Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukul Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan pendidikan sistem ganda disusun sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti Ujian akhir sekolah (UAS) dan Ujian akhir Nasional (UAN)
tahun pelajaran 2017/2018 dan sebagai bukti bahwa penulis telah melaksanakan
pendidikan system ganda (PSG) di PT ESAPUTLI PRAKARSA UTAMA.

Tidak lupa mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan kepada

1. Bapak AHYANI S.pd selaku Kepala Sekolah SMKN 4 WAJO


2. Bapak Ir. MUHAMMADIYAH selaku pembimbing prakerin
3. Bapak Ir. JOKO SARWONO selaku pembingbing 2 prakerin
4. Ibu HJ. LUTFIYAH, S.P selaku ketua jurusan agrebisnis prikanan
5. Bapak /ibu, selaku pembimbing yang telah membimbing kami di tempat
PSG
6. Kedua orang tua dan keluarga serta semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


laporan ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan dalam laporan yang lebih baik di kemudian
hari. Besar harapan agar laporn ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan agi masyarakat umumnya dalam mengingatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam bidang Perikanan.

Sajoanging, 15 Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................

KATA PENGANTAR....................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................

BAB I. PENDHULUAN

1. Latar Belakang.......................................................................
2. Tujuan PSG dan kegunaan......................................................
3. Tempat dan Waktu PSG..........................................................

BAB II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Ringkas Perusahaan...................................................


B. Keadaan Lokasi.......................................................................
C. Kepegawaian...........................................................................
D. Metodologi..............................................................................

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembenihan Udang Vannamei...............................................


B. Pembenihan Bandeng.............................................................

BAB IV. PENUTUP

1. Kesimpulan............................................................................
2. Saran......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN....................................................................................

BAB I

PENDHULUAN

A. Latar Belakang
 Udang
Selama ini bibit udang (benur) untuk budidaya di tambak
berasal dari tangkapan di alam. Ternyata benur dari alam itu tidak
mencukupi untuk budidaya di areal tambak yang tersedia. Timbul
suatu pemikiran untuk memenuhi kekurangan benur yaitu dengan cara
mengintesfikkan penangkapan benur dari alalam. Setelah di
pertimbangkan lebih jauh, cara tersebut di khawatirkan akan terjadi
lebih tangkap (overfishing) benur sehingga udang dewasa yang
ditangkap oleh nelayan akan berkurang.
Usaha untuk mencukupi kekurangan benur ini yaitu melalui
pembenihan, da cara ini yang harus dilakukan, agar budidaya udang
dpat ditingkatkan produksinya. Benur dari dalam hanya mampu
memasok 20% kebutuhan, sisanya diharapkan dari panti benih udang
(hactchery).
Usaha di bidang pembenihan udang vannamei seharusnya
menjanjikan harapan yang lebih baik sekaligus memberi peluang
pekerjaan yang lebih luas. Hal ini tidak disebabkan oleh teknologi
yang sudah diketahui sepenuhnya, tetapi bagian-bagian dalam satu seri
pembenihan udang skala besar, sekarang uang dapat di usahakan
secara mandiri atau ini dapat dilihat dari adanya usaha khusus
pemeliharaan induk matang telur yang di sewakan, usaha penetesan
telur untuk menghasilkan nouplis dan lain-lain. Salah satu faktor
penentu keberhasilan dalam usaha pembenihan ini yaitu tersedianya
tenaga-tenaga pelaksanaan yang terlatih dan profesional dalam
bidangnya.
 Ikan Bandeng
Benih bandeng (nener) merupaka salah satu sarana produksi
yang utama dalam usaha budidaya bandeng di tambak. Perkembangan
Teknologi budidaya bandeng di tambak dirasakan sangat lambat
dibandingkan dengan usaha budidaya udang. Faktor ketersediaan benih
merupakan slah satu kendala dalam meningkatkan teknologi budidaya
bandeng. Selama ini produksi nener alam belum mampu untuk
mencukupi kebutuhan budidaya bandeng yang ters berkembang, oleh
karena itu peranan usaha pembenihan bandeng dalam upaya untul
mengatasi masalah kekurangan nener tersebut menjadi sangat penting.
Tanpa mengabaikan arti penting dalam pelestarian alam,
pengembangan wilayah, penyediaan dukungan, terhadap pembangunan
perikanan khususnya dan pembanguna nasional umumnya, kegiatan
pembenihan bandeng di Hatctery harus diarahkan untuk tidak menjadi
penyaing bagi kegiatan penangkapan nener di alam. Diharapkan
produksi benih nener di hatchery diarahkan untuk mengimbangi selisih
antara permintaan yang terus meningkata dan pasok penangkapan
dialam yang diduga akan menurun.
B. Tujuan PSG dan Kegunaan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) ini bertujuan :
 Untuk mengenal dan mengetahui kegiatan-kegiatan pembenihan untuk
memperoleh berbagai keterampilan dan pengalaman pada pembibitan
udang (Hatchery).
 Untuk mengenal dan mengetahui kegiatan-kegiatan pembenihan untuk
memperoleh berbagai keterampilan dan pengalaman pada pembibitan
udang nener (Hatchery).

Adapun kegunaannya adalah


 Sebagai bahan perbandingan secara teoritis dan praktek serta sebagai
bahan informasi dan pedoman dalam pengembangan pembenihan
udang
 Sebagai bahan perbandingan secara teoritis dan praktek serta sebagai
bahan informasi dan pedoman dalam pengembangan pembenihan
nener
C. Waktu dan Tempat PSG
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) ini berlangsung selama 3 bulan
mulai dari tanggal 5, Agustus, 2017 sampai dengan tanggal , 5 November,
2017 bertempat di PT> EsaPutlii Prakarsa Utama yang terletak di
kelurahan Mallawa, Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru.
BAB II.

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Ringkas Perusahaan


PT.Esaputlii Prakarsa Utama merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak di bidang pembibitan udang, dimana perusahaan ini
menyediakan benur bagi para petani tambak.
Pada awal berdirinya pada tahun 1984, perusahaan tersebut
bernama CV.Ebar jaya yang bergerak dibidang penggelondongan yang
berasal dari kepulauan seribu yaitu PT.Fega Mariculture.
Pada tahun 1986, CV Ebar Jaya berubah nama menjadi
PT.Bidadari laut, akan tetapi belum memiliki akte dari pihak notaris. Sejak
berdirinya CV Ebar Jaya hingga menjadi PT.Bidadari Laut, ada tiga orang
yang menanamkan sahamnya yaitu Ibu Rita, Bapak Eddy, Baramuli,SE
dan Bapak David. Kemudian ketiga orang tersebut mengadahkan
musyawarah untuk mengganti nama PT.Bidadari Laut menjadi PT.Mutiara
Samudera sehingga pada tanggal 12 juli 1988 perusahaan resmi dengan
nama PT.Mutiara Samudera dan pada saat itu pula resmi berbadan hukum
dan memiliki akte dari notaris
Sejak resmi berbadan hukum (tahun 1988) maka perusahan tersebut
mendatangkan orang asing untuk mengolah perusahaan tersebut, dimana
teknisnya berasal dari Taiwan, yang kemudian diambil alih oleh orang
pribumi selama dua siklus. Beberapa tahun kemudian ditangani oleh
teknisi orang jawa. Sejak tahun 1993 perusahaan ini dengan manajemen
yang baru dan pada tahun 1998 PT.Mutiara Samudera menjadi
PT.EsaPutlii utama dan pada tahun itu pula resmi berbadan hukum dan
memiliki akte dari notaris sampai sekarang.
B. Keadaan Lokasi
PT.EsaPutlii Pakarsa utama terletah di kelurahan mallawa
Kecematan Mallusetasi Kabupaten Barru yang berbatasan kotamadya
Pare-Pare 17 Km.
Kompleks perusahaan PT.Esaputlii Prakarsa Utama mempunyai
arcal seluas 10 hektar dan khusus pembenihan udang seluas 2 hektar yang
berbatasan langsun g dengan laut dan dari sekitar lokasi pembenihan ini
sebagian besar produknya adalah karyawan PT>EsaPutlii Prakarsa Utama.
Lokasi pembenihan ini sangat starategis karena terletsk di pinggir jalan
poros makassar – pare-pare sehingga transportasi sangat lancar
Pembenihan ini memiliki beberapa bangunan yang mendukung
kegiatan operasional hatchery yaitu bak pemeliharaan udang sebanyak 7
unit, laboratorium, kantor gudang, bak algae, mess karyawan, rumah
teknisi dan lain-lain. Semuanya ada, yang terletak didalam kompleks dan
ada juga yang berada diluar kompleks.
C. Kepegawaian
Dalam melaksanakan operasional hactchery, maka para karyawan
terbagi dalam 4 seksi yang dibawahi oleh seorang manajer produksi,
dimana pada tiap seksi terdiri dari satu orang teknisi kecuali seksi larva,
masing-masing tim terdiri satu orang teknisi dan 4-6 orang pembantu
teknisi, Setiap karyawan mempunyai tugas khusus yang telah disepakati
bersama dan terorganisir dengan baik.
D. Metodologi
Adapun metode praktek yang digunakan dalam pendidikan sistem
ganda (PSG) di PT.EsaPutlii Prakarsa Utama yaitu :
 Observasi
Kegiatan ini merupakan perkenalan lokasi yang menyangkut
tentang keadaan umum pada pembenihan PT.EsaPutlii Prakarsa Utama
terhadap lokasi pendidikan sistem ganda (PSG).

 Koasistensi
Kegiatan ini merupakan keaktifan dari siswa-siswi PSG dalam
mengikuti segala kegiatan yang dilakukan diperusahaan tersebut, mulai
dari persiapan wadah pembenihan sampai dengan pemasaran.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembenihan Udang Vannamei


a) Seleksi induk
1. Pembersihan wadah
Pembersihan wadah pada bak induk udang biasa
disebut dengan sirkulasi,hal ini dilakukan pada pagi hari
dengan terlebih dahulu air dalam wadah tersebut di surutka
sekitar ¼ volume bak dengan menukar ujung pipa yang
memiliki beberapa lubang disampingnya yang berada ditengah
bak pada saluran pembuangan agar dapat memudahkan
kegiatan sirkulasi, kemudian dilakukan pembersihan kotoran
(sisa pakan dan bekas kulit pergantian udang) dengan
menggunakan seser yang berukuran 100 mikron, sambil
mengalirkan air kedalam bak dan setelah selesai, ujung pipapun
ditukar kembali agar volume air mencapai ketinggian sekitar ½
volume bak.
a. Sampling
Sampling yang dilakukan ada dua yaitu:
 Sampling induk matang gonad
Sampling ini dilakukan setelah sirkulasi
bak selesai dengan menggunakanseser yang
berukuran 100 mikron untuk memindahkan
induk betina kedalam bak induk jantan, namun
dipunggung induk betina harus terlihat telurnya
yang memanjang dipunggungnya dan terlihat
tebal.
 Sampling induk kawin
Hal ini dilakukan pada sore hari sekitar
pukul 16:00 wita dan lampu yang ada didalam
ruangan tersebut disesuaikan dengan alam mati
(secara otomatis), sampling dilakukan dengan
menggunakan seser yang berupa jaring dan
senter yang diikatkan dikepala dengan karet
supaya dapat melakukan sampling tanpa
menggunakan proses pembuahan yang sedang
terjadi dan merupakan kondisi alam sebagai hal
awal induk betina bertelur. Induk betina yang
sudah diseser dan terbuahi disimpan didalam
ember yang berisi air sekitar ¼ volume ember
dan hanya dapat dimasukkan dua ekor udang
dalam ember untuk menjaga sperma yang ada
dibagian bawah udang tidak terjatuh, apabila
induk betina yang belum dibuahi induk jantan
maka akan dikembalikan dalam bak betina dan
udang yang ada didalam ember dibawah ke bak
peneluran yang sudah diberi saringan yang
terbuat dari jaring dengan jarak aerasi 60-80 cm
dan ketinggian air minimal 1 m kemudian ember
tersebut dimasukkan kedalam jaring untuk
memindahkan udang kedalam jaring secara
perlahan.
b. Peneluran atau penetasan dan pengembalian
Induk proses peneluran terjadi pada saat alam
terlihat gelap sehingga lampu yang ada diruangan atau
ditempat tersebut dimatikan agar sesuai dengan alam
hal ini dimulai saat melakukan sampling kemudian
induk yang sudah lepas telur dipindahlkan ke bak betina
sekitar jam 8 malam dan apabila masih ada udang yang
belum bertelur atau dalam keadaan bertelur maka akan
di pindahkan sekitar jam 21:30 malam,dengan
menggunakan ember yang berisi air sekitar ¼ volume
ember. Dalam satu ember hanya dimasukkan 5 ekor
udang untuk menjaga keutuhan organnya,setelah semua
udang dipindahkan jaring pun dibuka
kembali.pemberian treflan sebanyak 0,05 ppm dan
pengadukan telur dilakukan 10-11 jam setelah induk
lepas telur sebanyak 4-5 kali dengan jarak waktu 1 jam,
telur akan menetas 9-10 jam setelah induk lepas telur.
c. Perhitungan telur dan nauplius
Perhitungan telur dimulai dengan mengambil
sampel disetiap sudut bakyang sudah berisi telur dengan
menggunakan gelas plastic, dalam setiap sudut sampel
yang diambil adalah satu gelas untuk mengetahui
berapa banyak telur yang dihasilkan induk udang dalam
setiap peneluran atau sampling yang
dilakukan,kemudian menuangnya kedalam tempat yang
berbentuk lingkaran dan bening serta dilapisi plastic
warna hitam yang sudah digaris-garis kotak, dan
menghitungnyadengan menggunakan lampuneon
sedangkan perhitungan naupli dimulai dengan
mengambil sampel dalam ember yang bervolume 20
liter sebanyak 3 sendok dalam satu sendok disimpan di
satu gels plastic dan cara perhitungannya sama dengan
perhitungan telur
Rumus yang digunakan adalah:
Jumlah naupli = jumlah naupli x volume ember (200 ml)
Volume sampel(5 ml)
d. Panen nauplius
Panen nauplius dilakukan dengan menggunakan
kain saringan 100 mikro yang ditempatkan pada bak
panen yang berhubungan dengan pembuangan bak
peneluran, naupli yang kelur pada saringan seser dan
ditampung pada ember 20 liter yang ada tanda volume.
e. Pemberian pakan
Pemberian pakan dilakukan 4 kali sehari dan
pakan yang digunakan adalah cacing, cumi, dan tiram.
Pemberian pakan yang dilakukan pada pagi hari
menggunakan cumi yang sudah dicampur dengan obat
penambah nafsu makan begitu pun pada malam hari,
seedangkan pada siang hari pakan yang digunakan
adalah tiram yang juga dicampur dengan obat, serta
pada sore hari pakan yang digunakan adalah cacing
tanpa dicampur dengan obat.
b) Seleksi larva
Seleksi larva adalah salah satu bagian dari unit pembenihan
yang mencangkup pemeliharaan larva udang mulai dari stadia
nauplius yang berasal dari seleksi indu hingga stadia post larva siap
jual (PL₁). Lama pemeliharaan untuk mencapai larva siap jual,sejak
nauplius yang terdiri dari stadia naupli 1-6 selama 2 hari, stadia
zoea (Z₁-Z₃) selama 3-4 hari, stadia misis (M₁-M₃) selama 3-4 hari
dan PL₁-PL12 selama 12 hari. Stadia larva adalah bagian yang
paling lemah dari seluruh daur hidup udang, tetapi memegang
peranan penting dalam menentukan keberhasilan budidaya udang.
Oleh karena itu perawatan perlu dilakukan 24 jam perhari banyak
hal rutin yang perlu dilakukan dalam kegiatan pemeliharaan larva
udang.
1. Persiapan bak
Model bak yang digunakan yaitu model segi empat
yang setiap sudutnya tidak bersudut mati melainkan
melengkung sehingga sirkulasi air berjalan sempurna, saluran
pembuangannya berada pada salah satu sudut bak terdapat
lubang pembuangan yang di hubungkan dengan pipa
goyang.ini untuk memudahkan pengeluaran air pada saat
pencucian bak dan saat panen serta dasar bak agak miring ke
arah saluran pembuangan. Kapasitasnya 20 ton dan 40 ton.
Persiapan bak pada prinsipnya sama mencuci bak
dengan deterjen dan kaporit serta menyikat dengan spons. Lalu
membilasnya dengan air tawar dan mengeringkannya. Serta
merendam peralatan aerasi sebelum dan sesudah dengan
menggunakan formalin, lalu mencuci dan mengeringkannya.
Kemudian memaang perlengkapan aerasi pada bak dan mengisi
air laut pada bak.
2. Penyebaran naupli
Stok nouplius yang telah di panen di seleksi induk di
transfer keseleksi larva namun, tidak langsung menyebarnya
pada bak pemeliharaan yang telah di siapkan sehari sebelum
nouplius masuk.
Dalam memindahkan naupli perlu di lakukan
penyesuaian terlebih dahulu agar tidak terjadi stres pada naupli
dan sebelum menebar naupli, terlebih dahulu mengapung-
apungkan naupli di permukaan air bak pemeliharaan kurang
lebih 5-15 menit, secara perlahan memasukan air dari bak ke
dalam bak hingga naupli berada dalam bak dan kepedatanya
adalah 80-100 ekor per liter air.
3. Pemberian pakan
Pakan yang di berikan terdiri dari 2 macam yaitu pakan
alami dan pakan tambahan, jenis pakan alami yang di gunakan
adalah chaetoseros sp dan skeletonema sp penyediaan pakan
alami sebagai makan zoea harus sudah di mulai sesaat sebelum
naupli di tebar, agar puncak kepadatan populasi plakton di
capai pada saat larva mulai membutuhkan makan yaitu pada
fase akhir naupli 6 dan berubah menjadi zoea 1 telah tersedia
pakan alami pemberian algae pada bak larva menggunakan
pompa isap melalui selang spiral yang ujungnya di pasang
saluran ukuran 150 mikron pakan alami di berikan sejak stadia
zoea sampai memasuki post larva (PL₃) dosis pemberiannya
yaitu pada fase zoea 1 berkisar antara 60.000- 100.000 sel/ml.
Zoea 3 antara 150.000-200.000 sel /ml, fase misis (M₁-M₃)
sampai fase post larva (PL₃) berkisar antara 60-80 sel permil
selain pakan alami berupa phytoplakton juga di berikan pakan
alami jenis zooplakton (artemia sp), mulai stadia post larva
(PL₁) dalam bentuk nauplius. Artemia sp di berikan sesuai
jumlah larva yang ada dalam bak. Untuk PL₁-PL₂ di berikan 0,5
artemia sp sampai ml. PL₃ sebanyak 1 artemia sp/ml. PL₄-PL₅
sebanyak 1,5 artemia sp/ml, sedangkan PL₆-PL12 dapat di
berikan lebih dari itu. Frekuensi pemberiannya untuk PL₁-PL₃
hanya 1 kali, PL₃-PL₆ di berikan 2 kali dan PL₆-PL12 sebanyak
4 kali pemberian yang di selang- seling dengan pakan buatan.
Untuk memberikan artemia sp. Terlebih dahulu
masukkan kedalam ember dan berisi air laut, kemudian
sebarkan secara merata sesuai dengan dosisnya ada seluruh
bagian bak. Jenis pakan buatan yang diberikan pada larva yaitu:
1) Pakan ligualife (ZM-MPL)
2) Mikro feas (MY 100,PL200,PZ20)
3) Langsy (PZ,ZN,MPL,PL,dan MD)
4) Jenis brine shrimp flakes

Pakan tersebut diformulasikan kembali menjadi


beberapa kelompok pakan yaitu
a. Kelompok pakan A
Pakan ini terdiri dari campuran mikro feas PZ
20 + langsi PZ + EIKOSO dengan perbandingan mikro
feas + langsi dan eikoso adalah 10:1, missal untuk 100
gram pakan A, di buat dengan menimbang 50 gram
mikro feas PZ-20,50 gram langsi PZ dan eikoso
sebanyak 10 gram.
b. Kelompok pakan B
Pakan ini terdiri dari mikro feas MY100 + langsi
MD dengan perbandingan 10: 1 atau perbandingan yang
sama dengan pakan A.
c. Kelompok pakan C.
Pakan ini terdiri dari campuran brine
shrimpflakes yang di tumbuk dan di saring + mikrofeas
PL-200 + Eikoso
d. Kelompok pakan D
Pakan ini memiliki campuran pakan yang sama
dengan pakan c atau dapat juga di tambahkan langsi PL
dan langsi MD dengan perbandingan yang sama
4. pengamatan larva
pengamatan pada larva dilakukan baik secara visual
maupun secara mikroskopis. Pengamatan ini dilakukan setelah
memberikan pakan pada larva secara visual dilakukan dengan
mengambil sampel larva dengan menggunakan gayung
memperhatikan pergerakan larva, kotoran pada media
pemeliharaan, tingkat stadia respon terhadap usikan dan
keadaan algae dalam bak. Sedangkan pengamatan secara
mikrokopis dilakukan dengan mengambil sampel dengan
gayung, kemudian mengambil 10-15 ekor larva dengan gelas
dari setiap bak. Memberi label bak pada wadah sampel untuk
memudahkan pencatatan data. Pengamatan dengan secara
mikroskopis yang perlu diamati adalah stadia larva,
kelengkapan tubuh, keaktifan morfologinya, adanya parasite,
tanda-tanda penyakit, pigmentasi, isi perut larva. Pengamatan
ini bertujuan untuk menentukan sehat tidaknya larva tersebut.
Dan pengamatan dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi
hari.
5. Ganti air
Kualitas air memang peranan yang penting dalam
menunjang keberhasilan usaha pembenihan. Salah satu tanda
yang menunjukkan kemunduran kualitas air adalah adanya
gelembung-gelembung kecil dipermukaan air, didasar bak
terlihat kotor, air terlihat keruh, maka dalam keadaan demikian,
ganti air mutlak dilakukan untuk tetap menjaga kualitas air
media agar tetap sesuai dengan kebutuhan hidup larva, perlu
dilakukan ganti air secara berkala dan sewaktu-waktu jika
diperlukan penyiponan. Jika bak terlihat kotor terutama pada
dasar bak dimana sisa plankton atau plankton yang mati dan
mengendap didasar bak dan dianggap membahayakan
kehidupan larva maka dilakukan transfer larva ke bak
pemeliharaan yang lain.
Ganti air dilakukan terlebih dahulu memasang saringan
dan kerangkanya kedalam bak, kemudian memasang kerang
spiral 2 inci kedalam bagian kerangka saringan tersebut, salah
satu ujung selang diisi air laut hingga air dalam bak tersedot
keluar. Menurunkan air sesuai dengan stadia larva serta
presentase pergantian airnya. Setelah mengisi kembali airnya.
c) Seleksi algae
Secara umum makan yang diberikan pada larva udang ada
2 jenis yaitu makanan alami (berupa phytoplankton dan
zooplankton) dan makanan buatan. Secara alami makanan utama
larva udang adalah plankton, baik plankton nabati maupun hewani,
namun didalam air laut banyak sekali yang dijumpai bentuk dan
ukurannya, tentu saja tidak semua jenis plankton menjadi
makanannya tetapi harus disesuaikan dengan kondisi larva itu
sendiri, beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih
jenis plankton yang baik/memenuhi syarat yaitu:
o Ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva
o Mudah dicernah
o Gerakannya lambat
o Mudah ditangkap
o Mudah dikembangbiakkan
o Pertumbuhannya cepat
o Tidak beracun
1. Persiapan
Persiapan dilakukan dengan alat-alat yang akan dipakai
dan mensterilkan agar bebas dari organisme pathogen. Mencuci
alat-alat yang akan digunakan dalam kultur laboratorium
seperti tabung reaksi, arlemenyer, pipet, dan alat-alat lainnya
dengan deterjen dan memakai alat gosok seperti spons.
Kemudian dibilas dengan air tawar dan meniriskannya, setelah
kering, menesterilkan dengan oven suhu 85ᵒC selama 1 jam.
Untuk menesterilkan media kultur, maka air media yang
digunakan harus disinari ultra violet dan disaring dengan
cantrigde ukuran 5 mikro mencuci bak alga dan conicle dengan
mengunakan deterjen mengosoknya dengan spons samapi
bersih. Bilas dengan air tawar kemudian keringkan dan
gunakan keesokan harinya, ukuran bak algae 15 ton dan conicle
berukuran 500 liter di isi air laut dan diaerasi, siap digunakan
untuk kultur massal.
2. Kultur algae
Kultur pertama pada tabung reaksi diberi larutan pupuk
sebanyak 5ml, menutup tabung reaksi dengan aluminium foil,
meletakkan dirak tabung yang dekat dengan cahaya lampu
neon 40 watt, menkocok larutan tersebut agar tercampur rata.
Setiap pagi dan sore setelah 2 hari setiap 2 tabung raksi
digunakan sebagai bibit untuk kultur erlemeyer dan kultur ini
berlanjut sampai kekultur toples 10 ml dengan pupuk yang
diberikan sebanyak 10ml. Kultur toples ini merupakan kultur
terakhir dilabotorium (indoor) dan dimulai kultur massal
(outdoor).
Untuk mengkultur dalam massal (conicle) ukuran 500
liter mengunakan 2 toples volume 20 liter untuk bibit dan
menberi pupuk yang sudah disediakan sebelumnya. Dua hari
sebelumnya kultur ini berlanjut kekultur bak ukuran 1 ton
dengan perbandingan 4 conicle 500 liter untuk satu bak ukuran
14 ton. Untuk memindahkan algae dari conicle ke bak
mengunakan pompa celup yang dihubungkan dengan selang
plastic 1 ½ inci.
3. Pemberian obat
Dalam dunia pembenihan yang disebut penyakit adalah
terganggunya kesehatan induk dan larva udang yang disebabkan
oleh parasit atau nonparasit. Tidak semua kematian larva
disebabkan oleh penyakit, tetapi juga kualitas air atau makan yang
tidak sesuai. Jenis organisme/penyakit yang menyerang larva
udang adalah golongan protozoa, virus, jamur, bakteri, dan cacing.

Pemberian obat ada dua tahap, yaitu:


 Tindakan pencegahan (perefentif) yang dilakukan secara
priodik sesuai dengan perkembangan larva.
 Tindakan pengobatan (curatif) yang dilakukan pada kondisi
tertentu, antara lain karena adanya bakteri, jamur, protozoa
dalam tubuh atau media pemeliharaan.
Dosis pemberian untuk tujuan pengobatan lebih tinggi
daripada dosisi untuk tujuan pencegahan, karena tujuan pengobatan
itu sendiri untuk menyembuhkan udang yang sakit.
Sebagai pencegahan,mulai di berikan pada stadia nauplius yaitu berupa
erythromicine 1- 1,5 pm, treflan 0,05 pm dan ETDA 3 pm.
Erythomicine berfungsi untuk mencegah penyakit udang menyala,
sehingga sebagai pencegah penyakit jamur. Sedangkan EDTA
berfungsi untuk meningkat logam berat. Sebelum memberikan obat,
terlebih dahulu menurunkan volume air dalam bak ± 60% dan setelah
memberikan pakan pada larva. Obat yang berbentuk bubuk seperti
erythromicie dan EDTA di timbang sesuai dengan dosis kemudian
melarutkannya dalam air tawar, mengaduk hingga homogen, dan dapat
di berikan ke larva dengan menyebar kan secara merata pada semua
bagian bak. Sedangkan obat yang berbentuk cair seperti terflan
sebelum di gunakan terlebih dahulu, dengan pipet ukur, kemudian
memberikannya kepada larva. Pada stadia selanjutnya yaitu misis di
berikan obat chloramphenicol 2 ppm dan treflan 0,05 ppm dan post
larva 4-7 di berikan erythromicine2 ppm dan treflan 0,05
ppm.pengobatan terhadap suatu penyakit tertentu yang dialami oleh
larva udang, dan dapat diberikan sesuai dosis yang umum dilakukan
dan memang terbukti efektif dalam melanggulangi penyakit tersebut.
4. Pemasaran
Panen adalah pemungatan benur setelah priode
pemeliharan selesai karenanya, pelaksanaan panen tergantung
pada keinginan pembenihan itu sendiri (seleksi bel) yang
berorientasi pada ukuran yang dihendaki konsumen. Panen
dapat dilakukan dua cara yaitu:
a. Panen selektif
Panen selektif dilakukan apabila ada komsumen
yang membutuhkan benur, sedangkan jumlah benur
dalam bak pemeliharaan lebih besar dari jumlah
permintaan. Keadaan ini memungkinkan penangkapan
sebagian benur tampa pengeringan.

b. Panen total
Panen total dilakukan sekaligus jika permintaan
komsumen sama dengan jumlah benur yang ada dalam bak
pemasaran yaitu penyaluran benur ketamba. Yang
termasuk dalam kegiatan pemasaran yaitu, pengepakan,
pengangkutan, dan penebaran benur ke tambak. Benur
dapat diangkut dua cara yaitu:

 Secara terbuka, cara ini tidak menggunakan oksigen.


 Secara tertutup, cara ini digunakan dengan
menggunakan oksigen dan biasanya menggunakan
kantong plastik.

Kegiatan pengepakan didahului dengan mengisi benur yang


telah ditakar ke dalam kantong plastik khusus untuk panen yang
berlapis dua plastik tersebut memiliki ketebalan 0,6 milimeter,
lebarnya 25 cm termasuk ukuran kecil yang dapat menampung
2000-3000 ekor benur dengan dua liter air laut sedangkan plastik
yang berukuran besar memiliki ketebalan 0,7 mm, dan lebar 30 cm,
dan dapat menampung 3000-5000 ekor benur. Dengan jumlah air
yang sama . lalu memberi oksigen kedalam kantong-kantong
tersebut dengan perbandingan air dan oksigen adalah 1:2
kemudian mengikat dengan karet gelangan. Kantong-kantong
benur tersebut di kemas dalam boks atau stropong , di mana tiap
stropong berisi 18 kantong benur, memberi perakat (lakban), siap
untuk mengankutnya ketempat tujuan.
B. Pembenihan Bandeng
a) Seksi algae
1. Taksonomi
Filum : Chlorophyta sp.
Kelas : Chlorophyceace sp.
Ordo : Chlorococcales sp.
Famili : Chlorellacea sp.
Genus : Chlorella sp.
2. Morfologi dan Habitatnya
Adapun morfologi dari alga adalah :
 Bentuk selnya bulat telur
 Merupakan algae bersel tunggal
 Biasa dijumpai bergerombolan
 Diameter sel berkisar antara 2-8 micron 10
 Berwarna hijau karena kandungan klorofilnya dominan
 Dinding selnya keras terdiri atas cellulose dan fektin
 Pergerakanya lambat
 Habitatnya hidup di air tawar dan air laut.
3. Sifat ekologi, fisilogi dan reproduksi
 Bersifat cosmofolit (bisa hidup dimana-mana)
 Tumbuh pada salinitas 0-35 kromil
 Hidup pada kisaran suhu 25- 30° c
 Berproduksi secara aseksual dengan cara pembelahan sel.
4. Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang dipergunakan untuk kegiatan
algae adalah :
 Alat :
a. Bak beton
b. Ember
c. Aerasi
d. Pompa
e. Sikat/penggosok
f. Selang air
g. Tali
h. Selang spiral
 Bahan :
a. Air laut
b. Air tawar
c. Kaporit
d. Pupuk
5. Prosedur kerja
a. Kultur chlorella sp.
Bak kultur yang digunakan terlebih dahulu
dicuci sampai bersih. Setelah itu dilakukan

1
pengisian air laut sebanyak dari volume bak.
4
Kemudian dimasukkan bibit (inokulan) chlorella sp
sebanyak 20% bibit dari volume total dan 80% air
laut dengan cara mengalirkanya melalui selang yang
dihubungkan dari bak sebelah. Selanjutnya
dilakukan pemupukan dengan cara melarutkanya
terlebih dahulu dengan air laut, lalu ditebar merata
kedalam media kultur. Pupuk yang digunakan
yaitu : pupuk Urea, TSP dan ZA. Diberikan air laut
1
sebanyak dari volume bak. Setelah ± 4-5 hari alga
4
chlorella sp. sudah dapat dipanen.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang kami dapat adalah sebagai berikut:
1. Dari pengertian diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
pembenihan tidak semudah yang kita pikir tetapi dalam proses
pembenihan kita tidak boleh asal-asalan dalam mengerjakan hal
tersebut dan kalau kita belum mencoba pembenihan kita tidak akan
tahu, maka dari itu kita harus mencobanya.
2. Selain belajar tentang ilmu perikanan kami juga belajar tentang tata
cara bekerja dilapangan dengan baik dan sebagai teknisi.
3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap hari berbeda-beda, selain itu
kita bisa melatih diri untuk belajar bertanggung jawab atas apa yang
dilakukan .
B. Saran
Berikut ini adalah beberapa saran untuk perusahaan dan untuk sekolah
untuk tiap jurusan:
Untuk sekolah:
1. Materi pembekalan prakerin sebaiknya ditambah
2. Sebaiknya informasi tempat prakerin disampaikan pada waktu
pembekalan
3. Jangan pernah takut mencoba hal baru
4. Selain siswa yang tentukan tempat, sebaiknya tempat prakerin
ditentukan juga oleh sekolah jika tidak sesuai dengan jurusan, karena
mencari tempat untuk prakerin itu tidak mudah dan memerlukan waktu
yang lama untuk menemukan tempat yang sesuai dengan jurusan.

Untuk perusahaan:

1. Untuk mencapai produksi yang tinggi sebaiknya sarana dan prasarana


yang digunakan lebih ditingkatkan agar pelaksanaan kegiatan lebih
efektif.
2. Agar proses produksi berjalan baik dan lancar digunakan tenaga
teknisi yang berpengalaman.
3. Sebaiknya kualitas dan kuantitas air dapat dikontrol dengan baik.
4. Pencegahan penyakit pada usaha pembenihan itu lebih baik
dibandingkan tindakan pengobatan terutama pada stadia larva.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998. Memproduksi benih Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei)


melalui pembenihan (hatchery). Dinas Peikanan Provinsi Daerah Tingkat
I. Sul-Sel

Buana, B. 1996. Teknik pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei).


Laporan praktek kerja lapanagan.

Sutama, 1993. Petunjuk Praktis Pembenihan Udang Vannamei (Litopaeus


Vannamei) penerbit kamisius. Yogyakarta

Anonim, 2003. Jurnal penelitian. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
(BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah

Tato Suharni, 2003. Laporan kerja Praktek mahasiswa disub Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah
A. Benur

Penebaran Kultur Artemia Mentakar Pakan


Panen Artemia
B. Bandemg

Mencuci kolam alga Mengkultur alga


LAPORAN
PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG)
DI ESAPUTLii PRAKARSA UTAMA
KABUPATEN BARRU
Jalan Poros Pare-Pare – Makassar

DisusunOleh:
NAMA : ANDI TARAWU
NIS : 151015
KELAS : XII. AP
PROGRAM KEAHLIAN : AGRIBISNIS PERIKANAN
SMKN 4WAJO
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai