Anda di halaman 1dari 8

Kini Dia Pergi

Antyka Bellah Esti Kawa

Angin berhembus
Menjatuhkan….
Satu demi satu daun dipohon

Tidak pernah berhenti berhembus


Menjatuhkan semua daun
Hingga pohon itu…
Mati tidak berguna

Aku…
Tidak punya alasan
Untuk tersenyum
Tidak ada arti
Taka ada harapan
Senyuman itu mengilang
Sebuah alasan untuk tertawa
dibawa pergi bersama angina

tak dapat kupercaya,


kau telah tiada
tak satu kalipun kumengerti
mengapa angin membawamu pergi
kini harus kusadari
bunga melati putih ditelapak tanganku
sungguh, aku tidak bisa meletakan ini diatasmu
kugenggam dengan kuat
berharap aku tidak ada disini
Aku mencoba
membendung air mata ini
Tapi….
dia menetes, jatuh diatasmu
Selamat tinggal.
Jeritan Sang Angin
Antyka Bellah Esti Kawa

Kudengar angin berseru-seru


Membawa kisah pilu dari balik birunya awan
Tubuh kecilnya merintih
Memandang sayu

Kucoba bertanya
Berharap dapat mengobati pergumulan hatinya
Tuk tuk tuk
Rintik-rintik hujan membasahi pandanganku
Namun, kuyakini yang kulihat
Sang angin meraung-raung disampingku
Kudengar suara duka dari air matanya
Aku berpikir, apa yang salah?

Apakah karena kepergiannya?


Kalau kau bersedih seperti itu, apa yang harus kulakukan?
Suara tangisan tak kan menghentikan waktu,
Walau aku ikut menambahkan air mataku

Malamku bermandikan tangisan karenamu


Haruskah kau pergi seperti ini?
Waktu yang kita jalani tak sampai bunga mekar kedua kali
Mengapa kau dengan kejinya tersenyum seakan ini hal yang biasa?
Taukah kau betapa sakitnya hari yang kujalani memikirkanmu?

Siangku suram bagaikan asap menyelimuti


Rasanya sulit hanya untuk menghembuskan nafasku
Merindukanmu bahkan sebelum kau pergi
Apa yang akan terjadi setelah kau pergi?
Haruskah aku menunggu?
Tolong katakan
Tak apa, waktu bukan masalah
Aku akan menunggumu jika kau mau
Katakan padaku untuk mencintaimu
Marahlah padaku jika aku pergi dari hatimu

Kau terlihat manis dalam balutan senyummu


Mungkin itu yang membuatku jatuh cinta?
Ah, bodohnya aku
Mengapa aku yang jatuh hati walau tahu kau akan pergi?
Ini semua salahmu
Kau sangat kejam
Mengapa kau meninggalkanku setelah semua hal manis kau buat?

Kau tahu, walau dunia membencimu


Walau aku menyalahkanmu
Jangalah membenci kami
Tolonglah mengerti
Tak ada angin yang ingin bintangnya pergi

 
Bertemu denganmu
Antyka Bellah Esti Kawa

Kau tahu, aku membencimu


Aku benci kau telah mencuri perhatian orang-orang disekitarku
Mereka begitu menyayangimu
Awalnya aku tidak tahu
Bahwa dirimu adalah bom waktu
Dan tanpa kusadari aku terjatuh dalam pelukanmu

Waktuku berjalan begitu cepat


Langkah-langkah yang kita lewati
Seperti berjalan diatas bunga
Indah dan menenangkan

Namun seperti bunga dimusim gugur


Waktumu tidak lama lagi
Aku ingin membelenggumu
Ingin menanammu ditempat kau tak pernah gugur
Tempat dimana kau mekar tak menuntut waktu

Aku menyukaimu
Aku suka bagaimana aku mengemis kebahagiaan pada sang waktu
Aku tidak apa
Hanya sekarang hujan turun begitu deras
Aku takut
Aku tak tahu bagaimana lagi untuk menjagamu
Kenapa hujan ini terasa begitu lama?
Aku tak mau melihatmu begitu menderita
Tak apa, dingin ini tidak akan membunuhku
Janganlah kahwatirkan aku
Kumohon, berbahagialah

Kau indah
Seperti kupu-kupu di musim semi
Kau indah, walau malam suntuk menyelimuti
Meskipun waktu mencintaimu seperti sekali kedipan mata
Namun aku menyukainya

Terima kasih telah membuka hatiku


Ketika musim semi kembali
Maukah kau berhembus padaku?
Mengingatkanku bahwa kau nyata
Bahwa aku, pernah mengalami musim semi yang indah
Rindu Bisu
Antyka Bellah Esti Kawa

Malam suntuk menari bisu


Menampilan pesona, membuat angin bergelora
Kakiku menari riang
Melukiskan senyum di wajah, indah berwarna warni
Para parasit pesta pun
Tak henti berparas syukur, telah membuang muka

Jika aku Cinderella


Ini saatnya untuk berlari dan meninggalkan sepatu kacaku
Namun, aku bukan Cinderella
Sehingga malam bisuku pun tetap berlanjut
Memancarkan kilau tiara dengan hati semakin membusuk

Kulihat mentari tampak dengan malu-malu


Menampakan goresan bisu tanpa tujuan
Sungguh miris kudibuatnya
Ketika didapati, diriku meratapi malam
Merindu, hingga mulut emasku sulit berkata-kata

Samar-samar kudengar waktu mencemoohku


Sempat aku bersyukur
Tuhan tidak menciptakan telinga dihati
Kucoba bermain dengan hatiku
Berharap ia akan terbuka, dan mau berbicara
Namun apa daya, ia terlalu pelit untuk berbagi.
Menghilang
Antyka Bellah Esti Kawa

Kini mentari enggan bangun


Dan malam begitu memamerkan dinginnya
Rindu pun menyerbak memenuhi ruangan
Keheningan memberitahu mereka sedang berduka

Orang-orang bercerita
Semuanya akan baik-baik saja
Aku bertanya
Apa yang akan baik saat ia tidak ada?

Malam merintih bisu


tubuh pun ikut lumpuh memberikan diri
namun waktu memaksa tak henti berseru
mengajarkanku cara untuk melepaskan

Ini tidak adil


Tidak bisakah dunia memberi lebih banyak waktu?
Mengapa dengan kejinya matahari terus bersinar?
Tolong kasihani aku

Ini sangat menyakitkan


Harusnya aku lebih cepat sadar
Bahwa air mata tak kan membuatnya kembali.
TUGAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

“KUMPULAN PUISI TEMA PERPISAHAN”

Disusun Oleh :

Nama : Antyka Bellah Esti Kawa

NIM : 18101105002

Prodi : Farmasi (A)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2018

Anda mungkin juga menyukai