Anda di halaman 1dari 27

PEMBENIHAN IKAN LELE DI MITRA CV.

PRIMA BALONG
KAHIRUPAN CIANJUR

PRAKTEK KERJA INDUSTRI

Disusun Oleh:

Muhammad Robi

0007386938

YAYASAN DZAKIYYUN WEALTHY SULAEMAN

AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR

SMK DZAKIYYUN CIANJUR

KP. Citespong RT 01/03 Desa jamali, Kecamatan Mande, Cianjur

2018

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
(PRAKERIN)
Tanggal 22 januari s.d 22 maret 2018
Di
MITRA CV. BALONG KAHIRUPAN CIANJUR
Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Robi
NISN : 0007386938
Bidang Studi Keahlian : Kematiriman
Program Studi Keahlian : Perikanan
Kompetisi Keahlian : Agribisnis Perikanan Air Tawar
Cianjur, April 2018
Mengetahui
Pembimbing sekolah pembimbing Industri

Heri Maulana, S.ST Bapak Peris


Menyetujui,

Kepala Program Keahlian APAT

SMK DZAKIYYUN

Siti Solihah, S.ST

Mengesahkan,

Kepala SMK DZAKIYYUN Pimpinan MITRA CV. PRIMA

Anton Musa, M.Pd dffwwg

2
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kami ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan hidayahnya dan memberi kami kesempatan dalam menyelesaikan
laporan PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang kami buat ini.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
PKL (Praktek Kerja Lapangan) bagi para siswa/siswi SMK DZAKIYYUN.

Praktek kerja ini merupakan salah satu upaya dalam menjalin kerja sama yang
baik dalam bidang ekonomi pada Masyarakat menengah dengan mengetahui
Laporan tentang Pembenihan ikan lele. Dan kami harap praktek kerja ini akan
memberi banyak manfaat bagi kami para siswa/siswi SMK DZAKIYYUN mau-
pun bagi pembaca.

Di kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait


PKL. yang telah memberi dukungan moral. Dan juga bimbingannya pada kami.
Ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada :

1. Bapak Anton Musa , selaku Kepala Sekolah SMK DZAKIYYUN


2. Bapak Heri Maulana, S.ST pembimbing
3. Bapak Heri Maulana, S.ST yang telah membimbing penulis selama melakukan
penelitian di MITRA CV. PRIMA
4. Ibu Siti Solihah, S.ST Selaku Kepala Program Keahlian APAT
5. Bapa Rudi Selaku Pimpinan MITRA CV. PRIMA

Susunan Laporan PKL ini sudah dibuat dengan sebaik-baiknya, namun tentu
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu jika ada kritik atau saran apapun
yang sifatnya membangun bagi penulis, dengan senang hati akan penulis terima.

3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................2
KATA PENGANTAR.......................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................4
BAB I TINJAUAN PUSTAKA........................................................5
1.1 Latar belakang.......................................................................5
1.2 Tujuan PKL...........................................................................6
1.3 Manfaat PKL.........................................................................6
1.4 Tempat Dan Waktu Plaksanaan.............................................6
BAB II Tinjauan Pusataka.................................................................7
2.1 Alat Dan Bahan.....................................................................8
2.2 Metode Kerja.........................................................................9
2.3 Prosedur Kerja......................................................................9

BAB III Keadaan Umum DU/DI......................................................15


3.1 Tugas Fungsi.........................................................................15
3.2 tempat perusahaan.................................................................16
3.3 Visi Dan Misi perusahaan.....................................................16
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................17
4.1 Pemeliharaan Induk..............................................................17
4.2 Seleksi Induk........................................................................18
4.3 Pemberokan..........................................................................18
4.4 Penyuntikan.........................................................................19
4.5 Pemijahan, Stripping dan Pembuahan..................................19
4.6 Penetasan Telur ...................................................................21
4.7 Pemeliharaan Larva..............................................................22
4.8 Pendederan Pertumbuhan ....................................................22
4.9 Pengukuran Kualitas Air......................................................23
BAB V PENUTUP..........................................................................24
5.1 Kesimpulan..........................................................................24
5.2 Saran....................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................25
LAMPIRAN ...................................................................................26

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembenihan adalah salah satu bentuk unit pengembangan budidaya ikan.
Pembenihan ini merupakan salah satu titik awal untuk memulai budidaya.
Ikan yang akan dibudidayakan harus dapat tumbuh danberkembang biak agar
kontinuitas produksi budidaya dapat berkelanjutan.Untuk dapat menghasilkan
benih yang bermutu dalam jumlah yang memadai dan waktu yang tepat mesti
diimbangi dengan pengoptimalan penanganan indukdan larva yang dihasilkan
melaluipembenihan yang baik dan berkualitas.
Pembenihan dengan ikut campur tangan manusia atau fertilisasi buatan
sudah dapat dilakukan pada berbagai jenis ikan, khususnya bagi ikan yang
penjualannya tinggi di pasaran diantaranya komoditas ikan air tawar seperti
lele, nila, gurami dan lain-lain. Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar
dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Habitatnya di sungai dengan arus air
yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.
Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada
malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-
tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan ( Suyanto,
1991). Sehingga pemijahan ikan ini terkendala akan musim, untuk itu
pemenuhan akan bibit ikan lele yang bermutu dan sesuaidengan waktu akan
sulit terpenuhi. Salah satu cara mengatasi masalah di atas dapat dengan
pemijahan buatan pada ikan lele. Pemijahan buatan dapat dengan pemberian
hormon
Pemberian hormon ini akan membantu fertilisasi ikan tanpa perlu terkendala
musim sehingga dapat dipijahkan kapanpun sesuai keinginan.
Oleh karena itu praktikum tekhnologi pembenihan ikan ini sangat diperlukan
untuk menambah wawasan siswa dalam mengetahui teknik-teknik dan hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pembenihan ikan. Mulai dari seksualitas primer
dan sekunder ikan, teknik pembuatan ekstraksi kelenjar hipofisa, teknik
fertilisasi buatan hingga pada penanganan dan perkembangan telur.
Hipofisa merupakan suatu kelenjar yang terletak didalam struktur bertulang
(selatursika) di dasar otak. Sela tursika berfungsi sebagai pelindung hipofisa
dan memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang. Proses
hipofisasi dapat mempercepatkematangan gonad 10 – 12 jam sebelum
memijah.
Kematangan gonad tergantung dariukuran dan bentuk Ikan.

5
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum diharapkan agar praktikan dapat mengetahui suatu
proses pembenihan ikan lele dan menambah wawan di dunia indusrti maupun di
luar industri

1.3 Manfaat

Jika ditinjau dari tujuan prakerin seperti yang telah dibuat daftarnya diatas, maka
prakerin ini memiliki manfaat besar bagi siswa itu sendiri, diantaranya

 Mengasah keterampilan yang di berikan sekolah menengah kejuruan (


SMK ).
 Menambah keterampilan, pengetahuan, gagasan – gagasan seputar dunia
usaha serta industri yang professional dan handal.
1.4 waktu dan Tempat
22 januari 2018 s.d 22 maret 2018 di CV.PRIMA BALONG KAHURIPAN

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Lele

Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele
mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta
memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.

Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut
yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di
sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang
air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan
selokan pembuangan.

Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam
hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat
gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. Walaupun biasanya
lele lebih kecil daripada gurami umumnya,namun ada beberapa jenis lele yang
bisa mencapai panjang 1-1,5 m dan beratnya bisa mencapai lebih dari
2 kg,contohnya lele Wels dari Amerika.

Banyak jenis lele yang merupakan ikan konsumsi yang disukai orang. Sebagian
jenis lele telah dibiakkan orang, namun kebanyakan spesiesnya ditangkap dari
populasi liar di alam. Lele dumbo yang populer sebagai ikan ternak, sebetulnya
adalah jenis asing yang didatangkan (diintroduksi) dari Afrika.

Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk menjaga


kualitas air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar
karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempat-tempat
yang kotor harus diberok terlebih dahulu sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok
itu ialah maksudnya dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari
dengan maksud untuk membersihkannya.

Kadangkala lele juga ditaruh di sawah karena memakan hama-hama yang berada
di sawah. Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat-tempat air
tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk

7
2.2 Alat dan Bahan
Alat
Alat-alat yang digunakan selama praktik kerja lapangan antara lain:
a. Bak induk terbuat dari beton dan berukuran (10 x 2 x 1,5) meter sebanyak 2 buah.
b. Bak pemberokan berupa bak fiber dengan volume 1,5 ton sebanyak 2 buah.
c. Bak penetasan berupa bak fiber dengan ukuran (4 x 2 x 0,5) meter sebanyak 2
buah.
d. Hapa dengan ukuran (2 x 1 x 0,5) meter sebanyak 8 buah.
e. Bak pendederan dari kolam terpal (6 x 4 x 1) meter.
f. Alat suntik.
g. Timbangan digital.
h. Seser induk.
i. Hi-blow.
j. Penggaris.
k. Baskom/ember.
l. Becker glass.
m. Gunting.
n. Tissue/serbet.
Bahan
Bahan yang digunakan selama praktik kerja lapangan antara lain:
a. Induk lele sangkuriang
b. Pakan induk (pelet tenggelam)
c. Pakan benih (cacing rambut dan kutu air)
d. Hormon perangsang (ovaprim)
e. NaCl
f. Obat-obatan (antibiotik)

8
2.3 Metode Kerja
Metode kerja yang dilakukan dalam kegiatan PKL yaitu :
1. Metode survai
Metode survai dilakukan melalui pengamatan dan kegiatan langsung di lapangan
serta mewawancarai pembimbing dan pelaksana teknis di lapangan diluar jam
kerja atau pada waktu senggang baik dengan teknisi atau karyawan yang dianggap
berkompeten
2. Metode praktik
Metode kerja dilakukan dengan cara mengikuti langsung tahap kegiatan dalam
teknik pemijahan mulai dari pengelolahan induk, seleksi induk yang siap pijah
dan pematangan gonad. Pengamatan ini dilakukan dengan cara berpartisipasi aktif
dengan mengikuti setiap kegiatan kerja dilapangan. Adapun tahap-tahap kegiatan
dalam pemijahan ikan lele adalah sebagai berikut: tahap persiapan, tahap
pemijahan, proses panen larva.
3. Analisis data
Data yang di ambil adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data
primer dilakukan dengan cara mengamati dan mengikuti secara langsung kegiatan
yang sedang berlangsung. Sedangkan data sekunder diambil dengan cara
mengumpulkan literatur-literatur yang ada di perpustakaan dan instalasi lainnya.

4.1 Prosedur Kerja


1. Menyiapkan alat, bahan dan wadah
Alat dan bahan yang digunakan dikumpul dalam suatu tempat dan ditata
rapi sesuai dengan pemakaiannya. Untuk persiapan kolam pemeliharaan induk
pekerjaan pertama yaitu, pengeringan dan pembersihan beton dengan cara
membuka saluran outlet. Setelah dibersihkan kolam diisi air dengan ketinggian1
meter.
Untuk bak pemberokan pekerjaan pertama yang akan dilakukan adalah bak
dikeringkan dengan saluran outlet yang terletak ditengah-tengah bak. Kemudian
bak dibersihkan menggunakan busa dan dibilas sampai bersih. Setelah bersih bak
diisi dengan air dengan ketinggian air 30 cm dan dibiarkan selama satu hari.

9
Untuk bak penetasan telur dan pemeliharaan larva yang harus dilakukan adalah
dengan mengeringkan air dalam bak kemudian bak dikeringkan disikat
menggunakan dan dibilas sampai bersih. Setelah bersih bak diisi dengan air
setinggi 50 cm. kemudian bak penetasan telur dipasang hapa dan besi behel
sebagai pemberat, setelah itu dilakukan pemasangan aerasi diseluruh bak
penetasan. Untuk persiapan kolam pendederandilakukan 1 minggu sebelum
penebaran. Pada kolam pendederan yang harus dilakukan adalah membuka
saluran outlet pada kolam terpal sampai airnya kering. Kemudian kolam
dibersihkan dan dibilas sampai bersih. Setelah bersih kolam diisi air dengan
ketinggian 30 cm.
2. Pemeliharaan Induk
Kegiatan pemeliharaan induk dilakukan pada bak pemeliharaan induk
yang telah disiapkan sebelumnya. Selama pemeliharaan induk ikan lele
sangkuriang diberi pakan pelet komersil dengan kandungan protein 31-33%.
Frekuensi pemberian pakan dua kali sehari pagi dan sore hari dengan dosis
pemberian pakan sebanyak 3% dari biomass dalam rentang waktu tertentu.
3. Seleksi Induk
Pertama-tama, dalam pemilihan induk lele kita harus memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas telur yang akan dihasilkan dalam
pemijahan yang akan kita lakukan. Kriteria induk yang berada dalam masa
produktif (siap untuk dipijahkan) antara lain:
1. Induk berusia ± 8 s/d 30 bulan.
2. Berat induk berkisar antara 1,2 s/d 4 kg.
3. Bentuk tubuh normal, tidak ada kelainan, dan dalam kondisi sehat

Ciri-Ciri Kelamin Lele Sangkuriang (a) Kelamin Induk Betina dan (b) Kelamin
Induk Jantan

a. Induk Betina
1. Alat kelamin terlihat agak menonjol dan berwarna merah tua s/d abu-abu.
Terkadang terlihat titik telur berwarna hijau muda dalam alat kelamin bagian atas
pada lele yang tidak dipijahkan secara rutin.
2. Perut buncit, dan jika dipegang terasa kenyal.

10
3. Jika bagian punggung diusap dengan tangan, sirip punggung akan berdiri.
b. Induk Jantan
1. Alat kelamin berwarna merah tua ata abu-abu.
2. Jika bagian perut ditekan, akan keluar cairan sperma berwarna putih (sebisa
mungkin jangan lakukan penekanan bagian perut bagian dada yang melakukan
pemijahan secara alami/bukan kawin suntik).
3. Jika bagian punggung diusap dengan tangan, sirip punggung akan berdiri. Dalam
kesehariannya, jika sudah matang gonat, gerakan pejantan akan terlihat lebih
agresif.
4. Pemberokan
Pemberokan dilakukan di dalam bak fiber yang berbentuk bulat
berdiameter 1,5 meter dan tinggi 1 metre. Jumlah induk yang diberok tergantung
jumlah induk yang akan dipijahkan. Dalam pemberokan, induk jantan dan betina
ditempatkan pada wadah yang berbeda. Kegiatan pemberokan dilakukan selama 9
jam.

5. Penyuntikan
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses penyuntikan berupa alat
suntik dan hormon ovaprim. Penyuntikan hanya dilakukan pada induk betina
dengan dosis 0,2 ml/kg berat induk. Penyuntikan dilakukan pada jam 09:00.
Penyuntikan dilakukan pada punggung induk betina dengan kemiringan 450
kearah kepala. Setelah penyuntikan induk dimasukan kembali ke dalam bak
pemberokan untuk persiapan stripping pada keesokan harinya.
6. Pemijahaan, Stripping dan Pembuahaan
Pemijahaan yang dilakukan adalah pemijahaan missal secara buatan yaitu
dengan cara stripping pada induk betina dan pembedahaan pada induk jantan.
Jumlah induk yang dipijahkan adalah dengan perbandingan jantan dan betina
adalah 1:3. Pembedahaan pada induk jantan dilakukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan stripping pada induk betina.

11
Sebelum pengeluaran telur, sperma harus disiapkan. dengan caranya,
induk jantan yang sudah matang kelamin, dipotong secara vertikal tepat di
belakang tutup insang, kemudian keluarkan darahnya, gunting kulit perut mulai
dari anus hingga belakang tutup insang, kemudian buang organ lain dalam perut;
ambil kantung sperma; bersihkan kantung sperma dengan tisu hingga kering;
hancurkan kantung sperma dengan cara menggunting bagian yang paling banyak;
peras spermanya agar keluar dan masukan ke dalam mangkok yang telah diisi
larutan fisiologis.
Pengeluaran telur dilakukan setelah 12 jam dari penyuntikan. Cara
pengeluaran telur : siapkan baskom, NaCl Fisiologis, kain lap dan tisu, induk
ditangkap dengan sekup net, kemudian keringkan tubuh induk dengan kain lap,
bungkus induk dengan lap dan biarkan lubang telur terbuka, pegang bagian kepala
oleh satu orang dan pegang bagian ekor oleh yang lainnya, pijit bagian perut ke
arah lubang telur, dan tampung telur dalam baskom. Seteleh semua telur keluar,
kemudian dilakukan proses pembuahan. Yaitu dengan mencampurkan cairan
sperma dan telur serta diencerkan dengan larutan pembuahan. Aduk secara
perlahan-lahan sampai sperma dapat membuahi telur secara sempurna.
Kemudian tebarkan telur kedalam bak fiber sebagai wadah inkubasi dan
penetasan telur. Setelah 36-39 jam, hitung jumlah telur yang terbuahi untuk
mengetahui nilai Fertilization Rate (FR). Setelah telur menetas kemudian hitung
nilai Heching Rate (HR). Larva diberi pakan alami berupa cacing rambut setelah
hari ke 5 penetasan. Hitung Survival Rate (SR) pada hari ke 5 dan ke 10.
7. Penetasan Telur
Penetasan telur dilakukan di dalam bak fiber yang telah disiapkan
sebelumnya. Penebaran telur dilakukan secara merata dan diusahakan telur tidak
menumpuk pada suatu tempat.
8. Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan larva dilakukan di dalam bak fiber yang telah disiapkan,
pemeliharaan larva dilakukan pada hapa penetasaan selama 4-5 hari dan diberi
aerasi secara terus-menerus. Selama pemeliharaan larva tidak diberi makan.

12
9. Panen Larva
Pemanenan larva dilakukan setelah 5 hari, pemanenan ini dilakukan
dengan cara mematikan aliran air terlebih dahulu kemudian larva dikumpul pada
satu titik. Larva ditangkap menggunakan gelas kecil yang berfungsi sebagai
takaran dalam penghitungan jumlah larva yang dipanen.
10. Pendederan
Kegiatan pendederan dilakukan dikolam terpal selama 3 minggu, pakan
yang diberikan berupa cacing rambut dan pillet. Cacing rambut diberikan untuk 2
minggu pertama perawatan benih dan pillet diberikan 1 minggu terakhir.
Pemberian pakan secara adlibitum (sekenyang-kenyangnya) dengan frekuensi
pemberian pakan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
11. Pencatatan Hasil
a. Fekunditas
Perhitungan derajat penetasan telur dilakukan berdasarkan rumus yang
dikemukakan oleh Effendie (1979).
Keterangan:
F = Fekunditas
W = berat seluruh telur (mg)
w = berat sempel telur (mg)
n = jumlah telur sempel (butir)

b. Daya Tetas Telur


Perhitungan derajat penetasan telur dilakukan berdasarkan rumus yang
dikemukakan oleh Tahapari dkk. (2001)
Keterangan:
HR = derajat penetasan telur (%)
Lt = jumlah telur yang menetas (butir)
Fr = jumlah seluruh telur (butir)
c. Pertumbuhan
Untuk mengetahui pertambahan jumlah panjang dan berat ikan dapat
diketahui dengan rumus yang dikemukan oleh Effendie (1979).

13
Wm = Wt – Wo
Keterangan:
Wm = pertambahan berat rata-rata ikan (gr)
Wt = barat rata-rata ikan pada akhir (gr)
Wo = berat rata-rata ikan pada awal (gr)
Pm = Pt – Po
Keterangan:
Pm = pertambahan panjang rata-rata (cm)
Pt = panjang rata-rata ikan pada akhir (cm)
Po = panjang rata-rata ikan pada awal (cm)
d. Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup dalam kegiatan pendederan dihitung
menggunakan rumus Effendie (1979).
Keterangan:
SR = kelangsungan hidup (%)
Nt = jumlah benih yang hidup (ekor)
No = jumlah benih awal pemeliharaan (ekor)

14
BAB III

KEADAAN UMUM

3.1 Tugas dan Fungsi Dinas Perikanan dan Kelautan

Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Cianjur dibentuk berdasarkan Peraturan


Daerah Kabupaten Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten CIANJUR, dan dijabarkan dengan Peraturan Bupati CIANJUR Nomor
48 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perikanan dan
Kelautan adalah merencanakan, melaksanakan, mengarahkan, mengawasi dan
mengendalikan dibidang perikanan dan kelautan sesuai kebijakan Pemerintah
Daerah.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Perikanan dan Kelautan


mempunyai fungsi :

 Perumusan Kebijakan Teknis Bidang Perikanan dan Kelautan


 Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Pelayanan Umum Perikanan dan
Kelautan;
 Pembinaan dan Pelaksanaan Tugas Bidang Peikanan dan Kelautan;
 Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan dan Pengendalian Bidang Tangkap,
Perikanan Budidaya, Pengawasan, Pengendalian dan Konservasi dan
Pengembangan Usaha Perikanan dan Kelautan;
 Perumusan Kebijakan dan Pelaksanaan Kebijakan bidang Perikanan
Tangkap, Perikanan Budidaya, Pengawasan, Pengendalian dan Konservasi
dan bidang Pengembangan Usaha Perikanan dan Kelautan;
 Pelaksanaan Pengkajian dan Pengembangan Bidang Perikanan Tangkap,
Perikanana Budidaya, Pengawasan, Pengendalian, dan Konservasi Sumber
Daya Perikanan dan Kelautan serta Pengembangan Usaha Perikanan dan
Kelautan;
 Penataan dan Pengelolaan Perairan di Wilayah Laut Kabupaten;
 Pelaksanaan Pengawasan, Pengendalian dan Konservasi Sumber Daya Peri-
kanan dan Kelautan sebatas Wilayah Laut Kewenangan Kabupaten;
 Pengaturan dan Pelayanan Ijin Usaha Budidaya, Penangkapan ikan,
Pengawasan, Pengendalian dan Konservasi Sumberdaya Perikanan dan
Kelautan serta Pengembangan Usaha Perikanan dan Kelautan sesuai Pera-
turan Perundang-undangan;
 Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan;
 Penetapan Tata Ruang Laut dan Pesisir, Tata Guna Lahan Perikanan,
Penetapan Wilayah Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Laut;

15
3.2 Tempat Pelaksanaan PKL

Di MITRA CV. PRIMA BALONG KAHURIPAN CIANJUR

3.3 Visi dan Misi Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Cianjur

Visi Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Tangerang merupakan gambaran


atau pandangan tentang masa depan yang ingin dicapai oleh Dinas Perikanan dan
Kelautan Kab. Tangerang. Gambaran atau pandangan tentang masa depan tersebut
disusun dengan memperhatikan semua potensi dan kekuatan yang dimiliki serta
permasalahan, tantangan dan keterbatasan yang dihadapi, dan dengan memper-
hatikan peluang, kesempatan dan kesesuaian serta kecenderungan pertumbuhan
daerah dan fungsi dan serta peran Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Cianjur

Berdasarkan pendekatan di atas, dengan mempertimbangkan kondisi objektif


seluruh sumberdaya Kelautan dan Perikanan dan dengan komitmen para
stakenolders Perikanan dan Kelautan dan pemangku kepentingan utama untuk
meraih masa depan yang lebih baik, maka ditetapkan Visi Tahun 2013 – 2018 se-
bagai berikut :

“MEWUJUDKAN MASYARAKAT PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN


CIANJUR YANG CERDAS, PRODUKTIF, SEJAHTERA, BERWAWASAN LING-
KUNGAN DAN BERKELANJUTAN“

16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeliharaan Induk


Kegiatan pemeliharaan induk bertujuan untuk menghasilkan induk Lele
Sangkuriang yang mempunyai produktivitas dan kualitas tinggi sehingga benih
yang dihasilkan merupakan benih berkualitas. Kegiatan pemeliharaan induk yang
dilakukan pada lokasi praktik yaitu dilakukan secara terpisah antara induk jantan
dan induk betina yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pemijahan liar
dan lebih memudahkan pada saat seleksi induk matang gonad. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Nurhidayat dkk. (2004), bahwa induk ikan Lele dipelihara
dalam kolam terpisah (jantan dan betina). Pemeliharaan induk dilakukan pada bak
beton berbentuk persegi panjang berukuran (10 x 2 x 1,5) m dan ketinggian air 1
m (Gambar 3) dengan kepadatan induk 5 ekor/m2 atau dengan kata lain kepadatan
induk per kolam adalah 100 ekor. Pada kondisi ketinggian air 1 meter dan
kepadatan 100 ekor dimungkinkan induk akan memiliki ruang gerak yang cukup,
sehingga kebutuhan akan oksigen terpenuhi dan tidak terjadi persaingan dakam
mendapatkan makanan. Cara pemeliharaan induk yang dilakukan sesuai dengan
pernyataan Hardjamulia (1999) dalam Nurhidayat dkk. (2004) yang menyatakan
bahwa induk Lele Dumbo dipelihara dalam kolam atau bak yang berukuran besar
(3 x 4) m dengan kepadatan 5 kg/m2.
Pakan yang diberikan berupa pellet tenggelam dengan merk Feng Li yang
mempunyai kadar protein > 35% dengan dosis pemberian pakan adalah 2-3% dari
total biomassa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Prihartono dkk. (2000),
bahwa pakan tambahan yang digunakan berupa pellet komersial dengan
kandungan protein diatas 20%. Selain itu juga sesuai dengan pernyataan Suyanto
(2006), bahwa ikan Lele biasanya mencari makan di dasar kolam. Oleh sebab itu,
pakan yang diberikan berupa pellet tenggelam agar ikan Lele dapat memakan
makanan di dasar perairan.
Pada masa pemeliharaan, induk diberikan pakan secara rutin terutama
pada proses pematangan gonad. Hal ini karena kondisi kematangan gonad yang
baik pada indukm akan mempengaruhi proses pemijahan untuk menghasilkan
benih yang berkualitas. Selain rutin dalam pemberian pakan untuk proses
kematangan gonad, pakan yang diberikan juga harus mempunyai kandungan
nutrisi yang lengkap.
Dalam rentang waktu tertentu seperti pada saat ikan stress dan kurang
nafsu makan diberi vitamin C. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno (1979),
bahwa pemberian vitamin C sangat baik untuk meningkatkan stress pada hewan
(ikan).

17
4.2 Seleksi Induk
Kegiatan seleksi induk yang dilakukan mempunyai tujuan untuk memilih
induk yang matang gonad sehingga siap untuk dipijahkan. Seleksi induk
dilakukan dengan cara mengurangi air kolam terlebih dahulu hingga air hanya
tersisa pada bagian kemalir. Kegiatan ini bertujuan untuk mempermudah dalam
penangkapan. Setelah induk betina dan jantan ditangkap kemudian diperiksa satu
persatu berdasarkan ciri fisik. Induk yang diseleksi dan matang gonad diambil
kemudian dipindahkan ke dalam bak pemberokan. Kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan sumber acuan Puspowordoyo dan Djariah (2000).
Adapun ciri-ciri fisik induk betina yang telah matang gonad ditandai
dengan apabila diraba perutnya membesar dan lunak selain itu bentuk alat
kelaminnya membulat dan berwarna kemerahan. Sedangkan induk jantan yang
telah matang gonad ditandai dengan alat kelaminnya yang meruncing melebihi
pangkal sirip ekornya dan berwarna kemerah-merahan. Ciri-ciri fisik induk
matang gonad ini sesuai dengan Peranginangin (2003) yang menyatakan ciri-ciri
induk betina yang matang gonad dapat dilihat bagian perutnya membesar dan alat
kelamin berwarna kemerah-merahan.
Dari kegiatan seleksi induk diperoleh induk jantan yang matang gonad
sebanyak 30 ekor dan induk betina yang matang gonad sebanyak 33 ekor. Induk
yang diseleksi ini adalah induk ikan Lele yang sebelumnya telah dipelihara di
BBPBAT Jawa Barat dengan umur rata-rata antara 1-2 tahun. Induk yang
digunakan tersebut sesuai SNI : 01-6484.1 (2000), bahwa umur induk jantan yang
dipijahkan adalah 8-12 bulan sedangkan induk betina adalah 12-15 bulan.

4.3 Pemberokan
Induk betina yang diberok berjumlah 33 ekor dan jantan 30 ekor. Jumlah
ini sesuai dengan jumlah induk betina dan jantan yang diperoleh dari hasil seleksi
sehingga diperoleh perbandingan antaran jantan dan betina 1:1. Perbandingan ini
digunakan karena benih yang akan dihasilkan akan dipelihara menjadi calon
indukan sehingga rasio jantan dan betinayang digunakan 1:1. Hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan benih yang berkualitas agar mendapatkan calon indukan yang

18
berkualitas dan unggul. Pemberokan dilakukan dengan tujuan untuk
mengosongkan kotoran dalam perut dan mengurangi lemak pada gonad sehingga
ikan pada saat stripping tidak mengeluarkan kotoran. Apabila kotoran tercampur
dengan telur akan menutupi mikrofil telur sehingga mengganggu sperma dalam
membuahi sel telur. pemberokan dilakukan selama 9-12 jam sebelum
penyuntikan.
4.4 Penyuntikan
Setelah dilakukan pemberokan selama 9-12 jam maka induk yang benar-
benar matang gonad siap untuk dilakukan penyuntikan. Penyuntikan dilakukan
pada malam hari dari pukul 20.30 sampai dengan 22.30 WIB hal ini bertujuan
agar waktu pengurutan (stripping) dapat dilakukan pada pagi harinya.
Setelah penyuntikan, induk ikan Lele dimasukkan kembali ke dalam bak fiber
tempat pemberokan dengan memisahkan antara jantan dan betina. Hal ini
dilakukan untuk menghindari pemijahan yang tidak diinginkan sebab pembuahan
akan dilakukan secara buatan.

4.5 Pemijahan, Stripping dan Pembuahan


Pengurutan atau stripping dilakukan pada pukul 09.00 sampai dengan
10.30 WIB atau setelah selang waktu 11,5 jam sampai 12,5 jam setelah
penyuntikan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sunarma (2004), bahwa
selang waktu antara penyuntikan dengan ovulasi telur adalah 10-14 jam
tergantung suhu inkubasi induk. Pembuahan buatan dilakukan karena
dimungkinkan tingkat keberhasilan sperma dalam membuahi sel telur cukup baik
sehingga didapatkan derajat pembuahan dan derajat penetasan yang tinggi dan
benih yang seragam serta berkualitas baik. Hal ini berbeda dengan pembuahan
secara alami yang memiliki resiko kegagalan yang tinggi dan hasil yang rendah.
Berdasarkan pernyataan Sunarma (2004), bahwa pemijahan ikan Lele
Sangkuriang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: pemijahan alami, pemijahan
semi alami dan pemijahan buatan. Tetapi pada praktik dilakukan pemijahan secara
buatan dengan menyuntik induk betina dan melakukan pembedahan pada induk

19
jantan untuk diambil kantung spermanya. Jumlah induk yang dipijahkan adalah 63
ekor yang terdiri dari 33 ekor betina dan 30 ekor jantan.
Perbandingan jantan dan betina yang digunakan adalah 1:1 atau dengan
kata lain 1 (satu) ekor induk betina dibuahi oleh 1 (satu) ekor induk jantan. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan benih ikan yang unggul dan berkualitas yang
akan dipelihara menjadi calon induk. Perbandingan tersebut juga bertujuan untuk
menghindari adanya inbriding atau induk yang tidak matang gonad sehingga tidak
menghasilkan sperma dan sel telur sesuai dengan yang diinginkan.
Kegiatan pengambilan kantung sperma terdiri atas beberapa tahap. Tahap
pertama dilakukan pembedahan perut induk jantan dengan gunting bedah.
Selanjutnya pada tahap kedua kantung sperma diambil secara perlahan. Tahap
ketiga kantung sperma dibersihkan dari darah yang menempel dengan
menggunakan tissue. Tahap keempat kantung sperma dibedah dengan
menggunakan gunting dan dicampurkan dengan NaCL 0,9% sebanyak 200 ml.
Pemberian larutan NaCl 0,9% ini bertujuan untuk menjaga sel sperma agar
dapat bertahan lebih lama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Satyani dkk. (2006),
sperma tanpa perlakuan hanya dapat bertahan 45 detik namun dengan pemberian
NaCl dapat bertahan sampai 4-6 jam terutama pada suhu 14-150 C. Pengurutan
(stripping) telur pada induk betina dilakukan oleh 2 orang yang menggunakan
kain basah, perlakuan ini bertujuan untuk membuat induk merasa nyaman.
Pengurutan dilakukan secara hati-hati bertujuan untuk mencegah induk
melakukan gerakan. Selain itu, baskom yang digunakan untuk menampung telur
harus dalam keadaan kering, hal ini bertujuan untuk mencegah telur menempel
pada wadah (Gambar 7). Setelah kegiatan stripping selesai kemudian dilakukan
pencampuran sperma dengan sel telur.
Pada kegiatan stripping ini dilakukan juga perhitungan fekunditas seperti
pada Lampiran I. Dari kegiatan stripping ini diperoleh fekunditas rata-rata per
induk sebesar 63.703 butir/induk atau fekunditas 45.500 butir/kg induk.
Fekunditas yang dihasilkan dapat dikatakan baik dan sesuai dengan Sunarma
(2004), bahwa fekunditas yang dihasilkan oleh Lele Sangkuriang adalah antara
40.000 – 60.000 butir/kg induk.

20
Pencampuran sperma dan sel telur dilakukan dengan cara menuangkan
sperma yang telah diencerkan dengan larutan NaCl 0,9% sebanyak 200 ml ke
dalam 3 (tiga) ember besar yang telah berisi telur dari 33 induk betina. Tahap
kegiatan berikutnya, telur yang telah dicampur dengan sperma digoyang-goyang
perlahan sampai sperma dapat membuahi sel telur secara sempurna. Setelah
tercampur, kemudian ditambahkan air bersih dan digoyang-goyangkan kembali
secara perlahan-lahan. Pemberian air bersih ini diperlukan karena sperma dalam
larutan NaCl tersebut belum aktif. Selain itu, bertujuan untuk membersihkan sisa-
sisa sperma yang tidak membuahi telur. Pada tahap selanjutnya telur dan sperma
telah siap ditebarkan pada bak fiber yang telah disediakan sebelumnya. Prosedur
pemijahan buatan yang dilakukan di lokasi praktik sesuai dengan pernyataan
Sunarma (2004), bahwa prosedur pemijahan buatan adalah melalui enam tahapan.
Tahapan tersebut adalah dengan pemeriksaan ovulasi telur pada induk betina,
kemudian pengambilan kantung sperma pada induk jantan, pengenceran sperma
pada larutan fisiologis, pengurutan induk betina untuk mengeluarkan telur,
pencampuran telur dan sperma secara merta dan penebaran telur yang sudah
terbuahi.

4.6 Penetasan Telur


Telur yang telah terbuahi oleh sperma ditebar pada hapa penetasan yang
telah disiapkan. Penebaran dilakukan secara merata dan diusahakan telur tidak
menumpuk pada satu tempat. Untuk menghindari penumpukan telur pada saat
ditebar, caranya adalah dengan membuat semacam gelombang kecil menggunakan
tangan pada saat telur ditebar.
Pada kegiatan penetasan telur ini wadah yang digunakan berupa bak fiber
yang berukuran panjang, lebar dan kedalaman air (2 x 1 x 0,4) m. Wadah
penetasan dilengkapi dengan 2 (dua) titik aerasi serta saluran pemasukan air yang
terbuat dari pipa PVC 1 (satu) inch yang diberi lubang untuk pergantian air
selama proses penetasan telur. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Sukabumi (2006), bahwa penetasan telur dilakukan
pada bak yang sudah dilengkapi dengan hapa penetasan berukuran panjang, lebar
dan tinggi atau kedalaman masing-masing adalah 2, 1 dan 0,5 m dan telah diisi air
setinggi 30 cm.

21
Telur yang telah ditebar dan diberi aerasi dibiarkan dalam bak penetasan.
Telur ini menetas dalam waktu 30-36 jam dengan suhu 230 C. Penetasan telur
yang terdapat di lokasi praktik sesuai dengan pernyataan Najiyati (2003), bahwa
telur akan menetas menjadi larva setelah 30-36 jam. Lamanya waktu penetasan
telur tergantung pada suhu perairan dan udara. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Khairuman dan Amri (2005), bahwa telur akan menetas tergantung dari suhu
perairan dan suhu udara, semakin panas (tinggi) suhu telur akan semakin cepat
menetas dan kisaran suhu yang baik untuk penetasan telur adalah 27-300 C.
4.7 Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan larva dilakukan dalam bak penetasan telur (Gambar 9)
sampai larva berumur 5 hari. Selama pemeliharaan, larva lele belum diberi
makanan dari luar sebab masih terdapat kuning telur di dalam tubuhnya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Sunarma (2004), bahwa umumnya pemeliharaan larva
dilakukan selama 5 hari dan belum diberi makan dari luar.
Pemanenan larva dilakukan setelah larva berumur 5 hari. Cara pemanenan
yang dilakukan pada lokasi praktik adalah pertama dengan mematikan aliran air
dan aerasi terlebih dahulu kemudian larva dikumpulkan pada satu titik di dalam
hapa. Larva kering (tanpa air) diangkat dari hapa dengan menggunakan gelas ukur
100 ml yang berfungsi sebagai takaran untuk memudahkan di dalam perhitungan
jumlah larva yang di panen. Dalam 73 ml dalam gelas ukur berjumlah 24.000-
25.000 ekor larva. Dalam satu hapa didapatkan 4 gelas sehingga dihitung 90.000 -
100.000 ekor larva. Perhitungan jumlah larva dalam setiap gelas dilakukan seperti
pada Lampiran 2.

4.8 Pendederan
Kegiatan pendederan Lele Sangkuriang di lokasi praktik dilakukan sampai
pendederan pertama. Pada pendederan pertama (I) dilakukan sejak benih berumur
5 hari sampai 19 hari. Kegitan pendederan pertama (I) dilakukan pada kolam
terpal dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi atau kedalaman masing-masing (6
x 4 x 1) m dengan ketinggian air 30 cm. Pada pendederan pertama larva yang
ditebar berumur 5 hari dengan padat tebat 25.000 ekor atau dengan kepadatan

22
1.042 ekor/m2. Pada lokasi praktik padat penebaran sesuai dengan pernyataan
Andrianto dan Indarto (2005), bahwa padat penebaran benih umur 1-4 minggu di
kolam 1000-1125 ekor/m2.
Selama pemeliharaan benih diberi pakan cacing sutra (Tubifex sp.) yang
dicincang kecil-kecil selama 2 (dua) minggu hingga akhir panen. Takaran pakan
cacing sutra yang diberikan adalah satu gelas kecil berukuran 200 ml dalam satu
kolam terpal. Pemberian pakan secara ad libitum (sekenyang-kenyangnya) dengan
frekuensi pakan dua kali sehari yaitu pagi hari pada pukul 08.00 WIB dan sore
hari pada pukul 15.00 WIB.
.
4.9 Pengukuran Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati adalah suhu, pH, O2, kandungan CO2,
alkalinitas, NH3, NO2, dan salinitas.
suhu untuk pemeliharaan lele adalah 20-300 C sedangkan nilai pH untuk
kehidupan ikan Lele adalah 6,5 – 8. Tetapi suhu pada lokasi di bawah ketentuan
SNI: 01-6484.4 (2000), bahwa kualitas selama proses pemijahan, penetasan telur
dan pemeliharaan larva adalah mempunyai kisaran suhu 25-300 C, nilai pH 6,5-
8,5.

23
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan praktik kerja lapangan pem-
benihan ikan Lele Sangkuriang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Ta-
war Sukabumi adalah sebagai berikut:
1. Pembenihan ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dengan menggunakan hormone
ovaprim di BBPBAT Sukabumi meliputi kegiatan pemeliharaan induk, persiapan
bahan dan alat, seleksi induk, pemberokan, pemijahan, penyuntikan dan stripping,
penetasan telur dan perawatan larva.
2. Dosis ovaprim yang disuntikan pada induk betina sebanyak 0,2 ml/kg dengan
perbandingan antara induk jantan dan betina 1:1 untuk calon induk dan 1:3 untuk
produksi.
3. Fekunditas telur yang dihasilkan adalah 63.703 butir/induk dengan Hatching Rate
rata-rata adalah 77,10%. Pertambahan berat rata-rata 0,139 gran dan pertambahan
panjang 1,605 cm.
4. Tingkat kelangsungan hidup yang sangat rendah yaitu 12% dikarenakan cuaca
yang sering hujan sehingga mempengaruhi terjadi fluktuasi suhu pada air kolam.

5.2 Saran
Pada pemeliharaan larva masa pendederan pertama perlu dilakukan per-
siapan bak ataupun kolam pemeliharaan yang lebih baik untuk menghindari padat
tebar yang tinggi dan penyebaran penyakit yang menyebabkan rendahnya SR atau
tingkat kelangsungan hidup benih.

24
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, T. T. dan Indarto, N. 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan Lele. Yogyakarta.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2006. Modul Pelatihan Penguatan Kemampuan Dan
Bakat Siswa (Life Skill); Pembenihan Ikan Lele Dumbo “Sangkuriang” (Clarias
gariepinus). Pemerintah Kota Sukabumi. Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan.
Sukabumi. Hal 1-3.
Direktorat Pembudidayaan. 2005. Budidaya Lele Sangkuriang. Direktorat Pembudidayaan,
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Jakarta. Hal 1-13.
Effendie, M. I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Hernowo dan S. R. Suyanto. 2004. Pembenihan dan Pembesaran Lele di Pekarangan,
Sawah dan Longyam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Khairuman dan K. Amri. 2002. Budidaya Ikan Dumbo Secara Intensif. Argo Media
Pustaka. Jakarta.
Kottelat, M., A. J. Whitten, Kartikasari, S. N. dan Wirjoatmodju, S. 2003. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition In Collaboration With
The EMDI Project. Indonesia.
Lentera. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Muflikhah, N. 1994. Pengaruh Jenis Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Baung (Mystus nemurus). Buletin
Penelitian Perikanan Darat Volume 12 No. 2 Hal. 37-40.
Murhananto. 2002. Pembesaran Lele Dumbo di Pekarangan. Media Pustaka. Jakarta.
Nurhidayat, M. A., A. Sunarma, dan J. Trenggana. 2004. Rekayasa Uji Keturunan
(Progeny Test) Lele Dumbo Hasil Silang Balik (Backcross) dalam Jurnal Budi-
daya Air Tawar. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Vol. 1 No.1 Sukabumi.
Hal 18-22.
Nardjana, M. I., 2006. Sambutan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada Pembukaan
Forum Pengembangan Budidaya Lele. Hotel Saphir Yogyakarta, Tanggal 20-22
April 2006.
Pedoman Teknis Pengelolaan Perairan Umum Bagi Pembangunan Perikanan. 1992.
Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan.
Prabowo, W. 2007. Pengaruh Dosis Bacitracine Methyle Disalisilat (Bmd) Dalam Egg
Stimulant Yang Dicampur Dengan Pakan Komersil Terhadap Produktivitas Ikan
Lele Sangkuriang (Clarias sp.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prihartono, E. R., J. Rasidik dan U. Arie. 2000. Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele
Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 1-81.
Rukmana, H. R. 2003. Budidaya dan Pascapanen Lele Dumbo. CV. Aneka Ilmu Anggota
IKAPI. Semarang.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta. Bandung.
SNI : 01-6484.1-2000. Induk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x Clarias fuscus) Kelas
Induk Pokok (Parent Stock). Badan Standar Nasional.
SNI : 01-6484.2-2000. Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x Clarias fuscus)
Kelas Benih Tebar. Badan Standar Nasional.

25
LAMPIRAN

26
27

Anda mungkin juga menyukai