Anda di halaman 1dari 141

PERAN SHOPPING EMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING PADA

KONSUMEN PAND’S MUSLIM DEPARTMENT STORE SEMARANG

Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S1

Program Studi Manajemen

Disusun Oleh :
Yuniar Citraningtyas Putri
NIM : 30401612357

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG


FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN
SEMARANG
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

PERAN SHOPPING EMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING PADA


KONSUMEN PAND’S MUSLIM DEPARTMENT STORE SEMARANG

Disusun Oleh :
Yuniar Citraningtyas Putri
NIM : 30401612357

Telah disetujui oleh pembimbing dan selanjutnya


dapat diajukan ke hadapan sidang panitia ujian usulan penelitian
Skripsi
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Semarang, Februari 2021


Pembimbing,

Dr. Hj. Nunung Ghoniyah, MM


NIK. 210487013

ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

MENGELOLA TURNOVER INTENTION KARYAWAN DENGAN KEBUTUHAN


AFILIASI RELIGIOUS, JOB EMBEDDEDNESS DAN KARAKTERISTIK
PEKERJAAN

Disusun Oleh :
Yuniar Citraningtyas Putri
NIM. 30401612357

Telah dipertahankan di depan penguji


Pada tanggal 19 September 2020

Susunan Dewan Penguji


Pembimbing Penguji I

Dr. Hj. Nunung Ghoniyah, MM


NIK. 210487013
Penguji II

Dr. Drs. H. Abdul Hakim, M.Si.


NIDN : 0623065501
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi
Tanggal 19 September 2020

Dr. H. Ardian Adhiatma, SE, MM


NIK 210499042

iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Yuniar Citraningtyas Putri
NIM : 30401612357
Program Studi : Manajemen
Fakultas : Ekonomi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “PERAN


SHOPPING EMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING PADA
KONSUMEN PAND’S MUSLIM DEPARTMEN STORE SEMARANG”
adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis
oranglain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang
lainyang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari
karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Semarang, Februari 2021
Pembimbing, Yang memberi pernyataan

Dr. Hj. Nunung Ghoniyah, MM Yuniar Citraningtyas Putri


NIK. 210487013 NIM. 30401612357

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Yuniar Citraningtyas Putri
NIM : 30401612357
Program Studi : Manajemen
Fakultas : Ekonomi
Jl. Candi Tembaga Selatan No.987, Pasadena,
Alamat Asal :
Semarang.
No. HP /
: 081229717356 / yuniarcitra98@yahoo.com
Email

Dengan ini menyerahkan karya ilmiah berupa Tugas


Akhir/Skripsi/Tesis/Disertasi* dengan judul :

PERAN SHOPPING EMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING PADA


KONSUMEN PAND’S MUSLIM DEPARTMEN STORE SEMARANG
__________________________________________________________________
dan menyetujuinya menjadi hak milik Universitas Islam Sultan Agung serta
memberikan Hak Bebas Royalti Non-ekslusif untuk disimpan, dialihmediakan,
dikelola dalam pangkalan data, dan dipublikasikannya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama penulis sebagai
pemilik Hak Cipta.
Pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh. Apabila dikemudian hari
terbukti ada pelanggaran Hak Cipta/Plagiarisme dalam karya ilmiah ini, maka
segala bentuk tuntutan hukum yang timbul akan saya tanggung secara pribadi
tanpa melibatkan pihak Universitas Islam Sultan Agung.

Semarang, 21 Januari 2021


Yang menyatakan,

Yuniar Citraningtyas Putri


NIM. 30401612357

*Coret yang tidak perlu

v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Yuniar Citraningtyas Putri
NIM : 30401612357
Program Studi : Manajemen
Fakultas : Ekonomi
Jl. Candi Tembaga Selatan No.987, Pasadena,
Alamat Asal :
Semarang.
No. HP /
: 081229717356 / yuniarcitra98@yahoo.com
Email

Dengan ini menyerahkan karya ilmiah berupa Tugas


Akhir/Skripsi/Tesis/Disertasi* dengan judul :

PERAN SHOPPING EMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING PADA


KONSUMEN PAND’S MUSLIM DEPARTMEN STORE SEMARANG
__________________________________________________________________
dan menyetujuinya menjadi hak milik FAkultas Ekonomi Universitas Islam
Sultan Agung serta memberikan Hak Bebas Royalti Non-ekslusif untuk disimpan,
dialihmediakan, dikelola dalam pangkalan data, dan dipublikasikannya di internet
atau media lain untuk kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama
penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
Pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh. Apabila dikemudian hari
terbukti ada pelanggaran Hak Cipta/Plagiarisme dalam karya ilmiah ini, maka
segala bentuk tuntutan hukum yang timbul akan saya tanggung secara pribadi
tanpa melibatkan pihak Universitas Islam Sultan Agung.

Semarang, 21 Januari 2021


Yang menyatakan,

Yuniar Citraningtyas Putri


NIM. 30401612357

*Coret yang tidak perlu

vi
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Pengaruh Perilaku


konsumsi Islam terhadap Shopping Emotion? 2) Pengaruh Islamic store
atmosphere terhadap Shopping Emotion ? 3) Pengaruh E-WOM terhadap
Shopping Emotion? 4) Pengaruh Perilaku konsumsi Islam terhadap Impulse
Buying ? 5) Pengaruh Islamic store atmosphere terhadap Impulse Buying ? 6)
Pengaruh Ewom terhadap Impulse Buying ? 7) Pengaruh Shopping Emotion
terhadap Impulse buying. Responden dalam penelitian ini adalah pembeli yang
belanja di Pand‟s Semarang
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian explanator
yresearch dengan pendekatan kuantitatif karena menjelaskan hubungan antara
variabel-variabel dengan menggunakan kuesioner sebagai alat dalam
pengumpulan data untuk mengungkap data Perilaku konsumsi Islam, Islamic store
atmosphere, E-WOM, Shopping Emotion, Impulse buying. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Perilaku konsumsi Islam,
Islamic store atmosphere, E-WOM, berpengaruh terhadap Shopping Emotion.
Perilaku konsumsi Islam, Islamic store atmosphere, E-WOM, Shopping Emotion,
didapati berpengaruh terhadap Impulse buying.
Kata kunci : Perilaku konsumsi Islam, Islamic store atmosphere, E-WOM,
Shopping Emotion, Impulse buying

vii
ABSTRACT

This study aims to determine: 1) The influence of Islamic consumption


behavior on Shopping Emotion? 2) The influence of Islamic store atmosphere on
Shopping Emotion? 3) The effect of E-WOM on Shopping Emotion? 4) The Effect
of Islamic Consumption Behavior on Impulse Buying? 5) The effect of Islamic
store atmosphere on Impulse Buying? 6) The effect of Ewom on Impulse Buying?
7) Effect of Shopping Emotion on Impulse buying. Respondents in this study were
buyers who shopped at Pand's Semarang
The research method used is research explanator yresearch with a
quantitative approach because it explains the relationship between variables
using a questionnaire as a tool in data collection to reveal data on Islamic
consumption behavior, Islamic store atmosphere, E-WOM, Shopping Emotion,
Impulse buying. The analysis technique used in this research is multiple linear
regression analysis.
The results of this study indicate that Islamic consumption behavior,
Islamic store atmosphere, E-WOM, have an effect on Shopping Emotion. Islamic
consumption behavior, Islamic store atmosphere, E-WOM, Shopping Emotion,
were found to have an effect on Impulse buying.
Keywords: Islamic consumption behavior, Islamic store atmosphere, E-WOM,
Shopping Emotion, Impulse buying

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat
Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, karunia, dan anugerah-Nya sehingga
skripsi dengan judul Peran Shopping Emotion Terhadap Impulse buying Pada
Konsumen Pand’s Muslim Department Store Semarang ini dapat terselesaikan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi dan memperoleh
derajat Sarjana dari Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Shalawat serta salam senantiasa peneliti curahkan kepada Nabi Agung
Muhammad Rosulullah SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah menjadi
suri tauladan bagi seluruh umat dan telah membawa umat manusia dari kehidupan
yang gelap ke kehidupan yang terang-benderang.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan,
dukungan, bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu pemulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Hj. Nunung Ghoniyah, MM selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi dan
mengarahkan peneliti sehingga dapat menyelesaikan praskripsi ini.
2. Prof. Hj. Olivia Fachrunnisa, SE, M.Si, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
3. Bapak Dr. H. Ardian Adhiatma, SE, MM selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
4. Seluruh Dosen dan Staff serta Guru Fakultas Ekonomi Unissula atas kerja
sama dan bantuannya selama menempuh perkuliahan di Fakultas Ekonomi
Unissula Semarang.
5. Kedua orang tua tercinta atas tauladan, motivasi, pengorbanan, kasih sayang
yang tulus, selalu menjadi panutan semangat bagi penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi dan menjalani hidup dengan ihlas dan bahagia.
6. Keluarga saya kakak dan adik saya yang selalu memberikan support kepada
saya.

ix
7. Teman teman yang selalu mensupport saya dalam mengerjakan skripsi.
8. Seluruh teman-teman Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Sultan Agung Semarang Angkatan 2016.
9. Semua pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyusunan praskripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per
satu.
Semoga semua amal baik mereka dicatat sebagai amalan yang terbaik di sisi
Allah SWT. Peneliti juga memohon maaf bila dalam skripsi ini terdapat
kekurangan dan kesalahan karena peneliti hanyalah manusia biasa yang tidak
lepas dari kekhilafan. Peneliti berharap semoga apa yang terkandung dalam
praskripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Wassalamu’alaim Wr. Wb.
Semarang, 2 Oktober 2020
Penulis

Yuniar Citraningtyas Putri

x
DAFTAR ISI

Skripsi i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................... iv
PERAN SHOPPING EMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING PADA
KONSUMEN PAND‟S MUSLIM DEPARTMEN STORE
SEMARANG .................................... Error! Bookmark not defined.
PERAN SHOPPING EMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING PADA
KONSUMEN PAND‟S MUSLIM DEPARTMEN STORE
SEMARANG .................................................................................... vi
ABSTRAK Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 10
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 12
2.1. Landasan Teori .......................................................................................................... 12
2.1.1. Impulse buying .............................................................................................. 12
2.1.2. Shopping Еmotion ......................................................................................... 16
2.1.3. Electronic Word of Mouth (E-WOM) ............................................................. 18
2.1.4. Perilaku konsumsi Islami ............................................................................... 21
2.1.5. Islamic Store Atmosphere .............................................................................. 26
2.2. Pengembangan Hipotesis ......................................................................................... 30
2.2.1. Hubungan Perilaku konsumsi Islam dengan impulse buying ......................... 30
2.2.2. Hubungan Perilaku konsumsi Islam dengan Shopping Emotion.................... 30
2.2.3. Hubungan Islamic store atmosphere dengan Shopping Emotion .................. 31
2.2.4. Hubungan Islamic store atmosphere dengan Impulse buying....................... 33
2.2.5. Hubungan E-WOM dengan Impulse Buying .................................................. 34
2.2.6. Hubungan E-WOM dengan Shopping Emotion ............................................. 34
2.2.7. Hubungan Shopping Emotion dengan Impulse buying .................................. 35
2.3. Model Penelitian ....................................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 38

xi
3.1. Jenis Penelitian ......................................................................................................... 38
3.2. Populasi dan Sampel ................................................................................................. 38
3.3. Sumber dan Metode Pengumpulan Data ................................................................. 39
3.4. Variabel dan Indikator Penelitian ............................................................................ 41
3.4.1. Variabel Penelitian ........................................................................................ 41
3.4.2. Definisi Variabel dan Indikator Penelitian ..................................................... 43
3.5. Teknik Analisis Data .................................................................................................. 44
3.5.1. Uji Instrumen ................................................................................................. 44
3.5.2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................................ 45
3.5.3. Pengujian Hipotesis ....................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 52
4.1. Hasil Penelitian ......................................................................................................... 52
4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden ................................................................ 52
4.1.2. Deskripsi Tanggapan responden ................................................................... 55
4.1.3. Analisis Data .................................................................................................. 60
4.1.4. Uji Asumsi Klasik ............................................................................................ 63
4.1.5. Analisis Regresi Linear Berganda ................................................................... 66
4.1.6. Hasil Pengujian Hipotesis .............................................................................. 69
4.1.7. Hasil Uji F ....................................................................................................... 72
4.1.8. Hasil Uji Koefisien Determinasi...................................................................... 73
4.1.9. Hasil Uji Sobel Test ........................................................................................ 74
4.2. Pembahasan ............................................................................................................. 77
4.2.1. Hubungan Perilaku konsumsi Islam dan Shopping Emotion ......................... 77
4.2.2. Hubungan Islamic Store Atmosfer terhadap Shopping Emotion ................... 78
4.2.3. Hubungan Electronic Word of Mouth (E-WOM) terhadap Shopping Emotion
80
4.2.4. Hubungan Perilaku konsumsi Islam Terhadap Impulse Buying ..................... 81
4.2.5. Hubungan Islamic Store Atmosfer Terhadap Impulse Buying ....................... 82
4.2.6. Hubungan Electronic Word of Mouth (E-WOM) Terhadap Impulse Buying .. 83
4.2.7. Hubungan Shopping Emotion Terhadap Impulse Buying .............................. 85
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 86
5.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 86
5.2. Keterbatasan Penelitian............................................................................................ 87
5.3. Saran ......................................................................................................................... 88
5.4. Agenda Penelitian Mendatang ................................................................................. 89

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 1. Omset penjualan ..................................................................................... 8

Tabel 3. 1. Definisi Operasional Variabel ............................................................ 43

Tabel 4. 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 52

Tabel 4. 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...................................... 53

Tabel 4. 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ............................... 54

Tabel 4. 4. Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan ............................. 54

Tabel 4. 5. Kategorisasi Variabel Perilaku konsumsi Islami ................................ 56

Tabel 4. 6. Kategorisasi Variabel Islamic Store Atmosfer .................................... 57

Tabel 4. 7. Kategorisasi Variabel Electronic Word of Mouth (E-WOM) .............. 58

Tabel 4. 8. Kategorisasi Variabel Shopping Emotion ........................................... 59

Tabel 4. 9. Kategorisasi Variabel Impulse Buying ................................................ 60

Tabel 4. 10. Uji Validitas ...................................................................................... 61

Tabel 4. 11. Hasil Uji Reliabilitas ......................................................................... 62

Tabel 4. 12. Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 64

Tabel 4. 13. Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................ 65

Tabel 4. 14. Hasil Uji Heteroskedastisitas. ........................................................... 66

Tabel 4. 15. Hasil Uji Regresi Linier .................................................................... 66

Tabel 4. 16. Hasil Uji Parsial (Uji t) ..................................................................... 69

Tabel 4. 17. Hasil Uji Simultan............................................................................. 72

Tabel 4. 18. Hasil Uji Koefissien Determinasi ..................................................... 73

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Kerangka Penelitian ........................................................................ 37

Gambar 4. 1. Uji Intervening Perilaku konsumsi Islam Terhadap Impulse Buying


Melalui Shopping Emotion .............................................................. 74

Gambar 4. 2. Uji Intervening Islamic Store Atmosfer Terhadap Impulse Buying


Melalui Shopping Emotion .............................................................. 75

Gambar 4. 3. Uji Intervening Electronic Word of Mouth (E-WOM) Terhadap


Impulse Buying Melalui Shopping Emotion .................................... 76

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tujuan utama ritel harus tercapai yaitu konsumen atau pengunjung ini

melakukan pembelian. Pembelian dilakukan oleh konsumen tersebut bisa saja

dilakukan secara spontan, tanpa pertimbangan yang rasional, dan konsumen

merasa barang tersebut perlu dibeli. Harga yang diberlakukan, promosi dan

suasana dalam ritel telah memainkan peranan penting dalam pembelian tak

terencana yang di lakukan oleh konsumen (impulse buying). Pembelian impulsif

(impulsive buying) atau pembelian tidak terencana merupakan strategi paling

penting dalam perusahaan ritel untuk membuat orang melakukan pembelian.

Mengingat besarnya pengaruh pembelian impulsif terhadap total penjualan, maka

pemasar perlu untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya untuk dapat

memformulasikan strategi pemasaran yang tepat.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu beberapa faktor yang menjadi

alasan mengapa seseorang terdorong untuk melakukan impulse buying

diantaranya adalah karena faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

pada diri seseorang yaitu suasana hati yang dipengaruhi oleh keadaan emosi pada

saat berbelanja. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi impulse buying

yaitu display produk dalam suatu toko dan store atmosphere atau lingkungan

belanja baik di dalam toko ataupun luar toko.

1
2

Ada dua faktor yang mempengaruhi impulse buying yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Ada dua faktor yang mendorong terjadinya impulse buying,

yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Menurut Kacen dan Lee (2017), yang

menjadi faktor internal dari perilaku impulse buying adalah isyarat internal

konsumen dan karakteristik kepribadian konsumen, misalnya suasana hati dan

kebiasaan mereka berbelanja, termasuk gaya hidup konsumen yang cenderung

hedonis dalam berbelanja. Dalam penelitian ini faktor internal yang digunakan

adalah shopping emotion, Perilaku konsumsi Islami. Sedangkan yang menjadi

faktor eksternalnya adalah berbagai macam stimuli yang ditempatkan dan diatur

oleh pemasar untuk membujuk konsumen melakukan impulse buying, antara lain

lingkungan dan suasana dalam toko, serta promosi yang ditawarkan saat

berbelanja.

Ada pun hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang bisa menjadi acuan

dalam melihat faktor apa saja yang bisa menyebabkan pembelian impulsif yaitu,

hasil penelitian dari (Syahputra, et.al, 2017) mendapat hasil penelitian bahwa

perilaku pembelian impulsive dipengaruhi oleh faktor internal konsumen yang

seperti gaya hidup hedonisme, Perilaku konsumsi Islami, tingkat pendapatan.

Hasil penelitian dari (Pontoh, et.al, 2017) impulse buying dipengaruhi oleh faktor

eksternal konsumen seperti display produk dan store atmosfer. Hasil penelitian

Magdalena dan sugiyanto (2016) pembelian tidak terencana dapat terjadi karena

dukungan website quality, eWOM, dan sales promotion melalui media sosial.

Berdasarkan penelitian terdahulu, dijelaskan bahwa pembelian tak terduga

dipengaruhi oleh beberapa variable seperti materialism, store atmosfer dan


3

eWOM.

Faktor yang membentuk perilaku impulse buying adalah Perilaku konsumsi

Islami. Sifat Perilaku konsumsi Islam membuat sebagian orang membeli produk.

Dalam menjalankan kewajiban manusia dalam berkonsumsi, Islam mengatur

bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa

manusia berguna bagi kemashlahatan hidupnya. Seluruh aturan Islam mengenai

norma-norma aktivitas konsumsi terdapat dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah.

Perilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-Qur‟an dan as-Sunnah ini

akan membawa pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.

Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan

keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang

dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia.

Hasil penelitian yang (Kurniati, 2018) didapati Perilaku konsumsi Islam

secara negative berpenagruh terhadap perilaku impulse buying. Sejalan dengan hal

itu dikemukakan oleh (Mufidah, 2017) dimana Pola konsumsi dalam Islam tidak

mengakui materialisme sebagaimana ekonomi konvensional sehinga berdampak

negative pada impulse buying.

Perilaku boros merupakan ciri khas dari Impulsive Buying, yang selalu

melakukan pembelian tanpa perencanaan didasarkan pada keinginan bukan suatu

kebutuhan. Dalam perspektif Islam, kebutuhan harus ditentukan oleh mashlahah

atau manfaat dari konsumsi tersebut. Pandangan Islam pembelian tanpa

direncanakan menunjukan perilaku boros dan berlebihan, karena bukan

berdasarkan pada kebutuhan namun pada pemuasan keinginan diri daripada


4

kebutuhan. Tentunya hal ini dilarang oleh agama Islam, dalam Al Quran telah

dijelaskan bahwa Allah SWT telah melarang perilaku boros, berlebihan dan

melarang perbuatan mubadzir. Oleh karena itu, dalam ekonomi Islam tujuan

konsumsi untuk mencukupi kebutuhan dan bukan memenuhi kepuasan atau

keinginan sehingga, konsumen dituntut menjadi konsumen yang rasional dalam

berkonsumsi, jangan sampai menjadi konsumen yang konsumtif (Septiana, 2015).

Store atmosphere memiliki peran penting dalam mempengaruhi konsumen

dalam kegiatan impulse buying. Islamic store atmosphere seperti suasana toko

yang mengadopsi budaya, tradisi, dan nilai-nilai Islami antara lain memutar musik

Islami, dekorasi yang mencerminkan Islam, dan penampilan karyawan yang

Islami cenderung membuat konsumen muslim lebih nyaman untuk berlama –

lama saat berbelanja dan Impulse buying dapat terjadi. Kondisi toko yang apik

akan berdampak pada keadaan emosional di diri pembeli, kemudian pembeli

membeli produk yang tidak ada di daftar belanja yang telah di buat sebelumnya.

Hasil tersebut didukung dengan beberapa penelitian sebelumnya seperti hasil

penelitian (Pontoh et al., 2017) dimana store atmosphere berpengaruh positif dan

signifikan terhadap impulse buying. Hasil penelitian (Supriono, 2018) didapati

hasil yang sejalan dimana semakin baik pengelolaan terhadap interior display ,

dan lingkungan toko maka semakin baik pula persepsi konsumen atas interior

display tersebut dan semakin besar pula dorongan konsumen untuk melakukan

pembelian pada toko tersebut termasuk pembelian tak terduga.

Adanya internet menciptakan sebuah paradigma baru dalam komunikasi

Word Of Mouth dan inilah awal munculnya istilah Electronic Word of Mouth
5

(eWOM.). Fenomena eWOM dianggap sebagai evolusi dari komunikasi

tradisional interpersonal menuju generasi baru dari cyberspace. Aktivitas eWOM

dapat menciptakan pernyataan negatif atau positif yang dibuat oleh konsumen

aktual, potential atau konsumen sebelumnya mengenai produk atau perusahaan

dimana informasi ini tersedia bagi orang-orang ataupun institusi melalui via media

internet (Semuel & Lianto, 2014)

Penelitian yang dilakukan oleh Widianingrum & Alamsyah (2019)

pengusaha untuk mengembangkan website berkualitas tinggi yang memberikan

pengalaman online yang lebih baik untuk menarik dan mempertahankan

konsumen mereka di pasar elektronik ritel sehingga membentuk Ewom positif

yang mampu mendorong konsumen berperilaku impulse buying. Magdalena dan

sugiyanto (2016) menemukan hasil yang sejalan dimana kemudahan yang dimiliki

konsumen dalam mengakses review suatu produk melalui Electronic Word of

Mouth yang disebarluaskan di internet, membuat konsumen lebih percaya pada

Electronic Word of Mouth dibandingkan informasi produk yang terdapat pada

iklan resmi produk tersebut sehingga memotivasi mereka melakukan pembelian

tak terduga.

Ketika berbelanja apabila konsumen mendapatkan informasi yang positif

mengenai suatu produk kosmetik yang berasal dari konsumen lain yang telah

menggunakan produk tersebut sebelumnya melalui intenet, persepsi konsumen

terhadap keunggulan dan manfaat produk kosmetik tersebut akan semakin tinggi.

Sehingga sejalan dengan penelitian Raditya (2018), dan Bramantyo (2017) yang

menunjukkan bahwa eWOM berpengaruh positif terhadap Impulse buying. Hal


6

tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh (Husnain, Qureshi,

Fatima, & Akhtar, 2016) dimana eWOM berpengaruh pada pembelian impulse

konsumen. Sedangkan hasil penelitian Previte, et.al (2019) eWOM berpengaruh

pada shopping emotion konsumen dalam berbelanja.

Berdasarkan fenomena yang ada menjadikan problem yang harus dihadapi

oleh perusahaan saat ini akan semakin kompleks dalam melakukan pembelian

impulse. Terlebih dengan adanya Aktivitas eWOM yang juga dapat menciptakan

pernyataan negatif yang mampu berpengaruh negative pada tindakan impulse

buying. Untuk itu pihak podusen perlu membangun shopping Emotion yang

mampu menciptakan emosi dari terpenuhinya kebutuhan dan keinginan seseorang,

hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku dan kebiasaan seseorang. Tidak hanya

disebebkan oleh terpenuhinya kebutuhan dan keinginan seseorang, shopping

Emotion juga dapat dipengaruhi oleh stimulus-stimulus yang ada`seperti store

atmosphere. Shopping Emotion dapat memengaruhi impulse buying karena adanya

shopping Emotion dapat membuat seseorang terdorong untuk membeli produk

yang bukan mereka butuhkan namun yang mereka inginkan.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Cakraningrat &

Ardani, 2016; Maulana, 2018; Pratomo & Supriono, 2017) shopping emotion

berpengaruh positif dan signifikan dalam memediasi pengaruh store atmosphere

terhadap impulse buying. Store atmosphere yang dimiliki suatu gerai akan

berdampak pada shopping emotion konsumen sehingga menimbulkan terjadinya

impulse buying tersebut pada konsumen. Ritel yang berhasil membentuk suаsаnа

toko yаng mеnаrik аkаn mеmpеngаruhi kondisi еmosionаl konsumеn yаng


7

mеmbuаt konsumеn mеlаkukаn pеmbеliаn bаrаng yаng tidаk аdа di dаlаm dаftаr

bеlаnjааnnyа.

Pand‟s muslim department store merupakan toko pusat pakaian muslim

terlengkap di kota Semarang yang menyediakan berbagai aneka kebutuhan

pakaian yang terkini dan beragam inovasi tren masa kini, diantaranya ialah

pakaian perempuan, busana pria, busana untuk anak-anak, hijab, perlengkapan

ibadah, perlengkapan haji, dan aksesoris yang dapat menunjang penampilan

konsumen muslim untuk dapat tampil trendi dan modis. Berdirinya Pand‟s

Muslim Department Store sebagai pusat perbelanjaan yang bertaraf modern

dikota Semarang ini mempunyai desain bangunan yang modern juga Islami,

situasi yang nyaman dan fasilitas lengkap serta pembeli yang berkunjung tidak

perlu berdesak-desakkan karena jalan-jalan disetiap toko disusun secara teratur.

Konsumen juga dapat berlama-lama ketika berada di Pand‟s, karena Pand‟s

menyediakan fasilitas air minum jika konsumen merasa kehausan saat berbelanja.

Konsumen lebih tertarik berkunjung di sebuah toko yang memiliki fasilitas

lengkap daripada mengunjungi sebuah toko yang memiliki fasilitas yang yang

tidak lengkap. Pand‟s Muslim Department Store kota Semarang menyuguhkan

interior menarik, nyaman dan rapi dengan menggunakan promosi yang diprogram

secara apik serta adanya beberapa diskon pada waktu tertentu. Sehingga dapat

membuat seseorang mau untuk datang dan memunculkan mood yang baik saat ada

didalamnya yang kemudian memicu terjadinya pembelian tak direncanakan. Hal

ini didukung dengan penjualan yangdidapat oleh toko pands pada 5 tahun terakhir

:
8

Tabel 1 1.
Omset penjualan

Tahun Pelanggan/bulan Volume Penjualan/ Bulan


2015 400 175.000.000,-/Bulan
2016 420 175.500.000,- /Bulan
2017 450 170.000.000,- /Bulan
2018 500 183.000.000,- /Bulan
2019 580 185.800.000,- /Bulan
Sumber : Admin Pands Department Store Semarang, 2020

Hasil wawancara yang diperoleh peneliti dari sepuluh pembeli yang

berbelanja di Pand‟s dikatakan bahwa empat konsumen pernah melakukan

Impulse buying dikarenakan adanya diskon, tertarik baju dengan model yang

bagus, keinginan untuk membelikan baju untuk ibu, baju yang diinginkan tidak

ada kemudian tertarik dengan baju yang lain. Namun, tidak dipungkiri ada enam

konsumen yang tidak melakukan Impulse buying dikarenakan tempatnya kurang

nyaman, baju yang diinginkan tidak ada, baju yang lain tidak sesuai dengan selera

konsumen, dan diskon hanya di berikan pada busana tertentu saja. Berdasarkan

hasil dari wawancara tersebut dinyatakan bahwa Impulse buying di Pand‟s

Muslim Department Store masih rendah dan perlu untuk ditingkatkan

Berdasarkan fenomena yang ada menjadikan problem yang harus dihadapi

oleh perusahaan selain mengikuti permintaan konsumen yang cenderung berubah-

ubah, berpacu dengan kemajuan era digital, produsen juga perlu menemukan

solusi penjualan impulse dalam ritel mereka. Dari sini dapat ditarik kesimpulan

bahwa emosi berbelanja adalah emosi seseorang atau yang tidak dapat diatasi

tetapi mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembelian. Emosi yang positif

yang ada pada diri konsumen ketika berada di toko mempengaruhi diri konsumen

untuk menghabiskan waktu yang lama untuk melihat-lihat barang yang menarik
9

bagi konsumen dan melakukan pembelian pada seketika itu. Sedangkan ketika

seseorang dalam kondisi mood yang negatif seseorang akan lebih cenderung

langsung melakukan pembayaran produk yang sudah direncana sebelumnya

setelah itu keluar dari toko tanpa melihat-lihat barang yang lain, maka disitulah

Impulse buying tidak terjadi.

Penelitian ini menambahkan variabel Electronic Word of Mouth sebagai

variabel independen karena ritel yang sudah memiliki store atmosfer yang

mendukung tinggi apakah juga telah memiliki positif ewom dimata konsumen.

Oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana

meningkatkan impulse buying dengan shopping Emotion sebagai variabel

intervening.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka diperoleh beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh Perilaku konsumsi Islam terhadap Shopping

Emotion?

2. Bagaimana pengaruh Islamic store atmosphere terhadap Shopping

Emotion ?

3. Bagaimana pengaruh E-WOM terhadap Shopping Emotion?

4. Bagaimana pengaruh Perilaku konsumsi Islam terhadap Impulse

Buying ?

5. Bagaimana pengaruh Islamic store atmosphere terhadap Impulse


10

Buying ?

6. Bagaimana pengaruh Ewom terhadap Impulse Buying ?

7. Bagaimana pengaruh Shopping Emotion terhadap Impulse buying?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka diketahui tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh Perilaku konsumsi

Islam terhadap Shopping Emotion.

2. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh Islamic store

atmosphere terhadap Shopping Emotion.

3. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh E-WOM terhadap

Shopping Emotion.

4. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh Perilaku konsumsi

Islam terhadap Impulse Buying.

5. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh Islamic store

atmosphere terhadap Impulse Buying.

6. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh E-WOM terhadap

Impulse Buying.

7. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh Shopping Emotion

terhadap Impulse buying.


11

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka manfaat dari penelitian ini

adalah

1. Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

informasi dan menjadi panduan bagi pengembangan ilmu pengetahuan

yang berhubungan dengan Perilaku konsumsi Islami, Islamic Store

Atmosphere, dan Ewom, terhadap Shopping Emotion dan terhadap Impulse

buying.

2. Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pemahaman dan pedoman tentang perilaku pembelian tidak direncana

pada toko untuk membangun rencana dalam mengambil kesempatan saat

konsumen berbelanja.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Impulse buying

2.1.1.1. Pengertian Impulse buying

Impulse buying menurut (Ahmad, et.al, 2019) merupakan kecenderungan

untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan dan untuk membeli secara

spontan, dengan sedikit atau tanpa pertimbangan atau pertimbangan konsekuensi.

(Ompi, Sepang, & Wenas, 2018) berpendapat bahwa pembelian tidak terencana

adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya,

atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko. (Maulana,

2018) mengemukakan bahwa Impulse buying merupakan tindakan membeli yang

sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari pertimbangan, atau niat

membeli yang terbentuk sebelum memasuki gerai atau bisa juga dikatakan suatu

desakan hati yang tiba-tiba dengan penuh kekuatan, bertahan dan tidak

direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung, tanpa banyak

memperhatikan akibatnya.

(Hidayat & Erika, 2017) mengemukakan Impulse buying merupakan

tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari

pertimbangan, atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki gerai atau

bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang tiba tiba dengan secara langsung,

tanpa banyak memperhatikan akibatnya. Berdasarkan beberapa pengertian

12
13

tersebut dapat disimpulkan bahwa Impulse buying merupakan tindakan membeli

yang dilakukan tanpa memiliki masalah sebelumnya atau maksud atau niat

membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko atau desakan hati yang tiba-tiba

dan tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung, tanpa banyak

memperhatikan akibat yang akan timbul pada akhirnya.

2.1.1.2. Faktor yang mempengaruhi Impulse buying

Faktor-faktor yang mempengaruhi impulsive buying menurut Fadli (2015),

yaitu :

1. Produk dengan karakteristik harga murah, kebutuhan kecil atau marginal,

produk jangka pendek, ukuran kecil, dan toko yang mudah dijangkau.

2. Pemasaran dan marketing yang meliputi distribusi dalam jumlah banyak outlet

yang self service, iklan melalui media masa yang sangat sugestibel dan terus

menerus, iklan di titik penjualan, posisi display dan lokasi toko yang

menonjol.

3. Karakteristik konsumen seperti kepribadian, jenis kelamin, sosial demografi

atau karakterisik sosial ekonomi

Motivasi yang berbeda antar tiap konsumen juga mempengaruhi perilaku

pembelianya, baik pembelian terencana (planned buying) maupun tidak terencana

(unplanned buying). Secara garis besar perilaku impulsive buying di dasarkan

pada lima motivasi, terlepas dari pembelian online maupun offline, yaitu :

a. Hasrat Hedonistik

Motivasi pertama adalah keinginan hedonis. Perilaku impulsive buying dapat

memberikan keluasan tersendiri bagi konsumen dan secara langsung


14

memenuhi kebutuhan hedonis. Hal ini diperkuat oleh Rook yang menyatakan

bahwa seorang konsumen akan merasakan kesenangan dan merasa lebih

bersemangat ketika berbelanja. Oleh sebab itu, terdapat hubungan yang positif

antara kebutuhan hedonis dengan perilaku impulsive buying

b. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan sosial meliputi interaksi sosial yang dialami seorang individu

ketika ia berbelanja. Interaksi sosial yang terjadi tersebut juga dapat

memberikan pemuasan kebutuhan oleh konsumen, terutama dalam hal

emosional/afeksi. Perasaan yang dialami seseorang ketika berinterkasi dengan

individu lain guna memenuhi kebutuhan sosial, ini memiliki tendensi yang

dapat membuat seseorang untuk melakukan pembelian impulsive.

c. Kebutuhan self-esteem dan self-actualization

Perilaku impulsive buying tidak terlepas dari individu sebagai pelaku, yang

juga berkaitan dengan aspek psikologisnya. Seseorang cenderung untuk

mengekspresikan self-esteem untuk memperoleh pengakuan dari orang lain.

Kebutuhan ini terkait dengan penghargaan atau apresiasi dari lingkungan

maupun status sosial.

d. Persepsi terhadap pengambilan keputusan yang akurat

Perilaku impulsive buying tidak terlepas dengan persepsi yang dianggap

sebagai perilaku yang negatif, sia-sia dan beresiko. Jika dilihat secara umum,

evaluasi negatif yang melekat pada impulsive buying tidak sepenuhnya salah

terutama jika dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan yang instan dan

tidak ada pertimbangan secara rasional


15

e. Persepsi terhadap keputusan

Persepsi terhadap proses pengambilan keputusan juga menjadi salah satu

motivasi yang mendasari perilaku impulsive buying. Konsumen seringkali

merasa binggung dan frustasi ketika berhadapan dengan sejumlah informasi

yang sangat banyak dan komplek, tahapan proses pengolahan informasi dan

jumlah berlebihan yang meyebabkan kekhawatiran dan ketidaknyamanan dari

segi konsumen, terutama dalam proses pengambilan keputusan. Ketika

konsumen dihadapkan dengan situasi seperti ini, kemungkinan besar akan

terjadi pengambilan keputusan yang tidak akurat. Sehingga dalam kondisi

tertentu, keputusan yang diambil justru bukanlah pilihan yang tepat.

Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi impulse buying adalah

berasal dari pemasaran dan marketing yang sangat sugestibel yang dibentuk

produsen seperti store atmosfer dan faktor yang berasal dari karakteristik

konsumen seperti kepribadian atau dukungan sosial ekonomi.

2.1.1.3. Jenis pembelian Impulse buying

(Adiputra, 2015) mengklasifikasikan empat tipe berbeda dari perilaku

pembelian tidak terencana yang dapat dikategorikan sebagai proses ketika

konsumen membuat keputusan pembelian.

a. Pure Impulse buying

Pembelian tersebut dilakukan karena adanya keinginan tiba-tiba dari

konsumen sehingga melakukan pembelian terhadap produk diluar kebiasaan

pembeliannya.

b. Reminded Impulse buying


16

Ingatan konsumen terhadap suatu keadaan menjadikannya merasa

membutuhkan produk tersebut ketika konsumen melihatnya ditoko atau

teringat pesan iklan tentang suatu produk dan keinginan sebelumnya untuk

melakukan pembelian.

c. Planned Impulse buying

Konsumen biasanya menunggu untuk melakukan pembelian suatu produk

sampai adanya penawaran harga yang lebih menarik.

d. Fashion-oriented Impulse buying

Pembelian tidak terencana yang berorientasi pada fashion terjadi saat

konsumen melihat suatu produk dengan gaya/style baru dan konsumen

memutuskan untuk membeli produk tersebut.

2.1.1.4. Indikator Impulse buying

Indikator yang digunakan untuk mengukur impulse buying menurut

Hidayat dan Tryanti (2018) dan Manggiasih, et. al (2015) adalah sebagai berikut :

a. Spontanitas pembelian

b. Tidak mempertimbangkan konsekuensi

c. Cenderung berbelanja tanpa berpikir panjang dulu sebelumnya

d. Terobsesi untuk belanja

e. Tetap belanja meskipun tidak begitu membutuhkan

2.1.2. Shopping Еmotion

2.1.2.1. Pengertian Shopping Еmotion

Suasana hati dapat dijelaskan sebagai "perasaan yang kuat, mental atau

naluriah yang mempengaruhi perilaku pelanggan dan pada dasarnya tidak


17

terkendali". Sejauh mana individu bersemangat, termotivasi, antusias dan penuh

perhatian ditentukan oleh tingkat suasana hati yang positif. Menurut (Soenjaya &

Gaby, 2015), Shopping Еmotion adalah suatu perasaan yang tidak dapat di kontrol

tapi dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam berbelanja. Dimensi emosi

dibagi menjadi tiga bagian yaitu pleasure, arousal, dan dominance. Pleasure

berhubungan dengan perilaku pendekatan-penghindaran (approachavoidance), dan

arousal mempunyai efek interaktif yang menyenangkan. Menurut (Aurellia, 2019)

suasana hаti аtаu еmosi sеsеorаng аtаu kondisi psikologi sеsеorаng sааt

pеmbеliаn dаpаt mеmiliki dаmpаk bеsаr pаdа аpа yаng diа bеli аtаu bаgаimаnа

diа mеnilаi pеmbеliаnnyа.

Sedangkan menurut (Diah, Pristanti, Aspianti, & Syachrul, 2019)

Shopping Еmotion merupakan serangkaian faktor afektif yang vital, yang

memengaruhi perilaku konsumen dalam sejumlah konteks. Secara khusus,

keadaan emosi atau suasana hati konsumen yang menyenangkan dianggap sebagai

variable situasional yang memengaruhi perilaku pembelian seseorang.

Bеrdаsаrkаn dеfinisi di аtаs, Shopping Еmotion mеrupаkаn еmosi аtаu pеrаsааn

yаng tidаk bisа dikontrol nаmun mеmiliki pеngаruh bеsаr pаdа pеmbеliаn.

2.1.2.2. Bentuk Shopping Еmotion

Kenikmatan belanja diidentifikasi menjadi tiga jenis konstruk, yang

meliputi pelarian, kesenangan, dan gairah. (Putra & Adam, 2019)

a. Pelarian tercermin dalam kenikmatan yang berasal dari melakukan kegiatan

yang menarik, sampai ke titik yang menawarkan pelarian diri dari tuntutan

dunia sehari-hari.
18

b. Kesenangan adalah sejauh mana seorang merasa gembira, bahagia, atau puas

dalam belanja online.

c. Sedangkan gairah adalah sejauh mana seorang merasa terangsang, aktif, atau

waspada selama melakukan belanja online

2.1.2.3. Indikator Shopping Еmotion

Indikator Shopping Еmotion menurut (Maulana, 2018), yaitu :

1. Saya tertarik berbelanja

2. Saya merasa nyaman berbelanja

3. Saya merasa senang berbelanja

4. Saya merasa puas berbelanja

2.1.3. Electronic Word of Mouth (E-WOM)

2.1.3.1. Pengertian Electronic Word of Mouth (E-WOM)

Sari et al., (2017) mengatakan Electronic Word of Mouth merupakan

pernyataan yang dibuat oleh konsumen aktual, potential atau konsumen

sebelumnya mengenai produk atau perusahaan dimana informasi ini tersedia bagi

orang-orang ataupun institusi melalui media internet. Menurut pendapat (Akbar &

Sunarti, 2018) Word-of-Mouth (WOM) merupakan sebuah proses penyampaian

pesan atau informasi kepada orang lain yang dapat mempengaruhi Keputusan

pembelian seseorang. Kunci utama dari WOM adalah kita harus memiliki opinion

leader, yaitu orang yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi sebuah

keputusan (influencer). Sedangkan menurut (Kusumaningrum, Wicaksono, &

Saniatuzzulfa, 2018) eWOM merupakan media komunikasi untuk saling berbagi


19

informasi mengenai suatu produk atau jasa yang telah dikonsumsi antar konsumen

yang tidak saling mengenal dan bertemu sebelumnya.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan eWOM merupakan

sarana komunikasi yang serisi pernyataan positif maupun negatif yang terbentuk

dari adanya opini para konsumen, baik para calon maupun mantan konsumen dari

sebuah produk yang dapat di akses oleh khalayak luas di dunia maya.

2.1.3.2. Proses Terciptanya E-WOM

(Shenoy, 2018) sebelum terjadi kemungkinan timbulnya eWOM, akan

terjadi beberapa tahapan yaitu:

1. Tie strength

Mengacu pada ikatan anggota jaringan. Dimana ada ikatan kuat seperti

keluarga dan sahabat, sedangkan ikatan yang lemah seperti kerabat atau

kenalan.

2. Homophily

Mengacu pada sejauh mana individu yang berinteraksi satu sama lain adalah

serupa dalam atribut tertentu.

3. Trust

Didefinisikan sebagai “kemauan untuk mengandalkan pertukaran informasi

dimana orang yang satu memiliki kepercayaan”

4. Normative influences

Mengacu pada kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang

lain, mempengaruhi sikap, norma dan nilai-nilai.


20

5. Informational influences

Menunjukkan kecenderungan untuk menerima informasi dari orang lain yang

banyak mengetahui dan dipandu dalam produk, merek dan toko pencarian.

2.1.3.3. Indikator E-WOM

Goyette et al. (2010) dalam (Mustikasari & Widaningsih, 2017) membagi

e-WOM dalam tiga dimensi yaitu :

1) Intensity

Intensity (intensitas) dalam e-WOM adalah banyaknya pendapat yang ditulis

oleh konsumen dalam sebuah situs jejaring sosial. Penelitian yang dilakukan

oleh Goyette et al., (2010) membagi indikator dari Intensity sebagai berikut :

a. Frekuensi mengakses informasi dari situs jejaring sosial.

b. Frekuensi interaksi dengan pengguna situs jejaring sosial.

c. Banyaknya ulasan yang ditulis oleh pengguna situs jejaring sosial.

2) Valence of Opinion

Merupakan pendapat konsumen baik positif atau negatif mengenai produk,

jasa dan brand. Valence of Opinion memiliki dua sifat yaitu negatif dan

positif. Valence of Opinion meliputi :

a. Komentar positif dari pengguna situs jejaring sosial.

b. Rekomendasi dari pengguna situs jejraing sosial.

3) Content

Merupakan isi informasi dari situs jejaring sosial berkaitan dengan produk dan

jasa. Indikator dari Content meliputi:

a. Informasi Variasi makanan dan minuman


21

b. Informasi kualitas (rasa, tekstur dan suhu) makanan dan minuman.

c. Informasi mengenai harga yang ditawarkan.

Sedangkan dalam penelitian (Purnamasari & Yulianto, 2018) didapati

indikator eWOM yang dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan

pembelian diantaranya:

a. Membaca ulasan konsumen lain mengenai produk secara online,

b. Mengumpulkan informasi dari ulasan produk konsumen online sebelum

membeli produk / merek,

c. Mempercayai ulasan konsumen online dalam membeli,

2.1.4. Perilaku konsumsi Islami

2.1.4.1. Pengertian Konsumsi dalam Ekonomi Islam

Menurut Al-Ghazali konsumsi adalah (al-hajah) penggunaan barang atau

jasa dalam upaya pemenuhan kebutuhan melalui bekerja (al-iktisab) yang wajib

dituntut (fardu kifayah) berlandaskan etika (shariah) dalam rangka menuju

kemaslahatan (maslahah) menuju akhirah. Prinsip ekonomi dalam Islam yang

disyariatkan adalah agar tidak hidup bermewah-mewahan, tidak berusaha pada

pekerjaan yang dilarang, membayar zakat dan menjauhi riba, merupakan

rangkuman dari akidah, akhlak dan syariat Islam yang menjadi rujukan dalam

pengembangan sistem ekonomi Islam. Nilai-nilai moral tidak hanya bertumpu

pada aktifitas individu tapi juga pada interaksi secara kolektif. Individu dan

kolektif menjadi keniscayaan nilai yang harus selalu hadir dalam

pengembangan sistem, terlebih lagi ada kecenderungan nilai moral dan praktek

yang mendahulukan kepentingan kolektif dibandingkan kepentingan individual


22

(Halim, 2014:30).

Preferensi ekonomi baik individu dan kolektif dari ekonomi Islam akhirnya

memiliki karakternya sendiri dengan bentuk aktifitasnya yang khas. Prinsip-

prinsip dasar ekonomi Islam, ada tiga aspek adalah sebagai berikut; Ketauhidan

yaitu menjadi landasan utama bagi setiap umat Muslim dalam menjalankan

aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi, penguasa dan pemilik tunggal atas

jagad raya ini adalah Allah SWT. Kedua yaitu Khilafah (Khalifah)

bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka bumi ini dengan

dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan

sumberdaya materi. Ini berarti bahwa, dengan potensi yang dimiliki, manusia

diminta untuk menggunakan sumberdaya yang ada dalam rangka

mengaktualisasikan kepentingan dirinya dan masyarakat sesuai dengan

kemampuan mereka dalam rangka mengabdi kepada Sang Pencipta Allah SWT.

Ketiga ‘Adalah (keadilan) merupakan bagian yang integral dengan tujuan

syariah (maqasid al Syariah). Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan „Adalah

menuntut bahwa semua sumberdaya yang merupakan amanah dari Allah harus

digunakan dengan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (need

fullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning),

distribusi pendapatan dan kesejahteraan yang merata (equitable distribution of

income and wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and stability). Tiga

prinsip tersebut tidak bisa dipisahkan, dikarenakan saling berkaitan untuk

terciptanya perekonomian yang baik dan stabil (Chapra, 2001:202-206).

Konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa


23

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi Islam konsumsi juga

memiliki pengertian yang sama, tetapi memiliki perbedaan di setiap yang

melingkupinya. Perbedaan mendasar dengan konsumsi ekonomi konvensional

adalah tujuan pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara pencapaiannya harus

memenuhi kaidah pedoman syariah Islamiyah (Pujiyono: 2006:197).

2.1.4.2. Tujuan Perilaku konsumsi Islam

Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong

untuk beribadah kepada Allah. Sesungguhnya mengkonsumsi sesuatu dengan niat

untuk meningkatkan stamina dalam ketaatan pengabdian kepada Allah akan

menjadikan konsusmsi itu bemilai ibadah yang dengannya manusia mendapatkan

pahala. Konsusmsi dalam perspektif ekonomi konvensional dinilai sebagai tujuan

terbesar dalam kehidupan dan segala bentuk kegiatan ekonomi. Bahkan ukuran

kebahagiaan seseorang diukur dengan tingkat kemampuannya dalam

mengkonsusmsi (Pujiyono, 2006:198). Konsep konsumen adalah raja menjadi

arah bahwa aktifitas ekonomi khususnya produksi untuk memenuhi kebutuhan

konsumen sesuai dengan kadar relatifitas dari keianginan konsumen, dimana al-

Qur'an telah mengungkapkan hakekat tersebut dalam firman-Nya : "Dan orang-

orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya

binatang" (Muhammad:2).

Konsumsi bagi seorang muslim hanya sekedar perantara untuk menambah

kekuatan dalam mentaati Allah, yang ini memiliki indikasi positif dalam

kehidupannya (AI-Haritsi, 2006:140). Seorang muslim tidak akan merugikan

dirinya di dunia dan akhirat, karena memberikan kesempatan pada dirinya untuk
24

mendapatkan dan memenuhi konsusmsinya pada tingkat melampaui batas,

membuatnya sibuk mengejar dan menikmati kesenangan dunia sehingga

melalaikan tugas utamanya dalam kehidupan ini. "Kamu telah menghabiskan

rizkimu yang baik dalam kehidupan duniawi (saja) dan kamu telah bersenang-

senang dengannya” (Al-Ahqaf:20). Maksud rizki yang baik di sini adalah

melupakan syukur dan mengabaikan orang lain. Oleh sebab itu, Perilaku

konsumsi Islam harus menjadikannya ingat kepada Yang Maha memberi rizki,

tidak boros, tidak kikir, tidak memasukkan ke dalam mulutuya dari sesuatu yang

haram dan tidak melakukan pekerjaan haram untuk memenuhi konsumsinya.

Perilaku konsumsi Islam akan menjauhkan seseorang dari sifat egois, sehingga

seorang muslim akan menafkahkan hartanya untuk kerabat terdekat (sebaik-baik

infak), fakir miskin dan orang-orang yang mumbutuhkan dalam rangka

mendekatkan diri kepada penciptanya (Pujiyono, 2006:198).

2.1.4.3. Etika Konsumsi dalam Ekonomi Islam

Sementara dalam Islam ada beberapa etika ketika seorang muslim

berkonsumsi (Habibullah, 2018):

1. Prinsip Keadilan

Berkonsumsi tidak boleh menimbulkan kedzaliman, harus berada dalam

koridor aturan atau hukum agama serta menjunjung tinggi kepantasan atau

kebaikan. Islam memiliki berbagai ketentuan tentang benda ekonomi yang

boleh dikonsumsi dan yang tidak boleh dikonsumsi.

2. Prinsip Kebersihan

Bersih dalam arti sempit adalah bebas dari kotoran atau penyakit yang dapat
25

merusak fisik dan mental manusia, sementara dalam arti luas adalah bebas dari

segala sesuatu yang diberkahi Allah. Tentu saja benda yang dikonsumsi memiliki

manfaat bukan kemubadziran atau bahkan merusak. Sunnah Nabi SAW juga

menyatakan bahwa kebersihan dalam segala hal adalah setengah dari “Iman”.

3. Prinsip Kesederhanaan

Sikap berlebih-lebihan (israf) sangat dibenci oleh Allah dan merupakan

pangkal dari berbagai kerusakan di muka bumi. Sikap berlebihlebihan ini

mengandung makna melebihi dari kebutuhan yang wajar dan cenderung

memperturutkan hawa nafsu atau sebaliknya terlampau kikir sehingga justru

menyiksa diri sendiri. Islam menghendaki suatu kuantitas dan kualitas konsumsi

yang wajar bagi kebutuhan manusia sehingga tercipta pola konsumsi yang efesien

dan efektif secara individual maupun sosial.

4. Prinsip Kemurahan Hati

Dengan mentaati ajaran Islam maka tidak ada bahaya atau dosa ketika

mengkonsumsi benda-benda ekonomi yang halal yang disediakan Allah karena

kemurahan-Nya. Karena Islam adalah agama yang sangat mendukung nilai-nilai

sosial, Selama konsumsi ini merupakan upaya pemenuhan kebutuhan yang

membawa kemanfaatan bagi kehidupan dan peran manusia untuk meningkatkan

ketaqwaan kepada Allah SWT, maka Allah akan memberikan anugerah-Nya bagi

manusia.

5. Prinsip Moralitas

Pada akhirnya konsumsi seorang muslim secara keseluruhan harus

dibingkai oleh moralitas yang dikandung dalam Islam sehingga tidak semata-
26

mata memenuhi segala kebutuhan.

2.1.4.4. Indikator Perilaku konsumsi Islam

Konsumsi merupakan cara penggunaan yang harus diarahkan pada pilihan-

pilihan yang baik dan tepat agar kekayaan bisa dimanfaatkan kepada jalan yang

sebaik mungkin untuk masyarakat banyak. Perilaku konsumen Muslim yang harus

diperhatikan adalah (Said, 2008:60) :

1. Penggunaan barang-barang yang bersih, baik, dan bermanfaat

2. Kewajaran dalam membelanjakan harta

3. Sikap sederhana dan adil

4. Sikap kemurahan hati dan moralitas yang tinggi

5. Mendahukan kebutuhan yang lebih prioritas

2.1.5. Islamic Store Atmosphere

2.1.5.1. Pengertian Islamic Store Atmosphere

Store atmosphere adalah gabungan karakter fisik toko mulai dari desain

bangunan, penataan letak, warna, cahaya, pajangan, musik, suhu udara, bau yang

yang keseluruhannya menyebabkan citra didalam ingatan pembeli (Utami, 2010).

Menurutnya Kotler (2005) atmosfer (store atmosphere) merupakan kondisi yang

direncanakan yang cocok dengan target pasar sasaran dan bisa membuat pembeli

tertarik untuk melakukan pembelian. Suasana toko dapat mempengaruhi suasana

emosional dalam diri pembeli yang dapat mengakibatkan pembelian. Kondisi

emosi dapat menjadikan dua rasa yang dominan yaitu rasa bahagia dan

membangunkan hasrat. Kondisi toko menurut Nofiawaty (2014) adalah desain

lingkungan mulai dari pencahayaaan, warna, komunikasi visual, wangian, dan


27

musik untuk mendorong tanggapan emosi dan persepsi pembeli dan juga menjadi

pengaruh pada pembeli untuk membeli produk.

2.1.5.2. Faktor pembentuk store atmosfer

Menurut Nofiawaty (2014) Store atmosphere memiliki elemen–elemen yang

terbagi dalam empat dimensi yaitu

1) Exterior merupakan bagian depan dan luar dari toko yang diharapkan

memberi citra yang menarik dengan memperlihatkan banguan yang kokoh

yang dapat menciptakan kepercayaan dan goodwill.

2) General Interior merupakan berbagai motif pembeli saat masuk ke toko

yang dapat menciptakan citra yang menarik. Citra ini dapat diciptakan

dengan lagu yang di dengar, pewarnaan dinding toko yang menarik, udara

dan bau yang ada didalam toko.

3) Store Layout ialah rancangan dalam penetuan lokasi dan dalam peletakan

gang dan jalan yang ada dalam toko yang lumayan besar untuk

mepermudahkan orang–orang dalam menyusuri jalan, beserta fasilitas

toko.

4) Interior Display yaitu display produk di hari-hari spesial, poster, tanda

petunjuk lokasi. Hal ini sangat menentukan bagi kondisi toko karena dapat

memberi petunjuk kepada kosumen, yang tentunya memiliki tujuan utama

untuk menaikkan penjualan dan laba ditoko.

Menurut Muthiah, et.al (2018) Store atmosphere terbagi menjadi 2, yaitu

suasana dalam toko dan suasana diluar toko. Suasana instore adalah regulasi-

regulasi yang melibatkan indoor termasuk:


28

1) Tata Letak Internal adalah regulasi di berbagai prasarana dalam ruang

meliputi penataan meja kasir, penataan meja dan kursi pengunjung,

penataan suara, dan tata cahaya

2) Suara ialah seluruh suara yang diperdengarkan di dalam ruang yang

membuat persepsi dan suasana santai dengan adanya live music dan

lantunan suara lagu dari sound system

3) Aroma ialah bau yang didatangkan dalam ruangan untuk meningkatkan

nafsu makan yang ditimbulkan dari disajikannya makanan atau minuman

dan bau yang ditimbulkan dari pengharum ruangan

4) Tekstur ialah bentuk fisik dari bahan–bahan yang dipergunakan pada meja,

kursi dan dinding yang ada di dalam ruang

5) Desain Interior merupakan pengaturan ruangan di bagian dalam meliputi

luas ruang pengunjung dengan luas jalan sesuai atau tidak yang dapat

menciptakan rasa nyaman, desain bar counter, pengaturan kursi dan meja,

pengaturan gambar, dan tatanan cahaya yang ada di seluruh ruang.

Suasana outstore adalah peraturan–peraturan yang ada di luar ruangan meliputi:

1) External Layout merupakan pengaturan peletakan berbagai prasarana yang

ada diluar ruang terdiri dari peletakan parkiran, lokasi yang strategis, dan

peletakan papan nama

2) Tekstur ialah bentuk fisik dari bahan–bahan yang dipergunakan pada

prasarana ataupun bangunan yang ada diluar ruangan seperti tekstur dinding

diluar ruangan dan papan nama diluar ruangan

3) Desain Eksterior ialah tata ruangan di bagian luar seperti desain papan nama
29

dibagian luar ruangan, penempatan pintu masuk, bentuk bangunan yang di

liat dari luar, dan sistem penataan cahaya diluar ruangan.

Manfaat yang ditimbulkan dalam penataan store atmosphere yaitu seperti

menggerakkan reaksi dan emosi dalam diri konsumen, mengarahkan perhatian

konsumen (memperbesar ketertarikan mereka), dan memperhatikan konsumen

mana yang disasarkan agar dapat menentukan positioning dari toko (Santosa,

2014). Store atmosphere ialah bagian lain dari toko yang menjadikan pembeda

dengan toko lainnya agar bisa bertahan lebih lama untuk memikat pembeli

(Kotler dan Keller, 2007:177). Setiap toko memiliki pengaturan fisik dan tampilan

yang beda dari toko lain. Suasana dari setiap toko harusnya disesuaikan dengan

pasar sasaran dan dapat menarik minat pembeli untuk mau beli.

Mayoritas penduduk di Indonesia menganut agama Islam, oleh karena itu

konsumen beragama Islam akan lebih tertarik dengan suasana toko yang

mengandung nilai-nilai Islam. Fauzi et al (2016) mendiskripsikan Islamic store

atmosphere ialah suasana toko yang mengadopsi budaya, tradisi dan nilai-nilai

Islam, yang bisa menarik minat konsumen, diantaranya seperti memutar musik

yang Islami, tilawah Al-qur‟an, penampilan karyawan yang sederhana dan

dekorasi yang mencerminkan Islam.

2.1.5.3. Indikator Islamic Store Atmosfer

Adapun beberapa indikator yang dipergunakan untuk pengukuran

variabel Islamic store atmosphere menurut Fauzi et al (2016) yaitu:

1) Daya Tarik Islami

2) Nilai Estetika Islami


30

3) Menerapkan Kegiatan-Kegiatan Islami

4) Dress Code Islami.

Pemilihan indikator disesuaikan dengan responden penelitian.

2.2. Pengembangan Hipotesis

2.2.1. Hubungan Perilaku konsumsi Islam dengan impulse buying

Menurut (Ompi et al., 2018) Perilaku konsumsi Islam yang sejalan dengan

Teori konsumsi menurut Al Ghazali tidak hanya berorientasi kepada kepuasan

saja. Meskipun Al Ghazali tidak menafikan tabiat manusia yang cenderung

mengikuti keinginannya. Al Ghazali menganjurkan agar hati-hati dalam menjaga

harta, termasuk menjaga hartanya dari nafsu syahwat yang selalu menuntut

kepuasan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan.

Hasil penelitian yang (Kurniati, 2018) didapati Perilaku konsumsi Islam

secara negative terhadap perilaku impulse buying. Sejalan dengan hal itu

dikemukakan oleh (Mufidah, 2017) dimana Pola konsumsi dalam Islam tidak

mengakui materialisme sebagaimana ekonomi konvensional sehinga berdampak

negative pada impulse buying. Dari telaah pustaka, maka dapat dikembangkan

hipotesis sebagai berikut:

H1 : Perilaku konsumsi Islam berpengaruh negatif terhadap Impulse buying

2.2.2. Hubungan Perilaku konsumsi Islam dengan Shopping Emotion

Menurut (Ompi et al., 2018) menjelaskan bahwa suatu konsumsi dalam

Islam dari perilaku seorang konsumen harus mencerminkan hubungan dirinya

dengan Allah Swt. Seorang konsumen muslim akan mengalokasikan

pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan duniawi dan ukhrawinya. Konsumsi


31

tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan keimanan menjadi tolak

ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia yang cenderung

mempengaruhi kepribadian manusia, yang dalam bentuk perilaku, gaya hidup,

selera, sikap-sikap terhadap sesame manusia, sumber daya, dan ekologi.

Keimanan sangat mempengaruhi sifat, kuantitas, dan kualitas konsumsi baik

dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual

Hasil penelitian yang (Chandra & Purnami, 2014) didapati Perilaku

konsumsi Islam secara negative mempengaruhi perilaku shopping emotion.

Sejalan dengan hal itu dikemukakan oleh (Suparna & Gede, 2015) dimana

Perilaku konsumsi Islam secara negative mempengaruhi perilaku shopping

emotion. Dari telaah pustaka, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Perilaku konsumsi Islam berpengaruh negatif terhadap Shopping

Emotion

2.2.3. Hubungan Islamic store atmosphere dengan Shopping Emotion

Suasana toko mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap suasana hati

saat berbelanja, adanya situasi toko yang baik, maka dapat memberi pengaruh

positif terhadap keadaan emosional pembeli yang mempengaruhi pembeliannya.

Store atmosphere yang dihadirkan dalam ruangan dan membangkitkan rasa

senang, nyaman dan santai saat konsumen melakukan belanja. Situasi toko

berpengaruh terhadap kondisi emosional si pembeli, yang seterusnya menjadikan

penentu untuk mengurangi ataupun memperbanyak belanjaannya (Mowen dan

Minor, 2002). Menurut Theresia (2014) suasana toko berdampak pada kondisi

emosi yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya pembelian. Pendapat


32

lain menurut Mowen dan Minor (2002:139) menyatakan bahwa atmosfer

menimbulkan dampak sampai manakah pembeli mengeluarkan uangnya di luar

perencanaan saat berada di toko. Situasi toko ini berpengaruh terhadap keadaan

emosionalnya pembeli, yang selanjutnya terjadi untuk peningkatan atau bahkan

pengurangan jumlah pembelanjaan.

Keterikatan Store atmosphere dengan Shopping Emotion dikuatkan oleh

penelitian dari Kurniawan (2013) menyatakan bahwa semakin baik store

atmosphere, maka Shopping Emotion pun baik. Hal ini didukung oleh penelitian

Chebat (2003) bahwa Store atmosphere berpengaruh sangat kuat terhadap emosi,

dan juga penelitian ini sama dengan penelitian Kurniawan (2013) dan Kurniawati

(2014) bahwa Store atmosphere berpengaruh positif terhadap Shopping Emotion.

Islamic store atmosphere menurut Fauzi et al (2016) adalah suasana toko yang

mengadopsi budaya, tradisi dan nilai-nilai Islam, yang bisa menarik minat

konsumen, diantaranya seperti memutar musik yang Islami, tilawah Al-qur‟an,

penampilan karyawan yang sederhana dan dekorasi yang mencerminkan Islam.

Menurut Fauzi et al (2016) konsumen muslim sangat menghargai usaha yang

menghargai nilai–nilai Islam dalam menjalankan bisnisnya. Oleh karena itu,

suasana toko yang mengandung nilai-nilai Islami akan mempengaruhi keadaan

emosi konsumen muslim untuk mengkunjungi toko. Dari telaah pustaka, maka

dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Islamic store atmosphere berpengaruh positif terhadap Shopping

Emotion
33

2.2.4. Hubungan Islamic store atmosphere dengan Impulse buying

Store atmosphere ialah kawasan didalam dan diluar dari toko, adalah bagian

dari cahaya, musik, aroma, warna, penataan yang disusun agar dapat menjadi

pengaruh bagi pembeli (Mowen dan Minor, 2002: 139). Store atmosphere

memiliki kaitan kuat dengan pembelian tak terencana. Situasi toko yang baik akan

mampu menciptakan kenyamanan bagi si pembeli dan tak terasa telah berada di

toko dalam waktu yang cukup lama. Lama waktu yang dikeluarkan oleh pembeli

untuk berada di toko mampu menimbulkan kecenderungan pembeli untuk

membeli barang yang tidak direncana. Atmosfer toko yang memiliki kenyamanan

yang baik mampu memberikan efek ke konsumen untuk berlama-lama melihat

barang yang ada di toko dan tanpa disadari telah melakukan pembelian tak

terencana. Menurut Levy dan Weitz (2012) pembelian tak terencana ialah hasil

akhir pembelian yang di lakukan oleh pembeli setelah memperhatikan produk

yang ada ditoko. Kondisi toko yang apik akan berdampak pada keadaan

emosional di diri pembeli, kemudian pembeli membeli produk yang tidak ada di

daftar belanja yang telah di buat sebelumnya.

Hubungan Store atmosphere dengan Impulse buying ini didukung oleh

penelitian yang di lakukan Gaby (2015), Oky (2016), dan Putu (2016) yang

menyatakan bahwa Store atmosphere berpengaruh positif terhadap pembelian

yang tidak di rencana (Impulse buying). Islamic store atmosphere ialah suasana

toko yang mengadopsi budaya, tradisi, dan nilai-nilai Islami antara lain memutar

musik Islami, dekorasi yang mencerminkan Islam, dan penampilan karyawan

yang Islami cenderung membuat konsumen muslim lebih nyaman untuk berlama-
34

lama saat berbelanja dan Impulse buying dapat terjadi. Dari telaah pustaka, maka

bisa dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H4: Islamic store atmosphere berpengaruh positif terhadap Impulse buying

2.2.5. Hubungan E-WOM dengan Impulse Buying

Informasi yang terbatas dalam pembelian online, dibutuhkan informasi

tambahan seperti word-of-mouth elektronik (eWOM) melalui ulasan konsumen

dalam bentuk komentar atau rekomendasi dapat menjadi sumber informasi yang

berpengaruh dalam keputusan pembelian secara online. (Magdalena dan

Sugiyanto, 2016). Komentar dari kosumen lain dapat mempengaruhi pemikiran,

sikap, perilaku, dan keputusan akhir. Semakin baik komentar yang diberikan dan

semakin menarik foto yang diunggah, semakin besar pengaruh komentar dan

gambar tersebut terhadap impulse buying.

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kusumaningrum et

al., 2018) terdapat hubungan antara word-of-mouth elektronik (eWOM) dengan

perilaku pembelian impulse konsumen. Sejalan dengan penelitian ini

dikemukakan oleh (Husnain et al., 2016) dimana eWOM berpengaruh pada

pembelian impulse konsumen. Dari telaah pustaka, maka dapat dikembangkan

hipotesis sebagai berikut:

H5 : E-WOM berpengaruh positif terhadap Impulse Buying

2.2.6. Hubungan E-WOM dengan Shopping Emotion

Informasi yang terbatas dalam pembelian online, dibutuhkan informasi

tambahan seperti word-of-mouth elektronik (eWOM) melalui ulasan konsumen

dalam bentuk komentar atau rekomendasi dapat menjadi sumber informasi yang
35

berpengaruh dalam keputusan pembelian secara online. (Magdalena dan

Sugiyanto, 2016). Komentar dari kosumen lain dapat mempengaruhi pemikiran,

sikap, perilaku, dan keputusan akhir. Semakin baik komentar yang diberikan dan

semakin menarik foto yang diunggah, semakin besar pengaruh komentar dan

gambar tersebut terhadap perasaan konsumen dalam berbelanja.

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kusumaningrum et

al., 2018) terdapat hubungan antara word-of-mouth elektronik (eWOM) dengan

perilaku dan emosi konsumen dalam berbelanja. Sejalan dengan penelitian ini

dikemukakan oleh (Husnain et al., 2016) dimana eWOM berpengaruh pada

perasaan konsumen dalam berbelanja yang mempengaruhi keputusan pembelian.

Dari telaah pustaka, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H6 : E-WOM berpengaruh positif terhadap Shopping Emotion

2.2.7. Hubungan Shopping Emotion dengan Impulse buying

Perasaan berbelanja memiliki keterikatan yang besar dengan Impulse buying.

Emosi pembeli dapat mempengaruhi hasil akhir dari pembelian beserta produk

yang dibelinya. Ketika situasi hati konsumen dalam keadaan baik, maka ada

peluang pembeli untuk berada lebih lama di toko. Situasi dalam toko ini

menjelaskan moment of truth adalah keadaan yang dirasa oleh pembeli dan

memberikan pengetahuan saaat belanja. Sedangkan menurut Kurniawan dan

Kunto (2013) jika Shopping Emotion ditingkatkan maka Impulse buying ikut

meningkat. Kenyamanan yang di dapatkan pembeli tanpa disadari membuat

pembeli menghabiskan waktunya berada ditoko, memperhatikn produk-produk

yang dipajang, dan menyebabkan pembelian yang tidak direncana dari produk
36

yang dilihatnya.

Berbeda jika suasana hati konsumen sedang tidak bagus ketika ditoko,

pembeli akan langsung membeli produk sesuai yang di rencanakan olehnya

sebelum berada di dalam toko, langsung membayarnya di kasir dan tidak tertarik

untuk melihat produk-produk lain. Hal ini yang menyebabkan Impulse buying

cenderung lebih kecil. Hubungan Shopping Emotion dan Impulse buying ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Aini (2016), Raditya (2018), dan

Bramantyo (2017) yang menunjukkan bahwa Shopping Emotion berpengaruh

positif terhadap Impulse buying. Dari telaah pustaka, maka bisa dikembangkan

hipotesis sebagai berikut:

H7: Shopping Emotion berpengaruh positif terhadap Impulse buying


37

2.3. Model Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibuat suatu model

penelitian bahwa Perilaku konsumsi Islami, Islamic Store

Atsmosphere, E-WOM berpengaruh terhadap Impulse Buying

dengan Shopping Emotion sebagai variabel intervening. Adapun

model penelitian dapat dilihat pada gambar 2.1, berikut:

Perilaku
konsumsi Islami
H1
H2

Islamic Store Shoping H7 Impulse Buying


Atmosfer H3 Emotion

H5
H6

EWOM

H4

Gambar 2. 1.
Kerangka Penelitian
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksplanatori. Penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang bertujuan untuk

menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu

variabel dengan variabel yang lainnya (Sugiyono, 2012). Selain itu penelitian ini

juga berguna untuk mendukung atau menolak teori atau hipotesis dari hasil suatu

penelitian yang sudah ada. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha

mengidentifikasi apakah variabel materialism, Islamic store amosfer, dan

Electronic Word of Mouth berpengaruh terhadap impulse buying dengan shopping

Emotion sebagai variabel interveningnya.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua orang atau item yang akan diteliti. Populasi

merupakan tehnik penentuan unit sampel dari gabungan data untuk menghitung

sikap, keyakinan, dan karakteristik dari semua orang (Sugiyono, 2017). Populasi

yang dipergunakan di penelitian ini ialah pembeli yang belanja di Pand‟s

Semarang, dan yang pernah membeli barang yang tidak mereka rencanakan

sebelumnya (impulse buying) yang mana jumlahnya tidak diketahui. Sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Sugiyono, 2012). Teknik sampling atau teknik pengumpulan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling dan purposive

38
39

sampling. Teknik accidental sampling ini dimana penentuan sampel berdasarkan

kebetulan atau siapa saja yang bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sebagai

sampel, dan bila orang yang ditemui tersebut dipandang cocok sebagai sumber

data (Sugiyono, 2013). Teknik purposive sampling merupakan teknik penentuan

sampel dengan berdasarkan kriteria-kriteria atau pertimbangan tertentu. Dalam

pengambilan sampel ini, peneliti mempertimbangkan beberapa kriteria:

1. Konsumen muslim yang pernah melakukan pembelian tidak direncana

(impulse buying) di Pand‟s Muslim Department Store Semarang,

2. Pernah melakukan pembelian pands pada situs online dengan

karakteristik berupa penghasilan per bulan, pekerjaan, usia dan

pendidikan terakhir.

3. Berusia minimal 20 tahun

Dengan demikian pengumpulan jumlah responden dipenelitian ini ialah

minimal 100 responden (Hair et al, 2009).

3.3. Sumber dan Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Merupakan sumber data penelitian yang didapatkan dari sumber pertama,

misalnya dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara, pengisian

kuesioner, atau bukti transaksi seperti tanda bukti pembelian barang dan karcis

parkir. Adapun yang termasuk dalam data primer adalah tanggapan responden

terhadap variabel penelitian yang mencakup Perilaku konsumsi Islami, Islamic


40

Store Atmosphere, electronic word of mouth, shopping Emotion, dan impulse

buying

Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari responden. Data ini

diambil berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada responden yang telah

memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini untuk

mengukur pendapat responden digunakan skala likert yaitu skala 5 opsi. Skala

yang akan digunakan yaitu:

Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Angka 2 = Tidak Setuju (TS)

Angka 3 = Cukup Setuju (CS)

Angka 4 = Setuju (S)

Angka 5 = Sangat Setuju (SS)

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2012), sumber sekunder merupakan sumber data

penelitian yang diperoleh dengan cara melalui media perantara atau secara

tidak langsung, yaitu dengan cara membaca, mempelajari dan memahami

melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen

perusahaan. Dalam hal ini peneliti memperoleh data sekunder dari data

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti lain dan terkait

dengan topik penelitian yang diteliti, selain itu data profil maupun data

penjualan didapat dari internet.


41

3.4. Variabel dan Indikator Penelitian

3.4.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi yang tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012).

Dalam penelitian ini terdapat tiga macam variabel penelitian, yaitu:

1) Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen atau terikat (Sugiyono, 2012). Variabel bebas yang diteliti dalam

penelitian ini adalah Perilaku konsumsi Islami, Islamic Store Atmosphere, E-

WOM

2) Variabel Intervening

Variabel intervening atau variabel penghubung merupakan variabel yang

secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan

dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan

diukur (Sugiyono, 2012). Variabel intervening pada penelitian ini adalah

Shopping Emotion.

3) Variabel dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah Impulse

Buying.
42
43

3.4.2. Definisi Variabel dan Indikator Penelitian

Tabel 3. 1.
Definisi Operasional Variabel

No Definisi Operasional Indikator Skala


Variabel Pengukuran
1 Impulse buying merupakan a. Spontanitas pembelian Skala Likert
tindakan membeli yang b. Tidak 1-5
dilakukan tanpa memiliki mempertimbangkan
masalah sebelumnya atau konsekuensi
maksud atau niat membeli c. Cenderung berbelanja
yang terbentuk sebelum tanpa berpikir panjang
memasuki toko. dulu sebelumnya
d. Terobsesi untuk belanja
(Hidayat dan Tryanti
(2018) dan Manggiasih, et.
al (2015))
2 Shopping Еmotion 1. Saya tertarik berbelanja Skala Likert
mеrupаkаn еmosi аtаu 2. Saya merasa nyaman 1-5
pеrаsааn yаng tidаk bisа berbelanja
dikontrol nаmun mеmiliki 3. Saya merasa senang
pеngаruh bеsаr pаdа berbelanja
pеmbеliаn. 4. Saya merasa puas
berbelanja
(Maulana, 2018)
3 E-WOM merupakan 1. Membaca ulasan Skala Likert
pernyataan positif maupun konsumen lain 1-5
negatif yang terbentuk dari mengenai produk
adanya opini para secara online,
konsumen, baik para calon 2. Mengumpulkan
maupun mantan konsumen informasi dari ulasan
dari sebuah produk yang produk konsumen
dapat di akses oleh online sebelum
khalayak luas di dunia membeli produk /
maya. merek,
3. Mempercayai ulasan
konsumen online dalam
membeli,
(Mustikasari &
Widaningsih, 2017)
4 Perilaku konsumsi Islam 1. Penggunaan barang- Skala Likert
merupakan cara barang yang bersih, 1-5
penggunaan yang harus baik, dan bermanfaat
diarahkan pada pilihan- 2. Kewajaran dalam
44

pilihan yang baik dan tepat membelanjakan harta


agar kekayaan bisa 3. Sikap sederhana dan
dimanfaatkan kepada jalan adil
yang sebaik mungkin untuk 4. Sikap kemurahan hati
masyarakat banyak. dan moralitas yang
tinggi
5. Mendahukan kebutuhan
yang lebih prioritas
(Said, 2008:60)

5 Islamic store atmosphere a. daya tarik Islami, Skala Likert


ialah suasana toko yang b. nilai estetika Islami, 1-5
mengadopsi budaya, tradisi c. menerapkan kegiatan
dan nilai-nilai Islam, yang kegiatan Islami, dan
bisa menarik minat d. dress code Islami.
konsumen, (Fauzi et al, 2016)

3.5. Teknik Analisis Data

3.5.1. Uji Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid apabila pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut (Ghozali, 2009). Jadi, validitas adalah mengukur apakah

pertanyaan dalam kuesioner yang sudah dibuat betul-betul dapat mengukur apa

yang hendak diukur.

Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi

antara skor masing-masing pertanyaan dengan total skor pertanyaan.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Uji validitas

dapat diketahui dengan melihat r hitung dan r tabel, apabila r hitung > r tabel

(pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan item pertanyaan tersebut
45

valid dan apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat

dikatakan item pertanyaan tersebut tidak valid (Ghozali, 2009).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berhubungan dengan masalah ketepatan dari suatu data.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel

apabila jawaban responden pada pernyataan di kuesioner tetap konsisten dari

waktu ke waktu. Jawaban harus konsisten dan tidak boleh dijawab acak oleh

responden karena masing-masing pertanyaan hendak mengukur hal yang sama.

Jika jawaban terhadap indikator ini acak, maka dapat dikatakan bahwa

kuesioner tidak reliabel.

Pengukuran realibilitas bisa diukur dengan One Shot atau pengukuran

sekali saja. Dalam hal ini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya

dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban

pertanyaan. Alat yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah Cronbach

Alpha. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel dikatakan reliabel,

jika hasil α > 0.60 dan jika hasil α < 0.60 maka kuesioner yang digunakan

untuk mengukur variabel tidak reliabel (Ghozali, 2009).

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang akan

digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak (Ghozali,


46

2009). Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi

data normal atau mendekati normal. Cara untuk mengetahui apakah data yang

digunakan mempunyai distribusi normal atau tidak adalah dengan menganalisis

grafik histogram dan normal probability plot yang dihasilkan dari program

SPSS. Selain itu juga bisa diketahui melalui uji Kolmogorov-Smirnov.

Dasar pengambilan keputusan melalui grafik histogram dan normal

probability plot adalah apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya maka data tersebut

berdistribusi normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan melalui uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah dengan melihat nilai signifikansi, jika

sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas adalah pengujian untuk melihat apakah terdapat

korelasi antara variabel independen atau variabel bebas. Model regresi yang

baik seharusnya yang tidak terjadi korelasi diantara variabel independen atau

variabel bebas. Karena jika terjadi korelasi diantara variabel bebas maka hal ini

berarti terjadi multikolinieritas dan persamaan regresi ganda yang akan

terbentuk tidak dapat digunakan untuk peramalan.

Menurut Ghozali (2009) jika variabel bebas saling berkorelasi, maka

variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas

yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan 0. Uji

multikolinieritas dapat diketahui dengan dua cara, yaitu dengan melihat nilai

tolerance dan nilai VIF (Variance Inflation Factor). Dasar pengambilan


47

keputusannya adalah multikolinieritas tidak terjadi apabila nilai tolerance

diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang dapat dikatakan baik adalah model

regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara mengetahui ada

atau tidaknya problem heterokedastisitas adalah dengan Uji Glejser. Uji glejser

dilakukan dengan cara meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai

absolut residualnya. Gangguan heteroskedastisitas terjadi jika terdapat

pengaruh yang signifikan atau nilai signifikansi < 0.05 antara variabel

independen terhadap absolut residualnya.

3.5.3. Pengujian Hipotesis

1. Uji t

Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara

parsial atau sendiri berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji t

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara yang pertama dengan

membandingkan t hitung dengan t tabel, dengan tingkat signifikansi sebesar 5

%. Dasar pengambilan keputusannya adalah apabila nilai t hitung > t tabel

maka itu artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen,

dan sebaliknya apabila nilai t hitung < t tabel maka variabel independen tidak
48

berpengaruh terhadap variabel dependen. Cara yang kedua yaitu berdasarkan

nilai signifikansi hasil output SPSS dengan tingkat signifikansi sebesar 5 %

atau 0,05. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka itu artinya variabel

independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen,

dan sebaliknya apabila nilai signifikansi > 0,05 maka itu artinya variabel

independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

2. Uji F

Uji F statistik digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. Ada dua cara dalam melakukan uji

F, cara pertama adalah dengan membandingkan F hitung (observasi) dengan F

tabel pada α = 0.05. Apabila F-hitung > F-tabel, maka itu artinya variabel

independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel

dependen. Dan sebaliknya apabila F-hitung < F-tabel, maka itu artinya variabel

independen secara bersama-sama (simultan) tidak mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependen. Cara yang kedua adalah dengan menggunakan uji

signifikansi hasil dari output SPSS, apabila nilai signifikansi < 0,05 maka

variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen. Sebaliknya apabila nilai signifikansi > 0,05 maka

itu artinya variabel independen secara bersama-sama (simultan) tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


49

3. Koefisisen Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengetahui seberapa besar

kontribusi pengaruh yang diberikan oleh variabel independen terhadap variabel

dependen. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai 1.

Semakin besar nilai koefisien determinasi maka akan semakin baik, karena

apabila koefisien determinasi semakin besar atau mendekati 1 maka

sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat

semakin besar atau kuat. Sebaliknya apabila koefisien determinasi semakin

kecil mendekati 0 maka sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat semakin kecil atau lemah.

4. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah perluasan dari regresi sederhana,

yang terdiri dari satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel independen

(bebas). Regresi linier berganda juga membangun hubungan antara variabel

dependen dan variabel independen. Berikut adalah persamaan dari analisis

regresi linier berganda dalam penelitian ini :

SE = a1M + a2ISA+ a2Ewom+ e

IB = b1M + b2ISA+ b2Ewom+ b2SE + e

Keterangan :

IB : Impulse buying

SE : Shopping Emotion

EWOM : electronic word of mouth

ISA : Islamic Store Amosfer


50

KI : Perilaku konsumsi Islami

a, b : koefisien regresi

e : faktor gangguan

4. Uji Sobel (Sobel Test)

Variabel intervening merupakan variabel yang secara teori dapat

mempengaruhi variabel independen dengan dependen sebagai hubungan

tidak langsung dan tidak dapat diukur. Variabel ini merupakan variabel

penyela / variabel antara pada variabel independen dengan variabel

dependen, sehingga hubungan antara variabel independen menjadi tidak

langsung mempengaruhi berubahnya.

Intervening merupakan variabel antara yang dapat berguna dalam

memediasi hubungan antar variabel independen dan variabel dependen. Agar

dapat menguji pengaruh variabel mediasi dilakukan dengan menggunakan

Analisis Sobel. Analisis sobel merupakan uji yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh variabel mediator yaitu shopping Emotion. Pengujian

hipotesis mediasi dilakukan dengan Uji Sobel (Sobel Test). Uji Sobel menguji

kekuatan pengaruh tidak langsung variabel independent (X) kepada variabel

dependent (Y2) melalui variabel intervening (Y1). Pengaruh tidak langsung

ke Y2 melalui Y1 dihitung dengan cara mengalikan jalur :

Y1 (a) dengan jalur Y Y2 (b) atau ab.

Jadi Koefisien ab = (c-c1), dimana c adalah pengaruh terhadap Y2 tanpa

mengontrol Y1, sedangkan c1 adalah koefisien pengaruh terhadap Y2 setelah

mengontrol Y1. Standar error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb,
51

besarnya standar error tidak langsung (indirect effect) Sab dihitung dengan

rumus berikut ini :

Sab = √

Dimana:

a = Koefisien korelasi Y1

b = Koefisien korelasi Y Y2

ab = Hasil kali Koefisien korelasi Y1 dengan Koefisien korelasi Y1 Y2

Sa = Standar error koefisien a

Sb = Standar error koefisien b

Sab = Standar error tidak langsung (indirect effect)

Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung maka menghitung

nilai t dari koefisien ab dengan rumus sebagai berikut:

Nilai thitung dibandingkan dengan ttabel dan jika t hitung lebih besar dari

nilai ttabel maka dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh mediasi.


52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan hasil dari data primer yang diperoleh melalui

kuesioner yang diberikan kepada 100 responden. Responden penelitian

merupakan pelanggan Pand‟s Muslim Department Store Semarang. Data hasil

kuesioner dijabarkan secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi. Adapun data yang disajikan, berkaitan dengan tanggapan responden

tentang variabel penelitian yaitu Perilaku konsumsi Islami, Islamic Store

Atmosfer, Electronic Word of Mouth (E-WOM), Shopping Emotion, Dan Impulse

Buying .

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4. 1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Keterangan Frekuensi Persentase


Perempuan 72 72,0
Laki-laki 28 28,0
Total 100 100,0
Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Karaktersitik responden berdasarkan gender seperti dijelaskan pada Tabel

4.1 lebih didominasi oleh responden yang berjenis kelamin perempuan yakni

sebesar 72% dan sisanya 28% adalah responden laki-laki. Hal ini menunjukan

sebagian besar responden adalah perempuan. Mayoritas responden ditemukan

perempuan dikarenakan perempuan lebih senang dengan kegiatan berbelanja


53

dibandingkan dengan laki-laki karena umumnya produk yang dijual merupakan

produk fashion dan asesoris.

b. Karakteristik Responden berdasarkan Usia Responden

Tabel 4. 2.
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase


26-35 tahun 29 29,0
36-45 tahun 20 20,0
46-55 tahun 24 24,0
> 55 tahun 27 27,0
Total 100 100,0
Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan usia responden seperti dijelaskan pada Tabel 4.2 sebagian

besar didominasi oleh responden yang berumur antara 26-35 tahun yaitu sebesar

29% dan responden dengan usia 36-45 tahun adalah kelompok responden dengan

jumlah terkecil sebanyak 20 (20%). Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui

bahwa responden didominasi usia dewasa muda yang sudah mempunyai bekerja

dan berpenghasilan sendiri. Mayoritas responden adalah usia produktif sebesar

73% dikarenakan kalangan usia produktif yang umumnya sering banyak meniru

apa yang dilihat dan didengar melalui media, termasuk media sosial. Tidak heran

jika kemudian responden pada usia tersebut mudah untuk “tergoda” untuk

melakukan impulse buying.


54

c. Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 4. 3.
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase


pegawai swasta 30 30,0
PNS 27 27,0
Wiraswasta/pedagang 24 24,0
Mahasiswa/pelajar 19 19,0
Total 100 100,0
Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan tanggapan responden seperti dijelaskan pada Tabel 4.3 terlihat

bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebesar

30%, responden dengan pekerjaan PNS 27% responden yang bekerja sebagai

wiraswasta 24% dan responden dengan pekerjaan lainnya terdapat 19%.

d. Karakteristik Responden berdasarkan pendidikan

Tabel 4. 4.
Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase


SMA 40 40,0
Diploma 42 42,0
Sarjana 18 18,0
Total 100 100,0
Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan tanggapan responden seperti dijelaskan pada Tabel 4.5 dapat

diketahui responden yang nempunyai pendidikan SMA sebanyak 40%, responden

dengan pendidikan Diploma sebanyak 42% dan responden dengan pendidikan

Sarjana terdapat 18%.


55

4.1.2. Deskripsi Tanggapan responden

Hasil analisis jawaban responden terhadap variabel-variabel yang diuji,

digunakan analisis deskripif jawaban responden yang berasal dari kuesioner

yang dibagikan ke 100 responden. Maka peneliti akan menguraikan secara rinci

jawaban responden yang dikelompokkan dalam tabel sebagai berikut, menurut

(Sugiono, 2004) :

RS =

RS = 0,8
Keterangan :
RS : Rentan skala
5 : Skala likert tertinggi yang digunakan dalam penelitian
1 : Skala likert terendah yang digunakan dalam penelitian
Keterangan Kategori :
1) 1,00 – 1,80 : Sangat Rendah
2) 1,81 – 2,60 : Rendah
3) 2,61 – 3,40 : Cukup
4) 3,41 – 4,20 : Tinggi
5) 4,21 – 5,00 : Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil kategori diatas, dapat diketahui kategori masing-masing

indikator dari setiap variabel. Hasil deskripsi variabelnya adalah sebagai berikut :

4.1.2.1.Deskripsi Variabel Perilaku konsumsi Islam

Untuk melihat kecerendungan posisi jawaban dari responden dapat

didasarkan pada jawaban atas 5 pertanyaan variabel Perilaku konsumsi Islam

dengan pertimbangan mengkategorikan jawaban responden sebagai berikut:


56

Tabel 4. 5.
Kategorisasi Variabel Perilaku konsumsi Islami
STS TS N S SS Rata- Kate
No Pertanyaan
F S F S F S F S F S Rata Gori

Penggunaan barang-barang
sangat
1 yang bersih, baik, 0 0 0 0 12 36 42 168 46 230 4,34
tinggi
dan bermanfaat
Kewajaran dalam Sangat
2 0 0 0 0 13 39 41 164 46 230 4,33
membelanjakan harta Tinggi
Sangat
3 Sikap sederhana dan adil 0 0 0 0 12 36 45 180 43 215 4,31
Tinggi
Sikap kemurahan hati dan Sangat
4 0 0 0 0 15 45 48 192 37 185 4,22
moralitas yang tinggi Tinggi
Mendahukan kebutuhan
5 0 0 0 0 45 135 24 96 31 155 3,86 Tinggi
yang lebih prioritas
sangat
Nilai Rata-rata 4,21
tinggi

Sumber : Data primer yang diolah (2020)

Tanggapan responden pada tabel diatas sebagian besar responden

memberikan penilaian yang sangat tinggi tentang peran perilaku konsumsi Islam,

dengan nilai rata-rata skor jawaban responden sebesar 4,21 yang berada dalam

kategori sangat tinggi, artinya bahwa sebagian besar responden merespon baik

tentang pentingnya perilaku konsumsi Islami dalam kehidupan sehari-hari. Hal

tersebut terlihat dengan tingginya tanggapan responden yang menyatakan sangat

setuju dan didukung dengan indikator dimana konsumen membiasakan

penggunaan barang yang bersih, baik dan bermanfaat. Hal ini mengindikasikan

bahwa responden setuju bahwa mereka selalu membeli dan menggunakan barang

yang sesuai manfaat dan membeli barang yang menjadi kebutuhan merupakan hal

yang masih dalam batas wajar dalam mengimplementasikan Perilaku konsumsi

Islam.
57

4.1.2.2.Deskripsi Variabel Islamic Store Atmosfer

Untuk melihat kecerendungan posisi jawaban dari responden dapat

didasarkan pada jawaban atas 4 pertanyaan variabel Islamic Store Atmosfer

dengan pertimbangan mengkategorikan jawaban responden sebagai berikut:

Tabel 4. 6.
Kategorisasi Variabel Islamic Store Atmosfer
STS TS N S SS Rata- Kate
No Pertanyaan
F S F S F S F S F S rata gori
daya tarik Islami, sangat
1 0 0 0 0 0 0 39 156 61 305 4,61
tinggi
nilai estetika Islami, Sangat
2 0 0 0 0 0 0 51 204 49 245 4,49
Tinggi
menerapkan kegiatan- sangat
3 0 0 0 0 0 0 49 196 51 255 4,51
kegiatan Islami, dan tinggi
dress code Islami Sangat
4 0 0 0 0 0 0 39 156 61 305 4,61
tinggi
Sangat
Nilai Rata-rata 4,56
tinggi
Sumber : Data primer yang diolah (2020)

Tanggapan responden pada tabel diatas sebagian besar responden

memberikan penilaian yang sangat tinggi tentang Islamic Store Atmosfer, dengan

nilai rata-rata skor jawaban responden sebesar 4,56 yang berada dalam kategori

sangat tinggi, artinya bahwa sebagian besar responden merespon baik tentang

pentingnya Islamic Store Atmosfer. Hal tersebut terlihat dengan tingginya

tanggapan responden yang menyatakan sangat setuju dan didukung dengan

indikator dimana desain bangunan, penataan letak, warna, cahaya, pajangan,

musik, suhu udara mampu memberikan daya tarik Islami sehingga konsumen

tidak hanya mendapatkan manfaat berbelanja tetapi juga mendapatkan kesan

Islami dalam toko ersebut.


58

4.1.2.3.Deskripsi Variabel Electronic Word of Mouth (E-WOM)

Untuk melihat kecenderungan posisi jawaban dari responden dapat

didasarkan pada jawaban atas 3 pertanyaan variabel Electronic Word of Mouth (E-

WOM) dengan pertimbangan mengkategorikan jawaban responden sebagai

berikut:

Tabel 4. 7.
Kategorisasi Variabel Electronic Word of Mouth (E-WOM)
STS TS N S SS Rata- Kate
No Pertanyaan
F S F S F S F S F S rata gori
Membaca ulasan konsumen
1 lain mengenai produk 0 0 27 54 58 174 14 56 1 5 2,89 cukup
secara online,
Mengumpulkan informasi
dari ulasan produk
2 0 0 33 66 41 123 25 100 1 5 2,94 cukup
konsumen online sebelum
membeli produk / merek,
Mempercayai ulasan
3 konsumen online 0 0 26 52 58 174 15 60 1 5 2,91 cukup
dalam membeli,
Nilai Rata-rata 2,91 cukup

Sumber : Data primer yang diolah (2020)

Tanggapan responden pada tabel diatas sebagian besar responden

memberikan penilaian yang cukup tinggi tentang Electronic Word of Mouth (E-

WOM), dengan nilai rata-rata skor jawaban responden sebesar 2,91 yang berada

dalam kategori cukup, artinya bahwa sebagian besar responden merespon cukup

baik tentang peran Electronic Word of Mouth (E-WOM). Hal ini didukung dengan

tanggapan responden terhadap variabel Electronic Word of Mouth (E-WOM)

responden merasa bahwa Pand‟s Muslim Department Store mempunyai positif

Electronic Word of Mouth (E-WOM) di sosial media sehingga membuat

konsumen dapat mengerti kualitas produk melalui ulasan yang diberikan oleh

konsumen lain mampu menggiring opini positif sehingga konsumen mempunyai

penilaian positif terhadap produk.


59

4.1.2.4.Deskripsi Variabel Shopping Emotion

Untuk melihat kecerendungan posisi jawaban dari responden dapat

didasarkan pada jawaban atas 4 pertanyaan variabel Shopping Emotion dengan

pertimbangan mengkategorikan jawaban responden sebagai berikut:

Tabel 4. 8.
Kategorisasi Variabel Shopping Emotion
STS TS N S SS Rata- Kate
No Pertanyaan
F S F S F S F S F S rata gori
Sangat
1 Saya tertarik berbelanja 0 0 0 0 11 33 56 224 33 165 4,22
tinggi
Saya merasa nyaman Sangat
2 0 0 0 0 14 42 47 188 39 195 4,25
Berbelanja tinggi
Saya merasa senang Sangat
3 0 0 0 0 15 45 50 200 36 180 4,25
Berbelanja tinggi
Saya merasa puas
4 0 0 0 0 10 30 63 252 27 135 4,17 tinggi
Berbelanja
Sangat
Nilai Rata-rata 4,22
tinggi
Sumber : Data primer yang diolah (2020)

Tanggapan responden pada tabel diatas sebagian besar responden

memberikan penilaian yang sangat tinggi tentang peran Shopping Emotion, dengan

nilai rata-rata skor jawaban responden sebesar 4,22 yang berada dalam kategori

sangat tinggi, artinya bahwa sebagian besar responden merespon baik tentang

Shopping Emotion. Hal tersebut terlihat dengan tingginya tanggapan responden

yang menyatakan sangat setuju dan didukung dengan indikator suasana nyaman

konsumen merasa meningkat saat berbelanja di Pand‟s.

4.1.2.5.Deskripsi Variabel Impulse Buying

Untuk melihat kecenderungan posisi jawaban dari responden dapat

didasarkan pada jawaban atas 4 pertanyaan variabel Impulse Buying dengan

pertimbangan mengkategorikan jawaban responden sebagai berikut:


60

Tabel 4. 9.
Kategorisasi Variabel Impulse Buying
STS TS CS S SS Rata- Kate
No Pertanyaan
F S F S F S F S F S rata gori
Spontanitas Sangat
1 0 0 0 0 2 6 65 260 33 165 4,31
pembelian tinggi
Tidak
Sangat
2 mempertimbangkan 0 0 0 0 7 21 36 144 57 285 4,5
tinggi
Konsekuensi
Cenderung berbelanja
tanpa Sangat
3 0 0 0 0 3 9 66 264 31 155 4,28
berpikir panjang dulu tinggi
sebelumnya
Terobsesi untuk Sangat
4 0 0 0 0 4 12 55 220 41 205 4,37
belanja tinggi
Sangat
Nilai Rata-rata 4,37
tinggi
Sumber : Data primer yang diolah (2020)

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tanggapan responden

terhadap variabel Impluse Buying dapat diketahui bahwa sebagian besar jawaban

responden menyatakan sangat setuju, artinya Impluse Buying responden adalah

sangat tinggi. Hal ini didukung dengan indikator dimana konsumen mempunyai

obsesi yang tinggi untuk memiliki produk yang ditawarkan saat belanja. Hal ini

menunjukan bahwa saat responden mempunyai obsesi yang tinggi untuk memiliki

produk yang dijual akan meningkatkan perilaku pembelian impulse.

4.1.3. Analisis Data

4.1.3.1.Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan dengan menguji butir-butir pertanyaan dalam

kuesioner, apakah mampu menggambarkan dan menjelaskan variabel yang

diteliti. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r

tabel. Adapun nilai r tabel dapat diketahui dengan melihat tabel yang disesuaikan

dengan nilai degree of freedom (df) yaitu jumlah sampel (n) – 2 = 100 – 2 = 98

dan taraf signifikansi 5% maka r tabelnya adalah 0,1654. Sedangkan r hitung


61

dapat dilihat dari output hasil analisis di SPSS. Maka kesimpulan yang dapat

ditarik adalah sebagai berikut:

1. Jika r hitung > r tabel dan bernilai positif, maka variabel tersebut valid.

2. Jika r hitung < r tabel atau bernilai negatif, maka variabel tersebut tidak

valid.

Berikut ini disajikan tabel hasil uji validitas variabel Perilaku konsumsi

Islami, Islamic Store Atmosfer, Electronic Word of Mouth (E-WOM), Shopping

Emotion, Impulse Buying .

Tabel 4. 10.
Uji Validitas

Variabel Indikator r hitung r tabel keterangan


X1.1 0,883 0.165 valid
Perilaku X1.2 0,814 0.165 valid
konsumen X1.3 0,879 0.165 valid
Islami X1.4 0,706 0.165 valid
X1.5 0,813 0.165 valid
X2.1 0,676 0.165 valid
Islamic Store X2.2 0,574 0.165 valid
Atmosfer X2.3 0,567 0.165 valid
X2.4 0,741 0.165 valid
Electronic X3.1 0,823 0.165 valid
Word of Mouth X3.2 0,834 0.165 valid
(E-WOM) X3.3 0,824 0.165 valid
Y1.1 0,829 0.165 valid
Shopping Y1.2 0,832 0.165 valid
Emotion Y1.3 0,808 0.165 valid
Y1.4 0,776 0.165 valid
Y2.1 0,847 0.165 valid
Impulse Y2.2 0,685 0.165 valid
Buying Y2.3 0,782 0.165 valid
Y2.4 0,848 0.165 valid
Sumber : Data primer yang diolah (2020)

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa r hitung semua variabel dan

semua item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel Perilaku


62

konsumsi Islami, Islamic Store Atmosfer, Electronic Word of Mouth (E-WOM),

Shopping Emotion, Impulse Buying diatas nilai r-tabel sebesar 0,16 atau yang

dapat disimpulkan nilai r hitung > nilai r tabel. Sehingga dengan demikian semua

indikator untuk mengukur variabel Perilaku konsumsi Islami, Islamic Store

Atmosfer, Electronic Word of Mouth (E-WOM), Shopping Emotion, Impulse

Buying tergolong valid. Dengan demikian, instrumen dapat dinyatakan valid

sehingga pertanyaan-pertanyaan yang tertuang dalam angket penelitian dapat

digunakan untuk penelitian selanjutnya.

4.1.3.2.Uji Realibilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi kuesioner

penelitian, apabila kuesioner tersebut digunakan secara berulang-ulang pada objek

yang sama. Adapun cara untuk melakukan uji reliabilitas yaitu dengan melihat

nilai Cronbach Alpha yang terbentuk. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai

Cronbach Alpha > 0,60, sedangkan dikatakan tidak reliabel bila Cronbach Alpha

< 0,60. Rekapitulasi hasil uji reliabilitas untuk variabel Perilaku konsumsi Islam

(X1), Islamic Store Atmosfer (X2), Electronic Word of Mouth (E-WOM) (X3),

Shopping Emotion (Y1) dan Impulse Buying (Y2) dapat dilihat pada tabel 4.15

berikut ini.

Tabel 4. 11.
Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbach's Alpha Keterangan
1 Perilaku konsumsi Islami 0.873 Reliabel
2 Islamic Store Atmosfer 0.808 Reliabel
3 Electronic Word of Mouth (E- 0.765 Reliabel
WOM)
4 Shopping Emotion 0.826 Reliabel
5 Impulse Buying 0.790 Reliabel
63

Sumber : Data primer yang diolah (2020)

Berdasarkan hasil pengujian Reliabilitas diketahui perolehan nilai

Cronbach Alpha > 0,60 pada semua variabel yang digunakan dalam penelitian.

Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen penelitian dapat

dinyatakan reliabel / handal dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

Artinya kuisioner ini memiliki hasil yang konsisten jika dilakukan pengukuran

dalam waktu dan model atau desain yang berbeda.

4.1.4. Uji Asumsi Klasik

4.1.4.1.Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis

grafik dan uji statistik. Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal

dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan melihat nilai Asymp Sig pada

variabel dari tabel Kolmogorov-Smirnov . Perolehan nilai residual berdistribusi

normal jika memiliki nilai signifikansi > 0,05 (Ghozali, 2011).


64

Tabel 4. 12.
Hasil Uji Normalitas

No Variabel Asymp Sig


Perilaku konsumsi Islami, Islamic Store
1 Atmosfer, Electronic Word of Mouth (E-WOM) 0,187
dengan Shopping Emotion
Perilaku konsumsi Islami, Islamic Store
2 Atmosfer, Electronic Word of Mouth (E-WOM), 0,899
Shopping Emotion dengan Impulse Buying
Sumber : Data primer yang diolah (2020)

Berdasarkan data tabel 4.9 masing masing variabel yang ditunjukan

variabel Perilaku konsumsi Islami, Islamic Store Atmosfer, Electronic Word of

Mouth (E-WOM) dengan Shopping Emotion adalah sebesar 0,187 > 0,05, maka

dapat dikatakan data tersebut berdistribusi normal.

Sedangkan variabel Perilaku konsumsi Islami, Islamic Store Atmosfer,

Electronic Word of Mouth (E-WOM), Shopping Emotion dengan Impulse Buying

adalah sebesar 0,899 > 0,05, maka dapat dikatakan data tersebut berdistribusi

normal.

4.1.4.2.Uji Multikolinieritas

Pengujian Multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

independen terdapat hubungan satu sama lainnya. Pengujian Multikolinieritas

perlu dilakukan karena variabel independen yang digunakan ddalam penelitian

lebih dari satu. Untuk menguji gejala multikolinieritas dengan cara melihat nilai

VIF masing-masing variabel independen. Adapun kriteria tidak terjadi problem,

multikolinieritas apabila Nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka tidak

mempunyai persoalan multikolonieritas sehingga bisa dilakukan ke pengujian

selanjutnya.
65

Tabel 4. 13.
Hasil Uji Multikolinieritas

Model Regresi Variabel Tolerance VIF


Persamaan I KI 0,762 1,312
ISA 0,608 1,644
EWOM 0,601 1,663
Persamaan II KI 0,670 1,491
ISA 0,578 1,731
EWOM 0,536 1,864
SE 0,526 1,902
Sumber : Data primer yang diolah (2020)

Hasil uji Multikolinieritas pada table 4.11 menunjukkan bahwa nilai VIF <

10 dan nilai tolerance > 0,10, dengan demikian dapat disimpulkan variabel

independen yang digunakan dalam tidak terdapat hubungan multikolinearitas.

4.1.4.3.Uji heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Pengujian pada penelitian ini menggunakan uji glejser (Imam Ghozali,

2011). Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan sebaliknya disebut heteroskedastisitas.

Kebanyakan data yang mengandung heteroskedastisitas adalah data crossection,

karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran. Dalam

penelitian ini metode yang digunakan untuk menguji heteroskedastisitas adalah uji

glejser. Metode uji glejser meregresikan nilai absolute residual dengan variabel

bebas (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak

terjadi heteroskedastisitas.

a. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

b. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas.


66

Tabel 4. 14.
Hasil Uji Heteroskedastisitas.

Model Regresi Variabel VIF


Persamaan I KI 0,382
ISA 0,913
EWOM 0,251
Persamaan II KI 0,113
ISA 0,061
EWOM 0,804
SE 0,736
Sumber : Data primer yang diolah (2020)

Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi >

0.05, dan dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas antara variabel yag

digunakan dalam model penelitian.

4.1.5. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 model.

Model 1 digunakan untuk mengetahui pengaruh Perilaku konsumsi Islami, Islamic

Store Atmosfer, Electronic Word of Mouth (E-WOM) terhadap Shopping Emotion.

Sedangkan model 2 digunakan untuk mengetahui pengaruh Perilaku konsumsi

Islami, Islamic Store Atmosfer, Electronic Word of Mouth (E-WOM), dan

Shopping Emotion terhadap Impulse Buying. Adapun hasil analisis regresi dapat

diketahui pada tabel berikut ini :

Tabel 4. 15.
Hasil Uji Regresi Linier

Pengaruh Langsung Koefisien Se t hitung Sig Keterangan


KI -> SE -0,308 0,060 3,629 0,000 Hipotesis diterima
ISA -> SE 0,214 0,157 2,251 0,027 Hipotesis diterima
EWOM -> SE 0,326 0,114 3,414 0,001 Hipotesis diterima
KI -> IB -0,160 0,040 2,344 0,021 Hipotesis diterima
ISA -> IB 0,284 0,101 3,847 0,000 Hipotesis diterima
EWOM -> IB 0,193 0,076 2,522 0,013 Hipotesis diterima
SE -> IB 0,388 0,064 5,023 0,000 Hipotesis diterima
67

Sumber : Data primer yang diolah (2020)

Model persamaan regresi yang dapat dituliskan dari hasil tersebut adalah :

Y1 = -0.308 X1 + 0,214 X2+0,326 X3

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa nilai koefisien regresi untuk

variabel Perilaku konsumsi Islam (KI) adalah sebesar -0,308, variabel

Islamic Store Atmosfer sebesar 0,214, variabel Electronic Word of Mouth (E-

WOM) sebesar 0,326. Dari persamaan diatas dapat diartikan bahwa:

(1) Koefisien regresi untuk Perilaku konsumsi Islam (X1) sebesar -0,308

menunjukkan bahwa variabel Perilaku konsumsi Islam mempunyai

pengaruh negatif terhadap variabel Shopping Emotion. Artinya semakin

baik Perilaku konsumsi Islam maka akan menurunkan Shopping Emotion.

(2) Koefisien regresi untuk Islamic Store Atmosfer (X2) sebesar 0,214

menunjukkan bahwa variabel Islamic Store Atmosfer mempunyai

pengaruh positif terhadap variabel Shopping Emotion. Artinya semakin

baik Islamic Store Atmosfer maka semakin baik pula Shopping Emotion.

(3) Koefisien regresi untuk Electronic Word of Mouth (E-WOM) (X3) sebesar

0,326 menunjukkan bahwa variabel Electronic Word of Mouth (E-WOM)

mempunyai pengaruh positif terhadap variabel Shopping Emotion. Artinya

semakin baik Electronic Word of Mouth (E-WOM) maka semakin baik

pula Shopping Emotion.

Y2 = -0,160 X1 + 0,284 X2 + 0,193 X3 + 0,388 Y1

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa nilai koefisien regresi untuk

variabel Perilaku konsumsi Islam adalah sebesar -0,160, variabel Islamic


68

Store Atmosfer sebesar 0,284, variabel Electronic Word of Mouth (E-WOM)

sebesar 0,193, variabel Shopping Emotion sebesar 0,388. Dari persamaan

diatas dapat diartikan bahwa:

(1) Koefisien regresi untuk Perilaku konsumsi Islam (X1) sebesar -0,160

menunjukkan bahwa variabel Perilaku konsumsi Islam mempunyai

pengaruh negatif terhadap variabel Impulse Buying sebesar. Artinya

semakin baik Perilaku konsumsi Islam maka Impulse Buying akan semakin

menurun.

(2) Koefisien regresi untuk Islamic Store Atmosfer (X2) sebesar 0,284

menunjukkan bahwa variabel Islamic Store Atmosfer mempunyai

pengaruh positif terhadap variabel Impulse Buying. Artinya semakin baik

Islamic Store Atmosfer maka Impulse Buying akan semakin tinggi.

(3) Koefisien regresi untuk Electronic Word of Mouth (E-WOM) (X3) sebesar

0,193 menunjukan bahwa ini menunjukkan bahwa Electronic Word of

Mouth (E-WOM) mempunyai pengaruh positif terhadap variabel Impulse

Buying. Artinya semakin baik Electronic Word of Mouth (E-WOM) maka

Impulse Buying semakin tinggi.

(4) Koefisien regresi untuk Shopping Emotion (Y1) sebesar 0,388

menunjukkan bahwa variabel Shopping Emotion mempunyai pengaruh

positif terhadap variabel Impulse Buying. Artinya semakin baik Shopping

Emotion maka Impulse Buying semakin tinggi.


69

4.1.6. Hasil Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian langsung digunakan uji t, maka kriteria pengambilan

keputusannya adalah sebagai berikut :

1) Jika nilai signifikansinya < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima,

artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Dengan demikian hipotesis diterima / terbukti.

2) Jika nilai signifikansinya > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak,

artinya tidak ada pengaruh antara bebas secara parsial terhadap variabel

terikat. Dengan demikian hipotesis diterima / tidak terbukti

Tabel 4. 16.
Hasil Uji Parsial (Uji t)

Pengaruh Langsung t hitung Sig


KI -> SE 3,629 0,000
ISA -> SE 2,251 0,027
EWOM -> SE 3,414 0,001
KI -> IB 2,344 0,021
ISA -> IB 3,847 0,000
EWOM -> IB 2,522 0,013
SE -> IB 5,023 0,000
Sumber : Data primer yang diolah, 2020

a. Pengaruh Perilaku konsumsi Islam terhadap Shopping Emotion

Hasil pengujian antara Perilaku konsumsi Islam terhadap Shopping

Emotion diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Perolehan

signifikansinya 0,000 < 0,05, yang artinya Perilaku konsumsi Islam

berpengaruh negatif terhadap Shopping Emotion. Berdasarkan hasil

pengujian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan Perilaku

konsumsi Islam berpengaruh negatif terhadap Shopping Emotion

diterima.
70

b. Pengaruh Islamic Store Atmosfer terhadap Shopping Emotion

Hasil pengujian antara Islamic Store Atmosfer terhadap Shopping Emotion

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,027. Perolehan signifikansinya 0,027

< 0,05, yang artinya Islamic Store Atmosfer berpengaruh positif terhadap

Shopping Emotion. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa

hipotesis yang menyatakan Islamic Store Atmosfer berpengaruh positif

terhadap Shopping Emotion diterima.

c. Pengaruh Electronic Word of Mouth (E-WOM) terhadap Shopping

Emotion

Hasil pengujian antara Electronic Word of Mouth (E-WOM) terhadap

Shopping Emotion diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001. Perolehan

signifikansinya 0,001 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

artinya Electronic Word of Mouth (E-WOM) berpengaruh positif terhadap

Shopping Emotion. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa

hipotesis yang menyatakan Electronic Word of Mouth (E-WOM)

berpengaruh positif terhadap Shopping Emotion diterima.

d. Pengaruh Perilaku konsumsi Islam terhadap Impulse Buying

Hasil pengujian antara Perilaku konsumsi Islam terhadap Impulse Buying

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,021. Perolehan signifikansinya 0,021

< 0,05, yang artinya Perilaku konsumsi Islam berpengaruh negatif

terhadap Impulse Buying. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan

bahwa hipotesis yang menyatakan Perilaku konsumsi Islam berpengaruh

negatif terhadap Impulse Buying diterima.


71

e. Pengaruh Islamic Store Atmosfer terhadap Impulse Buying

Hasil pengujian antara Islamic Store Atmosfer terhadap Impulse

Buyingdiperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Perolehan

signifikansinya 0,000 < 0,05, yang artinya Islamic Store Atmosfer

berpengaruh positif terhadap Impulse Buying. Berdasarkan hasil pengujian

dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan Islamic Store

Atmosfer berpengaruh positif terhadap Impulse Buying diterima.

f. Uji t Electronic Word of Mouth (E-WOM) terhadap Impulse Buying

Hasil pengujian antara Electronic Word of Mouth (E-WOM) terhadap

Impulse Buying diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,013. Karena

signifikansinya 0,013 < 0,05, yang artinya Electronic Word of Mouth (E-

WOM) berpengaruh positif terhadap Impulse Buying. Berdasarkan hasil

pengujian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan Electronic

Word of Mouth (E-WOM) berpengaruh positif terhadap Impulse Buying

diterima.

g. Pengaruh Shopping Emotion terhadap Impulse Buying

Hasil pengujian antara Shopping Emotion terhadap Impulse Buying

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena signifikansinya 0,000 <

0,05, yang artinya Shopping Emotion berpengaruh positif terhadap Impulse

Buying. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa hipotesis

yang menyatakan Shopping Emotion berpengaruh positif terhadap Impulse

Buying diterima.
72

4.1.7. Hasil Uji F

Nilai F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel

bebas terhadap variabel berikutnya atau untk menguji ketetapan model (goodness

of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan (bersama-sama)

terhadap variabel terikat maka model persamaan regrsi masuk dalam kriteria

cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka

masuk dalam kategori tidak cocok atau non fit. Adapun pengujian dalam uj F ini

dengan menggunakan cara sebagai berikut :

Kriteria pengujian:

1. Pvalue < 0,05 menunjukkan bahwa uji model ini layak untuk digunakan pada

penelitian.

2. Pvalue > 0,05 menunjukkan bahwa uji model ini tidak layak untuk digunakan pada

penelitian.

Tabel 4. 17.
Hasil Uji Simultan

Model Penelitian F Hitung Sig


KI -> SE 28.870 0.000
ISA
EWOM
KI -> IB 55.797 0.000
ISA
EWOM
SE
Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan hasil uji F pada tabel 4.16 diketahui pada persamaan 1

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa

Perilaku konsumsi Islami, Islamic Store Atmosfer dan Electronic Word of Mouth

(E-WOM) terhadap secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap


73

Shopping Emotion. Pada persamaan 2 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 <

0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa Perilaku konsumsi Islami, Islamic Store

Atmosfer, Electronic Word of Mouth (E-WOM), dan Shopping Emotion secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Impulse Buying. Dengan demikian

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model penelitian ini layak untuk menguji

dan memprediksi impulse buying.

4.1.8. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4. 18.
Hasil Uji Koefissien Determinasi

Adjusted
Model Penelitian R Square
R Square
KI -> SE 0.474 0.458
ISA
EWOM
KI -> IB 0.701 0.689
ISA
EWOM
SE
Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

variabel bebas (X) dalam menerangkan variabel terikat (Y). Hasil nilai koefiisen

determinasi seperti dijelaskan pada Tabel 4.20 di atas ditunjukkan dengan nilai

Adjusted R Square, dimana nilai koefisien determinasi untuk pengaruh Perilaku

konsumsi Islami, Islamic Store Atmosfer dan Electronic Word of Mouth (E-WOM)

terhadap Shopping Emotion diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,474,

dapat diartikan bahwa Shopping Emotion mampu dijelaskan oleh kedua variabel

Perilaku konsumsi Islami, Islamic Store Atmosfer dan Electronic Word of Mouth

(E-WOM) sebesar 47.4%, sedangkan sisanya sebesar 52,6% dijelaskan oleh


74

variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.

Sedangkan Nilai koefisien determinasi pengaruh langsung antara Perilaku

konsumsi Islami, Islamic Store Atmosfer, Electronic Word of Mouth (E-WOM)

dan Shopping Emotion secara bersama-sama terhadap Impulse Buying diperoleh

sebesar 0,701, yang berarti Perilaku konsumsi Islami, Islamic Store Atmosfer,

Electronic Word of Mouth (E-WOM) dan Shopping Emotion sebesar 70.1%

sedangkan sisanya sebesar 29.9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati

dalam penelitian ini.

4.1.9. Hasil Uji Sobel Test

Untuk mengetahui apakah Shopping Emotion mampu menjadi variabel

intervening antara hedonis Perilaku konsumsi Islam , Islamic Store Atmosfer dan

Electronic Word of Mouth (E-WOM) terhadap Impulse Buying maka dalam

penelitian ini menggunakan uji sobel test. Uji sobel test dalam penelitian ini

menggunakan calculation for the sobel test. Pengujian dikatakan mampu menjadi

variabel intervening apabila pada nilai signifikansi < 0,05.

a. Uji Intervening Perilaku konsumsi Islam Terhadap Impulse Buying


Melalui Shopping Emotion

Gambar 4. 1.
Uji Intervening Perilaku konsumsi Islam Terhadap Impulse Buying Melalui
Shopping Emotion

Perilaku Impulse Buying


konsumen (Y2)
islami (X1)

Shoping Emotion
(Y1)
75

Berdasarkan hasil pengujian sobel test seperti yang dijelaskan pada

gambar di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,00 > 0,05. Dengan hasil

terebut maka dapat diartikan bahwa Shopping Emotion mampu mampu

menjadi variabel intervening antara Perilaku konsumsi Islam dengan Impulse

Buying.

b. Uji Intervening Islamic Store Atmosfer Terhadap Impulse Buying Melalui


Shopping Emotion

Gambar 4. 2.
Uji Intervening Islamic Store Atmosfer Terhadap Impulse Buying Melalui
Shopping Emotion

Impulse Buying
Islamic Store (Y2)
Atmosfer (X2)

Shoping Emotion
(Y1)
76

Berdasarkan hasil pengujian sobel test seperti yang dijelaskan pada

gambar di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,183 < 0,05. Dengan hasil

tersebut maka dapat diartikan bahwa Shopping Emotion tidak mampu menjadi

variabel intervening antara Islamic Store Atmosfer dengan Impulse Buying.

c. Uji Intervening Electronic Word of Mouth (E-WOM) Terhadap Impulse


Buying Melalui Shopping Emotion

Gambar 4. 3.
Uji Intervening Electronic Word of Mouth (E-WOM) Terhadap Impulse
Buying Melalui Shopping Emotion

Impulse Buying
Electronic Word of
Mouth (E-WOM) (Y2)
(X3)

Shoping Emotion
(Y1)
77

Berdasarkan hasil pengujian sobel test seperti yang dijelaskan pada

gambar di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,010 < 0,05. Dengan hasil

terebut maka dapat diartikan bahwa Shopping Emotion mampu menjadi

variabel intervening antara Electronic Word of Mouth (E-WOM) dengan

Impulse Buying.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Hubungan Perilaku konsumsi Islam dan Shopping Emotion

Hasil penelitian menunjukan bahwa, Perilaku konsumsi Islam berpengaruh

negatif terhadap shopping emotion. Artinya, konsumen yang mengutamakan

pembelian barang yang bermanfaat, selalu membeli dan menggunakan barang

yang sesuai manfaat dan kebutuhan maka emosi belanja seperti tertarik dengan

produk yang ditawarkan Pand‟s Muslim Department Store dan kenyamanan saat

berada di toko akan berkurang. Responden yang selalu bersikap sederhana dalam

berpenampilan dan murah hati serta selalu menjunjung moralitas dalam

berperilaku akan menurunkan perasaan senang sesaat yang timbul saat berbelanja.
78

Selain itu responden yang selalu mendahulukan kebutuhan prioritas maka

kepuasan saat berbelanja menjadi menurun.

Menurut (Ompi et al., 2018) Perilaku konsumsi Islam yang sejalan dengan

Teori konsumsi menurut Al Ghazali tidak hanya berorientasi kepada kepuasan

saja. Meskipun Al Ghazali tidak menafikan tabiat manusia yang cenderung

mengikuti keinginannya. Al Ghazali menganjurkan agar hati-hati dalam menjaga

harta, termasuk menjaga hartanya dari nafsu syahwat yang selalu menuntut

kepuasan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan. Dengan demikian

konsumen Prinsip ekonomi yang disyariatkan Islam dapat mendorong konsumen

agar tidak hidup bermewah-mewah, menjauhi israf dan tabzir tidak berusaha pada

kerja-kerja yang dilarang, membayar zakat menjauhi riba sehingga Shopping

Emotion dalam berbelanja menurun.

Hasil penelitian yang (Chandra & Purnami, 2014) didapati Perilaku

konsumsi Islam secara negative mempengaruhi perilaku shopping emotion.

Sejalan dengan hal itu dikemukakan oleh (Suparna & Gede, 2015) dimana

komsumsi Islam negative mempengaruhi perilaku shopping emotion sehingga

konsumsi yang sesuai agama Islam menjadikannya ingat kepada Yang Maha

memberi rizki, tidak boros, tidak kikir, tidak memasukkan ke dalam mulutuya dari

sesuatu yang haram dan tidak melakukan pekerjaan haram untuk memenuhi

konsumsinya.

4.2.2. Hubungan Islamic Store Atmosfer terhadap Shopping Emotion

Hasil penelitian menunjukan bahwa, Islamic Store Atmosfer berpengaruh

positif terhadap Shopping Emotion. Artinya, usaha membangun nuansa Islami


79

yang sangat baik dari segala interior dalam maupun eksterior toko dapat

meningkatkan perasaan bahagia karena tertarik dengan produk yang dijual di

Pand‟s Muslim Department Store. Selain itu atmosfer toko dengan nuansa Islami

mampu menampilkan keindahan dan kegiatan Islami yang dilaksanakan mampu

menarik minat konsumen berada di toko maka dapat meningkatkan perasaan

nyaman dan senang saat berbelanja. Aturan berbusana Islami di setiap karyawan

di toko yang menampilkan kesan rapi yang membuat konsumen nyaman

berbelanja, sehingga adanya Islamic store atmosphere dapat meningkatkan emosi

bahagia dalam toko sehingga konsumen merasakan kepuasan tersendiri alam

berbelanja.

Suasana toko mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap suasana hati

saat berbelanja, adanya situasi toko yang baik, maka dapat memberi pengaruh

positif terhadap keadaan emosional pembeli yang mempengaruhi pembeliannya.

Store atmosphere yang dihadirkan dalam ruangan dan membangkitkan rasa

senang, nyaman dan santai saat konsumen melakukan belanja. Situasi toko

berpengaruh terhadap kondisi emosional si pembeli, yang seterusnya menjadikan

penentu untuk mengurangi ataupun memperbanyak belanjaannya (Mowen dan

Minor, 2002). Menurut Theresia (2014) suasana toko berdampak pada kondisi

emosi yang berdampak pada sampai manakah pembeli mengeluarkan uangnya di

luar perencanaan saat berada di toko.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauzi et al (2016) konsumen muslim

sangat menghargai usaha yang menghargai nilai–nilai Islam dalam menjalankan

bisnisnya dimana suasana toko yang mengandung nilai-nilai Islami akan


80

mempengaruhi keadaan emosi konsumen muslim untuk mengkunjungi toko.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2018) dimanan Аtmosfеr

toko mеmiliki kаitаn yаng еrаt dеngаn Shopping Еmotion, dimаnа dеngаn Storе

Аtmosphеrе yаng bаik аkаn bеrpеngаruh positif tеrhаdаp kondisi еmosionаl

konsumеn sеhinggа bеrpеngаruh jugа tеrhааdаp pеmbеliааnnyа.

4.2.3. Hubungan Electronic Word of Mouth (E-WOM) terhadap Shopping


Emotion

Hasil penelitian menunjukan bahwa, Electronic Word of Mouth (E-WOM)

berpengaruh positif terhadap Shopping Emotion. Artinya, ulasan yang diberikan

konsumen lain mengenai produk secara online mampu menggiring opini positif

sehingga perasaan bahagia karena tertarik dengan produk yang dijual di Pand‟s

Muslim Department Store akan meningkat. Responden yang setuju dengan

informasi yang didapatkan dari ulasan online sebelum melakukan pembelian

produk dapat meningkatkan perasaan nyaman dan senang saat berbelanja. Selain

itu responden yang mempercayai ulasan konsumen lain pada media sosial dapat

membangun perasaan senang dalam berbelanja sehingga perasaan senang tersebut

mampu mendorong konsumen melakukan pembelian bahkan pembelian diluar

rencana.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Kusumaningrum et al.,

2018) terdapat hubungan antara emosi konsumen dalam berbelanja. Sejalan

dengan penelitian ini dikemukakan oleh (Husnain et al., 2016) dimana Ewom

mampu menjadi sumber rekomendasi sebelum melakukan pembelian sehingga

dapat berpengaruh pada emosi konsumen dalam melakukan pembelian.


81

4.2.4. Hubungan Perilaku konsumsi Islam Terhadap Impulse Buying

Hasil penelitian menunjukan bahwa, Perilaku konsumsi Islam berpengaruh

negatif terhadap impulse buying. Artinya, konsumen yang mengutamakan

pembelian barang yang bermanfaat, selalu membeli dan menggunakan barang

yang sesuai manfaat dan kebutuhan maka spontnitas belanja produk yang

ditawarkan Pand‟s Muslim Department Store dan perilaku tidak

mempertimbangkan konsekuensi dalam membeli akan berkurang. Responden

yang selalu bersikap sederhana dalam berpenampilan dan murah hati serta selalu

menjunjung moralitas dalam berperilaku akan menurunkan kecenderungan

berbelanja tanpa berpikir panjang. Selain itu responden yang selalu mendahulukan

kebutuhan prioritas maka obsesi untuk membeli produk yang tidak dibutuhkan

akan menurun.

Sesuai hal tersebut Islam sangat menghargai kemaslahatan manusia

dengan membuat batasanbatasan atau rambu-rambu dalam berkonsumsi sesuai

prinsip Perilaku konsumsi Islam yaitu : konsumsi barang halal, konsumsi barang

suci dan bersih, tidak berlebihan,dan konsumsi berdasarkan kebutuhan bukan

keinginan.. Hal ini tercantum dalam Al-Qur‟an pada surat Al-Isra ayat 26-27 dan

An-Nahl ayat 114. Yusuf Qardhawi dalam Pratomo dan Ermawati (2019)

menyebutkan beberapa variable moral dalam berkonsumsi, diantaranya konsumsi

atas alasan dan pada barang-barang yang baik (halal), berhemat, tidak bermewah-

mewahan, menjauhi hutang, dan menjauhi kebakhilan dan kekikiran.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Kurniati, 2018) didapati Perilaku konsumsi Islam secara negative terhadap


82

perilaku impulse buying hal ini karena konsumen muslim yang telah

mengonsumsi berbagai barang konsumsi sekaligus mampu merasakannya sebagai

nikmat karunia Allah, akan berkontribusi besar dalam mengaksesnya untuk

senantiasa menunaikan ibadah dengan berlandaskan atas syukur akan nikmat

karunia Allah sehingga perilaku berbelanja konsumtif akan semakin menurun.

Sejalan dengan hal itu dikemukakan oleh (Mufidah, 2017) dimana Pola konsumsi

dalam Islam tidak mengakui materialisme sebagaimana ekonomi konvensional

sehinga berdampak negative pada impulse buying.

4.2.5. Hubungan Islamic Store Atmosfer Terhadap Impulse Buying

Hasil penelitian menunjukan bahwa, Islamic Store Atmosfer berpengaruh

positif terhadap Impulse Buying. Artinya, usaha membangun nuansa Islami yang

sangat baik dari segala interior dalam maupun eksterior toko dapat meningkatkan

spontanitas pembelian konsumen saat berada di Pand‟s Muslim Department Store.

Selain itu atmosfer toko dengan nuansa Islami mampu menampilkan keindahan

dan kegiatan Islami yang dilaksanakan mampu menarik minat konsumen berada

di toko sehingga konsumen akan melakukan pembelian dengan tidak

mempertimbangkan konsekuensi serta cenderung berbelanja tanpa berpikir

panjang dulu sebelumnya. Aturan berbusana Islami di setiap karyawan di toko

yang menampilkan kesan rapi yang membuat konsumen nyaman berbelanja,

sehingga mampu menarik minat konsumen untuk terobsesi untuk belanja di luar

rencana.

Store atmosphere memiliki kaitan kuat dengan pembelian tak terencana.

Situasi toko yang baik akan mampu menciptakan kenyamanan bagi si pembeli dan
83

tak terasa telah berada di toko dalam waktu yang cukup lama. Atmosfer toko yang

memiliki kenyamanan yang baik mampu memberikan efek ke konsumen untuk

berlama-lama melihat barang yang ada di toko dan tanpa disadari telah melakukan

pembelian tak terencana. Menurut Levy dan Weitz (2012) pembelian tak

terencana ialah hasil akhir pembelian yang di lakukan oleh pembeli setelah

memperhatikan produk yang ada ditoko. Kondisi toko yang apik akan berdampak

pada keadaan emosional di diri pembeli, kemudian pembeli membeli produk

yang tidak ada di daftar belanja yang telah di buat sebelumnya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gaby (2015) dan Oky (2016), dimana

Store atmosphere berpengaruh positif terhadap pembelian yang tidak di rencana

(Impulse buying). Islamic store atmosphere ialah suasana toko yang mengadopsi

budaya, tradisi, dan nilai-nilai Islami antara lain memutar musik Islami, dekorasi

yang mencerminkan Islam, dan penampilan karyawan yang Islami cenderung

membuat konsumen muslim lebih nyaman untuk berlama-lama saat berbelanja

dan Impulse buying dapat terjadi. Sejalan dengan Putu (2016) dimana Atmosfer

toko yang memiliki kenyamanan yang baik mampu memberikan efek ke

konsumen untuk berlama-lama melihat barang yang ada di toko dan tanpa disadari

telah melakukan pembelian tak terencana.

4.2.6. Hubungan Electronic Word of Mouth (E-WOM) Terhadap Impulse


Buying

Hasil penelitian menunjukan bahwa, Electronic Word of Mouth (E-WOM)

berpengaruh positif terhadap Impulse Buying. Artinya, ulasan yang diberikan

konsumen lain mengenai produk secara online mampu menggiring opini positif

sehingga dapat meningkatkan spontanitas pembelian konsumen saat berada di


84

Pand‟s Muslim Department Store. Responden yang setuju dengan informasi yang

didapatkan dari ulasan online sebelum melakukan pembelian produk mampu

menarik minat konsumen berada di toko sehingga konsumen akan melakukan

pembelian dengan tidak mempertimbangkan konsekuensi serta cenderung

berbelanja tanpa berpikir panjang dulu sebelumnya. Selain itu responden yang

mempercayai ulasan konsumen lain pada media sosial dapat membangun perasaan

senang dalam berbelanja sehingga perasaan senang tersebut mampu mendorong

konsumen melakukan pembelian bahkan pembelian diluar rencana dan terobsesi

memiliki produk yang ditawarkan tanpa perencanaan sebelumnya.

Informasi yang terbatas dalam pembelian online, dibutuhkan informasi

tambahan seperti word-of-mouth elektronik (eWOM) melalui ulasan konsumen

dalam bentuk komentar atau rekomendasi dapat menjadi sumber informasi yang

mmpengaruhi pembelian secara online. (Magdalena dan Sugiyanto, 2016).

Komentar dari kosumen lain dapat mempengaruhi pemikiran, sikap, perilaku, dan

keputusan akhir. Semakin baik komentar yang diberikan dan semakin menarik

foto yang diunggah, semakin besar pengaruh komentar dan gambar tersebut

terhadap impulse buying.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kusumaningrum

et al., 2018) terdapat hubungan antara word-of-mouth elektronik (eWOM) dengan

perilaku pembelian impulse konsumen. Sejalan dengan penelitian ini

dikemukakan oleh (Husnain et al., 2016) dimana Pengaruh pembelian tidak

terencana ini disebabkan karena komentar konsumen lain yang dapat

mempengaruhi pemikiran, sikap, perilaku, dan keputusan akhir. Semakin baik


85

komentar yang diberikan dan semakin menarik foto yang diunggah, semakin besar

pengaruh komentar dan gambar tersebut terhadap impulse buying.

4.2.7. Hubungan Shopping Emotion Terhadap Impulse Buying

Hasil penelitian menunjukan bahwa, Shopping Emotion bereengaruh

positif terhadap Impulse Buying. Artinya, saat konsumen merasa tertarik dengan

penawaran produk di store maka dapat meningkatkan spontanitas pembelian

konsumen saat berada di Pand‟s Muslim Department Store. Selain itu kenyamaan

yang dirasakan konsumen saat berbelanja mampu meningkatkan minat konsumen

berada di toko sehingga konsumen akan melakukan pembelian dengan tidak

mempertimbangkan konsekuensi serta cenderung berbelanja tanpa berpikir

panjang dulu sebelumnya. Keadaan senang dan puas yang dirasa oleh pembeli dan

memberikan pengetahuan saat belanja tentang produk yang ditawarkan, sehingga

emosi tersebut mampu menarik minat konsumen untuk terobsesi untuk belanja di

luar rencana.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini

(2016), Raditya (2018) di mana terdapat Ketika seorang konsumen merasakan

suasana yang baik ketika berbelanja maka konsumen tersebut akan merasa

nyaman dan timbullah emosi positif dalam dirinya mendorong untuk

meningkatkan pembelian tidak terencana. Hasil penelitian Bramantyo (2017)

menunjukan hasil yang sejalan dimana yang menunjukkan bahwa Shopping

Emotion membuat konsumen bersedia untuk menghabiskan waktu di toko dan

juga untuk membeli lebih banyak produk yang tidak direncanakan sebelumnya.
86

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

a. Perilaku konsumsi Islam berpengaruh negatif terhadap Shopping Emotion,

yang berarti bahwa semakin seseorang berperilaku konsumsi Islami maka

konsumen dapat mengendalikan emosi untuk tertarik berbelanja saat

berada di lokasi belanja.

b. Islamic Store Atmosfer berpengaruh positif terhadap Shopping Emotion,

artinya apabila pemilik toko mampu membangun suasana Islami yang

menarik minat hal tersebut mampu meningkatkan emosi untuk tertarik

berbelanja saat berada di lokasi belanja

c. Electronic Word of Mouth (E-WOM) berpengaruh positif terhadap

Shopping Emotion yang berarti ulasan online dari konsumen lain tentang

produk pands mampu meningkatkan emosi positif saat berada di lokasi

belanja,

d. Perilaku konsumsi Islam berpengaruh negatif terhadap Impulse Buying,

yang berarti semakin seseorang berperilaku konsumsi Islami maka

konsumen dapat mengendalikan diri untuk tidak tertarik melakukan

pembelian saat ada tawaran mendesak di lokasi belanja

e. Islamic Store Atmosfer berpengaruh positif terhadap Impulse Buying,


87

dengan demikian dapat diartikan bahwa pemilik toko mampu membangun

suasana Islami yang menarik minat hal tersebut mampu meningkatkan

ketertarikan konsumen untuk mengikuti tawaran belanja impulse di lokasi

perbelanjaan.

f. Electronic Word of Mouth (E-WOM) berpengaruh positif terhadap Impulse

Buying, yang berarti ulasan online dari konsumen lain tentang produk

pands mampu meningkatkan ketertarikan konsumen untuk belanja impulse

di lokasi perbelanjaan.

g. Shopping Emotion berpengaruh positif terhadap Impulse Buying, yang

berarti bahwa semakin konsumn tidak mampu mengendalikan emosi

belanja maka hal tersebut mampu meningkatkan ketertarikan konsumen

untuk belanja impulse di lokasi perbelanjaan.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka keterbatasan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel dalam melakukan penelitian ini hanya dibatasi dengan

menggunakan 5 variabel penelitian yaitu Perilaku konsumsi Islami,

Islamic store atmosphere, Electronic Word of Mouth (E-WOM), shopping

emotion dan impulse buying.

2. Penelitian ini hanya meneliti pada responden dengan kriteria tertentu,

seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan pendidikan, sehingga kriteria

ini masih kurang luas.


88

3. Pengumpulan data hanya menggunakan kuesioner saja, sehingga

menyebabkan kurangnya interaksi dan penjelasan dari responden.

5.3. Saran

Dengan adanya hasil penelitian ini, penulis mencoba memberikan

beberapa saran, antara lain:

1. Pihak Pand‟s Muslim Department Store Semarang perlu menambah

edukasi Islami melalui webinar terkait pentingnya melakukan pembelian

sesuai kebutuhan berdasarkan Alquran dan hadits.

2. Pihak Pand‟s Muslim Department Store Semarang perlu memperhatikan

Islamic Store Atmosfer perlu meningkatkan nilai estetika Islami dalam

toko melalui ornament-ornamen Islam, poster Islami di pands, sehingga

mampu membangun keinginan konsumen untuk melakukan pembelian

3. Pihak Pand‟s Muslim Department Store Semarang perlu mendorong

pelanggan agar mau membaca ulasan konsumen lain diantarnya dengan

memposting ulasan tersebut pada media sosial dengan bantuan hastag

sehingga konsumen memudahkan konsumen untuk menambah

pengetahuan lebih mengenai produk sehingga mampu meningkatkan

pembelian konsumen

4. Pihak Pand‟s Muslim Department Store Semarang perlu memperhatikan

emosi atau perasaan konsumen dalam berbelanja dengan memberikan

pelayanan yang baik sehingga konsumen akan merasa puas sehingga

Impulse Buying meningkat.


89

5.4. Agenda Penelitian Mendatang

1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mampu menambahkan variabel

bebas yang lain digunakan yang diperkirakan mampu mempengaruhi

impulse buying seperti celebrity endorser, brand image, sales promotion,

Prince, discount dan lain-lain, sehingga memperoleh hasil penelitian yang

lebih baik dan lebih akurat dalam memperkirakan faktor yang

mempengaruhi nilai impulse buying

2. Penelitian ini menggunakan responden yang berasal dari Pand‟s Muslim

Department Store, untuk penelitian selanjutnya bisa diteliti lagi di toko

muslim yang lain


90

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, E. (2015). Perilaku Pembelian Tidak Terencana (Impulse buying) Di


Pusat Perbenjaan Modern Di Surabaya. An-Nisbah, 1(2), 1–26.

Ahmad, M. B., Ali, H. F., Malik, M. S., Humayun, A. A., & Ahmad, S. (2019).
Factors Affecting Impulsive Buying Behavior With Mediating Role Of
Positive Mood: An Empirical Study. European Online Journal Of Natural
And Social Sciences, 8(1), 17–35.

Akbar, M. J. C., & Sunarti. (2018). Pengaruh Electronic Word of Mouth Terhadap
Keputusan Pembelian (Survei Pada Konsumen Restoran Sushi Tei Kelapa
Gading). Jurnal Administrasi Bisnis (Jab), Vol. 60(No. 3), H. 45-51.

Aurellia, D. P. (2019). Pengaruh Persepsi Konsumen Pada Store atmosphere


Terhadap Impulse buyingmelalui Shopping Emotion Pleasure (Studi Pada
Konsumen Mirota Kampus Babarsari Yogyakarta). Exero Journal Of
Research In Business And Economicsndeconomics, 2(1), 57–79.
Https://Doi.Org/10.1017/Cbo9781107415324.004

Cakraningrat, P. B. W. W., & Ardani, I. G. A. K. S. (2016). Pengaruh Promosi


Dan Store atmosphere Terhadap Shopping Emotion Dan Impulse buying Di
Discovery Shopping Mall Putu Bagus Wichitakani Wahyu Cakraningrat 1
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana , Bali , Indonesia
Dewasa Ini , Kebutuhan Masyarakat. 5(7), 4423–4452.

Chandra, I., & Purnami, N. (2014). Pengaruh Jenis Kelamin, Promosi Penjualan
Dan Sifat Perilaku konsumsi Islam Terhadap Perilaku Impulse buying Secara
Online. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 3(8), 254385.

Diah, A. M., Pristanti, H., Aspianti, R., & Syachrul, -. (2019). The Influence Of
Hedonic Shopping Value And Store atmosphere And Promotion Of Impulse
buying Through Positive Emotion On The Consumer Of Sogo Department
Store In Samarinda. Advances In Economics, Business And Management
Research, 75(Icmemm 2018), 103–108. Https://Doi.Org/10.2991/Icmemm-
18.2019.3

Hidayat, R., & Erika, R. (2017). PengaruhStore atmosphere Dan Promosi


Terhadap Shopping Emotion Dan Impulse buying Pada Supermarket Halimah
Lytech Homebatam Centre”. Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis, 5(1), 103.
Https://Doi.Org/10.35314/Inovbiz.V5i1.175

Husnain, M., Qureshi, I., Fatima, T., & Akhtar, W. (2016). The Impact Of
Electronic Word-Of-Mouth On Online Impulse buying Behavior: The
Moderating Role Of Big 5 Personality Traits. Journal Of Accounting &
91

Marketing, 05(04). Https://Doi.Org/10.4172/2168-9601.1000190

Kusumaningrum, A., Wicaksono, B., & Saniatuzzulfa, R. (2018). Hubungan


Electronic Word of Mouth Dan Hedonic Shopping Motivation Dengan
Perilaku Konsumtif Produk Make Up Pada Mahasiswi. Jurnal Psikologi,
14(1), 50. Https://Doi.Org/10.24014/Jp.V14i1.4698

Maulana, R. I. (2018). Promosi Dan Store atmosphere Terhadap Shopping


Emotion Dan Impulse buying. Universitas Pamulang, 2(2), 213–225.
Retrieved From
Http://Ejournal.Bsi.Ac.Id/Ejurnal/Index.Php/Abdimas/Article/View/3956/24
95

Mustikasari, A., & Widaningsih, S. (2017). Pengaruh E-Wom Terhadap


Keputusan Berkunjung Ke Tempat Wisata Di Kota Bandung. Jurnal
Manajemen Indonesia, 16(2), 95. Https://Doi.Org/10.25124/Jmi.V16i2.315

Ompi, A. P., Sepang, J. L., & Wenas, R. S. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang
Menyebabkan Terjadinya Pembelian Impulsif Produk Fashion Di Outlet
Cardinal Mega Mall Manado. Jurnal Emba: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 6(4).

Pontoh, M. E., Moniharapon, S., & Roring, F. (2017). Pengaruh Display Produk
Dan Store atmosphere Terhadap Impulse Bulying Pada Konsumen Matahari
Department Store Mega Mall Manado. Emba, 5(2), 1823–1833.
Https://Doi.Org/10.1063/1.4740043

Pratomo, B., & Supriono, S. (2017). Pengaruh Store atmosphere Terhadap


Shopping Emotion Dan Impulse buying (Studi Pada €Œsupermarket
Giant†Dinoyo Malang). Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas
Brawijaya, 50(1), 178–183.

Purnamasari, D., & Yulianto, E. (2018). Analisis Electronic Word of Mouth


Terhadap Keputusan Pembelian Produk Smartphone Oppo Dengan Brand
Image Dan Brand Trust Sebagai Variabel Moderator ( Survei Pada
Konsumen Oppo Shop Center Sidoarjo ). Jurnal Administrasi Bisnis (Jab),
54(1), 92–100. Retrieved From Administrasibisnis.Studentjournal.Ub.Ac.Id

Putra, A. P., & Adam, M. (2019). Pengaruh Shopping Enjoyment Terhadap


Impulse buying Dengan Product Browsing Sebagai Variabel Mediasi Pada
Konsumen Shopee Online Shop ( Studi Pada Mahasiswa Di Universitas
Syiah Kuala. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol., 5(1), 52–
61.

Sari, N., Saputra, M., & Husein, J. (2017). Pengaruh Electronic Word of Mouth
Terhadap Keputusan Pembelian Pada Toko Online Bukalapak.Com. Jurnal
Manajemen Magister, 03(01), 96–106.
92

Shenoy, S. S. (2018). Impact Of Tie Strength , Homophily , Trust , Normative


And Informative Influence On Opinion Seeking , Giving And Passing.
International Journal Of Pure And Applied Mathematics, 119(18), 15–25.

Soenjaya, M., & Gaby, K. (2015). Pengaruh Store atmosphere Dan Shopping
Emotion Terhadap Impulse buying Dalam Memilih Restaurant Tenant Di
Spazio Surabaya. Jurnal Manajemen Perhotelan, 1(1), 518–528.

Suparna, K. A. P., & Gede, L. (2015). Peran Motivasi Hedonis Memediasi


Pengaruh Sifat Perilaku konsumsi Islam Terhadap Perilaku Pembelian
Impulsif Secara Online. E-Jurnal Manajemen Unud, 4(6), 1661–1675.

Supriono, S. (2018). Pengaruh Store atmosphere Terhadap Impulse buying.


Journal Of Applied Business Administration, 2(1), 109–115.
Https://Doi.Org/10.30871/Jaba.V2i1.746

Syahputra, A., Yunus, M., & Mahdani. (2017). Pengaruh Gaya Hidup Hedonisme,
Perilaku konsumsi Islam Dan Pendapatan Terhadap Shopping Lifesyle Serta
Dampaknya Pada Pembelian Impulsif Online Produk Fashion Pada
Masyarakat Kota Banda Aceh. Manajemen Dan Inovasi, 8(3), 65–75.

Widianingrum, E., & Alamsyah, D. P. (2019). Pentingnya Kualitas Website


Dalam Meningkatkan Perilaku Pembelian Konsumen Secara Online. 1(1),
96–107.

Winatha, R. G., & Sukaatmadja, I. P. G. (2014). Pengaruh Sifat Perilaku


konsumsi Islam Dan Kecanduan Internet Terhadap Perilaku Pembelian
Impulsif Secara Online. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 1(1), 751–769.

Wulandari, K. (2018). Pengaruh Kecanduan Internet Dan Perilaku konsumsi Islam


Terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif Online. E-Jurnal Manajemen
Unud, 7(2), 1021–1049.
93

KUESIONER PENELITIAN

PERAN SHOPPING EMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING PADA


KONSUMEN PAND’S MUSLIM DEPARTMENT STORE SEMARANG

Pelanggan / Responden yang terhormat,


Berkenaan dengan penelitian mengenai “PERAN SHOPPING
EMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN PAND’S
MUSLIM DEPARTMENT STORE SEMARANG”
Saya mohon kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner berikut ini. Kerahasiaan
identitas Saudara dijamin dan hanya dipergunakan untuk kepentingan dan
sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi di Jurusan Manajemen
Universitas Sultan Agung Semarang. Agar data dapat diolah lebih lanjut, maka
saya mohon agar keseluruhan pertanyaan/pernyataan diisi dengan lengkap.

Karakteristik Responden :
1. Jenis Kelamin : …………………………………………………….
2. Usia : ……………………………………………………
3. Pendidikan Terakhir : SD SMP SMU Diploma S1 S2
S3 *)
4. Pekerjaan : …………………………………………………….
Atas perhatian dan partisipasi Saudara, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Yuniar Citraningtyas Putri


94

IMPULSE BUYING STS TS CS S SS

Saya cenderung berbelanja tanpa

berpikir panjang terlebih dahulu atau

spontanitas pembelian

Saya cenderung membeli produk

fashion meskipun tidak begitu

membutuhkannya

Saya cenderung berbelanja apabila

terdapat tawaran khusus

Saya cenderung terobsesi

membelanjakan uang saya baik

sebagian maupun seluruhnya untuk

produk pakaian

Bagaimana impulse buying mendorong pembelian anda ?


95

Shopping Еmotion STS TS CS S SS

Saya tertarik berbelanja

Saya merasa nyaman berbelanja

Saya merasa senang berbelanja

Saya merasa puas berbelanja

Bagaimana cara anda mengontrol emosi dalam belanja ?

Electronic Word Of Mouth STS TS CS S SS

Saya membaca ulasan konsumen lain

mengenai Produk Pand‟s secara Online

Saya berkonsultasi mengenai Produk

Pand‟s secara online dengan konsumen

lain

Saya mempercayai ulasan konsumen

online tentang Produk Pand‟s

Bagaimana peran e-WOM dalam pembelian anda?


96

Perilaku konsumsi Islami STS TS CS S SS

Saya selalu membeli barang-barang

yang bermanfaat

Saya selalu wajar dalam

membelanjakan harta

Saya selalu bersikap sederhana dan

adil

Saya selalu bersikap murah hati dan

menjunjung moralitas

Saya akan mendahukan kebutuhan

yang lebih prioritas

Bagaimana Perilaku konsumsi Islam mengontrol pembelian anda?


97

Islamic Store Atmosfer STS TS CS S SS

Ornament toko menampilkan Daya

Tarik Islami

Toko mempunyai suasana store dengan

Nilai Estetika Islami

Pegawai toko selalu Menerapkan

Kegiatan-Kegiatan Islami (memberi

sapaan kepada pelanggan)

Pegawai toko mengenakan Dress Code

Islami

Bagaimana Islamic store atmosfer mendorong anda melakukan pembelian ?


98

TABULASI DATA PENELITIAN

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 PKI X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 ISA X3.1 X3.2 X3.3 EWOM
S S S SS SS 22 SS S S S 17 TS TS TS 6
S S S SS SS 22 S SS S S 17 TS TS TS 6
CS CS CS S S 17 SS SS SS SS 20 S CS CS 10
S S S SS SS 22 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
S S S S SS 21 S S SS S 17 TS CS CS 8
S S S S SS 21 SS SS SS SS 20 TS TS TS 6
S S CS CS S 18 SS SS SS SS 20 S S S 12
CS CS S S S 18 SS SS SS SS 20 CS CS S 10
S S S S S 20 SS SS SS SS 20 S S S 12
S S S S SS 21 S S S SS 17 CS TS CS 8
S S CS CS S 18 S S SS S 17 CS CS TS 8
CS CS S S SS 19 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
S S CS CS SS 19 SS SS SS SS 20 S CS CS 10
CS CS CS CS SS 17 SS SS SS SS 20 SS SS SS 15
CS CS S S SS 19 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
S S S S SS 21 SS SS SS SS 20 CS TS CS 8
S S S S S 20 SS SS SS SS 20 TS TS TS 6
S S S S SS 21 SS SS SS SS 20 TS TS TS 6
S S S S SS 21 SS SS SS SS 20 TS CS CS 8
S S S S SS 21 S SS S S 17 TS TS TS 6
S S CS CS SS 19 SS SS SS SS 20 CS CS S 10
CS CS S S SS 19 SS SS SS SS 20 TS TS TS 6
S S S S SS 21 SS SS SS SS 20 CS TS CS 8
CS CS S S SS 19 SS SS SS SS 20 CS CS TS 8
S S CS CS SS 19 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
S S S S S 20 SS S S S 17 CS TS CS 8
S S CS CS SS 19 SS SS SS SS 20 TS CS CS 8
CS CS CS CS SS 17 SS SS SS SS 20 S CS CS 10
S S S S S 20 S SS S S 17 CS TS CS 8
CS CS S S CS 17 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
S S S S SS 21 S S SS S 17 CS CS TS 8
CS CS S S SS 19 SS SS SS SS 20 CS CS S 10
CS CS S S CS 17 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
CS CS S S SS 19 SS SS SS SS 20 CS CS CS 9
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 S CS CS 10
CS CS CS SS SS 19 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS TS CS 8
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS CS S 10
99

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 PKI X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 ISA X3.1 X3.2 X3.3 EWOM
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS CS CS 9
CS CS CS SS SS 19 SS SS SS SS 20 TS CS CS 8
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 S CS CS 10
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS TS CS 8
S S S S S 20 SS SS SS SS 20 CS CS TS 8
S S S SS SS 22 S S S SS 17 TS TS TS 6
S S S S S 20 SS SS SS SS 20 TS TS TS 6
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
S S S S S 20 SS SS SS SS 20 CS CS S 10
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS TS CS 8
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 S CS CS 10
CS CS CS SS SS 19 SS SS SS SS 20 CS CS CS 9
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
CS CS CS SS SS 19 SS SS SS SS 20 CS CS S 10
S S S S S 20 S S SS S 17 TS CS CS 8
CS CS CS SS SS 19 S SS S S 17 TS TS TS 6
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS CS CS 9
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
S S S CS CS 18 SS SS SS SS 20 S CS CS 10
S S S S S 20 SS SS SS SS 20 CS CS CS 9
SS SS SS S S 23 SS SS SS SS 20 CS TS CS 8
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS CS TS 8
S S S S S 20 SS SS SS SS 20 CS TS CS 8
S S S SS SS 22 SS S S S 17 TS TS TS 6
S S S S S 20 S SS S S 17 TS TS TS 6
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS CS S 10
S S S S S 20 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 TS CS CS 8
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 S CS CS 10
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
SS SS SS S SS 24 SS SS SS SS 20 CS CS S 10
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
SS SS SS S SS 24 SS SS SS SS 20 S CS CS 10
S S S S S 20 S S SS S 17 CS TS CS 8
SS CS SS S SS 22 S S S SS 17 TS TS TS 6
S SS S S S 21 S S SS S 17 CS CS TS 8
SS SS SS S SS 24 S SS S S 17 TS TS TS 6
100

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 PKI X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 ISA X3.1 X3.2 X3.3 EWOM
CS SS CS CS CS 17 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
S CS S S S 19 SS S S S 17 TS TS CS 7
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS TS CS 8
CS S CS CS CS 16 SS SS SS SS 20 CS CS S 10
SS SS SS S SS 24 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
SS SS SS S SS 24 SS SS SS SS 20 S CS CS 10
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
S S S SS S 21 S SS S S 17 TS TS TS 6
S S S SS S 21 S S SS S 17 TS TS TS 6
CS CS CS CS CS 15 SS SS SS SS 20 CS CS S 10
SS SS SS S SS 24 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
SS SS SS S SS 24 SS S SS S 18 TS CS CS 8
SS SS SS S SS 24 S SS SS SS 19 TS TS TS 6
CS CS CS CS CS 15 SS S SS SS 19 CS S S 11
CS CS CS CS CS 15 SS SS S SS 19 S S S 12
S S S S S 20 SS SS SS S 19 S CS CS 10
SS SS SS S SS 24 S SS S SS 18 CS TS CS 8
SS SS SS S SS 24 SS SS S SS 19 CS CS TS 8
S S S SS SS 22 S S S SS 17 TS TS TS 6
S S S SS SS 22 S S SS S 17 TS TS TS 6
CS CS CS S S 17 SS SS SS SS 20 CS S CS 10
S S S SS SS 22 SS SS SS SS 20 CS CS S 10
101

Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 SE Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 IB


S CS CS CS 13 CS S S CS 14
CS S S CS 14 S CS S S 15
SS S S S 17 S SS S S 17
CS S S S 15 S SS SS S 18
S S S S 16 S S S S 16
S CS S S 15 S S S S 16
S SS S S 17 S SS S S 17
S S S S 16 S SS S S 17
S S SS S 17 S SS S S 17
S S CS S 15 S S S S 16
S S S CS 15 S S S S 16
SS SS SS S 19 SS SS SS SS 20
S S S SS 17 S S S S 16
SS SS SS S 19 SS SS SS SS 20
SS SS SS S 19 SS S SS SS 19
S S S S 16 S S S S 16
S S CS S 15 S S S S 16
S S S S 16 S S S S 16
S S S S 16 S S S S 16
S CS S S 15 S S S S 16
SS SS SS S 19 SS SS SS SS 20
S S SS S 17 S SS S S 17
S S S S 16 S SS S S 17
S S S S 16 S S S S 16
SS SS SS S 19 SS SS S SS 19
CS S S S 15 S S S S 16
S S S S 16 S S S S 16
S SS S S 17 S SS S S 17
S CS S CS 14 S CS CS S 14
SS SS SS S 19 SS SS SS SS 20
SS S S S 17 S S S S 16
SS SS S SS 19 SS SS SS SS 20
SS SS SS S 19 SS SS SS SS 20
S SS S S 17 SS SS S SS 19
S SS SS SS 19 SS SS SS SS 20
S S SS S 17 S SS S S 17
SS S S SS 18 SS S SS SS 19
SS SS SS SS 20 SS SS SS SS 20
S S S SS 17 S SS SS S 18
S S S S 16 S SS S S 17
102

Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 SE Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 IB


S CS S S 15 S SS S S 17
SS SS S SS 19 SS SS SS SS 20
S S SS S 17 SS S SS SS 19
S S S S 16 S SS S S 17
S S CS S 15 S CS CS S 14
S S S CS 15 S S S S 16
SS SS SS SS 20 SS SS SS SS 20
S SS S S 17 S SS S S 17
SS SS SS SS 20 SS SS S SS 19
SS SS SS SS 20 SS SS SS SS 20
SS SS SS SS 20 SS SS S SS 19
SS S S S 17 S SS S S 17
SS SS SS SS 20 SS S SS SS 19
S SS S S 17 S SS S S 17
S S CS S 15 S S S S 16
S CS S S 15 S S S S 16
CS S S S 15 S SS SS S 18
SS SS SS SS 20 SS SS SS SS 20
SS SS SS SS 20 SS S SS SS 19
S CS S S 15 S SS S S 17
S S CS S 15 S SS S S 17
SS SS SS SS 20 SS SS SS SS 20
S S S CS 15 SS SS S SS 19
S S CS S 15 S SS S S 17
S CS S S 15 S CS CS S 14
SS SS SS SS 20 S S S S 16
SS SS SS SS 20 SS SS SS SS 20
SS SS SS SS 20 S SS S S 17
SS SS SS SS 20 SS SS SS SS 20
SS SS SS SS 20 SS SS S SS 19
SS SS SS SS 20 SS S SS SS 19
CS S S S 15 S SS S S 17
SS SS SS SS 20 S SS SS S 18
SS SS SS SS 20 S SS S S 17
S CS S S 15 S S S S 16
S S CS S 15 S S S S 16
S S S CS 15 S S S S 16
S S CS S 15 S S S S 16
SS SS SS SS 20 SS S SS SS 19
CS S CS CS 13 S S S S 16
103

Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 SE Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 IB


S CS S S 15 SS SS S SS 19
S SS SS S 18 SS SS SS SS 20
SS S SS S 18 SS SS SS S 19
S SS S SS 18 S SS S SS 18
S SS SS S 18 SS SS S SS 19
CS S S S 15 S CS S CS 14
CS CS S CS 13 S CS S CS 14
S SS S SS 18 S SS S SS 18
S CS S S 15 SS S SS SS 19
SS SS S S 18 S S S SS 17
S S CS S 15 S S S SS 17
S SS SS S 18 S SS S SS 18
S S S CS 15 S SS S SS 18
S S SS SS 18 S SS S SS 18
S S CS S 15 S S S SS 17
S CS S S 15 S SS SS SS 19
CS CS CS S 13 CS S S CS 14
CS S CS S 14 S CS S S 15
S S SS S 17 S SS S S 17
CS S S S 15 S SS SS S 18
104

JK USIA pendapatan pekerjaan


perempuan 46-55 tahun Sarjana Wiraswasta
laki-laki > 55 tahun SMA Wiraswasta
perempuan 26-35 tahun SMA PNS
perempuan > 55 tahun Sarjana Wiraswasta
perempuan > 55 tahun SMA mahasiswa/pelajar
perempuan 26-35 tahun Diploma PNS
laki-laki 36-45 tahun Diploma pegawai swasta
perempuan 36-45 tahun Diploma PNS
perempuan 46-55 tahun Diploma mahasiswa/pelajar
perempuan > 55 tahun SMA PNS
laki-laki 26-35 tahun SMA PNS
laki-laki > 55 tahun Diploma PNS
perempuan 36-45 tahun SMA PNS
laki-laki > 55 tahun SMA pegawai swasta
perempuan > 55 tahun Diploma Wiraswasta
perempuan 36-45 tahun Diploma Wiraswasta
perempuan 36-45 tahun SMA pegawai swasta
perempuan > 55 tahun SMA pegawai swasta
perempuan 26-35 tahun Sarjana pegawai swasta
perempuan > 55 tahun SMA mahasiswa/pelajar
perempuan > 55 tahun Diploma pegawai swasta
laki-laki 46-55 tahun Diploma PNS
perempuan 46-55 tahun Diploma PNS
laki-laki 36-45 tahun Diploma PNS
perempuan 36-45 tahun Diploma PNS
laki-laki 36-45 tahun SMA PNS
perempuan > 55 tahun Diploma Wiraswasta
perempuan > 55 tahun SMA pegawai swasta
perempuan 46-55 tahun SMA Wiraswasta
perempuan > 55 tahun Diploma Wiraswasta
laki-laki 26-35 tahun SMA PNS
perempuan 26-35 tahun Sarjana pegawai swasta
perempuan > 55 tahun Diploma PNS
laki-laki > 55 tahun Sarjana pegawai swasta
perempuan > 55 tahun Diploma mahasiswa/pelajar
perempuan 26-35 tahun SMA pegawai swasta
perempuan 46-55 tahun Sarjana pegawai swasta
laki-laki 36-45 tahun Diploma PNS
perempuan > 55 tahun Diploma Wiraswasta
perempuan 26-35 tahun SMA pegawai swasta
105

JK USIA pendapatan pekerjaan


perempuan 26-35 tahun Diploma Wiraswasta
laki-laki > 55 tahun SMA PNS
laki-laki 36-45 tahun SMA PNS
perempuan 46-55 tahun SMA Wiraswasta
laki-laki 26-35 tahun SMA pegawai swasta
perempuan 36-45 tahun Sarjana pegawai swasta
perempuan > 55 tahun SMA pegawai swasta
perempuan > 55 tahun Diploma Wiraswasta
perempuan 26-35 tahun Sarjana Wiraswasta
perempuan 26-35 tahun SMA Wiraswasta
perempuan 26-35 tahun SMA PNS
perempuan 36-45 tahun Diploma mahasiswa/pelajar
perempuan 46-55 tahun Diploma PNS
perempuan > 55 tahun SMA pegawai swasta
laki-laki > 55 tahun SMA mahasiswa/pelajar
laki-laki 46-55 tahun Diploma mahasiswa/pelajar
laki-laki 26-35 tahun SMA mahasiswa/pelajar
perempuan 26-35 tahun Diploma mahasiswa/pelajar
perempuan 26-35 tahun Diploma pegawai swasta
perempuan 46-55 tahun Diploma PNS
perempuan 46-55 tahun Diploma mahasiswa/pelajar
laki-laki 46-55 tahun Diploma pegawai swasta
perempuan 36-45 tahun SMA PNS
perempuan 26-35 tahun Diploma Wiraswasta
perempuan 26-35 tahun SMA mahasiswa/pelajar
perempuan 26-35 tahun SMA pegawai swasta
perempuan 46-55 tahun Diploma mahasiswa/pelajar
perempuan 46-55 tahun SMA pegawai swasta
laki-laki 26-35 tahun Sarjana mahasiswa/pelajar
perempuan 36-45 tahun Diploma pegawai swasta
perempuan 46-55 tahun Sarjana Wiraswasta
perempuan 26-35 tahun Diploma Wiraswasta
perempuan 46-55 tahun SMA pegawai swasta
perempuan > 55 tahun SMA Wiraswasta
laki-laki 36-45 tahun Sarjana mahasiswa/pelajar
laki-laki > 55 tahun Sarjana Wiraswasta
perempuan 26-35 tahun Sarjana pegawai swasta
perempuan 36-45 tahun Diploma PNS
laki-laki 46-55 tahun Diploma Wiraswasta
laki-laki > 55 tahun SMA Wiraswasta
106

JK USIA pendapatan pekerjaan


perempuan 46-55 tahun Sarjana pegawai swasta
perempuan 26-35 tahun Sarjana PNS
perempuan 36-45 tahun Diploma pegawai swasta
laki-laki 26-35 tahun Diploma PNS
perempuan 36-45 tahun Diploma pegawai swasta
laki-laki 46-55 tahun SMA Wiraswasta
laki-laki 26-35 tahun Diploma mahasiswa/pelajar
perempuan > 55 tahun SMA PNS
perempuan > 55 tahun SMA mahasiswa/pelajar
perempuan 26-35 tahun SMA mahasiswa/pelajar
perempuan 46-55 tahun SMA pegawai swasta
perempuan 26-35 tahun Diploma mahasiswa/pelajar
perempuan 46-55 tahun Sarjana Wiraswasta
perempuan 46-55 tahun Sarjana mahasiswa/pelajar
laki-laki 36-45 tahun Diploma PNS
laki-laki 26-35 tahun SMA PNS
perempuan 46-55 tahun SMA pegawai swasta
perempuan 36-45 tahun Diploma pegawai swasta
perempuan 26-35 tahun Diploma pegawai swasta
perempuan 46-55 tahun Sarjana Wiraswasta
107

HASIL DESKRIPTIF TANGGAPAN RESPONDEN

Frequencies

Statistics
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5

Valid 100 100 100 100 100


N
Missing 0 0 0 0 0
Mean 4,34 4,33 4,31 4,22 3,86

Frequency Table

X1.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

CS 12 12,0 12,0 12,0

S 42 42,0 42,0 54,0


Valid
SS 46 46,0 46,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

X1.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

CS 13 13,0 13,0 13,0

S 41 41,0 41,0 54,0


Valid
SS 46 46,0 46,0 100,0

Total 100 100,0 100,0


108

X1.3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

CS 12 12,0 12,0 12,0

S 45 45,0 45,0 57,0


Valid
SS 43 43,0 43,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

X1.4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

CS 15 15,0 15,0 15,0

S 48 48,0 48,0 63,0


Valid
SS 37 37,0 37,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

X1.5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

CS 45 45,0 45,0 45,0

S 24 24,0 24,0 69,0


Valid
SS 31 31,0 31,0 100,0

Total 100 100,0 100,0


109

Frequencies

Statistics
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4

Valid 100 100 100 100


N
Missing 0 0 0 0
Mean 4,61 4,49 4,51 4,61

Frequency Table

X2.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 39 39,0 39,0 39,0

Valid SS 61 61,0 61,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

X2.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 51 51,0 51,0 51,0

Valid SS 49 49,0 49,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

X2.3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 49 49,0 49,0 49,0

Valid SS 51 51,0 51,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

X2.4
110

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 39 39,0 39,0 39,0

Valid SS 61 61,0 61,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Frequencies

Statistics
X3.1 X3.2 X3.3

Valid 100 100 100


N
Missing 0 0 0
Mean 2,89 2,94 2,91

Frequency Table

X3.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

TS 27 27,0 27,0 27,0

CS 58 58,0 58,0 85,0

Valid S 14 14,0 14,0 99,0

SS 1 1,0 1,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

X3.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

TS 33 33,0 33,0 33,0

CS 41 41,0 41,0 74,0

Valid S 25 25,0 25,0 99,0

SS 1 1,0 1,0 100,0

Total 100 100,0 100,0


111

X3.3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

TS 26 26,0 26,0 26,0

CS 58 58,0 58,0 84,0

Valid S 15 15,0 15,0 99,0

SS 1 1,0 1,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Frequencies

Statistics
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4

Valid 100 100 100 100


N
Missing 0 0 0 0
Mean 4,22 4,25 4,22 4,17

Frequency Table

Y1.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
CS 11 11,0 11,0 11,0

S 56 56,0 56,0 67,0


Valid
SS 33 33,0 33,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Y1.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

CS 14 14,0 14,0 14,0

S 47 47,0 47,0 61,0


Valid
SS 39 39,0 39,0 100,0

Total 100 100,0 100,0


112

Y1.3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

CS 14 14,0 14,0 14,0

S 50 50,0 50,0 64,0


Valid
SS 36 36,0 36,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Y1.4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

CS 10 10,0 10,0 10,0

S 63 63,0 63,0 73,0


Valid
SS 27 27,0 27,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Frequencies

Statistics
Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4

Valid 100 100 100 100


N
Missing 0 0 0 0
Mean 4,31 4,50 4,28 4,37

Frequency Table

Y2.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

CS 2 2,0 2,0 2,0

S 65 65,0 65,0 67,0


Valid
SS 33 33,0 33,0 100,0

Total 100 100,0 100,0


113

Y2.2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

CS 7 7,0 7,0 7,0

S 36 36,0 36,0 43,0


Valid
SS 57 57,0 57,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Y2.3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

CS 3 3,0 3,0 3,0

S 66 66,0 66,0 69,0


Valid
SS 31 31,0 31,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Y2.4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

CS 4 4,0 4,0 4,0

S 55 55,0 55,0 59,0


Valid
SS 41 41,0 41,0 100,0

Total 100 100,0 100,0


114

HASIL VALIDITAS
Correlations

Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 PKI

Pearson Correlation 1 ,884** ,838** ,374** ,559** ,883**

X1.1 Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100


** ** ** **
Pearson Correlation ,884 1 ,723 ,309 ,463 ,814**
X1.2 Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,001 ,000 ,000
N 100 100 100 100 100 100
** ** ** **
Pearson Correlation ,838 ,723 1 ,523 ,558 ,879**
X1.3 Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 100 100 100 100 100 100
** ** ** **
Pearson Correlation ,374 ,309 ,523 1 ,661 ,706**
X1.4 Sig. (1-tailed) ,000 ,001 ,000 ,000 ,000
N 100 100 100 100 100 100
** ** ** **
Pearson Correlation ,559 ,463 ,558 ,661 1 ,813**
X1.5 Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 100 100 100 100 100 100
** ** ** ** **
Pearson Correlation ,883 ,814 ,879 ,706 ,813 1

PKI Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


115

Correlations

Correlations
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 ISA

Pearson Correlation 1 ,169* ,201* ,369** ,676**

X2.1 Sig. (1-tailed) ,047 ,023 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100


* **
Pearson Correlation ,169 1 ,000 ,292 ,574**
X2.2 Sig. (1-tailed) ,047 ,498 ,002 ,000
N 100 100 100 100 100
* **
Pearson Correlation ,201 ,000 1 ,242 ,567**
X2.3 Sig. (1-tailed) ,023 ,498 ,008 ,000
N 100 100 100 100 100
** ** **
Pearson Correlation ,369 ,292 ,242 1 ,741**
X2.4 Sig. (1-tailed) ,000 ,002 ,008 ,000
N 100 100 100 100 100
** ** ** **
Pearson Correlation ,676 ,574 ,567 ,741 1

ISA Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
116

Correlations

Correlations
X3.1 X3.2 X3.3 EWOM

Pearson Correlation 1 ,507** ,569** ,823**

X3.1 Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100


** **
Pearson Correlation ,507 1 ,507 ,834**
X3.2 Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000
N 100 100 100 100
** **
Pearson Correlation ,569 ,507 1 ,824**
X3.3 Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000
N 100 100 100 100
** ** **
Pearson Correlation ,823 ,834 ,824 1

EWOM Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


117

Correlations

Correlations
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 SE

Pearson Correlation 1 ,573** ,575** ,554** ,829**

Y1.1 Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100


** ** **
Pearson Correlation ,573 1 ,555 ,545 ,832**
Y1.2 Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 100 100 100 100 100
** ** **
Pearson Correlation ,575 ,555 1 ,465 ,808**
Y1.3 Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 100 100 100 100 100
** ** **
Pearson Correlation ,554 ,545 ,465 1 ,776**
Y1.4 Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 100 100 100 100 100
** ** ** **
Pearson Correlation ,829 ,832 ,808 ,776 1

SE Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


118

Correlations

Correlations
Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 IB

Pearson Correlation 1 ,302** ,633** ,799** ,847**

Y2.1 Sig. (1-tailed) ,001 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100


** ** **
Pearson Correlation ,302 1 ,376 ,386 ,685**
Y2.2 Sig. (1-tailed) ,001 ,000 ,000 ,000
N 100 100 100 100 100
** ** **
Pearson Correlation ,633 ,376 1 ,512 ,782**
Y2.3 Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 100 100 100 100 100
** ** **
Pearson Correlation ,799 ,386 ,512 1 ,848**
Y2.4 Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 100 100 100 100 100
** ** ** **
Pearson Correlation ,847 ,685 ,782 ,848 1

IB Sig. (1-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000

N 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


119

HASIL RELIABILITAS

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %

Valid 100 100,0

Cases Excludeda 0 ,0

Total 100 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

,873 5

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %

Valid 100 100,0


a
Cases Excluded 0 ,0

Total 100 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

,808 4
120

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %

Valid 100 100,0

Cases Excludeda 0 ,0

Total 100 100,0


a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

,765 3

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %

Valid 100 100,0


a
Cases Excluded 0 ,0

Total 100 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

,826 4
121

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %

Valid 100 100,0

Cases Excludeda 0 ,0

Total 100 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

,790 4
122

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

Regression

Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
b
1 EWOM, PKI, ISA . Enter

a. Dependent Variable: abs1


b. All requested variables entered.

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate

1 ,205a ,042 ,012 ,87033

a. Predictors: (Constant), EWOM, PKI, ISA

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 3,175 3 1,058 1,397 ,248b

1 Residual 72,718 96 ,757

Total 75,893 99

a. Dependent Variable: abs1


b. Predictors: (Constant), EWOM, PKI, ISA

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) ,146 1,413 ,103 ,918

PKI ,030 ,034 ,100 ,878 ,382


1
ISA -,010 ,088 -,014 -,109 ,913

EWOM ,074 ,064 ,149 1,154 ,251


a. Dependent Variable: abs1
123

Regression

Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method

SE, ISA, PKI,


1 . Enter
EWOMb

a. Dependent Variable: abs2


b. All requested variables entered.

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate

1 ,246a ,061 ,021 ,53600

a. Predictors: (Constant), SE, ISA, PKI, EWOM

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 1,765 4 ,441 1,535 ,198b

1 Residual 27,293 95 ,287

Total 29,057 99

a. Dependent Variable: abs2


b. Predictors: (Constant), SE, ISA, PKI, EWOM

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -,399 ,873 -,458 ,648

PKI -,036 ,022 -,194 -1,598 ,113

1 ISA ,106 ,056 ,248 1,895 ,061

EWOM ,010 ,042 ,034 ,249 ,804


SE -,012 ,035 -,046 -,338 ,736

a. Dependent Variable: abs2


124

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Unstandardized
Residual Residual

N 100 100
Mean 0E-7 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1,51816572 ,94933873
Absolute ,109 ,057
Most Extreme Differences Positive ,109 ,057
Negative -,090 -,051
Kolmogorov-Smirnov Z 1,088 ,572
Asymp. Sig. (2-tailed) ,187 ,899

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
125

HASIL UJJI REGRESI

Regression

Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
b
1 EWOM, PKI, ISA . Enter

a. Dependent Variable: SE
b. All requested variables entered.

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate

1 ,689a ,474 ,458 1,542

a. Predictors: (Constant), EWOM, PKI, ISA

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 205,862 3 68,621 28,870 ,000b

1 Residual 228,178 96 2,377

Total 434,040 99

a. Dependent Variable: SE
b. Predictors: (Constant), EWOM, PKI, ISA

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 10,810 3,243 3,333 ,001

PKI -,218 ,060 -,308 -3,629 ,000


1
ISA ,353 ,157 ,214 2,251 ,027
EWOM ,388 ,114 ,326 3,414 ,001
126

a. Dependent Variable: SE

Regression

Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method

SE, ISA, PKI,


1 . Enter
EWOMb

a. Dependent Variable: IB
b. All requested variables entered.

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
a
1 ,838 ,701 ,689 ,969

a. Predictors: (Constant), SE, ISA, PKI, EWOM


b. Dependent Variable: IB

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 209,617 4 52,404 55,797 ,000b


1
Residual 89,223 95 ,939

Total 298,840 99

a. Dependent Variable: IB
b. Predictors: (Constant), SE, ISA, PKI, EWOM

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 4,671 2,153 2,169 ,033
PKI -,094 ,040 -,160 -2,344 ,021
1 ISA ,389 ,101 ,284 3,847 ,000
EWOM ,191 ,076 ,193 2,522 ,013
SE ,322 ,064 ,388 5,023 ,000
a. Dependent Variable: IB

Anda mungkin juga menyukai