Anda di halaman 1dari 72

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PERAWAT

PENYINTAS COVID-19 DI SMC RUMAH SAKIT


TELOGOREJO

PROPOSAL RISET KEPERAWATAN

Oleh
Evans Martha Felly
1.18.102

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2022
GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PERAWAT
PENYINTAS COVID-19 DI SMC RUMAH SAKIT
TELOGOREJO

PROPOSAL RISET KEPERAWATAN

Proposal Riset Keperawatan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
melakukan penelitian

HALAMAN JUDUL

Oleh
Evans Martha Felly
1.18.102

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO SEMARANG

ii
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Riset Keperawatan dengan judul “Gambaran Tingkat Depresi Pada Perawat

Penyintas Covid-19 Di SMC Rumah Sakit Telogorejo ” telah disetujui, diperiksa

untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Program Studi S-1 Keperawatan

STIKES Telogorejo Semarang

Semarang, 18 Mei 2022

Pembimbing Utama,

Ns. Laura Khattrine Noviyanti, M.Kep., Sp.Kep.J

Pembimbing Pendamping

Ns. Bagus Ananta Tanujiarso, M.Kep

iii
PRAKATA

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya yang dilimpahkan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal

Riset Keperawatan yang berjudul “Gambaran Tingkat Depresi Pada Perawat

Penyintas Covid-19 di SMC Rumah Sakit Telogorejo” dengan baik dan lancar.

Proposal Riset Keperawatan ini disusun untuk melanjutkan penelitian Riset

Keperawatan. Peneliti menyadari bahwa penyusunan Proposal Riset Keperawatan ini

dapat terselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,

untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan tulus ikhlas

perkenankan peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. dr. Swanny Trikajanti Widyaatmadja, M.Kes., Ph.D, selaku Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Telogorejo Semarang.

2. dr. Alice Sutedjo Lisa, M.K.M selaku direktur/Pimpinan tertinggi institusi tempat

peniliti bekerja dan pengambilan data penelitian.

3. Ns. Ismonah., M.Kep., Sp.M.B. selaku Wakil Ketua I STIKES Telogorejo

Semarang

4. Ns. Sri Puguh Kristiyawati, M.Kep., Sp.M.B. selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang

5. Ns. Suksi Riani, M. Kep selaku dosen wali Program Studi S.1 Keperawatan

STIKES Telogorejo Semarang.

6. Ns. Laura Khattrine Noviyanti, M.Kep., Sp.Kep.J selaku pembimbing utama

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan,

memberi saran serta semangat peneliti selama penyusunan proposal riset

keperawatan.

iv
7. Ns. Bagus Ananta Tanujiarso, M.Kep selaku pembimbing pendamping yang

telah memberikan bimbingan dan saran serta arahan selama penyusunan proposal

riset keperawatan.

8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Stikes Telogorejo Semarang yang telah

memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

9. Seluruh responden yang telah bersedia membantu meluangkan waktunya dalam

pengisian kuesioner.

10. Kepada Istri yang sangat saya cintai Dyah Yuliastuti yang tidak pernah berhenti

menemani, membantu dan memberi semangat saat menyelesaikan proposal riset

keperawatan.

11. Kepada orang tua yang sangat saya cintai Bapak Cik Usin serta Ibu Mujaenah

yang telah banyak memberikan dukungan, doa dan pengorbanan baik secara

moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal riset

keperawatan dengan baik.

12. Teman seperbimbingan Nanda yang saling memberikan semangat dan bahu

– membahu selama proses konsultasi, hingga terselesaikannya penyusunan

proposal riset keperawatan.

13. Segenap keluarga besar yang telah menyemangati selama pembuatan proposal

riset keperawatan.

Semarang, 19-05-2022

Peneliti

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................................iii
PRAKATA..................................................................................................................iv
DAFTAR ISI...............................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................viii
DAFTAR SKEMA......................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................x
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................7
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................9
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................9
E. Keaslian Penelitian..........................................................................................10
F. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Peneliti.....................................11
BAB II........................................................................................................................12
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................12
A. Tinjauan Teori.................................................................................................12
B. Kerangka Teori................................................................................................25
BAB III.......................................................................................................................26
METODE PENELITIAN...........................................................................................26
A. Kerangka Konsep dan Variabel Penelitian......................................................26
B. Desain Penelitian.............................................................................................26
C. Definisi Operasional........................................................................................27
D. Populasi dan Sampel........................................................................................28
E. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................31
F. Alat Pengumpulan Data...................................................................................31
G. Prosedur Pengumpulan Data............................................................................33
H. Etika Penelitian...............................................................................................35
I. Analisis Data....................................................................................................37

vi
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................41
LAMPIRAN...............................................................................................................51

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian...............................................................................10

Tabel 1.2 : Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Peneliti.........................11

Tabel 3.1 : Definisi Operasional............................................................................27

viii
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 : Fase pada Depresi..............................................................................19

Skema 2.2 : Kerangka Teori...................................................................................25

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Plan Of Action (POA)

Lampiran 2 : Surat Permohonan Sebagai Responden

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Pembimbing 1

Lampiran 5 : Daftar Hadir Konsultasi Pembimbing 1

Lampiran 6 : Lembar Konsultasi Pembimbing 2

Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Pembimbing 2

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

COVID-19 merupakan penyakit yang serius di masa sekarang. Sejak

diumumkan pertama kali ada di Indonesia, kasus COVID-19 meningkat

jumlahnya dari waktu ke waktu sehingga memerlukan perhatian

(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, et al., 2020). COVID-19 merupakan

penyakit yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome

coronavirus 2 (SARS-CoV-2) (Kemenkes RI, 2020). Tanda dan gejala

umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut

seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari

dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat

dapat menyebabkan pneumonia,sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan

bahkan kematian.Covid-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut

seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari

dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat

dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan

bahkan kematian (Isbaniah, 2020). Jadi dapat disimpulkan bahwa

manifestasi Covid-19 ini pun beragam, dari yang bergejala ringan sampai

dengan berat.

1
2

Secara global, pada 8 November 2021, ada 249.507.923 kasus COVID-19

yang dikonfirmasi yang dilaporkan ke WHO (WHO, 2021), sedangkan di

Indonesia didapatkan data sebanyak 4.248.409 orang terkonfirmasi Covid-

19 dan angka kejadian sembuh sebanyak 4.095.098 orang (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2021). Berdasarkan perhitungan statistik

Kasus COVID 19 Jawa Tengah didapatkan data pasien terkonfirmasi

COVID 19 sebanyak 485.540 orang dan yang sembuh sebanyak 450.616

orang (jatengprov.go.id, 2021). Data berdasarkan karakteristik usia secara

komulatif nasional usia dewasa menduduki peringkat ke 2 sebanyak 36.4%

dari total pasien dengan Covid-19 di Indonesia (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2021).

Lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia yang terjadi hingga pertengahan

Juli 2021 juga diiringi dengan tingginya angka kematian tenaga kesehatan

(nakes). Angka kematian nakes pada tahun 2021 ini lebih tinggi dibanding

dengan bulan-bulan sebelumnya sejak pademi Maret 2020 (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2021). Pada tanggal 10 November 2021

tercatat nakes yang gugur oleh karena Covid-19 sebanyak 2032 orang, dari

data tersebut sudah termasuk perawat yang meninggal karena Covid-19

sebanyak 60 orang. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021).

Jadi dapat disimpulkan bahwa tenakes, khususnya perawat sangat berisiko

terpapar covid sampai dengan keadaan yang terburuk yaitu kematian.

Berdasarkan data yang dilansir dari (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2021) periode April – November 2021, didapatkan sebanyak


3

4.908.884 orang sembuh. Khusus di Jawa tengah sebanyak 451.006 orang

dilaporkan sembuh dari Covid-19 (Dinkes Provinsi Jateng, 2021).

Pasien atau orang telah sembuh dari penyakit COVID-19 tersebut dapat

disebut dengan penyintas (Karo, 2020). Penyintas COVID bisa juga disebut

orang yang sembuh dari COVID-19 (Depdikbud, 2021). Penderita COVID-

19 akan sembuh total dalam beberapa minggu setelah pertama kali ia

merasakan gejala, akan tetapi masih ada sebagian penyintas COVID-19

yang mengalami gejala sisa selama berminggu-minggu hingga berbulan-

bulan setelah ia dinyatakan sembuh dari Corona. (Kholilah & Hamid, 2021).

Jadi dapat disimpulkan walaupun sudah sembuh dari COVID-19, masih ada

gejala sisa COVID-19 pada sebagian penyintas COVID-19.

Studi awal terkait gambaran klinis dan kualitas hidup pada 463 penyintas

COVID-19 di Indonesia menunjukkan hasil yang menarik. Sebanyak 294

partisipan (63,5 persen) memiliki gejala lanjutan pasca COVID-19. Gejala

ini terdiri atas gangguan fisik seperti batuk, nyeri otot, gangguan

kardiovaskular, kelelahan kronis, anosmia, diare, serta dampak psikologis

berupa gangguan tidur, gangguan konsentrasi, kecemasan, perubahan mood

dan depresi. (Kurniawan & Susilo, 2021). Gejala sisa pada penyintas Covid-

19 sangat beragam, hal ini tentu menjadi masalah lanjutan pasca

terkonfirmasi Covid-19 serta akan sangat berpengaruh pada status

pelayanan kesehatan jika terjadi pada penyintas tenaga kesehatan.


4

COVID-19 menyebabkan efek yang luar biasa terhadap kesehatan mental

emosional. Penelitian menunjukkan 13,7%-34,7% pasien COVID-19

dilaporkan menampilkan gejala masalah kesehatan mental setelah

terdiagnosa (Kong et al., 2020; Varatharaj et al.,2020). Dampak COVID-19

pada kesehatan mental ini masih terus meningkat dan meluas (Jaworski et

al., 2021). Pandemi COVID-19 yang bersifat sporadis dan tidak bisa

diprediksi menyebabkan tekanan psikologis dan ketidakseimbangan

emosi (Ameyaw et al., 2020). Gangguan mental emosional erat kaitannya

dengan gejala sisa Covid-19, perlunya pemeriksaan berkelanjutan untuk

deteksi dini pada kasus tersebut.

Gangguan mental emosional dapat didefinisikan sebagai ketidakseimbangan

jiwa yang mengakibatkan ketidaknormalan sikap dan tingkah laku yang

dapat menghambat dalam proses penyesuaian diri. Gangguan mental

emosional ditandai dengan perubahan dalam berfikir, perilaku, atau suasana

hati terkait dengan tekanan yang bermakna dan gangguan fungsi selama

jangka waktu tertentu (Suyoko, 2012). Menurut catatan Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018),

Prevalensi penderita depresi di tahun 2018 sebesar 6,1% (Riskesdas, 2018),

Sedangkan prevalensi gangguan bipolar di Indonesia belum tercatat oleh

Riskesdas 2018, tetapi data dari Bipolar Care Indonesia (BCI) diperoleh

sebanyak 1% tahun 2016 menjadi 2% tahun 2018 (72.860 jiwa)

masyarakat Indonesia mengidap gangguan bipolar

(bipolarcareindonesia.org, 2018). Dalam penelitian Pappa et al (2020)

disampaikan bahwa perawat memiliki prevalensi tinggi untuk mengalami


5

kecemasan dan depresi bila dibandingkan dengan staf medis lainnya.

Perawat dan tenaga kesehatan lain yang menjadi gugus terdepan

menghadapi ancaman virus ini menerima dampak psikologis yang berujung

pada gangguan kesehatan mental (Pappa et al., 2020). Di Indonesia sendiri,

hasil survei PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) dalam Sasanti

dan Shaluhiyah (2016) menunjukkan sekitar 50,9% perawat yang bekerja di

empat provinsi di Indonesia mengalami stres kerja, sering pusing, lelah,

tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan depresi.

Menurut Liu &Liu tahun 2020, melaporkan pada tenaga kesehatan yang

berada di garis depan mengalami stres sedang hingga berat sebesar 49.1%

tenaga kesehatan garis depan, kecemasan sedang hingga berat 10.7%, dan

12.4% mengalami depresi berat Selanjutnya, tingkat kecemasan perawat

di unit gawat darurat lebih tinggi daripada di ruang isolasi atau

poliklinik (Liu et al., 2020). Di Indonesia menurut penelitian yang dilakukan

oleh Muliantino dkk tahun 2020 terhadap 535 perawat yang bekerja di

rumah sakit selama pandemi Covid-19 dari 24 provinsi di Indonesia

ditemukan 23.7% (127 perawat) memiliki kecemasan sedang, 6.5% (35

perawat) mengalami stres sedang, dan 8.8% (47 perawat) mengalami

depresi sedang. Penelitian juga menjelaskan bahwa perawat yang bekerja di

IGD dan ruang isolasi mengalami kecemasan, stres dan depresi yang lebih

tinggi (Muliantino dkk, 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Elbay

tahun 2020, Sebanyak 286 partisipan memiliki gejala depresi (64.7%)

dikarenakan bekerja di garis depan, jam kerja meningkat setiap minggu,

peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat, tingkat dukungan yang


6

lebih rendah dari rekan kerja dan supervisor, dukungan logistik yang

rendah, dan merasa kompetensi yang dimiliki masih rendah selama tugas

terkait Covid-19 (Elbay et al., 2020). Jadi dapat disimpulkan bahwa

gangguan mental emosional, khususnya depresi adalah salah satu

permasalahan utama pada tenakes yang perlu mendapatkan perhatian utama

untuk deteksi awal dan penanganan lebih lanjut.

Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan

(affective / mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain-lain

sebagainya (Hawari, 2011, dalam, Ariyanto, 2020). Depresi berawal dari

adanya rasa sedih, tidak nyaman,dan adanya perubahan proses pikir

pada komunikasi social, serta fase prodormal depresi bisa berlanjut pada

depresi sedang bahkan sampai dengan depresi berat (Pratma & Puspitosari,

2020). Pasien yang mengalami depresi harus ditangani dengan farmakologi,

psikoterapi dan juga sebagian memerlukan adanya terapi fisik (Prabowo,

2014). Jadi dapat disimpulkan Depresi merupakan masalah kesehatan yang

serius yang dapat mengakibatkan tantangan fisik dan emosional jangka

panjang. Pencegahan dini dalam upaya meminimalisir terjadinya depresi

harus dilakukan dengan cara melakukan skrining depresi.

Beberapa Rumah sakit di Semarang ditunjuk sebagai rujukan untuk

penanganan Covid-19. SMC Rumah Sakit Telogorejo adalah satu rumah

sakit rujukan Covid-19 di Semarang. SMC SMC Rumah Sakit Telogorejo

mempunyai layanan unggulan khususnya dalam penanganan COVID-19 di

kota Semarang. SMC Rumah Sakit Telogorejo mempunyai kapasitas


7

sebanyak tempat 120 tempat tidur serta ruang ICU isolasi yang didukung

peralatan monitoring hemodinamik dan alat bantu pernafasan yang lengkap

untuk perawatan pasien dengan Covid-19. (Litbang SMC RS Telogorejo,

2021). Dalam kurun waktu 19 bulan yaitu dari bulan Maret 2020 sampai

November 2021 jumlah tenaga medis yang terkonfirmasi COVID-19 di

SMC Rumah Sakit Telogorejo berjumlah 752 orang. Berdasarkan data 5

bulan terakhir tercatat perawat terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 85 orang.

Saat melakukan studi pendahuluan pengukuran tingkat depresi pada 5 orang

perawat penyintas di Rumah Sakit Telogorejo pada tanggal 20 April 2022

COVID-19 menggunakan kuesioner BDI II, didapatkan hasil 4 perawat

mengalami depresi sedang 2 bulan pasca terpapar covid dan 1 perawat

mengalami depresi ringan 3 bulan pasca terpapar COVID-19. Hal ini

menjadi perhatian utama dalam program pelayanan medis di Rumah sakit.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian

mengenai Gambaran tingkat depresi pada perawat penyintas Covid-19 di

Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Peneliti ingin melihat tingkat depresi

pada penyintas perawat di SMC RS Telogorejo.

B. Rumusan Masalah

Covid-19 merupakan penyakit yang serius di masa sekarang. Sejak

diumumkan pertama kali ada di Indonesia, kasus COVID-19 meningkat

jumlahnya dari waktu ke waktu sehingga memerlukan perhatian. Secara

global, pada 8 November 2021, ada 249.507.923 kasus COVID- 19 yang

dikonfirmasi yang dilaporkan ke WHO, sedangkan di Indonesia didapatkan

data sebanyak 4.248.409 orang terkonfirmasi Covid-19 dan angka kejadian


8

sembuh sebanyak 4.095.098 orang. Lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia

yang terjadi hingga pertengahan Juli 2021 juga diiringi dengan tingginya

angka kematian tenaga kesehatan (nakes). Angka kematian nakes pada

tahun 2021 ini lebih tinggi dibanding dengan bulan-bulan sebelumnya sejak

pademi Maret 2020. Pada tanggal 10 November 2021 tercatat nakes yang

gugur oleh karena COVID-19 sebanyak 2032 orang, dari data tersebut

sudah termasuk perawat yang meninggal karena Covid-19 sebanyak 60

orang. Jadi dapat disimpulkan bahwa tenakes, khususnya perawat sangat

berisiko terpapar covid sampai dengan keadaan yang terburuk yaitu

kematian

Pasien atau orang telah sembuh dari penyakit COVID-19 tersebut dapat

disebut dengan penyintas. Penyintas COVID bisa juga disebut orang yang

sembuh dari COVID-19. Studi awal terkait gambaran klinis dan kualitas

hidup pada 463 penyintas COVID-19 di Indonesia menunjukkan hasil yang

menarik. Sebanyak 294 partisipan (63,5 persen) memiliki gejala lanjutan

pasca COVID-19. Gejala ini terdiri atas gangguan fisik seperti batuk, nyeri

otot, gangguan kardiovaskular, kelelahan kronis, anosmia, diare, serta

dampak psikologis berupa gangguan tidur, gangguan konsentrasi,

kecemasan, perubahan mood dan depresi. Depresi adalah salah satu bentuk

gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective / mood disorder), yang

ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan

tidak berguna, putus asa dan lain-lain sebagainya. Pasien yang mengalami

depresi harus ditangani dengan farmakologi, psikoterapi dan juga sebagian

memerlukan adanya terapi fisik. Dalam kurun waktu 19 bulan yaitu dari
9

bulan Maret 2020 sampai November 2021 jumlah tenaga medis yang

terkonfirmasi COVID-19 di SMC Rumah Sakit Telogorejo berjumlah 752

orang. Berdasarkan data 6 bulan terakhir tercatat perawat terkonfirmasi

Covid-19 sebanyak 85 orang. Hal ini menjadi perhatian utama dalam

program pelayanan medis di Rumah sakit. Berdasarkan uraian di atas

peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian mengenai Gambaran

tingkat depresi pada perawat penyintas Covid-19 di Rumah Sakit Telogorejo

Semarang. Peneliti ingin melihat tingkat depresi pada penyintas perawat di

SMC RS Telogorejo. Adapun pertanyaan penelitian sebesagai berikut:

Bagaimanakah gambaran tingkat depresi pada penyintas perawat di SMC

RS Telogorejo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran tingkat depresi penyintas Covid-19 pada perawat

Rumah Sakit Telogorejo Semarang.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik responden yang meliputi usia,

jenis kelamin, unit kerja, dan lama bekerja para perawat penyintas

COVID -19 di SMC Rumah Sakit Telogorejo.

b. Mengetahui gambaran tingkat depresi penyintas COVID-19

c. Mengetahui gambaran tingkat depresi berdasarkan usia, jenis

kelamin, unit kerja dan lama kerja.


10

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Kesehatan

Menambah pengetahuan serta pengalaman pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit dalam menilai gejala depresi awal pada penyintas Covid-

19.

2. Bagi Pendidikan keperawatan

Memberikan manfaat dan informasi serta menambah ilmu dibidang

keperawatan agar bisa lebih dikembangkan dalam materi-materi yang

lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tentang depresi.

3. Penelitian selanjutnya

Memberikan rujukan, sumber informasi dan bahan referensi penelitian

selanjutnya tentang depresi serta metodologi penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

Nama
No Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun)
1 (Wu et al., Health-related Populasi : Mengidentifikasi
2021) quality of life of 55 kasus COVID-19 masalah sosial yang
hospitalized pada 4 Agustus 2020 dihadapi oleh
COVID-19 penyintas COVID-19
survivors: An Sampel :
initial 16 orang setelah 3
exploration in bulan sembuh dari
Nanning city, COVID-19
China
2 (Liu et al., Risk factors Populasi : Seluruh Mengidentifikasi
2020) associated with peserta merupakan prevalensi gangguan
mental illness in pasien sembuh kesehatan mental
hospital COVID-19 yang pada penyintas
discharged telah keluar dari COVID-19
patients infected rumah sakit, rata-rata
with COVID-19 in waktu sejak keluar
Wuhan, China adalah 36,75 hari.
Tanggal pemulangan
berkisar dari 27
Januari 2020 hingga
11

Nama
No Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun)
21 April 2020.

Sampel : 675 orang


setelah 2 bulan
sembuh covid
3 (Muliantino Psychological Populasi : perawat Respon Psikologis
et al., 2021) Responses Among yang bekerja di 119 Perawat
Indonesian Nurses rumah sakit dari 24
In The Outbreak provinsi di Indonesia
Of Covid-19
Pandemic Sampel :
535 perawat
4 (Wu et al., Health-related Populasi : Mengidentifikasi
2021) quality of life of 55 kasus COVID-19 masalah sosial yang
hospitalized pada 4 Agustus 2020 dihadapi oleh
COVID-19 penyintas COVID-19
survivors: An Sampel :
initial 16 orang setelah 3
exploration in bulan sembuh dari
Nanning city, COVID-19
China

F. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Peneliti

Tabel 1.2
Persamaan dan Perbedaan Penelitian
12

Analisa Penelitian Terkait Penelitian Peneliti

Persamaan : 1. (Muliantino et al., 2021) Kuantitatif


1. Jenis Penelitian Kuantitatif
2. (Wu et al., 2021) Kuantitatif
Kuantitatif
2. Metode (Muliantino et al., 2021) Simple Random Sampling
Sampling Metode Sampling : Simple
Random Sampling
3. Responden 1. (Muliantino et al., 2021) 1. Peyintas perawat COVID-
Peyintas perawat COVID- 19 yang bekerja di Rumah
19 yang bekerja di Rumah Sakit.
Sakit. 2. Peyintas perawat COVID-
19 yang bekerja di Rumah
2. (Liu et al., 2020; Wu et Sakit.
al., 2021)
Peyintas perawat COVID-
19 yang bekerja di Rumah
Sakit.

Perbedaan : (Wu et al., 2021)) Kuantitatif deskriptif dengan


1. Metode Metode Kualitatif : pengisian Kuesioner BDI II
Penelitian Wawancara

2. Metode (Liu et al., 2020) Simple Random Sampling


Sampling Metode : Sampling Stratifikasi
3. Jenis penelitian (Wu et al., 2021) Kuantitatif
(Kualitatif)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. COVID-19

a. Pengertian

Pada saat ini kesehatan dunia sedang dalam masalah besar dimana

Coronavirus 2019 atau Covid-19 merupakan pandemi yang telah

mengakibatkan tingginya angka mortalitas di berbagai belahan

dunia. Corona Virus Disease (Covid-19) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus Corona jenis baru yang diberi nama SARS-

CoV-2. Covid-19 pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, Provinsi

Hubei, Tiongkok pada Desember 2019 yang ditetapkan sebagai

pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret

2020. Wabah ini menyebar ke seluruh dunia dengan sangat cepat,

sudah ada jutaan kasus Covid-19 yang dilaporkan dari ratusan

negara di dunia yang mengakibatkan ratusan ribu orang meninggal

dunia dan sudah ada pula ratusan ribu orang yang sembuh dari

wabah ini. (Algifari, 2020).

Covid-19 merupakan singkatan dari Coronavirus Disease 2019

adalah penyakit jenis baru yang disebabkan oleh virus Severe Acute

Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-Cov-2) yang

sebelumnya disebut Novel Coronavirus (2019-nCov). Virus baru


13
14

ini sangat menular dan cepat menyebar secara global (Rahayu &

Nugroho, 2020). Coronavirus adalah virus yang termasuk dalam

family Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Nama “Corona”

menggambarkan duri-duri berbentuk menyerupai mahkota pada

permukaan luar virus, oleh karena itu disebut sebagai

Coronavirus. Coronavirus berukuran sangat kecil (diameter 65-125

nm) dan mengandung RNA jalinan-tunggal sebagai materi nukleus.

SARS-CoV-2 merupakan anggota subgrup β-CoV dan patogen

mayor pada sistem pernapasan manusia sebagai target utamanya.

(Ruslin, dkk, 2020).

b. Cara Penularan Coronavirus Disease 2019

Virus Corona yang terbilang mudah menyebar juga menimbulkan

kekhawatiran. Di dalam protokol kesehatan Covid-19 disebutkan

bahwa cara penularan Covid-19 yaitu dengan tetesan cairan

(droplet) yang keluar saat berbicara, batuk atau bersin dan kontak

pribadi seperti bersentuhan atau berjabat tangan. Selain itu

penyebaran virus juga dapat terjadi saat menyentuh benda atau

permukaan yang terkontaminasi virus kemudian menyentuh mulut,

hidung, atau mata sebelum mencuci tangan. Virus Corona

diperkirakan menyebar melalui kontak dekat dari orang ke orang

meski pada Orang Tanpa Gejala (OTG). Masa inkubasi COVID-19

rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat

mencapai 14 hari (Fay, 2021). Risiko penularan tertinggi diperoleh

di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus


15

pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung

dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala

(presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset gejala.

(Kemenkes RI, 2020). Sebuah studi melaporkan bahwa 12,6%

menunjukkan penularan presimptomatik. Penting untuk mengetahui

periode presimptomatik karena memungkinkan virus menyebar

melalui droplet atau kontak dengan benda yang terkontaminasi.

Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak

bergejala (asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah

akan tetapi masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan

(Du et al., 2020).

c. Manifestasi Klinis Coronavirus Disease 2019

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul

secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan

gejala apapun dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang

paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa

pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat,

pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang

penciuman dan pembauan atau ruam kulit (Kemenkes RI, 2020).

Pasien yang terjangkit virus Corona sebagian besar (sekitar 80%)

memiliki gejala ringan atau bahkan tanpa gejala. Pada beberapa

penderita, kondisi dapat memburuk dengan gejala berat berupa

peradangan paru (pneumonia) berat hingga kematian. Gejala


16

Covid-19 ringan sangat mirip dengan gejala penyakit flu dan

masuk angin biasa seperti demam, sakit kepala, dan batuk. Akan

tetapi, gejala Covid-19 memiliki karakteristik yang sedikit berbeda

dengan flu biasa, yakni jenis batuk yang umumnya kering. Lemas

dan nyeri otot juga banyak dilaporkan pada penderita Covid-19

(Fadhil Ahsan, Nanda Yuli Rahmawati, 2020). COVID 19

dikaitkan dengan manifestasi mental dan neurologis termasuk

delirium atau ensefalopati, agitasi, stroke, meningo-ensefalitis,

gangguan indra penciuman dan perasa, kecemasan, depresi dan

masalah tidur. Dalam banyak kasus, manifestasi neurologis telah

dilaporkan bahkan tanpa gejala pernapasan. Kecemasan dan depresi

tampaknya umum diantara orang- orang yang dirawat di Rumah

Sakit karena COVID 19. Rumah Sakit Wuhan, Cina

mengungkapkan lebih dari 34% orang yang mengalami gejala

kecemasan dan 28% mengalami gejala depresi. Serangkaian kasus

pengamatan di Prancis menemukan bahwa 65% orang dengan

COVID 19 di unit perawatan intensif (ICU) menunjukkan tanda-

tanda delirium (kebingungan) dan 69% mengalami agitasi.

Delirium khususnya telah dikaitkan dengan peningkatan resiko

kematian dalam konteks COVID19 (WHO, 2020)

2. Penyintas COVID-19

Penyintas diartikan sebagai individu yang selamat, yang berarti tidak

meninggal, dan dapat bertahan dalam situasi bencana. Individu-

individu tersebut adalah penyintas, bukan hanya korban. Penyintas bisa


17

laki-laki ataupun perempuan, baru menikah, orang hamil, usia bayi,

anak, remaja, pemuda, orang dewasa, tengah baya, pasangan

bersangkar kosong, masa matang, ataupun usia lanjut (Ghafur, 2012).

Penyintas COVID-19 dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)

yakni orang yang mampu bertahan hidup melawan COVID-19.

Penyintas COVID bisa juga disebut orang yang sembuh dari COVID-

19 (Depdikbud, 2021). Menurut (Kemenkes RI, 2020) Penyintas atau

pasien yang sembuh dari COVID-19 harus dikonfirmasi dengan hasil

negatif pada hasil tes PCR atau sudah memenuhi beberapa kriteria

sembuh. Kriteria tersebut adalah :

a. Pasien tanpa gejala: sudah melewati masa isolasi selama 10 hari.

b. Pasien dengan gejala ringan hingga sedang: sudah melewati masa

isolasi selama minimal 10 hari, ditambah 3 hari tanpa gejala.

c. Pasien dengan gejala berat: sudah melewati masa isolasi selama

minimal 10 hari, ditambah 3 hari tanpa gejala dan 1 kali hasil

negatif pada tes PCR.

Menurut (Kholilah & Hamid, 2021) penyintas yang sudah sembuh dari

COVID-19 masih banyak ditemukan keluhan dan gejala sisa baik

sesaat setelah dinyatakan sembuh hingga 6 bulan setelahnya, gejala

yang timbul umumnya adalah :

a. Kecemasan

b. Depresi

c. PTSD

d. Kelelahan

e. Defisit Kognitif
18

f. Sesak Nafas

g. Gangguan Mobilitas

h. Masalah ADL

i. Insomnia

3. Depresi

a. Pengertian Depresi

Depresi adalah bentuk gangguan mental yang berkaitan dengan

gangguan perasaan (mood) atau emosional yang ditandai dengan

kemurungan dan kesedihan yang berkelanjutan, kondisi ini ditandai

hilangnya kegairahan hidup sehingga mengganggu produktivitas

penderita tapi tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas

(Hawari Dadang, 2011).

Depresi merupakan bagian dari kehilangan dan berduka dan

merupakan permasalahan yang serius bagi populasi dewasa.

Banyak faktor lain yang juga berpengaruh terhadap terjadinya

depresi pada lanjut usia. Teori biologis menyebutkan depresi

terjadi akibat pengaruh serotonin dan epinetrin yang mana kadar

serotonin dan epineprin yang rendah disebut sebagai penyebab

terjadinya depresi. Rendahnya kadar serotonin dan epinetrin

dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti stres atau kurangnya

pemajanan terhadap cahaya (Dewi, 2014).

b. Faktor-faktor Timbulnya Depresi

Zaini (2019) dalam (Ariyanto, 2020) mengemukakan bahwa

depresi memiliki beberapa penyebab, antara lain :


19

1) Faktor Biologis

a) Genetik

Gangguan alam perasaan bisa diteruskan melalui garis

keturunan. Pada kembar monozigot frekuensi gangguan

alam perasaannya lebih meningkat dibanding dizigot

walaupun diasuh secara terpisah.

b) Neurotransmitter

1) Penurunan katelokamin otak atau aktivitas system

katelokamin dapat menyebabkan timbulnya depresi

2) Peningkatan asetilkolin dapat menjadi faktor

penyebab depresi

3) Defisit serotonin merupakan penyebab depresi juga.

Hal ini karena serotonin bertanggung jawab untuk

kontrol regulasi afek, agresi, tidur dan nafsu makan.

4) Norepinephrin : penurunan regulasi reseptor beta

adrenergik dan respon klinik anti depresan dalam

depresi

5) Dopamine : berkurangnya aktivitas dopamine pada

depresi. Penemuan subtype baru reseptor dopamine dan

meningkatnya pengertian fungsi regulasi presipnatik

dan pascasipnatik dopamine memperkaya hubungan

antara dopamine dan gangguan mood.

6) Endokrin : depresi berkaitan dengan gangguan

hormone seperti
20

c. Tanda Dan Gejala Depresi

Menurut (Maslim, 2013), kriteria diagnosis dari depresi terdiri dari

tanda dan gejala yang ada.

Gejala utama pada depresi adalah :

1) Afek depresi (Suasana perasaan yang tertekan sepanjang hari)

2) Kehilangan minat dan gairah pada hampir segala aktifitas,

yang dirasakan sepanjang hari.

3) Berkurangnya energi dalam melakukan sesuatu dan

menurunnya aktivitas

Gejala penyerta lainnya :

1) Kurangnya nafsu makan

2) Waktu tidur terganggu

3) Pikiran atau tindakan untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri

4) Perasaan bersalah dan tidak berguna

5) Konsentrasi dan fokus yang berkurang

6) Kepercayaan dan harga diri berkurang

7) Pemikiran masa depan yang pesimis dan suram

Diagnosis ditegakkan bila ditemukan gejala sekurang-kurangnya 2

minggu dan dapat ditegakkan dalam periode yang lebih pendek jika

gejala luar biasa berat dan berlangsung cepat.


21

Skema 2.1
Fase pada Depresi :

Fase Prodromal Fase Aktif Fase Residual

1. Depresi Ringan
2. Depresi Sedang
3. Depresi Berat

Sumber : (Kemenkes, 2017)

1) Fase prodromal

Fase prodromal merupakan fase dimana tanda dan gejala awal

suatu penyakit itu muncul. Deteksi dini sangat tepat jika

dilakukan pada saat fase prodromal karena pada fase ini sering

muncul tanda dan gejala depresi yaitu cemas, perubahan

perilaku seperti menarik diri dan berkurangnya minat.

2) Fase aktif

Fase aktif merupakan fase yang dimana periode depresi telah

memasuki masa aktif yang ditandai dengan kekacauan pola

piker, perasaan dan perilaku yang tidak tenang, semakin

menarik diri, komunikasi terganggu, tidak memperhatikan

kebersihan tubuh (personal hygiene). Di fase ini terdapat 3

tingkat perjalanan depresi yaitu :

a) Depresi ringan : terdapat perubahan dalam psikologis

misalnya rasa pedih, perubahan proses pikir, komunikasi

sosial dan rasa tidak nyaman


22

b) Depresi sedang : di fase ini terdapat tanda dan gejala yang

muncul seperti murung, cemas, kesal, marah dan bahkan

menangis serta adanya perubahan proses pikir menjadi

sempit, berpikir lambat, kurang komunikasi verbal, bicara

lambat, menarik diri, dan mudah tersinggung.

c) Depresi berat : seseorang yang memiliki pandangan

kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang,

terganggunya proses pikir, sensasi somatik dan aktivitas

motorik dalam waktu lama, tiba-tiba menjadi hiperaktif,

kurang merawat diri, dan tidak peduli dengan lingkungan

serta yang berbahaya nya lagi individu ini memiliki

pandangan ingin mengakhiri hidup (bunuh diri).

3) Fase Residual

Fase residual merupakan fase depresi yang telah

menghilangnya beberapa gejala klinis, tetapi masih

menyisakan gejala sisa seperti penarikan diri dan kebersihan

yang tidak baik. (Kemenkes, 2017)

Terdapat dua jenis depresi menurut (Sulistyorini &

Sabarisman, 2017):

a) Depresi klinis atau depresi mayor adalah gangguan

yang bersifat umum yang disertai dengan gangguan

gangguan suasana hati yang serius (serious mood

disorder) tidak hanya akibat kejadian traumatis tetapi

juga bersumber dari kombinasi biologis, psikologis


23

dan sosial, ditandai dengan gejala berat yang muncul

sekurang kurangnya dua pekan yang dapat

mempengaruhi perasaan, pikiran dan aktivitas,

munculnya pikiran kematian yang berulang, dan

upaya bunuh diri.

b) Depresi situasional atau depresi reaktif adalah depresi

yang bersifat jangka pendek dan dipicu oleh peristiwa

traumatis atau perubahan signifikan yang ditandai

dengan sedih, keputusasaan, hingga menarik diri dari

aktivitas, keluarga dan teman. Pada umumnya depresi

situasional muncul saat adanya pemicu seperti

kejadian traumatis dan dapat hilang ketika faktor

penyebabnya pun berhasil, tetapi jika tetap dibiarkan dan

depresi masih terus berlangsung hal ini akan memicu

berkembangnya depresi menjadi depresi mayor atau

depresi berat.

d. Penatalaksanaan Depresi

(Prabowo, 2014) Mengemukakan semua pasien yang mengalami

depresi harus ditangani. Kebutuhan terapi khusus tergantung pada

diagnosis pasien, beratnya penyakit, umur pasien serta respon

terhadap terapi yang sebelumnya.

1) Terapi Farmakologi

Obat-obat anti depressi mempengaruhi sistem cortical,

limbic, hipotalamus dan brainstem yang merupakan hal


24

mendasar pada pengaturan kesadaran, mood dan fungsi

otonom. Keputusan menggunakan antidepressan didasarkan

pada riwayat pasien terhadap respon obat, riwayat keluarga

terhadap respon obat, sub tipe depresi, keadaan klinis pada

saat tersebut, derajat keparahan, potensi terjadinya interaksi

obat, efek samping serta biaya obat. Obat-obat antidepresi

diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu

golongan selective serotonin reuptake inhibitor, tricyclic

antidepresants, monoamine oxidase inhibitors, serta

golongan lainnya. (Ruza et al., 2017)

2) Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi merupakan terapi yang tidak

menggunakan obat sebagai terapinya. Tekhnik relaksasi

merupakan salah satu terapi non farmakologi untuk

menangani depresi. Ada beberapa jenis relaksasi menurut

yakni nafas dalam, masage, imajinasi, yoga, sentuhan

terapeutik, meditasi, humor (tawa), dan relaksasi otot

progresif. (Ruza et al., 2017)

e. Pengukuran Depresi

Salah satu alat ukur penelitian yang banyak digunakan dalam men-

deteksi depresi adalah alat ukur yang dibuat oleh Beck (1976),

yaitu Beck Depression Inventory (BDI). Pada tahun 1996 BDI

direvisi dengan tujuan untuk menjadi lebih konsisten dengan


25

kriteria DSM-IV.Beck, Steer & Brown (1996) memberi nama

hasil revisi tersebut dengan BDI-II (Wang & Gorenstein, 2013).

BDI-II adalah sebuah alat ukur yang sangat populer untuk meng-

gambarkan depresi seseorang. Alat ukur ini dibuat untuk

digunakan pada individu usia 13 tahun ke atas (Segal et al., 2008,

dalam Sorayah, 2018)). Contoh perevisian BDI antara lain adalah

responden diminta untuk merespon setiap pernyataan berdasarkan

periode waktu dua minggu bukan satu minggu seperti jangka

waktu dalam BDI. Alasan perevisian ini adalah agar sesuai dengan

kriteria depresi pada DSM-IV yang menyatakan bahwa untuk

mendiagnosis depresi, sedikitnya gejala depresi telah ada selama 2

minggu berturut-turut (American Psychology Association /APA,

2000). Oleh karena itu jika pada BDI responden diminta untuk

merespon pertanyaan berdasarkan perasaannya selama satu

minggu terakhir, maka pada BDI-II responden diminta untuk

merespon pertanyaan berdasarkan perasaannya selama dua minggu

terakhir. BDI-II terdiri dari 21 item untuk menaksir intensitas

depresi pada orang yang sehat maupun sakit secara fisik.Setiap

item terdiri dari empat pernyataan yang mengindikasikan gejala

depresi tertentu. Gejala-gejala tersebut yaitu mengenai kesedihan,

pesimisme, kegagalan masa lalu, kehilangan kesenangan, perasaan

bersalah, perasaan hukuman, tidak menyukai diri, kegawatan diri,

pikiran atau keinginan untuk bunuh diri, menangis, agitasi,

kehilangan minat, keraguan, tidak berharga, kehilangan energi,


26

perubahan pola tidur, lekas marah, perubahan nafsu makan,

kesulitan konsentrasi, kelelahan dan kehilangan ketertarikan untuk

melakukan hubungan seks (Sorayah, 2018).

Dalam peneliti ini menggunakan The Beck Depression Inventory

(BDI) II untuk mengetahui tingkat depresi pada individu dewasa.

B. Kerangka Teori

Perawat di Rumah
Sakit

Pelayanan
Keperawatan kepada
pasien

Terpapar COVID-19

Penyintas COVID-19

Gejala Sisa Pada


Penyintas Perawat
COVID-19

PTSD Gangguan Kelelahan Defisit Depresi Sesak Masalah Insomnia


Mobilitas Kognitif Nafas ADL

1. Depresi Minimal
2. Depresi Ringan
3. Depresi Sedang
4. Depresi Berat
27

Skema 2.2
Kerangka Teori

Sumber : (PDPI et al., 2020), (Kemenkes RI, 2020), (Kholilah & Hamid, 2021),

(Erikson, 1964 dalam Emiliza, Tiara, 2019).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep dan Variabel Penelitian

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya,

atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah

yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2018). Variabel penelitian adalah

segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Variabel adalah

Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah Tingkat Depresi pada

Perawat Penyintas COVID-19 di SMC RS Telogorejo.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu proses yang diperlukan dalam

melakukan perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini

menggunakan desain penelitian deskriptif analitik, yaitu suatu desain

28
29

penelitian yang digunakan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang

suatu keadaan secara objektif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek

dalam jangka waktu tertentu (Notoatmodjo, 2018). Metode penelitian

deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.

Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan

data, klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan dan laporan (Setiadi,

2013). Dalam hal ini akan melihat gambaran depresi pada perawat penyintas

COVID-19 di SMC RS Telogorejo.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah uraian batasan variabel yang dimaksud,

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2018)

Tabel 3.1
Definisi Operasional
30

Variabel Definisi
Parameter Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional
Depresi para Tingkatan depresi Kuesioner Depresi minimal = 0 Ordinal
Perawat yang ada pada BDI II - 13
Penyintas perawat yang sudah Depresi Ringan = 14
COVID-19 dinyatakan sembuh - 19
dari COVID-19 Depresi Sedang = 20
yang diukur dengan - 28
alat ukur atau Depresi Berat = 29 -
kuesioner BDI-II 63
yang terdiri dari 21
item untuk
menaksir intensitas
depresi pada orang
yang sehat maupun
sakit secara fisik.
Setiap item terdiri
dari empat
pernyataan yang
mengindikasikan
gejala depresi
tertentu.
Karakteristik
Responden
Jenis kelamin Jenis kelamin Observasi Laki – laki = “1” Nominal
adalah perbedaan Perempuan = “2”
antara perempuan
dengan laki-laki
secara biologis
sejak seorang itu
dilahirkan.
Perbedaan biologis
dan fungsi biologis
laki-laki
Usia Lama hidup Melihat Kartu 17 – 25 tahun = “1” Nominal
responden dari lahir Tanda 26 – 35 tahun = “2”
sampai saat Penduduk 36 – 45 tahun = “3”
penelitian (KTP) 46 – 55 tahun = “4”
Ruang Kerja Ruang yang Observasi Amarilis 6 = “1” Nominal
dilengkapi dengan Amarilis 7 = “2”
sarana kerja seperti Amarilis 8 = “3”
meja, kursi, Amarilis 9 = “4”
komputer dan Amarilis 10 = “5”
sebagainya untuk Bugenvile 1 = “6”
melakukan Bugenvile 2 = “7”
pekerjaan. Bugenvile M = “8”
Catelya 10 = “9”
Catelya 11 = “10”
Citostatika = “11”
HND = “12”
ICU = “13”
UGD = “14”
Nursing = “15”
OT = “16”
Poliklinik = “17”
Renal Unit = “18”
THC = “19”
WMC = “20”
Lama bekerja Suatu kurun waktu Observasi 1 – 5 tahun = “1” Nominal
atau lamanya tenaga 6 – 10 tahun = “2”
kerja itu bekerja di 11 – 15 tahun = “3”
suatu tempat 16 – 20 tahun = “4”
> 20 tahun = “5”
31

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek / subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perawat

penyintas COVID-19 di SMC RS Telogorejo dari bulan januari sampai

dengan Maret 2022 berjumlah 140 orang.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian sampel yang peneliti

lakukan adalah Sampling yaitu suatu tehnik penentuan sampel bisa

semua anggota populasi dijadikan sampel. Maka jumlah sampel dalam

penelitian sebanyak 140 responden. Total Sampling adalah tehnik

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi

(Sugiyono, 2018).

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini akan dilakukan di SMC Rumah Sakit Telogorejo.

2. Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan Maret-April

2022. Waktu yang dilakukan pengambilan data adalah 1 bulan.


32

F. Alat Pengumpulan Data

1. Instrumen

Instrumen penelitan merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

nilai variabel yang diteliti (Sugiyono, 2018). Instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner BDI II (Beck's

Depression Inventory), sebanyak 21 pertanyaan. Responden menyetujui

untuk menjadi responden penelitian, kemudian responden diberikan

kuesioner BDI II. Responden melakukan pengisian kuesioner BDI II

kemudian dikumpulkan ke peneliti untuk diolah sebagai hasil data

penelitian.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kualitas hasil penelitian dipengaruhi oleh kualitas instrumen penelitian

dan pengumpulan data. Pengumpulan data dalam suatu penelitian

diperlukan alat dan cara pengumpulan data yang baik agar data yang

didapatkan merupakan data yang valid dan reliabel. Uji validitas dan

reliabilitas merupakan salah satu metode untuk menguji kualitas suatu

instrumen penelitian. Instrumen penelitian dinilai valid apabila

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur variabel yang

memang harus diukur menggunakan instrumen tersebut. Instrument

penelitian dinilai reliabel apabila telah digunakan berkali – kali dan

tetap menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2018).

a. Validitas

Validitas memiliki aspek utama yang disebut dengan face validity.

Tujuan Face validity adalah untuk melihat sebuah kuesioner benar


33

– benar dapat digunakan untuk mengukur suatu variabel yang

seharusnya diukur dan tepat digunakan oleh responden yang akan

menyelesaikan kuesioner tersebut. Aspek lain dalam validitas yaitu

isi instrumen yang relevan, sasaran subjek yang relevan, dan cara

pengukuran yang relevan (Nursalam, 2017).

Kuesioner BDI II telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk

populasi di Indonesia. Uji validitas dilakukan dengan cara

membandingkan kuesioner BDI II dengan beberapa kuesioner lain.

Hasil uji validitas Beck Depression Inventory (BDI) II versi bahasa

Indonesia untuk total responden menunjukkan korelasi positif yang

signifikan dengan type D scale – 14 (DS14) (r = 0.52) dengan BAI

yang menunjukkan (r = 0.52). Berdasarkan hasil tersebut maka

validitas konstruk BDI II versi bahasa Indonesia dapat diterima

(Ginting et al., 2013)

b. Reliabilitas

Reliabilitas dilihat dari nilai cronbach’s alpha dari reliability

analysis. Sebuah kuesioner dinilai reliabel apabila menunjukkan

nilai cronbach’s alpha minimal 0,7. Nilai cronbach’s alpha ≥ 8

dinilai lebih baik, semakin tinggi nilai cronbach’s alpha maka

kuesioner tersebut dinilai semakin reliabel. Uji reliabilitas

kuesioner BDI II menunjukka nilai cronbach’s alpha 0,90. Setiap

faktor dalam kuesioner BDI II juga diukur dan menunjukkan nilai

cronbach’s alpha 0,80 untuk faktor kognitif (7 item), 0,81 untuk


34

faktor somatic (9 item), dan 0,74 untuk faktor afektif (5 item). Nilai

cronbach’s alpha kuesioner BDI II versi bahasa Indonesia adalah

0,90 untuk responden yang sehat, 0,87 untuk pasien Penyakit

Jantung Koroner, dan 0,91 untuk pasien depresi (Ginting et al.,

2013).

G. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan hasil dari

objek yang diteliti, terdapat prsedur-prosedur yang perlu dilakukan, sebagai

berikut :

1. Prosedur persiapan

a. Meminta surat izin dari ketua program studi S-1 Keperawatan

STIKES Telogorejo Semarang sebagai rekomendasi penelitian.

b. Mengajukan surat izin ke Direktur SMC Rumah Sakit

Telogorejo

c. Mendapatkan surat permohonan penelitian ke SMC Rumah

Sakit Telogorejo

d. Memperoleh izin dari Direktur SMC Rumah Sakit Telogorejo

2. Prosedur pengumpulan data

a. Peneliti melakukan sosialisasi kepada responden tentang penelitian

yang akan dilakukan seperti yang ada di proposal.

b. Peneliti mengambil sampel penelitian pada perawat penyintas

COVID-19 di SMC Rumah Sakit Telogorejo.


35

c. Peneliti mengambil sampling dengan teknik purposive

sampling dengan cara mengambil responden yang sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

d. Peneliti menjelaskan kepada keluarga responden mengenai

penelitian dan memberitahukan penelitian ini bersifat sukarela dan

dijamin kerahasiaannya.

e. Peneliti mengajukan informed concent dengan menjelaskan

langkah- langkah penelitian, sehingga keluarga pasien bersedia

menandatangani informed consent.

f. Menanyakan kepada responden adakah tanda – tanda depresi

pada 2 minggu terakhir ini. Peneliti menyebutkan tanda – tanda

depresi kepada responden terlebih dahulu.

g. Memberikan lembar kuesioner BDI II kepada responden saat waktu

istirahat dinas pagi atau setelah selesai dinas pagi.

h. Peneliti menentukan waktu selama 10 menit untuk pengisian

kuesioner yang diberikan.

i. Data yang diperoleh kemudian dilakukan pengukuran

data menggunakan program computer.

j. Tambahkan enumerator di setiap ruangan.

H. Etika Penelitian

Problematika etika untuk penelitian dengan subjek manusia menjadi isu

hangat saat ini. Penelitian ilmu keperawatan, peneliti harus memahami

prinsip – prinsip etika penelitian karena hampir 90% menjadikan manusia

sebagai subjek penelitian. Peneliti dikatakan melanggar hak azasi manusia


36

apabila tidak melakukan etika penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan pengambilan data terhadap responden dengan memperhatikan

hal-hal berikut untuk menjamin kerahasiaan responden dan keabsahan

penelitian.

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden (Berman, A; Snyder, S & Frandsen, 2016). Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar pesetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent

adalah subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian.

2. Otonomi (autonomy)

Prinsip ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki

kemampuan berpikir logis dan membuat keputusan sendiri. Otonomi

merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut

pembedaan diri. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap

seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan

bertindak secara rasional (Nasrullah, 2019). Dalam penelitian ini

penerapan otonomi yaitu apabila pasien menolak, peneliti tetap

menghormati pasien.

3. Berbuat baik (beneficial)

Beneficial artinya mendatangkan manfaat atau kebaikan. Kebaikan

memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan

kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang

lain.(Nasrullah, 2019). Dalam penelitian ini diharapkan responden

mempunyai pengetahuan untuk deteksi dini pada depresi.


37

4. Keadilan (justice)

Prinsip ini dibutuhkan untuk tercapainya keadilan terhadap orang lain

dengan tetap menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.

Nilai ini tereflekasikan dalam praktek professional ketika perawat

bekerja untuk terapi yang benar sesuai dengan hukum, standar praktik

dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan

kesehatan (Nasrullah, 2019). Peneliti menyamakan setap perlakuan

yang diberikan kepada responden, tanpa memandang suku, agama, ras

dan stats sosial ekonomi.

5. Tidak merugikan (non maleficience)

Prinsip ini mengindikasikan bahwa individu secara moral diharuskan

untuk menghindari sesuatu yang dapat merugikan orang lain (tindakan

menghindarkan kerusakan/kerugian/kejahatan) (Nasrullah, 2019).

Penelitian yang dilakukan tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan

psikologis pada klien.

6. Kejujuran (veracity)

Veracity berarti penuh dengan kebenaran. Pemberi pelayanan kesehatan

harus menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan memastikan

bahwa klien sangat mengerti dengan situasi yang dia hadapi.

7. Kerahasiaan (confidentiality)

Prinsip ini menggariskan bahwa informasi tentang klien harus dijaga

kerahasiaanya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan

kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien

(Nasrullah, 2019). Dalam penelitian ini tujuan penelitian sudah

dijelaskan oleh peneliti sebelum diberikan (informant consent) dan


38

untuk identitas responden hanya ditulis inisial namanya saja.

8. Akuntabilitas (accountability)

Akuntabilitan yang dilakukan merupakan satu aturan professional.

mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan, dimana tindakan yang

dilakukan merupakan satu aturan professional. Pertanggung jawabkan

atas hasil penelitian mengarah langsung kepada peneliti itu sendiri

(Nasrullah, 2019). Data penelitian hanya digunakan dalam proses

penelitian.

I. Analisis Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Editing

Editing adalah merupakan kegiatan mengecek dan perbaikan isian

formulir atau lembar observasi tersebut : apakah lengkap, dalam arti

semua langkah-langkah sudah diisi (Notoatmodjo, 2018).

b. Coding

Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2018). Coding atau

pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data

entry). Pengelompokan data serta pemberian kode atau nilai pada

langkah-langkah yang dilakukan untuk mempermudah dalam

memasukkan data dan analisis data. Menjadi Penelitian ini menjadi

data umum sebagai berikut :

1) Jenis kelamin
39

a) Laki – laki diberi kode (1)

b) Perempuan diberi kode (2)

2) Usia

a) 17 – 25 tahun diberi kode (1)

b) 26 – 35 tahun diberi kode (2)

c) 36 – 45 tahun diberi kode (3)

d) 46 – 55 tahun diberi kode (4)

3) Lama bekerja

a) 1 – 5 tahun diberi kode (1)

b) 6 – 10 tahun diberi kode (2)

c) 11 – 15 tahun diberi kode (3)

d) 16 – 20 tahun diberi kode (4)

e) > 20 tahun diberi kode (5)

4) Ruang kerja

a) Amarilis 6 diberi kode (1)

b) Amarilis 7 diberi kode (2)

c) Amarilis 8 diberi kode (3)

d) Amarilis 9 diberi kode (4)

e) Amarilis 10 diberi kode (5)

f) Bugenvile 1 diberi kode (6)

g) Bugenvile 2 diberi kode (7)

h) Bugenvile M diberi kode (8)


40

i) Catelya 10 diberi kode (9)

j) Catelya 11 diberi kode (10)

k) Citostatika diberi kode (11)

l) HND diberi kode (12)

m) ICU diberi kode (13)

n) IGD diberi kode (14)

o) Nursing diberi kode (15)

p) OT diberi kode (16)

q) Poliklinik diberi kode (17)

r) Renal Unit diberi kode (18)

s) THC diberi kode (19)

t) WMC diberi kode (20)

c. Scoring

Scoring adalah memberi skor terhadap item-item yang perlu diberi

skor (Aziz, 2017). Dalam pemberian nilai ini menggunakan

kuesioner BDI II. Adapun cara penilaiannya meliputi :

1) Jika responden menjawab “a”maka, nilainya “0”

2) Jika responden menjawab “b”maka, nilainya “1”

3) Jika responden menjawab “c”maka, nilainya “2”

4) Jika responden menjawab “d”maka, nilainya “3”


41

d. Tabulating

Tabulating yaitu penyusunan data dalam bentuk tabel adalah

kegiatan untuk meringkas data yang masuk (data mentah) ke dalam

tabel-tabel yang telah dipersiapkan (Notoatmodjo, 2018).

2. Analisa Data

Analisis data adalah proses yang dilakukan oleh peneliti setelah

mengumpulkan data dari semua responden. Proses analisa data

dilakukan dengan cara memasukkan data, mengelompokkan data,

melakukan tabulasi, menyajikan data, dan melakukan penghitungan

data untuk menjawab hipotesis penelitian (Sugiyono, 2018).

a. Analisa Univariat

Analisa data digunakan untuk mengetahui gambaran depresi pada

perawat penyintas COVID-19 di SMC RS Telogorejo. Analisis

univariat ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang

telah diperoleh dan diolah. Analisis univariat ini meliputi dua data,

yaitu data umum dan data khusus. Data umum dari penelitian ini

adalah jenis kelamin, umur dan lama bekerja di SMC RS

Telogorejo. Data khusus dari penelitian ini adalah tingkat depresi

perawat penyintas COVID-19 di SMC RS Telogorejo. Peneliti

melakukan pengolahan data dan analisi hasil dari karakteristik

responden yaitu data umur, jenis kelamin, lama bekerja dan depresi

perawat penyintas COVID-19 di sajikan dalam bentuk distribusi

frekuensi dan persentase.


DAFTAR PUSTAKA

Algifari, S. M. (2020). Peran Kelompok Kkn 303 Sebagai Pengaruh Dan Pembawa
Energi Baru Ditengah Pandemi Covid-19 (A. A. Rahman (ed.)). LP2M
UIN SGD Bandung.https://books.google.co.id/books?
id=H7gTEAAAQBAJ&pg=PA155&dq=definisi+covid19&hl=id&sa=X
&ved=2ahUKEwi1h67_vbbuAhXlX3wKHafQBioQ6AEwA3oECAMQ
Ag#v=onepage&q&f=false. diperoleh tanggal 10 November 2021.
Ameyaw, E. K., Hagan, J. E., Ahinkorah, B. O., Seidu, A. A., & Schack, T. (2020).
Mainstream reintegration of COVID-19 survivors and its implications
for mental health care in Africa. The Pan African Medical Journal, 36,
366. https://doi.org/10.11604/pamj.2020.36.366.25115.
Apriani, V., Utamidewi, W., & Nurkinan, N. (2021). Konstruksi realitas sosial dan
makna diri penyintas covid-19 di jakarta. Wacana: Jurnal Ilmiah Ilmu
Komunikasi, 20(1). https://doi.org/10.32509/wacana.v20i1.1395.
Arba, M., Budikafa, M. J., & Ruslin, R. (2020). Penguatan peran warga masyarakat
dalam mitigasi dan adaptasi menghadapi wabah covid-19 di Kabupaten
Konawe. Anoa : jurnal pengabdian masyarakat sosial, politik, budaya,
hukum. Ekonomi, 1(3). https://doi.org/10.52423/anoa.v1i3.13243.
Ariyanto, K. A. (2020). Hubungan Resiliensi Dengan Tingkat Depresi Pada
Penderita Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang
Sitostatika SMC Rumah Sakit Telogorejo. Riset Keperawatan, 105.
Aziz, A. H. (2017). Metodologi penelitian keperawatan dan kesehatan. In salemba
medika.
Beck, A. T., & Young, J. E. (1985). Depression. In D. H. Barlow (Ed.), Clinical
handbook of psychological disorders: A step-by-step treatment manual
(pp. 206–244). The Guilford Press.
Beck, A. T., Ward, C. H., Mendelson, M., Mock, J., & Erbaugh, J. (1961). An
Inventory for Measuring Depression. Archives of General Psychiatry,
4(6), 561–571. https://doi.org/10.1001/archpsyc.1961.01710120031004.
Berman, A; Snyder, S & Frandsen, G. (2016). Kozier & ERB’S Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and Practice. Pearson Education Inc.
bipolarcareindonesia.org. (2018). Data penyintas gangguan bipolar.
https://www.bipolarcareindonesia.org/2018/11/data-penyintas-gangguan
bipolar.html/ diakses pada 5 Januari 2022.
Chan, J. F. W., Yuan, S., Kok, K. H., To, K. K. W., Chu, H., Yang, J., Xing, F., Liu,
J., Yip, C. C. Y., Poon, R. W. S., Tsoi, H. W., Lo, S. K. F., Chan, K. H.,
Poon, V. K. M., Chan, W. M., Ip, J. D., Cai, J. P., Cheng, V. C. C., Chen,
H., … Yuen, K. Y. (2020). A familial cluster of pneumonia associated
with the 2019 novel coronavirus indicating person-to-person
transmission: a study of a family cluster. The Lancet, 395(10223).
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30154-9.
Corona.jatengprov.go.id (2021). Statistik Kasus COVID-19 Jawa Tengah.
https://corona.jatengprov.go.id/data diperoleh tanggal 10 November
2021.
Covid19.go.id (2021). peta-sebaran-covid19. https://covid19.go.id/peta-sebaran-
covid19/ diperoleh tanggal 10 November 2021.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ-III). Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depdikbud. (2021). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka 2. Jakarta.
Du, Z., Wang, L., Cauchemez, S., Xu, X., Wang, X., Cowling, B. J., & Meyers, L. A.
(2020). Risk for transportation of coronavirus disease from Wuhan to
other cities in China. In Emerging Infectious Diseases (Vol. 26, Issue 5).
https://doi.org/10.3201/eid2605.200146.
Emiliza, Tiara. (2019). Konsep Psikososial Menurut Teori Erik H.Erikson Terhadap
Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Tinjauan Pendidikan Islam Konsep
Psikososial Menurut Teori Erik H.Erikson Terhadap Pendidikan Anak
Usia Dini Dalam Tinjauan Pendidikan Islam. Jurnal IAIN Bengkulu.
Erikson, E. H. (1964). Childhood and society. (2nd Ed.). W. W. Norton.
Fadhil Ahsan, Nanda Yuli Rahmawati, F. N. A. (2020). Lawan Virus Corona: Studi
Nutrisi untuk Kekebalan Tubuh. In Airlangga University Press.
Fay, D. L. (2021). Gambaran Pengetahuan Pencegahan Covid-19 Pada Keluarga Di
Desa Sidan Kelod Kelurahan Gianyar Kabupaten Gianyar Tahun 2021.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.
Ghafur, W. A. (2012). Resilience Perempuan Dalam Bencana Alam Merapi : Studi
Di Kinahrejo Umbulharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta. Jurnal Ilmu
Kesejahteraan Sosial, Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2012.
Ginting, H., Näring, G., Van Der Veld, W. M., Srisayekti, W., & Becker, E. S.
(2013). Validating the Beck Depression Inventory-II in Indonesia’s
general population and coronary heart disease patients. International
Journal of Clinical and Health Psychology, 13(3).
https://doi.org/10.1016/S1697-2600(13)70028-0.
Handayani, R. T., Kuntari, S., Darmayanti, A. T., Widiyanto, A., & Atmojo, J. T.
(2020). Factors Causing Stress in Health and Community When the
Covid-19 Pandemic. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(3).
https://doi.org/10.26714/jkj.8.3.2020.353-360.
Hawari Dadang. (2011). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. FKUI.
Isbaniah, F. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(COVID-19). Germas.
Jateng.inews.id.(2021).Berita/kabar-baik-90-persen-tenaga-kesehatan-terpapar-
covid-19-di-kudus-sembuh. https://jateng.inews.id/berita/kabar-baik-90-
persen-tenaga-kesehatan-terpapar-covid-19-di-kudus-sembuh/ diakses
pada 10 November 2021.
Karo. (2020). Covid-19 Ditinjau Dari Perspektif Teori Keadilan Bermartabat
Prevention of Discrimination Towards Workers Post Covid-19 Recovery
Based on Dignified Justice Theory Perspective. Jurnal lemhannas.go.id
hal 377–390.
Kemenkes RI. (2018). Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Data dan
Informasi. Kementrian Keseahtan RI. Jurnal Ilmu Kesehatan.
Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19). Germas.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Situasi Terkini Perkembangan
(COVID-19). Kemenkes.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan
Litbangkes Kemenkes RI.
Khairina, I., Malini, H., & Huriani, E. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pengambilan Keputusan Perawat Dalam Ketepatan Triase Di
Kota Padang. Indonesian Journal for Health Sciences, 2(1).
https://doi.org/10.24269/ijhs.v2i1.707
Kholilah, A. M., & Hamid, A. Y. S. (2021). Gejala Sisa Penyintas Covid-19:
Literatur Review. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa.
Kong, X., Zheng, K., Tang, M., Kong, F., Zhou, J., Diao, L., Wu, S., Jiao, P., Su, T.,
& Dong, Y. (2020). Prevalence and factors associated with depression
and anxiety of hospitalized patients with COVID-19. MedRxiv.
https://doi.org/10.1101/2020.03.24.20043075.
Kurniawan, Y., & Susilo, M. N. I. B. (2021). Bangkit Pascainfeksi: Dinamika
Resiliensi pada Penyintas Covid-19. PHILANTHROPY: Journal of
Psychology, 5(1). https://doi.org/10.26623/philanthropy.v5i1.3326.
Laporcovid19.org.(2021).Tenaga Kesehatan Indonesia Gugur Melawan Covid-19.
https://nakes.laporcovid19.org/statistik Diperoleh tanggal 10 November
2021.
Liu, D., Baumeister, R. F., Veilleux, J. C., Chen, C., Liu, W., Yue, Y., & Zhang, S.
(2020). Risk factors associated with mental illness in hospital discharged
patients infected with COVID-19 in Wuhan, China. Psychiatry Research,
292. https://doi.org/10.1016/j.psychres.2020.113297
Liu, Y., Liu, X., Gao, B., Li, chengzhong, & Liang, xuesong. (2020). Mental distress
among frontline healthcare workers outside the central epidemic area
during the novel coronavirus disease (COVID-19) outbreak in China: A
cross-sectional study. 1–15. https://doi.org/10.21203/rs.3.rs-26633/v1.
Luo, D., Liu, Q., Chen, Q., Huang, R., Chen, P., Yang, B. X., & Liu, Z. (2021).
Mental Health Status of the General Public, Frontline, and Non-frontline
Healthcare Providers in the Early Stage of COVID-19. Frontiers in
Psychiatry, 12. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2021.553021.
Maslim, R. (2013). Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari ppdgj - iii. In
diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ - III dan DSM - 5.
Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa. In PPDGJ - III dan DSM - 5. Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya.
Masturoh, I., & T, N. A. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Muliantino, M. R., Huriani, E., Krisdianto, B. F., Sarfika, R., Yesni, M.,
Sulistyowati, E., Wahyuningtyas, K., Sucipto, U., Skarna, R. A., &
Prasetyo, E. (2021). Hubungan Stressor Dengan Ansietas, Stress Dan
Depresi Perawat Terkait Pandemik Covid-19: Cross-Sectional Study.
Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 6(2).
Nasrullah, D. (2019). Modul Kuliah: Etika Keperawatan. Universitas
Muhammadiyah Surabaya..
Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pappa, S., Ntella, V., Giannakas, T., Giannakoulis, V. G., Papoutsi, E., &
Katsaounou, P. (2020). Prevalence of depression, anxiety, and insomnia
among healthcare workers during the COVID-19 pandemic: A systematic
review and meta-analysis. In Brain, Behavior, and Immunity (Vol. 88).
https://doi.org/10.1016/j.bbi.2020.05.026.
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, & IDAI. (2020). Pedoman tatalaksana COVID-
19 Edisi 3 Desember 2020. Pedoman Tatalaksana COVID-19.
Potter, & Perry. (2010). Fundamental of nursing, fundamental keperawatan buku 3
edisi 7. Fundamental Keperawatan.
Prabowo. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. In Nuha Medika
(Vol. 2, Issue 2).
Pratma, R. N., & Puspitosari, W. A. (2020). Efektivitas Pelatihan Online Skrining
Depresi Pada Lansia Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan
Kepercayaan Diri Tenagan Kesehatan. Citra Delima : Jurnal Ilmiah
STIKES Citra Delima Bangka Belitung, 4(2).
https://doi.org/10.33862/citradelima.v4i2.143.
Rejo, Dewi, A., Aquartuti, T. D., Aris, W., & dan Joko, T. A. (2020). Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Depresi Pada Tenaga Kesehatan Saat
Pandemi COVID-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), 495–502.
Ridlo, I. A. (2020). Pandemi COVID-19 dan Tantangan Kebijakan Kesehatan
Mental di Indonesia. INSAN Jurnal Psikologi Dan Kesehatan Mental,
5(2). https://doi.org/10.20473/jpkm.v5i22020.162-171.
Riskesdas. (2018). Riskesdes 2018. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Ruslin, M., Hamrun, N., Habar, E. H., & Akbar, F. H. (Eds.). (2020). Masa Pandemi
Covid-19 Dan Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Bidang Kedokteran Gigi
(1st ed.).UptUnhasPress.https://books.google.co.id/books?
id=SosTEAAAQBAJ&pg=PA4&dq=patofisiologi+covid&hl=id&sa=X
&ved=2ahUKEwi9rMGH47ruAhVWxDgGHfZ8D1gQ6AEwA3oECAA
QAg#v=onepage&q&f=false. diperoleh tanggal 10 November 2021.
Ruza, A. F. N., Puspitasari, E., & -, K. (2017). Hubungan mekanisme koping dengan
tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di rsud dr. H. Soewondo kendal. Karya Ilmiah.
Ruza, A. F. N., Puspitasari, E., & -, K. (2017). Hubungan mekanisme koping dengan
tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di rsud dr. H. Soewondo kendal. Karya Ilmiah, 9(0).
Sardjito.co.id (2021). Mengenal-pemeriksaan-laboratorium-covid-19.
https://sardjito.co.id/ diperoleh tanggal 10 Desember 2021.
Segal, D. L., Coolidge, F. L., Cahill, B. S., & O’Riley, A. A. (2008). Psychometric
properties of the beck depression inventory-II (BDI-II) among
community-dwelling older adults. Behavior Modification, 32(1).
https://doi.org/10.1177/0145445507303833.
Siagacorona.semarangkota.go.id. (2021). Informasi Coronavirus ( COVID-19)
Semarang. https://siagacorona.semarangkota.go.id/halaman/covid19/
diperoleh tanggal 10 November 2021.
Sorayah. (2018). Uji Validitas Konstruk Beck Depression Inventory-II (BDI-II).
Jurnal Pengukuran Psikologi Dan Pendidikan Indonesia, 4(1).
https://doi.org/10.15408/jp3i.v4i1.9259.
Sugiyono. (2018). Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif.
Sulistyorini, W., & Sabarisman, M. (2017). Depresi : Suatu Tinjauan Psikologis dan
Sintom-sintom. Sosio Informa.
Sulistyorini, W., & Sabarisman, M. (2017). Depresi : Suatu Tinjauan Psikologis dan
Sintom-sintom. Sosio Informa, 3(2).
Suyoko. (2012). Faktor - faktor Risiko yang Berhubungan dengan Gangguan Mental
Emosional pada Lansia di DKI Jakarta (Analisis Data Riskesdas 2007).
Skripsi.
Varatharaj, A., Thomas, N., Ellul, M. A., Davies, N. W. S., Pollak, T. A., Tenorio, E.
L., Sultan, M., Easton, A., Breen, G., Zandi, M., Coles, J. P., Manji, H.,
Al-Shahi Salman, R., Menon, D. K., Nicholson, T. R., Benjamin, L. A.,
Carson, A., Smith, C., Turner, M. R., … Plant, G. (2020). Neurological
and neuropsychiatric complications of COVID-19 in 153 patients: a UK-
wide surveillance study. The Lancet Psychiatry, 7(10).
https://doi.org/10.1016/S2215-0366(20)30287-X.
WHO (2020). Updated clinical management guideline for COVID-19. In Weekly
Epidemiology Monitor (Vol. 13).
WHO. (2021). Disclosure of Medical Secrets in Handling Corona Virus Disease
(COVID)-19 Cases. Who Indian Journal of Forensic Medicine &
Toxicology. https://doi.org/10.37506/ijfmt.v15i3.15754.
WHO.(2021). Coronavirus disease (COVID-19). https://www.who.int/health-
topics/coronavirus/ diperoleh tanggal 10 November 2021.
WHO.(2021). WHO Coronavirus (COVID-19) Dashboard. https://www.who.int/
Diperoleh tanggal 10 November 2021.
Wu, C., Cheng, J., Zou, J., Duan, L., & Campbell, J. E. (2021). Health-related
quality of life of hospitalized COVID-19 survivors: An initial exploration
in Nanning city, China. Social Science and Medicine, 274.
https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2021.113748
Zhang, J., Lu, H., Zeng, H., Zhang, S., Du, Q., Jiang, T., & Du, B. (2020). The
differential psychological distress of populations affected by the COVID-
19 pandemic. In Brain, Behavior, and Immunity (Vol. 87) 49-50..
https://doi.org/10.1016/j.bbi.2020.04.031..
Zhu, J., Zhang, J., Sheng, Z., & Wang, F. (2018). Reliability and validity of the Beck
Depression Inventory-II applied to Chinese construction workers. Social
Behavior and Personality, 46(2). https://doi.org/10.2224/sbp.6638.
Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9).
LAMPIRAN
POA (Plan Of Actions)

No Kegiatan Tahun 2021 Tahun 2022


Sep Okt Nov Des jan Feb Maret
Mingg u ke-
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
fenomena dan
judul proposal
2. Pengajuan BAB I
3. Pengajuan BAB II
4. Pengajuan BAB
III
5. Ujian Proposal
6. Perbaikan
Proposal
7. Pengurusan ijin
penelitian
8. Pengambilan data
9. Pengajuan BAB
IV
10 Pengajuan BAB
V
11 Sidang riset
keperawatan
12 Perbaikan riset
keperawatan
13 Pengumpulan
riset keperawatan
14 Publikasi hasil
riset keperawatan
SURAT PERMOHONAN SEBAGAI RESPONDEN

Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di SMC RS TELOGOREJO

Dengan Hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Evans Martha Felly
NIM : 118102
Adalah mahasiswa program studi S-1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Telogorejo Semarang yang sedang melakukan penelitian dengan judul
“GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PERAWAT PENYINTAS COVID-19
DI SMC RUMAH SAKIT TELOGOREJO ”
Dengan ini saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk turut serta menjadi responden
dalam penelitian ini. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi
bapak/ibu sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan
dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila
bapak/ibu tidak bersedia untuk menjadi responden, maka tidak ada ancaman
apapun. Bila bapak/ibu telah menjadi responden dan ada hal-hal yang
memungkinkan untuk mengundurkan diri, maka diperbolehkan untuk mengundurkan
diri atau tidak ikut serta dalam penelitian ini. Oleh karena itu saya mohon
kesediaannya untuk menandatangani persetujuan dan menjawab semua pertanyaan
sesuai dengan petunjuk.

Atas perhatian dan kesediaan bapak/ibu sebagai responden, saya mengucapkan


terimakasih.

Peneliti

Evans Martha Felly


LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Kode Responden (Diisi oleh peneliti) Saya yang bertanda tangan dibawah
ini :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Ruang Kerja :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
dengan judul “GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PERAWAT
PENYINTAS COVID-19 DI SMC RUMAH SAKIT TELOGOREJO”.

”.

Saya memahami dan menyadari bahwa penelitian ini tidak akan mengakibatkan hal
yang merugikan bagi saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.

Semarang, ............. 2022

(...............................................)
KUESIONER BECK DEPRESSION INVENTORY II (BDI)

Pililah pernyataan berikut ini dan beri tanda silang (X) pada pilihan a, b, c, dan d
yang paling sesuai dengan keadaan masalah kejiwaan yang dialami 2 minggu
terakhir.

No. Pernyataan

1. a. Saya tidak merasa sedih

b. Saya merasa sedih

c. saya merasa sedih sepanjang waktu

d. saya merasa sedih dan tidak dapat mengatasinya

2. a. saya tidak berkecil hati tentang masa depan

b. saya merasa berkecil hati tentang masa depan

c saya merasa tidak ada yang bisa saya harapkan untuk terjadi dimasa depan

d. Saya merasa putus asa dengan masa depan saya dan kehidupan saya tidak akan

lebih baik dari sekarang

3. a. Saya tidak merasa gagal

b. Saya merasa telah lebih banyak gagal dari pada orang pada umumnya

c. Ketika saaya melihat lagi ke masa lalu, saya melihat banyak kegagalan terjadi

dalam hidup saya

d. Saya merasa gagal total sebagai seorang manusia

4. a. Saya mendapakan kepuasan dari hal–hal yang biasa saya lakukan

b. Saya tidak dapat menikmati hal–hal yang saya biasa lakukan


c. Saya tidak dapat kepuasan dari beberapa hal dalam hidup saya

d. Saya tidak mendapatkan kepuasan apapun dari yang biasa saaya lakukan dengan

santai, atau merasa bosan dengan segala hal dalam hidup saya

5. a. Saya tidak merasa terlalu bersalah

b. Saya merasa bersalah atas beberapa hal yang telah saya lakukan atau yang

seharusnya saya lakukan

c. Saya merasa bersalah hampir sepanjang waktu

d. Saya merasa diri saya bersalah dan tidak berharga

6. a. Saya tidak merasa saya sedang dihukum

b. Saya merasa saya seperti sedang dihukum

c. Saya berharap untuk dihukum

d. Saya merasa saya sedang dihukum

7. a. Saya merasa diri saya sama seeperti biasanya

b. Saya kehilangan kepercayaan diri

c. Saya kecewa dengan diri saya

d. Saya tidak menyukai diri saya

8. a. Saya tidak merasa diri saya lebvih buruk dari orang lain

b. Saya lebih kritis terhadap kelemahan atau kesalahan diri saya dari pada

sebelumnya

c. Saya mengkritik diri saya atas semua kesalahan yang saya lakukan

d. Saya menyalahkan diri saya Sendiri atas semua keburukan yang telah terjadi
9. a. Saya tidak berfikir untuk bunuh diri

b. Saya memiliki pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak akan melakukannya

c. Saya ingin bunuh diri

d. Saya akan bunuh diri jika ada kesempatan

10. a. Saya tidak bisa menangis lebih dari biasanya

b. Saya menangis lebih sering dari sebelumnya

c. Saya selalu menangis belakangan ini

d. Saya merasa seperti menangis, tetapi saya tidak bisa menangis

11. a. Saya tidak merasaa lebih gelisah atau tegang dari biasanya

b. Saya merasa lebih gelisah atau tegang dari biasannya

c. Saya sangat gelisah sehingga sulit untuk tetap diam

d. Saya sangat gelisah sehingga saya harus teteap bergerak atau melakukan sesuatu

12. a. Saya tidak kehilangan ketertarikan terhadap orang lain atau aktivvitas lain

b. Saya kehilangan ketertarikan kepada orang lain atau hal–hal lain dari sebelumnya

c. Saya kehilangan hampir semua ketertarikan terhadap orang lain atau hal–hal lain

d. Sangat sulit bagi saya untuk tertarik pada siapapun

13. a. Saya membuat keputusan seperti biasanya

b. Saya merasa lebih sulit (lama) membuat keputusan dari biasanya

c. Saya mengalami kesulitan lebih besar dalam mengambil keputusan

dibandingkan dulu

d. Saya sulit (tidak bisa) mengabil keputusan sama sekali


14. a. Saya tidak merasa diri saya tidak berharaga (lebih buruk dari biasanya)

b. Saya merasa diri saya tidak lebih berharga dari pada sebelumnya

Saya merasa lebih tidak berharga dibandingkan dengan orang lain

Saya meraasa sangat tidak berharga ( saya sangat jelek )

15. a. Saya punya energy (dapat bekerja) seperti biasanya

b. Saya kehilangan energy dari biasanya atau saya butuh energy ekstra untuk

mengerjakan pekerjaan seperti biasanya

c. Saya tidak memiliki cukup energy untuk melakukan banyak pekerjaan atau saya

harus memaksakan diri saya untuk mengerjakan sesuatu

d. Saya tidak memiliki energy untuk melakukan apapun

16. a. Saya tidak mengalami perubahan pola tidur

b. Saya tidur lebih sedikit dari biasanya atau saya tidur lebih banyak dari biasanya

c. Saya tidur 1–2 jam lebih awal dari biasanya dan susah untuk tidur kembali

d. Saya bangun lebih cepat dari biasanya dan tidak bisa tidur kembali

17. a. Saya tidak lagi mudah marah atau lelah dari biasanya

b. Saya lebih mudah marah atau lelah dari pekerjaan yang biasa saya lakukan

c. Saya sangat mudah marah atau lelah dari biasanya

d. Saya mudah marah atau lelah setiap saat


18. a. Saya tidak mengalami perubahan nafsu makan

b. Nafsu makan saya lebih berkurang dari sebelumnya atau nafsu makan saya

bertambah banyak dari sebelumnya

c. Nafsu makan saya berkurang banyak dari biasnaya atau nafsu makan saya

bertambah dari biasanya

d. Saya tidak nafsu makan sama sekali atau nafsu makan saya selalu besar setiap

saat

19. a. Saya bisa berkonsentrasi dengan baik

b. Saya tidak dapat berkonsentrasi dengan baik seperti biasanya

c. Sangat sulit bagi saya untuk mengingat apapun dalam jangka waktu yang panjang

d. Saya tidak dapat berkonsentrasi terhadap apapun

20. a. Saya tidak lagi merasa lelah seperti biasanya

b. Saya merasa lebih mudah lelah dari biasanya

c. Saya mudah merasa terlalu lelah melakukan banyak hal seperti biasa saya lakukan

d. Saya merasa sangat lelah untuk melakukan hampir semua pekerjaan yang biasa

saya lakukan

21. a. Saya tidak menyadari adanya perubahan dalam minat dalam seks pada akhir–

akhir ini

b. Saya kehilangan ketertarikan dalam hal seks dibandingkan biasanya

c. Saya sangat kurang berminat dalam hal seks akhir akhir ini

d. Saya sudah kehilangan minat dalam hal seks


Responden memilih pernyataan yang sesuai dengan perasaanya saat ini pada

kuesioner BDI II yang terdiri dari 21 pernyataan dan disetiap pernyataan terdapat 4

butir a, b, c, dan d. Pada 4 butir tersebut meiliki nilai masing masing yaitu a=0, b=1,

c=2, dan d=3, dari 21 pernyataan tersebut akan dijumlahkan hasilnya (+) dan dari

hasil tersebut dapat mengklasifikasikan tingkat depresi. Pengklasifikasian depresi

yaitu :

Nilai total Klasifikasi

0-13 Depresi minimal

14-19 Depresi ringan

20-28 Depresi sedang

29-63 Depresi berat


DAFTAR HADIR KONSULTASI

Keterangan : Pembimbing 1 Ns. Laura Khattrine Noviyanti, M.Kep., Sp.Kep.J


DAFTAR HADIR KONSULTASI

Keterangan : Pembimbing 1 Ns. Laura Khattrine Noviyanti, M.Kep., Sp.Kep.J


DAFTAR HADIR KONSULTASI

Keterangan : Pembimbing 1 Ns. Laura Khattrine Noviyanti, M.Kep., Sp.Kep.J


DAFTAR HADIR KONSULTASI

Keterangan : Pembimbing 1 Ns. Laura Khattrine Noviyanti, M.Kep., Sp.Kep.J


DAFTAR HADIR KONSULTASI

Keterangan : Pembimbing 2 Ns. Bagus Ananta Tanujiarso, M.Kep


DAFTAR HADIR KONSULTASI

Keterangan : Pembimbing 2 Ns. Bagus Ananta Tanujiarso, M.Kep

Anda mungkin juga menyukai