Disusun Oleh :
Pembimbing :
dr. Tagor Sibarani
Kepaniteraan Klinik
Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine
Fakultas Kedokteran UPR - RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
2020
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN
Oleh:
Telah disetujui:
Palangka Raya, Oktober 2020
Pembimbing Materi,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Gambaran
Angka Kejadian COVID-19 di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Periode Maret-Agustus 2020”. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat
dijadikan sebagai acuan, serta menambah wawasan bagi pembaca.
Penulisan penelitian ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat
mengikuti ujian akhir stase bagi mahasiswa Kepaniteraan Klinik SMF Emergency
& Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya. Penulis
menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
penulis harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan penelitian ini dan kemajuan penulis dalam kegiatan
selanjutnya.
Selesainya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh
rasa hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung
maupun tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan penelitian ini hingga
selesai. Tidak lupa penyusun juga mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya pula kepada pembimbing materi penelitian penulis, yaitu yang
terhormat dr. Tagor Sibarani yang dengan sabar dan tekun dalam membimbing
penulis untuk penyusunan penelitian yang mengambil judul “Gambaran Angka
Kejadian COVID-19 di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Periode
Maret-Agustus 2020” .
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Kiranya penelitian ini dapat
berguna dan membantu generasi dokter-dokter muda selanjutnya maupun
mahasiswa-mahasiswi jurusan kesehatan lain yang sedang dalam menempuh
pendidikan, penelitian ini berguna sebagai penelitian dan sumber bacaan untuk
menambah ilmu pengetahuan.
Palangka Raya, Oktober 2020
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................2
1.3.1. Tujuan Umum.......................................................................2
1.3.2. Tujuan Khusus......................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian................................................................3
1.4.1. Manfaat Ilmiah.....................................................................3
1.4.2. Manfaat Praktis.....................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................5
2.1. Definisi.................................................................................5
2.2. Epidemiologi........................................................................6
2.3. Etiologi.................................................................................8
2.4. Penularan..............................................................................10
2.5. Faktor Risiko........................................................................11
2.6. Manifestasi Klinis.................................................................12
2.7. Diagnosis..............................................................................15
2.8. Tatalaksana...........................................................................15
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................18
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian...........................................18
3.2. Populasi Penelitian...............................................................18
3.2.1. Populasi Target.....................................................................18
3.2.2. Populasi Terjangkau.............................................................18
3.3. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel............................18
3.4. Estimasi Besar Sampel.........................................................18
iv
3.5. Kriteria Pemilihan (Inklusi dan Eksklusi)............................18
3.5.1. Kriteria Inklusi.....................................................................18
3.5.2. Kriteria Eksklusi...................................................................19
3.6. Instrumen Penelitian.............................................................19
3.7. Prosedur Pengumpulan Data................................................19
3.8. Cara Pengolahan Data dan Teknik Analisis Data................20
3.8.1. Cara Pengolahan Data..........................................................20
3.8.2. Analisis Data........................................................................20
3.9. Alur Penelitian......................................................................21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................22
4.1. Hasil Pengumpulan Sampel Data.........................................22
4.2. Pembahasan..........................................................................25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................28
5.1. Kesimpulan...........................................................................28
5.2. Saran.....................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30
LAMPIRAN ..............................................................................................32
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan Upaya Penanggulangannya. Penetapan
2
1
2.1. Definisi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-
2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS).1
Berdasarkan Panduan Surveilans Global WHO untuk novel Corona-virus
2019 (COVID-19) per 20 Maret 2020, definisi infeksi COVID-19 ini
diklasifikasikan sebagai berikut:2,3
1. Kasus Terduga (suspect case)
a. Pasien dengan gangguan napas akut (demam dan setidaknya satu
tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak napas), DAN
riwayat perjalanan atau tinggal di daerah yang melaporkan penularan
di komunitas dari penyakit COVID-19 selama 14 hari sebelum onset
gejala; atau
b. Pasien dengan gangguan napas akut DAN mempunyai kontak dengan
kasus terkonfirmasi atau probable COVID-19 dalam 14 hari terakhir
sebelum onset; atau
c. Pasien dengan gejala pernapasan berat (demam dan setidaknya satu
tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak napas DAN
memerlukan rawat inap) DAN tidak adanya alternatif diagnosis lain
yang secara lengkap dapat menjelaskan presentasi klinis tersebut.
2. Kasus Probable (Probable case)
3. Kasus terduga yang hasil tes dari COVID-19 inkonklusif; atau Kasus
terduga yang hasil tesnya tidak dapat dikerjakan karena alasan apapun.
Kasus terkonfirmasi yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
laboratorium
5
6
infeksi COVID-19 positif, terlepas dari ada atau tidaknya gejala dan tanda
klinis.
2.2. Epidemiologi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan munculnya
kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir
Desember 2019 (Li et al, 2020). Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi,
kasus tersebut diduga berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal
7 Januari 2020, Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa penyebab
kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi nama SARS-
CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Virus ini berasal
dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun
berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan
dengan SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China, 2020). Proses penularan yang
cepat membuat WHO menetapkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC pada
tanggal 30 Januari 2020. Angka kematian kasar bervariasi tergantung negara dan
tergantung pada populasi yang terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu
negara, dan ketersediaan pemeriksaan laboratorium.1,4,
Thailand merupakan negara pertama di luar China yang melaporkan
adanya kasus COVID-19. Setelah Thailand, negara berikutnya yang melaporkan
kasus pertama COVID-19 adalah Jepang dan Korea Selatan yang kemudian
berkembang ke negara-negara lain. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020, WHO
melaporkan 10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862 kematian di seluruh
dunia (CFR 4,9%). Negara yang paling banyak melaporkan kasus konfirmasi
adalah Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India, dan United Kingdom. Sementara,
negara dengan angka kematian paling tinggi adalah Amerika Serikat, United
Kingdom, Italia, Perancis, dan Spanyol. Peta sebaran COVID19 di dunia dapat
dilihat pada Gambar 2.1.1,4
Gambar 2.1. Peta Sebaran COVID-191,4
7
8
2.3. Etiologi
9
2.4. Penularan
Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah
dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam
satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap
sebagai risiko rendah. Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko
tinggi tertular. Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga medis. Di
China, lebih dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas sebesar
0,6%.1
sedikit menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal),
virus menyebar melalui aliran darah, diduga terutama pada jaringan yang
mengekspresi ACE2 seperti paru-paru, saluran cerna dan jantung. Gejala pada
fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah
timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di
paru memburuk, limfosit menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai
terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak
terkontrol, terjadi badai sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan
komplikasi lainnya (Gambar 2.4.) Gambar 2.5. menunjukkan perjalanan
penyakit pada pasien COVID-19 yang berat dan onset terjadinya gejala dari
beberapa laporan.5
2.7. Diagnosis
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien
yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode
deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan
RTPCR.1
Song, dkk.9 mencoba membuat skor COVID-19 Early Warning Score
(COVID-19 EWS) berdasarkan 1311 orang yang melakukan pemeriksaan SARS-
CoV-2 RNA di China, seperti pada lampiran 1. Skor ini memasukkan gambaran
pneumonia pada CT scan toraks, riwayat kontak erat, demam, gejala respiratorik
bermakna, suhu tertinggi sebelum masuk rumah sakit, jenis kelamin laki-laki,
usia, dan rasion neutrofil limfosit (RNL) sebagai parameter yang dinilai. Nilai
skor COVID-19 EWS miminal 10 menunjukkan nilai prediksi yang baik untuk
dugaan awal pasien COVID-19.5
Diagnosis komplikasi seperti ARDS, sepsis, dan syok sepsis pada pasien
COVID-19 dapat ditegakkan menggunakan kriteria standar masing-masing yang
sudah ditetapkan. Tidak terdapat standar khusus penegakan diagnosis ARDS,
sepsis, dan syok sepsis pada pasien COVID-19.5
2.8. Tatalaksana
16
Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk mencegah
atau mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi simptomatis dan
suportif. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu yang masih diteliti
melalui uji klinis.1
Prinsip tatalaksana secara keseluruhan menurut rekomendasi WHO yaitu:
Triase: identifikasi pasien segera dan pisahkan pasien dengan severe acute
respiratory infection (SARI) dan dilakukan dengan memperhatikan prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) yang sesuai, terapi suportif dan
monitor pasien, pengambilan contoh uji untuk diagnosis laboratorium, tata
laksana secepatnya pasien dengan hipoksemia atau gagal nafas dan acute
respiratory distress syndrome (ARDS), syok sepsis dan kondisi kritis lainnya.1
Hingga saat ini tidak ada terapi spesifik anti virus nCoV 2019 dan anti virus
corona lainnya. Beberapa peneliti membuat hipotesis penggunaan baricitinib,
suatu inhibitor janus kinase dan regulator endositosis sehingga masuknya virus ke
dalam sel terutama sel epitel alveolar. Pengembangan lain adalah penggunaan
rendesivir yang diketahui memiliki efek antivirus RNA dan kombinasi klorokuin,
tetapi keduanya belum mendapatkan hasil. Vaksinasi juga belum ada sehingga tata
laksana utama pada pasien adalah terapi suportif disesuaikan kondisi pasien, terapi
cairan adekuat sesuai kebutuhan, terapi oksigen yang sesuai derajat penyakit
mulai dari penggunaan kanul oksigen, masker oksigen. Bila dicurigai terjadi
infeksi ganda diberikan antibiotika spektrum luas. Bila terdapat perburukkan
klinis atau penurunan kesadaran pasien akan dirawat di ruang isolasi intensif
(ICU) di rumah sakit rujukan dengan alur seperti algoritma di bawah ini.
Berdasarkan derajat penyakit maka COVID-19 dapat diliihat pada Tabel 2.2.1,10
Salah satu yang harus diperhatikan pada tata laksana adalah pengendalian
komorbid. Dari gambaran klinis pasien COVID-19 diketahui komorbid
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Komorbid yang diketahui
berhubungan dengan luaran pasien adalah usia lanjut, hipertensi, diabetes,
penyakit kardiovaskular dan penyakit serebrovskular.1
17
Gambar 2.6. Alur tatalaksana dan rujukan pada pasien curiga infeksi COVID-19
18
19
1. Pasien dengan suspect COVID-19 yang dirawat di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya pada periode Maret-Agustus tahun 2020.
20
21
4. Mencatat data, data yang dicatat meliputi nomor rekam medik pasien, inisial
nama, umur, diagnosa dan keterangan lain.
Tabel. 4.1. Proporsi Sampel Pasien COVID-19 di RSUD dr. Doris Sylvanus
Periode Maret-Agustus 2020
Jumlah Pasien Suspect COVID-19
304
24
Berdasarkan kelompok umur usia sekolah didapatkan data bahwa
sebanyak 9 pasien memiliki hasil swab PCR negatif dan sembuh, serta 3
orang pasien
25
26
terkonfirmasi positif COVID-19 dan sembuh. Tidak ada kasus meninggal pada
kelompok usia sekolah tersebut. (Tabel 4.3.)
Tabel 4.2. Proporsi Kasus Swab Konfirmasi Positif yang Sembuh dan Meninggal
Menurut Kelompok Umur
Kasus Sembuh Kasus Meninggal
Masa Balita (0-5 Tahun) 4 0
Masa Kanak-Kanak (5-11 Tahun) 2 0
Masa Remaja Awal (12-16 Tahun) 1 0
Masa Remaja Akhir (17-25 Tahun) 17 0
Masa Dewasa Awal (26-35 tahun) 15 1
Masa Dewasa Akhir (36-45 Tahun) 23 1
Masa Lansia Awal (46-55 Tahun) 21 1
Masa Lansia Akhir (56-65 Tahun) 8 1
Masa Manula > 65 Tahun) 3 0
Tabel 4.3. Proporsi Kasus Konfirmasi Swab Positif Sembuh, dan Meninggal
Menurut Kelompok Usia Sekolah
Suspek Swab Negatif Swab Positif
Umur Tanpa Probable Sembu Meninggal Sembu Meninggal
6-12 Swab h h
Tahun 1 0 9 0 3 0
Tabel 4.4. Proporsi Kasus Swab Konfirmasi Positif yang Sembuh dan Meninggal
Menurut Jenis Kelamin
Kasus Sembuh Kasus Meninggal
Perempuan 105 2
Laki-laki 108 8
terkonfirmasi positif yang meninggal, baik yang memiliki komorbid maupun tidak
memiliki komorbid. (Tabel 4.5.)
Tabel 4.5. Proporsi Kasus Konfirmasi Swab Positif dalam Perawatan non ICU yang
Sembuh dan Meninggal berdasarkan Ada atau Tidaknya Komorbid
Dengan Komorbid Tanpa Komorbid
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
Sembuh Meninggal Sembuh Meninggal Sembuh Meninggal Sembuh Meninggal
18 1 5 0 38 0 29 0
Absolute Persentase
Gambar 4.1. Keluhan Utama dan Gejala Penyerta Pasien Kasus Konfirmasi Positif COVID-
19
(18,6%), dan sakit tenggorokan (17,64%). Selain itu ada juga gejala baru yang
belum ada pada literatur seperti anosmia (1,96%). Gambar 4.1.
4.2. Pembahasan
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-
2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia.1
Penelitian ini menyajikan data tentang gambaran proporsi pasien
terkonfirmasi COVID-19 di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada
periode Maret hingga Agustus 2020 dari jumlah sampel data yang di dapat
sejumlah 303 status terkait COVID-19, dimana 101 diantaranya merupakan kasus
konfirmasi positif terinfeksi COVID-19. Semua pasien suspek yang telah
dilakukan swab PCR dan hasil nya negatif sebanyak 185 pasien, sedangkan
sebanyak 12 pasien tidak dilakukan Swab PCR dan terdapat 5 orang pasien
probable.
Berdasarkan hasil pengumpulan sampel data pasien COVID-19 di RSUD
dr. Doris Sylvanus pada periode maret sampai dengan agustus 2020, didapatkan
data bahwa dari kelompk pasien dengan terkonfirmasi positif COVID-19, jumlah
pasien dengan rentang umur 36-45 tahun meiliki proporsi terbanyak di
29
bandingkan rentang umur lainnya dengan data rentang umur terendah adalah 12-
16 tahun (1 pasien). Hasil ini sedikit berbeda bila dibandingkan dengan data
laporan kasus di Indonesia, dari sejumlah 56.385 kasus konfirmasi didapatkan
data Kasus paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit
terjadi pada usia 0-5 tahun.1
Dari semua pasien terkonfirmasi COVID-19 pada penelitian ini didapatkan
data bahwa 5 orang pasien mendapatkan perawatan di ruang ICU, dimana 3 orang
pasien yang dirawat memiliki komorbid dan 2 orang lainnya tidak ada komorbid.
Satu orang pasien dengan komorbid yang di rawat pada ICU sempat mendapatkan
tindakan intubasi dan pemasangan ventilator. Dari semua pasien tersebut
didapatkan data 1 orang pasien yang memilik komorbid meninggal dunia (berjenis
kelamin perempuan). Data penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah pasien yang
perlu perawatan di ICU sebesar 4,9 % dari jumlah pasien konfirmasi positif
COVID-19 yang perlu perawatan di rumah sakit. Angka ini sedikit lebih rendah
bila disbanding dengan data global yang menyatakan bahwa sebanyak seperempat
pasien yang di rawat di rumah sakit memerlukan perawatan di ICU, dan dari
penelitian di Italy menunjukkan sebanyak 16% dari pasien yang perlu dirawat di
rumah sakit.10
Dari semua pasien terkonfirmasi COVID-19 pada penelitian ini didapatkan
data bahwa hipertensi merupakan komorbit tersering menyertai diagnosa pasien
dengan angka 4 orang pasien yang di rawat pada ICU menderita hipertensi, namu
tidak ada catatan kematian yang di temukan pada pasien ICU yang memiliki
komorbid hipetensi.
Berdasarkan pada teori yang didapatkan sejauh ini, SARS-CoV-2 dapat
mudah terinfeksi pada penderita hipertensi yang mengonsumsi obat dengan
golongan ARB dan ACE inhibitor karena adanya peningkatan ACE2 pada
penderita hipertensi, yang membuat SARS-CoV-2 mudah untuk masuk ke dalam
tubuh. Selain gejala pada sistem pernapasan, infeksi SARS-CoV-2 juga dapat
memperparah kondisi hipertensi dari penderita itu sendiri. Namun, dengan
dilanjutkannya konsumsi obat ARB pada penderita COVID-19, penderita
hipertensi dapat terhindar dari kemungkinan berkembangnya gejala COVID-19
yang dapat menyebabkan SARS. 12 Namun pada data penelitian yang dilakukan di
30
RSUD dr. Doris Sylvanus ini, tidak didapatkan keterangan yang jelas mengenai
Riwayat konsumsi obat pasien, dan tidak ada data yang menyatakan apakah
pasien konfirmasi COVID-19 yang dirawat pada ICU tersebut memiliki hipertensi
yang terkontrol atau tidak. Hal ini dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan
golongan obat untuk penderita hipertensi saat pandemi COVID-19.12,13
Dari data yang di dapatkan, 3 orang pasien ICU yang terkonfirmasi positif
COVID-19 yang meiliki komorbid gagal ginjal kronik. Komorbid ini menempati
posisi kedua terbanyak yang pada pasien ICU dengan infeksi COVID-19, dimana
2 orang diantaranya sembuh dan satu orang pasien tercatat meninggal dunia.
Terdapat suatu laporan kasus yang menyatakan bahwa 41,30% pasien
COVID-19 terinfeksi saat berkunjung ke rumah sakit. Kebanyakan pasien gagal
ginjal mengalami gangguan imunitas dikarenakan uremia nya dan memerlukan
dialysis rutin di rumah sakit dua atau tiga kali seminggu. Karena itu, pasien gagal
ginjal akan lebih rentan terinfeksi COVID-19 dibandingkan populasi normal.14
Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien terkonfirmasi positif COVID-19
di RSUD dr. Doris Sylvanus paling banyak menunjukkan gejala batuk (38%),
diikuti dengan sesak napas (24,5%), pilek (20,5%), sakit kepala (18,6%), dan sakit
tenggorokan (17,64%). Sementara gejala demam hanya sebesar 15,6%. Hal ini
sedikit berbeda dengan hasil penelitian di eropa yang mengatakan bahawa lima
gejala tersering pada pasien yang dirawat di rumah sakit adalah demam, sulit
bernapas, batuk, malaise, dan kebingungan.15
Pada penelitian ini juga dijumpai adanya gejala baru yang berupa anosmia
(1,96%). Secara referensi anosmia belum secara resmi diakui sebagai gejala
infeksi COVID-19. Bukti anecdotal yang berkembang menunjukkan peningkatan
insidensi kasus anosmia pada pandemic saat ini, menunjukkan bahwa COVID-19
mungkin menyebabkan disfungsi olfaktori. Hal ini dapat menjadi dasar unuk
dilakukannya studi lebih lanjut mengenai gejala ini untuk membuktikan apakah
anosmia yang terjadi berhubungan langsung sebagai gejala dari infeksi COVID-
19.16
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-
2). Merupakan jenis jenis corona virus baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia, menyerang sistem pernafasan dan dapat menyebabkan
kegawatan hingga meninggal.
Telah dilakukan penelitian kasus di RSUD dr Doris Sylvanus dengan
populasi target pasien suspek, probable, dan konfirmasi COVID-19 pada periode
Maret-Agustus 2020, dengan data sebagai berikut :
Diketahui jumlah kasus konfirmasi COVID-19 di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya pada periode Maret-Agustus tahun 2020 adalah
101 kasus.
Diketahui jumlah kasus konfirmasi COVID-19 yang sembuh di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya pada periode Maret-Agustus tahun 2020
adalah 98 kasus.
Diketahui jumlah kasus konfirmasi COVID-19 yang meninggal di RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada periode Maret-Agustus tahun 2020
adalah 3 kasus.
Diketahui jumlah kasus konfirmasi COVID-19 yang memiliki penyakit
komorbid di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada periode
Maret-Agustus tahun 2020 adalah 28 kasus.
Diketahui jumlah kasus konfirmasi COVID-19 dengan penyakit komorbid
yang sembuh di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada periode
Maret-Agustus tahun 2020 adalah 27 kasus.
Diketahui jumlah kasus konfirmasi COVID-19 dengan penyakit komorbid
yang meninggal di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada periode
Maret-Agustus tahun 2020 adalah 1 kasus.
32
5.2. Saran
1. Dari hasil penelitian ini didapatkan data bahwa kasus konfirmasi positif
dengan komorbid hipertensi yang di rawat di ruang ICU memiliki
proporsi paling tinggi dibandingkan dengan komorbid lain, namun
dikarenakan keterbatasan data yang ada, pada penelitian ini tidak dapat
menghubungan kemungkinan hubungan hipertensi dengan angka
kejadian pasien konfirmasi positif COVID-19 di RSUD dr. Doris
Sylvanus. Diharapkan pihak RSUD dapat meneliti hubungan komorbid
hipertensi dengan angka kejadian kasus konfirmasi COVID-10 yang
mendapat perawatan di ICU, serta dapat memberikan edukasi tambahan
bagi pengunjung RS yang menderita hipertensi untuk mematuhi protokol
kesehatan dengan baik, menjaga tekanan darah nya tetap terkontrol, dan
menjelaskan kemungkinan adanya hubungan hipertensi sebagai
komorbid yang memperberat kondisi pasien yang terkonfirmasi positif
COVID-19.
2. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa kasus konfirmasi positif
dengan komorbid CKD yang di rawat di ruang ICU memiliki proporsi
tertinggi kedua dimana satu diantara pasien tersebut di laporkan
meninggal dunia, namu dikarenakan keterbatasan data yang data,
penelitian ini tidak dapat meneliti hubungan antara koorbid ini dengan
angka perawatan pasien konfirmasi positif yang mendapat perawatan di
ICU. Diharapkan pihak RSUD dapat meneliti hubungan komorbid CKD
dengan angka kejadian kasus konfirmasi COVID-10 yang mendapat
perawatan di ICU.
3. Diharapkan RSUD dr. Doris Sylvanus bekerja sama dengan pemerintah
daerah untuk mengembangkan program promosi kesehatan guna
meningkatkan pengetahuan masyarakat yaitu dengan mengadakan
penyuluhan mengenai protokol kesehatan yang baik meliputi cara cuci
tangan yang baik dan benar, menggunakan masker saat keluar rumah,
menjaga jarak, agar masyarakat dapat mengerti mengenai pentingnya
menerapkan protokol Kesehatan.
33
4. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran dan dapat
dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
10. Semedi BP. Pelayanan ICU di Era Pandemi COVID-19. Surabaya: Dept.
Anestesiologi dan Reanimasi FK UA – RSUD Dr. Soetomo, 2020: 1-53.
34
12. Alfhad H, Saftarina F & Kurniawan B. Dampak Infeksi SARS-Cov-2
Terhadap Penderita Hipertensi. Majority, 2020; 9 (1): 1-8.
13. Yu Xiao, Kaiyu Qian, Yongwen Luo, et al. Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 Infection in Renal Failure Patiens: A Potensial
Covert Source of Infection. European Urology, 2020; 78: 294-299.
16. Hopkins C, Surda P & Kumar BN. Presentation of New Onset Anosmia
During the COVID-19 Pandemic. Rhinology, 2020; 58: 1-4. Available from:
https://www.researchgate.net/profile/Claire_Hopkins3/publication/340593413
_Presentation_of_new_onset_anosmia_during_the_COVID-
19_pandemic/links/5e9adaaba6fdcca78920d343/Presentation-of-new-onset-
anosmia-during-the-COVID-19-pandemic.pdf
35
36