Anda di halaman 1dari 12

TUGAS BAHASA INDONESIA

“ARTIKEL ILMIAH”

Disusun Oleh :

Nama : Antyka Bellah Esti Kawa

NIM : 18101105002

Prodi : Farmasi (A)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2018
Penanggulangan Krisis Sampah Plastik Indonesia
Antyka B.E Kawa

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

Abstract

Plastics are synthetic polymeric materials that are made through a polymerization
process which cannot be separated from our daily lives which we generally encounter in the
form of plastic packaging or its use in electrical appliances and household appliances. Its
nature which is difficult to be degraded in nature makes it the biggest contributor of waste
that causes damage to natural balance. Since 2016, Indonesia has been named the second
country in the world as the largest waste contributor. In general, Indonesia produces 175,000
tons of waste per day, with each person donating 0.7 kg of waste. There are many ways to
overcome the waste crisis in Indonesia. Plastic waste can last for years, causing pollution to
the environment. Plastic waste is not wise if it is burned because it will produce gas that will
pollute the air and endanger human breathing, and if plastic waste is buried in the soil it will
pollute the soil, ground water.

Keywords: Plastic waste, Indonesia, plastic waste crisis

Abstrak

Plastik merupakan bahan polimer sintesis yang dibuat melalui proses poli- merisasi
dimana tidak dapat lepas dari kehidupan kita sehari-hari yang umumnya kita jumpai dalam
bentuk plastik kemasan ataupun penggunaannya pada alat-alat listrik dan peralatan rumah
tangga. Sifatnya yang sulit terdegradasi di alam menjadikannya penyumbang limbah terbesar
yang menyebabkan rusaknya keseimbangan alam. Sejak tahun 2016, Indonesia telah
dinobatkan menjadi negara kedua di dunia sebagai negara penyumbang sampah terbesar.
Secara umum, Indonesai menghasilkan sampah sebanyak 175.000 ton per hari, dengan
masing-masing orang menyumbangkan 0,7 kg sampah. Terdapat banyak cara untuk
menanggulangi krisis sampah di Indonesia. Sampah plastik dapat bertahan hingga bertahun-
tahun sehingga menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Sampah plastik tidaklah bijak
jika dibakar karena akan menghasilkan gas yang akan mencemari udara dan membahayakan
pernafasan manusia, dan jika sampah plastik ditimbun dalam tanah maka akan mencemari
tanah, air tanah.
Kata kunci : Sampah plastik, Indonesia, krisis sampah plastik

Pendahuluan

Plastik telah merupakan bagian kehidupan sehari-hari manusia. Dalam dua dasarwarsa
terakhir, kemasan plastik telah merebut pangsa pasar kemasan dunia, menggantikan kemasan
kaleng dan gelas. Kemasan plastik sudah mendominasi industri makanan di Indonesia dan
kemasan luwes (fleksibel) menempati porsi 80%. Jumlah plastik yang digunakan untuk
mengemas, menyimpan dan membungkus makanan mencapai 53% khusus untuk kemasan
luwes, sedangkan kemasan kaku sudah mulai banyak digunakan untuk minuman. Bahan
kemasan plastik dibuat melalui proses polimerisasi. Selain bahan dasar monomer, plastik juga
mengandung bahan aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat fisiko kimia plastik
tersebut, dan disebut komponen non plastik. Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan
karena sifatnya yang kuat, tetapi ringan, inert, tidak karatan dan bersifat termoplastik (heat
seal) serta dapat diberi warna .

Di Indonesia, kebutuhan plastik terus meningkat hingga mengalami kenaikan rata-rata


200 ton per tahun. Tahun 2002, tercatat 1,9 juta ton, di tahun 2003 naik menjadi 2,1 juta ton,
selanjutnya tahun 2004 naik lagi menjadi 2,3 juta ton per tahun. Di tahun 2010 menjadi 2,4
juta ton, dan pada tahun 2011, sudah meningkat menjadi 2,6 juta ton. Akibat dari peningkatan
penggunaan plastik ini adalah bertambah pula sampah plastik. Berdasarkan data Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH), setiap hari penduduk Indonesia menghasilkan 0,8 kg sampah per
orang atau secara total sebanyak 189 ribu ton sampah/hari.

Dari jumlah tersebut 15% berupa sampah plastik atau sejumlah 28,4 ribu ton sampah
plastik/hari. Selama ini telah dikenal istilah 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Reuse adalah
memakai berulang kali barang-barang yang terbuat dari plastik. Reduce adalah mengurangi
pembelian atau penggunaan barang-barang dari plastik, terutama barang-barang yang sekali
pakai. Recycle adalah mendaur ulang barang-barang yang terbuat dari plastik. Di satu sisi
penemuan plastik ini mempunyai dampak positif yang luar biasa, karena plastik memiliki
keunggulankeunggulan dibanding material lain. Indonesia dewasa ini telah dikenal sebagai
penyumbang sampah platik terbanyak ke 2 di dunia. Bahkan Menteri Kelautan dan Perikanan
Indonesia, Susi Pudjiastuti, turut prihatin karena akibat kelebihan sampah/limbah plastik
maka sampah/limbah plastik tersebut sering kali di buang ke laut.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan dari bahaya
limbah plastik seperti mengurangi penggunaan kantong plastik dengan menggunakan
keranjang belanja, mendaur ulang limbah plastik menjadi barang yang mempunyai nilai
ekonomi dan juga menggunakan dan mensosialisasikan penggunaan plastik yang bersifat
biodegradable.

Pembahasan

Persoalan sampah di perkotaan tak kunjung selesai. Tingginya kepadatan penduduk


membuat konsumsi masyarakat pun tinggi. Di sisi lain, lahan untuk menampung sisa
konsumsi terbatas. Persoalan semakin bertambah. Sampah konsumsi warga perkotaan itu
ternyata banyak yang tidak mudah terurai, terutama plastik. Semakin menumpuknya sampah
plastik menimbulkan pencemaran serius. Kondisi ini disadari sebagian masyarakat dengan
menumbuhkan upaya pengurangan sampah plastik. Kantong plastik baru dapat mulai terurai
paling tidak selama lebih dari 20 tahun di dalam tanah. Jika kantong plastik itu berada di air,
akan lebih sulit lagi terurai. Hasil riset Jenna R Jambeck dan kawan-kawan (publikasi di
www.sciencemag.org 12 Februari 2015) yang diunduh dari laman www.iswa.org pada 20
Januari 2016 menyebutkan Indonesia berada di posisi kedua penyumbang sampah plastik ke
laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.

Menurut Riset Greeneration, organisasi nonpemerintah yang 10 tahun mengikuti isu


sampah, satu orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 700 kantong plastik per tahun. Di
alam, kantong plastik yang tak terurai menjadi ancaman kehidupan dan ekosistem. Data hasil
riset tersebut diperkuat oleh kenyataan akhir-akhir ini di sekitar masyarakat Indonesia. Di
Kota Banda Aceh misalnya, sampah yang dihasilkan setiap harinya juga sangat banyak. Di
ibu kota Aceh ini, sampah yang dihasilkan per harinya mencapai 200 ton. Namun, tidak
semua masyarakat menyadari kondisi ini. Sampah dan limbah menjadi permasalahan yang
membutuhkan solusi kreatif.
A. Pengertian Sampah dan Sampah Plastik

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa
atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan
manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan (Kamus Istilah Lingkungan,
1994). Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai
semula (Tandjung, Dr. M.Sc., 1982).

Sampah plastik merupakan polimer sintesis yang bersifat sulit terurai di alam. Untuk dapat
terurai secara sempurna dibutuhkan waktu hampir ratusan tahun. Bila dibandingkan antara
penggunaan plastik yang terus meningkat terhadap waktu yang dibutuhkan untuk terurai tentu
sudah dapat dibayangkan bagaimana dampak penumpukan limbah plastik pada lingkungan.

B. Jenis Limbah Plastik

Berikut ini adalah jenis-jeniss limbah plastik yang terdapat di Indonesia :

1. PET — Polyethylene Terephthalate

Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60 %), dalam
pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol kemasan 30 %). Botol
Jenis PET/PETE ini direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI. Bila terlalu sering dipakai,
apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan
polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat
menyebabkan kanker). Titik lelehnya 85ºC. Di dalam membuat PET, menggunakan bahan
yang disebut dengan antimoni trioksida, yang berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan
dengan pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni trioksida masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernafasan, yaitu akibat menghirup debu yang mengandung senyawa tersebut.
Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama akan mengalami: iritasi kulit dan
saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan
keguguran, pun bila melahirkan, anak mereka kemungkinan besar akan mengalami
pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan.

2. HDPE — High Density Polyethylene

HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena
kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan
makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras,
buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi jika dibandingkan dengan plastik dengan kode
PET. Ada baiknya tidak menggunakan wadah plastik dengan bahan HDPE terus menerus
karena walaupun cukup aman tetapi wadah plastik berbahan HDPE akan melepaskan senyawa
antimoni trioksida secara terus menerus.

3. V — Polyvinyl Chloride

Bahan ini lebih tahan terhadap bahan senyawa kimia, minyak, dll. PVC mengandung
DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini
saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut, tititk lelehnya 70 – 140ºC. Kandungan
dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke
makanan berminyak bila dipanaskan. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang
dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan penurunan berat
badan. Jika jenis plastik PVC ini dibakar dapat mengeluarkan racun. Sebaiknya kita mencari
alternatif pembungkus makanan atau kemasan minuman, seperti bahan alami (daun pisang
misalnya).

4. LDPE — Low Density Polyethylene

Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan
permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten terhadap senyawa kimia,
daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain
seperti oksigen.  Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan
fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Biasanya
plastik jenis ini digunakan untuk tempat makanan, plastik kemasan, botol yang lunak. Barang
berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan atau minuman
karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan atau minuman yang dikemas dengan
bahan ini.

5. PP — Polypropylene

Karakteristik PP adalah botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Polipropilen
lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap
lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap Carilah dengan kode angka 5 bila
membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan
minuman. Titik lelehnya 165ºC

6 . PS — Polystyrene
Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke
dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus dihindari, karena selain
berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat
pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf, juga bahan ini sulit didaur ulang.
Bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama. Jika tidak
tertera kode angka dibawah kemasan plastik, maka bahan ini dapat dikenali dengan cara
dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan
api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga. Titik leleh pada 95ºC

7. Lainnya

Bahan dengan tulisan Other berarti dapat berbahan SAN - styrene acrylonitrile, ABS –
acrylonitrile butadiene styrene, PC – polycarbonate, Nylon. PC – polycarbonate, dapat
mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang
berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma,
dan mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan
ataupun minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika
suhunya dinaikkan karena pemanasan. Padahal biasanya botol susu dipanaskan dengan cara
direbus atau dengan microwave untuk tujuan sterilisasi atau dituangi air mendidih atau air
panas. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu,
kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. SAN dan ABS
merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan.

Jenis Plastik Surabaya Jakarta


LDPE 1.01 0.78
PP 2.64 2.03
Dari data HDPE 3.97 3.05 di atas,
PVC Botol 0.00 -
jenis PVC Film 0.15 0.12 platik
yang PET 0.09 0.07 ditemui
Styrofoam 0.08 0.07
dalam Lainnya 0.54 0.41 sampah
perkotaan antara lain
Low Density Polu Ethylene/LDPE, Poly Propylene/ PP, High Density Poly Ethylene/HDPE,
Poly Vinyl Chloride/PVC, Poly Ethylene Terephtalate/PET, Styrofoam, dll. Sampah plastic
jenis PP dan HDPE paling banyak ditemui.

C. Dampak Bahaya Penggunaan Plastik dan Sampah Plastik bagi Kesehatan dan
Lingkungan
Kebanyakan plastic seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan
suatu bahan pelembut. Beberapa contoh pelembut adalah epoxidized soybean oil (ESBO),
di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), dan bifenil poliklorin (PCB), acetyl tributyl citrate (ATBC)
dan di(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP). Penggunaan bahan pelembut ini dapat menimbulkan
masalah kesehatan, sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB dapat
menimbulkan kamatian pada jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik),
olehkarenanya sekarang sudah dilarang pemakaiannya.. Di Jepang, keracunan PCB
menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini
berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan
kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan
serta bayi lahir cacat.

Contoh lain bahan pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA.
Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan bahan pelembut
DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ke dalam
makanan. DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormone kewanitaan
pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusak sistem peranakan
dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati. Meskipun dampak
DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan pada
hewan sudah seharusnya membuat kita berhati-hati.

Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri makanan adalah
kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh adalah penggunaan kantong
plastik (kresek) untuk membungkus makanan seperti gorengan dan lain-lain. Menurut seorang
ahli kimia, zat pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya berasal dari gorengan), bisa
terurai terdegradasi menjadi bentuk radikal, menyebabkan penyakit.

Selain itu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini adalah
faktor pembuangan limbah sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang
berbahaya dan sulit dikelola. Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat
sampah bekas kantong plastik itu benar-benar terurai. Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar
plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Ini
adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari
tanah dan air tanah.

Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas rumah
kaca ke atmosfer. Salah satunya dengan melakukan upaya kampanye untuk menghambat
terjadinya pemanasan global. Sampah kantong plastik telah menjadi musuh serius bagi
kelestarian lingkungan hidup.

Sampah plastik yang terbawa arus laut dapat mencemari biota laut, bahkan
menimbulkan kematian pada hewan-hewan laut. Kematian sejumlah hewan laut sekitar satu
juta burung laut, seratus ribu mamalia laut, serta ikan-ikan dikarenakan mengkonsumsi limbah
plastik. Di darat, tanah yang mengandung racun partikel plastik dapat membunuh hewan
pengurai, seperti cacing yang berakibat menurunkan tingkat kesuburan tanah. Sampah yang
menumpuk di sungai dapat menimbulkan pendangkalan dan penyumbatan aliran sungai,
sehingga banjir pun terjadi. Bagi manusia, asap pembakaran limbah plastik dapat memicu
penyakit kanker, gangguan pernapasan, gangguan sistem saraf, serta hepatitis. Dalam hal
inilah, sebenarnya limbah plastik sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungannya.

D. Penanggulangan Limbah Plastik di Indonesia

Terdapat beberapa teknik penanggulangan limbah plastik yang sedang dikembangkan di


Indonesia, yaitu :

1. Penggunaan Furoshiki untuk Mengurangi Limbah Kantong Plastik

Istilah Furoshiki (Jepang) yang sebenarnya di Indonesia juga telah mengenal ini dengan
sebutan “pundutan” (Banjar) atau “boenthelan” (Jawa). Furoshiki merupakan teknik
membungkus dan membawa barang dengan menggunakan sehelai kain persegi. Ukuran
boenthelan bervariasi tergantung pada ukuran barang yang akan dibungkus atau dibawa.
Teknik membungkus bervariasi, sehingga semakin menambah nilai estetika boenthelan
tersebut. Boenthelan ini dapat digunakan untuk membungkus atau membawa barang, seperti
buku, kotak, botol, dan sebagainya. Selain itu, dengan menggunakan boenthelan sebagai gaya
hidup modern kita pun turut serta melestarikan bumi tercinta.

2. Pengolahan Limbah Plastik Menggunakan Metode Fabrikasi

Penanggulangan limbah plastik dengan cara melakukan daur ulang merupakan salah satu
solusi yang baik, dimana limbah plastik yang diolah selain meminimalkan penumpukannya di
alam juga produk yang dihasilkan memiliki nilai ekonomis. Salah satu cara proses daur ulang
limbah plastik yaitu dengan metode fabrikasi. Langkah-langkah pengolahan limbah plastik
dilakukan dengan menggunakan metode fabrikasi di antaranya (1) pemotongan yang
merupakan tahapan pembuatan sampah kemasan plastik menjadi potongan-potongan kecil.
Proses ini bertujuan untuk menyamarkan label produk, gambar, serta tulisan yang terdapat
pada kemasan plastik sehingga produk yang dihasilkan tidak terlihat sebagai produk daur
ulang dari sampah kemasan plastik, (2) pemanasan dan pelunakan, dilakukan pada
potonganpotongan sampah kemasan plastik hasil dari proses pemotongan menggunakan
mesin kempa dan heat gun. Tahapan ini bertujuan merekatkan potongan-potongan sampah
kemasan plastik menjadi bentuk lembaran sehingga memudahkan pengaplikasian material
tersebut di proses-proses selanjutnya, (3) pembentukan dan pencetakan, dimana proses
pembentukan dilakukan dengan cara melunakkan material sampah plastik menggunakan
teknik heat transfer kemudian dicetak. Pencetakan material sampah kemasan plastik dilakukan
seperti proses pembentukan keramik menggunakan cetakan master yang terbuat dari material
tahan panas seperti gypsum, silicon rubber, kayu, batu, dan sebagainya, (4) pengerjaan
menanggunakan mesin atau machining adalah proses pembentukan material daur ulang
dilakukan menggunakan alat pertukangan baik yang sederhana maupun yang canggih untuk
mencapai suatu kondisi material yang diinginkan, dan (5) penghalusan atau proses finishing
merupakan proses terakhir yang dilakukan setelah melalui proses-proses sebelumnya. Pada
proses finishing, dilakukan pelapisan clear spray agar material hasil daur ulang terlihat rapi
dan mengilap. Secara umum semua proses dalam metode fabrikasi dilakukan menggunakan
peralatan sederhana yang mudah diperoleh seperti gunting, alat pertukangan, heat gun, mesin
kempa, dan sebagainya. Produk yang dihasilkan dari pengolahan limbah plastik dengan
menggunakan metode fabrikasi dapat diaplikasikan pada berbagai kerajinan kreatif yang
mempunyai nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi.

3. Penggunaan Plastik Biodegradable

Penggunaan plastik biodegradable merupakan salah cara yang juga ampuh untuk
menanggulangi limbah plastik, dimana sifat dari plastik biodegradable yang ramah
lingkungan menjadikannya pilihan yang tepat sebagai solusi untuk ketergantungan kita
terhadap penggunaan kantong plastik. Pentingnya tanggung jawab konsumen dan industri
terhadap lingkungan harus terus ditingkatkan. Bagi sektor industri yang memproduksi bahan
plastik biodegradable, ini adalah kunci keuntungan, sebab biopolimer dapat mengurangi emisi
karbon dioksida selama proses pembuatan, dan mengurangi/menurunkan bahan organik
setelah pembuangan. Meskipun plastik sintetis adalah pilihan yang lebih layak secara
ekonomis dibandingkan dengan plastik biodegradable, akan tetapi peningkatan ketersediaan
plastik biodegradable akan memungkinkan banyak konsumen untuk memilihnya atas dasar
plastik biodegradable miliki bertanggung jawab terhadap lingkungan dan ramah lingkungan.
Proses bahan biopolimer dalam pengembangannya paling menjanjikan, karena bahan tersebut
menggunakan sumber daya terbarukan. Plastik biodegradable yang mengandung pati
dan/atau serat selulosa tampaknya yang paling mungkin akan mengalami pertumbuhan yang
positif dalam penggunaannya, namun infrastruktur yang diperlukan untuk memperluas pasar
komersial masih diperlukan proses waktu yang panjang dan biaya yang mahal.

E. Masalah Sampah di Indonesia

Pengamatan secara umum mengenai sampah dan pengelolaannya di negara-negara


berkembang, termasuk Indonesia menunjukkan:

• Persentase bahan organik tinggi (50-75%), sampah umumnya basah / lembab • Pada tingkat
rumah tangga, kaum wanita umumnya paling berperan dalam pembuangan sampah

• Pengumpulan ulang, daur ulang dan pengolahan sampah yang lainnya tidak efisien dan tidak
terorganisasi secara aman bagi manusia dan lingkungan

• Jika tingkat sosial rata-rata rendah, maka kondisi sarana pelayanan umum yang ada biasanya
juga rendah

• Pengelolaan sampah yang kurang baik biasanya juga dibarengi dengan fasilitas air minum
yang tidak memadai. Hal ini dapat menjadi penyebab penyebaran penyakit dan kondisi
kesehatan yang buruk

• Industri besar dan kecil tidak memberikan perhatian yang cukup dalam pengelolaan
sampahnya, sedang pemerintah sendiri sulit untuk membiayai pengelolaan sampah karena hal
lain yang harus diprioritaskan

• Daur ulang sering kali ditangani oleh sektor informal, padahal ini pekerjaan penting dan jika
pihak penguasa mencoba lebih aktif, hal ini dapat menimbulkan persaingan terbuka

• Belum diterapkannya prinsip bahwa yang memproduksi barang harus mengelola sampah
dari barang tersebut (misalnya: pabrik baterai kering harus menerima dan mengelola baterai
yang sudah tidak dipakai lagi).

Pemerintah Pusat melalui program Bapedal telah mencanangkan pemberian Adipura sebagai
sarana memacu tanggung jawab semua kalangan terhadap penanggulangan masalah sampah
bagi ‘kota bersih’ sejak 1986. Salah satu kriteria pemberian piala Adipura adalah keberhasilan
kota yang bersangkutan dalam mengurangi tingkat pencemaran yang diakibatkan oleh sampah
domestik.

Penutup
Permasalahan limbah plastik di Indonesia kebanyakan terpusat di kota-kota besar di
Indonesia, misalnya di Jakarta dan Surabaya. Tingginya kepadatan penduduk membuat
konsumsi masyarakat pun tinggi. Di sisi lain, lahan untuk menampung sisa konsumsi terbatas.
Persoalan semakin bertambah. Sampah konsumsi warga perkotaan itu ternyata banyak yang
tidak mudah terurai, terutama plastik. Semakin menumpuknya sampah plastik menimbulkan
pencemaran serius. Kondisi ini disadari sebagian masyarakat dengan menumbuhkan upaya
pengurangan sampah plastik.

Berbagai upaya untuk penanggulangan limbah plastik telah banyak dilakukan, hal ini
menjadi sangat penting mengingat limbah plastik sebagai salah satu penyumbang bagi
kerusakan alam. Terdapat tiga cara penanggulangan limbah plastik sebagai solusi untuk
mencegah kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah plastik itu sendiri yang
meliputi mengurangi penggunaan kantong plastik dengan menggantinya dengan alat (kain)
untuk membungkus barang atau dikenal dengan furoshiki ; pengolahan limbah plastik
menggunakan metode fabrikasi; dan penggunaan plastik biodegradable yang lebih mudah
terurai di alam. Dengan demikian peran serta pemerintah, masyarakat dan perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan ini akan membuat kesehatan dan lingkungan terjaga dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Alrashid, A & Kahdar, K., 2013. Eksplorasi Sampah Plastik Mengunakan Metode Fabrikasi
Untuk Produk Fashion. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain. 1(1) : 1-10.

Nasution, R. 2015. Berbagai Penanggulangan Limbah Plastik. Jurnal of Islamic and


Technology. 1(1) : 97-104.

Setyanto, R. H., 2013. Aplikasi Polimer Biodegradable dan Dampaknya pada Ekonomi dan
Lingkungan. Jurnal Mekanika. 2(11) : 83-88.

Sulchan, M & Endang, W., 2007. Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam. Jurnal
Kedokteran Indonesia. 2(57) : 55-60.

Sununianti, V. 2013. Sosialisasi Penggunaan Furoshiki Untuk Mengurangi Sampah Kantong


Plastik Dalam Gaya Hidup Modern. Jurnal Pengabdian Sriwijaya. 1(1) : 88-100.

Outerbridge, B. 1991. Limbah Padat di Indonesia; Masalah atau Sumber Daya. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai