Perah
Yup. Berhubung saya kuliah di program studi peternakan, so gak masalah kalo saya akan
share laporan saya dan kelompok saya. Semoga bermanfaat.
AZHARI AKBAR
DHANNY PRASETYO
NYOMAN WIDIASE
J3I112017
J3I112054
J3I212108
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
: Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah PT Karya Anugerah
a/NIM
: Azhari Akbar
am Keahlian
Rumpin
J3I112017
Dhanny Prasetyo
J3I112054
Nyoman Widiase
J3I212108
Disetujui oleh,
Ir Andi Murfi, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh,
Dr Ir Bagus Priyo Purwanto, MAgr
Direktur
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul
Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah di PT Karya Anugerah Rumpin Bogor, Jawa Barat.
Laporan ini berisi data dan hasil Praktik Kerja Lapangan I yang dilakukan selama empat
minggu di PT Karya Anugerah Rumpin Bogor.
Kami mengucapkan banyak terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan
terutama kepada:
1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moral dan doa,
2. Bapak Sigit Purnomo selaku Koordinator Pembimbing Lapangan dan seluruh staff dan karyawan PT
Karya Anugerah Rumpin,
3. Ir Andi Murfi MSi selaku Koordinator Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak dan
pembimbing,
4.
Ibu Yuni Resti yang membimbing penulis dengan penuh tanggung jawab dan sabar,
5.
Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknologi dan Manajemen Ternak Diploma IPB
angkatan 49, karena dapat bekerja sama dengan baik dan banyak memberi inspirasi.
Penulis menyadari akan ketidaksempurnaan dalam penulisan laporan ini. Semoga
laporan ini bermanfaat untuk semua orang, khususnya mahasiswa program keahlian
Teknologi dan Manajemen Ternak.
Bogor, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
PRAKATA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
2 METODE
2.1 Waktu dan Tempat
2.2 Metode Pelaksanaan
3 KEADAAN UMUM
3.1 Sejarah Perusahaan
3.2 Lokasi dan Tata Letak
3.3 Struktur Organisasi
3.4 Ketenagakerjaan
4 SARANA PRODUKSI
4.1 Luas Lahan dan Penggunaannya
4.2 Jumlah dan Komposisi Sapi
4.3 Sumber Air dan Penggunaannya
4.4 Peralatan Produksi
4.5 Perkandangan
4.6 Gudang Pakan
5 PEMELIHARAAN
5.1 Pemeliharaan Pedet
5.2 Pemeliharaan Dara
5.3 Pemeliharaan Sapi Dewasa
5.3.1 Sapi Laktasi
5.3.2 Sapi Kering Bunting
5.4 Pemerahan
6 PAKAN
6.1 Konsentrat
6.2 Hijauan
7 REPRODUKSI DAN KESEHATAN
7.1 Manajemen Reproduksi
7.2 Penanganan Kelahiran Pedet
7.3 Manajemen Kesehatan
7.3.1 Pneumonia
7.3.2 Brucellosis
7.3.3 Diare
7.3.4 Milk Fever
8 PENANGANAN LIMBAH
9 PEMASARAN
9.1 Rantai Tataniaga
10 SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
1
2
3
4
5
6
7
8
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang sangat penting.
Tujuan utama pemeliharaan sapi perah adalah pemanfaatan hasil produksi susu yang
melebihi kebutuhan untuk anaknya sebagai pemenuhan kebutuhan protein hewani tubuh
manusia. Susu yang dihasilkan sapi perah kaya akan zat gizi dan dibutuhkan oleh tubuh
sebagai zat pembangun terutama pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan populasi sapi
perah dari tahun ketahun rata-rata meningkat, akan tetapi peningkatannya tidak setinggi
pada ternak unggas. Saat ini dibutuhkan suatu metode yang tepat dalam membangun
subsektor peternakan khususnya mengenai komoditas sapi perah.
Pengembangan sapi perah dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas
sapi perah baik dari segi teknis maupun dari segi ekonomis. Produktivitas ternak sapi perah
harus dipacu untuk dapat ditingkatkan, diantaranya manajemen reproduksi dan
manajemen pakan. Hal tersebut dikarenakan besarnya produksi susu ditentukan oleh
keberhasilan program-program reproduksi dan manajemen pakan yang balance (seimbang)
baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Kisaran pasar industri susu di Indonesia masih cukup besar dan sangat potensial
dimana konsumsi susu di Indonesia saat ini masih rendah dibandingkan dengan negara Asia
lainnya. Berdasarkan data statistik nasional konsumsi susu negara pada tahun 2012,
konsumsi susu Indonesia hanya 14.6 liter/kapita/tahun. Jika dibandingkan dengan Malaysia
dan Filipina yang mencapai 22.1 liter, Thailand 33.7 liter, dan India yang mencapai 42.08
liter/kapita/tahun, Indonesia masih tergolong rendah dalam mengonsumsi susu.
Data tersebut memperlihatkan bahwa masih ada peluang untuk meningkatkan
produksi sehingga dapat memenuhi permintaan susu nasional. Peningkatan produksi susu
dapat terjadi jika manajemen pemeliharaan sapi perah dilakukan dengan baik. Oleh
karena itu kami melakukan Praktik Kerja Lapangan pada PT Karya Anugerah Rumpin Unit
Sapi Perah selama empat minggu dengan tujuan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai pemeliharaan sapi perah.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktik kerja lapangan ini adalah untuk memberikan wawasan dan
pengalaman mengenai peternakan sapi perah skala industri, mempelajari dan
menyelesaikan persoalan yang ada dalam pemeliharaan sapi perah serta mengenalkan
budaya kerja serta mendapatkan informasi dan pengetahuan baru dalam bidang
peternakan.
2 METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Praktik Kerja Lapangan I dilaksanakan selama empat minggu dimulai pada tanggal 23
Juni - 19 Juli 2013. Lokasi yang menjadi tempat pelaksanaan PKL merupakan perusahaan
peternakan sapi perah PT Karya Anugerah Rumpin, Desa Cibodas Kec. Rumpin, Kab. Bogor,
Jawa Barat Indonesia.
3 KEADAAN UMUM
3.1 Sejarah Perusahaan
PT. Karya Anugerah Rumpin (PT.KAR) didirikan pada tahun 2001 oleh bapak Karnadi Winaga.
Awalnya perusahaan ini bernama RPH Rumpin 99 yang bergerak dibidang pemotonganhewan
(abattoir). Feedlot sendiri terbentuk seiring berjalannya RPH Rumpin 99, diawali dengan 2 ekor sapi
yang dipelihara di belakang RPH kemudian terus berkembang hingga bisa memelihara lebih dari 3000
ekor sapi seperti saat ini. PT KAR tidak hanya bergerak di bidang feedlot danabattoir saja tetapi juga
bergerak dalam pembibitan (breeding) dan sapi perah (dairy cattle).
PT KAR semakin melebarkan sayapnya dengan mendukung program swasembada daging sapi
dan peningkatan mutu genetik sapi lokal. Oleh karena itu, PT KAR bekerjasama dengan BET
Cipelang, BIB Singosari, dan Biotek LIPI Cibinong untuk dapat menjalankan program tersebut
dengan baik,. Sapi yang dikembangkan di sini hanya sapi lokal saja yang tujuannya adalah
memperbaiki mutu genetik sapi lokal tersebut. Seiring perkembangan dari divisi breeding, pada tahun
2007 dibentuk divisi perah atau dairy farm untuk memenuhi kebutuhan susu pedet. Seiring dengan
perkembangannya yang pesat, produksi susu yang dihasilkan pun melebihi kebutuhan sehingga
akhirnya susu tersebut dijual dan ternyata memberi keuntungan terhadap perusahaan dan akhirnya PT
KAR terus mengembangkan potensi dari sapi perah hingga saat ini
3.4 Ketenagakerjaan
Usaha peternakan sapi perah modern harus mempunyai tenaga kerja yang terampil
dan berpengalaman. Tenaga kerja yang terdapat pada PT KAR berjumlah 128 orang yang di
dalamnya sudah termasuk staf dan karyawan. Jumlah tersebut merupakan jumlah tenaga
kerja pada sapi perah dan sapi potong. Jam kerja dimulai pada pukul 07.0016.00 WIB
dengan jeda waktu istirahat pukul 12.0013.00 WIB.
PT Karya Anugerah Rumpin memiliki karyawan tetap dan karyawan harian.
Pembayaran gaji karyawan tetap dilakukan sebulan sekali dan mendapatkan gaji sebesar
Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bogor yaitu Rp2 242 242 sedangkan pembayaran
gaji karyawan harian dibayar setiap minggu pada hari Sabtu.
4 SARANA PRODUKSI
4.1 Luas Lahan dan Penggunaannya
PT Karya Anugerah Rumpin memiliki luas lahan sebesar 12.8 ha, yang penggunaannya
dibagi dua kompleks yaitu Desa Rabak seluas 5 ha dan Desa Cibodas 1.1 ha, sisa luasan
tersebut dibangun kandang baru dan lahan hijauan (jagung). Kedua kompleks tersebut
memiliki penggunaan lahan untuk kantor, kandang, mess pegawai, jalan dan lain-lain.
Jumlah
(Ekor)
2
49
13
15
58
137
Sauan Ternak
(ST)
2
12.25
6.5
15
58
93.75
Persentase ST
(%)
1.4
35.7
9.5
10.9
42.5
100
Sapi diberikan air untuk minum ad libitum (tidak terbatas) sehingga ketersediaan air pada
peternakan sangatlah penting. Air juga digunakan untuk pembersihan kandang dan kebutuhan MCK
(Mandi, Cuci, Kakus) bagi seluruh karyawan. Sumber air berasal dari sumur bor dan sungai yang
berada disekitar perusahaan. Sumur bor yang dimiliki sebanyak 1 unit dan air tersebut ditampung ke
dalam water torn yang berjumlah 4 buah. Sebanyak 3 buah berkapasitas 500 liter dan sisanya
memiliki kapasitas 20.000 liter,.sedangkan air sungai ditampung di dalam bak berkapasitas 5000 liter
yang disiapkan untuk pembersihan kandang.
Peralatan
Chooper
Mixer
Milk Bar
Timbangan
Connector Ear
Tag
5
6
Cooling Unit
7
8
9
Mesin Perah
Milk Can
Mobil Pick Up
Fungsi
Mencacah hijauan segar maupun jerami
yang akan diberikan untuk ternak
Mencampur bahan-bahan sehingga
dihasilkan konsentrat
Memberikan susu pada pedet yang sudah
disapih dari induknya
Menimbang bahan pakan dan konsentrat
Memasang ear tag dan RFID
Menyimpan susu yang sudah diperah agar
tidak rusak
Memerah susu
Menyimpan dan membawa susu ke koperasi
Membawa susu ke koperasi
Jumlah
2 unit
2 unit
4 unit
3 unit
2 unit
1 unit
1 unit
13 unit
1 unit
5 PEMELIHARAAN
5.1 Pemeliharaan Pedet
Menurut PT KAR, Sapi jantan maupun betina yang berumur 0 hingga 6 bulan
dikategorikan sebagai pedet. Pakan utama pedet adalah susu. Pemberian susu di PT KAR
disesuaikan dengan umur pedet. Pedet yang baru lahir dibersihkan dari lendir yang
terdapat pada mulut dan tenggorokan sehingga pedet dapat bernapas dengan mudah dan
dilakukan pemotongan tali pusar kemudian diberikan iodine pada tali pusar yang telah
dipotong tersebut. Setelah 30 hingga 60 menit lahir, pedet diberikan kolostrum sebanyak 2
liter karena pedet yang baru lahir membutuhkan antibodi untuk menjaga ketahanan tubuh
dari penyakit Pemberian kolostrum di PT KAR berlangsung hingga pada hari ke-7.Menurut
Ellyza(2011),pedetharusmendapatkankolostrum(yaitususuyangdihasilkanolehindukyangbaru
melahirkan)yangdihasilkanindukhingga1minggusetelahkelahiransebanyaktidaklebihdari6%
beratbadannya.Kolostrum adalah produksi susu awal yang berwarna kuning, agak kental dan
berubah menjadi susu biasa sesudah 7 hari, menjadi susu biasa yang dapat dikonsumsi
manusia (Soetarno, 2003).
protein dan energi yang rendah (kandungan protein sekitar 11.8%). Sapi dara adalah sapi
perah betina yang sudah dewasa kelamin sampai beranak pertama kali. Kedewasaan tubuh
pada sapi dewasa ini dicapai pada umur 15-18 bulan. Sehingga pada umur tersebut sapi
sudah bisa dikawinkan pertama kali. Sapi dara akan tumbuh terus dengan baik sampai
umur 4-5 tahun, apabila pakan yang diberikan cukup dan baik. Maka dari itu, pakan sapi
dara perlu diperhatikan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Apabila sapi dara
tidak diberi pakan yang baik ditinjau dari kualitas maupun kuantitas, maka akan berakibat
pada waktu beranak pertama kali, yaitu besar badannya tidak mencapai ukuran normal,
untuk beranak pertama kali terlambat, dan produksi susu menurun (Utami dkk, 2004).
5.4 Pemerahan
Pemerahan di PT Karya Anugerah Rumpin dilakukan dua kali dalam satu hari dengan
interval pemerahan antara 9 hingga 10 jam. Pemerahan pada pagi hari dimulai pada jam 5
pagi dan siang pada jam 1 siang. Teknik pemerahan menggunakan dua metode yaitu
manual dan menggunakan mesin. Sapi yang diperah dengan cara manual adalah sapi yang
dipelihara dalam PEN F02. Sedangkan sapi yang diperah menggunakan mesin adalah sapi
yang dipelihara pada PEN F01.
Produksi susu rata-rata per ekor per pemerahan adalah sekitar 4 sampai 5 liter. Susu
yang dihasilkan pada pemerahan pagi lebih banyak dibandingkan dengan produksi susu
yang siang. Ini disebabkan oleh interval pemerahan dari siang ke pagi lebih lama
dibandingkan pagi ke siang sehingga produksi susu lebih banyak. Interval pemerahan ini
sangat berpengaruh terhadap kandungan nutrien dalam susu khususnya kandungan lemak
(Gleesonet. al, 2007). Semakin lama interval pemerahan, maka semakin tinggi kandungan
lemak di dalam susu. Interval lain tidak dianjurkan karena perbedaannya terlalu besar.
Perbedaan yang terlalu besar berpengaruh buruk terhadap produksi susu
6 PAKAN
Pakan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan
peternakan sapi perah karena biaya untuk pakan mencapai 60 70% dari total biaya.
Tujuan utama pemberian pakan pada sapi perah pada sapi perah adalah menyediakan
ransum yang ekonomis, tetapi dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, kebuntingan,
produksi susu induk, serta kebutuhan untuk pertumbuahn bagi ternak yang masih muda.
Agar produksi dapat terpenuhi secar optimal, perlu ketersediaan pakan yang cukup, baik
kualitas maupun kuantitas. Salah satu penyebab produktivitas menurun adalah faktor
kekurangan pakan atau pemberian hijauan dan konsentrat tidak sesuai dengan
kebutuhannya (Ako, 2013).
Pemberian pakan di PT KAR diberikan secara restricted feeding dengan pemberian
dua kali sehari, yaitu pada pagi hari dan siang hari. Pemberian pakan berupa hijauan dan
konsentrat secara terpisah, pakan hijauan diberikan setelah pemberian pakan konsentrat.
Jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pokok sapi perah.
6.1 Konsentrat
Konsentrat merupakan pakan tambahan terhadap pakan utama pada sapi perah.
Namun, di PT KAR, konsentrat dijadikan sebagai pakan utama dibandingkan dengan
hijauan sehingga pakan konsentrat harus memiliki kualitas yang lebih baik dari pakan
hijauan. Umumnya, kualitas pakan konsentrat sangat bervariatif, tergantung pada jenis
bahan baku, musim, dan tempat asal sumber konsentrat tersebut. Kualitas konsentrat yang
sangat tinggi memiliki nilai TDN > 75% dengan kandungan protein kasar > 16% (Ako, 2013).
Pakan konsentrat sapi perah di PT KAR terdiri dari pakan kode pedet, pakan kode
kerbau dan pakan kode FH. Pemberian kode dilakukan untuk memudahkan dalam
mengklasifikasi pakan dengan jumlah nutrisinya. Pakan tersebut memiliki kandungan dan
campuran yang berbeda. Pakan dengan kode pedet memiliki berbagai macam bahan
campuran, yaitu molases, palm meal, gandum, kulit kopi, gaplek, copra, onggok, soybean
meal, pollard, jagung, fish meal, karuk, zeolit, dan ampas kecap. Pakan dengan kode FH
memiliki kandungan bahan pakan, diantaranya molases, palm meal, gandum, dedak,
gaplek, copra, onggok, soybean meal, jagung, fish meal, peanut meal, wafer, karuk,
danzeolit. Sementara pakan dengan kode kerbau memiliki kandungan bahan baku pakan,
yaitu molases, palm oil, kulit kopi, copra, onggok, jagung, peanut meal, wafer,
karuk, zeolit, ampas kecap, dan awul jagung. Bahan-bahan yang digunakan tersebut
berasal dari berbagai daerah.
6.2 Hijauan
kolostrum sangat dibutuhkan pedet yang baru lahir sampai umur 3 hari. Pedet selesai
menyusui dari induknya, kemudian pedet dipindahkan ke dalam kandang pedet individu.
Hal ini sesuai dengan Utami, dkk (2004) bahwa pedet yang baru lahir, lendir pada tubuh
harus segera dibersihkan sampai kering. Setelah dibersihkan, pedet ditempatkan pada
kandang individu yang dialasi jerami kering supaya pedet mendapatkan kehangatan.
7.3.1 Pneumonia
Penyakit yang biasanya menyerang pedet ini disebabkan oleh udara yang terlalu
dingin, kelembapan kandang yang terlalu lembap, dan alas kandang yang berbahan jenis
debu atau partikel kecil yang mudah terhirup oleh pedet (Soeharsono, 2008). Selanjutnya
Blood dkk. (1989) menyatakan bahwa pneumonia juga dapat disebabkan oleh berbagai
agen penyakit antara lain bakteri, virus, atau gabungan keduanya, jamur, parasit, agen
kimia, dan agen fisik. Giles dkk (1991) mengisolasi 2 macam bakteri pada sapi yang
menderitapneumonia, yaitu P. multocida dan P. haemolitica. Gejala penyakit pneumonia
diantaranya adalah batuk-batuk, napas cepat, suhu badan naik, mata tak bercahaya, nafsu
makan turun, badan lemah, bulu-bulu badan kasar kering, dan keluar cairan yang berbau
dari hidung (Sudono, et al., 2003). Di PT KAR, pedet yang terserang pneumonia disebabkan
karena alas kandang yang digunakan berupa sekam. Selanjutnya, petugas dokter hewan
menyarankan untuk mengganti alas kandang sekam dengan alas kandang jerami sehingga
diharapkan dapat menurunkan angka mortalitas yang terjadi pada pedet di PT KAR. Pedet
juga diberikan vitamin, antibiotik, dan pakan hijauan yang berkualitas baik untuk menjaga
kondisi kesehatan pedet. Menurut Sudono et al., (2003), pencegahan penyakit pneumonia
dapat dilakukan dengan cara menjaga kandang tetap kering, hangat, tidak lembap, cukup
mendapat sinar matahari, dan sirkulasi udara baik.
7.3.2 Brucellosis
Brucellosis merupakan penyakit infeksi kronis pada sapi yang menyebabkan
terjadinya abortus, pedet lahir lemah atau kematian pedet, infertilitas, dan penurunan
produksi susu (Enright 1990 dalam Martindah kk. 2009). Sapi pada semua umur peka
terhadap brucellosisdan infeksi ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Pada hewan
jantan, brucellosis dapat mengakibatkan infeksi pada testis. Brucellosis juga merupakan
salah satu penyakit zoonosis yang dapat menginfeksi manusia (Young 1983 dalam Martindah
dkk. 2009). Pada kebanyakan kasus, brucellosis di PT KAR terjadi pada sapi yang telah
melahirkan dengan frekuensi lebih dari 3 kali karena banyaknya fase kebuntingan yang
dapat dengan mudah terserang penyakit ini. Pencegahannya adalah dengan pemberian
vaksin strain 19, pemisahan antara sapi sehat dan sapi yang sakit, serta mengutamakan
perkawinan buatan atau inseminasi buatan (IB).
7.3.3 Diare
Diare ganas sapi, Musocal disease, atau BVD (Bovine virus diarrhea) umumnya terjadi
pada sapi yang berumur kurang dari 2 tahun. Meskipun penyakit ini juga dapat menyerang
sapi dewasa, tetapi biasanya terbatas pada sapi yang berumur kurang dari 4 tahun
(Soeharsono, 2008). Diare merupakan penyakit yang disebabkan gangguan saluran
pencernaan oleh bakteri, makanan, lingkungan atau udara yang dingin (Cahyono, 2010). Di
PT KAR, penyakit ini menyerang pedet yang berumur kurang dari satu tahun. Menurut
Nurdin (2011), penyakit diare sering terjadi pada enam minggu pertama setelah kelahiran
pedet yang disebabkan oleh buruknya sanitasi dan kekurangan susu sehingga kondisi tubuh
menurun. Pedet yang terserang diare juga mengalami gangguan pneumonia akibat cuaca
dingin dan hujan sehingga menyebabkan pedet yang sedang dalam masa penyembuhan
terserang oleh penyakit ini. Penanganannya dengan menambahkan kunyit sebanyak 2 ruas
jari yang telah dihaluskan ke dalam susu dan diberikan dengan frekuensi pemberian 2 kali
sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.
8 PENANGANAN LIMBAH
Ternak sapi perah mennghasilkan limbah yang cukup berlimpah dan apabila tidak
dikelola dan dimanfaatkan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah
peternakan adalah semua buangan yang meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari
usaha peternakan yang bersifat padat, cair, gas dan sisa pakan (Pariera, 2009). Oleh
karena itu, limbah ternak membutuhkan perhatian yang serius untuk dapat dimanfaatkan,
sehingga tercipta sistem peternakan yang ramah lingkungan. Rata-rata jumlah produk
feses dan urine per ekor per hari pada ternak sapi sekitar 8% dari berat badan. Firman
(2010) mengemukakan bahwa jumlah kotoran sapi perah dewasa dalam bentuk padat dan
cair bisa mencapai 30 40 kg/ekor/hari.
Kompos adalah produk akhir dari proses pengomposan limbah organik, tersusun dari
senyawa organik dan anorganik yang stabil, tidak berbau, berwarna coklat tua sampai
kehitaman, lembap, dan aman digunakan sebagai pupuk ataupun pembenah tanah.
Pengomposan adalah degradasi dan stabilisasi bahan organik secara aerob yang dilakukan
oleh mikroorganisme di bawah kondisi lingkungan yang terkendali dengan hasil akhir
berupa produk mirip humus (Triatmojo, 2008).
Limbah yang dihasilkan oleh peternakan PT KAR terdiri dari limbah padat dan cair.
Limbah padat berasal dari sisa pakan dan feses ternak. Pengolahan limbah yang dilakukan
PT KAR saat ini hanya memanfaatkan limbah padat saja. Feses ternak dan limbah
cair dialirkan menuju tempat penyaringan, disaring untuk mendapatkan limbah padatnya
saja. Limbah padat dipindahkan ke tempat penampungan untuk dilakukan pengadukan dan
pengeringan sehingga dihasilkan kompos. Kompos kemudian disaring dan dimasukkan ke
dalam karung pupuk yang telah disediakan.
9 PEMASARAN
9.1 Rantai Tataniaga
Susu yang diproduksi di PT KAR dipasarkan dalam bentuk susu murni. Susu dijual ke Koperasi
Produksi Susu (KPS). Harga susu per liter dihitung berdasarkan kadar lemak susu. Susu yang dapat
diterima di Koperasi Pengolahan Susu adalah susu dengan kadar lemak minimum 3.3% dengan harga
sekitar Rp3300. Jika kadar lemak susu tinggi maka harga per liternya juga akan naik. Misalkan kadar
lemak susu adalah 4% maka susu dapat dihargai Rp4000 per liter. Rantai tataniaga pada penjualan
susu dapat dilihat pada Gambar 6.
10 SIMPULAN
Manajemen pemeliharaan sapi perah di PT KAR sudah cukup baik. Namun, produksi
susu yang dihasilkan masih belum sesuai dengan standar sehingga perlu meningkatkan
manajemen baik dari segi pemeliharaan maupun segi penanganan penyakit. Penanganan
penyakit di PT KAR lebih menekankan pada pencegahan melalui sanitasi dan komposisi
pakan yang tepat. Sanitasi dilakukan pada saat pemeliharaan, pemerahan, dan
penanganan sapi melahirkan, sedangkan komposisi pakan yang diberikan disesuaikan
dengan kebutuhan baik pada saat periode laktasi maupun kering bunting.
DAFTAR PUSTAKA
Ako, Ambo. 2013. Ilmu Ternak Perah Daerah Topis. Bogor (ID): IPB Press.
Anharoni, Y, A. Brosh and E. Kafchuk. 2006. The Efficiency of Utilization of Metabolizable Energy
for Milk Production: a Comparison of Holstein with F1 Montbeliarde 3 Holstein Cows.
British Society of Animal Science. Volume 82. Page 101-109.
Blakely, J. and D. H.Bade, 1988.The Science of Animal Husbandry. Penterjemah: B. Srigandono.
Cet. ke-2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Blood, D.D., Radostits, O.M., Henderson, J.A. 1989. Veterinery Medicine, A Textbook of the
Diseases of Cattle, Sheep, Pigs, Goats and Horses, 6 th Ed. The English Language Book
Society and Bailliere Tindall. London.
Cahyono, B. 2010. Sukses Beternak Sapi dan Kerbau. Pustaka Mina. Jakarta.
Ellyza.2011.ManajemenSapiPerah.GrahaIlmu.Yogyakarta.
Firman, A. 2010. Agribisnis Sapi Perah, Bisnis Sapi Perah dari Hulu sampai Hilir. Penerbit Widya
Padjajaran. Bandung.
Gilles, C.J., Grimshaw, D.J., dan Smith, D.G. 1991. Efficacy of Danafloxacinin the Therapy of
Acute Bacterial Pneumonia in Housted Beef Cattle. Vet. Rec. 128, 296-300.
Gleeson, D. E, B. OBrien, L. Boyle and B. Earley. 2007. Effect of Milking Requency and
Nutritional Level on Aspects of The Health And Welfare of Dairy Cows. The Animal
Consortium. Volume 1. Page 125 138.
Hutjens, M. dan Aaselt, E. 2005. Caring for Transition Cows. Hoards & Sons Company. Fort
Tkinson USA.
Martindah, S. dan Adiarto. 2009. Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Musofie,A.,N.KusumawardanidanAryogi.1992.PengaruhPenggunaanSusuSkimDalamMilkReplacer
TerhadapPertumbuhanPedetSapiPerah.JurnalIlmiahPenelitianTernakGrati.SubBalaiPenelitian
TernakGrati.BadanPenelitiandanPengembanganPertanian.DepartemenPertanian.
Nurdin,E.,2011.ManajemenSapiPerah.GrahaIlmu.Yogyakarta.
Pariera. 2009. Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Putro, P.P. 2009. Manajemen Kesehatan dan Reproduksi Sapi Perah. Bagian Reproduksi dan
Obstetri. Fakultas Kedokteran Hewan. Universits Gadjah Mada.
Santosa,U.2009.MengelolaPeternakanSapiSecaraProfesional.PT.PenebarSwadaya.Jakarta.
Schefers, J.M., Weigel, K.A., Rawson, C.L., Zwald, N.R., and Cook, N.N. 2010. Management
Practices Associated With Conception Rate and Service Rate of Lactating Holstein Cows in
Large, Commercial Dairy Herds. J. Dairy Sci. 93: 1459-1467.
Soeharsono. 2008. Ilmu Produksi Ternak Perah. Penerbit Widya Padjajaran. Bandung.
Soetarno. 2003. Pemeliharaan Sapi Perah Laktasi di Daerah Dataran Rendah. PT Citra Aji
Parama. Yogyakarta.
Sri Utami, Siswandi dan Abungamar Yahya. 2004. Lecture Note Manajemen Ternak
Perah.Fakultas Peternakan. Unversitas Jendral Soedirman. Purwokerto.
Stevenson, J.S. 2001. Reproductive Management of Diary Cows in High Milk-Producing Herds. J.
Dairy Sci. 84 (E. Suppl.): E128-E143.
Sudono, A., Rusdiana, R.F., dan Setiawan, B.S. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sudono, A., Rusdiana, R.F., dan Setiawan, B.S. 2004. Beternak Sapi Perah Secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta.