Anda di halaman 1dari 43

SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN


PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK BALITA 3-
5 TAHUN DI PUSKESMAS KELURAHAN HARJOSARI 1
KECAMATAN MEDAN AMPLAS
TAHUN 2018

Dina Mariana Napitupulu


P07524517042

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN


PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK BALITA 3-
5 TAHUN DI PUSKESMAS KELURAHAN HARJOSARI 1
KECAMATAN MEDAN AMPLAS
TAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program


Studi Diploma IV Kebidanan Alih Jenjang

Dina Mariana Napitupulu


P07524517042

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG


SKRIPSI, 24 JULI 2018

DINA MARIANA NAPITUPULU

Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Balita 3-5 tahun
di Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018

vi + 37 halaman + 13 tabel + 2 gambar + 9 lampiran

ABSTRAK

Secara nasional status gizi anak di berbagai daerah di Indonesia masih menjadi
masalah. Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang
tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta
bahwa kurang gizi yan terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat
pulih). Kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak dan motorik
kasar anak. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan status gizi dengan
perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun
Jenis penelitian Survey Analitik dengan rancangan Cross Sectional dilakukan pada
bulan Mei di Puskesmas Kelurahan Harjosari I terhadap 61 responden diambil dengan
teknik non probability sampling yaitu accidental sampling, data dikumpul dengan
kuisioner dan dianalisis menggunakan uji chi-square.
Hasil uji chi square menunjukkan nilai p-value sebesar 0,000 (p<0,05) yang artinya
ada hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun.
Meningkatkan ketersediaan tenaga terlatih khususnya bidan dan ahli gizi sebagai
tenaga yang bertugas untuk melayani penyuluhan gizi dan memantau perkembangan
balita di Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas.

Kata kunci : status gizi, motorik kasar, balita


Daftar Pustaka : 29 (2002-2016)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan
Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Balita 3-5 Tahun Di Puskesmas
Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018” yang menjadi salah satu
syarat untuk menyelesaikan program studi D-IV Kebidanan Alih Jenjang Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan
Dalam proses menyelesaian Skripsi ini, peneliti telah banyak mendapat
bimbingan materi dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan
ini dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Medan.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politekhnik
Kesehatan Kemenkes Medan.
3. Melva Simatupang, SST, M.Kes, selaku Kaprodi D-IV Kebidanan Politekhnik
Kesehatan Kemenkes Medan dilanjutkan Yusniar Siregar, SST, M.Kes
4. Melva Simatupang SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Evi Desfauza, SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Ardiana Batubara, SST,M.Keb, selaku dosen penguji yang telah bersedia
memberikan masukan berupa kritik dan saran kepada peneliti demi
kesempurnaan Skripsi ini.
7. Kepada Kepala Puskesmas Harjosari 1 Medan Amplas yang telah
memberikan izin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian di
Puskesmas.
8. Hormat dan sembah sujud peneliti yang tidak terhingga kepada ibunda
tercinta Y. Simanjuntak dan terima kasih saya kepada suami tercinta saya
Abner Saragih yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tak
terhingga berupa doa yang tak pernah putus, materi dan dukungan selama
mengikuti kegiatan perkuliahan dan penyusunan Skripsi.
Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih dan berharap semoga Skripsi ini
dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan ilmu kebidanan bagi
pembaca maupun peneliti sendiri. Semoga Allah senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, 24 Juli 2018


Peneliti

(Dina Mariana Napitupulu)


NIM: P07524517042
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 2
C.1 Tujuan Umum ............................................................................. 2
C.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
D.1 Manfaat Teoritis ......................................................................... 3
D.2 Manfaat Praktis .......................................................................... 3
E. Keaslian Penelitian ......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6


A. Status Gizi ...................................................................................... 6
B. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun .................... 13
C. Hubungan Asupan Gizi dengan Perkembangan Motorik Anak .... 19
D. Kerangka Teori ............................................................................... 20
E. Kerangka Konsep ........................................................................... 20
F. Defenisi Operasional ...................................................................... 21
G. Hipotesis ......................................................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 23


A. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................... 23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 23
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 23
D. Jenis dan Cara Penggumpulan Data ............................................. 24
E. Pengelolahan dan Analisa Data .................................................... 25
F. Etika Penelitian .............................................................................. 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 27


A. Hasil Penelitian .............................................................................. 27
B. Pembahasan .................................................................................. 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 32


A. Kesimpulan ..................................................................................... 32
B. Saran .............................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 33


LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Defenisi Operasional………………………………………….. 21
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin………………………….. 27
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia …………………………………….. 27
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi ………............................... 46
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Kasar……….
46
Tabel 4.4 Hubungan status gizi dengan perkembangan Motorik Kasar Anak
balita 3-5 tahun…………………………………………. 47
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori....................................................................... 20
Gambar 2.2 Kerangka Konsep................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara nasional status gizi anak di berbagai daerah di Indonesia masih
menjadi masalah. Jumlah penderita kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak,
dan keadaan kurang gizi menjadi penyebab sepertiga dari seluruh penyebab
kematian anak di seluruh dunia. Indonesia termasuk diantara rombongan 36
negara di dunia yang memberi 90 % kontribusi masalah gizi dunia (WHO, 2016).
Sementara berdasarkan hasil Riset Dasar Kesehatan Indonesia
(Riskesdas) 2016 prevalensi gizi buruk dan gizi kurang menurut indikator BB/U
pada balita tahun 2016 adalah 11,1%, terdiri dari 8,0% gizi kurang dan 3,1% gizi
buruk. Jika di bandingkan dengan angka prevalensi pada tahun 2015 adalah
11,9% terdiri dari 8,2% gizi kurang dan 3,7% gizi buruk (Riskesdas 2016).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2017
didapatkan 176 balita mengalami gizi buruk yang tersebar di 17 Kecamatan di
Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan laporan bulanan di Kelurahan Harjosari I
Kecamatan Medan Amplas, pada bulan September 2017 diperoleh jumlah balita
usia 3sampai 5 tahun sebanyak 57 orang, dengan status gizi buruk 2 orang, gizi
kurang 24 orang, gizi lebih 1 orang dan gizi baik 20 orang.
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yan terjadi pada masa emas ini, bersifat
irreversible (tidak dapat pulih). Kekurangan gizi dapat mempengaruhi
perkembangan otak anak dan motorik kasar anak. Status gizi pada balita dapat
diketahui dengan cara mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan berat
badan standar tabel WHO-NHCS, bila berat badannya kurang, maka status
gizinya kurang (Marimbi, H, 2017).
Berdasarkan penelitian Mariani dkk, mengenai hubungan status gizi
dengan perkembangan motorik anak di kabupaten Minahasa tahun 2015,
didapatkan bahwa tingkat perkembangan motorik anak dengan status gizi kurang
tidak sesuai dengan usia terjadi pada 66,7% responden, sedangkan tingkat
perkembangan motorik anak dengan statusgizinormal tidak sesuai hanya terjadi
pada 32,8% responden. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
status gizi memang sangat mempengaruhi perkembangan motorik anak balita
(Mariani, dkk,2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Kartika, dkk tahun 2013 mengenai
hubungan asupan gizi terhadap perkembangan motorik kasar di Kecamatan
Pamulang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan laju pertumbuhan motorik
pada anak yang diberi suplementasi tinggi energi dan zat mikro, didapatkan
sebesar 66,7% anak mengalami kemampuan motorik kasar lambat akibat
asupan energi kurang, dan 80% anak mengalami kekurangan asupan protein
sehingga kemampuan motorik kasar anak terganggu. Oleh karena itu, asupan
gizi yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak, karena
zat gizi memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak khususnya
perkembangan motorik kasar anak.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di Puskesmas
Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas menunjukkan bahwa masih
terdapat balita 3-5 tahun dengan status gizi kurang dan masih terdapat
keterlambatan perkembangan motorik kasar pada balita 3-5 tahun. Padahal
penentuan status gizi pada balita sangatlah penting karena berpengaruh
terhadap perkembangan motorik kasar balita.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan status
gizi dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas
Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah “bagaimana hubungan status gizi dengan perkembangan
motorik kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas Kelurahan Harjosari I
Kecamatan Medan Amplas?”

C. Tujuan Penelitian
C.1.Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi
dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas
Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi status gizi pada anak balita 3-5 tahun di
Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas
2. Untuk mengetahui distribusi perkembangan motorik kasar anak balita 3-5
tahun di Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas
3. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan motorik
kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas Kelurahan Harjosari I
Kecamatan Medan Amplas

D. Manfaat Penelitian
D.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan
masukan bagi kelurahan setempat untuk mengambil kebijakan dalam rangka
pentingnya pemberian informasi melalui penerangan kesehatan bagi semua Ibu
yang memiliki balita.
D.2. Manfaat Praktis
Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan motorik
kasar anak balita 3-5 tahun, sehingga ibu yang memiliki balita dapat
meningkatkan pengetahuannya tentangperkembangan motorik kasar.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang relevan dengan penelitian tentang hubungan status gizi
dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun, sejauh penelusuran
yang dilakukan peneliti beberapa penelitian yang telah dilakukan adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rezki, dkk, yang berjudul “Hubungan status
gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di wilayah
kerja Posyandu Kalisongo Kecamatan Dau”, Metode penelitian yang
digunakan adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 75 anak usia prasekolah dan sampel
43 anak yang diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan
kriteria inklusi anak prasekolah di Posyandu Desa Kalisongo Kecamatan
Dau yang kondisinya tidak cacat fisik dan mental, mempunyai usia 2-4 tahun
dan tidak mempunyai penyakit tertentu yang menunjang status gizi. Teknik
pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner. Metode analisa data
yang di gunakan yaitu kolerasi spearman rank.Hasil penelitian membuktikan
bahwa status gizi anak sebagian besar 25 (58,1%) anak usia prasekolah
memiliki status gizi baik dan perkembangan motorik kasar anaksebagian
besar 26 (60,5%) anak usia prasekolah memiliki perkembangan motorik
kasar sesuai dengan tahapan perkembangan. Berdasarkan hasil uji kolerasi
spearman rank didapatkan p-value = 0,000 atau 0,000 < 0,050 sehingga
dapat disimpulkan bahwaada hubungan status gizi dengan perkembangan
motorik kasar anak usia prasekolah di Posyandu Kalisonggo kecamatan
Dau. Disarankan dalam meningkatkan perkembangan motorik kasar anak
usia prasekolah perlu menjaga status gizi anak agar tetap baik dengan
memberikan asupan gizi yang seimbang pada anak.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Caesar Ensang Timuda yang berjudul
“Hubungan Antara Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak
Usia Bayi Dan Balita (0-59 Bulan) Di Puskesmas Pandanwangi Malang”.
Metode penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel secara clustersampling
dengan populasi 148 responden. Jumlah sampel 122 responden. Dianalisa
dengan uji chi square. Hasil Penelitian: 29,5% responden mengalami
keterlambatan perkembangan motorik kasar yang terdiri dari 3,3%
responden sangat kurus,7,4% responden kurus,15,6% responden normal
dan 3,3% anak gemuk, dengan nilai p sebesar 0,000 dan α =0,05. Dari hasil
penelitian mengatakan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara
status gizi dengan perkembangan motorik kasarAnak Usia Bayi Dan Balita
(0-59 Bulan) Di Puskesmas Pandanwangi Malang.
F. Perbedaan penelitian dengan penelitian terdahulu
Pembedaan Rezki, dkk Caesar Ensang Dina Mariana
Timuda Napitupulu
Judul penelitian Hubungan status Hubungan Hubungan status
gizi dengan Antara Status gizi dengan
perkembangan Gizi Dengan perkembangan
motorik kasar Perkembangan motorik kasar
anak usia Motorik Kasar anak balita 3-5
prasekolah di Anak Usia Bayi tahun di
wilayah kerja Dan Balita (0-59 Kelurahan
Posyandu Bulan) Di Harjosari I
Kalisongo Puskesmas Kecamatan
Kecamatan Dau Pandanwangi Medan Amplas
Malang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi
A.1. Pengertian
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2016). Gizi adalah bahan
makanan yang berhubungan dengan kesehatan tubuh (Ngastyah, 2005).
Menurut Almatsier (2005) status gizi adalah keadaan tubuh akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi (nutrien status) adalah
ekspresi dari keadaan-keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
(Supariasa, 2016).

A.2. Manfaat Gizi


Menurut Kartasapoetra (2003) manfaat gizi yaitu:
a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan
terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan.
b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari.

A.3. Penilaian Gizi


Menurut Supariasa (2016), penilaian status gizi dibagi 2 yaitu :
a. Secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian
yaitu :
1) Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubh dan komposisi tubuh dan berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa indeks antrometri yang sering
digunakan yaitu :
a) Berat badan menurut umur
b) Tinggi badan menurut umur
c) Berat badan menurut tinggi badan
d) Lingkar lengan atas menurut umur
2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan
fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja, hati dan
otot.Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis
yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal lebih banyak menolong
untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dan jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes).
Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
b. Secara tidak langsung
1) Survei Konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang kondisi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.
Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2) Status vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kematian dan kesakitan akibat penyebab tertentu
dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
3) Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa
faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi
dan lain-lain.
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan
program intervensi gizi.

A.4.Klasifikasi Status Gizi


Menurut Supariasa (2016), dalam buku petunjuk teknik Pemantauan
Status Gizi (PSG) anak balita tahun 1999, klasifikasi status gizi menggunakan
buku rujukan World Health Organization Nasional Centre For Health Statistik
(WHO-NHCS) dengan indeks berat badan menurut umur.

A.5. Penyakit-penyakit Gizi


Menurut Notoatmodjo (1996) penyakit-penyakit kesehatan akibat dari
kelebihan dan kekurangan zat gizi antara lain sebagai berikut :
a. Penyakit kurang kalori dan protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori
atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau terjadinya
efisiensi energi dan protein. KKP dibedakan menjadi KKP ringan atau gizi
kurang dan KKP berat yang disebut Marasmus (Kwashiorhor).
b. Penyakit Kegemukan (obesitas)
Penyakit ini terjadi karena konsumsi kalori terlalu berlebihan
dibandingkan dengan kebutuhan dan pemakaian energi, kelebihan dalam
tubuh ini disimpan dalam bentuk lemak yaitu di tempat-tempat tertentu
seperti jaringan subcutan dan di dalam jaringan tirai usus.
c. Anemia (penyakit kurang darah)
Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak
seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro
elemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam
pembentukan darah yakni dalam hemoglobin (Hb)
d. Zerophtalmia (defisiensi vitamin A)
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A di
dalam tubuh. Gejalanya adalah kekurangan epithel biji mata dan kornea,
terlihat selaput bola mata keriput dan kusam bila mata bergerak, tidak
sanggup melihat pada cahaya remang-remang, buta senja atau buta ayam
dan dapat menimbulkan kebutaan
e. Penyakit gondok edemik
Zat iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan
komponen dari hormon thyrokxin. Kekurangan zat iodium berakibat
hypothyroldisme (kekurangan iodium) akibatnya terjadi pembesaran
kelenjar thyroid yang disebut penyakit gondok. Apabila kelebihan zat
iodium maka mengakibatkan gejala-gejala pada kulit yang disebut iodium
dermatitis.

A.6. Akibat gizi kurang pada proses tubuh


Akibat gizi kurang pada proses tubuh mengakibatkan:(Almatsier, 2005)
a. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya, protein digunakan sebagai
zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah
rontok. Anak–anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah
keatas rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial
ekonomi rendah.
b. Produksi Tenaga
Kekurangan energi menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas,
merasa lemah dan produktivitas kerja menurun.
c. Pertahanan Tubuh
Daya tahan tekanan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem
imunitas dan antibody berkurang, sehingga orang mudah terserang
infeksi seperti pilek, batuk dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat
membawa kematian.
d. Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap
perkembangan mental dengan demikian kemampuan berfikir otak
mencapai bentuk maksimal pada usia 2 tahun. Kekurangan gizi dapat
berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
e. Perilaku
Bagi anak-anak ataupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan
perilaku tidak tenang, mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis.

A.7.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Balita


Status gizi balita dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait.
Secara garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan oleh : (Nency,
2006)
a. Asupan yang kurang disebabkan banyak faktor antara lain :
1) Tidak tersedianya makanan secara adekuat
Tidak tersedianya makanan yang adekuat terkait dengan kondisi sosial
ekonomi. Kadang-kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan
politik dan ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini.
Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makanan yang
adekuat. Kemiskinan merupakan penyebab pokok gizi buruk. Proporsi anak
mal nutrisi berbanding terbalik dengan pendepatan. Makan kecil
pendapatan penduduk makin tinggi persentase anak yang kekurangan gizi.
2) Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang
Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu air susu ibu, dan sesudah usia
6 bulan anak tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang
tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status
gizi bayi, MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan
protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B
serta vitamin mineral lainnya. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan
dan pengetahuan yang rendah sering kali anaknya harus puas
dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita
karena ketidaktahuan.
3) Pola makan yang salah
Pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk, anak
yang diasuhnya oleh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya
berpendidikan mengerti pentingnya ASI, manfaat posyandu dan
kebersihan, meskipun sama-sama miskin anak lebih sehat. Unsur
pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.
Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan/adat istiadat masyarakat
tertentu yang tidak benar dalam pemberian makanan akan sangat
merugikan anak. Misalnya kebiasaan memberi minum bayi hanya
dengan air putih, memberikan makanan padat terlalu dini, berpantang
pada makanan tertentu (misalnya tidak memberikan anak daging, telur,
santan), hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan
lemak, protein maupun kalori yang timbul.
4) Sering sakit (frequent infection)
Menurut Akhsan (2006), pendapatan rendah bukan satu-satunya faktor
penyebab rendahnya keadaan gizi, akan tetapi faktor lain seperti
pengetahuan gizi ibu juga cukup berperan di dalamnya, sehingga
penyuluhan gizi yang ditujukan pada ibu dan pengasuh anak balita akan
paling efisien untuk mengatasi masalah ini melalui posyandu. Ujung
tombak perbaikan gizi masyarakat adalah posyandu, UPGK maupun PKK.
Peran kader posyandu sangat signifikan dalam menurunkan masalah gizi.
Kurang energi protein (KEP) dapat dengan mudah ditemukan di posyandu
hanya dengan cara pengukuran antopometri (ukuran badan, berat atau
tinggi) dan cukup mudah dilakukan hanya oleh kader saja.

A.8. Pengukuran status gizi pada anak balita


Penilaian status gizi merupakan landasan untuk memberikan asuhan
gizi yang optimal kepada anak. Dengan pemberian zat gizi yang sesuai
dengan kebutuhan anak secara optimal atau dengan upaya pemenuhan
kebutuhan anak secara optimal atau dengan upaya pemenuhan yang sebaik-
baiknya. Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok
masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang
dikenal dengan Antropometri. Antropometri berasal dari kata anthropos dan
metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi
antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali.
Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah
menjadi prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik. Untuk mengkaji
status gizi secara akurat, beberapa pengukuran secara spesifik diperlukan
dan pengukuran ini mencakup pengukuran berat badan, indeks massa tubuh
(IMT) (Supariasa, dkk, 2016).
Parameter yang digunakan untuk penilaian status gizi yang digunakan
dalam aplikasi pemantauan status gizi dan tumbuh kembang anak ada tiga:
umur, berat badan dan tinggi badan. Berat badan paling banyak digunakan
karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada
ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Supariasa, dkk, 2016).
Ukuran antropometri dalam rangka penilaian status gizi digunakan
dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi antara masing-
masing ukuran indikator antropometri yang umum digunakan untuk menilai
status gizi adalah BB/U, TB/U, dan BB/TB:
a. Indeks BB/U
Ιndeks BB/U adalah pengukuran total berat badan, termasuk air, lemak,
tulang, dan otot, dan diantara beberapa macam indeks antropometri, indeks
BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan. Indikator BB/U
menunjukkan secara sensitif status gizisaat ini (saat diukur) karena mudah
berubah. Untuk anak pada umumnya, indeks ini merupakan cara baku yang
digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Pengukuran berat badan menurut
umur secara teratur dan dapat dipergunakan sebagai indikator kurang gizi.
Hasil pengukuran ini dapat menunjukkan keadaan kurang gizi akut atau
gangguan-gangguan yang mengakibatkan laju pertumbuhan terhambat.
b. Indek TB/U
Tinggi badan kurang peka dipengaruhi oleh pangan dibandingkan dengan
berat badan. Oleh karena itu tinggi badan menurut umur yang rendah
biasanya akibat dari keadaan kurang gizi yang kronis, tetapi belum pasti
memberikan petunjuk bahwa konsumsi zat gizi pada waktu ini tidak cukup
Indeks TB/U disamping dapat memberikan gambaran tentang status gizi masa
lampau juga lebih erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi (Beaton dan
Bengoa, 1973). Oleh karena itu indeks TB/U selain digunakan sebagai
indikator status gizi dapat pula digunakan sebagai indikator perkembangan
keadaan sosial ekonomi masyarakat.
c. Indeks BB/TB
Ukuran antropometri yang terbaik adalah menggunakan BB/TB atau BB/PB
karena dapat menggambarkan status gizi saat inidengan lebih sensitif dan
spesifik. Berat badan memiliki hubungan linier dengan berat badan. dalam
keadaan normal akan searah denganpertambahan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk
menanyakan status gizi saat ini, terlebih bila data umur akurat sulit diperoleh,
oleh karena itu indeks BB/TB disebut pula indikator status gizi yang
independen terhadap umur. Karena indeks BB/TBdapat memberikan
gambaran tentang proporsi berat badan relatif terhadap indikator kekurangan,
seperti halnya dengan indeks BB/U.

B. Perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun


Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
komplek dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakantubuh melalui kegiatan yang terintegrasi antara susunan
saraf, otot, otak dan spinal cord (Hurlock, 1995). Perkembangan motorik adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku gerakan yang dilakukan
dan semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh tubuhmanusia.
Menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih (1995), motorik
kasar (gross motor), yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar tubuh karena dilakukan oleh otot-
otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya berjalan dan
berlari.
Sejalan dengan pemaparan Sujiono (2007) dalam Sutrisno (2014)
mengemukakan bahwa gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang
membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak, melibatkan
aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan seluruh tubuh. Gerakan
ini memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar,
membutuhkan kematangan dalam koordinasi.
Selanjutnya menurut Satoto (1990) dalam Sulpi (2013) menyatakan bahwa
perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan mengontrol gerakan-
gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara SSP (Sistem Saraf
Pusat), saraf perifer, dan otot yang dimulai dengan gerakan-gerakan kasar yang
kemudian dilanjutkan dengan gerakan halus. Artinya, perkembangan motorik
kasar lebih dahulu berkembang dibanding dengan perkembangan motorikhalus.
Kemampuan perkembangan motorik kasar yang harus dicapai anak usia 3-
5 tahun berdasarkan Depkes, 2012 adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan motorik kasar anak 3 tahun
- Berdiri diatas satu kaki kanan selama 10 detik
- Berdiri diatas kaki kiri selama 10 detik
- Berdiri diatas kaki kanan selama 10 detik dengan tangan terlentang
- Berdiri diatas kaki kiri selama 10 detik dengan tangan terlentang
- Menaiki tangga dengan berganti-ganti kaki dan berpegangan dengan
pegangan tangga
- Menuruni tangga dengan berganti-ganti kaki dan berpegangan dengan
pegangan tangga
- Berlari berputar-putar tanpa kendala
- Berhenti mendadak setelah berlari zigzag secara seimbang
- Melompat ke depan dengan dua kaki sebanyak 4 kali
- Melompat kebelakang dengan dua kaki 4 kali.
- Melompat ke depan dengan kaki kanan
- Melompat ke depan dengan kaki kiri
- Gerakan menendang bola ke depan dan ke belakang
- Menangkap bola yang melambung, mendekapnya ke dada.
b. Perkembangan motorik kasar anak 4 tahun
- Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik
- Berjalan maju dalam satu garis lurus dengan tumit ke ibu jari sejauh 6
langkah
- Berjalan mundur dengan ibu jari ke tumit
- Berlari sejauh 2 meter
- Lari menghindari rintangan
- Melompat ke depan 10 kali
- Melompat ke belakang 1 kali
- Melompat ke depan dengan 1 kaki kanan
- Melompat ke depan dengan 1 kaki kiri
- Melompat di atas benda setinggi 15 cm
- Berguling ke samping
- Menendang secara terkoordinasi ke belakang dan ke depan dengan kaki
terayun dan tangan mengayun kearah berlawanan secara bersamaan
- Dengan dua tangan menangkap bola yang di lemparkan dari jarak 1 meter
- Melempar bola kecil dengan kedua tangan kepada seseorang yang
berjarak 1,5 meter darinya
c. Perkembangan motorik kasar anak 5 tahun
- Berdiri dengan kaki kanan selama 10 detik
- Berdiri dengan kaki kiri selama 10 detik
- Melompat ke belakang 2 kali berturut-turut
- Melompat 1 meter dengan salah satu kaki
- Mundur dengan berjingkat
- Naik turun tangga dengan kaki yang bergantian
- Mengambil satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang
- Menangkap bola dengan mantap

B.1. Prinsip Perkembangan Motorik Kasar


Menurut Hurlock (1978) menyatakan bahwa:
1. Perkembangan motorik kasar bergantung pada kematangan otot dan
syaraf. Otak sebagai pusat koordinasi setiap gerakan yang dilakukan
anak, akan mempengaruhi perkembangan motorik.
2. Dibutuhkan kematangan perkembangan sistem syaraf otak yang dapat
mengatur otot, dimana semakin baik perkembangan sistem otak maka
akan baik pula perkembangan motorik anak, karena didukung oleh
kekuatan otot yang baik.
3. Perkembangan yang berlangsung secaraterus-menerus.
Berdasarkan hukum rangkaian perkembangan, hukum cephalocaudal
menerangkan bahwa perkembangan menyebar ke seluruh tubuh dari kaki
hingga ke kepala, kemajuan struktur dan funsi pertama-tama terjadi
dikepala, kemudian badan dan terakhir di tungkai. Hukum proximodisal
menerangkan tentang perkembangan bergerak dari yang dekat ke yang
jauh. Adanya tahapan dari tonjolan lengan memanjang dan kemudian
berkembang menjadi tangan dan jari.
Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan Hal ini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Setiap
perkembangan motorik dapat diramalkan, misalnya anak yang dapat duduk
lebih dahulu maka akan lebih awal pula dalam berjalan dibandingkan anak
yang duduknyaterlambat.
4. Perbedaan individu dalam laju perkembanganmotorik.
Urutan perkembangan setiap anak sama, akan tetapi faktor genetik dan
lingkungan yang mempengaruhi kecepatan perkembangannya.
5. Reflek primitif akan hilang dan digantikan dengan gerakan yang disadari.
Gerakan yang tidak disadari atau reflek primitive secara otomatis pada usia
tertentu harus sudah hilang karena dapat menghambat gerakan yang
disadari.

B.2. Aspek-Aspek Yang Berhubungan Dengan Perkembangan Motorik


Aspek-Aspek Yang Berhubungan Dengan Perkembangan Motorik yaitu:
Hurlock (1978)
a. Kematangan Syaraf
Syaraf berfungsi mengontrol gerakan motorik yang dilakukan anak secara
luas. Otak besar yang mengontrol gerakan motoric kasar berkembang lebih
cepat dibandingkan otak kecil yang mengontrol gerakan motorik halus.
b. Sistem Syaraf
Sistem syaraf merupakan salah satu sistem organ yang ada di tubuh
manusia yang merupakan sebuah sistem jaringan komunikasi, sel-sel
syaraf di setiap bagian dari tubuh memainkan peran dalam proses
menanggapi rangsangan dan pengendalian otot-otot.
c. Mekanisme Gerak
d. Mekanisme Kontraksi Otot
Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi
berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan
berseling beberapa detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi
ion Ca2+ di dalam serabut otot yang meningkatkan aktivitas miofibril.
2. Summasi, berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi
dengan kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi
dua jalan (summasi unit motor berganda dan summasibergelombang).
3. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu
sendiri.
4. Tetani adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga
tidak ada peningkatan tegangan kontraksi. Rigor terjadi bila sebagian
terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga kalsium tidak lagi
dapat dikembalikan ke RS melalui mekanisme pemompaan.
e. Gizi
Anak yang mengalami kurang energi dan protein akan menjadi
tidakaktif, apatis, pasif dan tidak mampu berkonsentrasi, hal ini disebut
functional isolationis yang terjadi pula pada tikus kurang gizi. Ketersediaan
energi yang cukup banyak dibutuhkan dalam melakukan aktifitas motorik
seperti tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan dan berlari, jika mengalami
KEP, akan ada keterlambatan dalam perkembangan motormilestone.
Usia kurang dari 18 bulan membawa keuntungan yang nyata terhadap
kecerdasan anak sampai 8 tahun kemudian, dan perkembangan neurologi
sebelum 18 bulan berhubungan erat dengan defisiensi gizi yang dapat
bersifat permanen karena umur 18 merupakan batas atau cut offpoint
dimana masa kritisnya terjadi pada usia 6-18 bulan. Kurangnya asupan gizi
dapat berakibat defisitnya myelinisasi pada otak, artinya terjadi kesulitan
dalam menghantarkan informasi dari satu neuron ke neuron yang lain.

B.3. Penilaian Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Balita


Penilaian perkembangan motorik kasaranak balita menggunakan
kuseioner perkembangan DDST untuk mengetahui perkembangan motorik
anak sesuai atau ada keterlambatan. Lembar skor dari denver ini didesain
unik, karena setiap item uji diwakili dengan sebuah bar (batang) yang
ditempatkan di antara skala usia, yaitu satu pada bagian atas dan satu pada
bagian bawah lembaran skor. Masing-masing batang diskalakan untuk
menunjukan 25%, 50%, 75%, dan 90% dari anak-anak normal dapat
menyelesaikan item tertentu. Penentuan item uji dimulai dengan
menentukan usia anak dalam skala usia kemudian menarik sebuah garis
lurus dari atas kebawah skala. Jumlah item uji yang akan dipergunakan
adalah bervariasi terhadap usia. Item yang dilalui garis usia, akan dinilai dan
tiga item yang berada di sebelah kanan garis usia juga harus diperiksa.
Masing-masing item akan diberikan nilai :
a. P (Passed) lulus: apabila anak dapat melakukan semua kemampuan tes
yang diberikan dengan baik atau dari laporan ibu/pengasuh yang tepat
dan dipercaya bahwa anak dapatmelakukannya
b. F (Fail) gagal: apabila anak gagal atau tidak dapat melakukan tes
kemampuan yang diberikan atau dari laporan ibu/pengasuh yang tepat
dan dapatdipercaya.
c. No (No Opportunity) tidak ada kesempatan: anak tidak mampu
melakukan kemampuan tes yang diberikan karena adahambatan
d. R (Resufal) menolak: anak menolak untuk melakukantes.
e. B (By Report) dengan bantuan orang tua: anak melakukan tes dengan
bantuan orang tua. Apabila anak dapat melakukannya maka lulus,
sedangkan apabila anak tidak dapat melakukannya berartigagal.
Setelah itu dihitung berapa jumlah P, F dan sebagainya. Berdasarkan
pedoman hasil tes diklasifikasikan dalam normal, suspect dan tidak dapat
diuji.
1) Normal, jika; lulus semua tes kemampuan yang diberikan atau tidak
terdapat keterlambatan; ada 1 peringatan.
2) Suspect, jika; ada dua atau lebih peringatan atau 1 keterlambatan
atau lebih pada satusektor.
3) Tidak normal, jika; apabila ada sektor menolak 1 atau lebih dari
itemyang berada di sebelah garis umur; menolak lebih dari 1 item
pada area 75%- 90%.
C. Hubungan Asupan Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak
Asupan gizi merupakan kebutuhan anak yang berperan dalam proses
tumbuh kembang terutama dalam perkembangan otak. Kemampuan anak untuk
dapat mengembangkan kemampuan saraf motoriknya adalah melalui pemberian
asupan gizi yang seimbang. Pemberian asupan gizi seimbang ini sangat
berperan dalam tumbuh kembang anak mulai dari janin dalam kandungan, balita,
anak usia sekolah, remaja bahkan sampai dewasa (Zaviera, 2008).
Budiarti (2011) menerangkan bahwa asupan gizi sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak, baik perkembangan motorik kasar atau motorik halus.
Selanjutnya menurut Susanthy (2012) juga mengklasifikasikan asupan gizi yang
penting untuk fungsi motorik, yaitu energi, protein, seng danbesi.
D. Kerangka Teori
Adapun kerangka teori dari hubungan status gizi dengan perkembangan motorik
kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan
Amplas.

Faktor yang mempengaruhi


perkembangan motorik
kasar:
- Gizi ibu pada waktuhamil
- Status gizi
- Stimulasi
- Pengetahuan ibu

Faktor Herediter :
- Genetik
- Ras Perkembangan
motorik kasar
- Umur
- Jenis kelamin

Faktor Lingkungan :
- Budaya
- Sosial ekonomi keluarga
- Cuaca
- Status Kesehatan
Gambar 2.1: Kerangka teori faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
kasar anak

E. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dari hubungan status gizi dengan perkembangan
motorik kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas Kelurahan Harjosari I
Kecamatan Medan Amplas.

Variabel Independen Variabel Dependen

Status Gizi Perkembangan motorik kasar

Gambar 2.2. Kerangka Konsep


F. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
Operasional
Motorik Kemampuan anak Lembar DDST Normal : jika lulus Ordinal
kasar melakukan perkembangan semua tes kemampuan
anak pergerakan dan motorik kasar yang diberikan atau
sikap tubuh yang yang berisi tidak terdapat
melibatkan otot- kemampuan keterlambatan, ada 1
otot besar yang perkembangan peringatan
harus dicapai anak yang telah Tidak normal : jika Ada
sesuai sesuai umur dicapai anak. dua atau lebih
anak, seperti peringatan atau 1
duduk, berdiri, dan keterlambatan atau lebih
sebagainya
Jawaban Ya, bila
ibu/pengasuh anak
menjawab: anak bisa
atau pernah atau sering
atau kadang-kadang
melakukannya.
Jawaban Tidak, bila
ibu/pengasuh anak
menjawab: anak belum
pernah melakukan atau
tidak pernah atau
ibu/pengasuh anak tidak
tahu.
Status keadaan gizi balita tabel rujukan Normal : >60%, artinya Ordinal
gizi yang ditentukan WHO-NCHS bila berat badan balita
Balita berdasarkan umur sesuai dengan tabel
dan berat badan WHO-NCHS (berat
menurut standar badan balita berada
baku WHO-NCHS pada gizi baik dan gizi
lebih = 1)
Tidak normal : <60%,
artinya bila berat badan
balita tak sesuai
dengan tabel WHO-
NCHS (berat badan
balita berada pada gizi
kurang dan gizi buruk =
2)
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,
patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2014).
- adakah hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak
balita 3-5 tahun
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian yang
diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi dengan
perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret – Juni 2018 di Puskesmas Kelurahan
Harjosari I Kecamatan Medan Amplas. Alasan memilih lokasi ini karena perkembangan
motorik kasar pada balita 3-5 tahun di Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan
Medan Amplas mengalami keterlambatan diakibatkan asupan gizi yang kurang.

C. Populasi dan sampel


C.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak balita usia 3-5
tahun sebanyak 157 orang sebagai objek penelitian yang akan diteliti.
C.2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi dijadikan menjadi
sampel. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus pengukuran besar
sampel menurut Slovin yaitu:
N 157 157
n = -------------- = -------------------- =----------= 61,08 (dibulatkan 61)
1 + N (d) 2 1 + 157(0,1)2 2,75

Pengambilan sampel menggunakan metode non probability sampling yaitu


accidental sampling dimana subjek dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai di
tempat dan waktu secara bersamaan pada pengumpulan data.
Kriteria responden inklusi dan eksklusi yaitu :
a. Kriteria Inklusi,
1. Anak yang tidak mengalami cacat mental
2. Anak yang tidak mempunyai penyakit tertentu yang menunjang status
gizi
b. Kriteria Eksklusi
1. Anak yang mengalami keterbelakangan mental
2. Anak balita yang sedang sakit.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


D.1. Jenis Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer yaitu data diperoleh dari responden dengan menggunakan DDST
berupa daftar pertanyaan sebagai alat bantu, dimana terlebih dahulu
memberi penjelasan singkat tentang kuesionernya, dibandingkan diisi oleh
responden, kemudian dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa
kelengkapannya.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh berdasarkan formulir rekapitulasi
laporan kesehatan Balita atau laporan pihak Puskesmas Kelurahan Harjosari I.
D.2. Cara Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti menyerahkan surat permohonan izin untuk melakukan
penelitian kepada Kepala Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan
Amplas. Pengambilan data dilakukan pada saat kegiatan posyandu yang
didampingi oleh kader. Peneliti memperkenalkan diri dan melakukan pendekatan
pada ibu dan anak untuk menanyakan karakteristik responden apakah sesuai
dengan kriteria inklusi. Responden yang sesuai dengan kriteria inklusi, peneliti
memberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, prosedur penelitian, kontrak
waktu serta menanyakan kesediaan ibu menjadi responden penelitian. Setelah
mendapat persetujuan, ibu mengisi dan menandatangani lembar pernyataan
persetujuan (informed consent). Peneliti menjelaskan terlebih dahulu cara
pengisian kuisioner, dan menanyakan apabila terdapat pertanyaan yang belum
paham. Selama proses penelitian, anak diikutsertakan untuk diobservasi
perkembangannya sesuai dengan DDST menggunakan bantuan alat-alat yang
dibutuhkan sesuai dengan tahapan usia anak.

E. Pengolahan Data dan Analisis Data


E.1. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan langkah–langkah
sebagai berikut :
a. Pengeditan (Editing)
Pada tahap pengeditan data dilakukan dengan memeriksa kelengkapan dari
data rekam medik yang bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah
benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang
menggambarkan masalah yang diteliti.
b. Pengkodean (Coding)
Setelah data diperoleh, penulis melakukan pengkodean untuk mempermudah
analisis data.
c. Pemasukan data (Entering)
Pemasukan data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah selesai
di coding dari dummy tabel ke dalam program komputer.
d. Pembersihan (Cleaning)
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dimasukan ke dalam komputer apakah ada kesalahan atau tidak.
Apabila ada data yang salah maka dilakukan editing data.
E.2. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh
gambaran pada masing-masing variabel independen yang meliputi status gizi
dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas
Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan status gizi
dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun di
Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun
2018 dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya
dinarasikan.

F. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan menjamin kerahasiaan, identitas responden,
melindungi dan menghormati hak responden dengan mengajukan sudut
pertanyaan (informed consent), sebelum menandatangani surat persertujuan,
penelitian menjelaskan judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
menjelaskan kepada responden bahwa penelitian tidak akan membahayakan
bagi responden. Peneliti akan menjamin identitas respondem, dimana data yang
diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan apabila
peneliti telah selesai maka data tersebut akan dimusnahkan (Notoatmojo, 2012).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
A.1. Karakteristik Responden
Setelah dilakukan penelitian terhadap 61 orang balita 3-5 tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas, maka di dapatkan hasil sebagai
berikut

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
Harjosari I Kecamatan Medan Amplas
nis Kelamin
ki-laki ,2
rempuan ,8
mlah 0

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden pada penelitian ini
berjumlah 61 orang yang terdiri dari 30 orang (49,2%) balita laki-laki dan 31
orang (50,8%) balita perempuan.

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Harjosari I
Kecamatan Medan Amplas
tegori Usia
ahun ,5
ahun
ahun ,5
mlah 0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa usia responden pada
penelitian ini adalah mulai 3-5 tahun. Jumlah responden usia 3 tahun adalah 18
orang (29,5%), responden berusia 4 tahun berjumlah 36 orang (59%) dan yang
berusia 5 tahun berjumlah 7 orang (11,5%).
A.2. Analisis Univariat
A.2.1. Status Gizi
Status gizi responden dengan indikator BB menurut Umur dibagi menjadi 2
kategori, yaitu normal dan tidak normal. Responden dengan status gizi kurang
dan gizi buruk masuk dalam kategori tidak normal, sedangkan balita dengan
status gizi baik dan gizi lebih masuk kategori normal.
Untuk melihat status gizi responden di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Harjosari I
Kecamatan Medan Amplas dapat dilihat pada tabel 4.3:

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Status Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Harjosari
I Kecamatan Medan Amplas
atus Gizi
rmal ,7
ak Normal ,3
mlah 0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 61 orang responden, 48
orang (78,7%) termasuk dalam kategori dengan status gizi normal dan 13 orang
(21,3%) lainnya termasuk dalam kategori tidak normal.

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Kasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas
rkembangan Motorik Kasar
rmal ,3
ak Normal ,7
mlah 0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 61 orang responden, 49
orang (80,3%) memiliki perkembangan motorik kasar yang termasuk dalam
kategori normal dan 12 orang (19,7%) lainnya termasuk dalam kategori tidak
normal.
A.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan status gizi
dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas.

Tabel 4.5
Hubungan status gizi dengan perkembangan Motorik Kasar Anak balita 3-5 tahun
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas
Perkembangan Motorik
Status Jumlah P value
No Normal Tidak Normal
Gizi
n % N % n %
0,000
1 Normal 48 78,7 1 1,6 49 80,3
Tidak
2 0 0 12 19,7 12 19,7
Normal
Jumlah 48 78,7 13 21,3 61 100
Hasil uji analisis bivariat menggunakan chi-square antara variabel status gizi
dengan perkembangan motorik kasar anak didapatkan bahwa status gizi normal dan
perkembangan motorik kasar yang normal ada sebanyak 48 dari 49 orang (78,7%), dan
dengan status gizi tidak normal dan perkembangan motorik kasar yang tidak normal ada
sebanyak 12 dari 12 orang (19,17%).

B. Pembahasan
B.1. Status Gizi
Status gizi merupakan gambaran keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat dengan membedakan status gizi kurang, baik, dan
lebih. Status gizi dipengaruhi oleh infeksi dan asupan makanan (Almatsier, 2001).
Menurut WHO, terjadinya kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) lebih dipengaruhi
oleh penyakit infeksi dan asupan makanan yang secara langsung berpengaruh terhadap
kejadian kekurangan gizi. Pola asuh serta pengetahuan ibu juga berpengaruh terhadap
kekurangan gizi.
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan
Medan Amplas didapatkan nilai p = 0,000 yang artinya p < 0,05 dimana terdapat
hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kemampuan motorik kasar
responden. Atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status
gizi dengan kemampuan motorik kasar responden.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pramusinta (2013) yang
menyatakan bahwa perubahan status gizi dan status kesehatan anak akan berpengaruh
terhadap perkembangan motorik kasar anak, khususnya yang masih dibawah 5 tahun.
Hasil ini juga didukung oleh Satoto (1990) dan Suwandi (1999), yang menyatakan ada
hubungan status gizi masa lalu denga perkembangan motorik anak pada masa yang
akan datang.
Asupan gizi merupakan kebutuhan anak yang berperan dalam proses tumbuh
kembang terutama dalam perkembangan otak. Kemampuan anak untuk dapat
mengembangkan kemampuan saraf motoriknya adalah melalui pemberian asupan gizi
yang seimbang. Pemberian asupan gizi seimbang ini sangat berperan dalam tumbuh
kembang anak mulai dari janin dalam kandungan, balita, anak usia sekolah, remaja
bahkan sampai dewasa (Zaviera, 2008).
Budiarti (2011) menerangkan bahwa asupan gizi sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak, baik perkembangan motorik kasar atau motorik halus. Selanjutnya
menurut Susanthy (2012) juga mengklasifikasikan asupan gizi yang penting untuk fungsi
motorik, yaitu energi, protein, seng danbesi.
Parameter yang digunakan untuk penilaian status gizi yang digunakan dalam
aplikasi pemantauan status gizi dan tumbuh kembang anak ada tiga: umur, berat badan
dan tinggi badan. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu
pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat
menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Supariasa,
dkk, 2016).
Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Almatsier
(2014) bahwa status gizi yang baik atau optimal akan berpengaruh terhadap
perkembangan fisik, otak, kemampuan kerja dan kesehatan, sedangkan status gizi
kurang dapat menyebabkan kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas,
sehingga anak menjadi malas dan lemah karena kekurangan gizi. Marmi dan Raharjo
(2012) juga berpendapat status gizi
dapat mempengaruhi tumbuh dan kembang anak akan tetapi banyak faktor yang
dapat mempengaruhi perkembangan, jadi status gizi yang baik belum tentu
perkembangannya baik atau normal.
Menurut asumsi peneliti, status gizi sangat berpengaruh terhadap perkembangan
motorik kasar anak balita 3-5 tahun. Status gizi berhubungan dengan perkembangan
motorik kasar anak, artinya semakin rendah status gizi anak, maka perkembangan
motorik kasar anak juga akan rendah. Demikian juga sebaliknya jika rendah status gizi
anak tidak normal maka perkembangan motorik kasar anak juga akan meningkat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Mayoritas status gizi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Harjosari I
Kecamatan Medan Amplas dengan kategori normal mayoritas yaitu
sebesar 78,7%.
2. Perkembangan motorik kasar di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
Harjosari I Kecamatan Medan Amplas dengan kategori tidak normal
minoritas yaitu sebesar 19,7%.
3. Terdapat hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak
balita 3-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Harjosari I
Kecamatan Medan Amplas

B. Saran
1. Kepada tenaga yang bertugas melayani KIA dan Posyandu
Memberikan dan meningkatkan informasi tentang penyuluhan gizi
maupun sosialisasi kepada masyarakat tentang gizi sehingga masyarakat
termotivasi untuk memperhatikan pentingnya gizi pada perkembangan
anak.
2. Kepada Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas
Meningkatkan ketersediaan tenaga terlatih khususnya bidan dan ahli gizi
sebagai tenaga yang bertugas untuk melayani penyuluhan gizi dan
memantau perkembangan balita di Puskesmas Kelurahan Harjosari I
Kecamatan Medan Amplas
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
Mengembangkan penelitian ini dengan melakukan penelitian yang lebih
mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
motorik kasar anak balita dengan cakupan wilayah yang lebih luas, jumlah
sampel yang mayoritas.
DAFTAR PUSTAKA

Almatser, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia

Budiarti, 2011. Hubungan antara asupan gizi dengan tumbuh kembang anak usia 5-6
tahun. http://isjd.pdii.lipi.go.id diunduh 30 desember 2012 Jurnal penelitian
kesehatan suara forikes vo II nomer 1

Depkes, RI. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat: Jakarta
. 2012. Perkembangan anak usia 0-36 bulan proses tumbuh kembang deteksi
intevensi kota Tasikmalaya: proyek dana dekonsentrasi provinsi Jawa Barat
kesehatan ibu dan anak

Hurlock, Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Kartasapoetra, G. & Marsetyo, H (2003). Ilmu Gizi (Kolerasi Gizi dan Kesehatan dan
Produktifitas Kerja). Rineka Cipta. Jakarta. Cet. Ke empat.

Kartika, Latinulu S. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motoric kasar


anak usia 12-18 bulan di keluarga miskin dan tidak miskin. Jurnal penelitian gizi
dan makanan, 25, 38-48.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. 2016.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Mariani, dkk. 2015. Hubungan status gizi dengan perkembangan motoric anak di
kabupaten Minahasa. Skripsi

Marimbi, H. 2017. Tumbuh kembang, status gizi dan Imunisasi dasar pada balita.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Marmi. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Moersintowati, 2000. Deteksi dini tumbuh kembang. Symposium penatalaksanaan


mutakhir bidang ilmu kesehatan anak untuk mencapai tumbuh kembang optimal.
Bandung: IDAI Jawa Barat.

Nency, Yetty, dkk. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. PPI Jepang Volume 7/
XVII November 2006, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan.2014 Jakarta: Rineka Cipta.

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Pramusinta, BPH. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Usia Remaja
tentang Stimulasi Perkembangan dengan Perkembangan Motorik Anaknya yang
Berusia di bawah Dua Tahun. Sains Kesehatan.

Satoto, 1990. Pertumbuhan dan perkembangan anak, Pengamatan anak umur 10-18
bulan di kecamatan Mlonggo Kab. Jepara. Disertasi. Universitas Diponegoro.
Sebelum dan Selama Krisis. Jakarta : LIPI

Sulpi, Maulina. 2013. Hubungan ASI Eksklusif terhadap perkembangan motorik kasar
bayi usia 0-12 bulan di rumah sakit syarif hidayatullah. Tahun 2013
Supariasa, et. al. 2016 Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Susanthy, Novita, Ani Margawati. 2012. Hubungan derajat stunting, asupan zat gizi dan
social ekonomi rumah tangga dengan perkembangan motoric anak usia 24-36
bulan di wilayah kerja Puskesmas Bugangan Semarang.

Sutrisno, yogie. 2014. Hubungan status gizi dengan status perkembangan motoric kasar
pada anak usia 6-24 bulan di posyandu desa pari kecamatan mandalawangi
kabupaten pandenglang banten tahun 2014. Skripsi Fakultas kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta

WHO. 2012. Tantangan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana di Indonesia.

Zaviera, Ferdinand. 2008. Mengenali dan memahami tumbuh kembang anak.


Yogyakarta: KATAHATI

Anda mungkin juga menyukai