Anda di halaman 1dari 21

TUGAS BAHASA INDONESIA

“ULASAN BUKU ILMIAH FARMASI”

Disusun Oleh :

Nama : Antyka Bellah Esti Kawa

NIM : 18101105002

Prodi : Farmasi (A)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

IDENTITAS

A. Buku Utama
B. Buku Bandingan

ORIENTASI

A. Buku Utama
B. Buku Bandingan

TAFSIRAN ISI

A. Dasar Penulisan
B. Uraian Isi Buku

EVALUASI

A. Aspek Kedalaman Isi


B. Aspek Tata Organisasi Gagasan
C. Aspek Gaya Penulisan
D. Aspek Keunggulan dan Kelemahan

RANGKUMAN EVALUASI
IDENTITAS

A. Buku Utama

 Judul : Farmakologi Dasar


(untuk mahasiswa farmasi dan keperawatan, edisi II)
 Penulis : Drs. Priyanto, Apt, M.Biomed.
 Tahun penerbitan : 2010
 Penrbit : LESKONFI
 Hak Cipta : 2008 (dilindungi Undang-Undang)
 Jumlah halaman : xii + 194 halaman
 Bahasa yang digunakan : bahasa Indonesia
 Warna sampul : Warna biru dengan logo obat di bagian tengah
 Harga buku : Rp.25.000,00 (Tokopedia.com)
 ISBN : 978-979-17202-1-2
 Lingkup penerbitan : Nasional
B. Buku Bandingan

 Judul : Intisari Farmakologi


(untuk Perawat)
 Penulis : Paul Barber dan Dr. Deborah Robertson
 Tahun penerbitan : 2009
 Penerbit : EGC
 Hak Cipta : 2009 (dilindungi Undang-Undang)
 Jumlah halaman : xi + 239 halaman
 Bahasa yang digunakan : bahasa Inggris (asli), bahasa Indonesia (terjemahan)
 Warna sampul : Warna putih dengan perpaduan warna garis ungu dan kuning
 Harga buku : Rp.55.000,00 (egcmedbooks.com)
 ISBN : 978-979-044-194-1
 Lingkup penerbitan : Internasional (UK), Nasional (terjemahan)
ORIENTASI
A. Buku Utama
1. Buku ini ditulis oleh Drs. Priyanto, Apt, M.Biomed, yang lahir di Sragen 12 Juli 1963.
Lulus SMPN 1 Gemolong Sragen dan SMAN IV Surakarta. Memperoleh gelar
Sarjana dari Fakultas Farmasi UGM tahu 1989 dan Apoteker pada Fakultas yang sama
di tahun berikutnya. Lulus Pasca Sarjana Biomedik kekhususan Farmakologi dari UI
pada tahun 1999. Tahun 2001 Penulis mendapatkan beasiswa dari ISTP II (AUSAID)
untuk belajar “drug information” di Melbourne Australia selama 4 bulan. Mulai tahun
2009, Penulis menempuh program Doktor pada Program studi Ilmu Faal dan Khasiat
Obat di Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi FKH IPB.
2. Pengalaman kerja relative beragam, antara lain sebagai Kepala Instalasi Farmasi
Rumah sakit Polri Pusat Kramatjati, Kepala Litbang Bidang Farmasi Kepolisisan,
Anggota Evaluator obat di Fakultas kedokterat UI dan Badan POM serta Manajer
Operasional Laboratorium Biovailabilitas dan Bioekivalen (BA-BE) di PT.
Pharmametric Lab. Mulai tahun 1997 menjadi dosen Farmakologi di AKPER Polri,
AKFAR Bumi Husada Jakarta, dan sejak tahun 2002 penulis menjadi dosen di jurusan
Farmasi FMIPA UHAMKA Jakarta. Sebelum buku ini terbit, telah 2 buku ditulisnya,
yaitu Toksisitas Obat dan Zat Kimia Lainnya dan Belajar Mudah Farmakologi I.
3. Buku ini sendiri merupakan pengembangan dari hasil teori dan pengetahuan yang
penulis peroleh dari studinya dalam bidang Farmakologi. Buku ini sangat berguna
terlebih khusus bagi para mahasiswa Farmasi tingkat I dan juga mahasiswa
keperawatan untuk dijadikan bahan sumber dalam mata kuliah farmakologi dasar.

B. Buku Bandingan

1. Buku ini ditulis oleh dua orang ahli yaitu Paul Barber dan Dr. Deborah Robertson.
Paul Barber (MSc Practitioner Research, BSc (Hons) Nursing, Dip N (Lond), Cert Ed,
RNT, SRN, RMN) memulai karier keperawatannya pada tahun 1974 sebagai seorang
kaset keperawatan, di saat itu ia menyelesaikan pelatihan Registered Mental Nurse
(perawat jiwa terdaftar) dan State Registered Nurse (perawat negara terdaftar). Ia
menghabiskan karier awalnya di departemen bedah, unit ketergantungan tinggi
(bangsal rawat cermat) dan kecelakaan, kemudian meningkat menjadi menajer di unit
bedah yang kecil. Ia memulai karier mengajar pada bulan Oktober 1988 dan telah
menduduki berbagai posisi pendidikan dari dosen senior hingga kepala pusat
pendidikan. Saat ini ia adalah dosen senior dan mengajar perawat pra- dan
pascaregistrasi.
2. Dr. Deborah Robertson bergabung dengan fakultas kesehatan dan pelayanan social di
Universitas Chester pada tahun 2004, tempat ia bekerja baru-baru ini sebagai dosen
senior. Ia adalah seorang RGN tetapi juga mendapat gelar BSc (Hons) dan PhD dalam
bisang farmakologi. Ia menjabat sebagai pemimpin program untuk Non-medical
prescribing course tempat ia menerapkan keahliannya dalam bidang farmakologi. Ia
juga berkontribusi dalam modul lain di fakultas tersebut termasuk Research in
Clinical Practice, Contemporary Aspects of Healthcare Provision serta berkontribusi
dalam penyususnan kurikulum pendidikan keperawatan. Publikasi terbarunya saat ini
didapat dari hasil penelitiannya sewaktu ia menjadi ilmuan peneliti ketika ia
menginvestigasi efek stress pada depresi. Minat penelitian terbarunya adalah e-
learning dan penyampaian Non-medical prescribing course.
3. Buku ini merupakan hasil perpaduan antara teori dan penelitian yang dilakukan oleh
kedua penulis dalam bidang farmakologi dan keperawatan. Buku ini didasarkan atas
peran perawat dalam bidang obat-obatan. Buku ini sangat diperuntukan bagi para
mahasiswa keperawatan dan mahasiswa farmasi juga dapat menggunakannya karena
masih berbicara mengenai obat-obatan.
TAFSIRAN ISI

A. Dasar Penulisan

Penulisan buku Farmakologi Dasar ini didorong oleh semangat penulis untuk
membantu mahasiswa Farmasi dan Keperawatan, terutama strata diploma dalam mempelajari
farmakologi. Selain itu, adanya buku ini diharapkan dapat mengisi kekurangan, bahkan
kekosongan atau ketiadaan buku farmakologi yang membahas secara sederhana, aplikatif, dan
mudah untuk dipahami. Sedangkan untuk penulisan buku Intisari Farmakologi didorong oleh
pentingnya peran perawat di bidang farmasi yaitu dalam pemberian obat, penatalaksanaan
obat, peresepan obat, pengaturan klinis dan penatalaksanaan resiko obat-obatan.

B. Uraian Isi Buku


1. BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang penggolongan obat berdasarkan keamanan (obat bebas, bebas terbatas,
keras, psikotropika, narkotika), berdasarkan cara/jalur pemakaian (obat luar dan dalam),
berdasarkan sumber/asalnya (tanaman, hewan, mineral, sintesis), berdasarkan efek yang
ditimbulkan (antiinfeksi, antijamur, antihistamin, antihipertensi, vaksin, obat metabolik,
antikanker dan diagnostik), berdasarkan bentuk sediaan (padat, cair, semi padat, gas),
berdasarkan penamaan (obat generik, obat paten, obat dengan nama kimia), berdasarkan
keamanan jika diberikan selama kehamilan (kategori A, B, C, D, X), dan berdasarkan kelas
terapi (analgetik, antipiretik, antiinflamsi non steroid, antipirai, anestetik, antialergi,
antidotum dan obat lain untuk keracunan).

Dijelaskan pula mengenai obat generik yaitu obat dengan nama resmi yang
ditetapkan dalam FI untuk zat berkhasiat yang dikandungnya, lalu mengenai obat esensial
yaitu obat yang diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada umumnya, dan
yang terakhir yaitu tentang sediaan farmasi yaitu obat tradisional dan kosmetika. Disamping
itu, sebagai bagian pembuka maka tak lupa untuk membahas tentang definisi yang terkait
dengan obat (farmakologi, obat, farmakoterapi) serta perkembangan obat.

2. BAB II : POSOLOGI
Membahas tentang bentuk sediaan obat secara lebih detail dengan beberapa kategori
(padat, cair, setengah padat, gas). Dijelaskan pula bagaimana cara pemberian obat dimana
harus memenuhi beberapa kategori yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat waktu, tepat dosis,
tepat rute, dan tepat dokumentasi serta perhitungan dosis yang tepat. Cara pemberian obat
tentunya tak terlepas dari rute pemberian obat yaitu melalui jalur enteral dan jalur parenteral.
Bab ini juga menyinggung kriteria pemberian obat yang rasional dari segi ketepatan dosis,
pasien, waktu, jalur pemberian, obat, dan waspada terhadap efek samping.

3. BAB III : MEKANISME KERJA OBAT

Secara singkat membahas tentang fase-fase yang harus dilalui agar suatu obat dapat
menimbulkan efek, yaitu fase farmasetik, fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik.
Turut dibahas juga dalam bab ini adalah beberapa parameter farmakokinetik dan cara-cara
menghitungnya.

Pada buku Farmakologi Dasar, fase farmasetik adalah fase yang diperngaruhi oleh
cara pemberian obat, bentuk sediaan obat, dan zat tambahan yang dipakai. Fase ini
menentukan banyaknya obat yang diabsorpsi masuk ke sirkulasi sistemik. Fase
farmakokinetik selain dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia obat juga dipengaruhi oleh sifat
fisiologi tubuh, dan jalur atau rute pemberian obat. Obat yang masuk ke pembuluh darah
tanpa melalui proses absorpsi akan cepat menimbulkan efek karena obat dapat langsung
mengalami distribusi. Fase farmakodinamik menjelaskan interaksi obat dengan reseptornya
dalam menimbulkan efek. Fase ini dipengaruhi oleh struktur kimia obat, jumlah obat yang
sampai pada reseptor, dan afinitas obat terhadap reseptor dan sifat ikatan antara obat dengan
reseptornya.

Dalam fase farmakokinetik terdapat beberapa proses di dalamnya yaitu absorpsi,


distribusi, metabolisme, dan eksresi. Kecepatan absorpsi dipengaruhi oleh kelarutan, Ph,
tempat absorpsi, dan sirkulasi darah. Obat dapat diabsorpsi di berbagai tempat, namun obat
oral diabsorpsi lewat usus halus karena paling luas permukaannya. Begitu pula obat yang
diberikan melalui inhalasi diabsorpsi sangat cepat karena epihelium paru-paru juga sangat
luas. Absorpsi obat yang menembus lapisan sel tunggal (tipis) akan lebih cepat dibandingkan
dengan menembus membrane kulit yang berlapis-lapis. Hal ini karena kecepatan absorpsi
berbanding lurus dengan luas membrane dan berbanding terbalik dengan tebal membrane.
Obat pada umumnya diberikan pada daerah yang kaya akan sirkulasi darah (vaskularisasi) dan
juga berpengaruh pada absorpsi obat. Misalnya pemberian melalui sublingual akan lebih cepat
diabsorpsi dibandingkan dengan diberikan melalui daerah kutan karena di daerah tersebut,
sirkulasi udaranya lebih sedikit.

Setelah selesai di absorpsi, obat nantinya akan didistribusikan ke seluruh bagian


tubuh. Kecepatan distribusi dipengaruhi oleh permeabilitas membrane kapiler terhadap
molekul obat. Obat akan mudah larut dalam lemak juga akan mudah terdistribusi. Faktor lain
yaitu fungsi kardiovaskuler, ikatan obat dengan protein plasma dan adanya hambatan fisiologi
tertentu (abses dan kanker). Karena obat yang dapat menembus membrane adalah obat bebas
(tidak terikat protein plasma) maka kuat/lemahnya ikatan obat dengan protein plasma akan
mempengaruhi distribusi. Saat obat masuk sirkulasi sistemik, sebagian besar akan terikat oleh
protein plasma (albumin). Ikatan obat dengan protein akan membentuk molekul yang besar
sehingga tidak dapat menembus membrane menyebabkan tidak akan aktif sebelum ikatannya
terlepas. Jadi, hanya obat bebas yang dapat mencapai sasaran dan yang dapat mengalami
metabolisme sehingga akan mudah diekskresikan. Perbandingan antara obat bebas dengan
obat terikat akan menetukan lama kerja obat (durasi). Perbandingan ini digunakan industri
farmasi untuk menentukan banyaknya dosis obat. Obat yang sangat lipofil punya afinitas yang
tinggi terhadap jaringan, sehingga cenderung tersimpan di jaringan. Karena aliran darah relatif
sedikit di jaringan, obat yang terikat oleh jaringan distribusinya akan lambat.

Metabolisme (biotransformasi) ialah reaksi perubahan zat kimia dalam jaringan


biologi yang dikatalisis oleh enzim menjadi metabolitnya. Jumlah obat dalam tubuh dapat
berkuran karena proses metabolisme dan ekskresi. Hati adalah organ utama metabolisme obat.
Ginjal tidak efektif mengekskresi obat yang bersifat lipofil karena mereka akan mengalami
reabsorpsi di tubulus setelah melalui filtrasi glomelurus. Metabolisme obat terdiri dari fase I
(merubah senyawa lipofil menjadi senyawa yang punya gugus fungsional) dan fase II (reaksi
zat yang belum cukup polar setelah mengalami metabolisme fase I). Ekskresi adalah proses
pengeluaran obat melalui organ ekskresi yaitu ginjal. Kecepatan ekskresi dan metabolisme

1
obat dilihat dari waktu paruhnya (t ) yaitu waktu yang diperlukan sehingga kadar obat dalam
2
darah/jumlah obat dalam tubuh tinggal separuhnya. Proses ekskresi obat dalam ginjal
meliputihfiltrasi glomelurus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.

Pada fase farmakodinamik, kebanyakan obat bekerja melalui proses berinteraksi


dengan reseptor, dimana semakin banyak reseptor yang diduduki/berinteraksi intensitas efek
semakin meningkat dan jumlah obat yang mengikat reseptor merupakan fungsi dari kadar
obat dalam plasma. Ada juga lewat interaksi dengan enzim, dimana beberapa obat/zat kimia
dapat menimbulkan efek karena mengikat enzim yang dikeluarkan tubuh.
Pada buku Intisari Farmakologi secara sederhana , farmakodinamika merupakan
efek obat pada tubuh sedangkan farmakokinetik merupakan ilmu tentang cara kerja obat
bergerak dalam tubuh selama absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Agar
menghasilkan efek, obat harus berinteraksi dengan tubuh. Sebelum obat dapat mulai
bekerjauntuk memberikan efek pada tubuh, obat harus diabsorpsi ke dalam system tubuh.
Proses ini dipengaruhi oleh banyak hal, namun factor utamanya adalah rute pemberian obat.
Penting bagi perawat untuk memahami implikasi terkait pemilihan rute obat. Banyak pasien
yang perlu menyesuaikan pemberian obat dengan kondisi medisnya. Hal ini perlu
dipertimbangkan karena dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengonsumsi obat.

Faktor fisiologi yang berkaitan dengan fungsi fisiologi manusia yaitu aliran darah ke
tempat absorpsi (semakin baik aliran darah ke tempat absorpsi maka semakin besar kecepatan
absorpsi sehingga pasien harus memiliki sirkulasi darah yang baik), lalu area permukaan total
untuk absorpsi (semakin besar area permukaan, semakin besar kecepatan absorpsi, contohnya
yaitu pada usus), dan waktu tiba dan waktu kontak di tempat absorpsi (semakin lama obat
berkontak dengan permukaan absorpsi, maka semakin besar kecepatan absorpsi). Adapun
faktor fisiko-kimia berkaitan dengan susunan kimia obat terkait fungsi fisiologi manusia yaitu
kelarutan, stabilitas kimia, koefisien partisi lipid dengan air, dan derajat ionisasi.

Tibalah pada tahap distribusi obat ke tempat kerjanya. Semua obat harus
didistribusikan ke seluruh tubuh. Terdapat empat elemen utama distribusi yaitu distribusi ke
cairan tubuh (plasma, cairan interstisial, dan intraselular), ambilan ke jaringan/organ tubuh,
jalan menembus barrier (obat haru bersifat sangat larut), dan luas ikatan protein plama.
Protein plasma seperti albumin dapat berikatan dengan molekul molekul obat. Obat yang
berikatan dengan protein plasma bersifat tidak aktif secara farmakologis, yaitu hanya obat
bebas yang aktif. Faktor yang mempengaruhi distribusi obat harus diperhatian oleh
perusahaan obat ketika memformulasikan obat. Peran perawat dalam memantau distribusi
obat adalah dalam memantau awitan efek obat/respons terhadap obat.

Biotransformasi obat adalah proses metabolisme senyawa obat induk dan terjadi
terutama di hati (metabolic hepatic) menjadi senyawa berbeda yang disebut metabolit.
metabolit lebih polar (bermuatan kimia) dibandingkan obat induk sehingga mudah diekskresi
oleh ginjal. Metabolisme obat dapat mempengaruhi dosis dan frekuensi pemberian dosis. Obat
yang dimetabolisme lambat dapat memiliki durasi kerja yang lebih lama dan mungkin hanya
perlu diberikan 1x sehari. Ketika obat telah memberikan efek yang diinginkan, obat perlu
diekskresi. Prinsip ekskresi mencakup eliminasi dan bersihan ginjal, sekresi ke empedu untuk
eliminasi fekal dan resirkulasi enterohepatic. Metode utama eliminasi ginjal adalah melalui
filtrasi glomerulus aktif.

Pada fase farmakodinamik, terdapat 2 hal yang perlu dikaji yaitu tentang reseptor dan
enzim. Pada biokimia, molekul protein pada membrane plasma disebut dengan reseptor.
Sejumlah besar obat, yang efektif secara klinis, melakukan kerjanya melalui interaksi dengan
reseptor. Enzim adalah katalis biologis yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia tubuh.
Banyak obat menargetkan enzim untuk mencegahnya melakukan fungsi normalnya.

4. BAB IV : OBAT-OBAT OTONOM

Bab ini membahas tentang berbagai obat yang digunakan pada sistem otonom atau
yang bekerja pada saraf manusia (obat kolinergik dan antikolinergik serta adrenergik dan
antiadrenergik). Sebagai pendahuluannya, dijelaskan mengenai sistem saraf manusia, efek
perangsangan (simpatik dan parasimpatik), hubungan kimiawi antar sel, reseptor dalam tubuh
manusia, proses sintesis, penyimpanan, pelepasan, dan inaktifasi NT (Ach) yang merupakan
target/tempat kerja obat.

5. BAB V : OBAT YANG BEKERJA PADA SALURAN PERNAPASAN

Secara umum fungsi sistem pernapasan untuk tujuan menyediakan oksigen bagi
semua sel tubuh, membuang CO2 dari seluruh sel tubuh, membatu pertahanan tubuh melawan
senyawa asing, dan menghasilkan suara untuk berbicara. Bab ini membahas tentang golongan
dan jenis obat yang bekerja di saluran pernapasan untuk menjaga fungsinya. Obat yang
dibahas hanyalah beberapa yang paling sering dipakai yaitu obat untuk terapi rhinitis
(antihistamin, agonis α-adrenergik, dan kortikosteroid), terapi bronkodilator (agonis β 2, metil
xantin, antikolinergik, kortikosteroid), terapi mukolitik dan ekspektoran, serta terapi antitusif
(kodein, dekstrometorfan, uap mentol).

6. BAB VI : OBAT YANG BEKERJA PADA SALURAN PERCERNAAN

Obat yang bekerja pada saluran pencernaan sangat banyak, mulai dari yang bekerja
di mulut sampai di kolon. Dalam bab ini hanya dibahas beberapa jenis obat antara lain obat
untuk terapi ulcer (dibahas obat untuk mengurangi kelebihan sekresi asam lambung, obat
untuk meningkatkan daya tahan mukosa terhadap HCl/gastrin, dan antasida), obat antidiare
(oralit, penghambat motilitas, absorphen), obat pencahar/laksantif (pencahar pembentuk
massa, stimulant, tinja, dan osmotik), obat terapi antispasmodic, dan obat
antiemetic/antimuntah.

7. BAB VII : ANTIBAKTERI

Bab ini membahas secara keseluruhan mengenai antibakteri yang tetap menjadi
bahan dominan dalam pelayanan kesehatan. Jumlah dan jenis antibakteri sangat banyak dan
selalu bertambah seiring perkembangan infeksi. Dalam bab ini menyajikan hal-hal umum
yang harus dikuasai mengenai antibakteri yaitu prinsip terapi menggunakan antibakteri dan
beberapa definisi yang berkaitan, penggolongan (mekanisme kerja dan sifat-sifat umum dari
setiap golongan), efek merugikan yang menonjol, dan spektrumnya.

8. BAB VIII : ANTIVIRUS

Pada buku Farmakologi Dasar, pada bab ini membahas secara umum tentang
antivirus, penggolongan obat antivirus berdasarkan mekanisme kerjanya (penghambat reverse
transcriptase, NRTI, NNRTI, PI, neuramidase inhibitor, IFN), penggunaan antivirus dalam
klinik (terapi HIV, influenza, herpes, hepatitis).

Pada buku Intisari Farmakologi, dijelaskan mengenai bagaimana mekanisme virus


menyerang suatu individu, dijelaskan beberapa penyakit akibat virus (HIV, NNRTI,PI), dan
dijelaskan mengenai beberapa obat virus lainnya yaitu asiklovir, gansiklovir, amantadine,
immunoglobulin. Dalam buku ini, untuk materi mengenai antivirus dijelaskan dalam bab
antimikroba.

9. BAB IX : ANTIPROTOZOA DAN ANTELMINTIK

Bab ini membahas tentang penggunaan/pemanfaatan mikroorganisme selain bakteri


yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia yang dipakai sebagai bahan obat. Dalam bab
ini akan dibahas obat-obat untuk infeksi karena protozoa seperti malaria dan diare (desentri),
serta infeksi oleh parasite cacing (antelmintik). Selain mengenai obat, dijelaskan pula tentang
cara pemberian obat dan efek yang merugikan pada setiap penyakit tersebut.

10. BAB X : ANALGETIK, ANTIPIRETIK, DAN ANTIINFLAMASI


Bab ini membahas tentang penggolongan obat analgetik, antipiretik dan
antiinflamasi. Beberapa obat yang dibahas antara lain, allopurinol, AINS, kolkisin,
sulfipirazon dan probenesid, serta asetaminofen (parasetamol). Dalam buku Farmakologi
Dasar, inflamasi adalah respon normal terhadap cedera. Ketika terjadi cedera, zat seperti
histamine, brandikinin dan PG serta serotonin dilepaskan. Pelepasan zat-zat ini menyebabkan
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas dinding kapiler. Resptor nyeri mengalami
perangsangan, protein dan cairan keluar dari pembuluh datah kapiler (sel). Aliran darah
ketempat cedera meningkat, sel fagosit (leukosit) migrasi ke tempat cedera untuk merusah
zat-zat yang diaggap berbahaya. Jika fagositosis berlebihan justru akan meningkatkan
inflamasi yang ditandai dengan kemrah-merahan, bengkak, panas, nyeri, dan hilangnya
fungsi.

Antiinflamasi bekerja mengikat enzim cyclooxygenase dan lipogenase sehingga


menghambat sintesis PG dan leukotrin. Hambatan tersebut antara lain menyebabkan stabilitas
sel meningkatkan, permeabilitas membrane menurun (mengurangi oden/bengkak), dan nyeri
berkurang. Berdasarkan cara kerja di atas, ada 2 jenis inflamasi yang digunakan dalam klinik,
yaitu golongan kortikostreroid dan non steroid.

Pada buku Intisari Farmakologi, inflamasi adalah mekanisme respons tubuh


terhadap kerusakan seluler. Reaksi inflamasi adalah reaksi local yang melibatkan pelepasan
substansi antibakteri yang menjaga tubuh dari serangan zat asing. Akhirnya, proses inflamasi
menempatkan infrastruktur yang memungkinkan tubuh sembuh dengan sendirinya dan
kembali berfungsi secara normal. Tanda dan gejala utama inflamasi adalah kemerahan, nyeri,
bengkak, panas, dan kehilangan fungsi. Inflamasi dapat diklasifikasikan menjadi akut (dengan
awitan yang cepat dan durasi yang singkat, contohnya ; gigitan serangga) dan kronis (jika
substansi berbahaya tidak dikeluarkan oleh proses inflamasi akut, contohnya ; penyakit
autoimun). Pada buku ini juga dijelaskan lebih lanjut tentang obat anti-inflamasi nonsteroid
yaitu kelompok agens terapeutik yang besar dan sering digunakan sebagai analgestik untuk
menangani nyeri ringan hingga sedang. Kelompok obat ini bekerja dengan menghambat
pembentukan prostaglandin.

11. BAB XI : OBAT-OBAT YANG BERPENGARUH PADA SSP (sistem saraf pusat)

Dalam buku Farmakologi Dasar, sebagaimana telah dibahas dalam bab III, pada
bab ini juga disinggung lagi mengenai SSP. SSP terdiri dari otak danmedulla spinalis. Fungsi
utama SSP adalah mengkoordinasikaan dan mengontrol system yang ada di dalam tubuh.
Neurotransmitter (NT) dan hormone adalah 2 alat utama yang sangat penting bagi SSP untuk
mengkoordinasi dan mengontrol fungsi-sungsi organ agar dapat berfungsi sesuai dengan
kebutuhan. Terdapat banyak penggolongan obat-obatan dalam SSP. Obat yang digolongkan
sebagai ansiolitik dan hiponotik digunakan untuk berbagai tujuan terapi, seperti untuk
mengurangi kecemasan, depresi,epilepsy, induksi tidur/insomnia, dan anestesi. Kelompok
obat ini juga sering disebut sebagai sedative-hipnotik/ansiolitik. Jenis-jenis obat ansiolitik dan
hipnotik yaitu barbiturate (fenobarbital, thiofental,dll), BDZ (alprazolam, diazepam, dll), dan
golongan lain (buspiron, zalepton, dll).

Dalam bab ini juga menyinggung mengenai anestesi umum, yaitu obat yang
digunakan untuk meniadakan persepsi terhadap semua rangsangan. Untuk menimbulkan efek
anastesi yang ideal, sering diperlukan kombinasi dari beberapa obat (inhalasi/injeksi IV).
Terdapat juga anestesi local yang diberikan secara topical untuk menghambat konduksi sel
saraf. Hambatan ini membuat informasi/rangsangan nyeri dari perifer tidak sampai pada SSP
sehingga tidak timbul persepsi nyeri. Semua anestesi lokal secara kimiawi mempunyai gugus
amino (hidrofilik), gugus penghubung ester/amida untuk menyambungkan gugus hidrofil
dengan gugus cincin benzene (lipofil). Sehingga anestesi local digolongkan menjadi golongan
ester (prokain, benzokain, tetrakain) dan golongan amida (lidokain, bivikain, mefikain).

Pada buku Intisari Farmakologi dijelaskan pula tentang anestesi lokal, yaitu obat
analgesik yang dirancang untuk digunakan secara klinis guna menghilangkan sensasi secara
reversible pada bagian tubuh tertentu. Secara umum anestesi local terdapat 2 kelompok, yaitu
agens ester dan amida. Perbedaan antar keduanya terletak pada struktur biokimianya. Cara
kerja anestesi local yaitu dengan menghambat saluran natrium di dalam membran neuron.
Anestesi lokal biasanya dilarutkan dalam larutan yang mengandung bahan pengawet dan
fungisida. Sediaan yang diencerkan biasanya digambarkan sebagai presentasi larutan obat.
Salah satu masalah yang ditemukan ketika memberi anestesi lokal adalah banyak anestesi
lokal yang menyebabkan pembuluh darah sekitar berdilatasi. Hal ini dapat mempercepat
absorpsi obat sehingga mengurangi efek obat.

12. BAB XII : OBAT KARDIOVASKULER

Dalam bab ini pertama-tama dijelaskan mengenai kardiovaskuler (organ yang paling
berperan yaitu jantung dalam proses sirkulasi tubuh). Kemudian diuraikan satu per satu
beberapa penggolongan obatnya, yaitu obat digitalis (untuk menguatkan kontraksi otot
jantung), beta bloker (untuk mengeblok/menghentikan rangsangan pada reseptor β dalam
tubuh), vasodilatator (diberikan jika terjadi penyempitan pembuluh darah), diuretic (untuk
meningkatkan jumlah urin), antiaritma (untuk menormalkan denyut jantung), anti angina
(menstabilkan aliran darah karena adanya penyumbatan), antihipertensi (menurunkan tingkat
hipertensi yang tinggi), dan antihiperlipidemia (obat diet).

Pada buku Farmakologi Dasar dijelaskan bahwa salah satu penyakit umum yang
menyerang system sirkulasi adalah hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah.
Diagnosis hipertensi dapat dilihat dari pengukuran berulang-ulang pada situasi/waktu
berlainan diperoleh nilai rata-rata tekanan dasar systole (TDS) > 120 mmHg dan tekanan
darah diastole (TDD) > 90 mmHg. Tekanan darah dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu
curah jantung dan resistensi perifer.

Pada buku Intisari Farmakologi juga disebutkan mengenai hipertensi. Hipertensi


(peningkatan tekanan darah) berkaitan dengan resiko penyakit jantung coroner. Penyakit ini
memiliki sedikit gejala dan individu sering mengetahui bahwa mereka mengalami hipertensi
hanya pada saat melakukan skrining rutin. Hipertensi digolongkan menjadi 2 yaitu hipertensi
primer dan hipertensi sekunder (akibat penyakit ginjal dan endokrin). Pengobatan non-
farmakologis biasanya pertama kali diprogramkan untuk menangani hipertensi sebelum
menggunakan obat-obatan.

13. BAB XIII : OBAT HORMONAL

Bagian ini diawali dengan penjelasan umum mengenai hormon, yaitu zat yang
terbuat dari asam amino/kolestrol yang bekerja pada jaringan tubuh/organ untuk kepentingan
aktivitas seluler. Banyak sekali obat yang bekerja mempengaruhi hormon, antara lain
menghambat fungsi hormon berlebih, meningkatkan hormon yang kurang/menghilangkan
fungsi hormon. Lalu mulai dijelaskan mengenai jenis-jenis hormon (hormon sex, hormon
pancreas, hormon oksitosik dan tokolitik). Berbicara tentang hormon sex, didalamnya terdapat
istilah kontrasepsi. Kontrasepsi digunakan dalam hal seks.

CATATAN : Bab IV sampai Bab XIII, membahas tentang kelompok obat, kerja obat, dan
beberapa kegunaannya dalam terapi.

14. BAB XIV : PENYALAHGUNAAN NAPZA


Bab ini membahas dampak penyalahgunaan narkotika psikotropika, alkohol, dan zat
adiktif lainnya (Napza). Latar belakang bab ini dimasukkan dalam buku ini adalah untuk
membekali mahasiswa yang kelak sebagai tenaga medis supaya dapat menjawab atau
menjelaskan tentang Napza secara benar. Penulis mengamati dan memberhatikan masih
banyak mitos-mitos yang menyesatkan bagi masyarakat yang harus segera diluruskan tentang
penyalahgunaan Napza.

15. BAB XV : TOKSIKOLOGI

Bab ini diawali dengan pengantar mengenai definisi dan hal-hal yang menyangkut
toksikologi. Obat yang menimbulkan efek toksik dimana minimal manfaat obat dan efek
merugikan lebih besar. Zat yang dianggap toksik dapat berfungsi sebagai obat jika
pemberiannya diatur sedemikian rupa. Lalu dijelaskan tentang penggolongan toksikologi
(tempat kerjanya, sumber/tempat zat toksik berada, susunan/sifat kimia, dan selektifitas).
Untuk mengurangi jumlah zat dalam sel sasarannya dapat dilakukan dengan cara menghambat
absorpsi dan distribusi serta mempercepat eliminasi. Meningkatkan nilai ambang toksis
(KTM) juga merupakan cara untuk mencegah timbulnya efek toksik. Hal-hal ini sering
dijadikan sebagai strategi terapi antidotum.
EVALUASI

A. Aspek Kedalaman Isi

Buku Farmakologi Dasar telah memenuhi tujuan sosialnya karena buku ini sangat
membantu para mahasiswa dan diploma terlebih dalam proses pembelajaran materi
farmakologi. Buku ini memang sangat bermanfaat bagi para mahasiswa farmasi maupun
keperawatan karena berisi tentang konsep dasar yang perlu diketahui dalam materi
farmakologi, sebelum mempelajari materi farmakologi tingkat lanjut.

Buku Intisari Farmakologi juga telah memenuhi tujuan sosialnya karena buku ini
sangat membantu para mahasiswa terlebih dalam proses pembelajaran materi farmakologi.
Buku ini memang diutamakan kepada keperawatan, tapi para pihak yang bergerak di bidang
farmasi, dalam hal ini juga mahasiswa dapat menggunakan buku ini karena di dalamnya
masih mempunyai hubungan yang erat dengan berbagai jenis obat-obatan .

B. Aspek Organisasi Gagasan

Penulisan bagian bab-bab pada buku Farmakologi Dasar telah disusun secara
berimbang, dimulai dari penggenalan awal tentang penggolongan obat pada umumnya
(berdasarkan Farmakope Indonesia dan Undang-undang) hingga pada bab seterusnya mulailah
dibahas secara bertahap, terpisah, dan terperinci tentang penggolongan obat berdasarkan
fungsional tubuh dan penyakit. Buku ini lebih menitikberatkan kepada pengetahuan
farmakologi dasar.

Penulisan bagian bab-bab pada buku Intisari Farmakologi telah disusun secara
berimbang tapi hanya perbagian yang dirasa perlu untuk dijelaskan karena berhubungan
dengan pengobatan dalam bidang keperawatan. Buku ini lebih menitikberatkan kepada
farmakologi klinis dan perhitungan dosis/obat.

C. Aspek Gaya Penulisan


Buku Farmakologi Dasar ditulis dengan sebagian menggunakan bahasa ilmiah /
akademi dan sebagian lagi menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Untuk istilah ilmiah,
awalnya disebut lalu kemudian di paragraph berikutnya akan dijelaskan apa maksud dari
istilah tersebut sehingga pembaca tidak harus mencari tahu tentang istilah tersebut lewat
sumber lain.

Buku Intisari Farmakologi ditulis dengan menggunakan bahasa akademik/ilmiah dan


hanya sebagian kecil menggunakan bahasa penjelasan pada umumnya tapi sedikit masih dapat
dimengerti oleh para pembaca. Di dalamnya terdapat banyak istilah dalam bidang
keperawatan dan juga farmasi yang berkaitan dengan penggolongan obat. Sebagian istilah
dijelaskan tapi sebagiannya tidak tidak sempat dijelaskan karena mungkin menganggap
bahwa para pembaca khususnya keperawatan sudah mengetahui dengan jelas tentang istilah
itu, padahal belum semuanya mengetahui tentang istilah yang dimaksud. Disamping itu
semua, bahasanya tetap dapat dimengerti oleh para pembacanya.

D. Aspek Keunggulan dan Kelemahan


1. Keunggulan
 Buku Farmakologi Dasar

Banyak sekali keunggulan yang terkandung dalam buku Farmakologi Dasar.


Diantaranya ialah buku ini ditulis berdasarkan penguasaan teori dan penelitian yang dilakukan
penulis karena berkaitan dengan bidang kerjanya yaitu farmakologi. Mengenai isi buku dapat
dikatakan lumayan lengkap. Selain materi, terdapat pula beberapa latihan soal untuk menguji
pemahaman pembaca. Dengan adanya buku ini, maka yang diharapkan bahwa dapat
memperkaya pengetahuan tentang farmakologi dan bermanfaat dalam meningkatkan
ketepatan pemakain obat. Jenis kertas yang dipakai oleh buku ini tergolong kertas yang
berkualitas baik karena bersifat tebal dan tidak mudah robek, hanya saja terlihat sedikit
memudar karena factor usia dari buku. Untuk bagian cover, menggunakan kertas yang tebal
dan tidak mudah sobek, tampilan cover juga menarik karena berwarna dan dicantumkan logo-
logo obat yang merepresentasikan isi buku, dan dicantumkan secara jelas kepada siapa buku
ini diperuntukan. Buku ini berukuran 15,5x24cm serta tidak terlalu tebal, buku ini akan lebih
mudah dibawa kemana-mana.

Pada bagian isi ada juga pendekatan pembahasan kelompok obat berdasarkan pada
tempat kerja dan kegunaannya. Pembahasan demikian dipilih untuk mendekatkan
pengetahuan tentang farmakologi pada aplikasi klinik, selain tentunya untuk memudahkan
pemahaman. Penulis berpendapat bahwa jika membahas farmakologi berdasarkan golongan
kimia obat relative sukar dan kurang dekat dengan aspek penggunaan obat, terlebih bagi para
mahasiswa. Setiap bab tentunya mempunyai hubungan satu dengan yang lain karena sama-
sama menjelaskan tentang penggolongan obat, lengkap dengan cara kerja obat, cara
pemberiannya, dosis, serta efek samping yang ditimbulkan. Pada bagian penjelasan materi,
kadang juga sering terjadi kesalahan dalam penggunaan tanda baca.

 Buku Intisari Farmakologi

Banyak sekali keunggulan yang terkandung dalam buku Intisari Farmakologi.


Diantaranya ialah buku ini ditulis berdasarkan penguasaan teori dan penelitian yang dilakukan
2 orang penulis yang bergerak dalam bidang keperawatan dan obat-obatan. Mengenai isi buku
dapat dikatakan sudah lumayan lengkap karena mencakup aspek farmakologi dan perhitungan
obat. Selain materi, terdapat pula beberapa latihan soal beserta dengan kunci jawaban di
bagian belakang buku untuk menguji pemahaman pembaca. Dengan adanya buku ini, maka
yang diharapkan bahwa dapat memperluas pengetahuan seorang perawat mengenai obat-
obatan yang dipakai oleh pasien yang ia rawat. Jenis kertas yang dipakai oleh buku ini
tergolong kertas yang berkualitas baik karena bersifat tebal dan tidak mudah robek, hanya saja
terlihat sedikit memudar karena factor usia dari buku.

Untuk bagian cover, menggunakan kertas yang tebal dan tidak mudah sobek,
tampilan covernya simple tapi menarik dengan perpaduan warna putih (warna dasar), ungu
dan kuning (warna tulisan) dan dicantumkan stiker hologram yang menandakan bahwa buku
ini adalah buku asli, terdapat gambar obat di bagian pojok kanan atas, dan dicantumkan secara
jelas kepada siapa buku ini diperuntukan. Selanjutnya, aspek buku ini yang dianggap dapat
membantu adalah studi kasus. Sebagian besar bab berisi minimal 2 skenario yang diharapkan
dapat dikaji/dianalisis oleh pembaca. Di dalam setiap materi juga terdapat beberapa kotak
kecil yang berisi tentang “tips klinis” untuk membantu dalam praktek lapanagan/studi kasus.
Ada juga ulasan bergambar untuk mempermudah pembaca dalam memahami suatu proses.
Buku ini berukuran 14x21cm serta tidak terlalu tebal, buku ini akan lebih mudah dibawa
kemana-mana.

2. Kelemahan
 Buku Farmakologi Dasar
Buku Farmakologi Dasar juga memiliki kelemahan. Dalam bidang farmasi dan
kesehatan tentunya terdapat banyak sekali jenis dan golongan obat tapi mengingat bahwa
buku ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang baru belajar farmakologi dan keterbatasan
halaman, maka tidak akan dibahas semuanya melainkan hanya dijelaskan golongan dan jenis
obat pada umumnya/yang sering dipakai. Ulasan bergambarnya tidak berwarna sehingga
terlihat tidak begitu jelas dan kurang menarik.

 Buku Intisari Farmakologi

Buku Intisari Farmakologi juga memiliki kelemahan. Dapat dilihat bahwa tidak
semua penggolongan obat dibahas. Penulis hanya berfokus pada kelompok obat utama agar
para pembaca mencoba berfokus pada beberapa kelompok obat utama serta topik utama yaitu
tentang farmakologi dan perhitungan dosis bagi seorang perawat. Terdapat satu ganjalan pada
saat membaca buku ini, yaitu adanya tulisan melingkar di pojok kiri dan tulisan berlatar
belakang garis ungu yang sama-sama bertuliskan “keperawatan dan untuk perawat”. Tulisan
seperti ini memberikan kesan bahwa buku ini hanya untuk mahasiswa keperawatan saja.
Meskipun di dalamnya menjelaskan banyak tentang tips klinik dan studi kasus untuk perawat,
tapi isi utama dari buku tersebut tetap berkaitan dengan obat-obatan yang merupakan bidang
kajian utama dari mahasiswa farmasi. Alangkah baiknya jika tulisan tersebut tidak diberi
kesan/efek yang menonjol, misalnya pada buku Farmakologi Dasar yang diperuntukkan bagi
mahasiswa farmasi dan keperawatan.
RANGKUMAN EVALUASI

 Buku Farmakologi Dasar

Buku Farmakologi Dasar sangat berguna, tak hanya bagi mahasiswa farmasi tapi
juga untuk mahasiswa keperawatan, kedokteran, dan kesehatan masyarakat atau orang-orang
yang berkecimpung dibidang yang berkaitan dengan farmakologi. Informasi/penjelasan
lengkap tentang penggolongan obat dijadikan landasan dan dasar untuk mempelajari bidang
farmakologi. Jadi, upaya Drs. Priyanto, Apt, M.Biomed dalam upaya untuk membantu
mahasiswa farmasi dan keperawatan, terutama strata diploma dalam mempelajari farmakologi
patut diberikan apresiasi.

 Buku Intisari Farmakologi

Buku Intisari Farmakologi sangat berguna, tak hanya bagi mahasiswa keperawatan
tapi juga mahasiswa farmasi, atau orang-orang yang berkecimpung dibidang yang berkaitan
dengan farmakologi. Informasi/penjelasan lengkap tentang penggolongan obat, praktek klinis,
informasi penting kepada perawat tentang pemberian obat dan kepengurusan obat . Jadi,
upaya Paul Barber dan Deborah Robertson dalam upaya untuk membantu mahasiswa
keperawatan dan semua yang berkecimpung dalam dunia farmakologi, pada saat mempelajari
farmakologi patut diberikan apresiasi.

Anda mungkin juga menyukai