dasar yang berhubungan
dengan pekerjaan. Analisis pemeliharaan tempat kerja menggunakan penerapan
Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke (5S) bagian pengupasan ubi perlu
ditingkatkan, karena pekerja belum memiliki rasa disiplin diri dan lingkungan.
Hasil dari pengukuran waktu pengupasan ubi menggunakan pisau kecil selama
49.11 detik dan pisau besar selama 20.14 detik. Ketika pekerja mengupas ubi
menggunakan pisau besar hasil yang didapat 2 219.4 kg sedangkan menggunakan
pisau kecil hasil yang didapatkan 2 421.8 kg sehingga target ubi yang dikupas
semula 2 000 kg menjadi 3 000 kg kurang 19.27% untuk mencapainya.

Kata kunci : pemeliharaan tempat kerja, studi gerak, waktu baku

ABSTRACT

LARAS NURMUTTAQINA. Motion study, Maintenance of workplace and


Measurement Standart Time of Peels Section of Sweet Potato in PT Galih Estetika
Indonesia. Supervised by H. MUSA HUBEIS.

The research is carried out at PT Galih Estetika Indonesia which produces


sweet potatoes paste. The purposes of this research is to analyze the motion study,
maintenance of workplace, and to measure the standart time in production process
of sweet potatoes paste in the peeling section compares sweet potatoes using small
knives to big ones. The movement of peeling is good because it is standart
movement which has relationship with the work. Analysis maintenance of
workplace use Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke (5S) in peeling section still
needs an increase because the workers don’t have a high dicipline to make
becomes safe and comfortable. The result of measurement of the peeling using
small knives for 49.11 seconds. After an improvement using big knives the result
is 20.14 seconds. When workers using big knives that peels 2 219.4 kg while
using small knives peels 2 421.8 kg so the target of peels from 2 000 kg to 3 000
kg the target achieved less 19.27%.

Keywords : maintenance of workplace, motion study, standart time


iv
v

STUDI GERAK, PEMELIHARAAN TEMPAT KERJA DAN


WAKTU BAKU BAGIAN PENGUPASAN UBI DI
PT GALIH ESTETIKA INDONESIA

LARAS NURMUTTAQINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Manajemen
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
vi
viii
ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam
penelitian ini adalah pengukuran waktu baku dengan judul Studi Gerak,
Pemeliharaan Tempat Kerja dan Pengukuran Waktu Baku Bagian Pengupasan
Ubi di PT Galih Estetika Indonesia.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS
Dipl Ing DEA selaku pembimbing yang banyak memberikan motivasi dan saran
selama penulisan karya ilmiah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
orang tua dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada PT Galih Estetika Indonesia yang bersedia
dijadikan obyek penelitian bagi penulis. Di samping itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen (PSAJM) Angkatan 13 atas bantuan, dukungan, dan saran dalam
penulisan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Desember 2017

Laras Nurmuttaqina
x
iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iii


DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Peta Kerja 4
Studi Gerak 5
Pemeliharaan Tempat Kerja 6
Pengukuran Waktu Baku 7
Penelitian Terdahulu 7
METODE 8
Kerangka Pemikiran Penelitian 8
Tahapan Penelitian 9
Lokasi dan Waktu Penelitian 11
Pengumpulan Data 11
Pengolahan dan Analisis Data 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 16
Gambaran Umum PT Galih Estetika Indonesia 16
Proses Produksi Pasta Ubi 17
Studi Gerak 20
Penerapan Budaya Kerja 5S 20
Pengukuran Waktu Baku 21
Implikasi Manajerial 26
SIMPULAN DAN SARAN 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 29
RIWAYAT HIDUP 33
iv

DAFTAR TABEL

1 Presentase produktivitas ubi Kabupaten Kuningan terhadap Jawa Barat 1


2 Lambang yang digunakan pada peta kerja 5
3 Nama dan lambang gerakan menurut Therblig 6
4 Penyesuaian dengan Westinghouse 14
5 Peta tangan kiri dan tangan kanan bagian pengupasan ubi 20
6 Penerapan 5S bagian pengupasan ubi 21
7 Sub grup waktu pengupasan ubi menggunakan pisau besar 22
8 Penyesuaian pengupasan ubi menggunakan pisau besar dan pisau kecil
menurut Westinghouse 23
9 Faktor kelonggaran pengupasan menggunakan pisau besar dan pisau kecil 23
10 Sub grup pengupasan ubi menggunakan pisau kecil 24
11 Perbandingan waktu mengupas menggunakan pisau besar dan pisau kecil 25

DAFTAR GAMBAR

1 Produksi Ubi di Indonesia Tahun 2010-2015 1


2 Produksi pasta ubi PT Galih Estetika Indonesia Tahun 2016 2
3 Kerangka pemikiran penelitian 9
4 Tahapan penelitian 10
5 Produk yang dihasilkan PT Galih Estetika Indonesia 17
6 Peta proses operasi pembuatan pasta ubi 18
7 Grafik BKA BKB pengupasan ubi menggunakan pisau besar 22
8 Grafik BKA BKB pengupasan ubi menggunakan pisau kecil 24
9 Pisau besar dan pisau kecil 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Faktor kelonggaran 31
2 Struktur organisasi PT Galih Estetika Indonesia 32
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman pangan merupakan sektor penting karena menghasilkan bahan


pangan sebagai sumber energi bagi kehidupan manusia. Menurut Sasongko
(2009), ubi merupakan komoditas sumber karbohidrat utama setelah padi,
singkong, kentang, dan jagung. Selain itu, ubi merupakan makanan pokok
masyarakat Indonesia di bagian timur, ubi bisa dijadikan alternatif pengganti padi
dalam ketahanan pangan. Pertumbuhan ubi di Indonesia Tahun 2010-2015 dapat
dilihat pada Gambar 1.

2600000

2500000 2 483 460

2 386 729 2 382 658


2400000
2 297 643
2300000

2 196 033
2200000

2100000
2 051 046

2000000
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 1 Produksi Ubi di Indonesia Tahun 2010-2015


Sumber: www.bps.go.id (2016)

Produksi ubi di Indonesia setiap tahun mengalami fluktuasi. Produksi ubi di


Indonesia tertinggi pada Tahun 2012 sebesar 2 483 460 ton dan menurun pada
Tahun 2013 menjadi 2 386 729 ton menurun sebesar 3.90%. Menurut
Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2016), pada Tahun 2015 produksi ubi
tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat sebesar 456 176 ton, Provinsi Papua 446
925 ton, dan Provinsi Jawa Timur 350 516 ton. Hampir seluruh daerah di Jawa
Barat cocok untuk ditanami ubi. Pada Tabel 1 dapat dilihat presentase
produktivitas ubi dari Kabupaten Kuningan terhadap Provinsi Jawa Barat Tahun
2013-2015.

Tabel 1 Presentase produktivitas ubi Kabupaten Kuningan terhadap Jawa Barat


Tahun Produktivitas Jawa Produktivitas Kabupaten Persentase (%)
Barat (ton) Kuningan (ton)
2013 324 173 118 267 36.48
2014 471 737 146 054 30.96
2015 456 176 137 296 30.10
Sumber: www.pertanian.go.id (2016)
2

Tabel 1 menunjukan persentase sebesar 36.48% pada Tahun 2013, 30.96%


Tahun 2014, dan 30.10% pada Tahun 2015 sehingga rata-rata produktivitas ubi
yang dihasilkan Kabupaten Kuningan terhadap Provinsi Jawa Barat sebesar
32.51%. Menurut Bestari (2010), selain memiliki keunggulan dalam jumlah
produksi, ubi menjadi prioritas pertama ekspor karena ubi varietas Naruto,
Manohara, dan AC Putih yang diminta oleh pasar ekspor Jepang telah dapat
dibudidayakan secara intensif oleh lebih dari 14 000 petani. Sejak tahun 1993, ubi
yang dihasilkan Kabupaten Kuningan telah menembus pasar Jepang melalui PT
Galih Estetika Indonesia sebagai pengolah dan pengekspor pasta ubi jalar dengan
pasar sasaran Jepang dan Korea Selatan. Meningkatnya jumlah output membuat
adanya peningkatan pemanfaatan sumber daya seoptimal mungkin untuk
menghasilkan produk semaksimal mungkin, baik dari segi mutu maupun kuantitas
(Rizani et al 2012). Gambar 2 menunjukkan produksi pasta ubi PT Galih Estetika
Indonesia Tahun 2016.

110000
100 982.7
100000 95 073.5

90000
83 126
80 908.5
80000
70279.5
70000 66 375
65 274.5

60000

50000
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

Gambar 2 Produksi pasta ubi PT Galih Estetika Indonesia Tahun 2016


Sumber: PT Galih Estetika Indonesia (2016)

Gambar 2 menunjukkan produksi pasta ubi di PT GEI mengalami fluktuasi


setiap bulannya karena produksi dilakukan make to order yaitu memproduksi
pasta ubi sesuai pesanan dan tidak ada stock. Menurut Wignjosoebroto (2003),
perbaikan metode kerja dilakukan untuk mencari, mengembangkan, dan
menerapkan gerakan yang lebih efektif. Menurut Adinugraha (2015), setiap
perusahaan menginginkan untuk mencapai target produksi yang telah ditentukan.
Tercapainya target produksi secara langsung maupun tidak langsung akan
mempermudah perusahaan untuk mengetahui bagaimana etos kerja yang dimiliki
oleh pekerjanya. Etos kerja yang tinggi dapat dibuktikan dengan kesungguhan
pekerja dalam melakukan pekerjaannya (keinginan untuk mencapai target yang
telah ditetapkan) dan begitupun sebaliknya. Menurut Alifia (2015), gerakan yang
tidak efektif mengakibatkan kelelahan yang berakibat produktivitas kerja
menurun. Sehingga diperlukan studi gerak untuk mengurangi gerakan yang tidak
efektif.
Budaya perusahaan diterapkan demi tercapainya keteraturan dan
kedisiplinan di dalam perusahaan, sehingga menimbulkan suasana yang aman dan
3

nyaman dalam bekerja (Kartika dan Hastuti 2009). Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu,
Shitsuke (5S) digunakan untuk menata lingkungan kerja, membuat standar, dan
untuk meningkatkan kedisiplinan pekerja dalam bekerja. Tidak adanya pemilihan
antara barang-barang yang masih terpakai dan yang tidak terpakai akan
mengurangi produktivitas kerja para karyawan karena mereka harus memilih
kembali barang-barang yang seharusnya tidak terpakai. Masalah penataan ruang
dan alat produksi juga menjadi hal penting karena bila penataan tidak dilakukan
dengan mengikuti aturan-aturan penataan yang akan berpengaruh pada kegiatan
kerja para karyawan, yang akhirnya akan berujung pada hasil produksi perusahaan
(Hartono dan Sutantyo 2008).
Keuntungan adanya waktu kerja yang distandarkan akan meningkatkan
produktifitas bagi pekerjaan masih dilakukan secara manual dan perhitungan
waktu baku dilakukan untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang optimal.
Operasi suatu perusahaan disebut efisien didasarkan atas lama waktu untuk
membuat suatu produk. Pengukuran kerja adalah salah satu cara untuk
mengetahui efisien, efektif, dan produktif diperlukan untuk suatu kegiatan
(Oktavia 2014). Pengupasan ubi di PT Galih Estetika Indonesia menggunakan
pisau besar dan pisau kecil. Pisau besar mempunyai panjang 10 cm dan lebar 5
cm, sedangkan pisau kecil mempunyai panjang 8 cm dan lebar 3 cm. Hal inilah
yang menjadi pertimbangan melakukan penelitian membandingkan mengupas ubi
menggunakan pisau besar dan pisau kecil, penelitian ini mengenai Studi Gerak,
Pemeliharaan Tempat Kerja dan Pengukuran Waktu Baku Bagian Pengupasan
Ubi di PT Galih Estetika Indonesia.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian adalah :


1. Bagaimana studi gerak bagian pengupasan di PT Galih Estetika Indonesia ?
2. Bagaimana pemeliharaan tempat kerja bagian pengupasan ubi di PT Galih
Estetika Indonesia ?
3. Berapa waktu baku yang diperlukan bagian pengupasan ubi di PT Galih
Estetika Indonesia?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah :


1. Menganalisis studi gerak bagian pengupasan ubi di PT Galih Estetika
Indonesia
2. Menganalisis pemeliharaan tempat kerja bagian pengupasan ubi di PT Galih
Estetika Indonesia
3. Mengukur waktu baku yang diperlukan bagian pengupasan ubi di PT Galih
Estetika Indonesia.
4

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini memberikan manfaat berikut :


1. Bagi peneliti
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat menerapkan ilmu yang
diperoleh untuk menganalisis permasalahan yang berkaitan dengan studi
gerak, pemeliharaan tempat kerja, dan pengukuran waktu baku.
2. Bagi perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan agar terciptanya gerakan dan waktu efektif,
dengan demikian perusahaan dapat meminimalkan biaya dan waktu yang
diperlukan.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian terfokus pada analisa studi gerak, pemeliharaan


tempat kerja, dan waktu baku bagian pengupasan ubi di PT Galih Estetika
Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Peta Kerja

Guna memudahkan analisis proses kerja dilakukan melaui peta kerja.


Menurut Sutalaksana et al (2006) peta kerja adalah suatu alat yang
menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Perbaikan yang
mungkin dilakukan adalah :
1. Menghilangkan aktivitas handling yang tidak efisien
2. Mengurangi jarak perpindahan operasi kerja dari suatu unsur ke unsur lain
3. Mengurangi waktu-waktu yang tidak produktif seperti waktu menunggu
(delay)
4. Mengatur operasi kerja menurut langkah-langkah kerja yang lebih efektif
dan efisien
5. Menggabungkan suatu operasi kerja yang lain bilamana mungkin
6. Menemukan mesin atau fasilitas fasilitas produksi lainnya yang mampu
bekerja lebih produktif
Peta kerja dapat melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh
suatu benda dari mulai bahan baku yang masuk ke pabrik, kemudian
menggambarkan semua langkah yang dialaminya. Lambang yang digunakan
dalam membuat peta kerja dapat dilihat pada Tabel 2.
5

Tabel 2 Lambang yang digunakan pada peta kerja


Lambang Pengertian
Operasi Obyek mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi.

Inspeksi/Pemeriksaan Obyek mengalami pemeriksaan mutu ataupun kuantitas.

Transportasi Obyek mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari
operasi.

Menunggu (Delay) Material, benda kerja, ataupun pekerja dalam kondisi berhenti dan tidak
terjadi kegiatan apapun menunggu.

Menyimpanan Obyek disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama.


(Storage)

Aktivitas ganda Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan
dilakukan bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.

Sumber: Wignjosoebroto (2008)

Studi Gerak

Menurut Sutalaksana et al (2006), studi gerak adalah analisis yang


dilakukan terhadap gerakan bagian tubuh pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Menurut Herjanto (2007), hal-hal yang dilakukan dalam
mengembangkan metode kerja dengan gerakan yang efisien yaitu menghilangkan
gerakan yang tidak perlu, gabungkan pekerjaan, dan mengatur tempat kerja. Frank
B. Gilberth menguraikan gerakan ke dalam 17 gerakan dasar atau unsur gerakan
yang dinamakan Therblig (Wignjosoebroto 2008). Sebagian gerakan therblig
merupakan gerakan tangan yang terjadi pada pekerjaan manual. Gerakan Therblig
dinyatakan dalam lambang-lambang tertentu untuk lebih lengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 3.
6

Tabel 3 Nama dan lambang gerakan menurut Therblig


No. Nama Therblig Lambang huruf
1. Mencari (Search) SH
2. Memilih (Select) SL
3. Memegang (Grasp) G
4. Menjangkau/membawa tanpa beban (Transport TE
Empty)
5. Membawa dengan beban (Transport Loaded) TL
6. Memegang (Hold) H
7. Melepas (Realesed Load) RL
8. Pengarahan (Position) P
9. Pengarahan awal (Pre Posiotion) PP
10. Memeriksa (Inspection) I
11. Merakit (Assemble) A
12. Mengurai rakit (Disassembly) DA
13. Memakai (Use) U
14. Kelambatan yang tak terhindar (Unavoidable Delay) UD
15. Kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable AD
Delay)
16. Merencana (Plan) Pn
17. Istirahat untuk menghilangkan lelah (Rest to R
Overcome Fatique)
Sumber: Wignjosoebroto (2008)

Pemeliharaan Tempat Kerja

Proses pemeliharaan tempat kerja dan perbaikan kualitas memerlukan


komitmen untuk perbaikan yang melibatkan secara seimbang antara aspek
manusia dan aspek teknologi. Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi 5R yaitu Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin(5S) merupakan suatu kesatuan pandangan yang yang komprehensif
dan terintegrasi yang bertujuan untuk melaksanakan perbaikan secara terus-
menerus (Simanjuntak dan Hernita, 2008). Berikut penjelasan prinsip sikap kerja
5Smenurut Imai (1997) :
1. Seiri berarti membedakan antara yang diperlukan dan tidak diperlukan dan
menyingkirkan yang tidak diperlukan. Tujuan dari seiri yaitu membuat
tempat kerja ringkas hanya menampung barang-barang yang diperlukan.
2. Seiton adalah menata barang yang ada dengan pola yang teratur dan tertib.
3. Seiso yang memiliki pengertian kebersihan yaitu menciptakan dan menjaga
kondisi lingkungan kerja yang bersih dan siap pakai.
4. Seiketsu yaitu memperluas konsep kebersihan pada diri pribadi dan terus
mempraktekkan tiga langkah terdahulu. Berusaha menjaga keadaan yang
baik sesuai standar.
5. Shitsuke yang diartikan sebagai disiplin pribadi dan membiasakan diri
menerapkan 5S.
7

Pengukuran Waktu Baku

Pengukuran waktu (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk
menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh pekerja untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan pada kecepatan kerja yang normal dan dalam
lingkungan kerja yang terbaik. Penetapan waktu baku melibatkan faktor
kelelahan, pekerja, dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (Novistiara
2014).
Menurut Wignjosoebroto (2003), ada berbagai macam cara untuk mengukur
dan menetapkan waktu standar. Penetapan waktu standar dilaksanakan dengan
cara pengukuran kerja seperti stopwatch time study, sampling kerja (work
sampling), standard data, predetermined motion time sysytem. Stopwatch time
study dan sampling kerja adalah pengukuran kerja secara langsung.
Jika pekerjaan yang akan diukur telah dipilih maka penelitian waktu
biasanya terdiri dari 8 langkah berikut ini (ILO 1983) :
1. Mengumpul dan mencatat semua keterangan yang dapat diperoleh dari
pekerjaan, pekerja, dan lingkungan yang akan memengaruhi suatu kegiatan
2. Membuat uraian lengkap mengenai metode dengan merinci kegiatan
kedalam unsur-unsur kegiatan
3. Mempelajari rincian kegiatan untuk memastikan metode dan gerakan efektif
4. Mengukur menggunakan stopwatch dan mencatat waktu yang diperlukan
oleh pekerja dalam setiap unsur kegiatan
5. Menetapkan waktu yang diamati untuk waktu normal
6. Menetapkan kelonggaran yang harus diberikan melewati dan melebihi
waktu normal kegiatan
7. Menetapkan waktu standar untuk kegiatan.

Penelitian Terdahulu

Oktavia (2014) melakukan penelitian berjudul “Analisis Proses Kerja


Dalam Efisiensi Produksi di PTPN VII Unit Usaha Bungamayang” mempunyai
tujuan menganalisis proses kerja dan mengukur waktu yang diperlukan dalam
kegiatan proses produksi, menganalisis efisiensi berdasarkan indikator efisiensi
teknis pabrik gula, dan menyusun alternatif pemecahan masalah yang berkaitan
dengan proses kerja dan efisiensi. Proses pengolahan tebu menjadi gula di PTPN
VII Unit Usaha Bungamayang menggunakan sistem sulfitasi memerlukan waktu
160 menit. Tahap proses produksi terdiri dari empat stasiun yaitu stasiun
pemurnian, penguapan, masakan, dan putaran. Kegiatan tersebut dilakukan secara
berkelanjutan dengan menggunakan mesin dan tenaga operator.
Analisis proses produksi dilakukan dengan membandingkan angka normal
indikator efisiensi teknik pabrik gula, yaitu Mill Extraction (ME), Boiling House
Recovery (BHR), Overall Recovery (OR), pol (mutu) tebu, dan rendemen.
Kapasitas inclusive pada periode September A 6,142.1 TDC, September B 6,802.2
TDC, dan Oktober A 5,681,7 TDC belum memenuhi peningkatan kapasitas giling
7,000-10,000 TDC berdasarkan program peningkatan kapasitas giling. Sedangkan
kapasitas exclusive pada periode September A 7,339.9 TDC dan September B
7,181.6 TDC sudah dapat mencapai target kapasitas giling. Efisiensi pada proses
8

pengemasan dapat diketahui dengan waktu standar dalam proses pengemasan


dengan menggunakan studi waktu yang dilakukan 50 kali pengamatan dengan
kelonggaran yang diterima 5% adalah 13.89 detik per karung. Hasil perhitungan
menggunakan line balancing diperoleh efisiensi 90.625%, berarti masih terdapat
ketidakseimbangan 9.375%, akibat waktu menganggur.
Tastanny (2011) melakukan penelitian berjudul “Analisis Studi Gerak dan
Waktu Pada Proses Produksi Minuman Lidah Buaya di UMKM (Studi Kasus: PT
Driyama Purnawa, Bogor)” yang mempunyai tujuan menganalisis studi gerak
dalam proses produksi minuman lidah buaya di PT Driyama Purwana,
menganalisis standar waktu kerja dalam proses produksi minuman lidah buaya di
PT Driyama Purwana dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan produktivitas pekerja, khususnya di bagian produksi pada PT
Driyama Purwana. Hasil penelitian tersebut terdapat gerakan yang kurang efektif,
yaitu gerakan meletakkan cup yang sudah di sealer di meja akhir produksi,
gerakan memindahkan cup minuman lidah buaya dari meja akhir produksi ke
dalam panci pasteurisasi, dan perlu adanya pengurangan waktu pada saat
melakukan peredaman gel lidah buaya dan pencucian gel lidah buaya tahap II
karena lendir yang ada pada gel sudah banyak berkurang pada tahap I pencucian
gel lidah buaya. Waktu siklus, normal, dan baku proses produksi minuman lidah
buaya ialah 80,17 ; 93,79 ; 111,62 detik. Faktor yang meningkatkan produktivitas
dengan cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja melalui
pelatihan. Selain itu, faktor lainnya adalah teknologi perusahaan yang masih
tergolong sederhana.
Persamaan penelitian ini yaitu mengukur waktu baku dari suatu pekerjaan
manual dengan menggunakan metode jam henti (stopwatch) sedangkan
perbedaannya ialah penelitian Oktavia (2014) tidak menganalisis mengenai
gerakan yang dilakukan pekerja.Penelitian Tastanny (2011) mempunyai kesamaan
dengan penelitian ini, yaitu menganalisis gerakan yang dilakukan dalam proses
produksinya dan mengukur waktu pekerjaan menggunakan metode jam henti
(stopwatch). Perbedaannya, penelitian Tastanny (2011) melakukan analisis
mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan produktivitas seperti
kebisingandan pencahayaan. Tujuan dilakukannya analisis studi gerak dalam
penelitian ini untuk melihat gerakan yang efektif. Pengukuran waktu baku dengan
metode jam henti diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan
berulang seperti pada bagian pengupasan ubi. Waktu baku yang akan didapatkan
digunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan pengupasan ubi di PT Galih
Estetika Indonesia.

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian

PT GEI sebagai pengolah dan pengekspor pasta ubi, pada bulan Juli 2017
PT GEI menambah pekerja di bagian pengupasan ubi karena adanya peningkatan
9

hasil yang semula 2 000 kg menjadi 3 000 kg setiap harinya. Meningkatnya


produksi berarti meminimalkan gerakan yang tidak efektif, menjaga lingkungan
kerja, dan meminimalkan waktu yang diperlukan dalam mengupas ubi sehingga
target produksi bisa dicapai. Peran pekerja dalam pengupasan ubi berhubungan
dengan peningkatan hasil pengupasan karena pekerjaan tersebut dilakukan secara
manual sehingga diperlukan tingkat ketelitian dan kecepatan pekerja. Kerangka
pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

PT Galih Estetika Indonesia merupakan


perusahaan yang memproduksi pasta ubi

Meningkatnya jumlah produksi dan pekerja


dibagian pengupasan ubi

Mengidentifikasi gerakan di bagian


pengupasan ubi

Mengidentifikasi pemeliharaan tempat kerja


di bagian pengupasan ubi

Menghitung waktu baku mengupas ubi


menggunakan pisau besar dan pisau kecil

Menghitung hasil pengupasan ubi


menggunakan pisau besar dan pisau kecil
untuk meningkatkan hasil pengupasan ubi

Rekomendasi untuk perusahaan

Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian

Tahapan Penelitian

Studi gerak yaitu mengamati gerakan pekerja dalam melakukan pengupasan


ubi, menghilangkan gerakan tidak efektif dan meminimalkan waktu yang
diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Selain itu, perusahaan perlu
menentukkan standar waktu bagi setiap pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat melakukan pengendalian
dan evaluasi kerja bagi setiap pekerja. Pengukuran waktu baku dilakukan di
10

bagian pengupasan ubi yang membandingkan mengupas ubi menggunakan pisau


besar dengan mengupas ubi menggunakan pisau kecil. Tahapan penelitian dimulai
dari mempelajari gambaran umum perusahaan, mempelajari proses produksi pasta
ubi, analisa studi gerak, analisa pemeliharaan tempat kerja, dan analisa
penggunaan pisau besar dan pisau kecil dalam mengupas ubi. Tahapan penelitian
dapat dilihat pada Gambar 4.

Mempelajari gambaran umum PT Galih Estetika


Indonesia

Mempelajari kegiatan produksi pasta ubi

Studi gerak di bagian pengupasan ubi


menggunakan metode Therblig

aan tempat kerja pengupasan ubi analisis


menggunakan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu,
Shitsuke)

mbilan data waktu pengupasan ubi


menggunakan metode jam henti (stopwatch)

∑xi
Perhitungan waktu siklus =
N

ntuan faktor penyesuaian sehingga didapat


perhitungan waktu normal

Perhitungan waktu normal = 𝑊𝑠 × 𝑝

Penentuan faktor kelonggaran

Perhitungan waktu baku =


Waktu normal
1 – kelonggaran

Rekomendasi untuk perusahaan secara


berkelanjutan

Gambar 4 Tahapan penelitian


11

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT Galih Estetika Indonesia yang berlokasi di


Desa Bandorasa Wetan, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa
Barat.Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2017.

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara
langsung yang meliputi proses produksi, pengukuran dan pencatatan data. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur, dan dokumen perusahaan.
Studi literatur digunakan untuk referensi yang digunakan dalam penyusunan hasil
akhir penelitian yang berasal dari sumber bacaan yang relevan dan berkaitan
dengan studi gerak, pemeliharaan tempat kerja, dan pengukuran waktu baku.
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, yaitu :
1. Wawancara merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi, dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak terkait mengenai
gambaran umum tempat penelitian dan tentang kegiatan proses produksi.
2. Studi pustaka digunakan untuk referensi yang digunakan dalam penyusunan
laporan tugas akhir yang berasal dari sumber bacaan relevan dan berkaitan
dengan studi gerak, pemeliharaan tempat kerja, dan pengukuran waktu
baku.
Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi (Akbar dan Herodian 2011) :
1. Lembar pengamatan digunakan untuk mencatat hasil pengamatan
pengukuran waktu kerja
2. Stopwatch untuk mengukur waktu kerja

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengukuran kerja menggunakan metode jam henti
(stopwatch), kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data waktu untuk
memperoleh waktu baku pekerja melakukan pekerjaan. Menurut Sutalaksana et al
(2006), dalam melakukan pengukuran waktu baku dilakukan pengukuran
pendahuluan. Pengukuran tahap pertama dilakukan dengan melakukan beberapa
pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur. Setelah pengukuran tahap
pertama dijalankan maka, tiga hal yang harus mengikutinya adalah menguji
keseragaman data, menghitung jumlah pengukuran yang diperlukan, dan bila
jumlah pengukuran belum mencukupi dilanjutkan dengan pengukuran
pendahuluan tahap kedua, serta seterusnya sampai jumlah keseluruhan
pengukuran mencukupi untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang
dikehendaki. Proses hasil pengukuran dilakukan dengan langkah-langkah berikut
(Sutalaksana et al 2006) :
1. Kelompokkan harga dari data pengukuran pendahuluan ke dalam subgrup-
subgrup yang masing-masing berisi data pengukuran yang diperoleh secara
berturut-turut dan hitung nilai rataan.
12

2. Hitung rataan dari nilai rataan subgrup, dengan:

̿𝑋 = ∑ 𝑋𝑖 ......................................................................................................(1)
𝑘

𝑋̿ = rataan dari nilai rataan subgrup


𝑋𝑖 = nilai rataan dari subgrup ke-i
𝑘 = banyaknya subgrup yang terbentuk

3. Hitung simpangan baku dari waktu penyelesaian, dengan:

2
∑(𝑋𝑗−𝑋̿ )
𝜎=√ ............................................................................................(2)
𝑁−1

𝜎 =simpangan baku sebenarnya dari waktu penyelesaian


𝑁 = jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan
𝑋𝑗 = waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan
yang telah dilakukuan
4. Hitung simpangan baku dari distribusi nilai rataan subgrup, dengan:
𝜎
𝜎𝑥̅ = .......................................................................................................(3)
√𝑛

σx̅ = simpangan baku dari distribusi nilai rata-rata subgrup


σ = simpangan baku sebenarnya dari waktu penyalesaian
n = besarnya subgrup
5. Tentukan batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB),
dengan:

BKA = 𝑋̿ + 3 𝜎𝑥̅ .......................................................................................(4)


BKB = 𝑋̿ − 3 𝜎𝑥̅ .......................................................................................(5)

BKA = Batas Kendali Atas


BKB = Batas Kendali Bawah
̿
X rataan dari nilai rataan subgrup
σx̅ simpangan baku dari distribusi nilai rataan subgrup
6. Uji kecukupan data dilakukan untuk mendapatkan apakah jumlah data hasil
pengamatan cukup untuk melakukan penelitian. Menghitung banyaknya
pengukuran yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat
keyakinan 95%, dengan rumus:

40√N. ∑Xj2 –(∑Xj)²


N' = ..........................................................................(6)
∑Xj

N' = jumlah pengamatan yang dibutuhkan


13

N= jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan


Xj= waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan
telah dilakukan
Apabila N’ ≤ N, maka jumlah data sudah cukup
Apabila N’ > N, maka jumlah data belum cukup
7. Jika pengukuran waktu telah selesai, yaitu semua data yang didapat
memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan jumlah telah memenuhi
tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka selesailah
kegiatan pengukuran waktu. Langkah selanjutnya adalah mengolah data
tersebut sehingga menjadi waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu
baku dari data yang terkumpul itu adalah sebagai berikut : Hitung waktu
siklus, yang tidak lain adalah waktu penyelesaian rataan selama
pengukuran:

∑xi
Ws = ....................................................................................................(7)
N

xi= waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan yang


telah dilakukan.
N= jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan.
Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit
produk pada satu stasiun kerja.
8. Penyesuaian
Menurut Sukania dan Gunawan (2014), faktor penyesuaian digunakan untuk
menyesuaikan ketidakwajaran operator yang sedang diukur waktu
menyelesaikan pekerjaannya. Ketidakwajaran ini bisa terjadi karena bekerja
tanpa kesungguhan, terlalu cepat atau atau terlalu lambat. Faktor
penyesuaian adalah teknik untuk menyamakan waktu hasil observasi
terhadap seorang pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
waktu yang diperlukan oleh operator normal dalam menyelesaikan
pekerjaan tersebut. Menentukan faktor penyesuaian menggunakan menurut
Westinghouse, cara tersebut mengarahkan penilaian pada empat faktor yang
dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja. Faktor
tersebut meliputi keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Setiap
faktor terbagi dalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing
(Sutalaksana et al 2006). Rincian penyesuaian menurut Westinghouse dapat
di lihat pada Tabel 4.
14

Tabel 4 Penyesuaian dengan Westinghouse


Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Keterampilan Superskill A1 +0,15
A2 +0,13
Exellent B1 +0,11
B2 +0,08
Good C1 +0,06
C2 +0,03
Average D 0.00
Fair E1 -0,05
E2 -0,10
Poor F1 -0,16
F2 -0,22
Usaha Excessive A1 +0,13
A2 +0,12
Excellent B1 +0,10
B2 +0,08
Good C1 +0,05
C2 +0,02
Average D 0,00
Fair E1 -0,04
E2 -0,08
Poor F1 -0,12
F2 -0,17
Kondisi Keja Ideal A +0,06
Excellent B +0,04
Good C +0,02
Average D 0,00
Fair E -0,03
Poor F -0,07
Konsistensi Perfect A +0,04
Exellent B +0,03
Good C +0,01
Average D 0,00
Fair E -0,02
Poor F -0,04
Sumber : Sutalaksana et al (2006)

a. Keterampilan (skill)
Keterampilan (skill) merupakan kemampuan mengikuti cara kerja yang
ditetapkan. Penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas yaitu
super skill, excellent skill, good skill, average skill, fair skill, dan poor
skill. Kelas tersebut berdasarkan gerakan yang dilakukan, perencanaan
apa yang akan dikerjakan, dan pemeriksaan pada pekerjaan.
b. Usaha (Effort)
Usaha (effort) adalah kesungguhan yang ditunjukan atau yang diberikan
operator ketika melakukan pekerjaanya berdasarkan kecepatan dalam
15

bekerja. Enam kelas usaha yaitu excessive effort, excellent effort, good
efort, average effort, fair effort, dan poor efort.
c. Kondisi kerja (Condition)
Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan
pencahayaan, suhu, dan kebisingan ruang. Kondisi kerja merupakan
sesuatu di luar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa
banyak kemampuan mengubahnya. Oleh sebab itu, faktor kondisi sering
disebut sebagai faktor manajemen, karena pihak inilah yang dapat dan
berwenang mengubah atau memperbaikinya. Kondisi kerja dibagi
menjadi enam kelas, yaitu ideal, excellent, good, average, fair, dan poor.
Pada dasarnya kondisi ideal adalah kondisi yang paling cocok untuk
pekerjaan bersangkutan, yaitu memungkinkan performance maksimal
dari pekerja. Sebaliknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang
tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan menghambat pencapaian
performance yang baik.
d. Konsistensi (Consistency)
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah konsistensi faktor ini perlu
diperhatikan karena pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang
dicatat tidak pernah semuanya sama. Waktu penyelesaian yang
ditunjukkan pekerjaan selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus
lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Konsistensi dibagi
menjadi enam kelas yaitu perfect, excellent, good, average, fair, dan
poor.
Penyesuaian (p) = 1 + (Penyesuaian)
Hitung waktu normal, yaitu dengan rumus :

𝑊𝑛 = 𝑊𝑠 × 𝑝..............................................................................................(8)

Ws= waktu siklus


p= faktor penyesuaian
Waktu normal untuk suatu unsur operasi kerja adalah semata-mata
menunjukkan bahwa operator yang berkualifikasi baik akan bekerja
menyelesaikan pekerjaan pada tempo normal (Wignjosoebroto, 2008).
9. Menurut Juanda et al (2012), besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-
faktor yang berpengaruh dalam persentase waktu dasar yang terdiri dari :
tenaga yang dikeluarkan, sikap/kondisi kerja, gerakan kerja, kelelahan mata,
keadaan temperatur tempat kerja, keadaan atmosfer, dan keadaan
lingkungan yang baik. Waktu baku didapatkan dengan mengalikan waktu
normal dengan kelonggaran (Rinawati et al 2012). Kelonggaran diberikan
untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan yang
yidak dapat dihindarkan. Ketiganya dibutuhkan oleh pekerja. Oleh karena
itu, kelonggaran perlu ditambahkan (Sutalaksana et al 2006).
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Besarnya kelonggaran untuk kebutuhan pribadi berbeda setiap
pekerjaannya karena setiap pekerjaan mempunyai karakteristik sendiri-
sendiri. Kebutuhan pribadi yang dimaksud ialah minum, ke kamar kecil,
atau sekedar untuk menghilangkan ketegangan dalam kerja.
16

2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatigue


Rasa fatigue tercermin dari menurunnya hasil produksi baik jumlah
maupun kualitas. Besarnya kelonggaran untuk menghilangkan rasa
fatigue dapat dilihat pada Lampiran 1.
3. Kelonggaran utuk hambatan tak terhindarkan
Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang
berlebihan dan adapula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena
berada di luar kemampuan pekerja dalam mengendalikannya. Beberapa
contoh kelonggaran yang tak terhindarkan yaitu menerima atau meminta
petunjuk kepada pengawas, mengambil alat, dan hambatan karena
kesalahan pemakaian alat.
Hitung waktu baku, yaitu dengan rumus (Heizer dan Render 2009):
Waktu baku=Waktu normal
1 –kelonggaran ..................................................................(9)
10. Penentuan waktu baku untuk menentukan target produksi ini dilakukan
dengan cara pengukuran langsung dengan jam henti. Pengukuran dilakukan
dikarenakan didalam melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang tidak dapat dihindari, baik faktor dari dalam maupun dari luar
perusahaan. Waktu baku didapatkan dengan mengalikan waktu normal
dengan kelonggaran (allowance). Waktu baku ini sangat diperlukan untuk :
(1) perencanaan kebutuhan tenaga kerja (manpower planning), (2) estimasi
biaya-biaya untuk upah pekerja, (3) penjadwalan produksi dan
penganggaran, (4) perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi
karyawan atau pekerja berprestasi, dan (5) indikasi keluaran (output) yang
mampu dihasilkan oleh seorang pekerja (Wignjosoebroto, 2003).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum PT Galih Estetika Indonesia

PT Galih Estetika Indonesia (GEI) merupakan bidang usaha dalam pengolah


dan pengekspor ubi jalar. Pada Tahun 1993 PT GEI mengekspor hasil olahan ubi
ke Jepang dan Korea. Pangsa pasar PT GEI adalah 60% untuk pasar internasional
dan 40% untuk pasar domestik. Produk yang dihasilkan PT GEI ialah pasta ubi,
stick ubi, solid, chips, dice cut, slice, sweet potato powder, dan sweet potato violet
powder. Gambar 5 menunjukkan produk-produk yang dihasilkan oleh PT GEI.
Visi PT GEI adalah mewujudkan taraf hidup yang lebih baik dengan motto best
food quality for best healthy. Misi PT GEI yaitu :
1. Memperkenalkan produk Indonesia ke luar negeri
2. Menyejahterakan kehidupan petani
3. Panen untuk masa depan (future harvest)
4. Mengikuti permintaan konsumen.
17

(a) Pasta ubi (b) Stick ubi (c) Dice cut

(d) Slice (e) Tepung ubi ungu


Gambar 5 Produk yang dihasilkan PT Galih Estetika Indonesia

Perusahaan menerapkan sistem tanam, sistem pasar, dan sistem kemitraan


dengan petani untuk memperoleh bahan baku, dengan pola kemitraan ini PT GEI
ikut dalam upaya menyejahterahkan petani. Pola kemitraan yang dilakukan PT
GEI yaitu dengan memberikan bibit dan modal kepada petani, memberikan
penyuluhan dan pembinaan mengenai proses budidaya ubi, dan memberikan
kepastian harga hasil panen bagi petani. Awalnya PT GEI menyewa bangunan
untuk dijadikan pabrik di Desa Pagundan, Kecamatan Lebakwangi, Kabupaten
Kuningan dengan kapasitas produksi 300-500 ton/tahun. Pada Tahun 2005
perusahaan membangun pabrik milik sendiri di Desa Bandorasa Wetan,
Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan yang sudah memenuhi standar
bangunan pengolahan pasta ubi jalar yang berkualitas ekspor dengan kapasitas
produksi 1 500-2 000 ton/tahun. Produksi dilakukan secara terus-menerus
sepanjang tahun dan memproduksi berdasarkan pesanan konsumen.
Pada Tahun 2015 PT GEI bergabung dengan Kelola Mina Laut (KML)
Food. PT GEI difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag) Agro Provinsi Jawa Barat untuk mengantisipasi permintaan
konsumen dan Lembaga Sertifikasi Mutu M’BRIO mengimplementasikan Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP) yang merupakan sistem penjamin mutu
berstandar internasional.Struktur organisasi PT GEI menerapkan tanggungjawab
dari posisi yang paling atas ke posisi yang bawah dipegang oleh masing-masing
jabatan dan pelaksana kegiatan operasional perusahaan, sehingga departemen dan
karyawan dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya tumpang tindih dalam
pekerjaan. Struktur organisasi PT GEI bisa dilihat pada Lampiran 2.

Proses Produksi Pasta Ubi

Kegiatan produksi di PT GEI salah satunya ialah proses pengolahan ubi


jalar menjadi produk setengah jadi yaitu pasta ubi jalar yang dibekukan. Sistem
produksi yang diterapkan PT GEI ialah membuat produk sesuai pesanan atau
18

make to order, produk yang sudah selesai diproduksi disimpan di dalam container
yang nantinya akan dikirimkan ke customer. Proses pembuatan pasta ubi dimulai
dari penerimaan ubi kemudian ubi di sortasi untuk menghilangkan ubi yang
terkena lanas dan ubi yang busuk. Sortasi bertujuan untuk memisahkan ubi sesuai
dengan ukurannya. Setelah ubi di kukus/bakar selanjutnya ubi dikupas secara
manual karena pengupasan secara manual dapat mengurangi tingkat kehilangan
karena dapat dikontrol oleh pekerja. Tahapan terakhir dalam proses produksi pasta
ubi yaitu packing outer adalah mengemas pasta ubi kedalam kardus kemudian
kardus tersebut disimpan sebelum pasta tersebut dikirim. Tahapan proses produksi
pasta ubi dapat dilihat pada peta proses operasi yang digunakan untuk
memudahkan memahami proses produksi pasta ubi di PT GEI dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6 Peta proses operasi pembuatan pasta ubi


19

Gambar 6 menunjukkan proses produksi produk pasta ubi jalar, urutan


proses produksi tersebut ialah :
1. Penerimaan ubi jalar adalah ubi diterima dari petani dan diserahkan kepada
pihak perusahaan
2. Sortasi dilakukan untuk memisahkan ubi sesuai spesifikasi, yaitu ubi lanas
dan ubi busuk. Sortasi dilakukan secara manual menggunakan alat yang
digunakan berupa keranjang, pisau, alat bantu, dan apron.
3. Pencucian memiliki tujuan yaitu untuk membersihkan kotoran yang
menempel pada ubi. Ubi dicuci menggunakan air bersih dan menggunakan
mesin yang memiliki perputaran baling-baling dan adanya gesekan antar ubi
dan dilakukan secara terus-menerus.
4. Membakar/ngukus setelah dicuci ubi dibakar/dikukus bergantung pada
produk yang akan dihasilkan. Ubi diletakkan diatas tray (nampan) kemudian
dimasukkan ke dalam steamer kurang lebih selama 25 menit.
5. Mengupas, yaitu ubi yang sudah dibakar/dikukus dikupas kulit luarnya hasil
dari kupasan tersebut akan dilanjutkan ke proses potong dan checking.
6. Memotong dan checking hasil kupas kemudian diperiksa agar terbebas dari
unsur-unsur yang mengganggu warna, kemudian ubi tersebut dipotong.
Setelah diperiksa agar terbebas dari unsur-unsur yang mengganggu ubi di
potong menjadi ukuran yang lebih kecil.
7. Menggiling setelah ubi sudah bebas dari unsur-unsur yang mengganggu
warnadan sudah dipotong menjadi lebih kecil, ubi digiling untuk dijadikan
pasta.
8. Packing inner yaitu ubi yang sudah dibentuk menjadi pasta kemudian di
kemas ke dalam plastik.
9. Menimbang, pasta yang sudah di packing kemudian ditimbang berdasarkan
ukuran yaitu 2 kg, 2.5 kg, dan 5 kg.
10. Vacuum, setelah ditimbang pasta di vacuum supaya tidak ada udara yang
masuk.
11. Hand roll dilakukan supaya permukaan pasta pipih untuk memudahkan
dalam proses perebusan.
12. Mensterilkan pasta yang sudah dipipihkan kemudian direbus untuk
menghilangkan bakteri yang terdapat pada packing inner. Perebusan
dilakukan selama 2 jam, setelah direbus pasta didinginkan terlebih dulu
kurang lebih selama 15 menit sebelum dimasukkan ke dalam blast freezer.
13. Menyusun dalam rak pasta yang sudah didinginkan disusun dalam rak
penyimpanan yang akan dimasukkan ke dalam blast freezer.
14. Membekukan pasta ubi di dalam blastfreezer dengan suhu -10oC selama 8
jam.
15. Mendeteksi dilakukan menggunakan metal detector sebelum pasta di kemas
ke dalam kardus.
16. Packing outer, sebelum packing outer dilakukan, kardus yang digunakan di
cek terlebih dahulu apakah terdapat kotoran didalam kardus, dalam 1 kardus
berisi 20 kg.
17. Menyimpan
Setelah pasta dipacking dalam kardus kemudian pasta tersebut dimasukkan
ke dalam container sebelum di ekspor ke Jepang atau Korea Selatan. Suhu
container yaitu -10oC.
20

Studi Gerak

Proses produksi pasta ubi yang diteliti studi geraknya, yaitu pada bagian
pengupas ubi. Gerakan tersebut dimulai dari mengambil pisau dan diakhir dengan
meletakkan ubi di dalam keranjang. Gerakan yang efektif dapat dilihat dari peta
tangan kiri dan tangan kanan. Peta tangan kiri dan tangan kanan proses pembuatan
pasta ubi pada bagian pengupasan ubi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Peta tangan kiri dan tangan kanan bagian pengupasan ubi
Tangan Kanan Tangan Kiri
Langkah Nama Lambang Langkah Nama Lambang
Therblig Therblig Therblig Therblig
Menjangkau Menjangkau RE Menjangkau Menjangkau RE
pisau ubi
Memegang Memegang G Memegang Memegang G
pisau ubi
Membawa Membawa TL Membawa Membawa TL
pisau dengan beban ubi dengan beban
Mengarahkan Mengarahkan P
pisau
Mengupas ubi Memakai U Menaruh ubi Melepas RL
di keranjang

Gerakan yang dilakukan saat proses pengupasan ubi sudah efektif karena
gerakan yang ditunjukkan pada Tabel 5 merupakan gerakan dasar yang berkaitan
dengan penyelesaian pekerjaan. Gerakan yang efektif yaitu menjangkau,
memegang, membawa, menggarahkan, memakai, dan melepas. Sebaiknya pekerja
menjangkau ubi yang terdekat dengannya terlebih dahulu sehingga tidak terjadi
penumpukkan ubi.

Penerapan Budaya Kerja 5S

Mengupas ubi dimulai dari ubi yang sudah dibakar atau dikukus diberikan
kepada bagian proses pengupasan, kemudian para pekerja pria meletakkan ubi
diatas meja dan pekerja wanita mengupas ubi. Ubi yang sudah dikupas
dikumpulkan dalam keranjang, kemudian keranjang tersebut di timbang, satu
keranjang memiliki berat 10 kg. Setelah berat keranjang sudah mencukupi 10 kg,
maka keranjang tersebut di pindahkan untuk dilakukan proses berikutnya, yaitu
checking dan potong. Proses produksi pembuatan pasta ubi pada bagian kupas ubi
belum menerapkan metode kerja 5S, Tabel 6 merupakan penerapan 5S pada
bagian pengupasan ubi.
21

Tabel 6 Penerapan 5S bagian pengupasan ubi


Penerapan 5S
Sebelum menerapkan 5S Saat ini setelah diterapkan 5S
Seiri(Ringkas) Tempat menaruh ubi sebelum di Memisahkan tempat untuk
kupas sama dengan tempat menaruh ubi yang belum
kulitpengupasan ubi dikupas, tempat kulit
pengupasan ubi, dan tempat ubi
yang sudah dikupas
Seiton (Rapi) 1. Jumlah keranjang untuk ubi 1. Pekerja yang mempunyai
yang sudah dikupas kurang kelebihan keranjang memberi
sehingga harus mencari keranjangnya ke pekerja yang
keranjang terlebih dahulu kekurangan keranjang
2. Keranjang untuk ubi yang sudah 2. Keranjang diletakkan
dikupas diletakkan tidak disebelah pekerja supaya lebih
beraturan mudah dalam menaruh ubi
yang sudah dikupas
Seiso (Resik) Kulit ubi jatuh dilantai membuat Membersihkan kulit ubi yang
lantai licin dan terlihat kotor jatuh ke lantai supaya lantai
bersih dan tidak licin
Seiketsu Mencuci tangan setiap 45 menit Cuci tangan setiap 45 menit
(Rawat) sekali masih belum dilakukan, sekali mulai dilakukan untuk
pekerja menunggu tangannya mencegah adanya bakteri
kotor terlebih dahulu untuk
mencuci tangan
Shitsuke(Rajin) Perlu adanya peningkatan Saling mengingatkan antar
kesadaran pribadi dari masing- pekerja untuk menjaga
masing pekerja lingkungan kerja

Penerapan 5S di PT GEI pada bagian pengupasan ubi belum maksimal


karena pekerja mencari-cari keranjang untuk ubi yang sudah dikupas. Belum
adanya kesadaran dalam diri pekerja sehingga belum terciptanya lingkungan kerja
yang bersih, tidak terdapat kulit ubi yang terjatuh di lantai. Perlu adanya
pemeriksaan supaya penerapan 5S dilaksanakan setiap saat dan untuk
meningkatkan disiplin pada pekerja.

Pengukuran Waktu Baku

Pengukuran waktu baku dilakukan menggunakan metode pengukuran jam


henti (stopwatch). Pekerjaan yang dihitung untuk mengukur waktu baku adalah
pekerjaan pengupasan ubi. Tujuan dilakuannya pengukuran pada proses
pengupasan ubi adalah untuk membandingkan mengupas ubi menggunakan pisau
besar dan mengupas ubi menggunakan pisau kecil. Pada bulan Juli PT GEI
melakukan penerimaan karyawan produksi, bagian pengupasan ubi mengalami
peningkatan karyawan. Karyawan yang baru masuk mendapatkan pisau kecil
karena pisau besar untuk mengupas tidak cukup. dan membutuhkan waktu yang
lama untuk mengupas ubi. Hal ini bisa berpengaruh terhadap output yang akan
dihasilkan oleh pekerja.
22

Setelah didapatkan data pengukuran maka data waktu penyelesaian


pengupasan ubi menggunakan pisau besar kemudian dikelompokkan data ke
dalam subgrup, waktu penyelesaian rataan yang bisa dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sub grup waktu pengupasan ubi menggunakan pisau besar


Subgrup Waktu penyelesaian (detik) Waktu rataan
1 11.65 12.56 13.56 14.87 13.16
2 14.32 11.73 12.94 13.78 13.19
3 11.29 12.37 15.34 14.16 13.29
4 12.82 14.63 13.87 11.89 13.30
Jumlah 52.95

Dari hasil perhitungan sub grup didapatkan waktu rataan sub grup sebesar
13.24 detik dengan simpangan baku dari waktu penyelesaian dan simpangan baku
rataan sub grup sebesar 1.26 detik dan 0.63 detik. Setelah mendapatkan
simpangan baku sub grup selanjutnya menghitung batas kendali atas dan batas
kendali bawah dan didapat yang bertujuan untuk melihat apakah data yang
dirataan sub grup berada dalam batas kendali. Nilai masing-masing batas kendali
atas dan batas kendali bawah sebesar 15.12 detik dan 11.35 detik. Grafik BKA
BKB dapat dilihat pada Gambar 7.

16
15.12 15.12 15.12 15.12
15

14

waktu (detik) 13 13.29 13.30 BKA


13.16 13.19
X
12
BKB
11 11.35 11.35 11.35 11.35

10
sub grup 1 sub grup 2 sub grup 3 sub grup 4
sub grup

Gambar 7 Grafik BKA BKB pengupasan ubi menggunakan pisau besar

Grafik BKA dan BKB menjelaskan bahwa data rataan subgrup masih
berada di dalam batas kendali atas dan batas kendali bawah. Hal ini menunjukkan
bahwa operator masih bekerja dalam batas wajar karena tidak melebihi batas
kendali atas dan batas kendali bawah. Setelah mendapatkan batas kendali atas dan
batas kendali bawah selanjutnya menghitung banyaknya data pengukuran yang
diperlukan. Banyaknya pengukuran untuk menghitung waktu baku sudah cukup
karena N’ didapat 12.34 atau sebanyak 12 data lebih kecil daripada N sebesar 16
data.
Langkah selanjutnya yaitu menghitung waktu siklus bertujuan untuk
mendapatkan waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran dan didapatkan
waktu siklus 13.24 detik. Setelah mendapatkan waktu siklus, maka dilakukan
23

perhitungan yang memperhatikan cara kerja pekerja menggunakan metode


Westinghouse. Tabel penyesuaian menurut Westinghouse dapat dilihat pada Tabel
8.

Tabel 8 Penyesuaian pengupasan ubi menggunakan pisau besardan pisau kecil


menurut Westinghouse
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Skill Average D 0.00
Effort Good C1 0.05
Condition Good C 0.02
Consistensy Good C 0.01
Jumlah 0.08

Faktor penyesuaian didapatkan berdasarkan pengamatan yang dilakukan


oleh pengukur dan dengan berdiskusi dengan supervisior pengupasan ubi.
Operator yang diamati memiliki average skill dapat dilihat dari pekerja tersebut
gerakannya cepat tetapi tidak lambat, memilih terlebih dahulu ubi yang akan
dikupas, dan bekerjanya teliti saat mengupas ubi. Effort pekerja adalah good
karena pekerja tersebut perhatian pada pekerjaannya pekerjaannya, kecepatannya
baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari, tempat kerjanya diatur dengan baik
dan rapi serta memelihara dengan baik kondisi peralatan, dan menerima saran dan
petunjuk pekerjaan dengan senang.Kondisi kerja pekerja adalah good, dilihat pada
saat pekerja tersebut bekerja tidak adanya hambatan. Konsistensi pekerja good
karena kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaannya dapat dipertahankan.
Berikut merupakan perhitungan penyesuaian menurut Westinghouse. Waktu
normal yang didapat sebesar 14.30 detik dengan faktor penyesuaian sebesar 1.08.
Setelah mengetahui waktu normal dilakukan perhitungan watu baku, faktor
kelonggaran dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Faktor kelonggaran pengupasan ubi menggunakan pisau besar dan pisau
kecil
Faktor Penyesuaian (%)
Tenaga yang dikeluarkan : sangat 6
ringan
Sikap kerja : duduk 1
Gerakan kerja : normal 0
Kelelahan mata : pandangan terus 12
menerus dengan fokus berubah ubah
Keadaan temperatur tampat kerja : 3
sedang
Keadaan atmosfer : baik 0
Keadaan lingkungan : bersih, sehat, 0
cerah dengan kebisingan rendah
Kebutuhan pribadi : wanita 2
Kelonggaran tak terhindarkan 5
Jumlah 29
24

Nilai kelonggaran yang didapat 29%, maka waktu baku yang didapat untuk
mengupas ubi menggunakan pisau besar sebesar 20.14 detik. Selanjutnya yaitu
menghitung waktu baku mengupas ubi menggunakan pisau kecil. Waktu
penyelesaian pengupasan ubi menggunakan pisau kecil dikelompokkan ke dalam
sub grup, Tabel 10 menunjukkan waktu penyelesaian mengupas ubi menggunakan
pisau kecil.

Tabel 10 Sub grup pengupasan ubi menggunakan pisau kecil


Waktu
Subgrup Waktu (detik)
rataan
1 38.45 33.23 30.22 28.55 32.61
2 32.67 34.04 31.22 30.78 32.18
3 33.06 30.45 34.87 29.45 31.96
4 30.57 36.88 28.31 33.78 32.39
Jumlah 129.13

Dari hasil perhitungan sub grup didapatkan waktu rataan sub grup sebesar
32.28 detik dengan simpangan baku dari waktu penyelesaian dan simpangan baku
rataan sub grup sebesar 2.88 detik dan 1.44 detik. Setelah mendapatkan
simpangan baku sub grup selanjutnya menghitung batas kendali atas dan batas
kendali bawah dan didapat yang bertujuan untuk melihat apakah data yang
dirataan sub grup berada dalam batas kendali. Nilai masing-masing batas kendali
atas dan batas kendali bawah sebesar 36.60 detik dan 27.96 detik. Grafik BKA
BKB dapat dilihat pada Gambar 8.

37 36.60 36.60 36,60 36.60


36
35
34
33
32 32.61 32.39
waktu (detik) 32.18 31.96 BKA
31
30 X
29 BKB
28
27 27.96 27.96 27.96 27.96
26
sub grup 1 sub grup 2 sub grup 3 sub grup 4
sub grup

Gambar 8 Grafik BKA BKB pengupasan ubi menggunakan pisau kecil

Grafik BKA dan BKB menjelaskan bahwa data rataan sub grup masih
berada di dalam batas kendali atas dan batas kendali bawah. Hal ini menunjukkan
bahwa operator masih bekerja dalam batas wajar karena tidak melebihi batas
kendali atas dan batas kendali bawah. Setelah mendapatkan batas kendali atas dan
batas kendali bawah selanjutnya menghitung banyaknya data pengukuran yang
diperlukan. Banyaknya pengukuran untuk menghitung waktu baku sudah cukup
25

karena N’ didapat 11.95 atau sebanyak 12 data lebih kecil daripada N sebesar 16
data.
Langkah selanjutnya yaitu menghitung waktu siklus bertujuan untuk
mendapatkan waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran dan didapatkan
waktu siklus 32.29 detik. Setelah mendapatkan waktu siklus, maka dilakukan
perhitungan yang memperhatikan cara kerja pekerja dengan metode
Westinghouse. Tabel penyesuaian menurut Westinghouse mengupas ubi
menggunakan pisau besar dan pisau kecil dapat dilihat pada Tabel 8. Waktu
normal yang didapat sebesar 34.87 detik dengan faktor penyesuaian sebesar 1.08.
Setelah mengetahui waktu normal dilakukan perhitungan watu baku, faktor
kelonggaran mengupas ubi menggunakan pisau besar dan pisau kecil dapat dilihat
pada Tabel 9. Nilai kelonggaran yang didapat 29%, maka waktu baku yang
didapat untuk mengupas ubi menggunakan pisau kecil sebesar 49.11 detik. Tabel
11 menunjukkan perbandingan waktu siklus, waktu normal, dan waktu mengupas
ubi menggunakan pisau besar dan pisau kecil.

Tabel 11 Perbandingan waktu mengupas ubi menggunakan pisau besar dan pisau
kecil
Pisau besar Pisau kecil
Waktu siklus (Ws) 13.24 32.29
Waktu normal (Wn) 14.30 34.87
Waktu baku (Wb) 20.14 49.11

Tabel 11 menunjukkan perbandingan waktu mengupas ubi menggunakan


pisau kecil dan mengupas ubi menggunakan pisau besar, dari pengukuran waktu
baku menggunakan pisau besar lebih cepat selesai daripada menggunakan pisau
kecil. Pisau besar memerlukan waktu 20.44 detik untuk mengupas ubi sedangkan
mengupas ubi menggunakan pisau kecil memerlukan waktu 49.11 detik.
Mengupas ubi menggunakan pisau besar lebih cepat karena jangkauan kupasan
lebih luas. Pisau besar dan pisau kecil dapat dilihat pada Gambar 9.

(a) Pisau besar (b) Pisau kecil


Gambar 9 Pisau besar dan pisau kecil
26

Implikasi Manajerial

Pada bulan Juli 2017 PT GEI menambah pekerja di bagian pengupasan ubi
karena terdapat penambahan target hasil pengupasan ubi yang semula 2 000 kg
menjadi 3 000 kg setiap harinya. Terdapat penambahan 4 pekerja yang semula
berjumlah 18 pekerja menjadi 22 pekerja, pekerja yang baru masuk mengupas ubi
menggunakan pisau kecil sehingga waktu pengupasan ubi menjadi 49.81 detik
sedangkan pekerja yang mengupas ubi menggunakan pisau besar memerlukan
waktu 20.44 detik. Ketika pekerja mengupas ubi menggunakan pisau besar hasil
ubi yang dikupas sebanyak 2 219.4 kg sedangkan keika mengupas menggunakan
pisau kecil hasil yang didaptkan sebanyak 2 421.8 kg sehingga target ubi yang
dikupas sebanyak 3 000 kg kurang 19.27%. Hal ini menunjukkan bahwa
seharusnya pekerja menggunakan pisau besar untuk mengupas ubi supaya waktu
yang dibutuhkan untuk mengupas bisa lebih cepat sehingga hasil ubi yang dikupas
lebih banyak daripada menggunakan pisau kecil.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian tentang ini dapat disimpulkan :


1. Studi gerak yang diteliti pada proses produksi pasta ubi berada dibagian
pengupasan ubi. Gerakan awal yang dilakukan yaitu menjangkau ubi yang
akan dikupas dan diakhiri dengan gerakan menaruh ubi di keranjang.
Gerakan yang dilakukan sudah efektif karena gerakan yang dilakukan
merupakan gerakan dasar yang berhubungan dengan penyelesaian
pekerjaan.
2. Penerapan 5S belum dilakukan dengan baik, karena pekerja belum memiliki
kesadaran yang tinggi dan belum adanya disiplin pada diri masing-masing
pekerja untuk membuat lingkungan kerja nyaman dan aman.
3. Pengukuran waktu baku dilakukan pada bagian pengupasan ubi dengan
menggunakan pisau kecil dan pisau besar, dimana waktu pengupasan ubi
dengan pisau kecil selama 49.81 detik setelah dilakukan usulan perbaikan
dengan mengupas ubi menggunakan pisau besar maka didapatkan waktu
sebesar 20.44 detik.

Saran

1. Gerakan pada saat menjangkau ubi sebaiknya dilakukan menjangkau ubi


yang terdekat dengan pekerja, sehingga tidak terjadi penumpukkan ubi.
Perusahaan sebaiknya menambah keranjang untuk ubi yang sudah selesai
dikupas, agar pekerja tidak perlu mencari keranjang.
2. Dilakukan pengawasan untuk mengingatkan pekerja supaya menerapkan
penerapan 5S dan disiplin pada diri, sehingga tidak terdapat kulit ubi yang
27

terjatuh di lantai, dan menaruh peralatan kerja yang digunakan pada


tempatnya sehingga mengurangi kegiatan mencari.
3. Pekerja pada bagian pengupasan ubi sebaiknya menggunakan pisau besar,
karena waktu yang diperlukan untuk mengupas ubi lebih cepat dan
sebaiknya perusahaan mempunyai persediaan pisau besar, agar pekerja baru
bisa menggunakan pisau tersebut untuk mengupas ubi.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha A. 2015. Aplikasi Teknik Tata Cara Kerja dalam Penentuan Waktu
Standar pada Lini Pengemasan di PT X [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Akbar MT, Herodian S. 2011. Studi Gerak dan Waktu pada Proses Penggilingan
Padi Skala Besar dan Kecil. Prosiding Seminar Nasional Perteta [prosiding].
[diunduh 2017 April 16]; 885-894. Tersedia pada http://repository.ipb.ac.id
Alifia. 2015. Studi Gerak dan Pengukuran Waktu Standar Bagian Pengemasan di
PT XYZ [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Data Produksi Ubi di Indonesia [Internet].
[diunduh 2017 Oktober 24]. Tersedia pada www.bps.go.id
Bestari LR.2010. Analisis Strategi Pemasaran Pasta Ubi Jalar PT Galih Estetika
Kuningan, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hartono G, Sutantyo FA. 2008. Implementasi Prinsip Kerja 5S pada Bagian
Pabrikasi I untuk Meningkatkan Efisiensi Waktu Produksi. Jurnal Teknik
Industri [Jurnal]. [diunduh 2017 Mei 2]; 9(2): 104-113. Tersedia pada
http://download.portalgaruda.org
Heizer J, Render B. 2009. Manajemen Operasi. Sungkono C, penerjemah. Jakarta
(ID): Salemba Empat.
Herjanto E. 2007. Manajemen Operasi Ed ke-3. Jakarta (ID): Gramedia
Widiasarana Indonesia.
[ILO] International Labour Office. 1983. Introduction of Work Study Revised
Edition. Diterjemahkan oleh: Wetik JL. Jakarta (ID): Erlangga.
Imai M. 1997. Gemba Kaizen: Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah pada
Manajemen. Jahja K, penerjemah. Jakarta (ID): PT Pustaka Binaman
Pressindo. Terjemahan dari: Gemba Kaizen: A Commonsense, Low-Cost
Approach to Management.
Juanda, Rozali ZL, Syahputra H. 2012. Standarisasi Waktu Kerja pada Unit
Pengolahan Kakao, Koperasi Rimbun, Pidie Jaya. Jurnal Teknik Pertanian
[Jurnal]. [diunduh 2017 Mei 2]; 5(2): 104-113. Tersedia pada
http://download.portalgaruda.org
Kartika H, Hastuti T. 2012. Analisis Pengaruh Sikap Kerja 5S dan Faktor
Penghambat Penerapan 5S Terhadap Efektivitas Kerja Departemen Produksi
di Perusahaan Sepatu. Jurnal Ilmiah [Jurnal]. [diunduh 2017 Juli 19]; 5(1)
47-54. ISSN: 2085-5869. Tersedia pada http://diglib.mercubuana.ac.id
28

[Kementan RI] Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2016. Data Produksi


Ubi di Indonesia Tahun 2015 [Internet]. [diunduh 2017 April 18]. Tersedia
pada www.pertanian.go.id
[Kementan RI] Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2016. Data Produksi
Ubi di Kabupaten/Kota Jawa Barat 2013 – 2015 [Internet]. [diunduh pada
2017 April 18]. Tersedia pada www.pertanian.go.id
Novistiara A. 2014. Studi Waktu pada Proses Produksi Nanas Kaleng di PT Great
Giant Pineapple Lampung Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Oktavia E. 2014. Analisis Proses Kerja Dalam Efisiensi Produksi di PTPN VII
Unit Usaha Bungamayang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rinawati DI, Puspitasari D, Muljadi F. 2012. Penentuan Waktu Standar dan
Jumlah Tenaga Kerja Optimal Pada Produksi Batik Cap (Studi Kasus : IKM
Batik Saud Effendy, Laweyan). Jurnal Teknik Industri [Jurnal]. [diunduh
2017 Mei 2]; 7(3):143-150. Tersedia pada http://download.portalgaruda.org
Rizani NC, Safitri DM, Wulandari PA. 2012. Perbandingan Pengukuran Waktu
Baku Dengan Metode Stopwatch Time Study dan Metode Ready Work
Factor (RWF) Pada Departemen Hand Insert PT Sharp Indonesia. Jurnal
Teknik Industri [Jurnal]. [diunduh 21 Februari 2017]; 10(7): 127-136.
ISSN:1411-6340. Tersedia pada http://academia.edu
Sasongko LA. 2009. Perkembangan Ubi Jalar dan Peluang Pengembangannya
untuk Mendukung Program Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan di
Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Pertanian [Jurnal]. [diunduh 2017 Oktober 24];
5(1): 36-43. Tersedia pada http://download.portalgaruda.org
Simanjuntak RA, Hernita D. 2008. Usulan Perbaikan Metode Kerja Berdasarkan
Micromotion Study dan Penerapan Metode 5S untuk Meningkatkan
Produktifitas. Jurnal Teknologi [Jurnal]. [diunduh 2017 Juli 15]; 1(2): 191-
203. Tersedia pada http://jurtek.akprind.ac.id
Sukania IW, Gunawan T. 2014. Analisa Waktu Baku Elemen Kerja pada
Pekerjaan Penempelan Cutting Stiker di CV Cahaya Thesani. Jurnal Energi
dan Manufaktur [Jurnal]. [diunduh 2017 April 20]; 7(2): 119-224. Tersedia
pada http://ojs.unud.ac.id
Sutalaksana, Angga R, Tjakraatmaja JH. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja
Ed ke-2. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
Tastanny T. 2011. Analisis Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi
Minuman Lidah Buaya di UMKM (Studi Kasus: PT Driyama Purwana,
Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wignjosoebroto S. 2003. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri Ed ke-1.
Surabaya (ID): Guna Widya.
Wignjosoebroto S. 2008. Ergonomi Studi dan Waktu: Teknik Analisis untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja Ed ke-1. Surabaya (ID): Guna Widya.
29

LAMPIRAN
30
31

Lampiran 1 Faktor kelonggaran

Sumber: Sutalaksana et al (2006)


32

Lampiran 2 Struktur organisasi PT Galih Estetika Indonesia

Direktur
Utama

Direktur
Marketing

General Staff
Kasir
Manager Marketing

PPIC Manager Manager Manager QA Manager


Manager FA
Manager Pengadaan Produksi & RND HRD

Adm Spv Spv Spv Quality Spv Spv Adm


Pengawas Laboratorium Spv FA
PPIC Pengadaan Reguler Process Control Puchasing HRD HRD

Area Area Spv Pengawas Adm


Packing Pengawas Kasir Produksi
1Penga 2Pene Powder Pemelihar

Pengawas Pengawas

32
33

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serang, Banten pada tanggal 23 September 1994


sebagai anak pertama dari pasangan Nugroho Susanto dan Sulistyorini. Tahun
2012 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Kota Serang dan pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan di Program Diploma Institut Pertanian Bogor
Program Keahlian Manajemen Industri melalui jalur USMI. Penulis
menyelesaikan laporan akhir dengan melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di
PT Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk Serang Mill dengan topik Mempelajari Tata
Cara dan Pengukuran Waktu Kerja Operator Manual Wrapping di PT Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk, Serang Mill.Pada Tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan
di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor. Selama
mengikuti perkuliahan penulis aktif dibeberapa kegiatan organisasi seperti
Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) sebagai anggota dan Executive of
Management (EXOM) Program Sarjana Alih Jenis IPB periode 2016-2017
sebagai sekretaris Divisi Human Resources. Pada bulan Juni-Agustus 2017
penulis melakukan penelitian di PT Galih Estetika Indonesia dengan judul Studi
Gerak, Penerapan 5S dan Waktu Baku Bagian Pengupasan Ubi di PT Galih
Estetika Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai