Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Beberapa


jenis hama yang paling sering ditemukan adalah serangga dan beberapa di antaranya
sebagai vektor penyakit. Penyakit-penyakit yang penularannya melalui vektor antara
lain malaria, onkosersiasis. filariasis, demam kuning, riketsia, meningitis, tifus. dan
pes. Insektisida membantu mengendalikan penularan penyakit-penyakit ini.
Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat memberikan akibat samping keracunan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan penggunaan pestisida antara
lain tingkat pengetahuan. sikap/perilaku pengguna pestisida, penggunaan alat
pelindung, serta kurangnya informasi yang berkaitan dengan resiko penggunaan
pestisida. Selain itu petani lebih banyak mendapat informasi mengenai pestisida dari
petugas pabrik pembuat pestisida dibanding petugas kesehatan (Raini 2007). Faktor
risiko yang berhubungan dengan kejadian keracunan pestisida organofosfat antara
lain umur, jenis kelamin, pengetahuan, pengalaman, ketrampilan , pendidikan,
pemakaian Alat Pelindung Diri, status gizi dan praktek penanganan pestisida.
Sedangkan fase kritis yang harus diperhatikan adalah penyimpanan pestisida,
pencampuran pestisida, penggunaan pestisida dan pasca penggunaan
pestisida(prijanto eat al 2009).
Penggunaan pestisida dapat menimbulkan keracunan yang bersifat akut
maupun kronis. Keracunan akut menimbulakn gejala keracunan berupa sakit kepala,
mual, muntah. Sedangkan gejalan keracunan kronis sulit terdeteksi karena efek yang
ditimbulkan akan muncul dalam waktu yang lama. Menurut (Raini 2007), pestisida
dikelompokkan menjadi 5 golongan hyaitu insektisida, herbisida, fungisida,
rodentisida, dan fumigan. Insektisida merupakan Pestisida khususnya insektisida
merupakan kelompok pestisida yang terbesar dan terdiri atas beberapa sub kelompok
kimia yang berbeda yaitu: organoklorin, organofosfat, karbamat, dan piretroit.
Organofosfat. insektisida ini merupakan ester asam fosfat atau asam tiofosfat.
Pestisida ini umumnya merupakan racun pembasmi serangga yang paling toksik
secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, cicak dan
mamalia. Pestisida ini mempunyai efek, dengan cara mengikat enzim
asetilkolinesterase. Keracunan kronis pestisida golongan organofosfat berpotensi
karsinogenik. Karbamat, kelompok ini merupakan ester asam N-metilkarbamat.
Bekerja menghambat asetilkolinesterase. Tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut
tidak berlangsung lama, karena prosesnya cepat reversible. Kalau timbul gejala,
gejala itu tidak bertahan lama dan cepat kembali normal. Pada umumnya, pestisida
kelompok ini dapat bertahan dalam tubuh antara 1 sampai 24 jam sehingga cepat
diekskresikan.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui efek toksik pestisida dan efek antidota
pestisida yang diujikan pada mencit.

METODE

Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 25 September 2019 di
Laboratorium FIFARM III Fakultas Kedokteran Hewan IPB University.

Alat Dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah mencit, insektisida
organofosfat (basudin/diazinon, dimecron) dan karbamat (baygon/propoxur), serta
atropine sulfat sebagai antidota, tabung reaksi, larutan ammonium molybdat, dan
larutan asam nitrat pekat.

Prosedur Kerja

Percobaan 1 Keracuanan Insektisida Organofosfat/Karbamat:


mencit disuntik secara subkutan (SC) engan baygon (karbamat) dosisi
bertingkat dimulai dari 0.05 mL. pemberian selanjutnya diberikan setelah selang 5
menit. Gejala klinis yang terjadi diobservasi. Atrofin sulfat berikan secara intra
peritoneal setelah muncul gelaja sesak nafas, hiperkrimasi dan hipersalivasi. Gejala
klinis yang mungkin dapat dikelompokkan berdasarkan gejala lansung dan gejala
tidak langsung. Gejala langsung ada efek terhadap kelenjar eksokrin (hipersalivasi,
hiperlakrimasi), pupil mata (miosis). Gejala tidak langsung diamati terhadap otot
polos pada saluran cerna (diare) dan bronkus (sesak nafas).

Percobaan 2 Identifikasi Adanya Unsur P Dalam Senyawa Organofosfat:


Beberapa tetes senyawa organofosfat diteteskan kedalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkkan HNO3 pekat untuk mengubah P organic menjadi P
oanorganik. Setelah itu dipanaskan beberapa menit lalu di dinginkan kemuadian
disaring. Setelah itu ditambahkann ammonium molybdat kedalam filtratnya, ada ada
unsur P makan akan terbentuk warna hijau kekuningan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Pengamatan Injeksi Organofosfat

Waktu Volume injeksi (mL) Gejala klinis


(menit)
0 0.05 Tidak ada perubahan
5 0.1 Nafas meningkat, gelisah, tremor
10 0.2 Nafas meningkat, gelisah, kifosis, tremor
15 0.4 -
20 0.8 -

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan pada praktikum percobaan pertama


dengan mencit yang diinjeksikan dengan hit yang merupakan klorpirifos yang juga
merupakan derivat dari organofosfat. Ditemukan tanda klinis berupa peningkatan
frekuensi pernapasan dan tremor pada menit ke-5. Pada menit ke 10 mencit
menunjukkan tanda klinis berupa peningkatan frekuensi pernapasan, gelisah, kifosis
dan tremor. Peningkatan frekuensi pernapasan disebabkan oleh organofosat yang
menghambat enzim kolinesterase yang berfungsi agar asetilkolin terhidrolisis menjadi
asetat dan dan kolin. Kolinesterase terdapat diseluruh organ system pernapasan yang
berperan penting pad asistem saraf otonom. Asetilkolin juga merupakan
neurotransmiter yang langsung memengaruhi jantung serta berbagai kelenjar dan otot
polos saluran napas (Maitho 1992).
Ada dua tipe kolinesterase dalam darah, yaitu yang terdapat dalam sel darah
merah dan yang terdapat dalam plasma darah. Apabila kolinesterase terikat, enzim
tidak dapat menjalankan tugasnya dalam tubuh terutama meneruskan perintah ke
otot-otot tertentu dalam tubuh, sehingga otot-otot senantiasa bergerak tanpa dapat
dikendalikan Pajanan pada dosis rendah, tanda, dan gejala umumnya dihubungkan
dengan stimulasi reseptor perifer muskarinik. Pada dosis lebih besar juga
mempengaruhi reseptor nikotinik dan reseptor sentral muskarinik. Ketidaksesuaian
hasil dengan literatur kemungkinan disebabkan oleh ketahanan atau resistensi mencit
dengan senyawa yang diinjeksikan ataupun tidak tepat atau kurangnya dosis
pemberian awal (Alsuhendra et al 2013).
Praktikum kedua adalah mengidentifikasi adanya unsur P (fosfat) dalam
senyawa organofosfat. Senyawa yang diuji mempunyai kandungan zat aktif
klorfiripos. Senyawa organofosfat yang diuji kemudian dimasukkan beberapa tetes
kedalam tabung reaksi. Kemudian asam nitrat (HNO3¬) pekat ditambahkan kedalam
tabung reaksi. Selanjutnya tabung reaksi dipanaskan. Setelah dingin, larutan disaring
agar didapatkan filtratnya.

Gambar 1 Perubahan warna filtrat setelah pemberian ammonium molybdat


Unsur fosfat dalam senyawa organofosfat yang diuji adalah fosfat organik
yang kemudian akan diubah menjadi fosfat anorganik oleh asam nitrat (HNO3¬).
Reaksi yang terjadi antara senyawa asam nitrat (HNO3¬) dengan fosfat organik akan
membentuk H3PO4¬. Selanjutnya filtrat yang didapat ditambahkan ammonium
molybdat. Reaksi antara fosfat dan ammonium molybdat akan merubah warna filtrat
dari kuning menjadi kuning kehijauan. Perubahan warna yang terjadi membuktikan
bahwa adanya unsur fosfat didalam senyawa organofosfat yang diuji.

SIMPULAN

Pestisida merupakan senyawa yang bersifat toksik pada mencit dan dapat
mengakibatkan gangguan pada sistem tubuh. Gejala klinis ditimbulkan oleh pestisida
berupa peningkatan frekuensi napas, tikus menjadi gelisah, timbul tremor, dan dapat
mengakibatkan kifosis.

DAFTAR PUSTAKA

Alsuhendra, Ridawati. 2013. Bahan Toksik dalam Makanan. Bandung (ID): PT.
Remaja Rosdakarya.
Hayes Jr, Wayland J. 1991. Dosage and other factors influencing toxicity dalam Handbook of
Pesticide Toxicology. (I) 39-96.
Maitho T. 1992. A study of pesticide residues in bovine fat from Kenya. Zimbabwe
Vet. J. 23(2): 67–71.
Prijanto TB, Nurjazuli, Sulistiyani. 2009. Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida
Organofosfat Pada Keluarga Petani Hortikultura di Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehat Lingkung Indones Analisis Faktor
Risiko Keracunan. 2(8): 73-78.
Raini M. 2007. Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida .
Media Litbang Kesehatan . 3(17): 10-18.
Taufik I. 2004. Pengaruh kronis insektisida klorfiripos etil terhadap pertumbuhan dan struktur
hati ikan Nila. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Volume 10 (1): 71-77.

Anda mungkin juga menyukai