Anda di halaman 1dari 14

11/9/2018 6.3.

2 Glukokortikoid | PIO Nas

(/)
(http://www.pom.go.id)

Beranda (/) Artikel (/artikel) Obat Baru (/cari/obat-baru) IONI (/ioni) Info BPOM (/info-bpom)

Situs Terkait (/situs-terkait) Website POM (http://www.pom.go.id) Obat Komparator (/obat-komparator)

Cari

Depan (/) » IONI (/ioni) » BAB 6 SISTEM ENDOKRIN (/ioni/bab-6-sistem-endokrin) » 6.3 Kortikosteroid (/ioni/bab-
6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid) » 6.3.2 Glukokortikoid

6.3.2 Glukokortikoid
Jika membandingkan potensi relatif kortikosteroid sebagai antiin amasi (glukokortikoid), sebaiknya selalu diingat
bahwa aktivitas glukokortikoid yang tinggi tidak berguna jika aktivitas mineralokortikoid tinggi (lihat pada kerugian
penggunaan kortikosteroid). Misalnya udrokortison, efek mineralokortikoid yang terlalu tinggi membuat manfaat
antiin amasi secara klinik, tidak relevan karena risiko menjadi lebih besar dari manfaat. Tabel di bawah ini
menunjukkan kesetaraan dosis antiin amasi.

Kesetaraan dosis kortikosteroid sebagai antiin amasi

Tabel tidak memperhitungkan efek mineralokortikoid dan juga tidak melihat lamanya kerja:

Prednisolon 5 mg
Betametason 750 mcg
Kortison Asetat 25 mg
De azakort 6 mg
Deksametason 750 mg
Hidrokortison 20 mg
Metilprednisolon 4 mg
Triamsinolon 4 mg

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 1/14
11/9/2018 6.3.2 Glukokortikoid | PIO Nas

Kortison dan hidrokortison mempunyai efek mineralokortikoid yang relatif tinggi yang akan menyebabkan dapat
menyebabkan retensi cairan, sehingga tidak sesuai untuk pengobatan jangka panjang. Meskipun keduanya dapat
digunakan sebagai terapi pengganti pada insu siensi adrenal, hidrokortison lebih baik karena kortison masih perlu
diubah menjadi hidrokortison di liver. Hidrokortison digunakan intravena untuk pengobatan jangka pendek pada
penanganan darurat beberapa keadaan. Hidrokortison mempunyai potensi antiin amasi yang tidak terlalu kuat,
sehingga baik digunakan secara topikal untuk in amasi kulit karena kemungkinan efek samping topikal maupun
sistemik kecil. Kortison tidak aktif secara topikal.

Prednisolon, mempunyai efek glukokortikoid yang dominan dan merupakan kortikosteroid oral yang paling sering
digunakan dalam terapi supresi penyakit jangka panjang. Betametason dan deksametason mempunyai aktivitas
glukokortikoid yang sangat tinggi sedangkan aktivitas mineralokortikoidnya sangat rendah; sehingga digunakan untuk
kondisi yang memerlukan kortikosteroid dosis tinggi tanpa retensi cairan yang membahayakan. Betametason dan
deksametason mempunyai masa kerja yang lama, dengan efek mineralokortikoid yang kecil sehingga kedua sifat ini
sesuai untuk kondisi yang memerlukan supresi sekresi kortikotropin (hiperplasia adrenal kongenital). Beberapa bentuk
ester betametason dan beklometason bila diberikan mempunyai efek topikal (pada kulit dan paru-paru) yang lebih
nyata daripada bila diberikan secara oral, sehingga sifat ini dimanfaatkan dengan menggunakan ester tersebut secara
topikal agar kemungkinan efek samping sistemik minimal (untuk pemakaian pada kulit dan inhalasi untuk asma).

De azakort mempunyai aktivitas glukokor-tikoid yang tinggi, merupakan turunan dari prednisolon.

Efek kortikosteroid yang merugikan


Overdosis atau penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan efek siologis yang berlebihan sehingga menimbulkan
efek samping glukokortikoid maupun mineralokortikoid.

Efek samping mineralokortikoid adalah hipertensi, retensi natrium dan air serta kehilangan kalium. Hal ini jelas terjadi
pada udrokortison dan cukup sering terjadi pada kortison, hidrokortison, kortikotropin dan tetrakosaktrin. Efek
samping mineralokortikoid pada betametason dan deksametason yang mempunyai efek glukokortikoid yang besar,
dapat diabaikan, sedangkan pada metil prednisolon, prednisolon dan triamsinolon efek mineralokortikoid ringan.

Efek samping glukokortikoid antara lain diabetes dan osteoporosis, yang berbahaya, terutama pada lanjut usia, dapat
terjadi fraktur osteoporotik pada tulang pinggul dan tulang belakang. Selain itu, pemberian dosis tinggi dapat
mengakibatkan nekrosis avaskular pada kepala femur.

Dapat terjadi gangguan mental yang serius; paranoid atau depresi dengan risiko bunuh diri, terutama pada pasien
dengan riwayat gangguan mental. Sering terjadi euphoria. Dapat terjadi hilang massa otot (proximal myopathy). Terapi
kortikosteroid mempunyai hubungan dengan timbulnya tukak peptik meskipun lemah. (tidak jelas manfaat sediaan
yang diatur kelarutannya atau salut enterik untuk mengurangi risiko ini).

Kortikosteroid dosis tinggi dapat menyebabkan sindrom Cushing dengan gejala-gejala moon face, striae dan acne yang
dapat pulih (reversibel) bila terapi dihentikan, tetapi cara menghentikan terapi harus dengan menurunkan dosis secara
bertahap (tappering-o ) untuk menghindari terjadinya insu siensi adrenal akut.

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 2/14
11/9/2018 6.3.2 Glukokortikoid | PIO Nas

Pada anak, penggunaan kortikosteroid dapat menghambat pertumbuhan dan dapat mempengaruhi perkembangan
pubertas. Oleh karena itu penting untuk menggunakan dosis efektif terrendah, pemberian secara berselang sehari
dapat membatasi efek penurunan perkembangan anak. Efek pemberian kortikosteroid selama kehamilan dapat dilihat
pada peringatan untuk pemakaian selama kehamilan dan menyusui seperti tersebut di bawah ini.

Supresi Adrenal
Selama terapi jangka panjang dengan kortikosteroid, dapat terjadi atropi adrenal yang kemungkinan masih menetap
selama beberapa tahun setelah pengobatan dihentikan. Penghentian obat secara tiba-tiba setelah penggunaan yang
lama dapat menyebabkan insu siensi adrenal akut, hipotensi, bahkan kematian. Penghentian kortikosteroid tiba-tiba
juga dapat menyebabkan demam, mialgia, artralgia, rinitis, konjungtivis, nodul nyeri dan gatal pada kulit, dan
penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi berkurangnya respon adrenal korteks (yang disebabkan oleh
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit kronis yangberulang kembali, trauma, atau prosedur
pembedahan) diperlukan peningkatan sementara dosis kortikosteroid, atau jika kortikosteroid sudah dihentikan
diperlukan pemberian kembali sementara kortikosteroid. Sebelum dilakukan anestesi, harus diketahui apakah pasien
sedang menggunakan kortikosteroid atau telah menggunakan kortikosteroid, untuk menghindari penurunan tekanan
darah secara drastis selama anastesi atau segera setelah operasi.

Pemberian kortikosteroid yang dianjurkan pada pasien yang menggunakan lebih dari 10 mg prednisolon perhari (atau
yang setara) dalam masa 3 bulan sebelum operasi adalah sebagai berikut:

Pembedahan kecil dengan anastesi umum– dosis lazim kortikosteroid secara oral pada pagi hari saat pembedahan
atau dengan 25-50 mg (biasanya dengan natrium suksinat) secara intra vena pada saat induksi. Dosis kortikosteroid
yang biasa digunakan secara oral dianjurkan diberikan setelah pembedahan.
Pembedahan sedang/pembedahan besar: dosis oral kortikosteroid pada pagi hari saat pembedahan dan
hidrokortison 25-50 mg secara intravena pada saat induksi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian hidrokortison
25-50 mg 3 kali sehari secara intravena selama 24 jam setelah pembedahan sedang atau selama 48-72 jam setelah
pembedahan besar. Setelah penggunaan injeksi hidrokortison dihentikan kortikosteroid diteruskan dengan dosis
kortikosteroid secara oral yang biasa digunakan sebelum operasi. 

Infeksi
Penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang panjang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan
memperparah atau memberatkan infeksi yang terjadi. Gejala klinis infeksi menjadi tidak jelas. Infeksi berat seperti
septikemia dan tuberkulosis dapat berkembang sampai tahap lanjut atau berat sebelum terdeteksi. Amubiasis atau
strongyloidiasis kemungkinan dapat kambuh dan dapat menjadi bertambah buruk (pastikan penyakit ini tidak ada
sebelum mulai pemberian obat dan jangan diberikan pada pasien dengan risiko atau gejala yang mengarah ke penyakit
tersebut). Infeksi mata karena jamur dan virus juga akan menjadi berat.

Cacar air
Kecuali pasien sudah pernah menderita cacar air, pemberian kortikosteroid secara oral atau parenteral untuk tujuan lain
selain sebagai pengganti kortikosteroid akan meningkatkan risiko terkena cacar air yang berat. Manifestasi klinik berat

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 3/14
11/9/2018 6.3.2 Glukokortikoid | PIO Nas

seperti timbulnya penyakit pneumonia, hepatitis dan DIC (disseminated intravascular coagulation), rash mungkin tidak
muncul.

Imunisasi pasif dengan varicella-zoster immunoglobulin, diperlukan untuk pasien belum imunisasi yang terpapar
penyakit ini yang sedang atau dalam 3 bulan terkahir menerima kortikosteroid sistemik. Varicella-zoster
immunoglobulin sebaiknya segera diberikan dalam waktu 3 hari (tidak lebih dari 1 0 hari) setelah terpapar. Pasien yang
sedang mendapat kortikosteroid dan dipastikan menderita cacar air harus segera mendapatkan pengobatan dan
perawatan khusus oleh spesialis. Kortikosteroid tidak boleh dihentikan dan kemungkinan dosis perlu ditingkatkan.

Penggunaan kortikosteroid topikal, inhalasi, atau rektal kecil tidak meningkatkan risiko cacar air yang berat.

Measles/Campak
Pasien yang sedang mendapat kortikosteroid  sebaiknya menghindari sumber penularan campak dan bila terpapar
secepatnya harus ke dokter. Mungkin diperlukan pencegahan/ pro laksis dengan pemberian immunoglobulin secara
intramuskular.

Penggunaan Kortikosteroid
Dosis kortikosteroid bervariasi tergantung penyakit dan kondisi pasien. Jika kortikosteroid dapat menyelamatkan atau
memperpanjang hidup, seperti pada penyakit exfoliative dermatitis, pemphigus, leukemia akut atau penolakan
transpalantasi akut, dosis tinggi diberikan karena komplikasi terapi yang mungkin timbul akan relatif lebih ringan
dibandingkan penyakitnya sendiri.

Terapi kortikosteroid jangka panjang untuk penyakit kronis yang memerlukannya kemungkinan efek samping
pengobatan menjadi lebih kecil dari efek yang disebabkan oleh penyakit. Untuk mengurangi efek samping tersebut
sebaiknya digunakan dosis pemeliharaan serendah mungkin.

Bila pengobatan yang lebih aman tidak berhasil maka kortikosteroid secara topikal boleh digunakan untuk kondisi
in amasi pada kulit. Penggunaan kortikosteroid pada psoriasis sedapat mungkin dihindarkan atau digunakan hanya di
bawah pengawasan dari dokter spesialis.

Kortikosteroid dapat digunakan secara topikal (melalui rektum) dan sistemik (secara oral atau injeksi intravena) untuk
penanganan kolitis ulserasi dan penyakit Crohn. Aktivitas mineralokortikoid udrokortison dapat digunakan untuk
menangani postural hipotensi pada neuropathy autonomic. Meskipun dosis kortikosteroid yang sangat tinggi telah
diberikan secara injeksi intravena pada septicshock, suatu studi deng a n menggunakan dosis tinggi metil prednisolon
natrium suksinat tidak menunjukkan manfaat bahkan pada sebagian kelompok pasien memberi kesan tingkat
mortalitas yang lebih tinggi. Namun terdapat bukti bahwa pemberian hidrokortison dosis rendah (50 mg secara
intravena setiap 6 jam) dan udrokortison (50 mcg perhari secara oral)  bermanfaat untuk pasien yang mengalami
insu siensi adrenal korteks akibat septic shock.

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 4/14
11/9/2018 6.3.2 Glukokortikoid | PIO Nas

Efek mineralokortikoid deksametason dan betametason hampir tidak ada atau ada kecil sekali dan lama kerjanya
sangat panjang sehingga sesuai untuk supresi sekresi kortikotropin pada hiperplasia adrenal kongenital di mana dosis
sebaiknya disesuaikan dengan respon klinik dan dengan kadar androgen adrenal dan 17-hidroksiprogesteron.
Sebagaimana semua glukokortikoid, aksi supresif terhadap hypothalamic pituitary adrenal axis paling kuat dan lama
jika diberikan pada malam hari.

Pada kebanyakan subjek normal, pemberian dosis tunggal deksametason 1 mg pada malam hari cukup untuk
menghambat sekresi kortikotropin selama 24 jam. Hal ini merupakan dasar dari ”overnight dexamethason suppress ion
test” yang digunakan untuk diagnosa Cushing ’s Syndrome.

Betametason dan Deksametason juga menjadi pilihan untuk kondisi dimana retensi cairan merupakan suatu keadaan
yang dihindari.

Kortikosteroid dapat digunakan untuk penanganan kasus peningkatan tekanan intrakranial atau serebral odema akibat
keganasan, umumnya digunakan betametason dan deksametason dosis tinggi. Namun demikian, kortikosteroid
sebaiknya tidak digunakan untuk penanganan luka kepala atau stroke karena mungkin tidak memberi manfaat dan
bahkan dapat membahayakan.

Pada reaksi hipersensitif akut misal angioedema pada saluran pernapasan atas dan syok ana laksis, kortikosteroid
diindikasikan sebagai obat tambahan pada penanganan gawat darurat dengan adrenalin (epinefrin), pada beberapa
kasus diperlukan hidrokortison (sebagai natrium suksinat) injeksi intravena dengan dosis 100-300 mg.

Kortikosteroid sebaiknya digunakan secara inhalasi dalam penanganan asma, tetapi terapi sistemik bersama dengan
bronkodilator diperlukan untuk pengobatan asma akut yang parah.

Kortikosteroid mungkin bermanfaat pada kondisi seperti auto-immune hepatitis, rhematoid arthritis, sarkoidosis,
anemia hemolitik yang acquired, mungkin bermanfaat pada beberapa kasus sindrom nefrotik (terutama pada anak) dan
trombositopenia purpura.

Kortikosteroid dapat memperbaiki prognosis penyakit serius seperti systemic lupus erythematosus, temporal arteritis
dan polyarteritis nodosa. Efeknya mungkin dapat menekan proses penyakit dan menghilangkan gejala, walau
sebenarnya tidak menyembuhkan penyakitnya, tetapi gejala dapat hilang.

Biasanya untuk memulai terapi pada kondisi ini adalah dengan dosis tinggi seperti 40-60 mg prednisolon per hari dan
kemudian dosis dikurangi sampai dosis yang paling rendah yang tetap dapat mengendalikan penyakit.

Kehamilan dan Menyusui


Berdasarkan data keamanan penggunaan kortikosteroid pada kehamilan dan menyusui, diperoleh
pendapat/kesimpulan sebagai berikut:

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 5/14
11/9/2018 6.3.2 Glukokortikoid | PIO Nas

Kemampuan kortikosteroid untuk menembus plasenta berbeda-beda, betametason dan deksametason dengan
mudah dapat menembus plasenta, s ementara 88% prednisolon yang menembus plasenta diubah menjadi bentuk
inaktif.
Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa penggunaan kortikosteroid secara sistemik dapat meningkatkan kejadian
abnormalitas kongenital seperti sumbing pada bibir atau langit-langit mulut.
Jika pemberian kortikosteroid diperpanjang atau diulang selama kehamilan, pemberian kortikosteroid secara
sistemik dapat meningkatkan risiko penghambatan pertumbuhan intrauterin. Namun tidak ada bukti terjadinya
gangguan pertumbuhan intra uterin selama pengobatan jangka pendek (contohnya pada pengobatan pro laksis
untuk neonatal respiratory distress syndrome).
Beberapa supresi adrenal pada janin akibat pemberian sebelum kelahiran, biasanya akan hilang setelah kelahiran
bayi dan tidak begitu bermakna klinis.
Prednisolon terdapat di dalam ASI dalam jumLah sedikit, tetapi dosis yang diberikan kepada ibu menyusui sampai
40 mg perhari tampaknya tidak menyebabkan efek sistemik pada bayi, sebaiknya dimonitor terhadap kemungkinan
supresi adrenal jika ibunya menggunakan dosis yang lebih tinggi.

Pemberian
Bilamana memungkinkan pengobatan lokal dengan krim, injeksi intraartikular, inhalasi, tetes mata atau secara enema
lebih baik digunakan daripada pengobatan sistemik. Aksi supresif kortikosteroid terhadap sekresi kortisol paling kecil
bila obat diberikan sebagai dosis tunggal pada pagi hari. Untuk mengurangi supresi pituitary-adrenal lebih lanjut, dapat
diusahakan dengan memberikan total dosis untuk 2 hari dalam bentuk dosis tunggal dan diberikan setiap 2 hari, tetapi
cara pemberian tersebut tidak efektif untuk penanganan asma.

Supresi pituitary–adrenal dapat juga dikurangi dengan cara pemberian selang hari pada terapi jangka pendek. Pada
beberapa kondisi mungkin untuk mengurangi dosis kortikosteroid dengan penambahan dosis kecil obat
imunosupresan.

Penghentian penggunaan kortikosteroid


Penghentian kortikosteroid yang diberikan secara sistemik sebaiknya dilakukan secara bertahap pada pasien yang tidak
mempunyai kemungkinan terjadinya kekambuhan penyakit dan mempunyai kondisi sebagai berikut:

Baru saja menerima pengobatan berulang (terutama jika digunakan selama lebih dari tiga minggu).
Menjalani pengobatan jangka pendek dalam waktu setahun setelah penghentian terapi jangka panjang.
Supresi adrenal yang disebabkan oleh penyebab lain.
Menerima prednisolon lebih dari 40 mg sehari (atau yang setara).
Diberikan dosis pada malam hari berulang-ulang.
Menjalani pengobatan lebih dari 3 minggu.

Pemberian kortikosteroid secara sistemik mungkin dapat dihentikan secara tiba-tiba/ mendadak pada kondisi di mana
penyakit tidak mungkin kambuh dan yang telah menerima pengobatan selama 3 minggu atau kurang serta yang tidak
termasuk pada kelompok pasien yang telah disebutkan di atas.

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 6/14
11/9/2018 6.3.2 Glukokortikoid | PIO Nas

Selama penghentian kortikosteroid, dosis dapat dikurangi dengan cepat sampai mencapai dosis siologis (setara
dengan prednisolon 7,5 mg sehari) dan kemudian dikurangi secara lebih perlahan. Pengamatan penyakit diperlukan
selama proses penghentian pengobatan untuk memastikan bahwa penyakit tidak kambuh.

Monogra : 

BETAMETASON (/monogra /betametason)


Indikasi: 
supresi in amasi dan gangguan alergi; hyperplasia adrenal congenital, lihat keterangan di atas; telinga (bagian 12.1);
mata (bagian 11.2); hidung (bagian 12.2).

Peringatan: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon; efek sementara pada pergerakan fetal dan denyut nadi.

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon.

Dosis: 
Oral, umum 0,5 - 5 mg/hari; lihat pemberian dosis di atas. Ulserasi oral, (penggunaan tidak dianjurkan), dewasa dan
anak di atas 12 tahun, 500 mcg dilarutkan dalam 20 mL air dan dibilas sekitar mulut 4 kali sehari, tidak ditelan. Injeksi
intramuskular atau injeksi intravena lambat atau infus, 4 - 20mg, diulangi sampai 4 kali dalam 24 jam; anak melalui
injeksi intravena lambat, sampai umur 1 tahun 1 mg, umur 1-5 tahun 2 mg, umur 6-12 tahun 4 mg, diulangi sampai 4 kali
dalam 24 jam disesuaikan dengan respon.

DEKSAMETASON
(/monogra /deksametason)
Indikasi: 
supresi in amasi dan gangguan alergi; Cushing's disease, hiperplasia adrenal kongenital; udema serebral yang
berhubungan dengan kehamilan; batuk yang disertai sesak napas (bagian 3.2); penyakit rematik (bagian 10.1.2); mata
(bagian 11.2); lihat keterangan di atas.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon.

Kontraindikasi: 

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 7/14
11/9/2018 6.3.2 Glukokortikoid | PIO Nas

lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon; iritasi perineal dapat diikuti dengan pemberian injeksi intravena
ester fosfat.

Dosis: 
Oral, umum 0,5 - 10 mg/hari; anak 10 - 100 mcg/kg bb/hari; lihat juga pemberian dosis di atas. Injeksi intramuskular atau
injeksi intravena lambat atau infus (sebagai deksametason fosfat), awal 0,5 - 24 mg; anak 200 - 400 mcg/kg bb/hari.
Udema serebral yang berhubungan dengan kehamilan (sebagai deksametason fosfat), melalui injeksi intravena, awal 10
mg, kemudian 4 mg melalui injeksi intramuskular tiap 6 jam selama 2-4 hari kemudian secara bertahap dikurangi dan
dihentikan setelah 5-7 hari. Pengobatan pendukung bakteri meningitis, (dimulai sebelum atau dengan dosis pertama
pengobatan antibakteri, sebagai deksametason fosfat) (tanpa indikasi), dengan injeksi intravena 10 mg tiap 6 jam
selama 4 hari; anak 150 mcg/kg bb tiap 6 jam selama 4 hari. Catatan: Deksametason 1 mg sebanding dengan
deksametason fosfat 1,2 mg sebanding dengan deksametason natrium fosfat 1,3 mg.

FLUDROKORTISON ASETAT
(/monogra / udrokortison-asetat)
Indikasi: 
pengganti mineralokortikoid pada insu siensi adrenokortikal.

Peringatan: 
seperti pada sesi terapi glukokortikoid.

Interaksi: 
Lampiran 1 (kortikosteroid).

Kontraindikasi: 
seperti pada sesi terapi glukokortikoid.

Efek Samping: 
seperti pada sesi terapi glukokortikoid.

Dosis: 
50-300 mcg per hari, anak-anak 5 mcg/kg bb/hari.

FLUOKORTOLON (/monogra / uokortolon)


http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 8/14
11/9/2018 6.3.2 Glukokortikoid | PIO Nas

Indikasi: 
penyakit yang memerlukan kortikosteroid sistemik: demam reumatik, artritis reumatoid, asma bronkial, reaksi radang
dan alergi di kulit (lihat 13.4); penyakit imunologi: hepatitis kronis aktif, sindrom nefrotik; penyakit darah, beberapa
penyakit mata.

Peringatan: 
lihat keterangan untuk prednison.

Kontraindikasi: 
lihat keterangan untuk prednison.

Efek Samping: 
lihat keterangan untuk prednison.

Dosis: 
oral: DEWASA 20-60 mg/hari, kadang-kadang perlu sampai 100 mg. Setelah ada perbaikan dosis diturunkan bertahap
sebesar 2,5-5 mg/hari setiap 2-4 hari; ANAK mula-mula 1-2 mg/kg bb/hari, dan diturunkan bertahap 2,5 mg sampai
dicapai dosis penunjang

HIDROKORTISON
(/monogra /hidrokortison-0)
Indikasi: 
kekurangan adrenokortikal (bagian 6.3.1); syok; lihat keterangan di atas; reaksi hipersensitif misalnya syok ana laktik
angiodema (bagian 3.4.3), penyakit in amasi usus besar (bagian 1.5); ambeien (bagian 1.7.2); penyakit rematik (bagian
10.1.2); mata (bagian 11.4.1); kulit (bagian 13.4).

Peringatan: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon.

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon; ester fosfat dihubungkan dengan paraestesia dan nyeri (terutama
pada daerah perineal).

Dosis: 

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 9/14
11/9/2018 6.3.2 Glukokortikoid | PIO Nas

Oral, terapi pengganti 20 - 30 mg/hari dalam dosis terbagi lihat bagian 6.3.1; anak 10 - 30 mg. Injeksi intramuskular atau
injeksi intravena lambat atau infus 100 -500 mg, 3-3 kali dosis terbagi dalam 24 jam atau sesuai kebutuhan; anak
dengan injeksi intravena sampai dengan umur 1 tahun 25 mg, umur 1-5 tahun 50 mg, umur 6-12 tahun 100 mg.

KORTISON ASETAT (/monogra /kortison-


asetat)
Indikasi: 
lihat di bawah dosis tetapi sekarang digantikan, lihat juga keterangan di atas.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon.

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon.

Dosis: 
Untuk terapi pengganti, 25 - 37,5 mg/hari dosis terbagi.

METILPREDNISOLON
(/monogra /metilprednisolon)
Indikasi: 
supresi in amasi dan gangguan alergi; udema serebral dihubungkan dengan keganasan; lihat keterangan di atas;
penyakit rematik (bagian 10.1.2); kulit (bagian 13.4).

Peringatan: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon; pemberian dosis besar secara intravena cepat dihubungkan dengan
kolaps jantung.

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon.

Efek Samping: 

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 10/14
11/9/2018 6.3.2 Glukokortikoid | PIO Nas

lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon; iritasi perineal dapat diikuti dengan pemberian injeksi intravena
ester fosfat.

Dosis: 
Oral, umum 2-40 mg/hari; lihat juga pemberian dosis di atas. Injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat atau
infus, awal 10-500 mg; reaksi penolakan pencangkokan sampai 1 g/hari melalui infus intravena selama 3 hari.

PREDNISOLON (/monogra /prednisolon-0)


Indikasi: 
supresi in amasi dan gangguan alergi; lihat keterangan di atas; in amasi usus besar, bagian 1.5; asma, bagian 3.2;
supresi in amsi bagian 8.2.2; rematik, bagian 10.1.2.

Peringatan: 
supresi adrenal dan infeksi (lihat keterangan di atas), anak dan remaja (gangguan pertumbuhan kemungkinan tidak
reversible), lanjut usia (memerlukan supervise ketat terutama pengobatan jangaka panjang); diperlukan pengawasan
terus menerus jika ada sejarah tuberkulosis (atau perubahan X-ray), hipertensi, infark miokard (dilaporkan rupture),
gagal jantung kongestif, gagal hati (Lampiran 2), gangguan ginjal, diabetes melitus termasuk riwayat keluarga,
osteoporosis (wanita pascamenopouse yang risiko terkena), glaukoma (termasuk riwayat keluarga), perforasi kornea,
gangguan berat (terutama jika riwayat psikosis steroid-induced), epilepsi, tukak lambung, hipotiroid, riwayat steroid
miopati, kehamilan (Lampiran 4) dan menyusui (Lampiran 5) (lihat keterangan di atas).

Interaksi: 
Lampiran 1 (kortikosteroid).

Kontraindikasi: 
infeksi sistemik (kecuali kalau diberikan pengobatan microbial spesi k), hindari pemberian vaksin virus hidup pada
pemberian dosis imunosupresif (respon serum antibodi berkurang).

Efek Samping: 
dikurangi dengan menggunakan dosis efektif paling rendah untuk periode sesingkat mungkin, efek saluran pencernaan
termasuk dyspepsia, tukak lambung (dengan perforasi), abdominal distention, pankreatitis akut, ulserasi esophageal
dan kandidiasis, efek musculoskeletal termasuk miopati proksimal, osteoporosis, patah tulang dan tulang belang,
avascular osteonecrosis, tendon rupture, efek endokrin termasuk supresi adrenal, haid tidak teratur dan amenore,
Cushing's syndrome (pada dosis tinggi, biasanya kembali bila dihentikan), hirsutism, berat badan bertambah,
keseimbangan nitrogen dan kalsium negatif, peningkatan nafsu makan, memperberat infeksi, efek neuropsikiatrik
termasuk euporia, psychological dependence, depresi insomnia, meningkatkan tekanan intracranial dengan
papilodema pada anak (biasanya setelah dihentikan), psikosis dan aggravation of schizophrenia, aggravation of
epilepsy; efek optalmik termasuk glaukoma, papilloedema, katarak subkapsular posterior, corneal atau scleral thinning

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 11/14
11/9/2018 6.3.2 Glukokortikoid | PIO Nas

dan eksaserbasi virus mata atau penyakit jamur; efek samping lain termasuk gagal penyembuhan, atropi kulit,
menimbulkan luka memar, striae, telangiectais, jerawat, rupture jantung diikuti infark jantung, gangguan cairan dan
elektrolit, leukositosis, reaksi hipersensitif (termasuk pencegahan), tromboembilisme, mual, muntah, cekukan.

Dosis: 
Oral, awal 10-20 mg/hari (penyakit berat sampai 60 mg/hari), sebaiknya diberikan pagi setelah sarapan pagi, dosis
dapat diturunkan dalam beberapa hari tetapi dilanjutkan selama beberapa minggu atau bulan. Pemeliharaan, 2,5-15
mg/hari, tetapi dapat ditingkatkan bila diperlukan, efek samping meningkat pada dosis di atas 7,5 mg/hari. Injeksi
intramuscular, prednisolon asetat (bagian 10.1.2), 25-100mg sekali atau dua kali seminggu.

PREDNISON (/monogra /prednison)


Indikasi: 
menekan reaksi radang dan reaksi alergi; lihat keterangan di atas.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas pada prednisolon; hindari penggunaannya pada penyakit hati.

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas pada prednisolon.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas pada prednisolon.

Dosis: 
lihat pada prednisolon.

TRIAMSINOLON (/monogra /triamsinolon)


Indikasi: 
supresi in amasi dan gangguan alergi; lihat keterangan di atas; penyakit rematik (bagian 10.1.2); mulut (bagian 12.3.1),
kulit (bagian 13.4).

Peringatan: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon; dosis besar menyebabkan miopati proksimal, hindari pengobatan
kronik.

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon.

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 12/14
11/9/2018 6.3.2 Glukokortikoid | PIO Nas

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas dan di bawah prednisolon.

Dosis: 
Injeksi intramuskular dalam, kedalam otot gluteal, 40 mg esetonide untuk efek depot, ulangi pada interval sesuai
respon pasien, dosis tunggal maksimal 100 mg.

‹ 6.3.1 Terapi Sulih Hormon (/ioni/bab-6-sistem- ke 6.4 Hormon Kelamin › (/ioni/bab-6-sistem-


endokrin/63-kortikosteroid/631-terapi-sulih- atas endokrin/64-hormon-kelamin)
hormon) (/ioni/bab-
6-
sistem-
endokrin/63-
kortikosteroid)

DAFTAR ISI
IONI (/ioni)
PEDOMAN UMUM (/ioni/pedoman-umum)
BAB 1 SISTEM SALURAN CERNA (/ioni/bab-1-sistem-saluran-cerna-0)
BAB 2 SISTEM KARDIOVASKULER (/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0)
BAB 3 SISTEM SALURAN NAPAS (/ioni/bab-3-sistem-saluran-napas-0)
BAB 4 SISTEM SARAF PUSAT (/ioni/bab-4-sistem-saraf-pusat)
BAB 5 INFEKSI (/ioni/bab-5-infeksi)
BAB 6 SISTEM ENDOKRIN (/ioni/bab-6-sistem-endokrin)
6.1 Diabetes (/ioni/bab-6-sistem-endokrin/61-diabetes)
6.2 Hormon Tiroid dan Antitiroid (/ioni/bab-6-sistem-endokrin/62-hormon-tiroid-dan-antitiroid)
6.3 Kortikosteroid (/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid)
6.3.1 Terapi Sulih Hormon (/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/631-terapi-sulih-hormon)
6.3.2 Glukokortikoid (/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid)
6.4 Hormon Kelamin (/ioni/bab-6-sistem-endokrin/64-hormon-kelamin)
6.5 Hormon Hipotalamus dan Hipo sis serta Antiestrogen (/ioni/bab-6-sistem-endokrin/65-hormon-
hipotalamus-dan-hipo sis-serta-antiestrogen)
6.6 Gangguan Metabolisme Tulang (/ioni/bab-6-sistem-endokrin/66-gangguan-metabolisme-tulang)
6.7 Gangguan Endokrin Lain (/ioni/bab-6-sistem-endokrin/67-gangguan-endokrin-lain)
BAB 7 OBSTETRIK, GINEKOLOGIK, DAN SALURAN KEMIH (/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih)
BAB 8 KEGANASAN DAN IMUNOSUPRESI (/ioni/bab-8-keganasan-dan-imunosupresi)
BAB 9 GIZI DAN DARAH (/ioni/bab-9-gizi-dan-darah)

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 13/14
11/9/2018 6.3.2 Glukokortikoid | PIO Nas

BAB 10 OTOT SKELET DAN SENDI (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi)


BAB 11 MATA (/ioni/bab-11-mata)
BAB 12 TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK (/ioni/bab-12-telinga-hidung-dan-tenggorok)
BAB 13 KULIT (/ioni/bab-13-kulit)
BAB 14 PRODUK IMUNOLOGIS DAN VAKSIN (/ioni/bab-14-produk-imunologis-dan-vaksin)
BAB 15 ANESTESIA (/ioni/bab-15-anestesia)
BAB 16 PENANGANAN DARURAT PADA KERACUNAN (/ioni/bab-16-penanganan-darurat-pada-keracunan)
BAB 17 MEDIA KONTRAS (/ioni/bab-17-media-kontras)
BAB 18 RADIOFARMAKA (/ioni/bab-18-radiofarmaka)
LAMPIRAN 1 : INTERAKSI OBAT (/ioni/lampiran-1-interaksi-obat-0)
LAMPIRAN 2 : GAGAL HATI (/ioni/lampiran-2-gagal-hati-0)
LAMPIRAN 3 : GAGAL GINJAL (/ioni/lampiran-3-gagal-ginjal)
LAMPIRAN 4 : KEHAMILAN (/ioni/lampiran-4-kehamilan)
LAMPIRAN 5 : MENYUSUI (/ioni/lampiran-5-menyusui)
LAMPIRAN 6 : PETUNJUK PRAKTIS PENGGUNAAN OBAT YANG BENAR (/ioni/lampiran-6-petunjuk-praktis-
penggunaan-obat-yang-benar)

PENCARIAN
IONI (/ioni/search)
Monogra (/ioni/search/monogra )
Interaksi Obat (/ioni/search/interaksi)
Gagal Hati (/ioni/search/gagal-hati)
Gagal Ginjal (/ioni/search/gagal-ginjal)
Kehamilan (/ioni/search/kehamilan)
Menyusui (/ioni/search/menyusui)

Copyright © 2015, Pusat Informasi Obat Nasional, Badan POM RI

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid 14/14

Anda mungkin juga menyukai