LAPORAN REPRODUKSI
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
KESEHATAN SAPI DI KOPERASI PETERNAKAN SAPI
BANDUNG UTARA (KPSBU) LEMBANG, JAWA BARAT
(04 – 29 Desember 2023)
Disusun Oleh :
KELOMPOK G
PPDH Semester Genap Tahun Ajaran 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh:
Diketahui oleh:
Tanggal Pengesahan :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) Kesehatan Sapi di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Jawa
Barat. Laporan ini ditulis berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 4 Desember
hingga 29 Desember 2023.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
bimbingan, saran, serta masukan selama melaksanakan kegiatan PKL Kesehatan Sapi hingga
penulisan laporan ini. Terima kasih disampaikan kepada:
1.Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang atas kesempatannya
dalam Praktik Kerja Lapangan Kelompok G PPDH Gelombang 2 Tahun 2022/2023
2.Tim kesehatan hewan KPSBU Lembang yaitu Drh. Iyus Setiawan, Drh. Fathul Bari,
dan Drh. Asep Suwandi selaku pembimbing di lapangan, serta para paramedik
veteriner, petugas, dan staff KPSBU Lembang yang telah memberikan bimbingan dan
ilmu selama pelaksanaan kegiatan PKL
3.Drh. Mokhamad Fakhrul Ulum, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing bidang
reproduksi dan kebidanan dalam kegiatan PKL Kesehatan Sapi.
4.Orang tua, teman-teman, serta keluarga yang telah memberi dukungan kepada penulis
selama menjalani kegiatan perkuliahan di Program Pendidikan Dokter Hewan SKHB
IPB.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Praktik Kerja Lapang kesehatan sapi memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan mahasiswa program Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan di Sekolah
Kedokteran Hewan dan Biomedis, Institut Pertanian Bogor. Praktik ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman tentang manajemen dan kesehatan klinik serta reproduksi pada sapi
perah. Selain itu, praktik ini juga bertujuan untuk memperkenalkan gangguan reproduksi
pada sapi perah, memberikan pengetahuan tentang manajemen pemeliharaan pedet, dan
memberikan pengalaman dalam menentukan diagnosis, prognosis, serta terapi. Selain itu,
mahasiswa juga akan dilatih dalam penerapan teknologi reproduksi seperti Inseminasi Buatan
(IB) dan pemeriksaan kebuntingan (PKB) di lapangan.
Mumifikasi fetus dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kelainan genetik,
ketidakseimbangan hormon, kekurangan gizi, infeksi, atau kondisi lain yang mengganggu
perkembangan normal janin. Mendeteksi mumifikasi bisa menjadi tantangan karena janin
yang mumifikasi mungkin tidak dikeluarkan dari rahim seperti pada keguguran biasa.
Sebaliknya, janin mumifikasi dapat tetap berada di dalam rahim untuk jangka waktu yang
lama tanpa menunjukkan tanda klinis yang jelas.
Mumifikasi fetus pada sapi perah adalah proses kompleks yang terjadi ketika fetus
mati di dalam rahim dan mengalami serangkaian perubahan yang mengakibatkan pengawetan
dan dehidrasi. Proses mumifikasi umumnya dimulai dengan kematian fetus. Ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kelainan genetik, ketidakseimbangan hormon,
kekurangan gizi, infeksi, atau kondisi lain yang mengganggu perkembangan normal fetus.
Berbeda dengan keguguran biasa dimana sisa-sisa fetus dikeluarkan dari rahim, pada
mumifikasi, fetus mati tidak dikeluarkan. Ia dapat tetap berada di dalam rahim untuk jangka
waktu yang lama tanpa diketahui karena kurangnya tanda klinis yang jelas. Setelah kematian
fetus, proses mumifikasi melibatkan dehidrasi jaringan fetus. Cairan amnion di sekitar fetus
dapat diserap kembali, menyebabkan dehidrasi dan pengawetan jaringan fetus. Jaringan lunak
fetus, termasuk otot dan organ, mengalami proses mumifikasi yang melibatkan penghilangan
kelembaban dari jaringan, menghasilkan keadaan yang kering dan terawet. Dalam beberapa
kasus, tulang fetus dapat mengalami kalsifikasi. Ini terjadi ketika mineral didepositkan di
dalam tulang, membuatnya lebih keras dan lebih terasa selama pemeriksaan oleh dokter
hewan. Dalam kasus ini, saat palpasi, dapat terasa bahwa seluruh fetus benar-benar keras.
Fetus yang mumifikasi tetap berada di dalam rahim tanpa menunjukkan tanda klinis yang
jelas. Penyebab terjadinya mumifikasi antara lain Bovine Viral Diarrhea (BVD),
leptospirosis, Neospora caninum, faktor mekanik (tekanan, torsio umbilikal cord), torsio
uteri, kelainan pada plasenta, anomali genetik, abnormalitas hormon.
Diagnosa dapat dilakukan melalui palpasi per rektal dan ultrasonografi (USG). Di
dalam kasus ini digunakan palpasi per rektal sahaja. Fetus yang mengalami mumifikasi akan
terlihat kompak, keras, dan tidak bergerak tanpa adanya plasenta atau plasentom. Terapi
adalah pengeluaran fetus secara manual dan pemberian Glucortin. Glucortin mengandungi 2
mg Dexamethasone. Deksametason adalah kortikosteroid sintetis yang memiliki sifat
antiinflamasi dan imunosupresif. Glukokortikoid adalah kelas hormon steroid, dengan
kortisol sebagai glukokortikoid utama pada manusia dan banyak hewan. Hormon-hormon ini
memainkan peran penting dalam berbagai proses fisiologis, termasuk metabolisme, respons
kekebalan, dan regulasi stres. Vitamin ADE juga diberikan kepada sapi. Vitamin A dan E
memainkan peran penting dalam mendukung sistem kekebalan tubuh. Selama sakit, sistem
kekebalan sering membutuhkan dukungan tambahan untuk melawan infeksi dan pulih dari
efek penyakit. Vitamin A sangat penting untuk perbaikan dan penyembuhan jaringan. Pada
hewan yang sakit, terutama yang mengalami kondisi yang memengaruhi selaput lendir atau
jaringan epitel, Vitamin A dapat membantu dalam regenerasi jaringan yang rusak. Meskipun
Vitamin ADE injeksi bukan obat penyembuh penyakit spesifik, namun dapat membantu
mengatasi kekurangan gizi yang mungkin muncul selama sakit, mendukung kesehatan dan
vitalitas keseluruhan hewan. Lutalyse diberikan kepada sapi untuk menginduksi aborsi.
Lutalyse mengandungi prostaglandin F2alpha. Lutalyse menyebabkan regresi korpus luteum,
yang mungkin bermanfaat dalam kondisi reproduksi tertentu. Ini dapat memengaruhi
keseimbangan hormon dan dapat digunakan untuk mengatur siklus estrus. Prostaglandin,
seperti yang diinduksi oleh Lutalyse, dapat merangsang kontraksi rahim. Hal ini dapat
membantu dalam pengeluaran sisa-sisa janin atau jaringan yang mumifikasi dari uterus.
Monitoring program reproduksi perlu dilakukan untuk mengurangi kejadian mumifikasi.
Fetusnya dapat dikeluarin pada hari ke-5 setelah pengobatan.
Temuan klinis Sapi lemas, tidak mampu berdiri, prolaps vagina dengan
cervix tertutup
Diagnosa Prolaps vagina
Prognosa Fausta
Terapi Infus IV Calmasol-440®, anastesi epidural dengan
Lidocaine, penjahitan simple interrupted di labia vulva
menggunakan tali rafia setelah reposisi vagina, Procaben
LA® intra vaginal, Procaben LA® dan ADE-plex Inj®
secara intramuskular
Gambar 1 Kondisi prolaps vagina pada sapi (kiri), penjahitan simple interrupted pada labia
vulva (kanan)
3.3 Endometritis
Hipofungsi ovari adalah suatu kejadian dimana ovarium mengalami penurunan fungsi
sehingga tidak terjadi perkembangan folikel dan tidak terjadi ovulasi, yang secara klinis
bermanifestasi sebagai anestrus. Gangguan reproduksi pada ovarium dapat terjadi pada salah
satu ovarium (unilateral) atau pada dua ovarium (bilateral) (Skovorodin et al. 2020). Secara
endokrinologis, kasus hipofungsi terutama terjadi akibat kekurangan nutrisi. Kurangnya
asupan nutrisi akan mempengaruhi senyawa metabolisme dan hormon seperti insulin dan
insulin-like growth factor-I yang mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis terhadap respon
pada ovarium dan sensitifitas gonadotropin hormon pada hipofisis sehingga energi tubuh
akan menekan pelepasan gonadotropin releasing hormone (GnRH) dan mempengaruhi
frekuensi pulsatil luteinizing hormone (LH) yang diperlukan untuk pertumbuhan folikel
(Budiyanto et al. 2016).
Diagnosis hipofungsi ovarium didasarkan pada keterangan peternak dan temuan
klinis melalui palpasi rektal. Gejala tidak birahi yang diperlihatkan oleh sapi dewasa dapat
terjadi pada 60 hari setelah partus atau 21 hingga 24 hari setelah IB dengan hasil kebuntingan
negatif. Ovarium yang mengalami hipofungsi akan terasa pipih, tidak bertonus, licin,
berukuran normal atau agak kecil ketika dilakukan palpasi rektal (Ruiqing dan Xinli 2009;
Suartini et al. 2013). Penanganan pada keadaan hipofungsi ovarium dapat dilakukan dengan
memperbaiki kualitas pakan dan pemberian pengobatan dengan hormon antara lain dengan
hormon gonadotropin (Hariadi et al. 2011). Penyuntikan GnRH (Fertagyl®) akan
merangsang hipofisa anterior untuk mensekresikan hormon-hormon gonad yaitu FSH dan LH
sehingga folikel dapat berkembang dan dapat mencapai ukuran ovulasi. Sementara itu
diberikan pula suplemen campuran pakan yang berisi mineral dan juga injeksi vitamin
sebagai terapi suportif. Vitamin A, D, E (Vitol®) akan memberikan respon pada
perkembangan folikel untuk mencapai ukuran folikel dominan. Berdasarkan Budiyantio et al.
(2016), terapi ini akan memberikan hasil yang maksimal pada sapi
yang memiliki BCS ≥ 2.
4.1 Simpulan
Praktik Lapangan Kesehatan Hewan Sapi di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara
(KPSBU) Lembang, mahasiswa mengikuti pelayanan penanganan kasus klinis pada sapi
perah. Kasus - kasus yang ditemui yaitu Mumifikasi fetus, Prolaps Vagina, Endometritis,
Retensio Sekundinae, Corpus Luteum Persistent, dan Retensio Plasenta.
4.2 Saran
Manajemen pemeliharaan dalam hal perkandangan, sanitasi dan biosecurity harus
ditingkatkan untuk menghindari faktor lingkungan sebagai penyebab infeksi penyakit.
Peningkatan pemberian pakan dengan jumlah dan kualitas yang baik sesuai dengan periode
sapi perlu diterapkan untuk mendapatkan produksi susu yang tinggi dan terhindar dari
penyakit. Hal tersebut dapat dilakukan dengan peningkatan SDM peternak melalui
pendampingan oleh petugas lapang. Peran ketua kelompok dapat bermanfaat untuk dijadikan
percontohan dalam melaksanakan pemeliharaan yang ideal sesuai rekomendasi koperasi
DAFTAR PUSTAKA