Anda di halaman 1dari 30

Praktik Kerja Lapang Tanggal Pelaksanaan

FKH 524
Kesehatan Unggas (12/10/2020-24/10/2020)

LAPORAN KEGIATAN PPDH


PRAKTIK LAPANGAN PROFESI PERUNGGASAN
12 OKTOBER 2020 – 24 OKTOBER 2020

Disusun oleh:

KELOMPOK H2
PPDH Periode II Semester 2
Tahun Ajaran 2019/2020

Kuntum Rahmawati, SKH B94192002


Sharon Gunardi, SKH B94192031
Annisa Zikriatin Nafilah, SKH B94192073
Maria Equita, SKH B94192089
Desi Khairunissa , SKH B94192094
Khavivaardhiini Batumalai, SKH B94192809
Navasuriya Radha Krishnan, SKH B94192813

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
Praktik Kerja Lapang Tanggal Pelaksanaan
FKH 524
Kesehatan Unggas (12/10/2020-24/10/2020)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN PROFESI


PERUNGGASAN

Nama Kegiatan : Kegiatan Praktik Lapangan Profesi Perunggasan


Waktu : 12 Oktober 2020 – 24 Oktober 2020
Pelaksana : Kelompok H PPDH Periode 2 Tahun 2019/2020
Anggota : Kuntum Rahmawati, SKH B94192002
Sharon Gunardi, SKH B94192031
Annisa Zikriatin Nafilah, SKH B94192073
Maria Equita, SKH B94192089
Desi Khairunissa , SKH B94192094
Khavivaardhiini Batumalai, SKH B94192809
Navasuriya Radha Krishnan, SKH B94192813

Menyetujui,

Koordinator Mata Kuliah Dosen Pembimbing


PPDH Kesehatan Unggas PPDH Kesehatan Unggas

Dr Drh Okti Nadia Poetri, MSc MSi Dr Drh Sri Murtini, MSi
NIP. 19801027 200501 2 003 NIP. 19661120 199512 2 001

Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan


Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Prof Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet


NIP. 19630810 198803 1 004

Tanggal Pengesahan:
RANGKUMAN MATERI

Biosekuritas pada Peternakan Ayam Broiler

Peternakan ayam broiler memiliki keunggulan yang khusus karena siklus


produksinya yang singkat yaitu dalam 4 – 6 minggu dengan bobot badan 1,5 - 1,6
kg/ekor (Yemina, 2014). Selain itu, ayam brolier merupakan ternak yang menjadi
penghasil daging yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan ternak lain.
(Fitrah, 2013). Dengan itu, maka usaha peternakan ayam broiler seharusnya
dilakukan dengan upaya mencapai tingkat produktivitas yang tinggi untuk
memenuhi permitaan konsumen. Antara usaha tersebut adalah biosekuritas.
Biosekuritas adalah segala usaha yang dilakukan utuk mencegah masuknya bibit
penyakit ke dalam kandang tempat ayam dipelihara. Tujuan dari biosekuritas
adalah untuk menjaga ayam tetap sehat dan berproduksi secara optimal selain
menjadi pertahanan pertama dalam usaha untuk menurunkan resiko terjadinya
penyakit serta penurunan jumlah kuman atau level infeksi. Tingkatan biosekuritas
terbagi menjadu 3 yaitu biosekuritas konseptual, biosekuritas struktural, dan
biosekuritas operasional. Bioksekuriti juga mempunyai 3 prinsip yaitu isolasi,
traffic control, dan sanitasi. Tata tertib memasuki PT Gizindo Sejahtera Jaya yaitu
pada saat memasuki pintu gerbang, semua tamu dan karyawan masuk melalui
ruang spray room, kendaraan roda 2 melalui pintu deeping motor, kendaran roda 4
disemprotkan dengan desinfektan pada roda, tamu wajib menyerahkan KTP serta
menyampaikan maksud dan tujuan mengunjungi peternakan. Tangan semua tamu
disemprot menggunakan alkohol. Semua kendaraan wajib parkir di tempat yang
sudah disediakan tanpa terkecuali, dan rokok dilarang dibawa masuk ke area Farm
Panamping. Saat memasuki farm dan egg station, kendaraan ditinggal di parkiran
dan tamu diwajibkan berjalan. Tamu yang menuju farm dan composting wajib
dikawal dan diarahkan melalui shower room dengan tata cara sesuai petunjuk.
Pembagian kerja pada farm ini yaitu post depan ada 1 satpam dan pekerja farm,
ring 1 berisi satpam dengan seragam lengkap, ring 2 diisi oleh satpam dengan
seragam hijau muda, ring 3 diisi oleh satpam dengan seragam merah.
Tata tertib memasuki kandang farm penamping yaitu pertama saat
memasuki shower room barang masuk melalui UV, masuk shower room dan
tanggalkan baju warna hijau muda di tempatnya, tekan tombol open, masuk dan
tunggu sampai spray menyala dan pintu exit terbuka, mandi dengan bersih, ganti
baju sesuai kode atau nama, buka pintu dan tutup kembali, dilarang merokok di
area kandang, farm, ataupun kompos, dilarang tidur saat jam kerja. Pada saat
memasuki koridor kandang, letakkan handuk pada tempatnya, gunakan sepatu
yang tersedia berwarna hijau, tangan disemprot alkohol. Pada saat masuk
kandang, masuk kandang dari ayam yang sehat terlebih dahulu, celup kaki
sebelum masuk ke dalam kandang, gunakan spray tangan dan semprotkan tangan
dengan alkohol sebelum masuk kandang, kerja sesuai dengan pekerjaan dari
arahan SPV, MGR dan GM Farm. Pada saat keluar kandang, spray tangan dengan
alkohol, celup kaki sebelum keluar koridor, cuci sepatu dan tempatkan pada
tempatnya. Pada saat keluar dari flock, masuk ke area shower, ambil handuk dan
keluar di exit, ambil baju hijau muda dan mandi di tempat yang disediakan, bau
kotor dan handuk masuk melalui lubang di kamar mandi, cuci baju sesuai jadwal
kerja yang diatur SPV. Saat keluar dari farm, karyawan absen dan cuci sepatu
kemudan letakkan pada tempatnya, keluar melalui exit, mandi di tempat yang
sudah disediakan, baju kotor diletakkan pada tempatnya.
Tata tertib memasuki kompos penamping yaitu pada saat memasuki area
kompos semua tamu dan karyawan wajib menggunakan sepatu putih, putar balik
melalui exit menuju ke arah composting melalui belakang kantor farm. Pada saat
kerja di dalam komposting ganti seragam berwarna coklat dan sepatu kerja, kerja
sesuai jam kerja, dilarang merokok di area farm, kompos, dan egg station,
dilarang tidur saat jam kerja. Pada saat selesai dari komposting, mandi dan cuci
baju coklat, ganti baju seragam berwarna merah, jalan meuju farm dengan sepatu
putih. Pada saat keluar dari farm karyawan mengisi absen dan cuci sepatu serta
meletakkan pada tempatnya, keluar melalui exit, mandi di tempat yang sudah
disediakan, baju kotor diletakkan pada tempatnya. Pada hatchery, biosekuriti yang
dilakukan berupa pencucian egg basket dan dilakukan deeping desinfektan satu
persatu. Ruang tempat pencucian berada di luar. Untuk menjaga kebersihan dan
keamanan, ruang egg basket dan tray dipagari dan dikunci. Selain itu juga
dilakukan fumigasi (burning formalin) selama 20 menit, 3x dosis sesaat setelah
penerimaan HE. Fogging desinfektan 300 ml per mesin selama 2x sehari. Fogging
desinfektan di dalam mesin setter 2x sehari. Telur explode ditempatkan pada
drum yang sudah diisi larutan desinfektan. Pada droping formalin di hatcher
dilakukan pengisian formalin di mesin dengan perbandingan formalin 200 ml dan
air 800 ml. Dilakukan pengaturan tetesan infus larutan formalin yang dijalankan
langsung setelah transfer HE. Penjagaan kesehatan holding room dilakukan
dengan pembersihan atap holding dengan mengelap atap setiap 2x seminggu.
Dilakukan pula pengepelan kabin setiap hari menggunakan superpel dan
desinfektan. Penggantian cerobong AC setter / hatcher serempak dilakukan
sebulan 1x. Dinding kabin dibersihkan dengan cara mengelap dan mengepel rutin
seminggu 2x. Fogging desinfektan di ruangan belakang setter dilakukan setiap
hari. Dilakukan spray desinfektan setelah cuci hatcher setiap selesai transfer dan
pullchick dan dikeringkan hingga tidak ada genangan air di hatchery. Parameter
yang menjadi penilaian dalam bioekuriti yaitu tidak ada penyakit / bagian intgral
dari pengendalian penyakit, tidak ada keluhan produk yang dihasilkan,
produktivitas mencapai atau melebihi target, dan kualitas produk mencapai atau
melebihi target.

Sanitasi dan Desinfeksi Peternakan Ayam

Menurut KBBI, sanitasi merupakan usaha untuk membina dan


menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan
masyarakat serta cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama
lingkungan fisik yaitu tanah, air, dan udara. Desinfeksi merupakan pembasmian
hama penyakit atau pembasmian kuman menggunakan disinfektan. Disinfektan
merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaran oleh mikroorganisme. Terdapat beberapa tipe disinfektan yaitu
oxidizing agents (peroksida, hipoklorida, kalium permanganat, iodin dan iodofor),
reducing agents (formaldehida, glutaraldehida, sulfur dioksida), asam dan basa,
alkohol, fenol dan kresol, dyes, detergen dan surfaktan, senyawa logam berat dan
disinfektan fase uap. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas disinfektan
adalah konsentrasi dari agen antimikroba, jumlah dan lokasi mikroorganisme,
temperatur, pH, bahan organik, kesadahan air, dan tipe organisme. Suseptibilitas
virus dari yang paling suseptibel secara berurutan adalah virus beramplop, virus
tidak beramplop, picornavirus, parvovirus, dan prion. Sedangkan untuk
mikroorganisme lain secara berurutan dari yang paling suseptibel adalah
mikoplasma, bakteri Gram positif, bakteri Gram negatif, Pseudomonas, Riketsia,
Klamidia, spora fungi, bakteri acid-fast, spora bakteri, dan Koksidia.
Desinfeksi di peternakan unggas sangat penting dilakukan untuk
mencegah unggas terinfeksi oleh mikroorganisme patogen. Prinsip prosedur
desinfeksi yang harus dilakukan adalah dengan membersihkan tempat atau
kandang yang akan didesinfeksi. Kandang disapu, dilap, dicuci dengan air atau
dengan detergen dan kemudian dibilas terlebih dahulu lalu ditunggu sampai
kering. Selanjutnya desinfeksi dilakukan dengan menggunakan dosis dan aplikasi
yang tepat dengan tetap memperhatikan keamanan seperti resiko iritasi atau
kebakaran. Lama kontak antara disinfektan dan mikroorganisme harus cukup agar
disinfektan dapat bekerja efektif. Setelah desinfeksi dilakukan, tempat dijaga agar
tetap dalam keadaan bersih. Desinfeksi di peternakan dilakukan pada masa
pesrsiapan kandang yaitu pada saat afkir, saat pencucian kandang, atau saat
kosong kandang. Desinfeksi saat persiapan kandang dilakukan pada saluran air
minum, peralatan pemberian makan, tirai kandang, alas kandang, blower dan
motor. Selain itu dilakukan pembersihan kotoran seperti feses, pupuk, atau
sampah dari kandang. Setelah itu dilakukan pencucian kandang menggunakan air
dan detergen lalu desinfeksi bangunan dilakukan pada dinding, lantai, slat dan
plafon.
Beberapa kesalahan desinfeksi yang dapat ditemukan pada peternakan
adalah melakukan desinfeksi yang terlalu basah sehingga akan meningkatkan
kelembaban, menimbulkan permasalahan fungi, dan meningkatkan biaya
pengeluaran. Masalah-masalah desinfeksi lain yang sering ditemukan di lapangan
adalah kurangnya keseragaman, kurangnya waktu kontak, dosis yang kurang, dan
penetrasi desinfektan yang rendah. Penggunaan insektisida perlu dilakukan untuk
membasmi ektoparasit dan juga lalat yang dapat menjadi vektor penyakit.
Terdapat beberapa macam formula dari insektisida yaitu whitable powder (WP),
Suspension Consentrat (SC), Emultion consentrat (EC), dan granule bite (GB).
Insektisida dengan formula WP memiliki efek residual yang relatif lebih baik
yaitu selama 4-7 hari, namun dapat terhirup manusia atau hewan setelah pelarut
kering dan serbuk beterbangan. Formula SC memiliki efek residual relatif lama
sampai sekitar 5 bulan pada objek bersih, kayu yang dicat, dan kaca, dan 2 bulan
pada objek/area kotor. Formula SC memerlukan waktu sekitar 10 menit untuk
membunuh. Formula EC memiliki efek residual relatif lebih cepat yaitu 8 jam,
killing effect cepat dengan aktivitas knock down akibat konsentrasi yang tinggi
sehingga 2 menit hama langsung mati, namun formula EC sangat toksik.
Pelaksanaan sanitasi kandang komersial dilakukan dengan mengeluarkan
semua unggas dari kandang. Selanjutnya kandang disemprot dengan insektisida
EC agar insekta/serangga tidak menyebar keluar atau ke kandang lain. Kandang
diusahakan berada dalam keadaan tertutup dan dilakukan menjelang sore ke
malam. Semua material/peralatan sebaiknya dikeluarkan, apabila ada kotoran
yang menempel dibersihkan. Rumput/gulma di sekitar kandang (sekitar 2 meter)
dipotong sampai ketinggian di bawah 7-10 cm. Selanjutnya kandang disemprot
dengan campuran air, desinfektan dosis rendah, dan detergen. Kandang ditunggu
selama 1x24 jam dan kemudian dilakukan spray/fogging dengan insektisida
formulasi EC di dalam kandang (Breeding). Penyemprotan desinfektan dilakukan
pada peralatan atau sekam baru sebelum dimasukan ke kandang menggunakan
dosis desinfektan yang direkomendasikan. Selanjutnya tirai pada kandang ditutup
dan kandang diistirahatkan selama 5-7 hari. Selanjutnya dilakukan redesinfeksi
dan penggunaan insektisida formulasi SC sesuai dosis rekomendasi pada 3-7 hari
menjelang masuknya DOC/DOD.
Desinfeksi di peternakan juga dilakukan selama masa pemeliharaan.
Desinfeksi dilakukan pada organ, peralatan, dan barang bawaannya, pipa air
minum, air minum, keranjang dan tray hatching eggs (HE), kendaraan yang
masuk farm, peralatan injeksi, dan barang pindahan dari farm lain. Desinfeksi
orang dan peralatannya dilakukan dengan mandi menggunakan sabun dan sampo
sebelum masuk peternakan, menggunakan pakaian khusus di dalam peternakan,
dan desinfeksi barang bawaan tidak tahan air menggunakan kotak UV. Tray HE
yang kotor dicuci menggunakan air dan sabun, dikeringkan, lalu di desinfeksi
menggunakan larutan disinfektan. Desinfeksi dapat dilakukan dengan metode
celup atau spray. Setelah itu Tray HE dibiarkan kering dan disimpan dalam
ruangan sebelum digunakan. Desinfeksi pada material litter dan sekam dapat
dilakukan menggunakan spray formalin namun kapasitas mesin spray kadang
tidak mencukupi untuk sekam yang relatif banyak di peternakan. Barang pindahan
dari farm lain seperti feeder, drinker, kipas, penghangant, pakan, dan pejantan
juga perlu didesinfeksi.
Fumigasi atau pengasapan merupakan kegiatan pengaplikasian gas atau
asap pada sesuatu dengan tujuan untuk melakukan desinfeksi. Fumigan
merupakan pestisida yang mudah menguap yang uapnya digunakan untuk
membasmi mikroorganisme. Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat fumigasi
adalah volume ruangan untuk fumigasi, lama fumigasi, dosis, fumigan, keamanan,
peralatan, material yang difumigasi, waktu fumigasi, dan tindakan setelah
fumigasi. Fumigasi di peternakan unggas dilakukan pada hatching egg (HE), hen
house (HH), bahan atau peralatan serta ruangan. Fumigan yang sering digunakan
adalah formalin, kalium permanganat/PK, dan forcent fumigan. Alat dan bahan
yang diperlukan untuk fumigasi HE adalah ruang fumigasi, formalin, PK, wadah
untuk proses fumigasi, dan gelas ukur. Ruang fumigasi harus dilengkapi dengan
kipas pengaduk, kipas exhoust, bersih, rapat, dan disarankan memiliki jendela
transparan di pintu untuk pengamatan. Proses fumigasi dilakukan sesegera
mungkin setelah telur diambil dari kandang. Saat melakukan fumigasi, tray
disusun maksimal 10 susun dan tray paling bawah harus dikosongkan. Jarak tray
dengan dinding ruangan minimal 20 cm. Fumigasi dilakukan selama 20 menit
dengan kelembapan ruangan fumigasi sekitar 75%. Penilaian telur (grading)
dilakukan setelah fumigasi. Fumigasi dilakukan menggunakan triple dose, untuk
dosis satuannya adalah 20 gram PK: 40 mL formalin untuk ruangan seluas sekitar
2,83 m3.
Semakin sering menggunakan obat, vitamin, dan vaksinasi melalui
drinking water, pembentukan lapisan biofilm pada dinding pipa air akan semakin
cepat sehingga mikroorganisme penyebab penyakit akan semakin mudah
berkembang biak pada air minum. Perlu dilakukan sanitasi air minum secara rutin
dengan melakukan flushing dan pengurasan tangki secara rutin serta pembersihan
total saluran air minum pada saat akhir periode, afkir, atau persiapan kandang.
Sanitasi dapat dilakukan menggunakan produk CID 2000 yang berisi hidrogen
peroksida dan campuran asam organik untuk membersihkan saluran air minum
atau setelah afkir saat persiapan kandang. Dosis yang digunakan adalah CID 2000
dengan konsentrasi 2% (1:50) dan kemudian didiamkan 4-6 jam atau satu malam,
kemudian dibilas dengan air bersih.

Pest Control

Pengendalian Rodensia
Tikus termasuk kedalam ordo rodensia yang memiliki sifat omnivora di
Indonesia terdapat sekitar 150 jenis spesies tikus dimana 9 diantaranya merupakan
hama. Tikus memiliki organ penciuman dan pendengaran yang bagus, indra
pengecap yang tinggi, serta mampu untuk berenang dan juga menyelam. Akan
tetapi mengalami buta warna. Tikus bersifat nokturnal, dapat bertahan hidup 1
sampai 2 tahun dan mampu bertahan pada kondisi yang buruk, seperti pada suhu
diatas 35°C dan dibawah 15°C. Makanan tikus terdiri dari 75% sereal dan biji-
bijian, 25% protein, serta juga jeroan. Kebiasaan tikus untuk mengerat karena gigi
seri tikus dapat tumbuh 0,3 - 0,4 mm/ hari. Gigi tersebut dapat tumbuh sampai
mencapai 9 inci apabila tikus tidak mengerat. Satu ekor tikus betina dapat
melahirkan sekitar 50 ekor anak pertahun. Apabila terdapat tikus yang mencari
makan pada siang hari menunjukkan bahwa populasi tikus di wilayah tersebut
melebihi 100 ekor.
Kerugian yang ditimbulkan akibat tikus pada peternakan ayam, di
antaranya sebagai vektor penyakit seperti kolera, virus, bakteri, dan parasit,
pencemaran pakan dan juga air minum, serta dapat menyebabkan zoonosis akibat
Salmonella sp.. Selain itu, tikus juga dapat mentransmisikan penyakit,
mengkontaminasi air minum dan juga pakan, seperti pada AI, mycoplasma,
Salmonella, E. coli dan lainnya, serta dapat merusak kandang dan juga peralatan
seperti merusak ventilasi, merusak sistem kelistrikan yang dapat menyebabkan
terjadinya konsleting dan kebakaran kandang. Dampak yang ditimbulkan pada
unggas di antaranya stres pada ayam, tikus juga seringkali dapat menyerang serta
melukai ayam, dan memakan DOC akibatnya terjadi kematian yang tinggi pada
COC. Selain itu, tikus juga dapat menggigit atau memakan ayam dewasa sehingga
menyebabkan terjadinya luka, sakit, bahkan kematian. Tikus juga dapat memakan
bangkai ayam dan menjadi sumber penularan penyakit.
Dampak yang ditimbulkan oleh tikus pada manusia di antaranya
menyebabkan terjadinya zoonosis, kontaminasi pada pakan, dan dapat
menyebabkan fobia. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengendalikan tikus, di antaranya; secara alami dengan predator seperti burung,
kucing, anjing, dan juga luwak; diburu ataupun ditangkap menggunakan
perangkap tikus; serta manipulasi habitat, seperti sanitasi. Selain itu, juga dapat
dikendalikan secara mekanik dengan menggunakan penghalang fisik seperti
elektromagnetik atau sinar UV. Secara biologi dapat dikendalikan menggunakan
parasit seperti myxomatosis dan secara kimia dengan antikoagulan dan racun.
Tindakan pengendalian populasi tikus pada peternakan unggas dapat
dilakukan dengan; manipulasi habitat seperti sanitasi, secara mekanik dengan
bahan kimia atau racun, berburu dan juga menangkap tikus, melakukan
monitoring, serta melakukan pengendalian yang komprehensif. Manajemen dalam
pengendalian tikus adalah dengan membentuk tim pengontrol tikus, kemudian
melakukan training terhadap upaya pengendalian tikus, melakukan implementasi
seperti survei, pengaplikasian dari teknik atau pengendalian, higiene yang baik
serta monitoring. Perangkat tikus tidak selalu berhasil untuk menangkap tikus di
kandang ayam, sehingga diperlukan evaluasi mengenai waktu pemasangan
jebakan, tempat peletakan jebakan, lama pemasangan jebakan, serta umpan yang
paling bagus di letakkan pada tikus pada jebakan tikus tersebut. Akan tetapi
metode perangkap tikus di peternakan juga tidak dapat menangkap tikus dalam
waktu yang singkat dengan jumlah yang besar.
Waktu yang baik untuk melakukan pengendalian tikus diantaranya pada
saat akhir ayam pada saat afkir. Pada waktu ini pengendalian tikus bertujuan
untuk meminimalkan migrasi tikus ke kandang lain. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberi racun tikus segera mungkin sebelum tikus sempat mencari
makanan di tempat lain. Metode ini juga berpeluang bagus untuk membunuh tikus
dalam jumlah yang banyak karena pada saat afkir, kandang akan kosong dan
makanan yang dulunya melimpah akan menjadi tidak ada, sehingga tikus akan
berpotensi untuk memakan racun tikus yang diberikan. Racun tikus ditempatkan
di setiap tempat yang memungkinkan tikus dapat menjangkaunya. Jumlah racun
yang diberikan juga bergantung pada populasi tikus. Pengendalian pada periode
program brooding menggunakan rodensia antikoagulan, dimana umpan atau racun
dipasang di gudang pakan, tempat tertentu, dipaparkan dalam kandang, maupun
tempat lain yang masih ada tikus. Selanjutnya dilakukan monitoring dan evaluasi.
Hal yang sama juga dilakukan pada pengendalian tikus di periode growing dan
juga laying.

Pengendalian Lalat
Pengendalian lalat pada kandang dilakukan dengan menghindari pakan
yang tercecer, mencegah tumpukan feses yang basah dan berlumpur. Lalat
merupakan vektor biologis dan vektor mekanik yang sangat potensial
menyebabkan penyebaran penyakit. Pengendalian lalat dapat dilakukan secara
fisik dengan melakukan pengelolaan kebersihan, secara kimia menggunakan
insektisida dan juga larvasida, serta secara biologis menggunakan predator dan
juga parasit. Pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan; pengelolaan pada
feses seperti membuang feses secara rutin dan menjaga feses tetap kering;
pengelolaan pada pakan dan air dengan mencegah terjadinya penumpahan pakan
dan air, menutup dan juga menjaga makanan tetap kering; dan pengelolaan pada
bangunan dengan mendesain bangunan yang bersih dan menjaga sirkulasi udara
tetap baik.

Pengendalian Kutu
Kutu merupakan sebutan yang awam pada perunggasan. Jenis kutu yang
umumnya ditemukan pada perternakan ayam, di antaranya Menopon gallinae
pada pangkal bulu, pinjal, tungau, dan caplak. Dermanyssus gallinae atau gurem
umumnya menyerang ayam kampung yang sedang mengerami telurnya. Saat
mengerami telur suhu badan ayam akan meningkat sehingga tungau lebih memilih
untuk bertelur pada kloaka ayam tersebut. Umumnya tunggunya hanya
menyerang ayam yang sedang mengeram, akan tetapi apabila populasi tungau ini
meningkat maka dapat menyerang ayam yang tidak mengeram. Selain itu, tungau
tersebut juga dapat mengganggu manusia yang berada di sekitarnya.
Tungau jenis Knemidocoptes mutans merupakan tungau kudis yang
banyak menyerang ayam berumur tua. Tungau tersebut menyebabkan terjadinya
luka pada kaki, kulit disekitar paruh dan pial. Tungau tersebut dapat membuat
lubang dibawah sisik pada kaki dan juga jari, sehingga menimbulkan rasa gatal
dan juga iritasi. Lama-kelamaan hal tersebut akan menyebabkan terjadinya
peradangan dan terbentuknya keropeng atau sisik yang terbuka. Pada investasi
tungau yang parah dapat menyebabkan kelumpuhan pada ayam.

Program Vaksinasi pada Peternakan Breeder

Sistem Kekebalan Tubuh Ayam

Sebagaimana hewan lainnya, salah satu komponen tubuh ayam adalah


darah yang memiliki proporsi 8% dari total bobot tubuh. Darah terdiri atas plasma
(sekitar 55% dari volume darah) dan benda-benda darah yang terdiri atas eritrosit,
leukosit, dan platelet. Leukosit, atau sel darah putih, merupakan benda darah yang
memiliki peran dalam sistem kekebalan tubuh. Leukosit terdiri atas neutrofil,
limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Selain leukosit, bagian penting dari
sistem kekebalan tubuh adalah organ dan jaringan limfoid. Organ limfoid terbagi
menjadi dua jenis, yaitu organ limfoid primer dan sekunder. Organ limfoid primer
terdiri atas bursa fabricius, timus, dan sumsum tulang. Adapun organ limfoid
sekunder terdiri atas limpa, kelenjar Harderian, dan beberapa jenis jaringan
limfoid yang tersebar di berbagai lokasi, seperti GALT (gut associated lymphoid
tissue; terdiri atas caecal tonsil, daun peyer, dan divertikulum Merkel), CALT
(conjuctival associated lymphoid tissue), dan BALT (bronchial associated
lymphoid tissue). Sistem kekebalan pada unggas dibantu oleh berbagai jenis sel.
Sel-sel imun terdiri atas leukosit, sel plasma yang berperan membuat dan
mensekresikan antibodi, makrofag, dan sel mast yang memicu munculnya faktor-
faktor peradangan.
Berdasarkan spesifisitas fungsinya, sistem imun terbagi menjadi dua jenis,
yaitu sistem imun nonspesifik dan sistem imun spesifik. Sistem imun nonspesifik
dimulai dari pertahanan awal berupa hambatan fisik seperti kulit, membran silia,
dan mukosa. Apabila agen tidak dapat dihalangi oleh pertahanan fisik, maka
mekanisme selanjutnya adalah reaksi inflamasi atau peradangan yang ditandai
dengan beberapa tanda radang seperti rubor (kemerahan), tumor (bengkak), kalor
(panas), dan dolor (nyeri). Ada pula sel natural killer yang berperan membunuh
virus dan tumor dengan cara cell to cell. Sistem kekebalan spesifik bekerja pada
patogen yang lolos dari sistem kekebalan nonspesifik. Sistem kekebalan spesifik
merupakan hasil kerja dari jenis sel, yaitu limfosit B (yang matang di bursa
fabricius, limfosit T (yang matang di timus), dan makrofag. Mekanisme kerja
dimulai dari patogen yang difagositosis oleh makrofag. Selanjutnya, makrofag
akan menfraksinasi antigen menjadi bagian yang lebih kecil untuk selanjutnya
ditampilkan di permukaan sel. Makrofag semacam ini selanjutnya disebut antigen
presenting cell (APC). APC memproduksi interleukin sebagai sinyal untuk
memanggil sel T helper yang akan memproduksi senyawa interleukin 2.
Interleukin 2 ini akan memicu terjadinya proliferasi sel T sitotoksik dan sel B. Sel
T sitotoksik akan membunuh sel sehat yang terinfeksi sehingga antigen akan mati
bersama dengan sel tersebut. Adapun sel B akan terdiferensiasi menjadi sel
plasma (menghasilkan antibodi spesifik) dan sel memori yang dapat bertahan
selama puluhan tahun. Vaksinasi dilakukan dengan harapan terbentuknya sel
memori respon kebal terhadap antigen tertentu sehingga apabila hewan terinfeksi
antigen tersebut, respon imun akan berjalan cepat dan kuat.

Definisi Vaksin dan Vaksinasi serta Tujuannya


Vaksin adalah sediaan atau preparat biologis yang berasal dari kultur
mikroorganisme yang sudah dilemahkan atau dimatikan tetapi masih mempunyai
sifat-sifat imunogenik sehingga apabila diberikan kepada hewan yang sehat akan
merangsang pembentukan antibodi (zat kebal) yang dapat melindungi hewan
terhadap serangan mikroorganisme yang sesuai dengan jenis vaksinnya. Tujuan
dari vaksinasi yaitu memberikan kekebalan secara aktif dan mencegah timbulnya
penyakit karena vaksin dapat merangsang pembentukan zat kebal terhadap
penyakit yang sesuai dengan jenis vaksinnya. Terdapat beberapa faktor yang
harus diperhatikan dalam penyusunan program vaksinasi dan aplikasi vaksinasi.
Tujuan vaksinasi apabila dikaitkan dengan jangka waktunya akan berbeda. Seperti
pada program vaksinasi koksidiosis, vaksinasi jangka pendek ditujukan untuk
mengontrol kejadian sedangkan vaksinasi jangka panjang ditujukan untuk
restorasi sensitivitas antikoksi dan keseragaman (uniformity). Kondisi
infrastruktur kandang juga harus diperhatikan, seperti tipe lantai kandang
(battery/cages/colony atau floor/postal/slat) dan tipe ventilasi (tertutup atau
terbuka). Tipe ayam yang dipelihara (layer breeder atau layer commercial, dan
sebagainya) juga akan memengaruhi jenis vaksinasi. Penggunaan antibiotik atau
antikoksi pada pakan juga harus diketahui. Untuk menentukan vaksinasi
dilaksanakan secara massal atau individual, ketersediaan sumber daya manusia
(man power) harus diperhatikan. Selain itu, perlu juga diperhatikan ketersediaan
vaksin (baik impor maupun lokal).
Agar bisa digunakan, sediaan vaksin harus memenuhi beberapa
persyaratan, baik dari segi kualitas, keamanan, dan sifat. Vaksin harus bersifat
imunogenik, yang berarti memiliki kemampuan untuk menginduksi tubuh
membentuk antibodi spesifik dan protektif. Imunogen memiliki definisi yang
berbeda dengan antigen, di mana antigen berarti benda asing yang memiliki
kemampuan menginduksi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik (baik
protektif maupun tidak). Vaksin harus lulus uji di komisi obat hewan (KOH)
melalui uji safety (tidak menimbulkan sakit) dan uji potensi (uji tantang).
Persiapan vaksinasi dimulai dengan perencanaan program vaksinasi yang matang.
Selanjutnya, dibutuhkan persiapan sumber daya manusia dan peralatan vaksinasi.
Penentuan jumlah dan volume vaksin yang digunakan dapat ditentukan setelah
mengetahui jumlah ayam yang akan divaksin. Perhitungan total dosis dilakukan
per kandang sehingga dapat ditentukan total vial atau botol vaksin yang akan
digunakan untuk setiap kandang. Akurasi dosis penting agar tidak terlalu banyak
vaksin yang terbuang sehingga efisiensi baiya vaksin tercapai.
Jenis Vaksinasi

Vaksin terbagi menjadi dua jenis, yaitu vaksin aktif atau hidup dan vaksin
inaktif atau mati. Masing-masing jenis vaksin memiliki keunggulan dan
kelemahan. Keunggulan vaksin aktif adalah proteksi yang terbentuk segera, dapat
diberikan secara massal, dan harga per dosis murah. Namun, kelemahan vaksin
aktif yaitu adanya reaksi setelah vaksinasi, proteksi berlangsung lebih pendek
dibandingkan vaksin mati, dan penanganan harus lebih hati-hati. Vaksin aktif
dapat ditemukan untuk beberapa jenis penyakit, seperti Newcastle Disease,
Infectious Bronchitis, Fowl Pox, Avian Encephalomyelitis, Marek's Disease,
Reovirus, Infectious Bursal Disease, Infectious Laryngotracheitis, dan
Coccidiosis. Aplikasi vaksin akif dapat dilakukan dengan beberapa metode,
seperti suntikan (intramuskular atau subkutan, seperti vaksin Marek dan
Reovirus), ke dalam kulit atau folikel (Fowl Pox, Avian Encephalomyelitis), tetes
mata atau hidung (IB, ND, ILT), tetes mulut (AE, IBD), air minum (IB, ND, AE,
IBD), spray (IB, ND, TRT/SHS), dan spray feed (coccidiosis).
Vaksin inaktif atau vaksin mati memiliki beberapa keunggulan, seperti
tidak ada reaksi vaksinasi, proteksi berlangsung lama, dan tidak bersifat menular
(karena bukan agen penularan). Namun, kelemahan dari vaksin inaktif adalah
respon kekebalan lambat, aplikasi harus individual, diperlukan vaksinasi primer,
dan harga per dosis mahal. Vaksin inaktif dapat ditemukan untuk beberapa jenis
penyakit, seperti Infectious Bronchitis, Newcastle Disease, Egg Drop Syndrome,
Infectious Bursal Disease, Coryza, Reovirus, dan TRT. Vaksinasi dapat dilakukan
dengan metode injeksi, baik subkutan maupun intramuskuler.

Keberhasilan dan Kegagalan Vaksinasi


Keberhasilan vaksinasi dipengaruhi oleh cara handling vaksin
(penerimaan, penyimpanan, kadaluarsa, dan pencampuran vaksin), aplikasi vaksin
(penggiringan, handling ayam, proses vaksinasi), dan kondisi ayam saat vaksinasi
(tidak ada imunosupresi). Adapun vaksinasi dapat mengalami kegagalan akibat
beberapa hal, seperti kesalahan aplikasi, vaksin tidak merata, ada imunosupresi,
maternal antibodi masih terlalu tinggi, ayam dalam keadaan subklinis atau tidak
sehat, dan virus lapangan tidak sesuai dengan virus yang terkandung dalam
vaksin.
Kegagalan vaksinasi dapat dicegah dengan memerhatikan beberapa hal,
yaitu penyimpanan vaksin, masa kadaluarsa, nomor seri, petunjuk dari pabrik
vaksin, segel penutup (tidak boleh dibuka sampai siap digunakan), perencanaan
sebelum vaksinasi, pelarut dan air yang digunakan, dan kondisi ayam (vaksin
hanya diberikan pada ayam yang sehat).

Program Vaksinasi
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan program
vaksinasi, yaitu epidemiologi penyakit di daerah tersebut, tipe ayam (broiler,
layer, broiler breeder, atau layer breeder), proteksi pada anak ayam (terutama
breeder), serotipe virus di lapangan, dan monitoring hasil vaksinasi. Vaksinasi
priming dapat dilakukan di awal umur untuk pengenalan/pengingat sehingga
diharapkan respon antibiotik setelah priming akan lebih baik. Vaksin mati di awal
umur dapat menetralkan maternal antibodi. Waktu vaksinasi (pagi/siang/sore)
utnuk vaksinasi melalui air minum ditentukan dengan memerhatikan konsumsi air
minum terbanyak. Ayam pada fase growing dapat divaksinasi pagi hari dan fase
laying pada sore hari. Hal ini berkaitan dengan waktu produksi dan koleksi telur
pada umumnya.

Pencegahan Penyakit

Penyakit harus dikontrol untuk mendapatkan peternakan yang sehat


sehingga tercapai potensi genetik dari hewan yang diternakkan. Tujuan utama dari
peternakan ayam adalah menghasilkan produk (telur, daging atau day old chicken
(DOC) yang berkualitas. Kualitas DOC yang baik memiliki ciri mata yang cerah,
fisik kuat dan aktif, kaki kekuningan, keseragaman baik, berat minimal 37 g,
bentuk paruh normal, tidak ada cacat fisik dan relatif tahan dengan fluktuasi
kualitas manajemen diawal umur. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas
DOC adalah kualitas, penanganan, dan penyimpanan HE (Hatched egg),
lingkungan kandang, status kesehatan dan nutrisi breeder, manajemen peternakan,
transportasi dan penanganan DOC (terutama pada masa brooding). Pengontrolan
penyakit dipeternakan dilakukan untuk mencegah penyakit infeksius dan
noninfeksius. Pengontrolan penyakit infeksius dilakukan dengan beberapa bentuk
kegiatan pengawasan seperti pengawasan biosekuriti, pengawasan vaksinasi,
pengawasan sanitasi dan disinfeksi, pengawasan terhadap faktor penyebab stres
eksternal, dan pengawasan status kesehatan. Pengawasan biosekuriti dilakukan
dengan pemeriksaan rutin kegiatan biosekuriti dikandang, kegiatan pengawasan
vaksinasi dikakukan dengan pemeriksaan rutin titer antibodi dan reaksi post
vaksinasi, sedangan kediatan pengawasan status kesehatan dilakukan dengan
pemeriksaan ke kandang dan nekropsi. Beberapa faktor eksternal penyebab
penyakit adalah pakan, air minum, suhu, kelembapan, ventilasi, amoniak,
kepadatan kandang, keseragaman populasi, distribusi pakan, pencahayaan dan
vaksinasi.
Pengontrolan penyakit harus dilakukan secara efisien dan efektif. Secara
ekonomi, pencegahan penyakit harus lebih menguntungkan daripada penanganan
wabah. Penanganan wabah secara eradikasi sulit dilakukan dan menyebabkan
kerugian yang besar. Kunci utama pengontrolan penyakit adalah pelaksanaan
hygiene dan biosekuriti seperti disinfeksi, sanitasi, vaksinsi dan meminimalkan
penyebab ayam stres. Biosekuriti adalah semua usaha atau sistem yang harus
dilakukan untuk mencegah virus, bakteri, jamur, protozoa, atau parasit bertemu
dengan ayam dan mencegah hewan liar atau vektor penyakit masuk dan
menyebarkan mikroorganisme kedalam peternakan. Sebelum menentukan
tindakan biosekuriti yang akan dilakukan, maka harus mengenali karakter patogen
didaam maupun diluar tubuh inang sepeti masa hidupnya didalam tubuh hewan,
sumber dan rute infeksi agen penyakit. Beberapa sumber penyakit pada
peternakan ayam adalah manusia, peternakan terdekat, hewan yang dalam masa
penyembuhan, rodensia, serangga dan barang-barang di kandang.
Manajemen faktor pencegahan penyakit salah satunya dengan isolasi dan
one age one farm, hal ini dilakukan untuk mengehentikan siklus hidup dari
mikroorganisme. Bangunan kandang juga harus diperhatikan yaitu bangunan
dapat mencegah masuknya burung liar, serangga dan rodensia, adanya biosekuriti
di pintu keluar dan masuk kandang, ventilasi yang memadai, lantai atau alas
kandang yang baik, tempat pakan dan minum yang cukup. Selain itu kandang
harus dikosongkan secara berkala, dilakukan pembersihan dan disinfeksi kandang.
Seluruh karyawan atau pengunjung peternakan harus mengikuti semua biosekuriti
sebelum dan setelah masuk ke peternakan. Biosekuriti terkait sanitasi linkungan
dilakukan dikandang dan sekitarnya (dengan pengontrolan serangga dan
rodensia), pemusnahan ayam yang mati (dengan membakar, mengubur,
memasukkan ke lubang atau tempat pemusnahan, atau dijadikan pupuk) dan
pembersihan kandang untuk persiapan masuknya ayam baru. Disinfektan yang
ideal digunakan pada peternakan ayam adalah herganya terjangkau, efektif
terhadap agen penyakit, aman untuk hewan dan manusia, larut dalam air, tersedia
dipasaran, aman untuk lingkungan, tidak menyebabkan karat, stabil saat terekspos
dengan udara, tidak berbau, tidak ada residu toksik dan tidak terakumulasi
didaging atau telur. Beberapa tipe disinfektan adalah aldehida, formaldehida,
fenol (lifofilik), klorin, kombinasi iodine organik, klorhexidine (lipofilik), air
panas, dry heat, dan disinfektan komersial lainnya. Glutaraldehida merupakan
disinfektan yang aling poten karena efektif membunuh agen virus (baik yang
beramplop atau tidak), bakteri, jamur, spora, dan efektif pada bahan organik.
Pemberian antibiotik pada ayam melalui air minum cukup sulit karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas air minum yang dapat cenderung asam
atau basa, waktu pemberian yang tidak bersamaan, tidak tepat waktu, dosis yang
tidak sesuai, jenis antibiotik yang tidak sesuai dengan bakteri dapat
mempengaruhi efektivitas obat. Teknik pemberian obat yang berbeda (cekok,
nipple atau galon) juga mempengaruhi hasil pengobatan. Penggunaan tangki air
(jenis dan volume) serta automatic dosing /dosatron juga mempengaruhi
pengobatan antibiotik melalui air minum. Tahapan disinfektan pada dasarnya
terdiri dari pembersian kering, sanitasi sistem air minum, pembersihan kandang
dan alat-alat, disinfeksi, pengaturan kandang, dan fumigasi atau fogging.
Pembersihan kering dilakukan dengan pembersihan tepat pakan dan minum, alat
yang portable dibersihkan diluar kandang. Sanitasi sistem air minum dilakukan
dengan pembersihan/ pengurasan tangki air minum. Pembersihan kandang dan
alat-alat dilakukan dengan pembersihan menggunakan detergen dan membilasnya
dengan air bertekanan tinggi hingga bersih. Disifeksi dilakukan dengan
menyemprotkan disinfektan keseluruh bagian kandang, untuk mengatasi agen
infeksius minimal disinfektan didiamkan hingga 30 menit. Pengaturan kandang
dilakukan dengan meletakkan kembali tempat pakan dan minum serta alas
kandang untuk persiapan memasukkan kembali DOC yang baru. Fumiasi atau
fogging dilakukan dengan formaldehide, umum digunakan pada closed house
untuk pencegahan masuk kembali agen penyakit. Setelah dilakukan disinfeksi
kandang, maka dilakukan istirahat kandang sebelum memasukkan kembali DOC.
Sanitasi dilakukan untuk mengurangi agen bakteri dan mencegah
perkembangan bakteri. Sanitasi air minum dilakukan secara kontinu sedangkan
sanitasi lingkungan dan alat-alat cukup dijaga kebersihannya. Standar kualitas air
minum pada peternakan adalah bebas bakteri patogen (salmonella, stafillokokus,
dan steptokokus). Pemeriksaan bakteri pada air minum dilakukan dengan cek
klorinasi air minum, dimana hasil positif menunjukkan kemungkinan air telah
terkontaminasi bakteri.
Pengontrolan koksidiosis
Koksidiosis dapat dikontrol dengan tiga perlakuan yaitu pemberian
ionophore (antikoksi), kimiawi, dan vaksin. Selain itu, manajemen liter (alas
kandang juga diperlukan), dimana liter tidak boleh terlalu lembab (terurama pada
4 minggu pertama/ saat brooding) dan tidak menggumpal (terutama pada layer
fase growing dan laying). Biosekuriti yang disarankan adalah penggunaan sepatu
khusus didalam dan diluar kandang. Penggunaan obat hanya diberikan ketika
terjadi wabah. Evaluasi keberadaan Eimeria sp (penyebab koksidiosis) dilakukan
dengan pemeriksaan ookista pada feses, dan dapat dipastikan dengan pembuatan
preparat histologis pada lesio di saluran pencernaan. Eimeria sp dapat menyerang
saluran pencernaan mulai dari usus hingga sekum ayam dengan menunjukkan
lesio yang khas (pendarahan) pada mukosa dan serosa. Wabah E. tenella yang
menyerang sekum biasanya diikuti dengan deplesi ayam yang tinggi, mati
maupun culling. Pengobatan koksidiosis menggunakan 300 g amprolium 20%/
500 liter air minum diberikan selama 2 hari. Selain itu, sebaiknya jangan
memindahkan ayam ke liter baru sebelum 28 hari untuk mendapatkan immunitas
optimum dari vaksinasi koksidia.

Pengontrolan cacing
Pengontrolan infestasi cacing dipeternakan ayam dapat dilakukan
dengan program deworming rutin, mengganti litter/ membuang manur,
menggunakan oosidal kimia (soda api), mengontrol vektor biologis dan mekanis
(serangga), serta menerapkan biosekuriti yang tepat (penggunaan sepatu kandang
khusus). Cacing yang umum menyerang ayam adalah Ascaridia galli (cacing
gilig), Heterakis galinarum (cacing pita), dan Raillietina sp (vektornya serangga),
dengan periode prepaten selama 4-6 minggu.

Tabel 1 Obat yang digunakan untuk pengontrolan infeksi cacing

Nama Obat (A) (B)


(1)Surpizin, (2) Levaverm, (1)Flubenol, (2)Rintal
(3)Pramisole, (4)Panacur (Feed IZ 42, Feed IZ 46)
Bahan Aktif (1) Piperazine 119 mg/ml, (1) Fenbendazole,
(2)Levamisole 10%, (2) Febantel 10%
(3)Levamisole 10%+prasiquantel
5%, (4) Fenbendazole 10%)
Dosis (1) 0,9 ml/kg bw, (2) 0,35 ml/kg 30 ppm di pakan,
bw, (3) 0,2 ml/kg bw, (4) 0,05 - 30 ppm di pakan
0,2 ml/kg bw

Lama 2 – 3 jam DW (single dose) 7 hari


pengobatan
Ket: Obat A di berikan melalui air minum dan sebelum makan.
Tabel 2 waktu pemberian obat cacing
No Obat Umur Pengobatan Keterangan
Broiler Layer PS
PS
1 A 8 minggu 6 minggu
(1/2/3) + 1 hari + 1 hari
2 A 12 minggu 10 minggu
(1/2/3)
3 A 16 minggu 14 minggu
(1/2/3) Opsional, tergantung pada keberadaan
4 A 20 minggu 18 minggu cacing dan prevalensi yang tinggi
(1/2/3) diberian setiap 4-5 minggu
5 A (3 or 24 minggu 23 minggu
4)
6 B (1-2) 28 minggu 30 minggu
7 B (1-2) 35 minggu 37 minggu
8 B (1-2) 42 minggu 44 minggu
9 B (1-2) 49 minggu 51 minggu
10 B (1-2) - 58 minggu

Kendala yang umum terjadi pada pengontrolan infeksi cacing adalah jika
saat masa awal produksi hingga puncak produksi ditemukan cacing dewasa maka
ada kemungkinan ayam diobati untuk mencegah produksi turun. Nekropsi
terhadap ayam mati harus diperiksa setiap minggunya terhada keberadaaan cacing
atau tidak. Peternak biasanya berasumsi pemberian obat cacing dapat menurunkan
produksi telur, sehingga justru tidak diberikan secara rutin.

Pengontrolan Mycoplasma sp
Mycoplasmosis adalah penyakit pada ayam yang disebabkan oleh
Mycoplasma galisepticum (MG), merupakan penyakit yang menyerang saluran
pernafasan ayam, menyebabkan terjadinya kebengkakan pada sinus infraorbitalis
dan airsaculitis. Jika diikuti oleh infeksi penyakit saluran pernafasan yang lain
dapat berkembang menjadi penyakit pernafasan yang kronis dan mengakibatkan
gangguan pada pencapaian produksi telur. Infeksi MG dapat menjadi titik awal
dari infeksi penyakit viral maupun bakterial lain pada saluran pernafasan.
Penularan terjadi secara horisontal (melalui kontak langsung maupun tidak
langsung terhadap agen) dan tranversal (dari indukan atau saat di hatchery).
Selain terlihat lesi pada kantung hawa dan sinus infraorbitalis, biasanya juga
ditemukan ptechiae di trakea yang cukup parah.
Pencegahan dan pengontrolan infeksi MG dilakukan dengan pelaksanaan
biosekuriti yang ketat, isolasi kandang, membatasi perpindahan orang/karyawan
dan peralatan dari dan keluar masuk kandang, pemberian obat anti Mycoplasma,
vaksinasi MG dan stamping out jika terdapat positif MG. Diagnosa infeksi MG
dapat dilakukan dengan pengambilan sampel darah dan dilakukan pemeriksan
plate test atau PCR. Selain itu, tanda-tanda infeksi juga dapat terlihat melalui
patologi anatomi. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian pakan terapi (Z
45, Z 84, Z 85, Z 87) dan pemberian antibiotik juga dilakukan lewat air minum
pada 1-5 hari pertama (DOC). Pemberian obat tidak diperbolehkan jika sudah
diberikan vaksin sebelumnya.

Pengontrolan salmonellosis
Salmonellosis adalah penyakit bakterial yang disebabkan oleh bakteri
gram negatif Salmonella sp. Salmonelosis pada ayam terdiri dari tiga grup
penyakit yaitu Pulorum-typhoid, Paratypoid (salmonellosis) dan Arizona
Infection. Salmonellosis penting pada perunggasan karena salah satu syarat
perdagangannya dalah bebas dari salmonella dan DC haru bebas pullorum.
Pemberian antibiotik tidak bisa membersihkan Salmonella dalam tubuh ayam.
Penularan salmonellosis terjadi secara langsung maupun tidak langsung
(horizontal) dan melalui telur (vertikal) seperti kontak langsung dengan hewan
terinfeksi, melalui vektor rodensia, peralatan kandang, inkubator, penetrasi ke
cangkang telur, atau melalui akan yang terkontaminasi. Pengawasan salmonellosis
dilakukan dengan penganbilan sampel darah dan dilakukan plate test pada umue 1
hari, 10 minggu, 14 minggu, 36 minggu, dan 48 minggu. Pemeriksaan salmonella
juga dilakukan pada pakan (setiap bulan), litter (saat penerimaan DOC), air (setiap
2 bulan), kotak kardus DOC. Pencegahan salmonellosis dilakukan dengan
pelaksanaan sanitasi dan biosekuriti kandangyang baik, membatasi perpindahan
orang dan barang yang masuk dan keluar kandang, pengenlaian dan
pemberantasan vektor (tikus, burung liar dan lainnya). Salah satu pengobatan
yang dapat diberikan adalah pemberian pakan yang mengandung Furazolidone
dengan dosis 50 g/ ton pakan sampai umur 3 atau 4 minggu.

Pengontrolan infestasi kutu


Kutu jenis Ornithonyssus sylviarum adalah salah satu kutu yang paling
sering menyerang peternakan ayam petelur dan breeding. Kutu ini dapat hidup
hingga 2 bulan tergantung suhu dan kelembapan kandang. Padainfeksi kutu yang
berat dapat terlihat bagian kulit yang tidak tertutup bulu berwarna kehitaman dan
kulit mengalami pengerasan hingga bersisik. Pengontrolan kutu dilakukan dengan
penggunaan insektisida, pemeriksaan kandang secara teratur, pengobatan dan
pelaksanaan biosekuriti yang baik. Pengobatan dapat dilakukan dengan
pencelupan (menggunakan antiparasit atau sulfur), penyemprotan dan injeksi 0,02
ml/kg ivermectin. Pencegahan dengan penaburan belerang pada gudang litter/
gudang sekam. Jika sering terjadi infestasi kutu dan jika kandang periode pullet
berbeda dengan kandang periode laying, sebelum pindah pulet/ sebelum naik ke
kandang batre, ayam dicelup insektisida atau diberikan obat antikutu sistemik.

Pengontrolan IBH (infection body hepatitis)


Penyakit ini disebabkan oleh adenovirus yang tidak beramplop, dimana
virus tidak beraplop biasanya tahan di lapangan, stabil dilingkungan ayam, tahan
kering dan pH. Sehingga sudah ada saat DOC datang dan bersifat endemik. Proses
sanitasi dan desinfeksi saat persiapan kandang menjadi sangat penting. masa
kosong kandang harus dimanfaatkan dengan saat baik untuk mengurangi jumlah
virus. Salah satu hal yang penting pada pengendalian penyakit ini adalah
persiapan kandang, dimana dengan pengaplikasian soda api 1-2% pada kandang
kosng menyebabkan kandang menjadi kering dan virus mati. Vaksinasi penting
untuk menghasilkan maternal antibodi yang meilndungi DOC dari infeksi secara
horizontal pada umur 1-6 hari dn meminimalkan kasus IBH yang kemungkinan
akan muncul pada umur minggu ke tiga. Hasil pemeriksaan nekropsi akan terlihat
hati yang pucat, pendarahan dibeberapa organ, perikarditis, ascites, eksudat di
lumen trakea, airsackulitis, perihepatitis, pecahnya ova, dan hemoragi ova.
Pengontrolan permasalahan kaki
Umumnya permasalahan pada kaki ayam adalah pembengkakan pada
sendi atau beberapa/ keseluruhan kaki yang menyebabkan hewan lumpuh.
Umumnya pada ayam, agen yang dapat menimbulkan permasalahan pada kaki
ayam adalah disebabkan oleh infeksi reovirus dan staphylococcus. Perbedaan
antara dua agen ini terlihat pada patologi anatomi daerah persendian dimana
reovirus menyebabkan pembengkakan pada tendon sedangkan Staphylococcus
menyebabkan timbunan eksudat perkeujuan pada sendi. Pengntrolan utama
penyakit ini adalah dengan mengatur tingkat kepadatan kandang terutama
pemberian jarak antar tempat pemberian pakan.

Pengobatan

Obat yang digunakan pada perternakan ayam adalah obat bakteri, obat
jamur, obat cacing, obat protozoa dan obat serangga atau kutu. Feed Additive
adalah satu macam bahan atau lebih dalam jumlah tertentu yang ditambahkan
pada pakan hewan atau ternak dengan tujuan memenuhi kebutuhan khusus hewan.
Kebutuhan khusus antara lain pencegahan or pengobatan penyakit (AM, acidifier,
antitoksin/toksin binder, antilarva dan AGP), penambah nafsu makan, pengawet
pakan/antioksidan, mempermudah dalam pembuatan pakan, meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi, menurunkan FCR, promotor
pertumbuhan/produksi, membuat warna kuning telur lebih menarik dan
mengurangi bau kotoran. Feed Sumplement yaitu  satu atau lebih bahan zat nutrisi
berupa mikro nutrisi yang ditambahkan pada pakan hewan/ternak, bisa juga
diberikan tersendiri, dengan tujuan mencukupi/melengkapi kebutuhan nutrisi
mikro tertentu apabila diduga atau didiagnosa hewan/ternak mengalami defisiensi
mikro nutrisi. Probiotik adalah sediaan mikroorganisme (bakteri) hidup yang jika
dikonsumsi dalam jumlah yang cukup akan memberikan efek yang baik bagi
kesehatan (FAO/WHO). Cara kerja probiotik menjaga keseimbangan komunitas
bakteri yang baik di dalam tubuh, competitive exlution, meningkatkan respon
terhadap serangan penyakit (imunitas tubuh) dan Intestinal metabolic product : vit
B 12, propionic acid, bacteriocin. Probiotik (LAB) dan sistem imun adalah
menstimulasi ekspresi T-cell, pada DOC mulai dari hari ke-3 hingga 7,
menginduksi ekspresi IL-1b di spleen (anti inflammatory response), dan
mengaktifkan Th-1 cytokines dan efek probiotik tergantung dari jenis/spesies
LAB.
Prinsip aplikasi Probiotik untuk kesehatan saluran cerna ayam:
• “Early colonization” : menambahkan bakteri baik (probiotik) sedini
mungkin untuk mengkolonisasi saluran cerna anak ayam, sehingga akan
menurunkan kemungkinan bakteri jahat (pathogen) untuk dapat menempel
di saluran cerna
• Berfungsi preventif (pencegahan) ~ asuransi/payung bagi kesehatan
saluran cerna; dan first-line defense
• Waktu pemberian probiotik:
• Sedini mungkin
• Pada waktu terjadi potensi stress (pergantian pakan, vaksinasi, dll)
• Setelah aplikasi antibiotik (membantu memulihkan populasi bakteri yang
baik)
ProChick adalah gabungan 5 isolat bakteri asam laktat (Lactic acid bacteria)
terpilih, yang diisolasi dari saluran cerna ayam yang sehat. Seleksi :
kemampuan menghambat pertumbuhan E. coli and Salmonella (S.
typhimurium, S. entritidis), mampu mengatasi pH rendah (3) dan asam
empedu. Vitamin di pakan sudah disediakan cukup nutrisiv hanya pada
kondisi tertentu perlu ditambahkan sebagai suplemen dan beberapa larut
dalam air dan beberapa larut dalam lemak. Bandingkan dengan burung
peliharaan hewan lainnya yang lebih rentan terhadap perubahan kondisi
lingkungan. Heat stress dicirikan sebagai kombinasi dari suhu lingkungan
yang tinggi bersama dengan batas atas kelembaban yang tidak memungkinkan
termoregulasi yang tepat pada burung untuk menghilangkan panas yang
dihasilkan selama proses metabolisme dan mempertahankan homeostasis.
Heat stress akut (interval pendek dan tiba-tiba suhu tinggi exstemelly) Heat
stress kronis (interval diperpanjang suhu naik atau naik. 200-300 ppm vit C:
menurunkan suhu rektal, meningkatkan asupan pakan 8%, meningkatkan BW
gain 11%, meningkatkan FCR 5%. 250 mg / kg pakan memberikan kinerja
yang lebih baik, sedangkan pakan 500 dan 750 mg / kg memberikan kinerja
yang lebih rendah dibandingkan dengan control. Pada saat stres panas akut,
suplementasi Vit C 20 mg / kg BB / hari pada air minum dapat meningkatkan
BB hingga 10,9%. Beberapa penelitian menunjukkan suplementasi Vit C tidak
mempengaruhi asupan pakan pada unggas yang stres akibat panas, namun
dapat meningkatkan FCR. Fungsi antibiotic pada pakan ayam adalah sebagai
curative, (pengobatan), Terapeutik pada hewan sakit agar sembuh,
Metafilaksis pada hewan suspek pada lokasi ditemukan penyakit agar
mengurangi penyebaran dan Preventive, (Pencegahan) Profilaksis pada hewan
sehat supaya menberikan proteksi agar tidak terkena penyakit. Penggunaan
antikoksidia pada ayam yang terus menerus telah memicu timbulnya resistensi
obat dan residu dalam jaringan, sehingga perlu dicari obat alternatif yang
berbasis herbal. Jenis Obat Cacing berdasarkan cara kerjanya, obat cacing
dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu:
1. Benzimidazol (albendazol, fenbendazol (panacur liq 0,05-0,2 ml/kg bb)
(Panacur aquasol 0,005 ml/kg bw  5 days), flubendazol, thiabendazol);
2. Imidathiazol (levamisol, levasol 0,2-0,4 ml/kg bb, levaverm 0,35 ml/kg
bb), dan tetrahydropyrimidine (pyrantel); pramisole 02 ml/kgbb
3. Avermectin (ivermectin) dan milbemycin (moxidectin);
4. Salicylanilide (niclosamid) dan nitrophenol;
5. Diclorvos dan trichlorphon.
6. Piperazin. (Surpizin 0,9 ml/kg bw)
Salmonellosis merupakan penyakit bakteri yang disebabkan oleh strain bakteri
Salmonella. Itu terjadi pada hewan dan manusia. Dampak ekonomi dari infeksi
Salmonella tidak dapat diabaikan. Penyakit pada unggas terkadang menimbulkan
kerugian yang signifikan, yang merupakan kerugian nyata bagi peternak. Selain
itu, keberadaan Salmonella pada unggas atau produk unggas dapat menghambat
perdagangan internasional, karena dapat menular ke manusia. Dengan artikel ini
kami memberi Anda informasi lebih lanjut tentang salmonellosis pada unggas.
Infeksi salmonella pada unggas dapat dibagi menjadi infeksi spesifik pejamu dan
infeksi spesifik non-pejamu.

RANGKUMAN VIDEO

Peternakan Ayam Broiler dengan System Closed House

Sumber: Youtube TV Tani Indonesia (https://youtu.be/qM8fIFDhRU0)

Survei statistik pasar menunjukkan bahwa kebutuhan konsumsi daging


masyarakat Indonesia 79 persen berasal dari ayam broiler dan kondisi diprediksi
akan terus menigkat dari tahun ke tahun. Ini menujukkan bahwa daging broiler
masih menjadi primadona dibanding dengan produk ternak lainnya. Ayam broiler
yang benar-benar berada dalam lingkungan yang mendukung, pakan yang
berkualitas, sistem perkandangan yang baik, perawatan kebersihan dan kesehatan,
pengendalian hama dan penyakit yang maksimal akan memberikan dampak
positif bagi pertumbuhan serta perkembangan dan bobot daging ayam broiler
secara maksimal. Untuk memaksimalkan hasil ternak ayam broiler saat ini telah
berkembang inovasi untuk meningkatkan biosekuriti, efisiesi usaha menurunkan
angka mortalitas, efisiensi pakan dan tenaga kerja, serta performa ayam itu
sendiri. Salah satu inovasi untuk beternak ayam modern adalah dengan
menerapkan sistem closed house.
Dengan memperhatikan dan menerapkan prinsip otomatisasi secara benar
disertai dukungan perangkat-perangkat yang memadai dan tepat guna, maka
metode closed house yang memang dirancang untuk mampu mengendalikan
kondisis suhu dan kesehatan udara untuk menjaga kebugaran ayam sehingga
performa yang optimal akan tercapai. Secara spesifik terkait dengan tingkat
kelembaban udara serta stabilitas suhu udara, maka sistem sirkulasi udara yang
paling banyak digunakan di Indonesia idealnya mengacu pada prinsip kerja air
tunnel atau teorwongan udara dimana udara akan masuk dari bagian depan dan
akan ditarik ke belakang mengalir sepanjang kandang dan dikeluarkan dengan
bantuan exhouse van. Saat sirkulasi ideal telah tercapai, ada beberapa hal serta
prengkat pendukung lainnya yang masih perlu diperhatikan untuk menstabilkan
suhu ruang kandang, misalnya menggunakan evaporating cooling pad sebagai
pendingin udara yang memanfaatkan penguapan air. Evaporated cooling pad juga
berfungsi sebagai penyaring udara yang masuk ke kandang. Sekat-sekat cooling
pad mencegah pengotor udara untuk masuk ke dalam kandang sehingga udara
masuk menjadi lebih bersih. Kandang benar-benar kedap udara kecuali yang
masuk dari bagian depan melalui cooling pad dan yang dibuang ke luar melalui
blower.
Makanan dan minuman akan secara otomatis tersalurkan dari depan ke
belakang kandang. Sebelum minuman disalurkan terdapat penyaring air sehingga
minum menjadi lebih bersih. Meski metode close house menerapkan sistem
otomatisasi namun tindakan yang bersifat antisipatif seperti pembersihan
kandang, pemanfaatan sekam sebagai covering lantai, pelebaran sekat dan
penggunaan tirai kandang sebagai pelindung dari gangguan luar seprti percikan
air hujan masih perlu diterapkan. Closed house meminialisir bau, kotor, dan
sebagainya. Ukuran ideal untuk kandang closed house yaitu lebar 12 meter,
panjang 120 meter, dan tinggi 2 meter. Kelemahan close house yaitu jika yang did
epan sakit maka yang di belakang akan ikut sakit, penularan penyakit lebih cepat.
Cara penanggulannya yaitu dengan memisahkan atau mengisolasi ayam yang
sakit.

Manajemen Peternakan Ayam Petelur

Sumber: Youtube Charoen Pokphand Indonesia (https://youtu.be/Yj8Hd_nhMiM)

Perusahaan Charoen Pokphand adalah perusahaan multinasional yang


berpusat di Thailand. Di Indonesia Charoen Pokphand Group merupakan
perusahaan pembibitan dan peternakan serta produksi pakan hewan terbesar dan
berkualitas unggul. Pengalaman dan teknologi yang dimiliki oleh Charoen
Pokphand Group menempatkan Charoen Pokphand Group sebagai kelompok
usaha agroindusrtri terkemuka di dunia. Ketekunan Charoen Pokphand Group di
bidang ini, sudah teruji sejak hampir 70 puluh tahun yang lalu. Zaman dahulu
masyarakat memelihara ayam untuk kebutuhan konsumsi keluarga atau hanya
sebagai hobi sahaja. Ketika sudah cukup untuk dikonsumsi ayam-ayam tersebut
dijual di pasar tradisional. Peternakan tradisional tidak dapat memenuhi
permintaan kebutuhan telur yang terus meningkat. Oleh itu, diwujudkan
peternakan ayam petelur yang menggunakan teknologi tinggi dan manajemen
mudah. Secara umum beberapa hal dasar yang harus diperhatikan dalam
peternakan ayam petelur adalah seperti pemilihan bibit ayam unggul, program
pakan yang diberikan, sistem perkandangan, penyakit yang mudah menular di
peternakan, program vaksinasi yang ingin dilaksanakan dan manajemen
peternakan. Pemilihan bibit ayam petelur yang bermutu baik adalah langkah awal
yang sangat penting, karena sebaik apapun tahap selanjutnya belum tentu
mencapai produktivitas yang tinggi kalau bukan bibit unggul. Program pakan
meliputi jenis dan mutu pakan yang sangat berperan besar terhadap pertumbuhan
dan penermapilan yang baik dari ayam petelur. Pakan juga akan menentukan
tingkat produktivitas telur. Selain jenis dan mutu, takaran pakan juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan usia ternak. Sistem perkandangan juga
memainkan peran yang penting dalam peternakan ayam petelur.
Ayam membutuhkan kandang yang layak secara higenis, sehingga ayam
dapat hidup sehat dan bisa berproduksi secara maksimal baik. Kesehatan
merupakan syarat mutlak dalam peternakan ayam petelur program kebersihan.
runtuk mencegah ayam terkena wabak penyakit. Program kesehatan pula meliputi
beberapa aspek seperti kandang, ayam, pengelola maupun pendatang serta wadah
pengangkut. Program pencegahan penyakit, tentu saja lebih penting daripada
pengobatan. Oleh sebab itu, program vaksinasi menjadi sangat penting bagi
meningkatkan kekebalan ayam terhadap infeksi penyakit. Keberhasilan usaha
seluruh peternakan ayam petelur sangat dipengaruhi oleh cara pengelolaan yang
benar. Peranan manajemen modern mutlak diperlukan agar memperoleh efisiensi
kerja yang maksimal dan produktivitas yang optimal.
Tata letak, bentuk, konstruksi, serta fasilitas pendukung kandang sangat
menentukan kesehatan ayam yang ada di dalamnya. Kandang yang baik minimal
mempunyai aliran udara, sumber air yang bersih, terletak pada lokasi yang tinggi
dan sentiasa bersih. Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi untuk sebuah
kandang adalah ruang pencuci hama di pintu masuk dan keluar dari peternakan,
arah kandang untuk menghindarkan sinar matahari sepanjang hari, design
kandang remaja harus diperbuat dengan panjang 8-10 meter tergantung tanah dan
jumlah ayam juga. Lantai dapat terbuat dari panggung atau postal dengan jumalah
ayam 8 ekor per m2 di kandang postal dan 12 ekor per m2 di kandang panggung.
Jarak antar kandang minimum 10 meter hingga 50 meter, tinggi atap hingga lantai
seharusnya minimum 1,5 m dan 2.5 m pada kandang ayam petelur dengan lebar
kandang 5.6 m dengan 8 jalur, dengan lebar jalan pada kandang baterai 80 cm.
Persiapan kandang seharusnya dilakukan setelah ayam dikeluarkan, peralatan
kandang juga dikeluarkan dan kandang kemudian dibersihkan dengan
penyemprotan dengan menggunakan air bersih. Hasil yang lebih baik dapat
didapatkan dengan melakukan penyemprotan desinfektan dan insektisida yang
dilanjutkan dengan pembersihan secara berurutan. Seterusnya tirai ditutupkan dan
dilakukan penyemprotan insektisida dan pelaksanaan fumigasi kandang, kandang
kemudiannya dialasi dengan sekam yang bebas jamur. Sekam itu ditabur dan
disebarkan sehingga mencapai ketebalan 5 – 7 cm. Peralatan pemanasan
kemudiannya dipasangkan dan disemprotkan dengan desinfektan. Kandang
kemudiannya dibiarkan setidaknya selama 7 hari. Antara contoh insektisida yang
digunakan adalah Sevin dan Antipar manakala desinfektan yang digunakan adalah
Bromoquad, Tek-trol, Desogerme-3A dan Formalin 4%. Dua hari sebelum DOC
tiba, kandang disemprotkan dengan formalin, dan ditutup selama 1 hari, keesokan
harinya kandang dibiarkan terubuka selama 1 hari.
Periode starter atau fase indukan adalah hal yang harus diberikan
kepentingan pada pemeliharaan anak ayam karena hasil pemeliharaan pada fase
ini sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan produktivitas ayam di masa depan.
Peralatan yang dibutuhkan untuk DOC diantaranya adalah alat pemanas, sekat
berukuran 3 x 3 m, tempat pakan plastik, tempat minum, dan thermometer untuk
memonitor suhu ruang. Persiapan sebelum DOC datang dimulai dengan suhu
kandang yang diatur pada 32 – 35 °C , air minum disiapkan dengan
mencampurkan air yang ditambah Lincospectin 50, Nopetress merah, dan gula
pasir. Setiap tempat minum diisi campuran air tersebut sehingga sebanyak 1 L.
Penerimaan DOC dilakukan dengan segera mengeluarkan DOC dari transport
box sewaktu DOC tiba, dan kemudian diletakkan 5 – 6 box berisi DOC ke dalam
setiap pemanas, yang kemudiannya akan dilakukan sampling, penimbangan, dan
penghitungan DOC. Di akhir proses itu, DOC kemudian disebar ke dalam indukan
dan pemberian pakan. Dua hingga tiga anak ayam dibiarkan untuk mengenal air
minum serta diberikan pakan sedikit demi sedikit yang bersih dari kotoran seperti
sekam.
Perluasan sekat dilakukan karena ayam memerlukan ruang yang lebih luas
seiring dengan pertumbuhannya. Oleh itu, perluasan sekat dilakukan setiap 4 hari
dan sekat dikeluarkan setelah hari ke-20. Secara bertahap tempat pakan dan
tempat minum diganti alat untuk ayam remaja. Suhu kandang diturunkan secara
beransur 3 °C setiap minggu sehingga mencapai 21-240C. Hal yang penting
dilakukan adalah pengamatan keadaan ayam terhadap suhu kandang dengan
memerhatikan perlakuan anak ayam terhadap pemanas dan fan. Pemotongan
paruh bertujuan mencegah kanibalisme pada ayam serta diharapkan tidak memilih
bentuk pakan karena nutrisi tidak terpenuhi bila hanya memakan butiran dan
dilakukan pada hatchery kemudian diulang pada umur 16 hari.
Anak ayam yang telah melalui fase indukan akan masuk ke fase
pertumbuhan. Hal yang penting adalah berat badan dan keseragaman.
Penimbangan dimulai umur 5 minggu sampai mulai produksi umur 19 – 20
minggu setiap minggu di siang hari. Dengan berat badan harus mencapai 1.650 g
pada saat ayam umur 19 minggu. Dibutuhkan 80% dari sampel yang memiliki
berat sekitar 10% dari rataan berat badan anak ayam. Untuk memenuhi kriteria ini
diperlukan pemantauan pengaturan pakan, pengaturan air minum (pemberian air
yang dingin dan segar dengan penambahan klorin, dan tempat minum yang
dibersihkan dua kali sehari), pengelompokkan ayam sesuai berat badan (besar,
sedang, dan kecil), program penyinaran, penangkapan dan pemindahan ke
kandang baterai dilakukan pada sore hari dengan kandang plastic khusus ayam.
Pada umur masa bertelur dimana biaya pakan adalah 70% dari biaya
produksi sehingga pakan harus dipilih dengan kualitas baik untuk memberikan
produksi dan kualitas telur yang baik dan dapat menekan biaya produksi. Pakan
hyang diberikan harus memperhatikan kualitasnya yang baik. Selain itu perlu
dipantau juga penyimpanan dan pencampuran pakan. Gudang penyimpanan perlu
memiliki ventilasi yang baik, kering, penempatan barang tidak merapat ke dinding
dan beralas, dan penggunaan barang dengan sistem vivo. Pencampuran pakan
dimulai dengan menyiapkan tiga bagian jagung, dua bagian konsentrat, dan dua
bagian katul. Kemudian dicampur dengan urutan jagung, konsetrat, katul, jagung,
konsentrat, katul, dan jagung. Pemberian pakan 80 – 85 g per ekor per hari dengan
peningkatan 5 g setiap minggu sejalan dengan peningkatan umur ayam hingga
sekitar umur 26 minggu. Pada umur 18 minggu dilakukan peralihan dari pakan
grower ke pakan layer selama 7 hari secara bertahap. Pemberian air minum
diberikan secukupnya dan juga dapat ditambahkan klorin dan harus dipantau
kualitas airnya dari kontaminasi. Program penyinaran memperhatikan intensitas
cahaya dan lama penyinaran. Intensitas cahaya pada masa bertelur berkisar 20 –
40 lux dengan jarak lampu 1.5 m dari baterai. Lama penyinaran dimulai dengan
13 jam pada umur 18 minggu dan bertambah 0.5 jam setiap minggu hingga lama
penyinaran 16 jam, yang dipertahankan sehingga ayam afkir. Lama penyinaran
terdiri dari sinar alami dan sinar lampu. Tidak diperkenankan mengurangi
intensitas cahaya maupun lama penyinaran selama masa produksi.
Pencegahan infeksi cacing dilakukan dengan pemberian obat cacing setiap
dua bulan sekali yang dapat dilarutkan dalam air minum atau disemprotkan pada
ayam atau di kandang. Perlu juga dilakukan kontrol terhadap populasi lalat dan
kecoa serta desinfeksi manur. Control kesehatan ayam dilakukan dengan
pemeriksaan kekebalan ayam terhadap mycoplasma dan ND dari pengambilan
sampel darah ayam setiap empat bulan sekali. Kegiatan rutin meliputi hal-hal
seperti yang dijelaskan di tabel berikut.
Pemberian vaksin dapat dilakukan melalui beberapa cara yang baik dan
benar. Vaksinasi melalui air minum menggunakan air bebas klorin dan
desinfektan namun dicampur dengan susu skim (yang bertujuan meningkatkan
umur vaksin di dalam tubuh ayam) serta diberikan setelah puasa 1 – 2 jam, minum
yang diberi vaksin harus habiskan dalam 1 – 2 jam. Vaksinasi melalui tetes mata
diberikan hanya satu tetes dan ujung botol tidak boleh menyentuh mata kemudian
bukti vaksin terserap dilihat dari warna pelarut vaksin di langit-langit mulut atau
lidah. Vaksinasi melalui tetes hidung dilakukan seperti tetes mata dengan
penetesan satu tetes vaksin pada nanya satu lubang hidung dan lubang hidung
yang tidak ditetesi vaksin pula ditutup dengan jari telunjuk operator. Vaksinasi
melalui penusukan pada daging dilakukan dengan menyuntikkan vaksin pada otot
paha atau dada dengan menggunakan jarum suntik yang steril dan tajam dengan
ukuran jarum yang digunakan tergantung umur ayam. Vaksinasi melalui
penyuntikan di bawah kulit adalah metode yang sangat cocok ketika digunakan
untuk vaksin killed dengan adjuvant minyak atau vaksin dengan tambahan minyak
karen kulit mudah bergerak dan akan terserap oleh tubuh sedikit demi sedikit.
Diperhatikan agar suntikan tidak dilakukan terlalu dekat kepala karena vaksin
tidak dapat terserap dengan baik sehingga menyebabkan kebengkakan. Vaksinasi
melalui penusukan pada sayap hanya dilakukan untuk vaksin cacar menggunakan
jarum khusus ke sayap sampai tembus. Vaksinasi menggunakan spray efektif
untuk kadang dengan jumlah populasi yang banyak, vaksinasi sebelumnya harus
disimpan di tempat yang dingin, vaksin spray mengandung 500 cc NaCl dan 1
botol vaksin ND untuk 1000 ekor ayam.
Sebagai kesimpulan, kesemua hal yang telah diberikan merupakan
petunjuk umum yang harus dipatuti dalam menunjang keberhasilan peternakan
ayam petelur sehingga semua investasi yang ditanamkan tidak sia-sia.

Parentstock and Hatchery Part 1

Sumber: Youtube Poultry Research Centre, University of Alberta


(https://youtu.be/_bhuPZQIYCQ)

Daging ayam yang beredar di pasaran berasal dari telur, namun telur yang
menghasilkan daging ayam tersebut berbeda dengan telur-telur konsumsi yang
ada di pasaran. Terdapat sektor peternakan yang memelilhara induk dari ayam
broiler yang dikonsumsi pasar yang disebut sebagai broiler breeder. Sektor ini
memelihara ayam yang akan menghasilkan telur fertil yang kemudian akan
diinkubasi oleh hatchery komersil dan ditetaskan untuk mendapat anak ayam
broiler (broiler chicks). Anak ayam tersebut kemudian akan dipelihara di
peternakan broiler komersial untuk dijual sebagai daging di pasaran.
Untuk memenuhi permintaan masyarakat terhadap produk daging ayam,
peternakan ayam telah melakukan seleksi berdasarkan laju konversi pakan, laju
efisiensi pertumbuhan, dan breast yield. Ayam dengan kriteria terbaik dipilih
sebagai induk dari ayam-ayam broiler karena satu pasang ayam indukan akan
mempengaruhi sekitar 40.000 ayam broiler. Ayam broiler memiliki 4
grandparents yaitu A, B, C, dan D. Persilangan A dan B dilakukan untuk
mendapatkan broiler breeder AB jantan sedangkan persilangan C dan D dilakukan
untuk mendapatkan broiler breeder CD betina. Persilangan AB dan CD adalah
ABCD yang merupakan ayam broiler. Sistem breeding ini akan memastikan
bahwa ayam broiler yang dihasilkan dapat menyediakan daging yang bernutrisi,
aman, dan berkualitas baik.
Industri peternakan unggas di Kanada memiliki komitmen untuk
memproduksi produk ayam dengan standar tinggi terhadap keamanan pangan dan
kualitasnya melalui tindakan biosekuriti. Infeksi penyakit dari sumber luar perlu
dicegah agar tidak dapat memasuki peternakan dan menyebabkan penyakit pada
ternak. Pakaian dan sepatu boots khusus untuk peternakan unggas perlu dikenakan
oleh setiap orang yang memasuki peternakan. Sebelum memasuki peternakan,
pencelupan sepatu boots dilakukan untuk mensterilisasi alas kaki. Selain itu,
diwajibkan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memasuki peternakan.
Peternakan menjaga biosekuriti dengan mengatur lalu lintas asing yang memasuki
peternakan dan memastikan hanya orang yang berkepentingan dapat memasuki
peternakan. Konsep all in all out diterapkan pada peternakan untuk menjaga
kesehatan flock. Seluruh flock akan memasuki peternakan pada waktu yang sama
dan flock tersebut akan didepopulasi atau dikeluarkan dari peternakan pada waktu
yang sama pula. Sehingga dapat dilakukan desinfeksi di setiap flock.
Broiler breeder akan sampai ke peternakan sebagai day 0 chick (DOC).
Umumnya DOC ditransportasikan melalui truk atau pesawat apabila DOC berasal
dari negara lain. Terdapat 2 stase dalam kehidupan ayam ini yaitu rearing dan
breeding. Produsen memiliki kandang yang terpisah yang disebut sebagai poulet
barns. Poulet merupakan sebutan untuk ayam betina muda sebelum ayam dapat
menghasilkan telur. Beberapa hari awal setelah anak ayam sampai ke peternakan,
diberikan pencahayaan dengan intensitas tinggi selama 23 jam/hari untuk
meningkatkan nafsu makan dan minum. Kebanyakan ayam pada peternakan
broiler breeder adalah ayam betina dengan tujuan untuk memproduksi telur fertil.
Saat di hatchery, ayam disortir berdasarkan jenis kelaminnya dengan
memperhatikan kloaka atau bulu sayap. Feather sexing dapat dilakukan pada
strain genetik tertentu. Pada beberapa strain, bulu sayap besar pada ayam betina
lebih cepat tumbuh dibandingkan jantan.
Setelah dilakukan pemisahan berdasarkan jenis kelamin, ayam dikirimkan
ke peternakan breeder dengan perbandingan ayam jantan:ayam betina 1:10.
Umumnya ayam jantan dipelihara terpisah dari ayam betina sampai umur 22
minggu karena perbedaan dari target berat badan dan jumlah pakan yang
diberikan. Setelah beberapa hari awal diberikan cahaya dengan intensitas tinggi,
selanjutnya pencahayaan dikurangi untuk mengurangi produktivitas. Ayam broiler
diberikan pakan ad libitum pada 3-4 minggu pertama atau sampai ayam tersebut
mencapai target bobot badan yang ditentukan. Pakan yang diberikan berupa sereal
gandum, sumber protein, suplemen, vitamin, dan mineral. Diet yang diberikan
pada ayam breeder ini tidak sepadat nutrisi diet ayam broiler karena ayam breeder
diternakan dengan laju pertumbuhan yang lambat. Air yang bersih dan segar
disediakan pada nipple drinking system. Ventilasi yang baik sangat penting untuk
menjaga flock tetap sehat dan produktif dengan menyediakan udara yang bersih
dan sekam tetap kering. Pengeluaran debu dan pengontrolan level karbon dioksida
dan amonia juga penting untuk dilakukan. Tirai digunakan untuk menutup sumber
cahaya dari luar sehingga tidak mengganggu pencahayaan dalam kandang. Ayam
breeder muda dipelihara dengan konsep short days dengan sekitar 8 jam
pencahayaan. Keseragaman dari flock penting untuk diperhatikan selama siklus
produksi. Keseragaman tersebut dipelihara dengan memastikan terdapat tempat
yang cukup untuk ayam makan di saat yang bersamaan sehingga tidak ada
kompetisi. Keseragaman flock akan mempengaruhi bagaimana ayam betina
memulai produksi telur.
Ayam betina diberi makan pada pagi hari setelah lampu menyala. Untuk
mengoptimalkan distribusi pakan disediakan pakan dengan alokasi 2 kali dari
normal setiap 2 hari sekali. Metode skip a day feeding akan membuat ayam
mengisi saluran pencernaannya secara maksimal sehingga intake pakan juga
maksimal. Namun pemberian pakan sehari sekali juga dapat dilakukan
menggunakan sistem otomatis. Ayam perlu ditimbang bobot tubuhnya untuk
mengetahui jumlah pakan yang harus diberikan dan untuk mengamati
keseragaman flock. Penimbangan dapat dilakukan secara manual atau otomatis.
Sebaiknya 50 ayam harus ditimbang pada waktu yang sama untuk memberikan
data akurat dari seluruh flock. Perlu dilakukan pembatasan pada intake pakan
untuk mencegah ayam mengalami obesitas dan tidak sehat.

Parentstock and Hatchery Part 2

Sumber: Youtube Poultry Research Centre, University of Alberta


(https://youtu.be/U0AsODcdncI)

Ayam betina terlebih dahulu dipindahkan ke kandang sebelum mulai


memproduksi telur, sehingga mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan baru.
Satu minggu kemudian di masukan ayam jantan. Setiap ayam yang datang
dilengkapi dengan vaksinasi yang lengkap termasuk vaksin yang digunakan dan
waktu penggunaannya. Umumnya semasa hidup ayam akan divaksinasi beberapa
kali. Secara alami di alam, ayam akan bertelur pada musim panas. Prinsip ini
kemudian diterapkan pada peternakan ayam. Ayam yang telah matang secara
seksual serta memiliki ukuran tubuh yang ideal akan diberikan lampu yang
menyala secara terus-menerus untuk merangsang ayam tersebut mulai bertelur.
Hal tersebut biasanya dilakukan pada usia 22 sampai 23 minggu.
Kandang di desain dengan bentuk dua per tiga dari area tersebut terdiri
dari bilah yang terbuat dari kayu atau plastik. Bilah tersebut memiliki celah yang
memungkinkan feses dapat jatuh diantara celah bilah. Feses yang jatuh akan
dibersihkan pada akhir periode pemeliharaan. Kebutuhan pakan ayam jantan dan
betina berbeda, sehingga dalam pemeliharaannya tempat pakan ayam jantan dan
juga betina dibuat terpisah. Wadah air dan tempat pakan untuk ayam betina
ditempatkan diatas bilah. Tempat pakan tersebut ditutupi dengan kawat yang
memiliki celah yang sempit. Hal ini karena kepala ayam betina lebih kecil
disbanding ayam jantan, sehingga mencegah ayam jantan untuk mencuri pakan
ayam betina. Sementara itu, tempat pakan ayam jantan dibuat lebih tinggi dari
jangkauan ayam betina, sehingga ayam betina juga tidak dapat mencuri pakan
ayam jantan.
Ayam jantan dan ayam betina ditempatkan pada area yang sama agar
dapat terjadi perkawinan. Seekor ayam jantan dapat mengawini ayam betina
berkali-kali dalam satu hari. Perilaku ayam jantan yang akan kawin ditunjukkan
dengan mematuk dan mencakar pakan serta melakukan vokalisasi. Ayam betina
dapat menyimpan sperma selama 14 hari sehingga tidak perlu melakukan
perkawinan setiap hari. Ayam betina yang telah kawin akan menggerai halus
bulu-bulunya, hal ini dipercaya untuk membantu memudahkan semen menuju ke
saluran telur dan terjadi fertilisasi. Ayam jantan yang ideal memiliki postur tubuh
yang tegak dengan daging yang proporsional. Adakalanya dalam satu usia dalam
satu kelompok ayam jantan tersebut terjadi penurunan frekuensi kawin, sehingga
ayam-ayam tersebut dikeluarkan dan diganti dengan ayam yang lebih mudah. Hal
ini juga bertujuan agar ayam muda dapat merangsang ayam yang lebih tua untuk
kawin.
Hal yang penting untuk dilakukan adalah memastikan bahwa ayam dalam
keadaan sehat dan berat badan ayam dapat dipertahankan, sehingga dapat
mencapai tingkat produksi telur yang baik. Ayam-ayam diberi makanan dengan
kalsium yang cukup untuk memastikan mereka menghasilkan telur dengan
kualitas cangkang yang baik. Pada dasarnya kuning telur berasal dari folikel besar
dan juga folikel kecil yang terdapat pada ovarium. Folikel tersebut selanjutnya
berkembang menjadi kuning telur yang terdiri dari berbagai tahapan, sehingga
memungkinkan terjadinya produksi telur satu butir setiap harinya. Kuning telur
yang dominan pada ovarium akan dilepaskan dan selanjutnya ditangkap oleh
infundibulum, kemudian menyusuri saluran telur untuk ditambahkan dengan putih
telur atau albumin serta cangkang telur. Ayam dengan berat badan yang berlebih
dapat menyebabkan terjadinya perkembangan folikel yang berlebihan juga,
sehingga menyebabkan terjadinya produksi kuning telur ganda atau produksi telur
yang lebih dari satu butir per hari. Hal tersebut menyebabkan permasalahan
berupa ayam yang sulit untuk bergerak karena berat badan yang berlebihan. Pada
ayam dengan produksi telur lebih dari satu butir per hari menyebabkan cangkang
yang dihasilkan tidak kuat atau lebih rapuh, sehingga tidak dapat dikirim ke
penetasan.
Kandang tersebut umumnya memiliki sistem pengumpulan telur otomatis
yang akan berguling dari lantai ke bagian depan kadang. Selanjutnya telur akan
dikumpulkan sekitar 4 hari sekali. Hanya telur dengan kualitas yang tinggi yang
dapat dikirim ke mesin tetas, sedangkan telur yang pecah dan juga kotor harus
dipisahkan. Telur disimpan dengan cara meletakkan bagian yang runcing di
bagian bawah dan bagian kantong udara berada pada posisi atas telur. Telur yang
telah disimpan pada nampan selanjutnya diletakkan ke mesin tetas dan
ditempatkan langsung pada inkubator. Telur disimpan pada suhu 16 sampai 18
derajat Celcius di bawah kelembaban yang relatif tinggi untuk melindungi embrio
di dalam telur.
Incubation and The Hatchery Part 1

Sumber: Youtube Poultry Research Centre, University of Alberta


(https://youtu.be/iVkxpLM2g4M)

Perkembangan teknologi memungkinkan manusia mengembangkan industri


perunggasan. Di alam, telur dierami oleh induk lalu menetas di sarangnya.
Dengan teknologi beregulasi tinggi, kondisi tersebut dapat diimitasi sehingga
industri mampu memproduksi unggas dalam jumlah besar. Pada video ini,
terdapat dua komoditas di dalam industri perunggasan yang dikembangkan, yaitu
ayam (sebanyak tiga tipe unggas) dan kalkun (sebanyak dua tipe unggas). Ketiga
tipe ayam yang dimaksud adalah breeder (parent stock yang akan menghasilkan
ayam broiler atau ayam petelur), broiler komersial, dan petelur (ayam yang akan
memproduksi telur konsumsi). Adapun tipe kalkun yang dikembangkan adalah
breeder (parent stock yang akan menghasilkan kalkun pedaging) dan kalkun
komersial.
Tidak semua telur akan ditetaskan untuk menghasilkan anak ayam. Hanya
telur yang telah mengalami fertilisasi yang akan menetas. Proses penetasan ini
terjadi di fasilitas penetasan (hatchery). Semua telur tetas diproduksi di
peternakan breeder yang kemudian ditransportasikan dengan alat transportasi
khusus untuk menjaga daya tahan telur tetas. Telur adalah unit kehidupan untuk
perkembangan embrio. Pada telur tetas, akan didapati satu titik putih di bagian
kuning telur yang disebut sebagai germinal disc yang merupakan tempat sperma
membuahi sel telur. Titik tersebut akan menjadi awal mula perkembangan embrio.
Struktur telur memiliki peran penting bagi perkembangan embrio. Kuning
telur menyediakan nutrisi dan air yang diperlukan embrio selama masa
perkembangan sedangkan putih telur yang berupa albumin melindungi embrio dan
menjadi sumber protein. Khalaza merupakan struktur seperti tali yang berfungsi
menjaga stabilitas kuning telur agar tetap berada di tengah sehingga embrio tidak
berkontak secara langsung dengan membran cangkang. Hal ini penting untuk
menjaga agar embrio tidak mati. Cangkang dan membran cangkang berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas yang memungkinkan embrio bernapas dan menjaga
agar albumin tetap pada tempatnya. Kantung udara adalah bagian yang akan
ditembus oleh paruh anak ayam dan menjadi sumber udara pertama kali saat
menetas. Kantung udara ini harus diposisikan di atas untuk memudahkan ayam
menetas. Sebelum dimasukkan ke dalam mesin tetas, telur harus diseleksi terlebih
dahulu. Hanya telur yang memenuhi persyaratan kualitas yang akan masuk ke
dalam mesin tetas. Telur tetas harus bersih, hanya memiliki satu kuning telur, dan
memiliki cangkang yang tidak retak atau mengalami kelainan. Di Kanada, bobot
telur harus tidak kurang dari 52 gram dan tidak boleh terlalu besar, karena telur
yang terlalu besar biasanya memiliki dua kuning telur.
Telur di fasilitas penetasan akan dipindahkan dari area pengiriman menuju
tempat penyimpanan yang terdiri atas talam-talam dan troli khusus. Suhu dan
kelembapan ruang penyimpanan diatur sedemikian rupa. Umumnya, suhu yang
digunakan adalah berkisar 16-18oC. Telur dimasukkan ke dalam mesin inkubator
yang juga diatur kelembapan, suhu, dan tekanannya. Suhu yang digunakan di
dalam inkubator adalah 38oC. Inkubasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu single
stage incubation dan multi-stage incubation. Pada inkubasi single stage, telur
tetas berada pada usia yang sama dan akan ditetaskan pada hari yang sama.
Sementara itu, inkubasi multistage dilakukan dengan cara meletakkan telur-telur
yang lebih muda di sebelah telur-telur yang sudah diinkubasi sebelumnya. Panas
dari telur yang lebih tua akan merambat ke telur yang lebih muda sehingga
membantu proses inkubasi. Telur yang siap ditetaskan akan terlihat tidak tembus
cahaya pada saat dilakukan candling. Telur-telur yang berada di mesin inkubasi
akan diputar setiap jam agar embrio tidak menyentuh membran cangkang.

Incubation and the Hatchery Part 2

Sumber: Youtube Poultry Research Centre, University of Alberta


(https://youtu.be/wcHsYRHBBDc)

Secara alami induk ayam akan mengubah posisi telur berkali-kali dalam
sehari. Perilaku ini adalah bagian dari perilaku induk ayam yang alami. Embrio
berkembang pesat di dalam telur begitu inkubasi dimulai. Setelah 12 hingga 13
jam, garis primitif akan muncul, ini adalah embrio saat pertama kali mulai
tumbuh. Setelah 21 sampai 24 jam, notokord akan mulai terbentuk yang menjadi
tulang punggung anak ayam setelah 4 hari terlihat allantois, struktur ini
dibutuhkan sebagai tempat pengumpulan bahan limbah, juga saat ini suplai darah
ke kantung kuning telur berkembang untuk mensuplai oksigen, setelah 11 hari
kantung ketuban mulai terbentuk dan melindungi embrio. Telur dikeluarkan dari
inkubator setelah 18 hari sehingga dapat dipindahkan ke tempat penetasan yang
ditempatkan di alat penetas. Inkubator dan hatcher adalah ruangan yang berbeda
dengan lingkungan yang berbeda. Baki inkubator dikeluarkan dari troli dan
ditempatkan ke mesin. Telur di atas nampan diberi lilin dengan lampu dan
komputer mengidentifikasi telur-telur yang tidak subur dengan mengukur berapa
banyak cahaya yang melewati telur. Telur yang memiliki jumlah cahaya tinggi
yang melewatinya tidak subur, telur ini diambil dengan mangkuk penghisap dan
dibuang sehingga memungkinkan lebih banyak ruang untuk wadah penetasan
untuk anak ayam menetas. Selanjutnya, sisa telur diangkat dan ditempatkan ke
dalam nampan penetasan. Telur yang kotor dapat menampung bakteri yang masuk
ke dalam cangkang saat telur mendingin. Mikroba ini mengeluarkan gas sehingga
tekanan di dalam cangkang meningkat, dalam kondisi yang tepat telur ini dapat
meledak menyebabkan bakteri yang mengandung mencemari sisa anak ayam di
baki penetasan. Baki ditumpuk di atas troli dan dimasukkan ke dalam hatcher.
Telur tetap di hatcher selama 3-3 ½ hari cukup lama untuk anak ayam menetas
dari cangkang. Di dalam inkubator suhu dan kelembaban dikontrol dengan ketat
untuk memastikan kondisi optimal untuk penetasan ayam. Temperatur di hatcher
sama dengan inkubator. Setelah kurang lebih 3 hari, baki akan ditarik keluar dari
hatcher. Pengaturan waktu sangat penting, keranjang harus ditarik ketika sebagian
besar anak ayam menetas. Keranjang harus ditarik tepat waktu sebelum anak
ayam yang menetas menjadi terhidrasi. Waktu penetasan bervariasi tergantung
pada umur flok induk, waktu penyimpanan, ukuran telur dan kondisi penetasan.
Kawanan yang menetas lebih lambat ditarik terakhir. Karbondioksida yang
meningkat dan konsentrasi oksigen yang menurun memberi sinyal pada anak
ayam untuk mulai mengintip melalui cangkang. Anak ayam pertama-tama harus
mencapai sel udara yang disebut intip internal. Ini adalah saat anak ayam
mengambil nafas pertama. Telur tidak dapat menahan banyak udara sehingga
anak ayam harus menerobos cangkang yang disebut ayam pengintip eksternal.
Anak ayam berputar di dalam telur untuk memecahkan cangkangnya. Anak ayam
yang memecahkan cangkang setelah satu putaran akan meninggalkan retakan
lurus yang bagus. Anak ayam ini cenderung lebih kuat dan lebih sehat. Anak
ayam dan telurnya perlu dipisahkan sebelum anak ayam tersebut dapat diproses
lebih lanjut. Ini membantu menjaga anak ayam tetap bersih dan sehat. Sebuah
mesin dengan lembut memisahkan anak ayam dari sisa penetasan yang meliputi
cangkang dan telur yang belum menetas. Kerang dikumpulkan dalam hopper dan
dikirim untuk rendering. Telur yang belum menetas dan anak ayam disebut
eutanasia secara manusiawi. Anak ayam diangkut dengan ban berjalan ke ruang
pemrosesan dan ke meja penilaian. Baki penetasan bersih untuk digunakan
kembali. Mesin ini sangat efisien karena mesin dan ikat pinggang menghilangkan
kebutuhan untuk menangani setiap anak ayam. Tempat pemisahan anakan dari
cangkangnya dari ruang pengolahan karena alasan biosekuriti. Pemisahan dan
kebersihan membantu menjaga anak ayam tetap sehat. Anak ayam diperiksa
secara visual oleh pekerja untuk panggilan kelainan fisik dan nutrisi dipisahkan
dan ditempatkan ke dalam keranjang sementara anak ayam yang baik melanjutkan
di ban berjalan untuk dihitung. Anak ayam dipanggil karena berbagai alasan yang
akan menghalangi kesuksesan mereka di kandang. Unggas yang sehat
menghasilkan produk daging yang aman dan sehat dalam jangka panjang. Anak
ayam secara otomatis dihitung ke dalam kelompok yang terdiri dari 100 orang dan
ditempatkan dalam kotak plastik dan akan disemprot dengan kabut halus untuk
memvaksinasi penyakit tertentu. Semprotan hinggap pada anak ayam ke bawah,
ukuran tetesan penting untuk cakupan vaksin yang tepat maka anak ayam akan
benar-benar menelan vaksin saat mereka merawat atau membersihkan diri. Anak
ayam yang perlu diproses lebih lanjut diletakkan di atas meja pengolahan anak
ayam yang dikenal sebagai roda. Burung yang divaksinasi dipotong dan dipotong
dengan roda ini. Beberapa vaksin diberikan melalui jarum tepat di bawah kulit
leher yang kendur. Ketika jantan dan betina perlu dipisahkan, jenis kelamin dan
beberapa strain genetik dengan memeriksa bulu sayap mereka. Betina
menumbuhkan bulu sayap lebih cepat dari pada buatan, sehingga bulu sayap
tampak lebih panjang. Ini adalah contoh gen terkait seks yang digunakan.
Menjaga kebersihan semuanya sangat penting dalam menjaga kesehatan anak
ayam. Analisis HACCP atau Hazzard Critical Control Points adalah program
untuk mempromosikan keamanan pangan dan menjaga kesehatan industri.
Peralatan dan fasilitas harus dibersihkan setiap hari untuk memaksimalkan
kebersihan. Biosecurity dipertahankan di seluruh fasilitas penetasan, ini termasuk
mencuci tangan, mengganti pakaian, mengganti alas kaki dan pekerja yang sehat.
Truk yang mengirimkan anak ayam ke produsen mempertahankan suhu tertentu
untuk memastikan bahwa anak ayam selamat dalam perjalanan terutama selama
musim dingin dan musim panas. Truk tersebut dilengkapi dengan pembangkit
listrik untuk menjaga ventilasi, untuk perjalanan yang lebih lama anak ayam
diberi suplemen palka dalam bentuk keping gel yang mengandung nutrisi penting.
Pada hari-hari biasa di tempat penetasan 100.000 anak ayam dapat ditetaskan dan
diproses dan dikirim ke peternakan.
DAFTAR PUSTAKA

Fitrah, H. 2013. Analisis break even point usaha peternakan ayam broiler
(pedaging) di desa ujung baru kecamatan bati-bati Kabupaten Tanah Laut
Provinsi Kalimantan Selatan. Fakultas Pertanian Universitas Achmad Yani
Banjarmasin. Jurnal Enviro Scienteae (9) : 72-80.
Yemima, 2014. Analisis Usaha peternakan ayam broiler pada peternakan rakyat di
desa Karya Bakti, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi
Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu Hewani Tropika 3 (1): 27-32.

Anda mungkin juga menyukai