Anda di halaman 1dari 60

ht

tp
s:
//p
er
p us
ta
ka
an.
bs
n.
go
.id
Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium
Terkait COVID-19
Penanganan dan Pengelolaan Spesimen untuk Pengujian
Molekuler dan Serologis (Non-Propagasi Virus)

Tim Penyusun

.id
Komite Teknis 13-09, Biosafety dan Biosecurity

go
Agus Purnawarman
n.
bs
Arnold Sudharyanto
n.

Aroem Naroeni
a

Diah Iskandriati
ka

Indrawati Sendow
ta

Lilyana Budiharjo
us

Ni Ketut Susilarini
p

Ni Made Ria Isriyanthi


er

Nuryani Zainuddin
//p

Rika R. Sjoekri
s:

Sunarya
tp

Syafril Daulay
Wahyu Purbowasito
ht

Wanny Basuki

Badan Standardisasi Nasional


© 2020 Badan Standardisasi Nasional (BSN)
Direktorat Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan, dan Halal

Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium


Terkait COVID-19
Penanganan dan Pengelolaan Spesimen untuk Pengujian Molekuler
dan Serologis (Non-Propagasi Virus)

Tim Penyusun:
Komite Teknis 13-09, Biosafety dan Biosecurity

Agus Purnawarman
Arnold Sudharyanto
Aroem Naroeni
Diah Iskandriati

.id
Indrawati Sendow
Lilyana Budiharjo

go
Ni Ketut Susilarini
Ni Made Ria Isriyanthi

n.
Nuryani Zainuddin bs
Rika R. Sjoekri
Sunarya
n.
Syafril Daulay
a

Wahyu Purbowasito
ka

Wanny Basuki
ta
us

ISBN 978-602-52727-6-9 (e-book))


p
er
//p

Editor:
s:

Ririn Setiaasih
tp

Corista Karamina Hanum


Amjad Tri Puspitasari
ht

Desainer sampul dan tata letak:


Bagus M. Irvan

Diterbitkan oleh:
Badan Standardisasi Nasional
Gedung I BPPT, Jl. M.H. Thamrin 8, Kebon Sirih,
Jakarta 10340 – Indonesia
T: 021-3917300 (hunting) | F: 021-3927527
E: dokinfo@bsn.go.id
bsn.go.id | perpustakaan.bsn.go.id

Diterbitkan pertama, April 2020


_____________________________
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Kata Pengantar

Pada akhir Desember tahun 2019, muncul penyakit baru yang mirip dengan SARS
dan MERS, dan disebabkan oleh virus Corona baru, yang kemudian disebut dengan
SARS-CoV2 dan belakangan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) penyakit itu
disebut dengan COVID-19. Dikarenakan gejala penyakit tersebut mirip dengan flu,
maupun demam biasa dan masa inkubasi yang relatif lama, selama 14 hari (diduga),
dan selama masa tersebut penderita/pasien bisa menjadi pembawa (carrier) yang
bisa menularkan kepada orang lain. Belakangan WHO menyatakan COVID-19 ini
sebagai pandemi dikarenakan sudah menyebar di seluruh penjuru dunia. Untuk
memutus mata rantai tesebut banyak upaya telah dilakukan oleh negara-negara di
dunia, mulai dari pembatasan kegiatan sampai dengan lockdown total yang

.id
berakibat dampak ekonomi yang sangat besar.

go
Dikarenakan masa inkubasi lama dan gejala mirip dengan flu biasa maka diagnosa

n.
biasa dirasakan kurang, sehingga memerlukan dukungan teknik biologi molekuler
bs
untuk bisa membantu penegakan diagnosa tersebut. Namun hal ini juga berisiko
terhadap laboratorium yang menangani uji ini, salah penanganan bisa
n.

menyebabkan penularan kepada laboran, pekerja lain di laboratorium bahkan


a
ka

masyarakat setempat. Untuk itu diperlukan sebuah pedoman yang memberikan


arah penanganan dan juga tindakan-tindakan lain jika sesuatu terjadi selama uji
ta

tersebut.
p us

Badan Standardisasi Nasional melalui Direktorat Pengembangan Standar Agro,


er

Kimia, Kesehatan dan Halal menerbitkan Pedoman Manajemen Biorisiko


//p

Laboratorium Dalam Penanganan dan Pengelolaan Spesimen klinis Suspek COVID-


s:

19 untuk Pengujian Molekuler dan Serologis (Non-Propagasi Virus). Pedoman ini


tp

merupakan pedoman yang diterbitkan sebagai bagian dari kontribusi aktif dari BSN
ht

dalam pecepatan penanganan COVID-19.

Pedoman ini disusun oleh Komite Teknis 13-09 Biosafety and Biosecurity dengan
Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai sekretariat Komite Teknis, serta
merupakan hasil pemikiran dan kerjasama dengan para pakar dari Asosiasi
Biorisiko Indonesia (ABI) dan didukung oleh Konsorsium Bioteknologi Indonesia
(KBI). Pedoman ini telah dibahas dan disepakati dalam rapat di Jakarta pada tanggal
23 Maret 2020 yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait,
yaitu perwakilan dari produsen, konsumen, pakar dan pemerintah, serta perwakilan
dari lembaga penguji, asosiasi, perguruan tinggi, pakar serta instansi terkait.

iii | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Dalam pedoman ini digunakan kosa kata yang mempunyai maksud tertentu, yaitu:
 “harus” yang artinya disyaratkan.
 “sebaiknya” yang artinya direkomendasikan.

Untuk diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen pedoman


ini dapat berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggungjawab
untuk pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.

Jakarta, April 2020

.id
go
n.
bs
a n.
ka
ta
p us
er
//p
s:
tp
ht

ivv | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Daftar isi

Kata Pengantar ............................................................................................................................................... iii


Daftar isi.............................................................................................................................................................. v
Pendahuluan ................................................................................................................................................... vi
1 Ruang lingkup ............................................................................................................................................ 1
2 Penilaian risiko ......................................................................................................................................... 2
3 Kompetensi personel dan pelatihan ............................................................................................... 2
4 Praktik dan prosedur mikrobiologis yang baik ......................................................................... 3
5 Alat Pelindung Diri (APD).....................................................................................................................6

.id
6 Desain fasilitas ..........................................................................................................................................8

go
7 Peralatan laboratorium ........................................................................................................................11

n.
8 Penerimaan dan penyimpanan....................................................................................................... 13
bs
9 Pengemasan dan transportasi spesimen.................................................................................... 15
n.

10 Dekontaminasi dan pengolahan limbah................................................................................... 17


a
ka

11 Rencana tanggap darurat.................................................................................................................. 18


ta

12 Kesehatan kerja .................................................................................................................................... 19


us

Lampiran A (informatif) Formulir penilaian risiko ..................................................................... 21


p

Lampiran B (informatif) Contoh penilaian risiko ........................................................................ 25


er

Lampiran C (informatif) Prosedur operasi standar penggunaan BSC ............................... 34


//p

Lampiran D (informatif) Prosedur validasi BSC ........................................................................... 36


s:

Lampiran E (informatif) Kebijakan manajemen biorisiko laboratorium ......................... 43


tp
ht

Lampiran F (informatif) Prosedur sistem manajemen biorisiko laboratorium ............ 45


Lampiran G (informatif) Prosedur penanganan tumpahan bahan biologis ................... 48
Daftar Pustaka ................................................................................................................................................ 51

v | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Pendahuluan

Pada Desember 2019, coronavirus baru yang kemudian diidentifikasikan sebagai


SARS-CoV-2 merupakan agen patogen penyebab wabah di Wuhan, Cina, dan
kemudian menyebar ke hampir seluruh dunia. Penyakit yang dinamai dengan
COVID-19 ditularkan melalui saluran pernapasan dan dapat menyebabkan
pneumonia. Pandemi yang sedang berlangsung ini menjadi tantangan bagi
laboratorium kesehatan masyarakat karena infeksi tersebar luas melalui kontak
orang ke orang serta penyebaran internasionalnya diperantarai melalui lalu lintas
para wisatawan.

.id
Pengujian diagnostik laboratorium menjadi skala prioritas untuk mengetahui

go
jumlah kasus, menelusuri kejadian penularan, memetakan daerah yang terkena
dampak, mengetahui pergerakan individu yang terinfeksi sehingga diharapkan

n.
dapat memotong rantai penularan dengan cepat.
bs
n.

Untuk fasilitas yang ditunjuk sebagai laboratorium penguji spesimen COVID-19


a

harus memastikan bahwa laboratorium mematuhi persyaratan keselamatan dan


ka

keamanan bekerja dengan bahan biologis yang tepat. Setiap pengujian untuk deteksi
ta

SARS-CoV-2 atau spesimen klinis dari pasien yang memenuhi definisi kasus suspek
us

COVID-19 harus dilakukan di laboratorium yang dilengkapi dengan dengan staf yang
p

terlatih melakukan prosedur teknis dan keselamatan yang relevan. Pedoman


er

nasional tentang keselamatan kerja dengan bahan biologis di laboratorium harus


//p

dipatuhi dalam berbagai kondisi.


s:

Tujuan dari pedoman ini adalah untuk memberikan panduan tentang keselamatan
tp

dan keamanan laboratorium terkait dengan pengujian molekuler atau serologis


ht

spesimen klinis suspek COVID-19. Panduan ini bersifat sementara mengingat masih
banyak sifat dari virus ini yang belum diketahui, dan terbuka untuk dapat
disempurnakan di kemudian hari.

vi | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


1. Ruang lingkup

Pedoman ini membahas tentang prosedur keselamatan penanganan dan


pengelolaan spesimen untuk pengujian molekuler virus SARS-CoV-2 (penyebab
COVID-19) di laboratorium. Spesimen suspek COVID-19 adalah bahan biologis
berasal dari manusia termasuk hasil eksresi, sekresi, darah dan komponennya,
jaringan, cairan tubuh dan hasil usapnya (swab) dan lain-lainnya yang
ditransportasikan dengan tujuan untuk diagnosis, investigasi, pengobatan dan
pencegahan terhadap penyakit COVID-19.

Transportasi dan penerimaan spesimen sangat menentukan hasil diagnostik


laboratorium sedangkan penyimpanan spesimen yang baik dan benar akan
memberikan keamanan terhadap personil dan lingkungannya.

.id
Informasi terkait potensi patogen dan risiko penularan SARS-CoV2 serta penyakit
COVID-19, saat ini masih sangat terbatas. Pedoman ini didasarkan pada

go
pengetahuan terkini terkait virus ini secara khusus dan coronavirus lainnya secara

n.
umum. bs
Laboratorium harus melakukan penilaian risiko terhadap aktivitas dan lokasi
n.

terkait pengujian spesimen COVID-19 untuk mengidentifikasi dan memitigasi


a
ka

risiko. Penilaian dan langkah-langkah mitigasi tergantung pada prosedur yang


dilakukan, identifikasi bahaya yang terlibat dalam proses dan/atau prosedur,
ta

tingkat kompetensi personel yang melakukan prosedur, peralatan dan fasilitas


us

laboratorium, serta sumber daya yang tersedia.


p
er

Laboratorium harus menerapkan prinsip kehati-hatian dan langkah pengendalian


//p

saat menangani spesimen klinis, mungkin masih memiliki potensi agen infeksius.
s:

Langkah-langkah pengendalian ini termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD)


tp

yang tepat, menerapkan praktik dan prosedur mikrobiologi yang benar,


ht

menggunakan fasilitas dan peralatan keselamatan, dekontaminasi dan pengelolaan


limbah, monitoring kesehatan personil, pengemasan dan transportasi spesimen
serta kesiapan keadaan darurat.

Note : Pedoman khusus ini hanya berlaku untuk laboratorium yang


menangani spesimen suspek COVID-19 untuk pemeriksaan atau pengujian
diagnostik secara molekuler dan serologi, tidak digunakan untuk
laboratorium yang melakukan aktivitas propagasi atau perbanyakan virus.

1 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


2. Penilaian risiko

Penilaian risiko adalah suatu proses untuk mengevaluasi risiko yang disebabkan
oleh agen, prosedur dan personil terhadap kemungkinan dan konsekuensi dari
paparan atau pelepasan bahan bahaya di tempat kerja serta menentukan langkah-
langkah pengendalian risiko yang tepat untuk mengurangi risiko ke tingkat yang
dapat diterima.

Penting untuk dicatat bahwa bahan berbahaya saja tidak bisa menimbulkan risiko
bagi manusia atau hewan jika tidak disertai dengan interaksi antara manusia/hewan
dengan bahan berbahaya tersebut. Oleh karenanya dalam melakukan penilaian
risiko, harus termasuk dalam pertimbangan terkait jenis fasilitas dan peralatan
yang digunakan, prosedur yang akan dilakukan dengan bahan biologis serta
kompetensi personil.

.id
Sangat disarankan untuk memulai dengan melakukan penilaian risiko lokal pada

go
setiap langkah proses, yaitu mulai dari penerimaan spesimen, preparasi spesimen

n.
sampai kepada pengujian molekuler. Masing-masing risiko yang timbul akan
bs
dipertimbangkan dan dinilai konsekuensinya untuk setiap proses seperti, paparan
aerosol selama pemrosesan sampel, percikan mata selama pemrosesan sampel;
n.

tumpahan bahan biakan infeksius ataupun sampel bocor (dalam hal penerimaan
a
ka

sampel). Untuk setiap risiko yang teridentifikasi, langkah-langkah pengendalian


risiko yang tepat termasuk tetapi tidak terbatas pada rekomendasi berikut harus
ta

dipilih dan diterapkan untuk mengurangi risiko residual ke tingkat yang dapat
us

diterima.
p
er

Formulir penilaian risiko dilampirkan sebagai Lampiran A sedangkan contoh


//p

penilaian risiko untuk pengujian molekuler spesimen suspek COVID-19 disajikan


s:

pada lampiran B.
tp
ht

3. Kompetensi personel dan pelatihan

3.1 Pengenalan umum dan pelatihan pengetahuan

Pelatihan umum harus meliputi pengantar tentang tata letak laboratorium, kode
praktik, pedoman yang berlaku, panduan keselamatan, penilaian risiko,
persyaratan peraturan, dan prosedur tanggap darurat.

3.2 Pelatihan khusus terkait pekerjaan

Persyaratan pelatihan dapat bervariasi tergantung dari fungsi pekerjaan. Namun,


semua personel yang terlibat dalam menangani bahan biologis harus secara umum
terlatih dalam hal Praktik dan Prosedur Mikrobiologis yang baik.

2 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Penilaian terhadap kompetensi dan kemahiran harus dilakukan dan diverifikasi
sebelum bekerja secara mandiri, diikuti dengan tinjauan rutin serta pelatihan
penyegaran.

Informasi yang relevan seperti prosedur baru harus diperbarui dan


dikomunikasikan kepada personel yang berkepentingan.

3.3 Pelatihan keselamatan dan keamanan

Semua personel harus mengetahui risiko yang ada dalam prosedur pekerjaan;
langkah-langkah keamanan; serta kesiagaan dalam kondisi tanggap darurat.

4. Praktik dan prosedur mikrobiologis yang baik

.id
Penting untuk ditekankan bahwa
langkah pengendalian yang paling

go
penting untuk dilakukan sebagai

n.
persyaratan inti dalam aktivitas ini bs
adalah praktik dan prosedur
mikrobiologis yang baik (Good
n.

Microbiological Practices and


a
ka

Procedures, GMPP).
ta

GMPP adalah istilah yang diberikan


us

untuk serangkaian praktik dan


p

prosedur operasi standar yang berlaku


er

untuk semua jenis kegiatan


//p

menggunakan bahan biologis. Ini


s:

mencakup perilaku umum, praktik


tp

kerja terbaik, dan prosedur teknis yang


ht

harus selalu diamati di laboratorium


dan dilakukan dengan cara yang
terstandarisasi. Penerapan prinsip
GMPP berfungsi untuk melindungi
personel laboratorium dan masyarakat
dari infeksi, mencegah kontaminasi
lingkungan, dan memberikan
perlindungan produk untuk pekerjaan
menggunakan bahan biologis. Faktor
lain yang juga sangat penting bahwa
personel laboratorium telah dilatih dan
mahir dalam menerapkan GMPP untuk
memastikan praktik kerja yang aman. Gambar 1 - Contoh rambu GMPP

3 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


4.1 Praktik kerja

Praktik kerja terbaik menggambarkan perilaku yang penting untuk memfasilitasi


praktik kerja yang aman dan mengendalikan risiko biologis. Contoh praktik terbaik
laboratorium diuraikan di bawah ini:

a. Makanan atau minuman atau perlengkapan pribadi seperti pakaian dan tas
tidak boleh disimpan di dalam labortorium. Aktivitas makan, minum dan
berdandan hanya boleh dilakukan diluar laboratorium.
b. Berbagai benda seperti pensil, permen karet dan lainnya tidak boleh digigit
atau dimakan selama bekerja di laboratorium baik saat bekerja
menggunakan sarung tangan ataupun tidak.
c. Cuci tangan harus dilakukan dengan sempurna setiap kali selesai bekerja
dengan bahan biologis, sebelum keluar laboratorium dan setiap kali
mengetahui ada kontaminan, akan lebih baik lagi dengan menggunakan air

.id
mengalir yang hangat dan sabun.

go
d. Sumber api dan sumber panas tidak boleh didekatkan dengan bahan habis

n.
pakai yang mudah terbakar dan tidak boleh ditinggalkan tanpa pengawasan.
bs
e. Memastikan luka terbuka, bekas tersayat di kulit sudah ditutupi dengan baik
sebelum memasuki laboratorium.
n.

f. Memastikan semua bahan habis pakai, peralatan, alat pelindung diri (APD)
a
ka

dan disinfektan sudah mencukupi sebelum semua aktivitas dimulai atau


sebelum masuk ke laboratorium.
ta

g. Memastikan semua bahan disimpan sesuai dengan instruksi dan aman agar
us

dapat mengurangi peluang terjadinya kejadian dan kecelakaan seperti


p

tumpahan, tersandung atau jatuh pada pekerja laboratorium.


er

h. Memastikan pelabelan untuk semua agen biologi, kimia dan radioaktif.


//p

i. Dokumen tertulis dilindungi dari kontaminan dengan menggunakan barrier


s:

seperti sampul plastik terutama jika akan dikeluarkan dari laboratorium.


tp

j. Memastikan pekerjaan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terburu-buru.


Bekerja dengan keadaan letih harus dihindari.
ht

k. Ruangan tempat bekerja harus dijaga tetap rapi, bersih dan tidak berantakan
serta tidak dipenuhi oleh bahan-bahan yang tidak perlu.
l. Penggunaan earphone yang dapat mengalihkan konsentrasi tidak
diperbolehkan karena juga dapat menghambat pendengaran saat ada alarm
yang berbunyi.
m. Perhiasan tidak diperbolehkan dipakai karena dapat menyobek sarung
tangan sehingga dapat dengan mudah terkontaminasi atau menjadi
pembawa infeksi. Apabila mengenakan perhiasan atau kacamata harus
didekontaminasi.
n. Penggunaan alat elektronik misalnya telepon genggam, tablet, laptop,
kamera atau peralatan lainnya termasuk yang digunakan dalam sequencing
DNA/RNA harus dicegah apabila tidak digunakan dalam prosedur
laboratorium secara spesifik.

4 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


o. Telepon genggam diletakkan di area yang tidak mudah terkontaminasi atau
menjadi pembawa infeksi. Apabila tidak dapat dihindari maka pastikan
dilindungi atau didekontaminasi sebelum keluar laboratorium.

4.2 Prosedur teknik

Prosedur teknis adalah bagian khusus dari GMPP yang terkait langsung dengan
pengendalian risiko melalui perilaku yang aman dalam melakukan teknik
laboratorium. Prosedur teknis ini, bila dijalankan dengan benar, memungkinkan
pekerjaan dilakukan dengan cara-cara yang dapat meminimalkan kemungkinan
kontaminasi silang (yaitu kontaminasi sampel lain, atau bahan atau benda yang
sebelumnya steril serta kontaminasi permukaan) dan juga membantu mencegah
paparan personil laboratorium terhadap bahan biologis atau agen patogen. Prosedur
berikut membantu menghindari insiden terkait bahan biologis tertentu yang
mungkin terjadi:

.id
go
a. Inhalasi bahan biologi harus dihindari. Teknik yang baik harus digunakan

n.
untuk meminimalkan pembentukan aerosol dan droplet saat bekerja dengan
spesimen.
bs
b. Kontak dengan kulit dan mata serta ingesti dari bahan biologi harus
n.

dihindari.
a
ka

c. Sarung tangan harus digunakan setiap kali bekerja dengan spesimen.


d. Tangan yang mengenakan sarung tangan tidak boleh menyentuh wajah.
ta

e. Faceshield atau perlindungan untuk mulut, mata dan wajah harus dikenakan
us

selama proses bekerja dan ada risiko cipratan.


p

f. Apabila memungkinan, alat laboratorium berbahan kaca diganti dengan


er

bahan plastik.
//p

g. Apabila dalam bekerja memerlukan gunting, gunakan gunting yang


s:

ujungnya tumpul atau membulat daripada yang ujungnya runcing.


tp

h. Semua barang tajam, syringe dan jarum apabila perlu harus diperlakukan
dengan hati-hati untuk mencegah luka atau masuknya bahan biologis.
ht

i. Agar dapat menggunakan ampoule dengan aman maka gunakan pembuka


ampoule.
j. Menutup kembali jarum suntik, membengkokkan atau melepas jarum dari
Syringe tidak diperbolehkan.
k. Semua benda tajam (misalnya jarum, jarum yang masih ada syringe, pisau
bedah, pecahan kaca) harus dibuang di dalam wadah yang tahan benda tajam
dan diberi tutup yang rapat.
l. Penyebaran bahan biologis harus dicegah :
1. Spesimen dan kultur dibuang di container yang tahan bocor dengan
penutup yang rapat dan aman sebelum dibuang ke dalam container
sampah.
2. Pembuka tabung harus direndam dengan disinfektan.

5 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


3. Permukaan meja tempat bekerja harus didekontaminasi dengan
disinfektan yang tepat saat selesai bekerja dan juga saat ada tumpahan atau
kontaminasi yang terlihat.
4. Memastikan disinfektan yang digunakan efektif terhadap patogen yang
sedang dikerjakan dan disinfektan diberikan waktu kontak yang cukup
dengan bahan yang terkontaminasi agar mempunyai waktu yang cukup
untuk menginaktivasi dengan sempurna.

5. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) mengacu pada


seperangkat peralatan yang dapat dipakai
dan/atau pakaian yang dikenakan oleh personel
untuk memberikan penghalang tambahan

.id
antara individu dengan bahan biologis yang
sedang ditangani, yang secara efektif

go
diharapkan dapat mengendalikan risiko dengan

n.
mengurangi kemungkinan pajanan oleh bahan bs
biologis tersebut. Pemilihan APD paling umum
yang harus digunakan sebagai persyaratan inti
n.

untuk keamanan hayati dijelaskan dalam bagian


a
ka

ini. Pemilihan jenis APD dan penggunaannya


harus melalui penilaian risiko.
ta
us

APD apa pun yang digunakan di laboratorium


p

harus dikenakan dan dilepas dengan benar,


er

untuk mencegah kontaminasi sehingga


//p

personel yang mengenakan harus diberi


s:

pelatihan yang memadai untuk memastikan


tp

APD digunakan dengan benar dan efektif.


ht

Penggunaan APD yang salah, tidak akan


memberikan perlindungan yang dirancang
untuk itu. Ketika kombinasi APD dipakai
Gambar 2 -
bersama-sama, semua komponen harus saling
Tampilan dasar APD
melengkapi sehingga memberi perlindungan
penuh. Dibawah ini adalah APD minimum yang digunakan pada laboratorium yang
menangani spesimen suspek COVID-19 untuk uji diagnostik molekuler dan
serologis, bukan untuk kegiatan propagasi virus :

1. Baju laboratorium harus digunakan didalam laboratorium untuk mencegah


pakaian pribadi dari percikan atau kontaminasi dengan bahan biologis.
Persayaratan baju laboratorium antara lain:
 Baju laboratorium harus lengan panjang dengan karet elastis di bagian
pergelangan tangan,

6 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


 Cukup panjang hingga menutupi lutut,
 Bagian depan solid, kancing atau pengikat digunakan di bagian belakang.
 Baju laboratorium ini hanya digunakan di area laboratorium pada ruang
tertentu
 Bila telah selesai kegiatan baju dimasukkan ke dalam plastik biohazard
untuk diotoklaf dan selanjutnya dimusnahkan (untuk baju sekali pakai) atau
dilakukan pencucian (untuk baju yang reuseable)
 Baju laoratorium tidak digantung atau ditumpuk dengan baju labotarorium
lainnya.

2. Sarung tangan: sarung tangan hanya dipakai sekali dengan ukuran yang sesuai
untuk masing-masing personil. Sebelum menggunakan sarung tangan, harus
diperiksa apakah terdapat kebocoran atau kerusakan. Sarung tangan harus
digunakan selama melakukan pekerjaan atau tanpa sengaja kontak dengan
darah, cairan tubuh atau bahan biologis lainnya. Setelah selesai bekerja, sarung

.id
tangan harus dibuang dan tidak boleh didesinfeksi untuk digunakan kembali,

go
karena paparan desinfektan dan pemakaian yang lama akan mengurangi

n.
integritas sarung tangan dan menurunkan perlindungan bagi pengguna.
bs
Pemilihan jenis sarung tangan juga melalui pertimbangan kesehatan (misalnya
kondisi alergi karena lateks).
a n.

3. Pelindung muka seperti kacamata pengaman, kacamata keselamatan (goggle),


ka

pelindung wajah (face shield) atau perangkat pelindung lain harus dipakai saat
ta

bekerja dengan spesimen COVID-19 untuk melindungi mata dan wajah dari
us

cipratan, benda yang terkontaminasi ataupun radiasi ultraviolet buatan.


p

Pelindung mata dapat digunakan kembali, tetapi harus dibersihkan secara


er

teratur setiap kali digunakan. Apabila jika terjadi cipratan, harus segera
//p

didekontaminasi dengan desinfektan yang tepat.


s:

4. Alas kaki harus dikenakan di laboratorium dan harus dirancang/dipilih agar


tp

dapat meminimalkan kecelakaan terpeleset atau terkilir dan dapat mengurangi


ht

kemungkinan cedera dari kejatuhan benda dan paparan bahan biologis. Alas
kaki khusus (dedicated shoes) digunakan saat bekerja di laboratorium.
Sebaiknya personil tidak menggunakan alas kaki yang nantinya akan dibawa ke
rumah.

5. Pelindung pernafasan umumnya bukan bagian utama dari persyaratan inti


(bila pekerjaan dilakukan dalam BSC yang telah tervalidasi), tetapi penilaian
risiko harus dilakukan untuk menentukan apakah penggunaan pelindung
pernapasan dan jenisnya (surgical mask, N95, atau PAPR), terutama ketika
prosedur yang berpotensi menghasilkan aerosol dan droplet yang dilakukan di
luar BSC, misalnya kegiatan sentrifugasi, menangani spesimen yang bocor dan
prosedur lain yang dapat menyebabkan percikan misalnya memasukan atau
mengeluarkan tabung spesimen dari rotor sentrifus yang mempunyai tutup,

7 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


proses penggerusan, memblender, pengocokan yang kuat dan sonikasi
spesimen serta membuka wadah bertekanan yang mengandung bahan
infeksius.

6. Desain fasilitas

Fitur desain fasilitas yang tercantum di bawah ini adalah persyaratan inti untuk
keselamatan kerja pada semua laboratorium yang menangani bahan biologis.

a. Harus tersedia ruangan yang cukup, dilengkapi dengan wastafel sendiri,


serta akses masuk yang terbatas untuk petugas yang berwenang.
b. Pintu-pintu harus diberi label yang sesuai; dinding, lantai, dan mebel
laboratorium harus berpermukaan licin, mudah dibersihkan, tidak
menyerap cairan serta tahan terhadap bahan kimia serta disinfektan yang

.id
biasa digunakan dalam laboratorium.
c. Tata udara laboratorium, jika ada (termasuk pendingin ruangan, khususnya

go
kipas angin dan ac tipe split – terutama jika pemasangan baru/retrofit), harus

n.
memastikan aliran udara mendukung kerja yang aman. Perlu pertimbangan
bs
atas kecepatan serta arah aliran udara yang dihasilkan, dan turbulensi aliran
udara harus dihindari; ini berlaku juga pada sistem ventilasi alami.
n.

d. Ruang dan fasilitas laboratorium harus memadai dan sesuai untuk


a
ka

penanganan serta penyimpanan yang aman atas bahan-bahan infeksius serta


bahan berbahaya lainnya, seperti bahan kimia dan pelarut.
ta

e. Fasilitas untuk makan dan minum harus disediakan di luar area


us

laboratorium, serta fasilitas pertolongan pertama harus mudah dijangkau.


p

f. Metode yang tepat untuk dekontaminasi limbah, misalnya dengan


er

disinfektan dan otoklaf, harus tersedia di dekat laboratorium.


//p

g. Pengelolaan limbah harus dipertimbangkan dalam desain laboratorium.


s:

Sistem keamanan harus mencakup bahaya kebakaran, keadaan putus listrik


tp

serta fasilitas tanggap darurat, yang sesuai penilaian risiko.


ht

h. Sumber listrik yang memadai dan handal harus tersedia untuk penerangan
darurat agar memastikan orang keluar dengan aman.
i. Situasi darurat harus menjadi pertimbangan dalam perancangan,
sebagaimana disebutkan dalam penilaian risiko lokal, dan harus mencakup
konteks geografis/meteorologis.

Rekomendasi tambahan:

a. Peletakan Biosafety Cabinet (BSC) sebagai perlindungan utama (Primary


Containment) harus diperhatikan karena pergerakan udara disekitar BSC
dapat membahayakan pengguna.

1) BSC biasanya diletakan di ujung ruangan dan jauh dari pintu dan lalu
lalang. Jangan taruh peralatan laboratorium lain di depan BSC; seperti

8 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


kulkas, tempat penyimpanan, bak cuci dan lain-lain yang menyebabkan
lalu lalang di dekat BSC menjadi tinggi.
2) Jangan meletakan BSC berhadapan dengan pintu.
3) Jangan meletakan BSC di dekat AC atau kipas angin.
b. Exhaust fan yang membuang udara dari laboratorium keluar ruangan dapat
ditempatkan di sisi belakang atas BSC atau samping atas BSC. Jika fasilitas
laboratorium menangani virus yang masih hidup sebaiknya menggunakan
HEPA filter sebelum udara di-exhaust keluar.
c. Perhitungan exhaust fan minimum:
Pertukaran udara (ACH) minimum BSL-2 = 8 ~ 12 kali per jam
Perhitungan besar kapasitas exhaust = volume ruangan x pertukaran udara.

Contoh:
Sebuah ruangan lab memiliki panjang ruangan 5 m, lebar ruangan 4 m dan
tinggi plafond 3 m. Pertukaran udara yang ingin dicapai adalah 10 kali per

.id
jam. Jadi kapasitas yang harus dipasang adalah:

go
 Kapasitas fan = 5 m x 4 m x 3 m x 10 /jam = 600 m3 / jam.

n.
 atau sering disebut 600 cmh. bs
Jadi ukuran minimum fan yang harus dipasang adalah 600 cmh.
a n.

d. Gambar 1, 2 dan 3 adalah contoh penempatan BSC dan exhaust yang benar
ka

dan salah:
ta
p us

Exhaust
er
//p

BSC BSC
s:

Ex
tp

hau
st
ht

AC Pintu masuk

AC

Pintu masuk

Gambar 3 – Contoh penempatan BSC yang ideal

9 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Exhaust Exhaust

AC
BSC Pintu masuk BSC

.id
AC

go
n.
bs
Pintu masuk
a n.

Gambar 4 – Contoh penempatan BSC yang salah


ka
ta
p us
er

Exhaust
BSC Pintu masuk BSC
//p
s:
tp
ht

AC

Exhaust
Pintu masuk

Gambar 5 – Contoh penempatan exhaust yang salah

10 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


7. Peralatan laboratorium

Ketika dipergunakan secara efektif sesuai dengan GMPP, penggunaan peralatan


laboratorium secara tepat dan aman akan meminimalisir risiko paparan personel
ketika melakukan kegiatan dengan menggunakan agen-agen biologi.

Berikut adalah daftar peralatan laboratorium yang diperlukan untuk pengujian


COVID-19:

.id
go
n.
bs
a n.
ka
ta

Gambar 6 - Peralatan laboratorium pengujian COVID-19


p us

1. Biosafety Cabinet (BSC) 4. Microcentrifuge


er

2. Real-time PCR 5. Micropipette


//p

3. Otoklaf 6. Ultra-Low Freezer


s:
tp
ht

Note :
Agar peralatan dapat digunakan secara efektif untuk mengurangi risiko,
Manajemen Laboratorium perlu memastikan :
 Tersedianya ruang gerak yang cukup.
 Tersedianya anggaran yang cukup untuk pengoperasian dan pemeliharaan
alat-alat, termasuk alat-alat yang tergabung dalam desain fasilitas, yang mana
spesifikasinya berkaitan dengan faktor keamanan.
 Semua personel yang mengoperasikan atau melakukan pemeliharaan alat-alat
laboratorium harus menerima pelatihan yang tepat dan mampu menunjukkan
keahliannya di bidang tersebut.

11 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Peralatan yang merupakan perlindungan pertama untuk melaksanakan tes COVID-
19 adalah BSC dengan persyaratan minimum Kelas II/A2.

 Untuk memastikan keamanan, BSC perlu divalidasi secara rutin minimal tiap
tahun sekali oleh teknisi yang terlatih dengan alat-alat yang sudah
dikalibrasi.
 Validasi ini perlu rutin dilakukan karena seiring dengan waktu, ada
kemungkinan HEPA Filter mengalami kebuntuan karena debu atau partikel
lain, atau berlubang karena pengaruh panas (Bunsen burner yang dipakai di
dalam kabinet) atau motor yang melemah sehingga aliran udara kurang dari
persyaratan.

Apabila BSC dalam keadaan tidak prima, maka tidak dapat memberikan
perlindungan maksimal untuk pengguna, terutama apabila bekerja dengan agen-
bahan biologis yang berbahaya seperti COVID-19.

.id
go
n.
Note : bs
Prosedur operasi standar (SOP) BSC terlampir.
Dalam panduan covid ini kami hanya membahas tentang validasi BSC karena
n.

merupakan pembatas pertama dan utama untuk peneliti.


a
ka
ta

Berikut adalah panduan untuk validasi BSC :


us

Peralatan yang dibutuhkan :


p
er

1. Thermo Anemometer untuk melakukan pengukuran Downflow dan Inflow


//p

Velocity Test
s:

Pengukuran ini diperlukan untuk memastikan semua aliran udara di dalam


tp

kabinet ada di dalam range yang sudah ditetapkan yaitu :


ht

Downflow Velocity : 0.28 – 0.33 m/detik


Inflow Velocity : 0.50 – 0.56 m/detik

Downflow Velocity dan Inflow Velocity harus diukur pada titik-titik yang
sudah ditetapkan yaitu :
- Downflow Velocity : diukur pada setiap 20 cm pada penampang melintang
dan 15 cm pada penambang membujur, dengan ketinggian 10 cm dari di atas
ketinggian jendela kaca.
- Inflow Velocity : pada ketinggian 38 mm dan tiap 10 cm pada penampang
melintang pada jendela kaca BSC.

Harap dicatat bahwa Inflow Velocity tergantung dengan tinggi kaca jendela yang
dibuka sehingga harus diperhitungkan volume inflow dibagi luas permukaan
akses jendela.

12 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


2. Fotometer untuk melakukan HEPA Filter Leakage Test
Tes dilakukan dengan mengaplikasikan PAO aerosol dengan melalui supply &
exhaust HEPA filter dan melakukan scanning pada downstream di area kerja
dengan menggunakan fotometer.
 Tidak boleh ada PAO aerosol yang terdeteksi, untuk membuktikan bahwa
HEPA filter berfungsi dengan baik untuk menyaring semua partikel.

3. Smoke Tube (tabung asap)


Tabung asap diperlukan untuk memastikan bahwa semua aliran udara di sekitar
bukaan jendela akan diserap ke bagian dalam kabinet.
Udara dari dalam kabinet tidak bisa mengalir keluar dan udara dari luar kabinet
tidak bisa mengalir ke dalam.

4. Lux Meter
Tes dilakukan untuk menguji penerangan di dalam kabinet.

.id
Intensitas penerangan di latar belakang harus < 160 Lux dan intensitas

go
penerangan di dalam kabinet harus lebih besar > 480 Lux dari intensitas latar.

n.
5. Pengecekan alarm visual & audio bs
n.

8. Penerimaan dan penyimpanan


a
ka
ta
p us
er
//p
s:
tp
ht

Penanganan agen biologis yang aman dimulai bahkan sebelum sampel tiba di
laboratorium. Jika tidak dikemas dengan benar, bahan infeksius yang diterima di
laboratorium dapat menimbulkan risiko keselamatan dan keamanan bagi personel
yang menangani. Bab berikut menjelaskan pengendalian yang harus ada saat
menerima, menyimpan, dan menonaktifkan sampel sebagai bagian dari
persyaratan inti untuk keamanan hayati.

13 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


8.1 Penerimaan spesimen COVID-19 di laboratorium

1. Spesimen yang diterima oleh laboratorium harus disertai dengan informasi


yang cukup untuk mengidentifikasi jenis spesimen, kapan dan di mana ia
diambil atau disiapkan, serta prosedur laboratorium apa yang harus dilakukan.
2. Personil yang menerima spesimen adalah personil yang sudah mendapatkan
pelatihan bagaimana menangani bahan biologis.
3. Dilakukan desinfeksi terlebih dahulu pada bagian permukaan kemasan
sebelum dibawa masuk ke laboratorium.
4. Dilakukan pencatatan terhadap informasi yang menyertai spesimen tersebut.
5. Spesimen dimasukkan ke dalam kotak pengaman (Laboratory transfer box)
sebelum dibawa ke ruang laboratorium.
6. Spesimen harus dibuka di dalam Biosafety Cabinet (BSC).
7. Apabila ditemukan spesimen yang rusak seperti pecah atau botol, maka
dilakukan prosedur penanganan insiden dengan menggunakan spill kit dan

.id
desinfektan.

go
8. Setelah spesimen dibuka dan akan dilakukan pengujian, maka segera dilakukan

n.
inaktifasi spesimen dengan lisis buffer yang sesuai.
bs
8.2 Penyimpanan spesimen COVID-19 di laboratorium
a n.
ka

1. Laboratorium harus memiliki prosedur baku terhadap penyimpanan spesimen


COVID-19.
ta

2. Masing masing spesimen COVID-19 tersebut harus memiliki identitas dan


us

ketertelusuran yang jelas selama masa penyimpanan.


p

3. Laboratorium harus menginventarisir semua spesimen COVID-19 yang


er

disimpan dalam tempat penyimpanan spesimen.


//p

4. Laboratorium harus membuat jadwal monitoring penyimpanan spesimen


s:

COVID-19.
tp

5. Laboratorium harus melakukan pengawasan terhadap pengambilan atau


ht

penggunaan spesimen COVID-19 disertai dengan pencatatannya.


6. Laboratorium harus mempunyai prosedur pemusnahan spesimen COVID-19
beserta berita acara pemusnahannya secara berkala jika diperlukan.

8.3 Inaktivasi spesimen

Metode inaktivasi yang digunakan setelah menerima spesimen dan sebelum


mentransfer spesimen ke area lain untuk manipulasi lebih lanjut, (misalnya,
analisis PCR) harus divalidasi dengan tepat.

14 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


9. Pengemasan dan transportasi spesimen

Bagian ini membahas persyaratan pengendalian untuk penanganan bahan biologis


dari fasilitas asal sebelum mencapai laboratorium.

9.1 Persiapan spesimen COVID-19

1. Sebelum ditransportasikan spesimen harus dilengkapi dengan informasi yang


cukup untuk mengidentifikasi spesimen, di mana dan kapan spesimen tersebut
diambil dan metode pengujian yang diinginkan.
2. Spesimen COVID-19 dikemas dengan menggunakan tiga lapis kemasan (triple
packaging) seperti pada Gambar 4 yang terdiri dari:
a) Kemasan primer, yaitu kemasan anti bocor yang berisi spesimen, dan
dikemas dengan menggunakan bahan penyerap yang dapat menyerap

.id
cairan ketika terjadi kerusakan atau kebocoran selama perjalanan;
b) Kemasa sekunder, yaitu kemasan tahan lama, kedap air, anti bocor untuk

go
melindungi kemasan primer. Beberapa kemasan primer dapat ditempatkan

n.
dalam satu kemasan sekunder; bs
c) Kemasan terluar, yaitu tempat meletakkan kemasan sekunder. Kemasan
terluar melindungi isi yang ada didalamnya dari kerusakan fisik selama
n.

dalam perjalanan.
a
ka
ta
p us
er
//p
s:
tp
ht

Gambar 7 - Kemasan pengiriman spesimen

3. Setelah spesimen COVID-19 dikemas, maka selanjutnya diberikan informasi


dan label yang dibutuhkan seperti:
a) Nama dan alamat jelas pengirim.
b) Nama dan alamat jelas penerima.

15 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


c) Nomor telepon orang yang bertanggung jawab terhadap spesimen
COVID-19 tersebut.
d) Suhu spesimen yang dianjurkan selama perjalanan.
e) Jika menggunakan dry ice, nitrogen cair, maka perlu dicantumkan jenis
pendingin dan volume yang digunakan.
4. Kemasan spesimen COVID-19 diberikan tanda sebagai berikut:
a) Label biohazard seperti pada gambar 2.
b) Label khusus harus ditempelkan di luar setiap paket untuk semua
barang berbahaya yang akan dikirim.

Nama Label: Substansi Biologi


Minimum dimensi:50x50 mm
Jumlah label setiap kemasan 1

.id
Warna: Hitam putih

go
n.
bs
a n.

Gambar 8 - Label spesimen insfeksius kategori B


ka
ta

c) Spesimen pasien harus dilakukan tatalaksana sebagai UN3373,


us

"Substansi Biologis, Kategori B", ketika akan diangkut/ ditransportasikan


dengan tujuan diagnostik atau investigasi.
p
er

9.2 Pra transportasi


//p
s:

1. Penanggung jawab pengirim spesimen harus meyakinkan bahwa klasifikasi,


tp

pengemasan, pelabelan dan dokumen pengiriman spesimen COVID-19.


ht

2. Harus ada komunikasi dan koordinasi yang baik antara pengirim, ekspedisi dan
penerima spesimen untuk menjamin keamanan spesimen sampai spesimen
tersebut diterima di laboratorium dalam kondisi yang baik.
3. Pengirim, ekspedisi spesifik dan penerima spesimen masing-masing memiliki
tanggung jawab spesifik dalam kesuksesan pengiriman spesimen COVID-19.
4. Pengirim harus menyiapkan dokumen pengiriman dan dokumen perijinan jika
ada. Menjamin bahwa pengiriman spesimen COVID-19 dengan menggunakan
transportasi langsung jika memungkinkan. Pengirim mengomunikasikan
perkiraan waktu tiba di laboratorium untuk spesimen COVID-19.
5. Untuk ekspedisi memberikan saran kepada pengirim mengenai dokumen yang
dipersyaratkan, pengemasan yang benar dan mengatur pengiriman langsung
serta mendokumentasikan dokumen pengiriman.
6. Spesimen itu yang dikirim ke laboratorium selama perjalanan mencapai suhu
pada 2-8 °C.

16 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


7. Ketika ada kemungkinan keterlambatan spesimen mencapai laboratorium,
maka penggunaan media transport sangat dianjurkan.
8. Untuk pengiriman spesimen dari lokasi yang jauh maka spesimen dapat
dibekukan pada suhu –20 °C atau idealnya -70 °C dan dikirim dengan
menggunakan dry ice.
9. Penerima harus mencatat kapan spesimen akan diterima serta menandatangani
tanda terima spesimen ketika tiba di laboratorium.

9.3 Masa transportasi

1. Selama masa transportasi, spesimen COVID-19 harus ditangani oleh personil


yang sudah memperoleh pelatihan.
2. Hindari pencairan (Thawing) spesimen berkali kali selama dalam perjalanan.
3. Apabila ditemukan kerusakan atau kebocoran pada kemasan selama masa
transportasi, maka prosedur pembersihan (clean up) menggunakan spill kit dan

.id
dilaksanakan oleh petugas yang terlatih.

go
4. Kejadian tersebut harus dilaporkan kepada orang yang bertanggung jawab

n.
terhadap pengiriman spesimen COVID-19 tersebut.
bs
5. Kejadian tersebut harus didokumentasikan dan dicatat oleh petugas ekspedisi.
n.

10. Dekontaminasi dan pengolahan limbah


a
ka
ta

10.1 Dekontaminasi menggunakan bahan kimia


us

Walaupun masih sedikit informasi yang diketahui tentang virus SARS-CoV-2 ini,
p
er

namun mengingat karakteristik genetiknya yang mirip dengan SARS-CoV dan


MERS-CoV menunjukkan bahwa virus kemungkinan juga rentan terhadap
//p

disinfektan yang memiliki aktivitas melawan virus berselubung (envelope virus).


s:

Bahan disinfektan tersebut antara lain:


tp

1. Natrium hipoklorit (larutan pemutih) 1.000 ppm (0,1%) untuk disinfeksi


ht

permukaan umum dan 10.000 ppm (1%) untuk disinfeksi tumpahan cairan
yang mengandung virus (misalnya darah, cairan tubuh).
2. Etanol 62-71%.
3. Hidrogen peroksida 0,5%.
4. Senyawa amonium kuaterner dan senyawa fenolik, digunakan sesuai dengan
rekomendasi pabrik.
5. Zat biosidal lain seperti 0,05-0,2% benzalkonium klorida atau 0,02%
klorheksidin diglukonat (kurang efektif).

Setiap permukaan atau bahan yang diketahui, atau berpotensi terkontaminasi oleh
bahan biologis selama pekerjaan laboratorium harus didisinfeksi dengan benar
untuk mengendalikan risiko infeksi. Biosafety Cabinet harus didekontaminasi
sebelum dan sesudah bekerja. Perlu diperhatikan juga pemilihan desinfektan yang
tepat, waktu kontak (misalnya 10 menit), pengenceran (konsentrasi bahan aktif),

17 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


masa kedaluwarsa desinfektant yang sudah diencerkan untuk siap dipakai
(memberi tanggal pembuatan larutan desinfektan). Cuci tangan harus dilakukan
sebelum dan setelah bekerja. Dekontaminasi ruangan dapat dilakukan dengan
fumigasi seperti gas hydrogen peroxidase (VHP) atau formaldehyde.

10.2 Otoklaf

Semua limbah atau bahan yang terkontaminasi harus diidentifikasi dan dipisahkan
sebelum didekontaminasi atau dibuang. Limbah benda tajam harus ditempatkan
pada wadah anti bocor untuk proses dekontaminasi menggunakan otoklaf.
Demikian pula limbah padat harus didekontaminasi dengan otoklaf sebelum
dibuang.

Bila digunakan dengan benar, dekontaminasi dengan otoklaf adalah cara yang
paling efektif dan dapat diandalkan untuk mensterilkan bahan-bahan laboratorium

.id
serta mendekontaminasi limbah padat. Otoklaf menggunakan suhu tinggi (misal

go
121°C, 134°C) diaplikasikan sebagai panas lembab (uap) di bawah tekanan untuk

n.
membunuh mikroorganisme. Diperlukan suhu yang cukup tinggi oleh karena,
bs
walaupun sebagian besar agen biologi infeksius terbunuh oleh pemanasan pada
suhu 100 °C, beberapa di antaranya agen infeksius tahan panas (seperti spora) yang
n.

tidak dapat dibunuh pada suhu ini. Penggunaan otoklaf dengan suhu dan tekanan
a
ka

yang lebih tinggi dan dipertahankan untuk periode waktu yang cukup dapat
berfungsi untuk inaktivasi spora.
ta
us

Berbagai jenis bahan limbah memerlukan siklus operasi yang berbeda untuk
p

mencapai suhu inaktivasi yang tepat. Oleh karena itu, otoklaf laboratorium harus
er

dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan seperti penggunaan yang


//p

dimaksudkan serta jenis dan jumlah limbah yang akan dinonaktifkan.


s:

Efektivitasnya untuk siklus tertentu yang akan digunakan harus divalidasi secara
tp

rutin.
ht

Jika dekontaminasi tidak dapat dilakukan di area laboratorium atau di tempat yang
terkontaminasi, limbah yang terkontaminasi harus dikemas dengan cara yang
benar yaitu ditempatkan pada wadah anti bocor untuk dibawa ke tempat yang
memiliki proses dekontaminasi (misalnya menggunakan jasa pihak ke tiga).

11. Rencana tanggap darurat

Walaupun berkerja dengan agen infeksius berisiko rendah sekalipun dengan


mengikuti semua prosedur penting terkait keselamatan, insiden tetap bisa terjadi.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pajanan dari agen infeksius yang
terlepas atau untuk mengurangi konsekuensi dari insiden tersebut, rencana
tanggap darurat harus dikembangkan. Tujuan dari rencana tanggap darurat agar
bisa melengkapi pedoman operasional baku yang harus diikuti di setiap

18 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


kemungkinan skenario keadaan darurat dan berlaku pada pekerjaan dan
lingkungan di sekitarnya. Selain itu, personel harus mendapat pelatihan untuk
prosedur tersebut dan dilakukan pelatihan berkala untuk mempertahankan
kompetensinya.

Kotak P3K, termasuk pasokan kebutuhan medis, seperti botol untuk mencuci mata
dan sabun antiseptik untuk mencuci luka, plester harus disediakan dan mudah
dijangkau bagi personel. Pasokan ini harus dicek rutin untuk memastikan bahwa
pasokan ini masih dalam masa berlaku dan disediakan dengan jumlah yang cukup.

Semua insiden harus dilaporkan kepada penanggungjawab fasilitas, petugas K3


(Kesehatan dan Keselamatan Kerja) atau Biosafety Officer tepat waktu. Laporan
tertulis dari kecelakaan maupun insiden harus direkam dan dipertahankan, sesuai
dengan peraturan nasional yang berlaku. Semua insiden harus dilaporkan dan
diinvestigasi tepat waktu, sehingga dapat dikembangkan tindakan korektif dan

.id
langkah-langkah pencegahan dikemudian hari serta memperbaiki rencana tanggap
darurat.

go
n.
Spill kit, termasuk disinfektan, harus mudah dijangkau personel. Tergantung dari
bs
ukuran, lokasi, konsentrasi dan volume dari tumpahan, diperlukan protokol yang
berbeda dalam menangani tumpahan. Prosedur tertulis untuk membersihkan dan
n.

dekontaminasi tumpahan harus dibuat di laboratorium dan diikuti oleh personel


a

yang sudah dilatih.


ka
ta

12. Kesehatan kerja


p us

Institusi laboratorium melalui manajer puncak harus bertanggungjawab dan


er

memastikan kesehatan personel di laboratorium diperiksa secara rutin dan


//p

didokumentasikan.
s:
tp

Pemeriksaan medis atau informasi status kesehatan personel laboratorium dapat


ht

diminta untuk memastikan bahwa mereka aman untuk bekerja di laboratorium.

19 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


.id
go
n.
bs
a n.
ka
ta
us

LAMPIRAN
p
er
//p
s:
tp
ht

20 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Lampiran A
(informatif)
Formulir Penilaian Risiko

FORMULIR PENILAIAN RISIKO

 DATA INSTITUSI

Nama Institusi

Nama Laboratorium

Penanggungjawab Laboratorium

.id
Judul Aktivitas Pemeriksaan molekuler realtime PCR
untuk sampel suspek COVID-19 (tidak

go
untuk propagasi virus).

n.
Tanggal
bs
a n.
ka

 IDENTIFIKASI BAHAYA
ta

Klasifikasi Kelompok Risiko Berdasarkan NIH


p us

Agen yang tidak menyebabkan penyakit pada manusia


er

Kelompok Risiko 1 dewasa sehat


//p
s:
tp

Agen menyebabkan penyakit pada manusia dan jarang


ht

berakibat fatal. Tersedia tindakan preventif dan


Kelompok Risiko 2 pengobatan untuk penyakit ini. Penularan melaui cidera
perkutan (permukaan kulit), tertelan, pajanan membran
mukosa

Agen yang menyebabkan penyakit yang serius dan


mematikan pada manusia. Tindakan preventif dan
Kelompok Risiko 3 terapetik bisa ada atau tidak ada. Risiko terhadap
individu tinggi dan komunitas, rendah potensi
penyebaran melalui aerosol.

21 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Agen menyebabkan penyakit yang serius pada manusia.
Tindakan preventif dan terapetik biasanya tidak tersedia.

Kelompok Risiko 4 Risiko terhadap individu tinggi dan risiko terhadap


komunitas tinggi. Infeksi lab melalui aerosol; atau agen
terkait, yang memiliki risiko penyebaran yang tidak
diketahui

2a. Identifikasi Agen Patogen

Nama Agen
1

Kelompok Risiko

.id
2

go
Dosis Penularan (optional)
3

n.
Sumber Penularan bs
4
n.
Jalur Penularan
5
a
ka

Sensitivitas terhadap disinfektan/fisik


6
ta
us

2b. Langkah Mitigasi terkait Patogen


p
er

1. Alat Pelindung Diri


//p

2. Pengendalian Administrasi
s:
tp

2.1. Kesehatan Personel


ht

2.2. Teknik Mikrobiologi yang Benar

2.3. Penanganan Limbah

2.4. Persyaratan Pelatihan

3. Pengendalian Teknik

3.1. Peralatan Keselamatan

3.2. Fasilitas Laboratorium

4. Tanggap Darurat

22 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


 EVALUASI RISIKO

3a. Kemungkinan/Probabilitas

Tidak mungkin (walaupun bisa) terjadi selama beroperasi


Unlikely
mengikuti standar

Kemungkinan sesekali terjadi selama beroperasi mengikuti


Possible
standar

Kemungkinan sering terjadi selama beroperasi mengikuti


Likely
standar

3b. Konsekuensi

.id
Menyebabkan cedera ringan yang memerlukan

go
pertolongan pertama di tempat dan individu dapat segera

n.
Negligible kembali bekerja atau beraktivitas (mis. luka kecil/abrasi).
bs
Insiden hanya membutuhkan penundaan kerja minimal
n.
dan tidak ada kerugian/kerusakan secara finansial
a
ka

Menyebabkan cedera parah, sakit ringan atau cacat


permanen, yang membutuhkan bantuan medis dan
ta

Moderate penundaan pekerjaan dari beberapa sampai penghentian.


us

Kerugian/kerusakan secara finansial bervariasi dari minor


p

sampai mayor
er
//p

Menyebabkan sakit/cacat permanen sampai dengan


s:

Severe kematian. Kerugian/kerusakan secara finansial sangat


berat dan tidak bisa dipulihkan
tp
ht

3c. Matriks Risiko

Kemungkinan Terpajan/terlepas

Unlikely Possible Likely

Konsekuensi jika Severe Sangat


Medium Tinggi
terpajan/terlepas Tinggi

Moderate Rendah Medium Tinggi

Negligible Sangat
Rendah Medium
Rendah

23 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


3d. Hasil Evaluasi Risiko Awal

Aktivitas Identifikasi Kemungkinan Konsekuensi Hasil


Laboratorium Risiko Terpajan jika terpajan Matriks
Risiko

 LANGKAH MITIGASI

.id
go
Aktivitas Mitigasi Matriks Risiko Apakah Residual Apakah langkah-

n.
Laboratorium setelah Risk diatas risiko
bs langkah mitigasi
Mitigasi yang dapat tersedia, efektif
n.
(Residual Risk) ditoleransi dan
a

berkesinambungan
ka
ta
p us
er
//p
s:
tp

 PERSETUJUAN BERDASARKAN HASIL PENILAIAN RISIKO


ht

Pekerjaan dapat dilanjutkan


berdasarkan penilaian risiko
 ya  tidak
dan mitigasi diatas

Disetujui oleh
(nama dan jabatan)

Tandatangan

Tanggal

24 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Lampiran B
(informatif)
Contoh Penilaian Risiko

 DATA INSTITUSI

Nama Institusi

Nama Laboratorium

Penanggungjawab Laboratorium

Judul Aktivitas Pemeriksaan molekuler realtime PCR


untuk spesimen suspek COVID-19 (tidak

.id
untuk propagasi virus)

go
Tanggal

n.
bs
 IDENTIFIKASI BAHAYA
a n.

Klasifikasi Kelompok Risiko Berdasarkan NIH


ka
ta

Agen yang tidak menyebabkan penyakit pada manusia


Kelompok Risiko 1
us

dewasa sehat
p

Agen menyebabkan penyakit pada manusia dan jarang


Kelompok Risiko 2
er

berakibat fatal. Tersedia tindakan preventif dan


//p

pengobatan untuk penyakit ini. Penularan melaui cidera


s:

perkutan (permukaan kulit), tertelan, pajanan membran


mukosa
tp
ht

Kelompok Risiko 3 Agen yang menyebabkan penyakit yang serius dan


mematikan pada manusia. Tindakan preventif dan
terapetik bisa ada atau tidak ada. Risiko terhadap
individu tinggi dan komunitas rendah.
Potensi penyebaran melalui aerosol

Kelompok Risiko 4 Agen menyebabkan penyakit yang serius pada manusia.


Tindakan preventif dan terapetik biasanya tidak
tersedia.
Risiko terhadap individu tinggi dan risiko terhadap
komunitas tinggi. Infeksi lab melalui aerosol; atau agen
terkait, yang memiliki risiko penyebaran yang tidak
diketahui

25 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


2a. Identifikasi Agen Patogen

1 Nama Agen SARS-CoV-2

2 Kelompok Risiko Risk Group 3 (berdasarkan Canada)

3 Dosis Penularan (optional) Belum diketahui

4 Sumber Penularan Cairan saluran pernafasan

5 Jalur Penularan Droplet langsung ke mulut, hidung dan


mata atau permukaan terkontaminasi
terpegang tangan dan menyentuh
mulut, hidung dan mata

.id
6 Sensitivitas terhadap Mengikuti pedoman WHO:
disinfektan/fisik

go
1. Sodium hypochlorite (bleach)
1000 ppm (0.1%) untuk

n.
dekontaminasi permukaan
bs
2. Sodium hypochlorite (bleach)
n.

10000 ppm (1%) untuk


a
ka

dekontaminasi limbah cair dan


tumpahan
ta
us

3. Ethanol 70% untuk


dekontaminasi permukaan
p
er

4. 0.5% hydrogen peroksida


//p

(yang lain dapat dilihat pada bab


s:

disinfektan pada panduan ini)


tp
ht

2b. Langkah Mitigasi terkait Patogen

1. Baju laboratorium water-resistant,


1. Alat Pelindung Diri
lengan panjang dengan dengan
manset dipergelangan tangan
2. Sarung-tangan dobel (double gloves)
3. Kacamata keselamatan dan
pelindung wajah
4. Masker kesehatan jika dikerjakan
dalam Biosafety Cabinet; jika diluar
BSC harus mengenakan respirator

26 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


(N95 atau PAPRs)
5. Jika mengenakan baju lab yang
dipakai ulang, tidak boleh digantung
harus diotoklaf dan dicuci setiap hari

2. Pengendalian Administrasi

2.1. Kesehatan Personel Sehat

Good Microbiological Practice dan


2.2. Teknik Mikrobiologi yang
Procedure (GMPP) berdasarkan “core
Benar
requirement” dari WHO Laboratory

.id
Biosafety Manual Edisi 4

go
1. Semua sampah padat dimasukkan
2.3. Penanganan Limbah

n.
dalam kantong otoklaf tahan bocor
bs
dan di-otoklaf sebelum
dimusnahkan dengan incinerator
a n.

2. Untuk baju laboratorium yang


ka

dipakai ulang, harus di-otoklaf


ta

dahulu sebelum dicuci


us

3. Limbah cair didekontaminasi


p

dengan cairan disinfektan diatas


er
//p

Personil terlatih dan familiar dengan


2.4. Persyaratan Pelatihan
GMPP
s:
tp

3. Pengendalian Teknik
ht

1. Biosafety Cabinet Kelas II yang


3.1. Peralatan Keselamatan
tervalidasi untuk prosesing awal
sebelum diinaktivasi dengan buffer
lisis
2. Kontainer Bioaerosol jika ada
tahapan sentrifugasi spesimen yang
belum diinaktivasi

3.2. Fasilitas Laboratorium Biosafety Level-2

27 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


1. P3K
4. Tanggap Darurat
2. Eye-washes jika ada cipratan
3. Spill kit biologi untuk menangani
tumpahan didalam BSC maupun
diluar
4. Semua kecelakaan harus dilaporkan
kepada kepala laboratorium atau
Biosafety Officer/K3

 EVALUASI RISIKO

3a. Kemungkinan/Probabilitas

.id
Unlikely Tidak mungkin (walaupun bisa) terjadi selama berooperasi

go
mengikuti standar

n.
Possible
bs
Kemungkinan sesekali terjadi selama beroperasi mengikuti
standar
a n.
ka

Likely Kemungkinan sering terjadi selama beroperasi mengikuti


standar
ta
us

3b. Konsekuensi
p
er

Menyebabkan cedera ringan yang memerlukan


//p

Negligible
pertolongan pertama di tempat dan individu dapat segera
s:

kembali bekerja atau beraktivitas (mis. luka kecil/abrasi).


tp

Insiden hanya membutuhkan penundaan kerja minimal


ht

dan tidak ada kerugian/kerusakan secara finansial

Moderate Menyebabkan cedera parah, sakit ringan atau cacat


permanen, yang membutuhkan bantuan medis dan
penundaan pekerjaan dari beberapa sampai penghentian.
Kerugian/kerusakan secara finansial bervariasi dari minor
sampai mayor

Severe Menyebabkan sakit/cacat permanen sampai dengan


kematian. Kerugian/kerusakan secara finansial sangat
berat dan tidak bisa dipulihkan

28 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


3c. Matriks Risiko

Kemungkinan Terpajan/terlepas

Unlikely Possible Likely

Konsekuensi jika Severe Medium Tinggi Sangat Tinggi


terpajan/terlepas
Moderate Rendah Medium Tinggi

Negligible Sangat
Rendah Medium
Rendah

3d. Hasil Evaluasi Risiko Awal

.id
Aktivitas Identifikasi Risiko Kemungkinan Konsekuensi Hasil

go
Laboratorium Terpajan jika terpajan Matriks

n.
bs Risiko

Menerima Kontak dengan Possible Moderate Medium


n.

spesimen kurir
a
ka

Membawa Spesimen jatuh dan Possible Moderate Medium


ta

spesimen (belum tumpah


us

diinaktivasi) ke
p

laboratorium
er
//p

Membuka Terpajan Possible Moderate Medium


spesimen belum cipratan/aerosol
s:

diinaktivasi material infected


tp
ht

Memasukkan Terpajan Possible Moderate Medium


buffer lisis ke cipratan/aerosol
spesimen yang material infected
belum
diinaktivasi

Proses Ekstraksi RNA (virus sudah diinaktivasi)

1. Ekstraksi Cipratan/tumpahan Unlikely Negligible Sangat


bahan kimia, luka Rendah
tergores pipet

29 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


2. Sentrifugasi Tabung pecah, Unlikely Negligible Sangat
pajanan bahan Rendah
kimia atau goresan
tabung

Proses Pengerjaan realtime PCR

1. Persiapan Tergores pipet tips Unlikely Negligible Sangat


reagensia Rendah

2. Memasukkan Tergores pipet tips Unlikely Negligible Sangat


template RNA Rendah

3. Menggunakan Sengatan listrik Unlikely Negligible Sangat


mesin PCR Rendah

.id
go
 LANGKAH MITIGASI

n.
bs
Apakah
n.

Matriks langkah-
Apakah
a

Risiko langkah
ka

Residual Risk
Aktivitas setelah mitigasi
Mitigasi diatas risiko
ta

Laboratorium mitigasi tersedia,


yang dapat
us

(Residual efektif dan


ditoleransi
Risk) berkesinam
p
er

bungan
//p

Menerima 1. Tabung spesimen Unlikely Ya (harus diisi


s:

spesimen harus dimasukkan dan sendiri oleh


tp

ke dalam kantong Moderate institusi


ht

plastik jadi bersangkuta


matriks n)
2. Jika memungkinkan
risiko
spesimen diterima di
menjadi
area penerimaan
spesimen bukan di
Rendah
area publik
3. Petugas
mengenakan sarung
tangan dan masker
(jika
memungkinkan)

30 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Membawa 1. Spesimen harus Unlikely Ya
spesimen dibawa dalam dan
(belum secondary Moderate
diinaktivasi) container jadi
ke matriks
2. Petugas
laboratorium risiko
mengenakan
menjadi
sarung tangan dan
face shield Rendah

Membuka 1. Dilakukan dalam Unlikely Ya


spesimen biosafety cabinet dan
belum yang tervalidasi Moderate
diinaktivasi dengan jadi

.id
menggunakan matriks

go
teknik GMPP risiko
menjadi

n.
2. Mengenakan APD
yang disarankan
Rendah
bs
diatas
an.
ka

Memasukkan 1. Dilakukan dalam Unlikely Ya


ta

buffer lisis ke biosafety cabinet dan


us

spesimen yang tervalidasi Moderate


p

yang belum dengan jadi


er

diinaktivasi menggunakan matriks


//p

teknik GMPP risiko


s:

menjadi
2. mengenakan APD
tp

yang disarankan
Rendah
ht

diatas

Ekstraksi 1. Membuang semua Sangat Ya


benda tajam dalam Rendah
container benda
tajam
2. Membaca
Material Safety
Data Sheet dari
Bahan kimia yang
digunakan

31 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


3. Mengenakan APD
yang disarankan
diatas

Sentrifugasi 1. menunggu Sangat Ya


sentrifus berhenti Rendah
sebelum membuka
2. jika ada pecahan
diambil dengan
pinset
3. Sentrifus
didekontaminasi
dengan cairan

.id
disinfektan

go
4. Membaca Material

n.
Safety Data Sheet bs
dari bahan kimia
yang digunakan
a n.

5. Mengenakan APD
ka

yang disarankan
ta

diatas
us

Persiapan 1. Membuang semua Sangat Ya


p
er

reagensia benda tajam dalam Rendah


container benda
//p

tajam
s:

2. Membaca
tp

Material Safety
ht

Data Sheet dari


Bahan kimia yang
digunakan
3. Mengenakan APD
BSL-2 ditambah
kacamata
keselamatan
untuk bahan kimia

Memasukkan 1. Membuang semua Sangat Ya


template benda tajam dalam Rendah
RNA container benda
tajam

32 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


2. Mengenakan APD
BSL-2 ditambah
kacamata
keselamatan
untuk bahan kimia

Menggunaka 1. Menerapkan Sangat Ya


n mesin PCR prinsip Rendah
keselamatan
umum
2. Mengenakan APD
BSL-2

.id
 Persetujuan berdasarkan hasil Penilaian Risiko

go
n.
Pekerjaan dapat dilanjutkan bs
berdasarkan penilaian risiko
 ya  tidak
n.
dan mitigasi diatas
a

Disetujui oleh
ka

(nama dan jabatan)


ta

Tandatangan
p us

Tanggal
er
//p
s:
tp
ht

33 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Lampiran C
(informatif)
Prosedur Operasi Standar Penggunaan BSC

C.1 Permulaan

1. Nyalakan blower dan lampu kabinet dan periksa udara masuk dan keluar dari
kabinet, untuk memastikan udara tidak terhalang.
2. Sistem kontrol aliran udara elektronik akan secara otomatis mengontrol aliran
udara ke set point tertentu.

C.2 Prosedur pembersihan

Membersihkan kabinet adalah fungsi penting dalam hal penahanan dan sterilitas.
Menggunakan prosedur berikut untuk membersihkan secara efektif atau

.id
mendisinfeksi permukaan permukaan zona kerja kabinet.

go
n.
1. Naikkan jendela geser ke posisi terbuka penuh, jika diinginkan.
2. Tekan tombol pembersihan pada panel kontrol depan untuk mematikan alarm
bs
selama proses pembersihan.
n.

3. Terapkan solusi disinfektan yang sesuai ke permukaan kabinet. Sebagian besar


a

disinfektan permukaan memerlukan waktu kontak khusus tergantung pada


ka

agen mikrobiologis yang digunakan dalam kabinet. Konsultasikan dokumentasi


ta

desinfektan yang disarankan untuk aplikasi yang tepat dan pencegahan


us

keselamatan. Desinfektan yang mengandung chlorid dan halogen akan


p

menyebabkan kerusakan ke permukaan stainless steel jika diaplikasikan pada


er

periode waktu yang lama.


//p

4. Setelah waktu kontak yang ditentukan, bersihkan desinfektan berlebih. jika


penggunaan disinfektan mengandung chlorid atau halogen, re-wipe semua
s:

permukaan dengan 70% alkohol atau agrona anti-mikroba yang sederhana


tp

untuk mencegah kerusakan permukaan stainless steel.


ht

C.3 Prosedur penggunaan

1. Peralatan dan material yang akan digunakan ditempatkan ke dalam kabinet.


2. Bahan-bahan harus disusun sedemikian rupa sehingga antara yang bersih dan
kotor (bekas), dan bahan-bahan virus terpisah dengan baik.
3. Transfer material yang layak harus dilakukan sedalam mungkin ke dalam
kabinet (menjauh dari permukaan terbuka).
4. Teknisi yang melakukan pekerjaan dianjurkan untuk mengenakan APD (Alat
Pelindung Diri) dan sarung tangan karet. Ini akan meminimalkan terpaparnya
kulit ke area kerja dan sekaligus melindungi tangan dan lengan dari
kontaminasi agen atau virus. Paling tidak, tangan dan lengan harus dicuci
dengan baik dengan sabun pembasmi kuman sebelum dan sesudah bekerja di
kabinet.

34 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


5. Setelah menyelesaikan pekerjaan, biarkan kabinet berjalan selama 2-3 menit
tanpa aktivitas personel untuk membersihkan kabinet. Desinfeksi permukaan
interior harus diulang setelah menghilangkan semua bahan, kultur, peralatan,
dll. Pemeriksaan yang cermat terhadap cipratan dan tumpahan yang dapat
mendukung pertumbuhan jamur sehingga mencemari lingkungan kerja harus
dilakukan.
6. Matikan blower dan lampu. Jangan gunakan kabinet sebagai tempat
penyimpanan peralatan laboratorium berlebih selama periode non-operasi. Jika
agen antineoplastic sedang dipersiapkan di kabinet, disarankan untuk
membiarkan kabinet beroperasi 24 jam per hari. Ini mengurangi kemungkinan
kontaminan dapat keluar.

.id
go
n.
bs
a n.
ka
ta
p us
er
//p
s:
tp
ht

35 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Lampiran D
(informatif)
Prosedur Validasi BSC

D.1 Prosedur validasi BSC

 Tujuan
untuk menetapkan prosedur pengujian dalam melakukan validasi terhadap
biological safety cabinet.

 Lingkup
prosedur ini berlaku untuk validasi terhadap biological safety cabinet.

 Tanggung jawab

.id
personil pengujian yang ditunjuk oleh institusi akan bertanggung jawab

go
untuk memastikan prosedur ini dipenuhi.

n.
 Langkah-langkah prosedur
bs
Prosedur pengujian merujuk ke metode uji NSF49, terdiri dari:
n.

 Downflow Velocity Profile – Profil kecepatan turunnya aliran udara


a

 Inflow Velocity – Kecepatan udara masuk


ka

 HEPA Filter, Housing and Frame Leak – Kebocoran rumah dan


ta

bingkai HEPA Filter


us

 Airflow Smoke Pattern – Pola asap aliran udara


p

 Site Installation – Pemasangan di lapangan


er

 Light Intensity – Intensitas cahaya


//p

 Noise Level – Tingkat kebisingan


s:

Lihat contoh format validasi untuk detail prosedur pengujian dan kriteria
dibawah ini.
tp
ht

 Rujukan
NSF/ANSI 49: Biosafety Cabinetry Certification.

 Rekam hasil uji

JUDUL FORMULIR NO FORMULIR


NA. NA.

36 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


D.2 Contoh formulir validasi BSC

 DATA PERALATAN

Nama Institusi

Nama Laboratorium

Penanggungjawab Laboratorium

Judul Aktivitas Pemeriksaan molekuler realtime PCR untuk


spesimen suspek COVID-19 (tidak untuk
propagasi virus).

.id
No. Dokumen:

go
No. Revisi

n.
Tanggal Pengujian
bs
a n.

 DOWNFLOW VELOCITY PROFILE


ka
ta

Tujuan Untuk mengukur kecepatan aliran udara ke permukaan kerja melalui


us

filter udara supply.


p
er

Alat Ukur Instrumen: merek* Airflow Anemometer


//p

No. Model: ________________________


s:

No. Seri: ________________________


tp

Masa Berlaku: ________________________


ht

Prosedur 1. Jalankan unit dalam mode kerja selama + 20 menit.


2. Sisipkan anemometer ke dalam dudukannya, sambil atur
posisi ketinggiannya pada 10 cm di atas tepi bawah selempang
yang berada dalam posisi kerja.
3. Rekam hasil ukuran pada bidang 10 cm dia atas tepi
selempang bawah yang berada dalam posisi kerja, dengan
pola grid dari pelat data di unit atau gunakan grid yang
ditentukan tidak melebihi 15 cm x 15 cm.

37 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Data Hasil
Back (inch) 6 11.88 17.76 23.64 29.52 35.4 41.28
Uji Left (inch)
6 65 65 62 63 62 64 62
11.65 63 62 64 61 64 63 62
17.3 64 64 61 65 62 62 63

Average Velocity : 63 fpm


Min velocity : 61 fpm
Max velocity : 65 fpm
Min allowable velocity : 47 fpm

KRITERIA 1. Average downflow velocity = 58 fpm ~ 68 fpm


LOLOS 2. All individual velocities = The individual point reading that
do not vary more than +/- 25% or 16fpm, whichever is greater,
from the average downflow velocity.

.id
go
n.
MEMENUHI Kriteria terpenuhi merujuk pada NSF 49:
bs
KRITERIA Ya Tidak
a n.
ka

 *INFLOW VELOCITY-CONSTRICTED WINDOW METHOD


ta
us

Tujuan Mengukur kecepatan aliran udara yang masuk ke permukaan kerja


di beberapa titik pada kondisi bukaan selempang terbatas.
p
er

Alat Ukur Instrumen: merek* Airflow Anemometer


//p

No. Model: ________________________


s:
tp

No. Seri: ________________________


ht

Masa Berlaku: ________________________

Prosedur 1. Turunkan bidang jendela hingga 7,5 cm dari permukaan.


2. Hidupkan sistem blower sealam + 20 menit.
3. Letakkan anemometer di tengah jendela di ketinggian 3,75
cm.
4. Ikuti pola grid dari pelat data pada unit atau menggunakan
pola grid dimulai dari 10 cm dari tepi kiri dalam dinding,
dan rekam ukuran yang di ambil setiap 15 cm.
5. Buat rata-rata ukuran yang direkam dan ukur inflow
velocity nya.

38 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Data Hasil Left/ 4 9.9 15.9 21.7 27.6 33.5 39.4
Uji Height (inch)

1.5 352 349 355 348 352 351 352

No. of reading : 7
Average Inflow Velocities @ 3 inches opening : 351 fpm
2
3 inch Window Acess Area : 0.985 ft
8 inch Window Access Area : 3.285 ft 2
Inflow Velocity : 104 fpm
(inflow velocity=velocity@3inch * K *0.985 / 3.285)
K = 0.9918

KRITERIA Access opening Inflow Velocity: 100 fpm to 110 fpm.


LOLOS

MEMENUHI Kriteria terpenuhi merujuk pada NSF 49:

.id
KRITERIA Ya Tidak

go
n.
 HEPA FILTER, HOUSING AND FRAME TEST LEAK bs
n.

Tujuan Menentukan integritas filter pada downflow dan exhaust.


a
ka
ta

Alat Ukur Instrumen: 1. Digital Photometer


us

No. Model: ________________________


p
er

No. Seri: ________________________


//p

Masa Berlaku: ________________________


s:

Instrumen: 2. Smoke Generator


tp

No. Model: ________________________


ht

No. Seri: ________________________


Masa Berlaku: ________________________

Prosedur 1. Scan test method


PAO aerosol dibuat di hulu dari filter HEPA dan
pinggirannya dipindai dengan melewatkan alat fotometer
melintasi filter tidak lebih dari 2,5 cm dari area yang diuji,
menggunakan gerakan mengayun yang sedikit tumpang
tindih. Pemindaian harus dilakukan pada kecepatan
transversal tidak lebih dari 5 cm/detik.

39 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


2. Probe test method
Bor lubang berdiameter sekitar 1 cm pada ducting di hilir,
sambil memasukkan probe sampling fotometer dengan
pipa ekstensi yang kaku melalui lubang.

Data Hasil
Uji Filter Test Method % PAO
(Scan/Probe) Penetration

Supply Scan <0.001 %

Exhaust Scan <0.001 %

KRITERIA 1. Dengan Scan test method, penetrasi aerosol yang

.id
LOLOS berkelanjutan tidak boleh melebihi 0,01% dari konsentrasi

go
hulu di setiap titik.

n.
2. Dengan Probe test method, penetrasi aerosol yang
bs
berkelanjutan tidak boleh melebihi 0,005% dari konsentrasi
hulu.
a n.

MEMENUHI Kriteria terpenuhi merujuk pada NSF 49:


ka

KRITERIA Ya Tidak
ta
pus

 AIRFLOW SMOKE PATTERNS


er
//p

Tujuan Menentukan perilaku pergerakan udara di dalam dan di luar BSC.


s:
tp

Alat Ukur Instrumen: Smoke Generator


ht

No. Model: ________________________


No. Seri: ________________________
Masa Berlaku: ________________________

Prosedur 1. Downflow test


Asap harus dialirkan dari satu ujung kabinet ke ujung
lainnya, di sepanjang as permukaan kerja, pada ketinggian
10 cm di atas bagian atas bukaan akses.
2. View Screen Retention test
Asap harus dilewatkan dari satu ujung kabinet yang lain,
2,5 cm di belakang layar, pada ketinggian 15 cm di atas

40 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


bagian atas bukaan akses.
3. Work opening edge retention test
Asap harus dilewatkan di sepanjang perimeter bukaan
kerja, kira-kira 3,8 cm di luar kabinet. Perhatian khusus
harus diberikan pada sudut dan tepi vertikal.
4. Sash seal test
Asap harus melewati bagian dalam jendela 5cm dari
samping dan sepanjang bagian atas area kerja.

Data Hasil
Uji
Test Downflo View Screen Work opening Sash seal
w retention edge retention

.id
Result Pass Pass Pass Pass

go
n.
bs
KRITERIA 1. Asap harus memperlihatkan aliran ke bawah yang mulus
n.
LOLOS tanpa area mati atau refluks (aliran ke atas).
a

2. Asap harus menunjukkan aliran ke bawah yang mulus tanpa


ka

bintik mati atau refluks. Tidak ada asap yang boleh keluar
ta

dari kabinet.
us

3. Asap tidak akan keluar dari kabinet setelah dihisap ke dalam


p

ataupun mengepul di atas permukaan kerja atau menembus


er

ke dalamnya.
//p

4. Tidak boleh ada asap keluar dari kabinet.


s:
tp

MEMENUHI Kriteria terpenuhi merujuk pada NSF 49:


ht

KRITERIA Ya Tidak

 SASH ALARMS

Tujuan Memastikan alarm selempang layar berfungsi dengan baik dan


benar.

Alat Ukur Instrumen: Ikuti manual BSC


No. Model: ________________________
No. Seri: ________________________
Masa Berlaku: ________________________

41 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Prosedur 1. Naikkan selempang 2,5 cm dari posisi kerja.

Data Hasil Alarm suara dan visual akan menyala.


Uji

KRITERIA Alarm selempang menyala.


LOLOS

MEMENUHI Kriteria terpenuhi merujuk pada NSF 49:


KRITERIA Ya Tidak

.id
go
n.
bs
a n.
ka
ta
p us
er
//p
s:
tp
ht

42 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Lampiran E
(informatif)
Kebijakan Manajemen Biorisiko Laboratorium

Tanggal :………2020
Logo Unit Kerja/ Unit Kerja/ Bagian
Perusahaan Perusahaan Halaman ke
Terbitan/revisi ke
SISTEM MANAJEMEN BIORISIKO Tanggal revisi
Paraf :
KEBIJAKAN MANAJEMEN BIORISIKO LABORATORIUM

Nama organisasi / perusahaan

.id
Kebijakan manajemen biorisiko laboratorium

go
Kebijakan manajemen puncak :

n.
1. Menjamin keselamatan dan kesehatan personel laboratorium biosafety dan
bs
orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di laboratorium
biosafety.
n.

2. Memenuhi semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dan


a
ka

persyaratan lainnya yang berkaitan dengan penerapan manajemen biorisiko


laboratorium di laboratorium biosafety.
ta

3. Melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen biorisiko


us

laboratorium guna meningkatkan budaya safety yang balk di laboratorium


p

biosafety.
er
//p

Manajemen puncak dalam membangun dan menerapkan kebijakan sistem


s:

manajemen biorisiko laboratorium menyatakan:


tp
ht

A. Berkomitmen:
1. menyediakan sumber daya memadai, prioritas dan komunikasi kebijakan
biorisiko laboratorium;
2. mengintegrasikan manajemen biorisiko laboratorium seluruh organisasi;
3. mengidentifikasi peluang perbaikan dan pencegahan, menentukan akar
penyebab dan mencegah keterulangan.

B. Fokus pada perbaikan terus-menerus :


1. membuat perbaikan terus-menerus untuk setiap personel dalam organisasi;
2. menggunakan penilaian periodik terhadap kriteria risiko untuk
mengidentifikasi area potensial perbaikan;
3. terus-menerus meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses;
4. mempromosikan kegiatan pencegahan;

43 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


5. menyediakan personel dalam organisasi pendidikan dan pelatihan sesuai
metode dan alat-alat perbaikan berkelanjutan;
6. menetapkan langkah-langkah dan tujuan perbaikan;
7. menyetujui perbaikan.

……………., ……… 2020


NamaTerang
Pimpinan organisasi/perusahaan

.id
go
n.
bs
a n.
ka
ta
p us
er
//p
s:
tp
ht

44 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Lampiran F
(informatif)
Prosedur Sistem Manajemen Biorisiko Laboratorium

Tanggal :………2019
Logo Unit Kerja/ Unit Kerja/ Bagian
Perusahaan Perusahaan
Halaman ke
Terbitan/revisi ke
PROSEDUR Tanggal revisi
SISTEM MANAJEMEN BIORISIKO Paraf WM
LABORATORIUM
PROSEDUR Alat Pelindung Diri (APD)

.id
1. Tujuan
Untuk memastikan kesadaran dan kepatuhan terhadap kewajiban aturan

go
prosedur dengan memastikan seluruh personel mengetahui pemilihan dan

n.
penggunaan peralatan perlindungan pribadi (ppe).
bs
2. Ruang lingkup
n.

Prosedur berlaku untuk semua pesonel, kontraktor, dan staf di


a
ka

organisasi/perusahan dan entitas yang dikendalikan dari organisasi/perusahan


ta

di mana organisasi/perusahan memiliki kendali manajemen di tempat kerja.


us

3. Tanggungjawab
p

3.1 manajer / pengawas


er

 Memastikan pelatihan yang memadai dan pengawasan berkelanjutan


//p

tersedia setiap saat untuk personel yang menggunakan APD.


s:

 Memastikan prosedur diadopsi untuk pemeliharaan semua APD yang dibeli


tp

oleh organisasi.
ht

 Memastikan tanda yang jelas dan tepat diposisikan di lokasi di mana APD
dikenakan.
 Memastikan prosedur diikuti untuk penggunaan APD.
 Di mana APD diperlukan oleh organisasi personel mengidentifikasi peralatan
dan di lokasi perlindungan pribadi diperlukan. Personel harus diberitahu
tentang prosedurnya.

3.2 petugas layanan properti organisasi/perusahaan


Melalui jalur yang tepat, petugas layanan memastikan semua kontraktor
yang berhubungan dengan organisasi/perusahaan disediakan peralatan
pelindung pribadi yang sesuai dengan standar.

45 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


3.3 staf
Mematuhi semua peraturan keselamatan yang dikeluarkan oleh
organisasi/perusahaan dan harus terlibat dalam penilaian APD di tempat
kerjanya.

4. Prosedur
4.1 Melakukan penilaian risiko untuk APD
Penilaian risiko diselesaikan sebelum ketentuan penetapan jenis APD yang
digunakan. Pengendalian tingkat yang lebih tinggi diidentifikasi sebelum isu
penetapan APD. Manajer/penyelia memiliki staf dengan APD yang sesuai
untuk melindungi bahaya di tempat kerja. Peralatan bebas biaya bagi personel
dan staf.

4.2 APD

.id
Sarung tangan
Manajer/penyelia memastikan:

go
 sarung tangan cocok untuk risiko yang terkait dengan aktivitas;

n.
 sarung tangan sesuai dengan standar; bs
 penggunaan sarung tangan tidak menimbulkan bahaya/risiko tambahan.
n.

Pakaian lab
a
ka

 Pakaian lab dikenakan untuk semua sesi praktis di mana ada risiko dari
kontaminasi bahan kimia, biologis atau lainnya.
ta

 Pakaian lab dicuci paling tidak setiap 2 minggu atau lebih sering untuk
us

prosedur yang sangat kontaminasi/kotor.


p
er

Kacamata/goggle
//p

Kacamata atau kacamata pengaman dipakai untuk semua aktifitas lab. Di mana
s:

ada risiko pada mata dan wajah akibat terpapar bahan, bahan kimia, biologis,
tp

atau bentuk kontaminasi lainnya.


ht

4.3 APD lainnya


APD dipilih berdasarkan penilaian risiko dan di samping kontrol yang lebih
efektif. APD tambahan meliputi:
 sepatu bot
 masker / alat bantu pernapasan
 alat pelindung olahraga
 helm
 pelindung wajah
 pelindung pendengaran
 memanfaatkan
 rompi keselamatan
 baju

46 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


4.4 Perlindungan sterilitas
Beberapa APD dipakai untuk melindungi kultur jaringan atau prosedur steril
lainnya agar tidak terkontaminasi dengan jaringan manusia, seperti dari tangan
dan wajah. Penting untuk dicatat peralatan yang dipakai dalam kasus ini tidak
mungkin melindungi pemakainya dari kontaminasi terhadap diri mereka
sendiri khususnya dalam mengenakan jepit rambut, booties kertas atau gaun
kertas.

4.5 Persyaratan untuk pemantauan kesehatan


Personel atau staf menggunakan APD untuk melindungi mata, pendengaran
atau pernapasan, perlu persyaratan untuk pemantauan kesehatan.

5. Pengendalian dokumen

.id
go
n.
bs
a n.
ka
ta
p us
er
//p
s:
tp
ht

47 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Lampiran G
(informatif)
Prosedur Penanganan Tumpahan Bahan Biologis

A. Material yang ada dalam spill kit (dalam box tertutup)

1. Tanda peringatan “DILARANG MASUK, ADA TUMPAHAN” untuk


ditempel di pintu luar.
2. Disinfektan (bleach stock solution).
3. Botol kosong untuk mengencerkan disinfektan.
4. Jas laboratorium sekali pakai/disposable gown (Lengan panjang, ujung
lengan berkaret, kancing/tali di belakang).
5. Respirator N95.
6. Penutup sepatu.

.id
7. Sarung tangan Nitril.
8. Kaca mata pelindung/goggle.

go
9. Penjepit panjang/tong.

n.
10. absorban/tisu. bs
11. Kantong biohazard/otoklaf.
n.

Note :
a
ka

1. Periksa isi Spill Kit secara berkala (setiap 6 bulan)


ta

a. Cek apakah isinya masih komplit.


b. Cek apakah tiap item jumlahnya masih sesuai.
us

c. Cek tanggal kedaluarsa disinfektan.


p

2. Encerkan disinfektan (5-10% v/v) pada saat mau di pakai.


er

Jangan menggunakan disinfektan yang sudah diencerkan sebelumnya.


//p
s:

B. Cara Kerja Penanganan Tumpahan dan Jenis Tumpahan.


tp
ht

1. Tumpahan di Sentrifus
a. Tunggu 5-10 menit sebelum membuka tutup sentrifus.
b. Jika ada tumpahan, tutup kembali dan tunggu selama 20 menit.
c. Disinfeksi seluruh permukaan bagian dalam sentrifus dengan
menggunakan squeeze bottle yang berisi larutan disinfektan, hati-hati
untuk tidak membuat cipratan.
d. Pindahkan sentrifus bucket dan rotor dan tempatkan di dalam BSC .
e. Masukkan semua sampah ke dalam plastik biohazard untuk
didekontaminasi.
f. Cuci bagan dalam rotor dengan sabun dan bilas dengan air mengalir.
g. Keringkan rotor dan sentrifus bucket dengan posisi terbalik.
h. Cuci tangan dengan air dan sabun.
i. Laporkan pada penanggung jawab fasilitas dan isi formulir kejadian
insiden/kecelakaan kemudian serahkan ke BSO.

48 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


2. Tumpahan di dalam BSC

A. Tumpahan kecil (volume < 1 ml)


j. Bersihkan tumpahan dengan tisu yang sudah dibasahi disinfektan.
k. Diamkan disinfektan beberapa saat supaya ada waktu kontak dengan
tumpahan agar disinfektan bekerja dengan baik.
l. Buang tisu yang terkontaminasi di tempat sampah yang disediakan.

B. Tumpahan besar (volume > 10 ml)


a. BSC harus dalam kondisi menyala.
b. Tutupi tumpahan dengan absorban/tisu yang telah dibasahi oleh
disinfektan.
c. Diamkan minimal selama 10 menit.
d. Buang tisu yang terkontaminasi di tempat sampah yang disediakan.

.id
e. Ulangi step b dan diamkan selama 5 menit.
f. Lap bekas tumpahan sekali lagi dengan tisu yang sudah dibasahi

go
disinfektan.

n.
g. Gunakan forceps jika ada pecahan atau materi yang di disinfeksi ke
bs
tempat sampah.
h. Bersihkan semua peralatan, termasuk kaca bagian dalam BSC dengan
n.

disinfektan. Bersihkan semua peralatan atau perabot yang terkontaminasi


a
ka

dengan disinfektan.
i. Laporkan pada penanggung jawab fasilitas dan isi formulir kejadian
ta

insiden/kecelakaan kemudian serahkan ke BSO.


p us
er

Note: jika menggunakan bleach, bilas sekali lagi dengan air dan alkohol 70%
//p

supaya tidak terjadi karat pada BSC, karena bleach ini sifatnya corrosive.
s:
tp
ht

C. Tumpahan Pada Bak Penampung


a. Jika ada tumpahan di dalam bak penampung yang berada di bawah
permukaan area kerja, tambahkan volume disinfektan yang sama dengan
jumlah tumpahan dalam bak penampung, tunggu 20 menit, dan serap
dengan absorban/tisu.
b. Angkat grill udara dan bersihkan semua permukaan termasuk bak
penampung. Pastikan tidak ada tisu yang tertinggal dibagian bawah grill.
c. Masukkan semua bahan terkontaminasi ke dalam kantong biohazard untuk
proses dekontaminasi.
d. Biarkan BSC tetap menyala selama 10 menit.
e. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan dengan air dan sabun.
f. Laporkan pada penanggung jawab fasilitas dan isi formulir kejadian
insiden/kecelakaan kemudian serahkan ke BSO.

49 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


D. Tumpahan di luar BSC
a. Segera keluar dari laboratorium.
b. Infokan kolega yang ada di laboratorium untuk segera keluar.
c. Lepaskan APD sebelum keluar dari laboratorium.
d. Pasang tanda peringatan “DILARANG MASUK, ADA TUMPAHAN”
e. Tunggu minimal 30 menit supaya aerosol yang ada diruangan sudah
dikeluarkan melalui exhaust.
f. Beritahu biosafety officer/penanggung jawab BSL-2 fasilitas bahwa terjadi
tumpahan.
g. Masuk kembali ke laboratorium dan pakai APD lengkap di ante room.
 Jas laboratoriumum lengan panjang dengan bukaan dibelakang
(disposable gown/sekali pakai).
 Sarung tangan nitril 2 lapis
 Respitaror N95
 Kaca mata pelindung/goggle

.id
 Penutup sepatu

go
h. Masuk ke dalam laboratorium dengan membawa Spill Kit.

n.
i. Encerkan bleach stock solution dalam 1 liter volume (5-10% v/v).
j.
bs
Tutup semua area yang terkena tumpahan dengan tisu.
k. Tuang disinfektan dari arah luar dan bergerak ke dalam.
n.

l. Tunggu 10 – 15 menit supaya ada waktu kontak.


a

m. Gunakan penjepit panjang (tong) untuk mengambil tisu dan tempatkan


ka

dalam kantong otoklaf. Tempatkan pecahan kaca/benda tajam ke dalam


ta

wadah benda tajam.


us

n. Ulangi step j - k, dengan waktu kontak 5 -10 menit.


p

o. Ulangi step diatas dengan menggunakan air bersih untuk menghilangkan


er

sisa bleach atau langsung di pel dengan pembersih lantai.


//p

p. Masukkan semua bahan terkontaminasi ke dalam kantong biohazard


s:

untuk proses dekontaminasi.


tp

q. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan dengan air dan sabun.
r. Laporkan pada penanggung jawab fasilitas, isi formulir kejadian
ht

insiden/kecelakaan dan serahkan ke BSO.

50 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Daftar Pustaka

[1] WHO Interim Laboratory Biosafety Guidelines for Handling and


Processing Specimens Associated with Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) 19 March 2020.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-nCoV/lab/lab-biosafety-
guidelines.html
[2] Canadian Biosafety Advisory SARS-CoV-2 (Severe acute respiratory
syndrome-related coronavirus 2). 29 February 2020.
https://www.canada.ca/en/public-health/services/laboratory-biosafety-
biosecurity/biosafety-directives-advisories-notifications/novel-
coronavirus-january-27.html
[3] WHO Guidance on the Regulations for the Transportation of Infectious
Substances.

.id
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/149288/1/WHO_HSE_GCR_2015.2

go
_eng.pdf

n.
[4] Laboratory biosafety guidance related to coronavirus disease 2019 (COVID-
19.)
bs
[5] Penatalaksanaan dan Pemeriksaan Spesimen COVID-19, Pusat Biomedis
n.

Kemenkes.
a

[6] Technical Guidelines for COVID-19 Laboratory Testing, Annex 3.


ka

[7] WHO How to Safely Ship Human Blood Samples from Suspected Ebola
ta

cases within a Country by Road, Rail and Sea.


us

http://www.who.int/csr/resources/publications/ebola/blood-shipment/en/
p

[8] UN Model Regulations on the Transportation of Dangerous Goods.


er

http://www.unece.org/trans/danger/publi/unrec/rev18/18files_e.html
//p

[9] ICAO Technical Instructions For The Safe Transport of Dangerous Goods by
s:

Air.
tp

http://www.icao.int/safety/DangerousGoods/Pages/technicalinstructions.a
spx
ht

[10] IATA Dangerous Goods Regulations.


https://www.iata.org/whatwedo/cargo/dgr/Pages/index.aspx

51 | Pedoman Manajemen Biorisiko Laboratorium Terkait COVID-19


Informasi Pendukung terkait Penyusun

[1] KomiteTeknis
Komite Teknis 13-09 Biosafety and Biosecurity

[2] Susunan Keanggotaan KomiteTeknis

Ketua : Sunarya - The Spring Institute


Sekretaris : Agus Purnawarman - Badan Standardisasi Nasional
Anggota : - Pusat Studi Satwa Primata, Lembaga
1. Diah Iskandriati Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, IPB University
Anggota - Komisi Ahli, Badan Karantina Pertanian

.id
2. Syafril Daulay
Kementerian Pertanian

go
Anggota - Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan,

n.
3. Ni Ketut Susilarini
Badan Litbangkes, Kementerian
bs
Kesehatan
n.
Anggota 4. Indrawati Sendow - Balai Besar Penelitian Veteriner
a

Anggota
ka

5. Lilyana Budihardjo - PT.Gaia Science Indonesia


Anggota
ta

6. Rika R.Sjoekri - CV.Noesis


us

Anggota 7. Arnold Sudharyanto - PT.Trisakti Mekarmandiri


p

Anggota 8. Wanny Basuki - World BioHazTech Pte. Ltd.


er

Anggota - Subdit Pengawasan Obat Hewan,


//p

Direktorat Kesehatan Hewan


s:

9. Ni Made Ria Isriyanthi Direktorat Peternakan dan Kesehatan


tp

Hewan.
ht

Kementerian Pertanian
Anggota - Pusat Riset Virologi (PRVKP), Fakultas
10. Aroem Naroeni
Kedokteran Universitas Indonesia
Anggota - Balai Besar Karantina Pertanian
11. Nuryani Zainuddin Soekarno Hatta, Badan Karantina
Pertanian, Kementerian Pertanian

[3] Konseptor
1. Gugus Kerja Komtek 13-09 3. Ririn Setiaasih 5. Amjad Tri
2. Wahyu Purbowasito 4. Corista Karamina Hanum Puspitasari

[4] Sekretariat Pengelola KomiteTeknis


Direktorat Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan dan Halal
Badan Standardisasi Nasional.
ht
tp
s:
//p
er
p us
ta
ka
an.
bs
n.
go
.id

Anda mungkin juga menyukai