Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI


BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN
HIJAUAN PAKAN TERNAK ( BBPTU – HPT )
BATURRADEN

BAGUS PERMANA SETIAWAN


FARIZ FIRMANSYAH
RASYID HADI PUTRA PRATAMA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2019
i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah di Balai Besar


Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak
(BBPTU – HPT) Baturaden

Nama :Rasyid Hadi Putra Pratama J3I117131


Fariz Firmansyah J3I217138
Bagus Permana Setiawan J3I817090

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Ternak

Disetujui Oleh,

Dr Pria Sembada, S.Pt.,M.Sc., M.Si


Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Yuni Resti S.Pt, M.Sc


Koordinator Program Keahlian
ii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat yang
dilimpahkan-Nyasehingga penulis dapat menyelasaikan proposal Praktik Kerja
Lapang yang berjudul “Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah” yang akan
dilaksanakan di Lembang, Jawa Barat .Penulis membuat proposal Praktik Kerja
Lapang ini untuk memenuhi persyaratan dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapang.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal Praktik Kerja Lapang ini


tidak mungkin akan terwujud apabila tidak ada bantuan dari berbagai pihak,
melalui kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Koordinator Program Keahlian dan Dosen
Pembimbing Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak yang telah
memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal kegiatan
Praktik Kerja Lapangan ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak dari
Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah Baturraden yang telah
memberikan penulis kesempatan untuk melakukan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, karena
terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata,
semoga proposal praktik kerja lapang ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan.

Bogor, 26 Juni 2019

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
PRAKATA ii
DAFTAR ISI iii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Sapi Perah 2
2.2 Pakan 3
2.3 Kesehatan dan Pengendalian Penyakit 3
2.4 Perkandangan 4
2.5 Reproduksi 5
2.6 Tata Laksana Pemeliharaan 5
2. 6.1. Pemeliharaan Pedet 5
2. 6.2. Pemeliharaan Pedet Lepas Sapih 6
2. 6.3. Pemeliharaan Sapi Dara 6
2. 6.4. Pemeliharaan Calon Induk 7
2. 6.5. Pemeliharaan Induk Bunting 7
2. 6.6. Pemeliharaan Sapi Laktasi 7
2. 6.7. Pemeliharaan Sapi Bunting Kering 7
2. 6.8. Pemeliharaan Pedet Calon Pejantan 8
2. 6.9. Pemeliharaan Pejantan 8
2.7 Pemerahan 8
2.8 Penanganan Limbah 8
3 METODOLOGI 9
3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan 9
3.2 Metode Pelaksanaan 10
3.3 Metode Pengamatan dan Pengumpulan Data 10
3.3.1 Keadaan Umum Perusahaan 10
3.3.2 Sarana dan Prasarana 10
iv

3.3.3 Penyediaan Pakan 10


3.3.4 Perkandangan 11
3.3.5 Kesehatan dan Reproduksi 11
3.3.6 Pemeliharaan 11
3.3.7 Pengolahan Susu 12
3.3.8 Penanganan Limbah 12
3.3.9 Pemasaran 12
4 RENCANA KEGIATAN PKL 13
5 TATA TERTIB PELAKSANAKAN PKL 13
DAFTAR PUSTAKA 14
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan protein hewani dari daging, telur dan susu terus meningkat
seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya protein
hewani khususnya susu untuk kesehatan. Konsumsi susu di Indonesia saat ini
masih rendah dibandingkan dengan negara lainnya yaitu hanya berkisar 11,8
liter/kapita/tahun termasuk produk olahan yang mengandung susu. Dibandingkan
negara-negara lainnya, kondisi persusuan Indonesia masih perlu perhatian lebih
intens lagi. Negara tetangga seperti Malaysia tercatat mengonsumsi susu sebanyak
36,2 liter/kapita/tahun, Myanmar mencapai 26,7 liter/kapita/tahun, Thailand
mencapai 22,2 liter/kapita/tahun dan Filipina mencapai 17,8 liter/kapita/tahun.
(Titin Agustina, 2016). Produksi susu di Indonesia belum mencukupi kebutuhan
masyarakat itu sendiri, sehingga hal tersebut menjadi alasan pemerintah
melakukan impor susu.

Sapi perah merupakan salah satu ternak yang dimanfaatkan untuk


menghasilkan susu untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat.
Susu yang dihasilkan dari sapi perah kaya akan nutrisi seperti protein, lemak, air,
dan zat lain yang berguna untuk masa pertumbuhan. Sapi perah juga dapat
menghasilkan pedet, yang bisa dijadikan bibit sapi perah berkualitas apabila
dipelihara dengan baik dan lolos seleksi sebagai bibit unggul. Bibit merupakan
salah satu faktor yang menentukan dalam upaya pengembangan sapi perah.
Kemampuan penyediaan atau produksi bibit sapi perah dalam negeri masih perlu
ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu diperlukan
partisipasi dan kerjasama antara Pemerintah pusat dan daerah, peternak, serta
perusahaan peternakan dalam upaya meningkatkan populasi dan produktivitas
sapi perah dalam penyediaan dan pemenuhan susu secara nasional (Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2014).
2

Terdapat dua golongan bangsa sapi perah yang lazim diternakkan, yaitu
bangsa sapi perah yang berasal dari iklim subtropis dan iklim tropis. Sapi yang
lazim diternakkan di indonesia adalah bangsa sapi perah subtropis yaitu FH
(Friesian Holstein) dengan ciri tubuh yang khas yaitu warna putih dan hitam. Jenis
sapi perah ini banyak tersebar mulai dari Belanda, Kanada, Selandia Baru,
Australia, dan Indonesia.Penyebaran sapi FH (Friesian Holstein) di Indonesia
adalah pada dataran tinggi atau daerah pegunungan di pulau Jawa dengan
ketinggian 700 m diatas permukaan laut dengan suhu antara 16 sampai 23 0c (Ako,
2013).

Manajemen merupakan bagian hal yang sangat penting dalam


menghasilkan susu yang merupakan produk utama dalam usaha sapi perah.
Peternak harus memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam manajemen
pemeliharaan yang baik agar menghasilkan produk yang unggul dan berkualitas.
Di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT)
Baturraden berada pada sisi selatan kaki gunung slamet dengan ketinggian 700 m
diatas permukaan laut. Balai ini merupakan salah satu tempat yang mengelola
pemeliharaan dan pembibitan, serta kondisi daerah di balai sangat cocok untuk
sapi perah. Balai ini juga bagus untuk praktik kerja lapangan bagi para mahasiswa
peternakan karena memiliki fasilitas dan sarana prasarana yang sudah memadai
untuk praktik lapangan.

1.2 Tujuan

Praktik Kerja Lapangan ini bertujuan untuk menambah wawasan serta


pengalaman bagi mahasiswa di bidang usaha ternak sapi perah. Serta dapat
mengimplementasikan pelajaran di perkuliahan ke lapangan dan mendapatkan
pengetahuan baru dalam kegiatan ini.
3

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Perah

Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak
terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80--90 % dari seluruh sapi perah yang berada
di sana. Sapi ini berasal dari Belanda yaitu di Provinsi North Holand dan West
Friesland yang memiliki padang rumput yang sangat luas. Sapi FH mempunyai
beberapa keunggulan, salah satunya yaitu jinak, tidak tahan panas tetapi sapi ini
mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. Ciri-ciri sapi FH yang baik
adalah memiliki tubuh luas ke belakang, sistem dan bentuk perambingan baik,
puting simetris, dan efisiensi pakan tinggi yang dialihkan menjadi produksi susu
(Blakely dan Bade, 1998).

Sapi Fries Holland atau FH, di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian
atau disingkat Holstein. Sedangkan di Eropa disebut Friesian. Sapi FH adalah sapi
perah yang produksi susunya tertinggi, dibandingkan bangsa-bangsa sapi perah
lainnya, dengan kadar lemak susu yang rendah rata-rata 3,7%. Sapi Holstein
berukuran besar dengan totol-totol warna hitam dan putih disekujur tubuhnya.
Dalam arti sempit, sapi Holstein memiliki telinga hitam, kaki putih dan ujung ekor
yang putih. Di Indonesia sapi jenis FH ini dapat menghasilkan susu 20 liter/hari,
tetapi rata-rata produksi 10 liter/hari atau 3.050 kg susu. Sapi jantan FH dapat
mencapai berat badan 1000 kg dan berat badan ideal betina adalah 635 kg. Di
Amerika sapi FH dapat memproduksi lebih dari 7.000 kg susu dalam 1 kali masa
laktasi (Sudono dkk, 2003).
2.2 Pakan

Pakan merupakan faktor yang berpengaruh cukup besar terhadap tampilan


produksi dan kualitas susu serta pengaruhnya dapat mencapai 70% (Astuti et al.,
2009; Budiarsana dan Sutama, 2001). Sapi perah biasanya diberikan pakan berupa
hijauan dalam bentuk segar dan konsentrat (Retnani et al., 2015). Kualitas pakan
4

berupa hijauan maupun konsentrat harus diperhatikan karena berdampak terhadap


kemampuan berproduksi susu sapi perah (Utomo dan Miranti, 2010). Kandungan
nutrisi dalam pakan ternak haruslah memiliki energi, protein, mineral, vitamin,
dan air, karena berpengaruh penting pada produksi ternak (Rukmana, 2005).
Kebutuhan pakan sapi perah laktasi ditentukan oleh kebutuhan hidup pokok dan
produksi susu. Kebutuhan hidup pokok sapi perah laktasi tersebut diperkirakan
berdasarkan bobot badan, sedangkan kebutuhan sapi perah laktasi untuk produksi
susu, ditentukan berdasarkan banyaknya susu yang disekresikan dan kandungan
lemak dalam susu (Astuti et al., 2009). Apabila sapi perah laktasi diberikan pakan
dengan kuantitas dan kualitas pakan yang rendah maka produksi susu tidak akan
maksimal (Sudono et al., 2003). Selain hijauan dan konsentrat, pakan sapi perah
juga ditambahan feed supplement (pakan tambahan) dan feed additive (pakan
imbuhan) yang biasa dicampurkan ke dalam konsentrat.

2.3 Kesehatan dan Pengendalian Penyakit

Penyakit yang sering menyerang ternak sapi perah antara lain Mastitis,
Myasis, Milk fever, Cacingan, Pembusukan pada telapak kaki, Kembung dan
Diare. Pencegahagan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan
peralatan, hal ini sesuai dengan pendapat Wiharto (2006), yang menjelaskan
bahwa upaya untuk pencegahan dan pengobatan panyakit pada sapi perah yang
paling utama adalah sanitasi dan disinfektan karena sanitasi merupakan ujung
tombak yang tidak bisa untuk diabaikan dalam suatu usaha peternakan.

Wiharto (2000), menjelaskan bahwa upaya untuk pencegahan dan


pengobatan panyakit pada sapi perah yang paling utama adalah sanitasi dan
disinfektan karena sanitasi merupakan ujung tombak yang tidak bisa untuk
diabaikan dalam suatu usaha peternakan (Kusnadi, 2006), berpendapat bahwa
untuk program sanitasi pada pemeliharaan intensif sapi-sapi harus dikandangkan
sehingga memudahkan dalam pengawasannya.

Sapi yang menderita kembung perut akan tampak gelisah, sering


menghentakkan kaki atau berusaha mengais-ais perutnya, sapi mengalami
5

kesulitan untuk bernafas atau sering  bernafas melalui mulut (Syarief dan
Sumoprastowo, 1990).

Sapi perah laktasi yang terinfeksi mastitis bakterial, mula-mula ditandai


dengan perubahan susu. Susu berubah menjadi encer dan pecah dengan uji
alkohol, susu bergumpal dan kadang-kadang bercampur darah ataupun
nanah. Tanda-tanda selanjutmya adalah  ambing panas, membengkak, dan
meradang, nafsu makan menurun, sehingga kondisi tubuh menurun dan produksi
susu mengalami penurunan (Siregar, 1995).

2.4 Perkandangan

Kandang merupakan tempat berlindung dan tempat beristirahat bagi


ternak. Kandang sapi perah yang baik adalah kandang yang mempunyai sirkulasi
udara yang cukup, lantai kandang yang kering dan tempat pakan yang lebar agar
memudahkan ternak mengkonsumsi pakan (Sudono dkk., 2003). Kontruksi
kandang sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan ternak. Kerangka kandang
dapat menggunakan bambu, kayu, beton dan pipa besi. Model atap gable
merupakan model atap yang sering dijumpai pada peternakan sapi perah. Model
atap gable berbentuk seperti huruf “V” terbalik. Lantai kandang sebaiknya juga
dibuat dengan permukaan yang rata dan tidak licin (Yulianto dan Saparinto 2010).
Kandang sapi perah tidak hanya berbentuk bangunan sebagai tempat berlindung
ternak, namun juga tempat aktivitas makan, minum dan pemerahan. Guna
menunjang proses pemerahan maka diperlukan peralatan penunjang seperti mesin
perah, ember susu, saringan susu dan alat pengukur volume susu ( Syarif dan
Harianto, 2011). Pembangunan kandang juga harus memperhatikan akses
peternak dalam memelihara dan mengelola ternak ( Pasaribu dkk, 2015 ).

2.5 Reproduksi

Dalam manajemen reproduksi pada pembibitan sapi perah menerapkan 5


(lima) faktor yaitu deteksi birahi, pengamatan birahi pada IB dilakukan untuk
menghindari kegagalan perkawinan. Birahi yaitu periode atau waktu ternak betina
siap dikawinkan dengan menunjukan gejala antara lain saling menaiki, penurunan
6

nafsu makan, keluar lender jernih transparan dan perubahan alat kelamin bagian
luar. Peternak harus segera melaporkan kepada petugas IB setelah melihat gejala
birahi. Dalam pelaksanaan IB harus memperhatikan kualitas semen, teknik dan
waktu optimum IB. Nutrisi merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan
metabolisme tubuh. Pada sapi perah nutrisi memiliki pengaruh penting terhadap
penampilan reproduksi. Ketidak cukupan asupan energi dapat menurunkan
aktivitas reproduksi yang ditandai dengan tidak munculnya gejala birahi
(anestrus). Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk kenyamanan ternak
antara lain temperatur, kelembaban dan kebersihan kandang. Pertumbuhan sapi
dara pengganti ( Replacment Stock) dipengaruhi oleh kapasitas kandang,
pengelolaan pakan dan kesehatan (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan 2014).

2.6 Tata Laksana Pemeliharaan

2. 6.1. Pemeliharaan Pedet


Kelangsungan hidup pedet sangatlah penting karena pada fase ini tingkat
pertumbuhan pedet sangat cepat. Angka kematian pedet tinggi dan kematian pedet
umumnya terjadi pada saat penyapihan sekitar umur 4-5 bulan. Langkah awal
yang harus dilakukan terhadap pedet yang baru lahir adalah membersihkan lendir
didalam rongga mulut dan hidung serta mengeringkan bulunya yang dapat
dilakukan dengan baik oleh induknya sendiri. Tali pusar dipotong pendek dan
diberi yodium segera mungkin untuk mencegah infeksi. Biarkan pedet bersama
induk selama 40-72 jam, agar pedet mendapatkan kolostrum. Pedet ditempatkan
dikandang khusus dan diawasi agar pedet mendapatkan kolostrum ( susu yang
dihasilkan oleh induk yang baru melahirkan) yang dihasilkan induk hingga 1
mingggu setelah kelahiran sebanyak tidak lebih dari 6% berat badannya ( Ellyza,
2011).

2. 6.2. Pemeliharaan Pedet Lepas Sapih


Pedet lepas sapih hanya akan mengkonsumsi air susu sedikit demi sedikit
dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk
awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat kasar dan bertekstur lembut)
dan tahap selanjutnya akan mencoba belajar mengkonsumsi hijauan berupa
7

rumput segar (Imron, 2009). Pemberian pakan konsentrat dengan protein kasar
dapat memberikan kebutuhan akan energi yang diperlukan untuk kelangsungan
hidup pada pedet lepas sapih. Pakan tesebut sangat diperlukan terutama untuk
perkembangan ambing dan juga perkembangan tubuh. Nutrien yang dikonsumsi
pedet dibutuhkan untuk hidup pokok dan pertambahan bobot badan dalam bentuk
deposit protein dan mineral. Kebutuhan nutrient pedet antara lain bergantung pada
umur, bobot badan dan pertambahan bobot badan (NRC, 2001).

2. 6.3. Pemeliharaan Sapi Dara


Strategi dalam pemeliharaan sapi dara diantaranya meliputi pemberian
pakan, peningkatan manajemen pengawasan, penggunaan konsentrat, dan
penyediaan kandang yang memadai (Lyimo dkk., 2004). Pemeliharaan sapi dara
yang baik dapat ditunjang melalui pemberian pakan yang baik dan cukup
nutrisinya. Perawatan dengan pemotongan kuku secara rutin dapat menjaga kuku
tetap sehat. Sapi perlu dimandikan untuk menjaga tetap bersih agar terhindar dari
berbagai penyakit dan dapat meningkatkan nafsu makan yang dilakukan pada pagi
hari (Siregar, 2003). Penyakit sebagai ancaman yang perlu diwaspadai, sebab
dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berkepanjangan walaupun tidak
langsung mematikan ternak, menghambat petumbuhan ternak, dan dapat
mengurangi pendapatan (Sarwono dan Arianto, 2002). Sapi yang sedang produksi
dijaga kesehatannya dengan membersihkan kandang dan ternak setiap harinya.

2. 6.4. Pemeliharaan Calon Induk


Pemeliharaan, pemberian pakan, dan perawatan calon induk (umur 12-15
bulan) relatif sama dengan pemeliharaan sapi dara. Sapi yang berumur 1 sampai 2
tahun, rumennya telah berkembang sehingga ternak tersebut dapat memenuhi
kebutuhan energi dan protei dari hay, silase atau rumput yang berkualitas tinggi.
Sapi dara membutuhkan TDN dan protein, apabila diberi pakan hay, rumput atau
silage jagung, harus diberi tambahan protein dalam ransumnya. Tambahan
mineral juga dibutuhkan. Garam-garam mineral dapat diberikan secara free
choice. Ternak yang makan hay  telah tercukupi kebutuhan kalsium, tetapi pospor
harus ditambah. Pakan konsentrat harus diberikan pada sapi dara 2 sampai 3 bulan
sebelum beranak supaya saat beranak dalam kondisi tubuh yang baik. Air harus
selalu tersedia setiap saat (Prihadi, 2008).
8

2. 6.5. Pemeliharaan Induk Bunting


Dikelompokkan berdasarkan umur kebuntingan (umur 15 bulan sampai
melahirkan umur 24 bulan). Pada saat kebuntingan 8 bulan sapi induk bunting
dipisahkan dan dimasukkan ke kandang beranak yang bersih, kering, terang dan
nilai kondisi tubuh (NKT) pada akhir kebuntingan mencapai kurang dari 3,5 atau
berat badan kurang dari 400 kg (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan 2014).

2. 6.6. Pemeliharaan Sapi Laktasi


Dikelompokkan berdasarkan kemampuan produksi susu dan cara
pemeliharaan. Perawatan sapi laktasi relatif sama dengan cara pemeliharaan sapi
induk dan NKT perlu diperhatikan, agar tidak kurang dari 2,75 dan menjelang
sapi kering NKT harus mencapai 3,5- 4,0 (Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan 2014).

2. 6.7. Pemeliharaan Sapi Bunting Kering


Cara pemeliharaan dan perawatan sapi bunting kering relatif sama dengan
cara pemeliharaan sapi induk, memperhatikan kemampuan sapi dalam
mengonsumsi pakan. NKT tidak kurang dari 3 dan diupayakan terus meningkat
sampai menjelang melahirkan dengan NKT mencapai 3,5-4, dan memindahkan
sapi ke kandang beranak pada 2-3 minggu sebelum melahirkan (Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2014).

2. 6.8. Pemeliharaan Pedet Calon Pejantan


Pemeliharaan dan manajemen pakan pada pedet calon pejantan sama
dengan pedet calon induk dan untuk mencapai pertumbuhan yang ideal sebagai
calon pejantan, dari umur lepas sapih sampai dengan umur 12-15 bulan mencapai
pertambahan bobot badan harian (ADG) + 1 kg/ekor/hari (Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan 2014).

2. 6.9. Pemeliharaan Pejantan


Pemeliharaan Pejantan Muda (umur 12-36 bulan) relatif sama dengan
perawatan sapi calon pejantan, pejantan digunakan sebagai pemacek mulai umur
9

18 bulan, sapi mendapat exercise yang cukup dan dikelompokkan (10-15 ekor)
dalam kandang yang sama berdasarkan katagori umur, ukuran dan bobot badan,
pakan sapi pejantan muda mulai dari periode lepas sapih sampai umur 3 tahun
dapat mempengaruhi tingkat kesuburan, diberikan konsentrat dengan jumlah dan
mutu sesuai kebutuhan, dengan pemberian ≥1% bobot badan, diberikan hijauan
pakan dengan jumlah dan mutu sesuai kebutuhan, dengan pemberian ≥10% bobot
badan.

2.7 Pemerahan

Setiap melakukan pemerahan sapi perah harus sudah dalam keadaan bersih
terutama bagian perut dan ambing sebaiknya ambing dibersihkan menggunakan
air hangat, secara berkala setiap 3 hari sekali kandang terutama lantainya harus
dibersihkan dengan menggunakan desinfektan serta peralatan untuk menampung
susu harus dibersihkan setiap kali setelah pemerahan (Kusnadi dan Juarini, 2007).
Setelah pemerahan harus dilakukan teat dipping karena dapat mencegah mikroba
masuk ke dalam puting sehingga mastitis dapat di cegah dan dikendalikan,
mikroba yang ada pada puting akan tumbuh berkembang masuk ke rongga puting
10 detik setelah pemerahan (Safangat dkk., 2013)

2.8 Penanganan Limbah

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan
seperti usaha pemeloharaan ternak dan lain-lain. Limbah tersebut meliputi limbah
padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur,
lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain. (Sihombing
2000).

Limbah kandang yang merupakan kotoran ternak, baik padat (feses) baik
cair (urine, air bekas air sapi, air bekas mencuci kandang, dan prasarana kandang)
serta sisa pakan yang tercecer merupakan sumber pencemaran lingkungan paling
dominan diarea peternakan. Limbah kandang dalam jumlah yang besar dapat
menimbulkan bau yang menyengat, sehngga perlu penanganan khusus agar tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan (Sarwono dan Arianto 2002).
10

Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari spresies ternak,


besar usaha, tipe usaha, dan lantai kandang. Manure yang terdiri dari feses dan
urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dari sebagian besar
manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan
domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan sapi perah menghasilkan
2 kg limbah padat (feses), dan setipa 1 kg daging sapi menghasilkan 25 kg feses
(Sihombing, 2000).

Pengolahan kotoran sapi ini dapat dilakukan dari berbagai cara tergantung
dari bahan tambahan yang digunakan jika limbah sapi dijadikan komoditas
sampingan, harus dipersiapkan tempat khusus pengolahan kpmpos yang
disesuaikan dengan tata letak kandang sehingga memudahkan penanganannya
(Sudono, 2003).

3 METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) akan dilaksanakan selama 6 minggu, dimulai


pada tanggal 1 Juli sampai 12 Agustus 2019, yang akan dilaksankan di Balai
Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Jawa
Tengah.

3.2 Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan


(PKL) adalah dengan praktik langsung dilapangan dan mengikuti seluruh aktivitas
kerja sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Data dikumpulkan
dengan cara melihat langsung atau menanyakan kepada staff peternakan dan
mencatatnya, data yang terkumpul diolah untuk menyusun laporan.
3.3 Metode Pengamatan dan Pengumpulan Data

Penelitian ini memperoleh data sebagai bahan laporan praktek kerja


lapangan dengan menggunakan beberapa metode serta pembahasan masalah
11

selama melakukan praktek kerja lapangan pada perusahaan terkait. Metode yang
digunakan yaitu wawancara dan pengamatan.

3.3.1 Keadaan Umum Perusahaan

Pengumpulan data dari keadaan umum perusahaan meliputi sejarah


pembentukan, perkembangan perusahaan, struktur organisasi, lokasi, topografi
bangunan, suhu dan mengetahui apa saja yang menunjang dari peternakan sapi
perah tersebut.

3.3.2 Sarana dan Prasarana

Pengumpulan data-data seperti mengetahui jumlah ternak sapi perah, luas


lahan, penggunaan sumber air, sumber listrik, peralatan , penampungan limbah,
kendaraan oprasional, dan mengetahui lokasi pengambilan rumput dan legum.

3.3.3 Penyediaan Pakan

Pengumpulan data-data dengan mengetahui penglolaan pakan yang


diberikan yang terdiri dari jenis hijauan, jenis kosentrat dan jumlah pemberiannya,
jenis vitamin, dan mengetahui cara penyimpanan pakan.
3.3.4 Perkandangan

Pengumpulan data mengenai dengan perkandangan yaitu mengetahui


lokasi kandang,tipe kandang, kapasitas ternak dalam satu kandang, ukuran
kandang koloni, ukuran kandang individu, ukuran kandang dan kapasitasnnya.
3.3.5 Kesehatan dan Reproduksi

Pengumpulan data mengenai kesehatan dan reproduksi yaitu perkawinan,


kebuntingan, dan kelahiran sedangkan kesehatan yaitu sanitasi, pencegahan
penyakit, pemberian obat-obatan dan penanganan.
3.3.6 Pemeliharaan

Data pemeliharaan sapi perah di perternakan akan dikumpulkan. Data-data


tersebut meliputi pemeliharaan pedet sapih seperti bobot badan lahir, bobot sapih,
lama penyapihan, kandang pedet, pemberian pakan, pemotongan tanduk
(dehorning), susu dan kolostrum. Pemeliharaan pedet disapih seperti bobot badan
pedet disapih, pemberian pakan, dan kandang pedet disapih. Pemeliharaan sapi
12

dara siap kawin seperti umur, bobot badan, umur dikawinkan, dan pemberian
pakan. Pemeliharaan dara bunting seperti bobot badan dara bunting, pemberian
pakan, kandang dara bunting dan penanganan beranak. Pemeliharaan induk laktasi
seperti pemberian pakan, kandang induk laktasi cara pemerahan yang meliputi
sebelum pemerahan, saat pemerahan dan pasca pemerahan, pencatatan produksi
dan rata-rata produksi susu harian didapat dari total produksi susu per hari dibagi
jumlah sapi laktasi. Pemeliharaan induk kering seperti waktu kering, pemberian
pakan, cara pengeringan, dan kandang induk kering. Pemeliharaan calon pejantan
seperti bobot badan, pemberian pakan, dan kandang calon pejantan. Pemeliharaan
pejantan seperti bobot badan, lama pemeliharaan, pakan yang diberikan, serta
manajemen yang biasa dilakukan oleh balai yang berkaitan dengan proses
produksi susu yang berkualitas baik dengan cara melihat dan mengamati atau
mewawancara kepada staff divisi pemeliharaan di peternakan.

3.3.7 Pengolahan Susu

Melaksanakan dan mengumpulkan data tentang metode pengolahan susu ,


proses pengolahan susu, peralatan yang digunakan, sanitasi peralatan dan
pengemasan yang dilakukan oleh balai/perusahaan dengan cara melihat langsung
atau mewawancara kepada staff divisi pengolahan susu yang berada di
peternakan.
3.3.8 Penanganan Limbah

Melaksanakan dan mengumpulkan data tentang jenis/produk limbah yang


dihasilkan, penanganan dan pengolahan limbah yang dilakukan, hasil olahan
limbah digunakan kembali atau dijual, serta sanitasi yang dilakukan oleh
balaidengan cara melihat dan mengamati data atau mewawancara kepada staff
divisi penanganan limbah yang berada di peternakan tersebut.

3.3.9 Pemasaran

Mengumpulkan data tentang jumlah produksi susu yang dihasilkan,


penanganan dan pengolahan produk yang dihasilkan, bentuk, jumlah dan harga
produk yang dihasilkan, rantai tataniaga yang terlibat dalam proses produksi, serta
13

bagaimana produk tersebut diterima oleh konsumen dengan cara melihat dan
mengamati data atau mewawancara kepada staff pemasaran ke peternakan disana.
14

4 RENCANA KEGIATAN PKL

Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selama Praktik Kerja Lapangan


adalah sebagai berikut:
1. Membantu pelaksanaan kegiatan pada perusahaan/instansi yang
ditempati dalam mengelola usahanya dibawah pembimbing lapangan
perusahaan.
2. Melakukan kegiatan harian teknik-teknik usaha bidang peternakan
meliputi budidaya khususnya sapi perah.
3. Menganalisis dan menjabarkan kegiatan yang ada dengan teori yang
didapatkan pada saat kuliah.
4. Mengumpulkan data dan bahan untuk pembuatan laporan. Hal-hal yang
harus penulis kaji dalam penyusunan laporan adalah sebagai berikut:
1) Keadaan Umum
2) Sarana dan Prasarana produksi
3) Manajemen pemeliharaan sapi perah
4) Perhitungan Usaha
5. Mengisi jurnal harian dan laporan periodik dengan tanda tangan
pembimbing lapangan.

5 TATA TERTIB PELAKSANAKAN PKL

Kegiatan PKL yang akan dilaksanakan di perusahaan harus berjalan


lancar, maka ada beberapa tata tertib yang harus dipatuhi dan dilaksanakan
mahasiswa, diantaranya :

1. Mahasiswa wajib mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan saat


melaksanakan PKL.
2. Hadir tepat waktu.
3. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
4. Mematuhi peraturan yang berlaku pada instansi tempat praktek dan tata tertib
farm tersebut.
5. Mengisi daftar hadir.
15

6. Meminta izin ketika keluar masuk farm.


7. Lapor segera bila ada terjadi sesuatu di farm.
8. Berperilaku sopan dan jujur, saling menghormati, bertanggung jawab,
berinisiatif dan kreatif terhadap tugas yang diberikan dalam praktek.
16

DAFTAR PUSTAKA

Ako Ambo.2013. Ilmu Ternak Perah Daerah Tropis. Bogor (ID) : PT Penerbit IPB
Press.

Astuti,A.,Agus,A. dan Budhi,S.P.S.2009.Pengaruh Penggunaan High Quality Feed


Supplement Terhadap Konsumsi Dan Kecernaan Nutrien Sapi Perah Awal
Laktasi.Buletin Peternakan Vol. 33(2) : 81-87, Juni 2009.

Budiarsana, I. G. M., Sutama. 2001. Efisiensi Produksi Susu Kambing Peranakan


Etawah. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2014. Pedoman Pembibitan


Sapi Perah Yang Baik.Jakarta (ID) : Direktorat Perbibitan Ternak.

Imron, M. 2009. Manajemen Pemeliharaan Pedet. http://betcipelang.info.

NRC. 2001. Nutrient Requirements of Beef Cattle: Seventh Revised Edition:


Update 2000. Subcommite on Beef Cattle Nutrition. Commitee on

Animal Nutrition. National Research Council.

Adiarto dan S. Prihadi. 2008. Ilmu Ternak Perah. Laboratorium Ilmu Ternak

Perah dan Industri Persusuan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

Ako Ambo.2013. Ilmu Ternak Perah Daerah Tropis. Bogor (ID) : PT Penerbit IPB
Press.

Astuti,A.,Agus,A. dan Budhi,S.P.S.2009.Pengaruh Penggunaan High Quality Feed


Supplement Terhadap Konsumsi Dan Kecernaan Nutrien Sapi Perah Awal
Laktasi.Buletin Peternakan Vol. 33(2) : 81-87, Juni 2009.

Budiarsana, I. G. M., Sutama. 2001. Efisiensi Produksi Susu Kambing Peranakan


Etawah. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Blakely J , dan Blade, D. H. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke Empat. Penerjemah :

Srigando, B. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal:351-352.

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2014. Pedoman Pembibitan

Sapi Perah Yang Baik.Jakarta (ID) : Direktorat Perbibitan Ternak.

Direktorat Perbibitan Ternak. 2014. Pedoman Pembibitan Sapi Perah yang Baik.
Jakarta. Kementrian Pertanian
17

Imron, M. 2009. Manajemen Pemeliharaan Pedet. http://betcipelang.info.

NRC. 2001. Nutrient Requirements of Beef Cattle: Seventh Revised Edition:


Update 2000. Subcommite on Beef Cattle Nutrition. Commitee on

Animal Nutrition. National Research Council.

Nurdin, Ellyza. 2011. Manajemen Sapi Perah. Graha Ilmu, Yogyakarta

Pasaribu dkk. (2015). Mekanisme Good Corporate Governance, Ukuran


Perusahaan, Struktur Kepemilikan Manajerial dan Leverage pada Manajemen
Laba pada Emiten Perbankan di Bursa Efek Indonesia. JRMB Vol 10, No 1.

Retnani, Y., I.G. Permana, N.R. Komalasari, & Taryati. 2014. Teknik Membuat
Biskuit Pakan Ternak dari Limbah Pertanian. Jakarta: Penebar swadaya

Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius.


Yogyakarta

Safangat, A., Sarwiyono, dan P. Surjowardojo. 2014. Pengaruh penggunaan jus

daun kelor (Moringa oleifera) untuk teat dipping terhadap kejadian mastitis
sub klinis sapi perah FH laktasi. Malang (ID) : Universitas Brawijaya
Malang.

Sarwono B dan H B Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.


Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.

Sihombing D T H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan.


Bogor (ID) : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut
Pertanian.

Sudono, A., F. Rosdiana, dan B.S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi perah secara

Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sudono A. 2003. Keuntungan Dalam Pengolahan Limbah Ternak. Jakarta (ID) :


Trobos.

Syarif, E. K dan Harianto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.
Agromedia Pustaka, Jakarta.

Soedono, A., R.F. Rosdiana dan B.S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara
Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta

Titin Agustina. 2016. Outlook komoditas Pertanian Subsektor Peternakaan Susu.


Jakarta (ID) : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementrian
Pertanian.
18

Utomo, B. dan D.P. Miranti. 2010.Tampilan produksi susu sapi perah yang
mendapat perbaikan manajemen pemeliharaan. Caraka Tani. 25(1): 21- 25.

Yulianto,P. dan Saparinto, C. 2010. Pembesaran Sapi Potong secara Intensif.


Jakarta. Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai