FKH 522
Kesehatan Sapi (05/04/2021 – 29/04/2021)
Disusun oleh:
Rhestianti Rukmana, SKH B0901201013
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Rhestianti Rukmana, SKH B0901201013
Menyetujui,
Mengetahui,
Wakil Dekan FKH IPB Koordinator Mata Kuliah Praktik
Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Kerja Lapangan Kesehatan Sapi
Prof drh Ni Wayan Kurniani Karja, MP, PhD Drh Amrozi, PhD
NIP 19690207 199601 2 001 NIP 19700721 199512 1 001
Tanggal Pengesahan:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia
dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan dan laporan
kegiatan praktik lapang Pelayanan Kesehatan Sapi Perah di PT Agrijaya Prima
Sukses, Dusun Jabong, Desa Curugrendeng Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten
Subang, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 5 April 2021 –
29 April 2021.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu selama kegiatan PKL dan penulisan laporan:
1. Manajer PT Agrijaya Prima Sukses yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk PKL
2. Drh Wan Gemasih, Drh Andri Pamungkas, dan Drh Mochamad Iqbal Gozali
selaku dokter hewan pembimbing lapang atas bimbingan, arahan, nasihat,
dan ilmu yang telah diberikan selama kegiatan PKL.
3. Drh Riki Siswandi, PhD, Prof Dr Drh Bambang Purwantara, M.Sc, dan Drh
Amrozi, PhD selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, nasihat, dan
ilmu yang telah diberikan selama kegiatan pembimbingan.
4. Sandi, Ade, Mumuh, Dede, Darda, seluruh staf dan paramedik divisi
kesehatan hewan, reproduksi, pemerahan, dan heifer raising atas arahan dan
bimbingan yang diberikan selama kegiatan PKL.
5. Teman kelompok magang PKL Shila, Savira, Dio, Rahmed, Yoga atas
segala bantuan, kerjasama, dan dukungan yang telah diberikan selama
kegiatan praktik lapang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Semoga laporan kegiatan
praktik lapang ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 1
Manfaat 2
PELAKSAAN KEGIATAN 2
Waktu dan Tempat 2
Metode 2
KEGIATAN PELAYANAN REPRODUKSI 2
Pelayanan Inseminasi Buatan 2
Pelayanan Pemeriksaan Kebuntingan 4
Pelayanan Penanganan Prepartus dan Postpartus 5
PENANGANAN KASUS REPRODUKSI 6
Abortus 6
Distokia 8
Metritis 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 13
v
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal Harian Mahasiswa selama PKL di PT. Agrijaya Prima Sukses Subang-
Jawa Barat 13
2 Obat-obatan yang digunakan di PT. Agrijaya Prima Sukses 16
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan produksi susu menjadi pokok utama untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan protein hewani. Kesadaran akan kebutuhan protein
hewani yang semakin meningkat belum tercukupi dengan keadaan produksi susu
sapi di Indonesia yang masih rendah. Peternakan sapi perah menjadi semakin
penting seiring semakin meningkatnya kebutuhan susu sebagai bahan baku dan
bahan makanan sumber protein. Sapi perah merupakan salah satu ternak
ruminansia besar yang memiliki potensi besar sebagai usaha dan suber
penghasilan. Sapi perah dapat memproduksi susu dalam jangka waktu yang cukup
lama jika menejemen pemeliharaan dilakukan dengan baik.
PT. Agrijaya Prima Sukses yang berlokasi di Desa Curugrendeng,
Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat merupakan salah satu
perusahaan peternakan sapi perah yang ada di Jawa Barat. Perusahaan yang baru
berdiri pada tahun 2018 ini menghasilan produk berupa susu segar atau fresh milk
yang selanjutnya akan dijual ke perusahaan susu yaitu PT. Ultra Jaya. Total
populasi sapi berjumlah 1.647 ekor, terdiri dari 513 ekor pedet dan 1134 ekor sapi
laktasi dan bunting. Rencana target perusahaan untuk meningkatkan populasi sapi
menjadi 4.000 ekor dan menciptakan produk hasil olahan susu sendiri secara tidak
langsung akan membantu pemenuhan kebutuhan susu masyarakat di Indonesia.
Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai target tersebut seperti,
manajemen pakan, kandang, kesehatan hewan dan reproduksi.
Dokter hewan memiliki peran yang penting dalam peternakan sapi perah.
Dokter hewan sebagai tenaga medis bertanggung jawab menyediakan layanan
konsultasi kepada peternak dan tindakan medik pada ternak. Sebagai calon dokter
hewan, mahasiswa Program Pendidikan Dokter Hewan (PPDH) Institut Pertanian
Bogor dituntut untuk menambah pengetahuan, pengembangan skill, menambah
pengalaman terkait reproduksi dan kesehatan sapi perah melalui Praktik Kerja
Lapang (PKL) yang telah bekerjasama dengan PT. Agrijaya Prima Sukses.
Kegiatan PKL ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan manajemen
reproduksi dan kesehatan sapi perah serta meningkatkan keterampilan.
Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan PKL adalah meningkatkan pengetauan, kemampuan, serta
keterampilan dalam bidang manajemen kendang, kesehatan sapi perah,
reproduksi, gangguan reproduksi, pemeliharaan pedet, serta menambah
pengalaman dalam menentukan diagnosis, prognosis, terapi, dan melatih
keterampilan penerapan teknologi reproduksi seperti Inseminasi Buatan (IB) dan
pemeriksaan kebuntingan (PKB).
2
Manfaat Kegiatan
Manfaat kegiatan PKL ini adalah dapat meningkatkan wawasan,
pengetahuan, dan kemampuan skill di lapangan dalam bidang manajemen
reproduksi sapi perah seperti pelaksaan sinkronisasi, manajemen one calf one
year, pengobatan sapi perah, dan industri sapi perah.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Waktu dan Tempat
Praktik Kerja Lapang Kesehatan Sapi dilaksanakan pada tanggal 5 April -
29 April 2021 di PT. Agrijaya Prima Sukses yang bertempat di Desa
Curugrendeng, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.
Metode
Kegiatan Praktik Kerja Lapang Kesehatan Sapi dilaksanakan dengan
metode dua arah. Mahasiswa dituntut untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang
dilaksanakan di divisi heifer raising, divisi reproduksi, dan divisi kesehatan
hewan dengan bimbingan dari dokter hewan. Evaluasi dan diskusi dari setiap
kegiatan yang dilaksanakan dilakukan dengan Dokter hewan pembimbing
lapangan juga memberikan tugas untuk menambah ilmu dan pemahaman
mahasiswa.
laporan dari petugas pada semua divisi yang berjaga dengan melakukan deteksi
estrus menggunakan metode pengamatan standing heat sebagai laporan awal.
Konfirmasi dilakukan dengan pengecekan langsung oleh divisi reproduksi dengan
melihat gejala seperti vulva merah, keluarnya lendir, ukuran vulva yang
membengkak. Palpasi rektal dilakukan untuk mengetahui kondisi uterus yang
estrus akan terasa lebih tegang dan diberikan stimulasi/pemijatan uterus untuk
melihat lendir yang keluar dari vulva. IB dilaksanakan 6-8 jam setelah estrus
terlihat pada sapi. Peralatan yang harus dipersiapkan adalah gloves, termos yang
berisi nitrogen cair, straw IB, gun IB, gunting dan pinset. Semua catatan dan
pelaporan pada pelayanan IB akan dicatat oleh admin.
PT Agrijaya Prima Sukses melakukan program sinkronisasi birahi sebagai
upaya efisiensi yaitu dengan menggunakan 2 hormon yaitu PGF dan GnRH.
Produk PGF yang digunakan adalah PGF Veyx®Forte sebanyak 2 ml dan GnRH
yang digunakan adalah Gonavet Veyx® 1 ml. Petugas IB menerapkan metode
double ovsynch untuk IB pertama dan jika tidak terjadi kebuntingan maka untuk
IB kedua menggunakan standar ovsynch. Selanjutnya jika sampai IB ke enam
tidak bunting maka sinkronisasi menggunakan metode G6G. Sedangkan untuk
sapi dara menggunakan presynch ovsynch. Sapi dara mulai dilakukan sinkron
sekitar umur 13 bulan. Setelah sapi dara di IB dan dilakukan PKB tidak terjadi
kebuntingan, maka sinkron selanjutnya menggunakan program double ovsynch
seperti pada sapi laktasi.
Pelaksanaan IB diawali dengan pengambilan straw IB di tempat
penyimpanan straw di kantor. Straw yang akan digunakan dipilih berdasarkan
data jumlah IB yang sudah dilakukan pada sapi tersebut. PT Agrijaya Prima
Sukses menggunakan dua jenis straw yaitu sexing dan reguler. IB pertama, ke-2
dan ke-3 menggunakan jenis straw sexing (Hallmarks, Arkana, Stark), IB ke-4
dan ke-5 menggunakan jenis straw conventional reguler, IB ke-6 sampai ke-10
menggunakan straw reguler lokal dari BIB Lembang.
Straw dibawa ke kandang menggunakan termos berisi nitrogen cair. Air
hangat untuk thawing straw sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Kemudian straw
diambil dari termos yang berisi nitrogen cair menggunakan pinset dan dilakukan
thawing pada air hangat dalam water heater sampai suhu 39 °C selama 30-40
detik. Straw dikeringkan menggunakan tisu, kemudian ujung bagian sumbat
pabrik dipasang ke gun IB. Bagian ujung sumbat laboratorium dipotong dengan
menggunakan cutting khusus, kemudian gun IB ditutup menggunakan plastic
sheet. Palpasi rektal dengan tangan kiri dilakukan menggunakan gloves. Kotoran
yang terdapat pada rektum dikeluarkan dengan posisi tangan tetap di dalam
rektum. Serviks yang teraba difiksasi dengan cara digenggam. Kemudian, vulva
dibersihkan menggunakan ekor sapi lalu dengan tisu. Tangan kanan memasukkan
gun IB yang berisi straw ke dalam vagina. Semen dideposisikan setelah melalui
semua cincin serviks atau pada bagian pangkal corpus uteri.
4
PKB 2 dilakukan pada usia kebuntingan 60 hari dan PKB 3 pada 210 hari
kebuntingan. Pemeriksaan dilakukan pasca dilakukannya IB, atau sudah diketahui
bunting namun ingin memastikan status kebuntingan dari sapi tersebut usia
kebuntingan atau letak dan posisi fetus. Beberapa parameter yang diperiksa saat
pemeriksaan diantaranya kornua uteru yang asimetris, adanya undulasi, fiksasi
serviks, adanya fremitus, keberadaan fetus, pergerakan fetus, serta letak fetus. Hasil
pemeriksaan dicatat pada borang yang berisi tanggal IB, nomor ear tag, status days in
milk, umur ternak, straw IB, petugas IB, petugas pemeriksa PKB, tanggal PKB, dan
hasil pemeriksaan PKB.
5
Postpartus
Pelayanan post partus bertujuan untuk mencegah terjadinya kelainan
setelah melahirkan, dan memulihkan kembali kondisi induk sapi pada masa
purpureum. Perlakuan yang diterapkan di PT AGRIJAYA PRIMA SUKSES
terkait pelayanan post partus diantaranya indukan sapi diperah dahulu sesegera
mungkin setelah pedet lahir, lalu kolostrum segera diberikan pada pedet,
dilanjutkan dengan pemberian Vigantol E® (Vitamin ADE) dengan dosis 5
mL/ekor secara intramuskular. Pemberian vitamin ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya defisiensi nutrisi juga untuk membantu proses
pertumbuhan, regenerasi sel, perbaikan sel epitel, dan untuk mengoptimalkan
reproduksi sapi. Kemudian diberikan BiosanTP® dengan dosis 20 mL/ekor secara
IM. Biosan adalah sediaan injeksi energi siap pakai yang mengandung Adenosine
Triphosphate (ATP) untuk menjaga dan mengembalikan stamina tubuh hewan,
serta menguatkan otot yang lemah akibat kelelahan melahirkan, kekurangan
makanan, infeksi penyakit dan lain-lain. Pemberian Intracin-10S® atau
6
Pembahasan
Abortus didefinisikan sebagai kematian fetus pada usia kebuntingan antara
42 hingga 260 hari dan umumnya terjadi karena fetus sudah mati in-utero.
Kematian fetus di bawah 42 hari dinamakan sebagai kematian embrionik dini.
Abortus dapat disebabkan oleh agen infeksius maupun non infeksius. Agen non
infeksius terdiri dari agen toksis, heat stress, dan abnormalitas genetik. Agen
infeksius dapat berupa parasit, bakteri, virus, dan fungi. Virus yang dapat
menyebabkan abortus adalah bovine viral diarrhoea virus (BVDV), bovine herpes
virus 4 (BoHV4), bovine herpes virus 1 (BoHV1), dan yang terbaru virus
Schmallenberg. Bakteri yang dapat menyebabkan abortus adalah Brucella abortus,
Chlamydophila abortus, Coxiella burnettii, Salmonella sp., Leptospria sp.,
Campylobacter sp., dan lain-lain. Parasit yang umum berkaitan dengan abortus
adalah Neospora caninum dan Tritrichomonas foetus. Sedangkan fungi,
Aspergillus sp. dilaporkan dapat menyebabkan abortus pada sapi (Derdour et al.
2017).
2 hari. Kejadian abortus kemungkinan disebabkan oleh stres yang terjadi saat
pemindahan sapi dari kandang atas menuju kandang transisi yang dilakukan 4 hari
sebelum kejadian abortus. Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan stres
adalah kandang SN B3 yang padat populasi dan kegiatan scraping kotoran yang
biasa dilakukan setiap pagi dapat menciptakan kondisi stres pada sapi. Sapi-sapi
dara seperti sapi 2197 cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi karena
belum terbiasa kontak dengan manusia terutama pada proses penggiringan.
Pengobatan yang diberikan pasca partus adalah inejksi Biosan® TP
sebanyak 20 mL untuk mengembalikan stamina sapi. ATP yang terkandung akan
menjaga dan mengembalikan stamina tubuh hewan, serta menguatkan otot yang
lemah akibat melahirkan. Oksitosin sebanyak 5 mL diberikan melalui rute
subkutan untuk merangsang pengeluaran sisa plasenta pada uterus agar tidak
terjadi retensi plasenta.
Kasus Distokia
Kasus ditemukan pada sapi dengan nomor ID 881 yang terdapat di kandang
SN B1. Rekam medik sapi dapat dilihat pada Tabel 2
Pembahasan
Distokia atau kesulitan dalam kelahiran dapat disebabkan oleh dua
penyebab utama,yaitu ukuran fetus yang terlalu besar dan abnormalitas fetus.
Ukuran fetus yang terlalu besar umum terjadi pada sapi dara, ras sapi potong,
masa gestasi lama, peningkatan berat badan fetus, fetus jantan, dan kematian fetus
perinatal akibat emfisema. Abnormalitas fetal termasuk monster, penyakit fetus,
dan maldisposisi fetus. Penyebab distokia yang paling sering terjadi adalah
maldisposisi fetal, dimana fleksi ekstremitas dan deviasi kepala memiliki kejadian
terbanyak (Purohit et al. 2012).
Sapi 420 menunjukkan gejala kelahiran terlihat dari pecahnya cairan
amnion dan terlihatnya ekstremitas fetus. Ekstremitas yang terlihat adalah kaki
belakang sehingga presentasi fetus adalah posterior longitudinal, posisi dorsal
(dorso-sacral) dengan postur ekstensi kaki belakang sepenuhnya. Setelah sekitar
satu jam fetus tidak lahir, dilakukan penarikan pada kedua ekstremitas kaki
belakang menggunakan calf puller.
Setelah fetus berhasil tertarik keluar, dilakukan penjahitan tali pusar yang
terbuka karena terputus saat penarikan. Lalu tali pusar dicelupkan dalam iodine
untuk mencegah terjadinya omphalitis. Induk sapi diberikan infus kalsium
(Calcidex®) sebanyak 200 mL untuk mencegah hipokalsemia. ATP (Biosan TP®)
diberikan sebanyak 20 mL untuk meningkatkan stamina hewan pasca kelahiran.
Oksitosin diberikan sebanyak 5 mL dengan rute subkutan. Oksitosin adalah
10
Kasus Metritis
Kasus ditemukan pada sapi dengan nomor ID 212 yang terdapat di kandang
HF2 A1
Pembahasan
Post-partus sapi perah sangat rentan terhadap kejadian penyakit uterus
seperti metritis dan endometritis dan menyebabkan kerugian produksi. Definisi
11
kasus metritis dan endometritis baru dilakukan standarisasi sekarang ini. Sapi
yang mengalami perbesaran uterus, vaginal discharge (VD) berbau, watery
dengan warna merah-kecoklatan, demam, dan menunjukkan gejala penyakit
sistemik dalam waktu DIM 21 di definisikan sebagai puerperal metritis,
sedangkan sapi yang mengalami perbesaran uterus, berbau VD watery berwarna
merah-coklat tanpa menunjukkan gejala penyakit sistemik selama DIM 21 di
definisikan sebagai metritis klinis; dan sapi yang memiliki nanah di VD, DIM 21
atau lebih, tanpa menunjukkan gejala penyakit sistemik di definisikan sebagai
endometritis klinis (Giuliodori et al. 2013).
Sapi 212 dilakukan pengecekan metricheck pada DIM 21. Hasil
metricheck menunjukkan adanya lendir keruh berwarna kecoklatan dan berbau
sehingga masuk dalam katagori metritis +2. Pengobatan yang diberikan adalah
flushing intrauterine NaCl ditambah Limoxin LA sebanyak 30 mL. Faktor resiko
metritis adalah masalah kelahiran (distokia, kembar, retensi plasenta, stillbirth),
DMI rendah, dan konsentrasi serum NEFA prepartum yang tinggi.
Simpulan
Mahasiswa selama mengikuti kegiatan pelayanan kesehatan sapi perah di
PT. Agrijaya Prima Sukses diberi kesempatan untuk melakukan pelayanan
bersama dokter hewan lapang sehingga dapat menambah pengalamanan,
keterampilan, serta ilmu pengetahuan baru yang terjadi di lapangan. Kasus
gangguan reproduksi yang ditemui di lapangan diantaranya abortus, distokia, dan
metritis.
Saran
Peningkatan upaya kontrol kesehatan pada sapi untuk mencegah resiko-
resiko terjadinya penyakit pada ternak yang berhubungan dengan klinis dan
reproduksi sehingga fertilitas sapi, kuantitas serta kualitas susu sapi yang
dihasilkan dapat ditingkatkan. Menghentikan pemberian susu dengan residu
antibiotik kepada ternak untuk menghindari terjadinya efek samping seperti
resistensi antibiotik.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anna Cláudia Calvielli Castelo Branco, Fábio Seiti Yamada Yoshikawa, Anna J
ulia Pietrobon, Maria Notomi Sato. 2018. Role of Histamine in
Modulating the Immune Response and Inflammation, Mediators of
Inflammation. (2018):10.
Aprily NU, Sambodho P, Harjanti DW. 2016. Evaluasi kelahiran pedet sapi perah
di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan pakan ternak
Baturaden. Jurnal Peternakan Indonesia. 18(1):36-43
Brett JA, Meiring RW. 2015. Evaluating Reproductive Performance on Dairy
Farms. Di dalam: Hopper RM, editor. Bovine Reproduction. Oxford
(UK): John Wiley & Sons, Inc. hlm. 370
Derdour SY, Hafsi F, Azzag N, Tennah S, Laamari A, China B, Ghalmi F. 2017.
Prevalence of the main infectious causes of abortion in dairy cattle in
Algeria. Journal of Veterinary Research. 61(3): 337-343.
Giuliodori MJ, Magnasco RP, Becu-Villalobos D, Lacau-Mengido M, Risco CA,
de la Sota RL. 2013. Metritis in dairy cows: risk factors and
reproductive performance. Journal of Dairy Science. 96(6): 3621-3631
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jurnal Harian Mahasiswa selama PKL di PT. Agrijaya Prima Sukses
Subang-Jawa Barat
- Pengobatan mastitis
- Pengobatan & pengecekan
metritis, cek fresh,
surveillance
- Operasi LDA
im
Sc
18
Im, sc