Anda di halaman 1dari 58

GREEN SYNTESIS NANOPARTIKEL ZnO MENGGUNAKAN

BIOSTABILITATOR EKSTRAK DAUN BIDARA (Ziziphus spina-christi L.)

SKRIPSI

OLEH
NINDIS PRISTYA
NIM 150342600086

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
MEI 2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh Nindis Pristya telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Malang, 15 Mei 2020


Pembimbing I,

Siti Imroatul Maslikah S.Si, M.Si.


NIP. 19790813 200604 2 002

Malang,15 Mei 2020


Pembimbing II,

Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si.


NIP. 19670612 199203 2 001

ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi oleh Nindis Pristya telah dipertahankan di depan dewan penguji pada
tanggal 18 Mei 2020.

Dewan Penguji

Prof. Dr. Fauziatul Fajaroh, M.S.


NIP. 19640221 198803 2 001

Siti Imroatul Maslikah S.Si, M.Si.


NIP. 19790813 200604 2 002

Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si.,


NIP. 19670612 199203 2 001

Mengetahui, Mengesahkan,
Ketua Jurusan Biologi Dekan Fakultas MIPA

Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si. Dr. Hadi Suwono, M.Si


NIP. 19670612 199203 2 001 NIP. 196706121992032001

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Nindis Pristya
NIM : 150342600086
Jurusan/Program Studi : Biologi/S1 Biologi
Fakultas/Program : MIPA/S1

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
tulisan saya dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau seluruhnya.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 15 Mei 2020


Yang membuat pernyataan,

Nindis Pristya

iv
RINGKASAN

Pristya, Nindis. 2020. Green Syntesis Nanopartikel ZnO Menggunakan


Biostabilitator Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus spina-christi L.). Skripsi,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Malang, Pembimbing : (I) Siti Imroatul Maslikah S.Si,
M.Si (II) Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si.,
Kata kunci: Nanopartikel ZnO, Ekstrak daun Bidara.

Saat ini biomedis mengalami perkembangan yang pesat dalam bidang


nanopartikel salah satunya nanopartikel oksida logam yang telah diketahui
manfaatnya sebagai antibakteri, gen antikanker dan biosensing. Berkembangnya
bidang nanoteknologi menjadikan adanya cara baru untuk pengobatan penyakit
yang sebelumnya memiliki kendala karena keterbatasan ukuran bahan
penyembuhan. Salah saty nanopartikel anorganik yang digunakan adalah seng
oksida, meningkatnya penggunaan nanopartikel anorganik disebabkan karena
penggunaan dalam bidang kesehatan, karena memiliki keistimewaan dalam
penerimaan obat dan kemampuannya dalam spesifikasi target. Fungsi
nanopartikel ZnO dalam bidang medis diantaranya adalah sebagai pencitraan
biomedis (fluoresensi, resonasi magnetic dan positron emission tomography),
pemberian obat, sebagai gen target dan biosensing. Pembuatan nanopartikel
dilakukan dengan metode biologi dengan bahan alami menggunakan ekstrak daun
bidara sebagai biostabilitator.Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui
karakter nanopartikel ZnO yang disintesis menggunakan biostabilitator daun
bidara (Ziziphus spina-christi L.) yang dilihat melalui FTIR, XRD dan SEM
serta perbedaan pembentukan nanopartikel ZnO tiap harinya yang dilihat melalui
Uv-Vis
Metode penelitian menggunakan FTIR, XRD dan SEM untuk melihat
karakter dari nanopartikel ZnO yang terbentuk serta Uv-Vis untuk melihat
perbedaan pembentukan nanopartikel ZnO yang sebelumnya di sintesis
menggunakan biostabilitator ekstrak daun bidara. Hasil yang didapatkan akan
dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil FTIR menunjukan terbentuknya nanopartikel ZnO menggunakan
biostabilitator ekstrak daun bidara pada spectrum puncak luas sekitar 615.29 cm-1,
hasil XRD puncak difraksi dengan jelas pada nilai 2Ɵ yaitu pada pada puncak
36,24⁰ dengan nilai FWHM sebesar 0,1378 dengan sistem kristal nanopartikel
ZnO berbentuk hexagonal dengan ukuran sebesar 17,02 nm dan hasil SEM
presentase berat Zn sebesar 52,05% dan O sebesar 47,95% serta presentasi atom
sebesar 20,99% dan 79,01%. Dari hasil spektrum EDX ini menunjukkan adanya
nanopartikel ZnO dengan kemurnian yang tinggi. Serta hasil UV-Vis

v
menunjukkan perbedaan pembentukan nanopartikel Zn setiap harinya semakin
optimal.

SUMMARY

Pristya, Nindis. 2020. Green Syntesis of ZnO Nanoparticle Formation using


Biostabilitator of Bidara Leaf Extract (Ziziphus spina-christi L.). Bachelor
thesis , Biology Departement, Faculty Of Mathematics and Sciences, State
University of Malang, Advisors : (I) Siti Imroatul Maslikah S.Si, M.Si (II)
Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si.
Keywords: ZnO Nanoparticles, Bidara leaf extract.

Currently biomedical got that incredible ramp up in the field of


nanopartikel one nanopartikel a metallic oxide have been known as an
antibacterial benefits , an anticancer biosensing and genes .The nanotechnology
field made the new way to treatment of diseases that are previously had difficulty
due to the limited number of healing sizing material .Nanopartikel inorganic used
is zinc oxide , increasing the use of inorganic nanopartikel for use in the health
sector , and their ability in the specification of a target .Nanopartikel ZnO in
medical science among them are as biomedical imaging ( fluorescence , resonasi
magnetic and positron emission tomography ) , administering medication , as gene
biosensing targets and. Making nanopartikel be run based on the biology with
natural materials used as biostabilitator lote leaves extract. This study attempts to
to know the character of nano particles that is being synthesized using
biostabilitator leaves ZnO bidara ( Ziziphus spina-christi L) . That is viewed
through FTIR, XRD and SEM. as well as the formation of nano particles ZnO
every day that is viewed through Uv-Vis
The methodology used FTIR, XRD and SEM to see character of
nanopartikel ZnO formed and uv-vis to perceive the difference the nanopartikel
ZnO formerly in synthesis using biostabilitator extract. bidara leaves. The results
obtained will be analyzed qualitative a sort of descriptive set.
The results of ftir showed to the establishment of the nano particles ZnO
use biostabilitator extract bidara leaves on the top of the normal spectrum of about
615.29 cm-1 , the results of the top of the diffraction of the xrd clearly in the value
of 2Ɵ in at the top of 36,24⁰ FWHM with a value of as much as 0,1378 with nano
particles of a crystal system ZnO shaped the hexagonal with the size of as much as
17,02 nm and results of the SEM the percentage of heavy zn 52,05 % and o as
much as 47,95 % and presentation of atoms 20,99 % and 79,01 % .From the
results of the spectrum EDX ZnO show that there is a high with purity of nano
particles .As well as the results uv-vis show differences the formation of nano
particles ZnO every day run more optimally .

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan keberkahan-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Green Syntesis
Nanopartikel ZnO Menggunakan Biostabilitator Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus
spina-christi L.). Penulis menyadarai bahwa proses pembuatan dan penyusunan
skripsi ini tidaklah mudah. Banyak pihak yang membantu dan mendukung baik
secara moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan lancar. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada.
1. Siti Imroatul Maslikah S.Si, M.Si, selaku dosen pembimbing I dan Dr. Sri
Rahayu Lestari, M.Si., selaku dosen pembimbing II, yang telah membimbing
dengan telaten, sabar, memberi banyak ilmu, perhatian dan semangat demi
terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
2. Prof. Dr. Fauziatul Fajaroh, M.S, selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan, saran, dan semangat demi kelancaran proses
penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Biologi serta seluruh Staff Jurusan Biologi, yang telah
bekerjasama dan memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian.
4. Dr. Fatchur Rohman, M.Si, selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah
memberikan motivasi, arahan, berbagai pengalaman positif untuk memberi
semangat kepada penulis.
5. Ibu Sustin, Bapak Budiono , Dian Hadi Susanto selaku suami dan Rayyan
Hafiz selaku anak yang turut mendoakan, mendukung.

Semoga Allah SWT membalas segala amal baik yang telah diberikan dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca. Aamiin Ya Robbal Alamin.
Malang, 15 Mei 2020

vii
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI........... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................... iv
RINGKASAN......................................................................................... v
SUMARRY............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR............................................................................. vii
DAFTAR ISI........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xi
LAMPIRAN............................................................................................ xii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................. 4
1.5 Batasan Penelitian................................................................. 4
1.6 Definisi Operasional............................................................ 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Nanopartikel.......................................................................... 6
2.2 Seng Oksida (ZnO)................................................................ 7
2.3 Green Syntesis Nanopartikel Seng Oksida............................ 11
2.4 Daun Bidara (Ziziphus spina-christi L.) sebagai biostabilisator
..................................................................................................... 12
2.5 Karakterisasi Nanopartikel Seng Oksida............................... 14

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian............................................................ 16

viii
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian............................................... 16
3.4 Objek Penelitian.................................................................... 16
3.5 Alat dan Bahan...................................................................... 17
3.6 Prosedur Kerja....................................................................... 17
3.7 Teknik Pengumpulan............................................................. 19
3.7 Analisis Data......................................................................... 19
BAB IV. HASIL DAN ANALISIS
4.1 Karakterisasi nanopartikel dengan FTIR............................... 20
4.2 Karakterisasi nanopartikel dengan XRD............................... 22
4.3 Karakterisasi nanopartikel dengan SEM............................... 23
4.4 Hasil Pembentukan Nanopartikel dengan Uv-Vis................. 25

BAB V. PEMBAHASAN
5.1 Hasil serapan gugus fungsi pembentukan nanopartikel Zn ..
dengan FTIR................................................................................ 26
5.2 Hasil identifikasi fasa kristalin nanopartikel ZnO menggunakan XRD
..................................................................................................... 28
5.3 Hasil identifikasi fasa kristalin nanopartikel ZnO menggunakan
SEM............................................................................................. 28
5.4 Hasil pembentukan nanopartikel dengan Uv-Vis.................. 29
BAB VI. PENUTUP
A. Simpulan................................................................................. 31
B. Saran....................................................................................... 31
DAFTAR RUJUKAN............................................................................. 32
RIWAYAT HIDUP................................................................................. 45

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1. Efek antikanker NP ZnO pada sel kanker manusia yang berbeda. . . 8
4.1. Serapan gugus fungsi sampel uji pembentukan nanopartikel Zn..... 20
4.2. Puncak difraksi senyawa nanopartikel ZnO hasil biosintesis
menggunakan ekstrak daun Bidara......................................................... 21
4.3. Hasil absorbansi pembentukan nanopartikel ZnO dilihat
menggunakan UV-Vis............................................................................. 23
5.1. Serapan Khas Gugus Fungsi............................................................ 23

5.1. Serapan Khas Gugus Fungsi............................................................ 23

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Struktur Hezagonal-wurzite Seng Oksida......................................... 7
2.2 Mekanisme ZnO NPs pada sel kanker Hati manusia........................ 10
2.3 Tanaman Bidara (Ziziphus spina-christi L.)..................................... 12
4.1 Pola FTIR sampel uji pembentukan nanopartikel ZnO..................... 19
4.2 Grafik XRD dari senyawa nanopartikel ZnO hasil biosintesis
menggunakan ekstrak daun Bidara......................................................... 21
4.3 Morfologi Partikel Nano ZnO Ekstrak Daun Bidara pada berbagai
View Field (A) 1μm, (B) 0,5 μm............................................................. 21
4.4 Spektrum EDX Partikel Nano ZnO Ekstrak Daun Bidara................ 21
4.5 Grafik hubungan antara nilai absorbansi dan lamanya hari
terbentuknya nanopartikel....................................................................... 21

xi
LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Proses Pembuatan Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus spina-christi L.). . 32
2. Hasil FTIR dan Uv-Vis....................................................................... 34
3. Hasil Uji Plagiasi................................................................................. 36
4. Sertifikat Bebas Plagiasi...................................................................... 37

xi
xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan teknologi dalam bidang farmasetis memiliki tiga factor
penting yaitu terciptanya sistem yang efektif (effectiveness), meminimalisir adanya
efek atau resiko saat sistem tersebut diaplikasikan (safety) dan sistem diharapkan
dapat diterima dengan baik oleh pasien (acceptsbility). Saat ini kemajuan efektifitas
penggunaan obat mencapai tahap pemanfaatan molekuler dengan metode analisis
molekuler, salah satu pemanfaatan molekuler yang digunakan yaitu penghantaran
obat secara nanopartikel. Sistem pembawa yang termasuk Novel Drug Delivery
System (NDDS) yaitu nanovesikel (etosom, lipsosom, fitosom dan transfersom),
nanopartikel , nanoemulsi dan mikrosfer (Ajazuddin, 2010).
Saat ini biomedis mengalami perkembangan yang pesat dalam bidang
nanopartikel salah satunya nanopartikel oksida logam yang telah diketahui
manfaatnya sebagai antibakteri, gen antikanker dan biosensing (Mishra, 2017).
Berkembangnya bidang nanoteknologi menjadikan adanya cara baru untuk
pengobatan penyakit yang sebelumnya memiliki kendala karena keterbatasan
ukuran bahan penyembuhan (Darroudi, 2014). Ada banyak jenis dari nanopartikel
yaitu nanopartikel organic (karbon) dan nanopartikel anorganik (emas, platinum,
seng oksida dan titanium oksida). Meningkatnya penggunaan nanopartikel
anorganik disebabkan karena kemampuan penggunaannya dalam bidang kesehatan,
penerimaan obat dan dalam spesifikasi target (Asmathunisha & Kathiresan, 2013).
Seperti artikel dari Zhang (2014) menjelaskan penggunaan nanopartikel ZnO
dalam bidang medis diantaranya adalah sebagai pencitraan biomedis (fluoresensi,
resonasi magnetic dan positron emission tomography), pemberian obat, sebagai gen
target dan biosensing. Pembuatan nanopartikel dilakukan dengan beberapa cara
yaitu dengan metode biologi menggunakan bahan alami, fitokimia, elektrokimia,

1
2

radiolytic dan sonolytic (Zakir, 2014). Pemanfaatan senyawa organik yang ada pada
makhluk hidup berperan sebagai agen biologis yang berguna sebagai penstabil,
pereduksi bahkan keduanya dalam proses pembentukan nanopartikel (Bakir, 2011).
Enzim, karbohidrat , protein dan senyawa metabolit sekunder dari tumbuhan yang
terlibat dalam biosintesis nanopartikel (Handayani, 2011). Dalam penelitian ini
ekstrak tanaman lebih bertindak sebagai agen penstabil dalam pembuatan
nanopartikel. Sifat dari ektrak tanaman itu sendiri yang mempengaruhi sintesis dari
nanopartikel yang dihasilkan serta menjadi faktor penting yang mempengaruhi
morfologi dari nanopartikel yang telah di sintesis (Mukanthan & Balaji, 2012).
Sintesis nanopartikel secara fisika dan kimia memiliki beberapa kelemahan
diantaranya peralatan yang mahal, bahan kimia yang memiliki resiko tinggi (Kumar
& Yadaf, 2009). Maka saat ini metode biosintesis atau green synthesis terus
dikembangkan untuk pembuatan nanopartikel yang memiliki resiko lebih rendah
dibandingkan dua metode yang sudah berkembang.
Biosintesis nanopartikel seng oksida menggunakan ekstrak tanaman
sebelumnya sudah pernah dilakukan menggunkan Aloe vera dengan hasil
nanopartikel ZnO sebesar 45 nm berbentuk spherical (Senthilkumar & Sivakumar,
2014). Selain nanopartiel ZnO, dalam perkembangan dunia medis sendiri juga
menggunakan nanopartikel lain seperti perak dan logam akan tetapi ZnO dipilih
karena nanopartikel ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan nanopartikel
lain. Biosintesis nanopartikel seng oksida (ZnO), logam ini merupakan material
semikonduktor nano yang memiliki sifat optic, elektronik dan mekanik yang
memiliki manfaat dalam aplikasi divais nano dimana memiliki celah pita lebar
sebesar 3.37 eV dan energi eksitasi sebesar 60 meV (Zhong et al., 2011). Seng
oksida (ZnO) merupakan golongan metal oksida yang berwarna putih dan tidak
larut didalam alkohol dan air (Behera, 2009). Material ini memiliki keunggulan
diantaranya memiliki lebar direct band gap 3.32 eV pada temperature ruang, nilai
ecitation binding energy yang tinggi yaitu 60 meV, tergolong semikonduktor tipe-n,
nilai optical transmittance sebesar >80%, n = 2.008 di cahaya tampak, pada suhu
1975⁰C merupakan melting point material ini dan tergolong tidak beracun (Panwar,
3

2009). Lebar celah pita energy tergantung pada ukuran partikel dimana jika
memiliki ukuran lebih kecil dari 10 nm maka mempengaruhi kebergantungan
panang gelombang luminesensnya (Abdullah, 2006). ZnO memiliki struktur kristal
heksagonal-wurzite dimana atom oksigen berikatan dengan tetrahedral yang
dikoordinasikan dengan atom Zn (Sabir et al., 2014). Karena pembuatan
nanopartikel menggunaan metode kimia dan fisika memiliki resiko terhadap
lingkungan maka dalam mensintesis nanopartikel Zn digunakan metode secara
biologi dengan green synthesis yang diketahui tidak berbahaya dan tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan, green synthesis dilakukan dengan
biostabilitator ekstrak dari tanaman bidara karena bidara sendiri sudah diketahui
manfaatnya dalam bidang biomedis.
Penelitian ini menggunaan ekstrak tanaman daun Bidara (…) dimana
diketahui kandungan kimia daun Bidara (Ziziphus spina-christi L.) salah satunya
adalah polifenol (Chang, 2002). Senyawa fenolik yang terdapat pada tumbuhan
yang berfungsi mereduksi dan penstabil ion logam karena memiliki karakter
nukleofilik tinggi yang berasal dari cincin aromatik (Michalak, 2006). Maka dari itu
dilakukan penelitian yang sebelumnya belum dilakukan yaitu green syntesis
pembentukan nanopartikel seng oksida menggunakan biostabilitator ekstrak daun
Bidara (Ziziphus spina-christi L.). Karakterisasi dari nanopartikel ZnO yang
terbentuk dilihat melalui FTIR, XRD dan SEM serta menggunakan Uv-vis untuk
mengetahui pembentukan dari nanopartikel pada tiap harinya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah karakter nanopartikel ZnO yang disintesis menggunakan
biostabilitator daun bidara (Ziziphus spina-christi L.) yang dilihat melalui
FTIR, XRD dan SEM ?
1.2.2 Bagaimanakah perbedaan pembentukan nanopartikel ZnO tiap harinya yang
dilihat melalui Uv-Vis ?
4

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasaran latar belakang yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini yaitu :
1.3.1 Untuk mengetahui karakter nanopartikel seng oksida (ZnO) yang disintesis
menggunakan biostabilitator ekstrak daun bidara (Ziziphus spina-christi L.)
yang dilihat melalui FTIR, XRD dan SEM
1.3.2 Untuk mengetahui perbedaan pembentukan nanopartikel ZnO tiap harinya
yang dilihat melalui Uv-vis.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan informasi mengenai pembentukan nanopartikel seng oksida
(ZnO) yang disintesis menggunakan biostabilitator ekstrak daun bidara
(Ziziphus spina-christi L.).
1.4.2 Manfaat praktis
Memberikan informasi bagi peneliti mengenai pembentukan nanopartikel
seng oksida (ZnO) yang menggunakan ekstrak daun bidara (Ziziphus spina-
christi L.) sebagai agen penstabil dalam proses sintesisnya yang dilihat
melalui FTIR, XRD dan SEM serta mengenai perbedaan hasil pembentukan
nanopartikel pada setiap harinya yang dilihat melalui Uv-Vis

1.5 Batasan Penelitian


1.5.1 Prekursor yang digunakan adalah ZnSO4.
1.5.2 Biostabilitator yang digunakan adalah ekstrak daun bidara (Ziziphus spina
christi L.).
1.5.3 Pengamatan karakteristik menggunakan FTIR, XRD dan SEM
1.5.4 Pengamatan perbedaan pembentukan naopartikel pada tiap harinya
menggunakan Uv-vis.
5

1.6 Definisi Operasional


1.6.1 Prekursor
Prekursor yang digunakan adalah ZnSO4 yang didapatkan dari toko bahan
kimia.
1.6.2 Ekstrak daun bidara (Ziziphus spina-christi L.)
Estrak daun bidara didapatkan dari UPT Materia Medica Batu serta proses
biosintesis nanopartikel menggunakan biostabilitator ekstrak dari bidara
(Ziziphus spina-christi L.) dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan
Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Malang.
1.6.3 FTIR (Fourier Transform Infra Red)
FTIR digunakan untuk mengetahui gugus fungsi yang terkandung dalam
nanopartikel, FTIR (Fourier Transform Infra Red) yang dilakukan di
Laboratorium Sentral, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Malang.
1.6.4 XRD (X-Ray Difractometer)
XRD digunakan untuk mengetahui ukuran partikel dari nanopartikel, XRD
dilakukan di Laboratorium Sentral, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.
1.6.5 SEM (Scanning Electron Microscopy)
SEM digunakan untuk melihat morfologi permukaan dari partikel yang telah
terbentuk sampai pada ukuran 1 nm. SEM dilakukan di Laboratorium
Sentral, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Malang.
1.6.6 Uv-vis
Uv-vis dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil pembentukan
nanopartikel pada tiap harinya yang dilakukan pengujiannya di Laboratorium
Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Malang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Nanopartikel
Nanopartikel memiliki ukuran lebih kecil dari 1 μm dengan definisi
yang berbeda sesuai dengan material, aplikasi dan bidangnya (Masuo et al.,
2007). Keadaan komponen zat aktif pada nanopartikel memiliki beberapa
keadaan yaitu terenkapsulasi atau teradsorbasi pada permukaan koloid
ataupun terlarut dalam matriks polimer (Mohanraj, 2006). Nanopartikel
memiliki beberapa variasi morfologi yaitu silinder, platelet, sferis, dan tuba
yang biasanya memiliki bentuk permukaan yang termodifikasi sesuai
kebutuhan aplikasinya (Nagarajan dan Hatton, 2008)
2.1.1 Pemanfaatan Nanopartikel
Pemanfaatan nanopartikel beragam di berbagai bidang seperti pada
bidang bioanalisis, semi kondutor, bidang medis, dan sebagai katalis
(Parsons et al., 2007), berikut merupakan beberapa contoh pemanfaatan
nanopartikel :
a. Pangan, digunakan sebagai pewarna maupun perasa pada makanan dan
minuman bahan pengemasan makanan nanokapsul (TiO2, Ag dan
SiO2), pengantar nutrasetika, mendeteksi adanya pathogen didalam
makanan.
b. Biomedis , digunakan sebagai serbu dank rim antibacterial (Ag),
promotor pertumbuhan, biolabeling dan pendeteksi (Au maupun Ag).
Sebagai penghantar obat nanopartikulat obat menuju target tumor
melalui peningatan permeabilitas dan efek retensi dengan ligan yang
ada pada permuaan nanopartiel (Mohanraj, 2006).
c. Lingkungan, digunakan sebagai remediasi tanah (Fe) serta bahan
perawatan air (TiO2) (Nagarajan dan Hatton, 2008). Energy
listrik,dugunakan sebagai katalis lingkungan, cairan pengontol suhu
(Cu), dan atalis bahan bakar .

6
7

2.1.2 Pembuatan Nanopartikel


Secara umum pembuatan nanopartikel dibagi menadi 2 cara yaitu
dengan metode top-down dimana polimer yang sudah dalam ukuran
partikel yang berukuran nano, metode ini membutuhkan energy yang
besar dengan homogenizer tekanan tinggi, contoh pembuatan dengan
metode ini adalah metode High Presure Homogenization (HPH),
Homogenization and Ultrasound dan Cold Homogenization sedangkan
metode bottom-up merupakan pembuatan nanopartikel dari atom melalui
raksi polimerisasi (dari monomer-monomer) (Pathak, et al., 2007).

2.2 Seng Oksida (ZnO)


Seng oksida merupakan golongan senyawa semikonduktor II-VI yang
memiliki stabilitas termal yang baik sehingga sifat elektronik dan fotonik
yang penting, pada suhu kamar celah energy sebesar 3,37 eV serta energy ikat
eksiton sebesar 60 meV. Seng oksida memiliki tiga fasa yaitu kubik, zink
blende dan wurtzite. Salah satu strutur dari seng oksida adalah hexagonal-
wurtzite yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1 dimana atom oksigen yang
ditunjukan bola putih berikatan dengan gugus tetrahedral pada atom Zn.

Gambar 2.1. Struktur Hezagonal-wurzite Seng Oksida


(Sumber : Sabir et al., 2014)
8

Nanopartikel seng oksida juga berpotensi dalam hal aktivitas antijamur,


antibakteri , aktivitas fitokimia, katalitik yang tinggi serta dapat menyaring sinar UV
(Jayaseelan et al., 2012).
Pemanfaatan dalam bidang biomedis yang mengalami perkembangan
khususnya untuk nanopartikel seng oksida memiliki kegunaan sebagai berikut :
2.2.1 Antikanker
Selama ini pengobatan kanker seperti kemoterapi, radioterapi dan pembedahan
merupakan cara efektif untuk membunuh sel kanker tetapi cara tersebut
menyebabkan efek samping yang cukup serius (Sharma et al., 2016).
Perkembangan dunia nanoteknologi yang menunjukkan biokompatibilitas tinggi,
penargetan kanker menunjukkan potensi teratasinya efek samping pengobatan
yang lebih kecil. Zn2+ sendiri merupakan nutrisi penting untuk orang dewasa dan
nanomaterial ZnO dianggap aman secara in vivo untuk tubuh. ZnO NPs
digunakan sebagai platform nano yang bersifat kompatibel dan dapat terurai
secara hayati serta dapat dieksplorasi untuk perawatan kanker (Zhang, 2013).
Efek antikanker dari NP ZnO dijabarkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Efek antikanker NP ZnO pada sel kanker manusia yang berbeda

Tipe Kanker Mekanisme Pengobatan

Kanker usus besar ZnO Nps menekan viabilitas sel dalam sel
Caco-2 melalui peningkatan ROS dan rilis
IL-8 yang diinduksi (Angelis et al., 2013).
ZnO NP dan asam lemak menginduksi
lisosom destabilisasi dalam sel Caco-2 (Cao
et al.,2015) ZnO NPs menginduksi
sitotoksisitas sel Caco-2 dengan peningkatan
ion Zn intraseluler (Fang et al., 2017).

Kanker ovarium ZnO Nps menginduksi sitotoksisitas,


apoptosis dan autophagy dalam sel SKOV3
melalui generasi spesies oksigen reaktif dan
menekan oksifatif (Aswathanarayan &Vittal,
9

2017).

Kanker paru ZnO NPs yang ada pada liposom tidak hanya
memberikan respon pH tetapi uga kemo-
fotodinamik sinergetik dari antikanker
(Tripathy et al., 2015). Sel adenokarsinoma
paru manusia dengan EGFR mutasi terhadap
ZnO NP20 dan Al-ZnO NP20 yang
menyebabkan kematian sel nonautophagic
(Bai et al.,2017).

Kanker serviks Nanokomposit DOX-ZnO PEG lebih baik


toksisitasnya tergantung dari dosis terhadap
saluran sel HeLa (Hariharan et al., 2012).
Nanopartikel ZnO menunjukan efek
sitotoksik yang dinamis dalam sel karsinoma
serviks yang menginduksi apoptosis melalui
peningkatan ROS intraseluler kadar dan
apoptosis gen p53 dan ekspresi caspase-3
(Pandurangan, 2016).

Kanker lambung PMMA-AA / ZnO NP dan PMMA-PEG /


ZnO mampu membawa obat hidrofobik
dalam jumlah besar yang menunjukkan
aktivitas sebagai ati kanker lambung (Dhivya
et al., 2018).

Kanker kulit ZnO NPs menginduksi kematian sel pada


konsentrasi tinggi sedangkan pada
konsentrasi rendah dapat menginduksi siklus
sel pada fase S dan G2/M oleh intraseluler
ROS (Patel et al., 2016).

Leukimia promyelocytic akut Nanokomposit HA- ZnO menyebabkan


siklus sel G2/M menangkap dan merangsang
peningkatan terkait apoptosis fase caspase- 3
10

dan 7 dari sel HL-60 (Namvar., 2016).

Jalur JNK dan p38 yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 pada
mekanisme ZnO NP apoptosis dalam sel HepG2 hati manusia. Apoptosis
melalui 2 ekstrinsik dan jalur intrinsic, antiapoptosis gen Bcl-2, AKT1 dan
JERK/2 mengalami downregulation dan gen proapoptosis p21, p53, JNK
dan Bax mengalami upregulation.

Gambar 2.2 Mekanisme ZnO NPs pada sel kanker Hati manusia
(Sumber : Sharma, 2012)

2.2.2 Pengantar obat


11

Dalam beberapa penerapan nanoteknologi , pemberian obat muncul


sebagai alat yang ampuh dalam pengobatan penyakit seperti kanker
(Taylor & Webster, 2011). Penelitian Yuan et al., menggunakan titik
kuantum ZnO sebagai pengiriman obat yang menargetkan doxorubicin ke
sel HeLa (Yuan & Hein, 2010). Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa sistem pengiriman obat menggunakan nanopartikel efektif
digunakan sebagai penargetan doxorubicin ke sel kanker (Yuan & Hein,
2010). Dalam penelitian lain yang dilakukan Nie dan rekannya
mengindikasikan baha ZnO mirip dengan tetrapod struktur nano yang
telah disintesis untuk digunakan sebagai mediator baru pengiriman gen
(Nie et al., 2006). Penelitian dari Zhang et al., uga mengungkapkan bahwa
titik kuantum ZnO yang tertutup polikasi dapat mengantarkan DNA ke
dalam sel COS-7 s (Zhang & Liu, 2010).
2.2.3 Antibakteri
ZnO-NP memiliki efek antibakteri pada masing-masing bakteri gram
positif dan gram negative (Limbach et al., 2007) serta sebagai aktifitas
obat terhadap spora yang tahan terhadap suhu dan tekanna tinggi. Ini
terbukti bahwa aktivitas obat ZnO-NP tergantung pada konsentrasi dari
nanopartikel ZnO (Husseuny, 2007). ZnO-NP menunjukkan aktivitas
antibakteri yang ternyata lebih besar dari mikro partikel, efek nanopartikel
akan meningkat seiring dengan meningkatnya dosis partikel.

2.3 Green Syntesis Nanopartikel Seng Oksida


Sintesis nanopartikel menggunakan metode kimia dan fisika memiliki
kelemahan yaitu mahalnya biaya penelitian dan bahan yang digunakan
tergolong beracun dan berbahaya yang dapat menimbulkan resiko tinggi
terhadap lingkungan. Maka digunakan metode yang lebih ekonomis dan aman
bagi lingkungan yaitu dengan green synthesis yang menggunakan tanaman
untuk mensintesis nanopartikel. Ekstrak tanaman yang digunakan dalam
pembuatan nanopartikel berfungsi sebagai stabilisator, capping agent dan
12

bioreduktor (Iravani, 2011). Enzim , asam amino, protein, assam lemak,


mineral, polisakarida, vitamin, senyawa metabolit sekunder (flavonoid,
terpenoid, polifenol, fenolik, tanin) merupakan senyawa yang berperan
sebagai agen pereduksi dalam perubahan garam precursor (Asmathunisha &
Kathiresan, 2012).
Agen pereduksi nanopartikel oleh kelompok mikroalga yaitu protein
yang terdapat pada Caulerpa racemosa (Kathiraven et al., 2015), polisakarida
sulfat terdapat di Sargasum muticum (Azizi et al., 2014) dan senyawa fenolik
terdapat pada Gracillaria sp. (Kumar & Yadav, 2013)

2.4 Daun Bidara (Ziziphus spina-christi L.) sebagai biostabilitator


Daun bidara atau widara (Ziziphus spina-christi L.) tumbuh di
Indonesia dengan beberapa nama daerah yaitu widara (Jawa), bukol (Madura),
sawu (NTT) dan rangga (Bima) (Heyne, 1987). Pada Gambar 2.3 merupakan
tanaman bidara (Ziziphus spina-christi L.).

Gambar 2.3 Tanaman Bidara (Ziziphus spina-christi L.)


(Sumber : Gembong, 2010)

Klasifikasi (Gembong, 2010) :


Kerajaan : Plantae
13

Divisi : Mognoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Rosales
Suku : Rhamnaceae
Marga : Ziziphus
Jenis : Ziziphus spina-christi L.
Beberapa peneliti menjelaskan bahwa bidara (Ziziphus spina-christi
L.) memiliki kandungan senyawa aktif meliputi sterol (β-sitosterol), tanin,
alkaloid (spinanin A), kuarsetin derivative, triterpenoid, flavonoid (rutin), dan
saponin (asam betulinik) (Branther & Males, 1999; Gonini, dkk,
2009;Abalaka dk, 2010). Kandungan yang berperan sebagai pengobatan dari
tanaman ini adalah alkaloid, fenol, flavonoid dan terpenoid (Adzu dkk, 2001).
Senyawa fenolat yang memilii cincin aromatic dengan satu atau lebih gugus
hidroksil (Harbon, 1987).
Fenolat dalam daun bidara memiliki manfaat sebagai antioksidan,
antiinflamasi, antimikroba, dan pencegah tumor (Prior, 2003). Hasiat bidara
berfungsi sebagai pelindung sel DNA dari kerusakan radiasi (Abdel-Galil,
1991). Selain itu manfaat dari bidara (Ziziphus spina-christi L.) adalah :
1. Dimanfaatkan buahnya sebagai teh untuk meningkatkan produksi ASI dan
untuk pengobatan hati (Allan, 2012).

2. Rebusan daunnya dimanfaatkan untuk mengbati rambut yan rontok (Saied


dkk., 2008).

3. Ekstrak methanol dari kulit batang dapat mengurangi diare pada tikus
(Adzu dkk., 2003)

4. Serbuk dari biji memiliki ativitas tinggi terhadap E.coli dan Bacillus
subtilis (Nazif, 2002).

Salah satu faktor keberhasilan pembentukan nanopartikel adalah


kestabilan waktu saat proses sintesis nanopartikel (Rezanka et al., 2010) yang
dipengaruhi oleh ekstrak tanaman daun bidara sebagai biostabilitator dalam
proses pembentukan nanopartikel. Kandungan daun bidara berfungsi sebagai
agen penstabil pembentukan nanopartikel seng oksida.
14

2.5 Karakterisasi Nanopartikel Seng Oksida


Karakteristik permukaan yang diamati dari nanopartikel adalah
hidrofobistitas dan muatannya. Muatan dari suatu partikel ditunjukan oleh
zeta pontensialnya dimana zeta potensial mengatur derajat tolak menolak
antara partikel terdispersi (Martin, Sarbick dan Cammarata, 2008).
Karakterisasi nanopartikel meliputi :
2.5.1 Ukuran Partikel
Ukuran beserta distribusi partikel merupakan karakteristik penting,
ukuran nanopartikel pada umumnya berkisar antara 10-1000 nm
(Mohanraj, 2006). Metode yang digunakan untuk melihat ukuran
nanopartikel adalah XRD (X-Ray Difractometer) dimana teknik ini
digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan cara
menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran
partikel (Sharma et al., 2012).
2.5.2 Morfologi
Karakterisasi morfologi dari nanopartikel dapat dilihat dengan
beberapa metode salah satunya adalah SEM (Scanning Electron
Microscopy) dimana metode ini digunakan untuk melihat bentuk maupun
struktur mikro permukaan suatu objek yang tidak bisa dilihat melalui
mikroskop optic dengan menggunakan mikroskop electron (Jores et al.,
2004).
2.5.3 Sifat Nanopartikel
Sifat dari nanopartikel dapat dilihat menggunakan beberapa cara yaitu :
a. UV vis, dimana alat ini digunakan untuk mengetahui optimasi
pembentukan nanopartikel. Untuk analisa kualitatif membandingkan ƛ
maksimum, A (serapan) dan spectrum serapannya. Nanopartikel
berinteraksi dengan kuat terhadap apnjang gelombang dari cahaya dan
memiliki sifat optis unik (Ronson, 2012). Nanopartikel penyebarannya
tergantung pada ultra violet atau cahaya biru yang merupakan panjang
gelombang pendek yang tersebar intens daripada cahaya merah yang
15

merupakan panjang gelombang panjang tetapi partikel yang lebih besar


penyebaran cahayanya tidak tergantung pada panjang gelombang
(Taylor et al., 2013).
b. FTIR, alat ini menggunakan teknik spektroskopi vibrasional yang
memanfatkan radiasi inframerah untuk menimbulkan vabriasi ikatan
molekulernya (Baker et al., 2008). Jika spectra infra merah menunjukan
hasil berbeda menandakan jika dalam molekul tersebut mengandung
lebih dari satu ikatan molekul (Baker et al., 2008). FTIR memberikan
hasil yang spesifik mengenai struktur gugus kimia yang terkandung
pada suatu sampel , metode FTIR ini bersifat cepat dan nondestruktif
untuk pengukuran kualitatif maupun kuantitatif (Cronin dan McKenzie,
1990).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif
menggunakan sumber literature. Karakteristik nanopartikel meliputi
analisis menggunakan FTIR dan UV-vis. Rancangan penelitian
dilakukan melalui proses biosintesis nanopartikel seng oksida melalui
green synthesis dengan precursor ZnSO4 dan biostabilitator ekstrak
daun bidara (Ziziphus spina-christi L.)

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan bulan Desember 2019 sampai bulan
Juni 2020. Pembuatan ekstrak daun bidara di UPT Materia Medika
Batu, Malang. Proses sintesis nanopartikel menggunakan
biostabilitator ekstrak bidara di Laboratorium Kultur Jaringan
Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang. FTIR , XRD dan
SEM serta Uv-vis dilakukan di Laboratorium Sentral dan
Laboratorium Kimia, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.

3.3. Objek Penelitian


Objek pada penelitian ini adalah ekstak daun yang digunakan
sebagai bistabilitator nanopartikel seng oksida (ZnO). Maserasi
ekstrak daun bidara menggunaan etanol. Precursor menggunakan
larutan ZnSO4 serta bistabilitator menggunakan ekstrak daun bidara.

16
17

3.4. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu toples maserasi,
shaker, kain saring, vacuum rotary evaporator, botol vial , labu Erlenmeyer,
gelas ukur, spatula, neraca analitik botol steril, incubator, FTIR , XRD dan
SEM serta Uv-vis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun bidara, etanol,
ZnSO4 , air demineralisasi, kertas pH, NaOH.

3.5. Prosedur Kerja


1. Pembuatan ekstrak daun Bidara
Sediaan segar daun bidara dimasukkan pada wadah maserasi lalu
direndam menggunakan 1,5 L air selama 1 x 24 jam. Hasil maserasi
selanjutnya disaring dengan tujuan pemisahan filtrate dan residunya
setelah itu di rotary evaporator untuk menguapkan aquades sebagai pelarut
selama 2 jam.
2. Pembuatan nanopartikel
Dilakukan penimbangan ZnSO4 sebanyak 5,3024 g setelah itu dilarutan
menggunaan 1 L air deminaralisasi (air yang sudah dihilangkan
mineralnya) lalu dicampurkan dengan estrak daun bidara sebanyak 3,5714
ml. Setelah itu dilakukan pengecekan pH (ditambah NaOH sampai
diperoleh pH sebesar 12), setelah itu diletakan pada botol steril.
Diinkubasi selama 4 x 24 jam dengan suhu 30⁰C lalu disaring
menggunakan kertas saring, hasil endapan dicuci menggunakan etanol dan
air demin sampai diperoleh pH sebesar 9 lalu diinkubasi kembali dengan
suhu 60⁰C sampai kering. Selanjutnya pengamatan dilakukan tiap 1 x 24
jam selama 3 hari dimulai dari hari kedua setelah diinkubasi.
3. FTIR
Sampel ditimbang sebanyak 1-2 mg lalu ditambahkan serbuk KBr (kalium
bromida) sebanyak 100-200 mg dengan perbandingan sampel KBr 1:100
dengan bahan uji lalu dicampur menjadi satu. Setelah tercampur lalu di
18

press dengan tekanan 7-8 ton selama 10-15 menit sampai terbentuk suatu
disk transparan, setelah itu dimasukkan untuk di sacan dalam FTIR pada
bilangan gelombang 500-4000 cm-1 (Vimala et al., 2014). Pengujian
dengan FTIR dilakukan sebanyak 2 variasi yaitu pengujian pertama
ekstrak dari daun bidara dan yang kedua pengujian nanopartitel yang
sudah terbentuk.
4. XRD
Sampel berupa bubuk diambil sebanyak satu sendok the lalu dimasukkan
kedalam plat aluminium berukuran 2 x 2 cm setelah itu dikarakterisasi
menggunakan XRD dengan sumber Cu-Ka1, yang memiliki panjang
gelombang tertentu dalam satuan Amstrom. Kemudian mengatur besarnya
tegangan dan arus yang akan digunakan. Selanjutnya pengambilan data
difraksi dilakukan dalam rentang sudut difraksi 2Ɵ dengan kecepatan baca
waktu per detik. Menembakkan sinar-X menuju sampel, sehingga akan
membuat detektor berputar sesuai dengan rentang sudut difraksi 2Ɵ yang
digunakan. Selanjutnya setelah ditembakkan maka akan terbaca pada
monitor atau layar komputer grafik difraktogram yaitu grafik hubungan
intensitas dengan 2Ɵ (Ratnasari , 2009).
5. SEM
Sampel yang telah disiapkan direkatkan pada bahan khusus yaiu logam
dengan diameter sebesar 9mm lalu dilakukan coating pada sampel.
Selanjutnya sampel disinari dengan pancaran electron sebesar 20 kV, lalu
dilakukan pemotretan hasil bagian yang diinginkan dari nanopartikel
perak tersebut.
6. Uv-vis
Sebelumnya pilih panjang gelombang dengan Wafelength kontrol setelah
itu kosongkan sampel compartment lalu atur harga tranmitansi menjadi
0,00% T. Sebelumnya isi dengan larutan blanko dan atur harga
transmintansi menjadi 100% , setelah itu ganti larutan blanko dengan
19

larutan sampel lalu baca hasilnya. Pengamatan dimulai dari hari kedua
inkubasi selama 4 kali ulangan dengan satu sampel setiap harinya.

3.6. Teknik Pengumpulan Data


Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif
dimana hasil dari FTIR, XRD dan SEM akan dijabarkan karakter yang
terbentuk pada sampel uji sedangkan hasil dari Uv-Vis akan
dijabarkan perbedaan hasil pembentukan naopartikel dalam jangka 3
hari setelah proses biosintesis.

3.7. Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini adalah karakter nanopartikel
seng oksida yang disintesis menggunakan ekstrak daun bidara.
Nanopartikel dianalisis menggunakan uji kualitatif dan kuantitatif
melalui FTIR, XRD dan SEM serta Uv-Vis
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

Hasil karakterisasi nanopartikel ZnO menggunakan FTIR, XRD dan SEM


sebagai berikut.

4.1 Optimasi pembentukan nanopartikel berdasarkan deteksi FTIR


Pengujian FTIR dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gugus
fungsi yang terdapat pada sampel uji nanopartikel ZnO dengan biostabilitator
ekstrak daun bidara. Spectrum transmitansi IR pada sampel ditunjukkan pada
Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Pola FTIR sampel uji pembentukan nanopartikel ZnO

Gugus fungsi yang dideteksi melalui uji FTIR menunjukkan serapan


gugus fungsi yang ditunjukkan pada Tabel 4.1.
FTIR dapat digunakan untuk menentukan struktur gugus kimia yang
terkandung dalam sampel uji (Cronin dan McKenzie, 1990). Berikut adalah

20
21

Tabel 4.1 yang menunjukkan serapan gugus fungsi pembentukan


nanopartikel melalui FTIR.
Tabel 4.1. Serapan gugus fungsi sampel uji pembentukan nanopartikel ZnO

Puncak (cm-1) Intensitas Gugus Fungsi


615,29 36,729 Nanopartikel ZnO
894,97 37,704 C-H
1118,71 49,146 C-O
1381,03 49,226 C-H
2860,43 65,271 O-H
2931,8 61,013 C-H
3267,41 47,163 O-H
3327,21 45,611 O-H

Gugus fungsi yang terkandung pada sampel uji setelah dianalisis yaitu
pada nomor 1 dengan serapan 615,29 cm-1 dan intensitas 36,729 merupakan
gugus fungsi dari nanopartikel ZnO. Untuk serapan nomor 2- 8 merupakan
gugus fungsi lain yang terkandung dalam sampel dengan rincian yaitu pada
nomor 2 dengan serapan 894,97 cm-1 dan intensitas 37,704, nomor 6 dengan
serapan 2931,8 cm-1 dan intensitas 61,013 dan nomor 4 dengan serapan 1381,03
cm-1 dan intensitas 49,226 merupakan gugus fungsi C-H. Pada nomor 3 dengan
serapan 1118,71 cm-1 dan intensitas 49,146 merupakan gugus fungsi C-O, pada
nomor 5 dengan serapan 2860,43 cm-1 dan intensitas 65,271, nomor 7 dengan
serapan 3267,41 cm-1 dan intensitas 47,163 dan nomor 8 dengan serapan 3327,21
cm-1 dan intensitas 45,611 merupakan gugus fungsi dari O-H. Dari hasil tersebut
menunjukkan gugus yang paling banyak terbentuk adalah gugus C-H dan O-H.
22

4.1 Karakterisasi nanopartikel dengan XRD


Penentuan karakter nanopartikel ZnO menggunakan XRD (X-Ray
Difractometer) dimana teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin
dalam material dengan cara menentukan parameter struktur kisi. Dari hasil XRD
diperoleh grafik seperti tampak pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Grafik XRD dari senyawa nanopartikel ZnO hasil biosintesis
menggunakan ekstrak daun Bidara.

Analisis yang didapatkan dari grafik XRD menunjukkan puncak difraksi


senyawa dari nanopartikel ZnO. Berikut adalah Tabel 4.1 yang menunjukkan
serapan gugus fungsi pembentukan nanopartikel melalui FTIR.
Tabel 4.2. Puncak difraksi senyawa nanopartikel ZnO hasil biosintesis menggunakan
ekstrak daun Bidara.

2Ɵ (⁰) Intensitas (%) FWHM (⁰)


31,73 66 0,3149
34,38 74 0,0984
36,24 100 0,1378
23

47,49 14 0,5510
56,60 31 0,3149
62,86 21 0,2755
67,94 4 0,3149
69,05 20 0,5510
72,58 10 0,3936
77 1 0,6298

Setelah dianalisis menggunakan aplikasi Match dimana mengacu pada


database Joint Committee on Powder Diffraction Standart (JCPDS No.99-0094)
menunjukkan puncak difraksi nanopartikel ZnO dengan jelas pada nilai 2Ɵ yaitu
pada paada puncak 36,24⁰ dengan nilai FWHM (Full Width at Half Maximum)
sebesar 0,1378 dengan sistem kristal nanopartikel ZnO berbentuk hexagonal.
Ukuran kristal nanopartikel ZnO dihitung menggunakan rumus Scherrer
yaitu t = 0,9 λ / (B cos θB) (Patterson, 1939).
t = 0,9 (2,478) / 0,1378 (cos 18,12)
t = ukuran kristal
ƛ = panjang gelombang X–Ray
B = FWHM
ƟB = sudut difraksi
hasil ukuran kristal yang didapatkan sebesar 17,02 nm.

4.2 Karakterisasi nanopartikel dengan SEM


Analisis SEM bertujuan untuk menunjukkan morfologi partikel. Dari
hasil SEM diperoleh gambar morfologi permukaan nanopartikel ZnO tampak
pada Gambar 4.3.
24

Gambar 4.3. Morfologi Partikel Nano ZnO Ekstrak Daun Bidara pada
berbagai View Field (A) 1μm, (B) 0,5 μm.

Morfologi nanopartikel ZnO yang dianalisis menggunakan SEM terlihat


bahwa partikel ZnO yang tidak merata dan agak acak distribusinya dengan
ukuran yang tidak sama satu sama lain akibat efek agregasi partikel nano. Dari
hasil yang didapatkan tidak begitu terlihat jelas bentuk dari nanopartikel ZnO
yang seharusnya berbentuk hexagonal.
Gambar 4.4 menunjukkan grafik hasil Energy-dispersive X-ray
spectroscopy (EDX) nanopartikel ZnO dari ekstrak daun Bidara dimana
menunjukkan puncak tertinggi yaitu Seng (Zn) dan Oksigen (O) dengan
presentase berat Zn 52,05% dan O 47,95% serta presentasi atom sebesar 20,99%
dan 79,01%.

Gambar 4.3. Spektrum EDX Partikel Nano ZnO Ekstrak Daun Bidara.
25

4.3 Hasil pembentukan nanopartikel berdasarkan deteksi Uv-Vis


Pembentukan nanopartikel ZnO dapat diketahui dengan menggunakan
spektrofotometer Uv-Vis. Hasil absorbansi dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai
berikut.
Tabel 4.2. Hasil Absorbansi Pembentukan Nanopartikel Zno Dengan UV-Vis

Sampel Absorbansi

Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3 Hari Ke-4

ZnO 0,5052 0,6969 0,7843 1,1992

Peningkatan nilai absorbansi yang ditunjukkan dari hasil Uv-Vis pada


tiap harinya di mana pada hari pertama didapatkan nilai absorbansi sebesar
0,5052, pada hari kedua sebesar 0,6969, pada hari ketiga sebesar 0,7843 dan
pada hari keempat didapatkan hasil sebesar 1,1992. Hal ini menunjukkan bahwa
pembentukan nanopartikel terus bertambah setiap harinya. Berikut ini adalah
grafik hubungan antara lamanya waktu pembentukan nanopartikel yang dilihat
dari nilai absorbansinya yang ditunjukkan oleh Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Grafik hubungan antara nilai absorbansi dan lamanya hari
terbentuknya nanopartikel.
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Hasil serapan gugus fungsi pembentukan nanopartikel ZnO dengan FTIR
Spektroskopi FTIR merupakan pengukuran penyerapan IR radiasi oleh
sampel terhadap panjang gelombang yang melibatkan korelasi pita absorbansi dengan
senyawa kimia yang ada dalam sampel. Dengan cara ini biomolekul yang terdapat
pada ekstrak daun bidara berperan sebagai stabilitator sintesis nanopartikel.

Terbentuknya gugus ZnO dimana spectrum menunjukan puncak luas sekitar


615.29 cm-1 yang berarti berada diantara 400 cm -1- 650 cm -1 yang sesuai dengan
nanopartikel ZnO (Moghri, 2012). Menurut Kokila et al., (2015) yaitu pergeseran
frekuensi menuju yang lebih rendah menunjukkan berperannya senyawa lain dalam
proses sintesis nanopartikel ZnO ditunjukkan dari 3327.21-1 bergeser ke 3267.41-1 dan
terus bergeser sampai terbentuk spectrum nanopartikel ZnO pada 615.29-1.yang pada
sampel uji hasilnya terus meregang yang menunjukkan terus terbentuknya
nanopartikel ZnO, ini menunjukkan berperannya senyawa yang berada pada ekstrak
daun bidara yang berfungsi sebagai biostabilitator dalam proses pembentukan
nanopartikel ZnO.

Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil nomor 2
merupakan golongan C-H aromatic, nomor 3 golongan C-O ester, nomor 4 dan 6 C-H
alkana, nomor 5, 7 dan 8 golongan O-H alcohol fenol (ikatan hydrogen). Sesuai
dengan hasil penelitian dari Bintoro (2017) bahwa pada daun bidara mengandung
senyawa saponin yang ditandai munculnya gugus C-H, C-O, dan O-H. Ini merupakan
senyawa yang terkandung pada ektrak daun bidara yang membantu dalam proses
stabilisasi pembentukan nanopartikel ZnO. Pada Tabel 5.1 merupakan serapan khas
dari beberapa gugus fungsi. Gugus fungsi yang paling dominan adalah C-H dan O-H
dimana gugus fungsi tersebut merupakan kandungan senyawa yang ada pada daun
bidara.

26
27

Tabel 5.1. Serapan Khas Gugus Fungsi

Gugus Jenis Senyawa Daerah Serapan (cm-1)

C-H Alkana 2850-2960, 1350-1470

C-H Alkena 3020-3080, 675-870

C-H Aromatik 3000-3100, 675-870

C-H Alkuna 3300

C=C Alkena 1640-1680

C=C Aromatik (cincin) 1500-1600

C-O Alkohol, eter, asam karboksilat, ester 1080-1300

C=O Aldehida, keton, asam karboksilat, ester 1690-1760

O-H Alkohol, fenol (monomer) 3610-3640

O-H Alkohol, fenol (ikatan H) 2000-3600 (lebar)

O-H Asam karboksilat 3000-3600 (lebar)

N-H Amina 3310-3500

C-N Amina 1180-1360

-NO2 Nitro 1515-1560, 1345-1385

Sumber : Lau (1999)


Gugus C-H yang teridentifikasi di panjang gelombang 2931.8-1 merupakan
gugus C-H alfatik, bukan C-H aldehid karena tidak tajamnya puncak serapan, gugus
C-H ini merupakan gugus yang terkandung pada ektrak daun bidara, sedangkan
adanya gugus O-H yang teridentifikasi merupakan ciri adanya saponin yang
terkandung dalam ektrak daun bidara pada proses pembentukan nanopartikel ZnO
(Bintoro, 2017). Sedangkan gugus C-O merupakan komponen heterosiklik protein
yang berfungsi sebagai penstabil untuk nanopartikel (Kaliswarahal, 2010). Menurut
28

Sastry (2003) dan Sanghi (2009) menyatakan bahwa gugus fungsi seperti –C-O-C,
-C-O- dan –C=C- yang berasal dari senyawa heterosiklik berguna sebagai ligan
capping dalam pembentukan nanopartikel.

5.2 Hasil identifikasi fasa kristalin nanopartikel ZnO menggunakan XRD


XRD merupakan teknik yang digunakan dalam karakteristik material untuk
mendapatkan informasi tentang ukuran, struktur kristal dan orientasi kristal.
Karakterisasi XRD dilakukan analisis secara kuantitatif dengan cara pencocokan
(search match) spectrum hasil karakterisasi XRD dengan data dari JCPDS (Joint
Committee on Powder Diffraction Standard) yang berfungsi untuk mencocokkan
senyawa ZnO yang ada pada hasil XRD.
Didapatkan hasil puncak difraksi nanopartikel ZnO dengan jelas pada nilai 2Ɵ
yaitu pada paada puncak 36,24⁰ dengan nilai FWHM (Full Width at Half Maximum)
sebesar 0,1378 dengan sistem kristal nanopartikel ZnO berbentuk hexagonal. Bentuk
hexagonal terbentuk akibat pertumbuhan kristal ZnO masih dominan ke arah sumbu-
α, berdasarkan penelitian yang dilakukan Maryanti (2008) untuk pertumbuhan satu
arah pada difraktogaram XRD yang dihasilkan puncak refleksi yang muncul hanya
pada sumbu-α. Dengan naiknya konsentrasi Zn2+ mengalami hidrolisis yang sangat
cepat sehingga proses distribusi dari Zn2+ terhadap substrat sangat cepat yang
menyebabkan partikel tumbuh tidak beraturan (Yadav, 2007).
Melalui XRD juga dapat diketahui ukuran kristal hasil sintesis yang
ditentukan melalui perhitungan persamaan Debye-Scherrer dimana didaptkan hasil
ukuran kristal ZnO yang didapatkan sebesar 17,02 nm.

5.3 Hasil identifikasi morfologi nanopartikel ZnO menggunakan SEM


Penggunan SEM bertujuan untuk mengetahui morfologi dari partikel, selain
itu juga dapat digunakan untuk mengetahui distribusi ukurannya (Prasetiowati, 2018).
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan nanopartikel ZnO berbentuk acak dimana
bentuk geometri dari nanopartikel memiliki peran penting untuk menentukan
resonansi plasmon dan spectrum nanopartikel (Moch, 2002). Bentuk dari nanopartikel
29

berperan penting untuk menentukan sifat optic, mekanik, toksisitas dan konduktif dari
suatu nanopartikel.
Bentuk dari nanopartikel ZnO yang didapatkan mengalami agregasi yang
ditandai bentuk morfologi yang terlihat seperti saling tumpang tindih, ini disebabkan
oleh adanya efek Gerak Brown dan gaya Van der Waals dalam larutan uji. Agregasi
yang terjadi menyebabkan berubahnya sifat fisik maupun kimia dari suatu
nanopartikel yang berimbas pada berkurangnya rasio luas permukaan nanopartikel
(Jassby, 2011). Upaya untuk mencegah agregasi yaitu dengan cara nanopartikel harus
distabilkan dengan cara stabilisasi elektronik dan stabilisasi sterik (Hotze, 2010).
Menurut Polini & Fang (2017), Energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDX)
merupakan analisis permukaan di mana sinar electron mengenai lalu menarik electron
bagian dalam sehingga menyebabkan terbentuknya lubang electron dalam struktur
electron elemen. Maka dari itu EDX berfungsi untuk memberikan informasi tentang
keberadaan dan distribusi bahan yang berbeda dalam komposit nanofiber. Dari
Gambar 4.3 menunjukkan puncak keberadaan ZnO dan mengkonfirmasi
pembentukan nanopartikel ZnO tersebut dimana ditunjukkan dengan presentase berat
Zn sebesar 52,05% dan O sebesar 47,95% serta presentasi atom sebesar 20,99% dan
79,01%. Dari hasil spektrum EDX ini menunjukkan adanya nanopartikel ZnO dengan
kemurnian yang tinggi.

5.4 Hasil pembentukan nanopartikel dengan Uv-Vis

Spektrofotometer Uv-Vis digunakan untuk mengetahui optimasi pembentukan


nanopartikel ZnO ditinjau berdasarkan panjang gelombang absorbansi maksimum
yang terbentuk. Kenaikan panjang absorbansi dari hari ke-1 sampai ke-4 yang artinya
semakin hari pembentukan nanopartikel mengalami peningkatan yang disebutkan
pada Tabel 4.2. Menurut Dwistika (2018) nilai absorbansi dapat menunjukan jumlah
dari nanopartikel yang terbentuk secara kualitatif, sedangkan spectrum absorbansi
maksimal digunakan untukmelihat ukuran dari nanopartikel yang dihasilkan.
30

Bertambahnya waktu menyebabkan semakin besarnya nilai ƛ maks yang


diperoleh ini disebabkan jumlah nanopartikel yang semakin besar seiring
bertambahnya hari.Hasil yang diperoleh menunjukkan pembentukan nanopartikel
ZnO semakin efektif setiap harinya, ini juga ditunjukkan dari hasil analisis FTIR di
mana setiap harinya terjadi pembentukan nanopartikel melalui peregangan senyawa
dari ekstrak daun bidara yang berperan sebagai biostabilitator. Menurut Bakir (2011)
nilai absorbansi dapat menunjukkan jumlah nanopartikel yang terbentuk secara
kualitatif.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,dapat disimpulkan ,
1. Dari hasil FTIR didapatkan hasil bahwa nanopartikel ZnO menggunakan
biostabilitator ekstrak daun bidara terbentuk pada spectrum puncak luas
sekitar 615.29 cm-1 , hasil XRD didapatkan difraksi nanopartikel ZnO dengan
jelas pada nilai 2Ɵ yaitu pada paada puncak 36,24⁰ dengan nilai FWHM (Full
Width at Half Maximum) sebesar 0,1378 dengan sistem kristal nanopartikel
ZnO berbentuk hexagonal dan hasil SEM didapatkan presentase berat Zn
sebesar 52,05% dan O sebesar 47,95% serta presentasi atom sebesar 20,99%
dan 79,01%. Dari hasil spektrum EDX ini menunjukkan adanya nanopartikel
ZnO dengan kemurnian yang tinggi.
2. Hasil pembentukan nanopartikel ZnO setiap harinya yang di analisis
menggunakan Uv-Vis.

6.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hasil pembentukan
nanopartikel dengan deteksi Uv-Vis tidak hanya sampai hari ke-4 agar diketahui pada
hari keberapa optimalisasi pembentukan nanopartikel ZnO sebelum mengalami
penurunan pembentukan nanopartikel.

31
DAFTAR RUJUKAN

Abalaka ME, Daniyan SY, Mann A. 2010.Evaluation of the Antimicrobial Activities


of Two Ziziphus Species (Ziziphus Maritiana L. And Ziziphus Spina Christi
L.) on Some Microbial Pathogens. Afr J pharm pharmacol, 4(1):135-9.

Abdullah, M dan Khairurrijal. 2009. Review: Karakterisasi Nanomaterial. Jurnal


Nanosains dan Nanoteknologi, 2(1): 4-5

Adzu B, Amos S. 2001. Antinociceptive Activity of Ziziphus spina-christi L. Root


Bark Extract. Fitoterapia.72(4) : 322-50.

Ajazuddin, Saraf S.2010. Applications of Novel Drug Delivery System for Herbal
Formulations. Fitoterapia. 81(7):680–9.

Asmathunisha N, Kathiresan K.A. 2013. Review on Biosynthesis of Nanoparticles


By Marine Organisms. Colloid Surfaces B. Biointerfaces, 103: 283-287.

Baker MJ, Gazi E, Brown MD, Shanks JH, Gardner P, Clarke NW. 2008. FTIR
Based Spectroscopic Analysis in the Identification of Clinically Aggressive
Prostate Cancer. British Journal of Cancer 99: 1859-18866.

Bakir. 2011. Pengembangan Biosintesis Nanopartikel Menggunakan Rebusan Daun


Bisbul untuk Deteksi Ion Tembaha dengan Metode Koolorimetri. Thesis,
Universitas Indonesia.

Behera, .K. 2009. Synthesis And Characterization of Zno Nanoparticles. Thesis of


Master Science Degree In Physics. National Institute of Technology Rourkela,
India Orissa: 35 hlm.

Bintoro Adi, Agus Malik, Boima Situmeang. 2017. Analisis dan Identifikasi Senyawa
Saponin Dari Daun Bidara (Ziziphus Mauritania L.). Jurnal ITEKIMA vol 2
No 1.

32
33

Branter AH, Males Z. 1999. Quality Assessment of Paliurus Spina-Christi Eztract.J


Ethnopharmacol, 66, 175-9.

Chang C, Yang M, Wen, Hm Chem J. 2002. Estimation of Flavonoid Content in


Propolis by Two Complementary Colorimetric Methods. Journal of Food
Drud Analysis.

Cronin DA, McKenzie K. 1990. Arapid Method for The Determination of Fat In
Foodstuffs by Infrared Spectrometry. Food Chemistry 35: 39-49.

D. P. Bai, X. F. Zhang, G. L. Zhang, Y. F. Huang, and S. Gurunathan. 2017. Zinc


Oxide Nanoparticles Induce Apoptosis and Autophagy In Human Ovarian
Cancer Cells. International Journal of Nanomedicine, vol. 12, pp. 6521–
6535.

E. Taylor, T.J. 2011. Webster, Reducing Infections Through Nanotechnology and


Nanoparticles. International Jurnal Nanomed. 6 .1463–1473.

F. Namvar, S. Azizi, H. S. Rahman et al. 2016. Green Synthesis,


Characterization, And Anticancer Activity of Hyaluronan/Zinc Oxide
Nanocomposite. Onco Targets and therapy, vol. 9, pp. 4549–4559.

Godini A, Kazem M, Naseri G, Badavi M. 2009. The Effect of Ziziphus Spina-


Christi Leaf Etract On The Isolated Rat Aorta. JPak Med Assoc, 59, 5379.

Handayani, W. 2011. Pemanfaatan Tumbuhan Tropis untuk Biosintesis


Nanopartikel Perak dan Aplikasinya sebagai Indikator Kolorimetri
Keberadaan Logam Berat, Thesis diterbitkan, (online), Program Studi
Biologi FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta

Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia Cara Modern Menganalisis Tumuhan,


Diterjemahkan Oleh Padmawinata, K. Bandung : ITB.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jakarta: Yayasan Sarana Wana
Jaya.

Hotze, E.M., Phenrat, T., & Lowry, G.V. (2010). Nanoparticle Aggregation:
Challenges to Understanding Transport and Reactivity in the Environment. J.
Environ. Qual. 39:1909–1924

I. De Angelis, F. Barone, A. Zijno et al., 013. Comparative Study of Zno and Tio2
Nanoparticles: Physicochemical Characterisation And Toxicological
34

Effects on Human Colon Carcinoma Cells. Nanotoxicology, vol. 7, no. 8,


pp. 1361– 1372.

Iravani, S. 2011. Green Chemistry Green Synthesis of Metal Nanoparticles Using


Plants. Green Chemistry. 13: 2638-2650.

Jayaseelan C, Rahuman AA, Kirthi AV, Marimuthu S, Santhoshkumar T,


Bagavan A, Gaurav K, Karthik L, Rao KVB. 2012. Novel Microbial
Route To Synthesize Zno Nanoparticles Using Aeromonas Hydrophila
And Their Activity Against Pathogenic Bacteria And Fungi.
Spectrochimica Acta Part A: Molecular and Biomolecular Spectroscopy, 90:
78-84.

Jassby,D. 2011. Impact of Partcile Aggregation on Nanoparticle


Reactivity.Disertasi.USA. Department of Civil and Environmental
Engineering. Duke University. Pp: 4-5

J. Bai Aswathanarayan and R. Rai Vittal. 2017. Muddegowda U: Anticancer


Activity of Metal Nanoparticles and Their Peptide Conjugates Against
Human Colon Adenorectal Carcinoma Cells. Artificial Cells,
Nanomedicine, and Biotechnology pp.1–8, In press.

Jores K, Mehnert W, Drecusler M, Bunyes H, Johan C, MAder K.2004. Investigation


on the stricter of solid lipid nanopartuicles and oil-loaded solid nanoparticles
by photon correlation spectroscopy,field flow fractionasition and transmission
electron microscopy. J Control Release. 17:217–27.

Kalishwaralal K. Deepak V, Pandian, Kottisamy, Barathmanikanth S, Kartikeyan


B,Guranathan S. 2010. Biosynthesis of Silver and Gold Nanoparticles
Using Brevibacterium casei. Colloids and Surfaces. 77 :257-262.

K. Mukunthan and S. Balaji. 2012. Cashew Apple Juice (Anacardium Occidentale


L.)Speeds Up the Synthesis of Silver Nanoparticles. International Journal of
Green Nanotechnology, vol. 4, no. 2, pp. 71–79.

Kokila, T., Ramesh, P. S. and Geetha, D. 2015. Biosynthesis of Silver


Nanoparticles from Cavendish Banana Peel Extract and Its Antibacterial and
Free Radical Scavenging Assay: A Novel Biological Approach. Applied
Nanoscience, 5, pp.911-920.
35

Kumar, V. & S.K. Yadav. 2009. Plant Mediated Synthesis of Silver and Gold
Nanoparticles and Their Applications. Journal Chemical Technology and
Biotchnology. 84:151-157.

Lau, W.S. 1999. Karakterisasi Inframerah untuk Mikroelektronik. World


Scientific.

L.K. Limbach, P. Wick, P. Manser, R.N. Grass, A. Bruinink, W.J. Stark. 2007.
Exposure of Engineered Nanoparticles to Human Lung Epithelial Cells:
Influence of Chemical Composition And Catalytic Activity on Oxidative
Stress, Environ. Sci. Technol. 41, 4158–4163.

L. Nie, L. Gao, P. Feng, J. Zhang, X. Fu, Y. Liu, X. Yan, T. Wang. 2006.


Threedimensional Functionalized Tetrapod-Like Zno Nanostructures for
Plasmid DNA Delivery. Small 2 ,621–625.

Martin, A., Swarbick, J., dan Cammarata, A. 2008. Farmasi Fisik (Ed. Ke-3)
(Joshita,Penerjemah). Jakarta : UI-Press, 972.

Masuo H., Kiyoshi N., Makio N dan Toyokazu Y. 2007. Nanoparticle


Technology Handbook. The Netherlands : Elsevier.

M. Husseiny, M.A. El-Aziz, Y. Badr, M. Mahmoud. 2007. Biosynthesis of Gold


Nanoparticles Using Pseudomonas Aeruginosa, Spectrochim. Acta Part a:
Mol. Biomol. Spectrosc. 67, 1003–1006.

Michalak, A. 2006. Phenolic Compound and Their Antioxidant Activity in Plants


Growing Under Heavy Metal Stress. Polis Journal of Environmental
Study, 15(4): 523-530.

Mittal, A.K., Y. Chisti & U.C. Banarjee. 2013. Synthesis of Metallic


Nanoparticles Using Plant Extracts. Biotechnology Advances. 31 :346-
356.

Moch, J.J. 2002. Shape Effects in PlasmonResonance of Individual Colloidal Silver


Nanoparticles. Journal of ChemicalPhysics 116: 6755-6759

Mohanraj, V.J., dan Y.Chen. 2006. Nanoparticles- A Review. Tropical Jurnal of


Pharmaceutical Research. 5 (1), 561-573.
36

Moghri, M.A., Moazzen, Borghei, S.M.,


Taleshi, F. (2012) J.
Nanostruc., 2, 295
Moghri, M.A., Moazzen, Borghei, S.M.,
Taleshi, F. (2012) J.
Nanostruc., 2, 295
Moghri, M. A, Moazzen. 2012. Jurnal Nanostructur.2.295.

M. Pandurangan, G. Enkhtaivan, and D. H. Kim. 2016. Anticancer Studies of


Synthesized Zno Nanoparticles Against Human Cervical Carcinoma Cells.
Journal of Photochemistry and Photobiology B: Biology, vol. 158, pp.
206– 211.

Nagarajan, R. & T.A. Hatton. 2008. Nanoparticles: Synthesis, Stabilization,


Passivation, and Functionalization. American Chemical
Society,Washington DC.

N. Tripathy, R. Ahmad, H. A. Ko, G. Khang, and Y. B. Hahn. 2015. Enhanced


Anticancer Potency Using an Acid-Responsive ZnO-Incorporated Liposomal
Drug-Delivery System. Nanoscale, vol. 7, no. 9, pp. 4088–

Panwar, R.S. 2009. Preparation of Modified ZnO Nanoparticles by Sol-Gel


Procces and Their Characterization. Thesis of Master of Technology
Degree in Material Science and Engineering. Thapar University, Patiala :
71hlm.

Patterson, A. 1939. The Scherrer Formula for X-Ray Particle Size Determination.
 Phys. Rev. 56  (10): 978–982

Parsons,J.G., Peralta-Videa, J.R., Gardea-Trresdey,J.L. 2007. Use of Plants In


Biotechnlogy : Synthesis of Metal Nanoparticles By Inactivated Plant
Tissues, Plant Extracts and Living Plants. In Sarkar, D. R, Dalta. R,
Hannigan. (Ed). Development in Environmental Science (vol.5, pp.463-
485). Elsevier.
37

Polini, A., & Yang, F. (2017).Physicochemical characterization of nanofiber


composites. Nanofiber Composites for Biomedical Applications, 97–115

P. Patel, K. Kansara, V. A. Senapati, R. Shanker, A. Dhawan, and A. Kumar.


2016. Cell Cycle Dependent Cellular Uptake of Zinc Oxide Nanoparticles
In Human Epidermal Cells. Mutagenesis, vol. 31, no. 4, pp. 481–490.

Prasetiowati, A.L., Prasetya, A.T., Wardani, S. 2018. Sintesis Nanopartikel Perak


dengan Bioreduktor Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.)
sebagai Antibakteri. Indo. J. Chem. Sci. 7 (2)

P. Zhang, W. Liu. 2010. ZnO QD@ PMAA-co-PDMAEMA Nonviral Vector for


Plasmid DNA Delivery and Bioimaging. Biomaterials 31, 3087–3094.

Q. Yuan, S. Hein, R. Misra. 2010. New Generation of Chitosan-Encapsulated


ZnO Quantum Dots Loaded With Drug: Synthesis, Characterization And
In Vitro Drug Delivery Response. Acta Biomater. 6 , 2732–2739.

R. Dhivya, J. Ranjani, J. Rajendhran, J. Mayandi, and J. Annaraj. 2018.


Enhancing The Anti-Gastric Cancer Activity of Curcumin With
Biocompatible And pH Sensitive PMMA-AA/ZnO Nanoparticles. Materials
Science and Engineerinp: C,vol. 82, pp. 182–189.

Rezanka , H.Rezankova, P.Matejka, and V.Kral. 2010. The Chemometric Analysis


of UV-Visible Spectra as a New Approach to the Study of the NaCl Influence
on Aggregation of Cysteinecapped Gold Nanoparticles. Colloids Surfaces A
Physicochem Eng Volume 364, no 1-3.

R. Hariharan, S. Senthilkumar, A. Suganthi, and M. Rajarajan, 2012. Synthesis


and Characterization of Doxorubicin Modified Zno/PEG Nanomaterials and
Its Photodynamic Action. Journal of Photochemistry and Photobiology
B:Biology,vol. 116, pp. 56–65.

Ronson. 2012. UV/Vis/IR Spectroscopy Analysis of


Nanoparticles.NanoComposix, 1(1): 1-6

Sabir, S., Arshad, M. and Chaudhari, S. K. 2014. Zinc Oxide Nanoparticles for
Revolutionizing Agriculture: Synthesis and Applications. The Scientific
World Journal, pp.1-8.

Senthilkumar, S.R. & T. Sivakumar. 2014. Green Tea (Camellia Sinensis)


38

Mediated Synthesis of Zinc Oxide (ZnO) Nanoparticles And Studieson Their


Antimicrobial Activities. Int J Pharm Sci. 6: 461-465.

Sanghi, P.Verma. 2009. Bioresour. Technol. 100:501-504.

Sastry, A. Ahmad. 2003. Science. 85162-170.

Sharma, D. Anderson, and A. Dhawan, 2012 . Zinc Oxide Nanoparticles Induce


Oxidative DNA Damage and Rostriggered Mitochondria Mediated
Apoptosis In Human Liver Cells (Hepg2). Apoptosis, vol. 17, no. 8, pp.
852–870.

X. Fang, L. Jiang, Y. Gong, J. Li, L. Liu, and Y. Cao. 2017. The Presence of
Oleate Stabilized ZnO Nanoparticles (Nps) & Reduced the Toxicity of
Aged Nps To Caco-2 And Hepg2 Cells. Chemico-Biological Interactions,
vol.278, pp. 40-47.

Y. Cao, M. Roursgaard, A. Kermanizadeh, S. Loft, and P. Moller. 2015.


Synergistic Effects of Zinc Oxide Nanoparticles and Fatty Acids on
Toxicity to Caco-2 Cells. International Journal of Toxicology, vol. 34, no.
1, pp. 67–76.

Y. Deng and H. Zhang, 2013. The Synergistic Effect And Mechanism of


Doxorubicin- Zno Nanocomplexes As A Multimodal Agent Integrating
Diverse Anticancer Therapeutics. International Journal of Nanomedicine,
vol. 8, pp. 1835–1841.

Zakir, M., Maming, Lembang, E. Y., dan Lembang, M. S., 2014, Syntesis of Silver
and Gold Nanoparticles Through Reduction Method Using Boreductor of
Leaf of Ketapang (Terminalia Catappa). Jurusan Kimia, FMIPA, Makassar.

Zhang Y, Jing X, Deng L, Gao B, Xiao L et al. 2014. Novel Polyethylene Glycol
Mediated Lipid Nanoemulsion As Drug Delivery Carrier For Paclitaxel.
Nanomed. 10(2):371–80.

Zhong, J.B. et.al. 2011. Fabrication and Photocatalytic Activity of ZnO Prepared by
Different Precipitants Using Paralled Flaw Precipitation Method.
Materials Letters. Elsevier
Lampiran 1
Proses pembuatan ekstrak daun bidara (Ziziphus spina Christi L.)

Foto 1. Proses perendaman daun bidara dengan aquades

Foto 2. Proses penguapan ekstrak menggunakan rotary evaporator

Foto 3. Hasil ekstrak daun bidara (Ziziphus spina Christi L.)

39
40

Foto 4. Proses inkubasi sintesis ekstrak daun bidara dengan ZnSO4 dalam
pembuatan nanopartikel Zn

Foto 5. Hasil sintesis nanopartikel Zn


Lampiran 2
Hasil dari FTIR dan Uv-Vis

Foto 6. Hasil FTIR

Foto 7. Hasil Uv-Vis larutan standart

Foto 8. Hasil Uv-Vis hari ke-1

41
42

Foto 9. Hasil Uv-Vis hari ke-2

Foto 10. Hasil Uv-Vis hari ke-3

Foto 11. Hasil Uv-Vis hari ke-4

Foto 12. Hasil SEM

Foto 13. Hasil XRD


Lampiran 3
Hasil Uji Plagiasi

43
Lampiran 3

Hasil Bebas Plagiasi

44
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nindis Pristya. Lahir di Sidoarjo,


13 Oktober 1997. Anak pertama dari dua
bersaudara, pasangan Bapak Budiono dan Ibu
Sustin. Pendidikan penulis dimulai di SD Negeri
Kedungbocok Tarik (lulus tahun 2009), melanjutkan
ke SMPN 2 Tarik (lulus tahun 2012) kemudian
SMAN 3 Kota Mojokerto (lulus tahun 2015).
Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
Negeri Malang pada tahun 2015 melalui Jalur
SNMPTN,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dengan
bidang minat Kesehatan.
Penulis diamanahi menjadi Asisten Dosen untuk matakuliah Biologi
Teknologi atau BIOTEK. Penulis pernah menempuh Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di UPT. Materia Medika Batu . Penulis juga memiliki motto yaitu “ Pasti
bisa menemukan “HARI RAYA” jika memang mau bersabar untuk
“BERPUASA” sebelumnya”. Harus berjuang terlebih dahulu jika ingin
menikmati hasil yang memuaskan.

45

Anda mungkin juga menyukai