Disusun Oleh :
NIM : 18101105002
MANADO
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
IDENTITAS
A. Buku Utama
B. Buku Bandingan
ORIENTASI
A. Buku Utama
B. Buku Bandingan
TAFSIRAN ISI
A. Dasar Penulisan
B. Uraian Isi Buku
EVALUASI
RANGKUMAN EVALUASI
IDENTITAS
A. Buku Utama
B. Buku Bandingan
1. Buku ini ditulis oleh dua orang ahli yaitu Paul Barber dan Dr. Deborah Robertson.
Paul Barber (MSc Practitioner Research, BSc (Hons) Nursing, Dip N (Lond), Cert Ed,
RNT, SRN, RMN) memulai karier keperawatannya pada tahun 1974 sebagai seorang
kaset keperawatan, di saat itu ia menyelesaikan pelatihan Registered Mental Nurse
(perawat jiwa terdaftar) dan State Registered Nurse (perawat negara terdaftar). Ia
menghabiskan karier awalnya di departemen bedah, unit ketergantungan tinggi
(bangsal rawat cermat) dan kecelakaan, kemudian meningkat menjadi menajer di unit
bedah yang kecil. Ia memulai karier mengajar pada bulan Oktober 1988 dan telah
menduduki berbagai posisi pendidikan dari dosen senior hingga kepala pusat
pendidikan. Saat ini ia adalah dosen senior dan mengajar perawat pra- dan
pascaregistrasi.
2. Dr. Deborah Robertson bergabung dengan fakultas kesehatan dan pelayanan social di
Universitas Chester pada tahun 2004, tempat ia bekerja baru-baru ini sebagai dosen
senior. Ia adalah seorang RGN tetapi juga mendapat gelar BSc (Hons) dan PhD dalam
bisang farmakologi. Ia menjabat sebagai pemimpin program untuk Non-medical
prescribing course tempat ia menerapkan keahliannya dalam bidang farmakologi. Ia
juga berkontribusi dalam modul lain di fakultas tersebut termasuk Research in
Clinical Practice, Contemporary Aspects of Healthcare Provision serta berkontribusi
dalam penyususnan kurikulum pendidikan keperawatan. Publikasi terbarunya saat ini
didapat dari hasil penelitiannya sewaktu ia menjadi ilmuan peneliti ketika ia
menginvestigasi efek stress pada depresi. Minat penelitian terbarunya adalah e-
learning dan penyampaian Non-medical prescribing course.
3. Buku ini merupakan hasil perpaduan antara teori dan penelitian yang dilakukan oleh
kedua penulis dalam bidang farmakologi dan keperawatan. Buku ini didasarkan atas
peran perawat dalam bidang obat-obatan. Buku ini sangat diperuntukan bagi para
mahasiswa keperawatan dan mahasiswa farmasi juga dapat menggunakannya karena
masih berbicara mengenai obat-obatan.
TAFSIRAN ISI
A. Dasar Penulisan
Penulisan buku Farmakologi Dasar ini didorong oleh semangat penulis untuk
membantu mahasiswa Farmasi dan Keperawatan, terutama strata diploma dalam mempelajari
farmakologi. Selain itu, adanya buku ini diharapkan dapat mengisi kekurangan, bahkan
kekosongan atau ketiadaan buku farmakologi yang membahas secara sederhana, aplikatif, dan
mudah untuk dipahami. Sedangkan untuk penulisan buku Intisari Farmakologi didorong oleh
pentingnya peran perawat di bidang farmasi yaitu dalam pemberian obat, penatalaksanaan
obat, peresepan obat, pengaturan klinis dan penatalaksanaan resiko obat-obatan.
Berisi tentang penggolongan obat berdasarkan keamanan (obat bebas, bebas terbatas,
keras, psikotropika, narkotika), berdasarkan cara/jalur pemakaian (obat luar dan dalam),
berdasarkan sumber/asalnya (tanaman, hewan, mineral, sintesis), berdasarkan efek yang
ditimbulkan (antiinfeksi, antijamur, antihistamin, antihipertensi, vaksin, obat metabolik,
antikanker dan diagnostik), berdasarkan bentuk sediaan (padat, cair, semi padat, gas),
berdasarkan penamaan (obat generik, obat paten, obat dengan nama kimia), berdasarkan
keamanan jika diberikan selama kehamilan (kategori A, B, C, D, X), dan berdasarkan kelas
terapi (analgetik, antipiretik, antiinflamsi non steroid, antipirai, anestetik, antialergi,
antidotum dan obat lain untuk keracunan).
Dijelaskan pula mengenai obat generik yaitu obat dengan nama resmi yang
ditetapkan dalam FI untuk zat berkhasiat yang dikandungnya, lalu mengenai obat esensial
yaitu obat yang diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada umumnya, dan
yang terakhir yaitu tentang sediaan farmasi yaitu obat tradisional dan kosmetika. Disamping
itu, sebagai bagian pembuka maka tak lupa untuk membahas tentang definisi yang terkait
dengan obat (farmakologi, obat, farmakoterapi) serta perkembangan obat.
2. BAB II : POSOLOGI
Membahas tentang bentuk sediaan obat secara lebih detail dengan beberapa kategori
(padat, cair, setengah padat, gas). Dijelaskan pula bagaimana cara pemberian obat dimana
harus memenuhi beberapa kategori yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat waktu, tepat dosis,
tepat rute, dan tepat dokumentasi serta perhitungan dosis yang tepat. Cara pemberian obat
tentunya tak terlepas dari rute pemberian obat yaitu melalui jalur enteral dan jalur parenteral.
Bab ini juga menyinggung kriteria pemberian obat yang rasional dari segi ketepatan dosis,
pasien, waktu, jalur pemberian, obat, dan waspada terhadap efek samping.
Secara singkat membahas tentang fase-fase yang harus dilalui agar suatu obat dapat
menimbulkan efek, yaitu fase farmasetik, fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik.
Turut dibahas juga dalam bab ini adalah beberapa parameter farmakokinetik dan cara-cara
menghitungnya.
Pada buku Farmakologi Dasar, fase farmasetik adalah fase yang diperngaruhi oleh
cara pemberian obat, bentuk sediaan obat, dan zat tambahan yang dipakai. Fase ini
menentukan banyaknya obat yang diabsorpsi masuk ke sirkulasi sistemik. Fase
farmakokinetik selain dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia obat juga dipengaruhi oleh sifat
fisiologi tubuh, dan jalur atau rute pemberian obat. Obat yang masuk ke pembuluh darah
tanpa melalui proses absorpsi akan cepat menimbulkan efek karena obat dapat langsung
mengalami distribusi. Fase farmakodinamik menjelaskan interaksi obat dengan reseptornya
dalam menimbulkan efek. Fase ini dipengaruhi oleh struktur kimia obat, jumlah obat yang
sampai pada reseptor, dan afinitas obat terhadap reseptor dan sifat ikatan antara obat dengan
reseptornya.
1
obat dilihat dari waktu paruhnya (t ) yaitu waktu yang diperlukan sehingga kadar obat dalam
2
darah/jumlah obat dalam tubuh tinggal separuhnya. Proses ekskresi obat dalam ginjal
meliputihfiltrasi glomelurus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.
Faktor fisiologi yang berkaitan dengan fungsi fisiologi manusia yaitu aliran darah ke
tempat absorpsi (semakin baik aliran darah ke tempat absorpsi maka semakin besar kecepatan
absorpsi sehingga pasien harus memiliki sirkulasi darah yang baik), lalu area permukaan total
untuk absorpsi (semakin besar area permukaan, semakin besar kecepatan absorpsi, contohnya
yaitu pada usus), dan waktu tiba dan waktu kontak di tempat absorpsi (semakin lama obat
berkontak dengan permukaan absorpsi, maka semakin besar kecepatan absorpsi). Adapun
faktor fisiko-kimia berkaitan dengan susunan kimia obat terkait fungsi fisiologi manusia yaitu
kelarutan, stabilitas kimia, koefisien partisi lipid dengan air, dan derajat ionisasi.
Tibalah pada tahap distribusi obat ke tempat kerjanya. Semua obat harus
didistribusikan ke seluruh tubuh. Terdapat empat elemen utama distribusi yaitu distribusi ke
cairan tubuh (plasma, cairan interstisial, dan intraselular), ambilan ke jaringan/organ tubuh,
jalan menembus barrier (obat haru bersifat sangat larut), dan luas ikatan protein plama.
Protein plasma seperti albumin dapat berikatan dengan molekul molekul obat. Obat yang
berikatan dengan protein plasma bersifat tidak aktif secara farmakologis, yaitu hanya obat
bebas yang aktif. Faktor yang mempengaruhi distribusi obat harus diperhatian oleh
perusahaan obat ketika memformulasikan obat. Peran perawat dalam memantau distribusi
obat adalah dalam memantau awitan efek obat/respons terhadap obat.
Biotransformasi obat adalah proses metabolisme senyawa obat induk dan terjadi
terutama di hati (metabolic hepatic) menjadi senyawa berbeda yang disebut metabolit.
metabolit lebih polar (bermuatan kimia) dibandingkan obat induk sehingga mudah diekskresi
oleh ginjal. Metabolisme obat dapat mempengaruhi dosis dan frekuensi pemberian dosis. Obat
yang dimetabolisme lambat dapat memiliki durasi kerja yang lebih lama dan mungkin hanya
perlu diberikan 1x sehari. Ketika obat telah memberikan efek yang diinginkan, obat perlu
diekskresi. Prinsip ekskresi mencakup eliminasi dan bersihan ginjal, sekresi ke empedu untuk
eliminasi fekal dan resirkulasi enterohepatic. Metode utama eliminasi ginjal adalah melalui
filtrasi glomerulus aktif.
Pada fase farmakodinamik, terdapat 2 hal yang perlu dikaji yaitu tentang reseptor dan
enzim. Pada biokimia, molekul protein pada membrane plasma disebut dengan reseptor.
Sejumlah besar obat, yang efektif secara klinis, melakukan kerjanya melalui interaksi dengan
reseptor. Enzim adalah katalis biologis yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia tubuh.
Banyak obat menargetkan enzim untuk mencegahnya melakukan fungsi normalnya.
Bab ini membahas tentang berbagai obat yang digunakan pada sistem otonom atau
yang bekerja pada saraf manusia (obat kolinergik dan antikolinergik serta adrenergik dan
antiadrenergik). Sebagai pendahuluannya, dijelaskan mengenai sistem saraf manusia, efek
perangsangan (simpatik dan parasimpatik), hubungan kimiawi antar sel, reseptor dalam tubuh
manusia, proses sintesis, penyimpanan, pelepasan, dan inaktifasi NT (Ach) yang merupakan
target/tempat kerja obat.
Secara umum fungsi sistem pernapasan untuk tujuan menyediakan oksigen bagi
semua sel tubuh, membuang CO2 dari seluruh sel tubuh, membatu pertahanan tubuh melawan
senyawa asing, dan menghasilkan suara untuk berbicara. Bab ini membahas tentang golongan
dan jenis obat yang bekerja di saluran pernapasan untuk menjaga fungsinya. Obat yang
dibahas hanyalah beberapa yang paling sering dipakai yaitu obat untuk terapi rhinitis
(antihistamin, agonis α-adrenergik, dan kortikosteroid), terapi bronkodilator (agonis β 2, metil
xantin, antikolinergik, kortikosteroid), terapi mukolitik dan ekspektoran, serta terapi antitusif
(kodein, dekstrometorfan, uap mentol).
Obat yang bekerja pada saluran pencernaan sangat banyak, mulai dari yang bekerja
di mulut sampai di kolon. Dalam bab ini hanya dibahas beberapa jenis obat antara lain obat
untuk terapi ulcer (dibahas obat untuk mengurangi kelebihan sekresi asam lambung, obat
untuk meningkatkan daya tahan mukosa terhadap HCl/gastrin, dan antasida), obat antidiare
(oralit, penghambat motilitas, absorphen), obat pencahar/laksantif (pencahar pembentuk
massa, stimulant, tinja, dan osmotik), obat terapi antispasmodic, dan obat
antiemetic/antimuntah.
Bab ini membahas secara keseluruhan mengenai antibakteri yang tetap menjadi
bahan dominan dalam pelayanan kesehatan. Jumlah dan jenis antibakteri sangat banyak dan
selalu bertambah seiring perkembangan infeksi. Dalam bab ini menyajikan hal-hal umum
yang harus dikuasai mengenai antibakteri yaitu prinsip terapi menggunakan antibakteri dan
beberapa definisi yang berkaitan, penggolongan (mekanisme kerja dan sifat-sifat umum dari
setiap golongan), efek merugikan yang menonjol, dan spektrumnya.
Pada buku Farmakologi Dasar, pada bab ini membahas secara umum tentang
antivirus, penggolongan obat antivirus berdasarkan mekanisme kerjanya (penghambat reverse
transcriptase, NRTI, NNRTI, PI, neuramidase inhibitor, IFN), penggunaan antivirus dalam
klinik (terapi HIV, influenza, herpes, hepatitis).
11. BAB XI : OBAT-OBAT YANG BERPENGARUH PADA SSP (sistem saraf pusat)
Dalam buku Farmakologi Dasar, sebagaimana telah dibahas dalam bab III, pada
bab ini juga disinggung lagi mengenai SSP. SSP terdiri dari otak danmedulla spinalis. Fungsi
utama SSP adalah mengkoordinasikaan dan mengontrol system yang ada di dalam tubuh.
Neurotransmitter (NT) dan hormone adalah 2 alat utama yang sangat penting bagi SSP untuk
mengkoordinasi dan mengontrol fungsi-sungsi organ agar dapat berfungsi sesuai dengan
kebutuhan. Terdapat banyak penggolongan obat-obatan dalam SSP. Obat yang digolongkan
sebagai ansiolitik dan hiponotik digunakan untuk berbagai tujuan terapi, seperti untuk
mengurangi kecemasan, depresi,epilepsy, induksi tidur/insomnia, dan anestesi. Kelompok
obat ini juga sering disebut sebagai sedative-hipnotik/ansiolitik. Jenis-jenis obat ansiolitik dan
hipnotik yaitu barbiturate (fenobarbital, thiofental,dll), BDZ (alprazolam, diazepam, dll), dan
golongan lain (buspiron, zalepton, dll).
Dalam bab ini juga menyinggung mengenai anestesi umum, yaitu obat yang
digunakan untuk meniadakan persepsi terhadap semua rangsangan. Untuk menimbulkan efek
anastesi yang ideal, sering diperlukan kombinasi dari beberapa obat (inhalasi/injeksi IV).
Terdapat juga anestesi local yang diberikan secara topical untuk menghambat konduksi sel
saraf. Hambatan ini membuat informasi/rangsangan nyeri dari perifer tidak sampai pada SSP
sehingga tidak timbul persepsi nyeri. Semua anestesi lokal secara kimiawi mempunyai gugus
amino (hidrofilik), gugus penghubung ester/amida untuk menyambungkan gugus hidrofil
dengan gugus cincin benzene (lipofil). Sehingga anestesi local digolongkan menjadi golongan
ester (prokain, benzokain, tetrakain) dan golongan amida (lidokain, bivikain, mefikain).
Pada buku Intisari Farmakologi dijelaskan pula tentang anestesi lokal, yaitu obat
analgesik yang dirancang untuk digunakan secara klinis guna menghilangkan sensasi secara
reversible pada bagian tubuh tertentu. Secara umum anestesi local terdapat 2 kelompok, yaitu
agens ester dan amida. Perbedaan antar keduanya terletak pada struktur biokimianya. Cara
kerja anestesi local yaitu dengan menghambat saluran natrium di dalam membran neuron.
Anestesi lokal biasanya dilarutkan dalam larutan yang mengandung bahan pengawet dan
fungisida. Sediaan yang diencerkan biasanya digambarkan sebagai presentasi larutan obat.
Salah satu masalah yang ditemukan ketika memberi anestesi lokal adalah banyak anestesi
lokal yang menyebabkan pembuluh darah sekitar berdilatasi. Hal ini dapat mempercepat
absorpsi obat sehingga mengurangi efek obat.
Dalam bab ini pertama-tama dijelaskan mengenai kardiovaskuler (organ yang paling
berperan yaitu jantung dalam proses sirkulasi tubuh). Kemudian diuraikan satu per satu
beberapa penggolongan obatnya, yaitu obat digitalis (untuk menguatkan kontraksi otot
jantung), beta bloker (untuk mengeblok/menghentikan rangsangan pada reseptor β dalam
tubuh), vasodilatator (diberikan jika terjadi penyempitan pembuluh darah), diuretic (untuk
meningkatkan jumlah urin), antiaritma (untuk menormalkan denyut jantung), anti angina
(menstabilkan aliran darah karena adanya penyumbatan), antihipertensi (menurunkan tingkat
hipertensi yang tinggi), dan antihiperlipidemia (obat diet).
Pada buku Farmakologi Dasar dijelaskan bahwa salah satu penyakit umum yang
menyerang system sirkulasi adalah hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah.
Diagnosis hipertensi dapat dilihat dari pengukuran berulang-ulang pada situasi/waktu
berlainan diperoleh nilai rata-rata tekanan dasar systole (TDS) > 120 mmHg dan tekanan
darah diastole (TDD) > 90 mmHg. Tekanan darah dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu
curah jantung dan resistensi perifer.
Bagian ini diawali dengan penjelasan umum mengenai hormon, yaitu zat yang
terbuat dari asam amino/kolestrol yang bekerja pada jaringan tubuh/organ untuk kepentingan
aktivitas seluler. Banyak sekali obat yang bekerja mempengaruhi hormon, antara lain
menghambat fungsi hormon berlebih, meningkatkan hormon yang kurang/menghilangkan
fungsi hormon. Lalu mulai dijelaskan mengenai jenis-jenis hormon (hormon sex, hormon
pancreas, hormon oksitosik dan tokolitik). Berbicara tentang hormon sex, didalamnya terdapat
istilah kontrasepsi. Kontrasepsi digunakan dalam hal seks.
CATATAN : Bab IV sampai Bab XIII, membahas tentang kelompok obat, kerja obat, dan
beberapa kegunaannya dalam terapi.
Bab ini diawali dengan pengantar mengenai definisi dan hal-hal yang menyangkut
toksikologi. Obat yang menimbulkan efek toksik dimana minimal manfaat obat dan efek
merugikan lebih besar. Zat yang dianggap toksik dapat berfungsi sebagai obat jika
pemberiannya diatur sedemikian rupa. Lalu dijelaskan tentang penggolongan toksikologi
(tempat kerjanya, sumber/tempat zat toksik berada, susunan/sifat kimia, dan selektifitas).
Untuk mengurangi jumlah zat dalam sel sasarannya dapat dilakukan dengan cara menghambat
absorpsi dan distribusi serta mempercepat eliminasi. Meningkatkan nilai ambang toksis
(KTM) juga merupakan cara untuk mencegah timbulnya efek toksik. Hal-hal ini sering
dijadikan sebagai strategi terapi antidotum.
EVALUASI
Buku Farmakologi Dasar telah memenuhi tujuan sosialnya karena buku ini sangat
membantu para mahasiswa dan diploma terlebih dalam proses pembelajaran materi
farmakologi. Buku ini memang sangat bermanfaat bagi para mahasiswa farmasi maupun
keperawatan karena berisi tentang konsep dasar yang perlu diketahui dalam materi
farmakologi, sebelum mempelajari materi farmakologi tingkat lanjut.
Buku Intisari Farmakologi juga telah memenuhi tujuan sosialnya karena buku ini
sangat membantu para mahasiswa terlebih dalam proses pembelajaran materi farmakologi.
Buku ini memang diutamakan kepada keperawatan, tapi para pihak yang bergerak di bidang
farmasi, dalam hal ini juga mahasiswa dapat menggunakan buku ini karena di dalamnya
masih mempunyai hubungan yang erat dengan berbagai jenis obat-obatan .
Penulisan bagian bab-bab pada buku Farmakologi Dasar telah disusun secara
berimbang, dimulai dari penggenalan awal tentang penggolongan obat pada umumnya
(berdasarkan Farmakope Indonesia dan Undang-undang) hingga pada bab seterusnya mulailah
dibahas secara bertahap, terpisah, dan terperinci tentang penggolongan obat berdasarkan
fungsional tubuh dan penyakit. Buku ini lebih menitikberatkan kepada pengetahuan
farmakologi dasar.
Penulisan bagian bab-bab pada buku Intisari Farmakologi telah disusun secara
berimbang tapi hanya perbagian yang dirasa perlu untuk dijelaskan karena berhubungan
dengan pengobatan dalam bidang keperawatan. Buku ini lebih menitikberatkan kepada
farmakologi klinis dan perhitungan dosis/obat.
Pada bagian isi ada juga pendekatan pembahasan kelompok obat berdasarkan pada
tempat kerja dan kegunaannya. Pembahasan demikian dipilih untuk mendekatkan
pengetahuan tentang farmakologi pada aplikasi klinik, selain tentunya untuk memudahkan
pemahaman. Penulis berpendapat bahwa jika membahas farmakologi berdasarkan golongan
kimia obat relative sukar dan kurang dekat dengan aspek penggunaan obat, terlebih bagi para
mahasiswa. Setiap bab tentunya mempunyai hubungan satu dengan yang lain karena sama-
sama menjelaskan tentang penggolongan obat, lengkap dengan cara kerja obat, cara
pemberiannya, dosis, serta efek samping yang ditimbulkan. Pada bagian penjelasan materi,
kadang juga sering terjadi kesalahan dalam penggunaan tanda baca.
Untuk bagian cover, menggunakan kertas yang tebal dan tidak mudah sobek,
tampilan covernya simple tapi menarik dengan perpaduan warna putih (warna dasar), ungu
dan kuning (warna tulisan) dan dicantumkan stiker hologram yang menandakan bahwa buku
ini adalah buku asli, terdapat gambar obat di bagian pojok kanan atas, dan dicantumkan secara
jelas kepada siapa buku ini diperuntukan. Selanjutnya, aspek buku ini yang dianggap dapat
membantu adalah studi kasus. Sebagian besar bab berisi minimal 2 skenario yang diharapkan
dapat dikaji/dianalisis oleh pembaca. Di dalam setiap materi juga terdapat beberapa kotak
kecil yang berisi tentang “tips klinis” untuk membantu dalam praktek lapanagan/studi kasus.
Ada juga ulasan bergambar untuk mempermudah pembaca dalam memahami suatu proses.
Buku ini berukuran 14x21cm serta tidak terlalu tebal, buku ini akan lebih mudah dibawa
kemana-mana.
2. Kelemahan
Buku Farmakologi Dasar
Buku Farmakologi Dasar juga memiliki kelemahan. Dalam bidang farmasi dan
kesehatan tentunya terdapat banyak sekali jenis dan golongan obat tapi mengingat bahwa
buku ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang baru belajar farmakologi dan keterbatasan
halaman, maka tidak akan dibahas semuanya melainkan hanya dijelaskan golongan dan jenis
obat pada umumnya/yang sering dipakai. Ulasan bergambarnya tidak berwarna sehingga
terlihat tidak begitu jelas dan kurang menarik.
Buku Intisari Farmakologi juga memiliki kelemahan. Dapat dilihat bahwa tidak
semua penggolongan obat dibahas. Penulis hanya berfokus pada kelompok obat utama agar
para pembaca mencoba berfokus pada beberapa kelompok obat utama serta topik utama yaitu
tentang farmakologi dan perhitungan dosis bagi seorang perawat. Terdapat satu ganjalan pada
saat membaca buku ini, yaitu adanya tulisan melingkar di pojok kiri dan tulisan berlatar
belakang garis ungu yang sama-sama bertuliskan “keperawatan dan untuk perawat”. Tulisan
seperti ini memberikan kesan bahwa buku ini hanya untuk mahasiswa keperawatan saja.
Meskipun di dalamnya menjelaskan banyak tentang tips klinik dan studi kasus untuk perawat,
tapi isi utama dari buku tersebut tetap berkaitan dengan obat-obatan yang merupakan bidang
kajian utama dari mahasiswa farmasi. Alangkah baiknya jika tulisan tersebut tidak diberi
kesan/efek yang menonjol, misalnya pada buku Farmakologi Dasar yang diperuntukkan bagi
mahasiswa farmasi dan keperawatan.
RANGKUMAN EVALUASI
Buku Farmakologi Dasar sangat berguna, tak hanya bagi mahasiswa farmasi tapi
juga untuk mahasiswa keperawatan, kedokteran, dan kesehatan masyarakat atau orang-orang
yang berkecimpung dibidang yang berkaitan dengan farmakologi. Informasi/penjelasan
lengkap tentang penggolongan obat dijadikan landasan dan dasar untuk mempelajari bidang
farmakologi. Jadi, upaya Drs. Priyanto, Apt, M.Biomed dalam upaya untuk membantu
mahasiswa farmasi dan keperawatan, terutama strata diploma dalam mempelajari farmakologi
patut diberikan apresiasi.
Buku Intisari Farmakologi sangat berguna, tak hanya bagi mahasiswa keperawatan
tapi juga mahasiswa farmasi, atau orang-orang yang berkecimpung dibidang yang berkaitan
dengan farmakologi. Informasi/penjelasan lengkap tentang penggolongan obat, praktek klinis,
informasi penting kepada perawat tentang pemberian obat dan kepengurusan obat . Jadi,
upaya Paul Barber dan Deborah Robertson dalam upaya untuk membantu mahasiswa
keperawatan dan semua yang berkecimpung dalam dunia farmakologi, pada saat mempelajari
farmakologi patut diberikan apresiasi.