Anda di halaman 1dari 27

UJIAN AKHIR SEMESTER

KESEHATAN LINGKUNGAN DAN K3


MENGENAI BAHAYA PLASTIK TERHADAP LINGKUNGAN

NAMA : DEBBY NATALIA GIRI


NIM : 2111080004
MATA KULIAH : KESEHATAN LINGKUNGAN DAN K3
SEMESTER : 1 (SATU)
PROGRAM STUDI : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya (Undang-Undang No 23 Tahun 1997). Masyarakat merupakan sumber
daya yang penting bagi tujuan pengelolaan lingkungan hidup. Permasalahan
lingkungan hidup saat ini menjadi hal yang marak dibicarakan masyarakat dunia.
Bukan hal yang positif yang menjadi perbincangan tersebut, melainkan hal yang
membawa dampak negatif dan sangat merugikan, seperti penggundulan hutan,
lahan krisis, menipisnya lapisan ozon, pemanasan global, tumpahan minyak di
laut, dan ikan-ikan mati di anak sungai karena zat-zat kimia. Selain itu,
permasalahan lingkungan hidup yang mulai menunjukkan peningkatan yang
signifikan adalah permasalahan penggunaan barang plastik sekali pakai sehingga
menimbulkan penumpukan limbah sampah plastik.

Pencemaran lingkungan akibat sampah plastik semakin mengkhawatirkan.


Masyarakat yang kurang pengetahuan dan berperilaku buruk dalam pengelolaan
sampah plastik dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan lingkungan karena
derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh kondisi pejamu, agent (penyebab
penyakit), dan lingkungan (Setyowati, 2012). Sampah plastik yang berbahaya dan
sulit dikelola memerlukan waktu yang cukup lama untuk membuat sampah plastik
benar-benar terurai. Sampah plastik yang tidak bisa terurai oleh bakteri
merupakan masalah yang serius bagi pencemaran lingkungan. Dalam Undang
Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, bahwa
pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan
bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam kini
perlu perubahan cara pandang masyarakat mengenai sampah dan cara
memperlakukan atau mengelola sampah.

Permasalahan mengenai lingkungan dan kesehatan yang secara langsung dan tidak
langsung diakibatkan oleh aktivitas manusia telah menjadi masalah yang sangat

2
umum disemua kalangan. Isu pelestarian lingkungan menjadi isu global terbesar
sejak tahun 1900-an dengan berakhirnya persaingan biologi antar negara yang
menghasilkan ilmuan dengan penemuan-penemuan terbaik pada tahun 1800- an.
Masalah lingkungan yang sampai saat ini semakin memprihatinkan, terlihat dari
beberapa fenomena yang ada di sekitar kita, seperti: penggundulan hutan lahan
kritis, menepisnya lapisan ozon, pemanasan global, serta pencemaran lingkungan
dan krisis sampah yang disebabkan karena perilaku manusia yang kurang
memahami dalam mengatasi sampah-sampah yang dapat merusak lingkungan.

Masalah sampah plastik di Indonesia menjadi salah satu permasalahan yang sulit
untuk dipecahkan. Perusahaan minuman ringan merupakan salah satu pemasok
sampah plastik terbanyak karena sebagian besar produk minuman dikemas dalam
botol plastik yang tidak dapat didaur ulang hal ini menyebabkan terjadinya krisis
sampah di Indonesia dan menjadikan Indonesia Negara ke empat dengan
penggunaan botol plastik terbanyak di dunia. Tercatat penggunaan botol plastik
Indonesia telah mencapai angka 4,82 miliar. Hal tersebut dipicu oleh gaya hidup
masyarakat Indonesia yang menuntut kepraktisan dan kemudahan. Alasan bahaya
penggunaan botol plastik bagi lingkungan menurut kementrian kesehatan
Republik Indonesia:

1. Sampah botol plastik tidak dapat diurai dan semakin menumpuk,


membutuhkan waktu hingga 100 tahun untuk dapat terurai.
2. Produksi botol plastik menguras sumber daya, diperkirakan satu botol
minuman plastik setidaknya membutuhkan tiga kali jumlah kandungan air
yang terkandung dalam botol tersebut. Penggunaan sumber mata air yang
berasal dari tanah akan menyebabkan terkurasnya air tanah milik warga di
sekitar pabrik pembuatan botol plastik.
3. Penyumbang sampah terbesar, hal tersebut karena dari total semua
produksi botol minuman plastik hanya separuh botol yang dapat didaur
ulang dan sisanya akan berakhir ditempat sampah. Hal ini menyebabkan
sampah botol yang akan menumpuk karena sulit untuk diuraikan menjadi
penyumbang terbesar sampah yang hanyut di lautan.

3
Melihat banyaknya masalah-masalah yang mengancam kelestarian lingkungan di
Indonesia. Hal ini menuntut masyarakat untuk meningkatkan kepeduliannya
dalam melindungi lingkungan sekitar dengan memunculkan suatu gerakan
konsumen hijau. Gerakan konsumen hijau (green consumerism) merupakan suatu
bentuk aksi kepedulian dunia terhadap lingkungan (Handayani, 2012). Aksi
kepedulian tersebut merupakan wujud kepedulian atau kesadaran masyarakat akan
kelestarian lingkungan dan juga kesehatan mereka. Green consumerism adalah
kelompok konsumen yang lebih memilih produk-produk dimana bahan baku,
proses produksi, dan produk sisa pakainya ramah lingkungan. Konsumen dalam
perilaku konsumsi sehari-hari bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan
dikenal dengan konsumen hijau (green consumer). Konsumen hijau (green
consumer) adalah konsumen yang menghindari penggunaan produk yang
membahayakan kesehatannya atau orang lain yang menimbulkan kerusakan pada
lingkungan, serta tidak menggunakan bahan yang berasal dari spesies yang
terancam lingkungan (Arttachariya, 2012).

Sampah plastik dan kemasan dari plastik lainnya merupakan alat pengemas yang
paling banyak dipergunakan karena murah, praktis dan mudah didapat. Tetapi
sayangnya kemasan plastik dan Sampah plastik kresek ternyata tidak selalu aman,
bahkan berbahaya bagi kesehatan. Beberapa jenis kemasan plastik berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan termasuk diantaranya Sampah plastik “kresek”
berwarna serta kemasan plastik berbahan dasar polistiren dan polivinil klorida
(PVC). Juga berbagai kemasan dari plastik lainnya semisal botol plastik bekas
minuman dan lainnya yang kita perlu mengenalnya.

Gambar 1. Contoh Sampah Plastik

4
Meskipun selama ini belum pernah ada pengaduan atau keluhan mengenai
gangguan kesehatan akibat penggunaan Sampah “kresek” sebagai wadah
makanan, namun kita perlu berhati-hati. Kalau mau mewadahi makanan siap
santap dengan plastik kresek sebaiknya dilapisi dulu dengan bahan yang aman
seperti daun atau kertas. Selain plastik kresek, kemasan plastik berbahan polivinil
klorida (PVC) dan kemasan makanan “styrofoam” juga berisiko melepaskan
bahan kimia yang bisa membahayakan kesehatan. Monomer styrene yang tidak
ikut bereaksi dapat terlepas bila bereaksi dengan makanan yang
berminyak/berlemak atau mengandung alkohol dalam keadaan panas. Meskipun
bila residunya kecil tidak berbahaya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia


(INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat fakta mengejutkan bahwa
Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. Sampah
plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/ tahun dimana 3,2 juta ton di antaranya
merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Menurut sumber yang sama,
kantong plastik yang dibuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun
atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik. Menurut Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia, Susi Pudjiastuti, sampah plastik yang masuk ke
laut dapat terurai menjadi partikel-partikel kecil yang disebut microplastics
dengan ukuran 0,3-5 milimeter. Hewan laut seringkali mengonsumsi
microplasticsini (Puspita, 2018).

Gambar 2. Infografis Sampah Plastik (Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup)

5
Gambar 2. di atas menunjukkan bahwa sampah plastik merupakan salah satu
permasalahan lingkungan hidup yang sangat krusial sehingga harus mulai
diperhatikan oleh masyarakat Indonesia. Penggunaan produk plastik yang tidak
ramah lingkungan menyebabkan berbagai masalah lingkungan hidup yang serius.
Plastik merupakan produk serbaguna, ringan, fleksibel, tahan kelembaban, kuat,
dan relatif murah. Sifat plastik tersebut dianggap sangat memberikan kemudahan
dalam keseharian manusia. Oleh karena berbagai kemudahan tersebut, sektor
industri di seluruh dunia terdorong untuk menghasilkan lebih banyak produk
berbahan plastik.

Meski dianggap praktis dan ekonomis, nyatanya penggunaan plastik dapat


menimbulkan limbah sampah plastik yang sangat berbahaya bagi lingkungan
hidup dan komponen di dalamnya. Hal tersebut dikarenakan limbah sampah
plastik merupakan limbah yang sangat sulit untuk dikelola. Diperlukan waktu
hingga ribuan tahun untuk mengurai sampah plastik. Meski berbahaya dan
membawa banyak dampak negatif bagi lingkungan, plastik masih banyak
digunakan dalam kehidupan manusia sehari-hari (Anonim,2018).

Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara
sempurna. Saat terurai, partikel-partikel sampah plastik akan mencemari tanah dan
air tanah. Jika sampah plastik itu dibiarkan di tanah, plastik tersebut akan menjadi
polutan yang signifikan. Apabila dibakar, sampah plastik akan menambah kadar
gas rumah kaca di atmosfer dan sampah plastik akan menghasilkan asap beracun
yang berbahaya bagi kesehatan yaitu dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila
terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis,
pembengkakan hati, gangguan sistem saraf, dan memicu depresi (Zulkarnain,
2011). Diperkirakan terdapat 500 juta hingga satu miliar sampah plastik
digunakan di dunia tiap tahunnya. Lebih dari 17 miliar kantong plastik dibagikan
secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia setiap tahunnya. Karenanya,
peningkatan penggunaan plastik disinyalir dipengaruhi oleh banyaknya
supermarket (Margianto, 2010).

6
Perkembangan teknologi industry saat ini memungkinkan transformasi
lingkungan seperti misalnya perubahan alam dan meluasnya dampak lingkungan
dari aktivitas industry. Penipisan sumber daya alam seperti udara, air, dan
kerusakan tanah merupakan contoh dari permasalahan lingkungan yang telah
muncul sebagai hasil dari intervensi intensif aktivitas industri terhadap
lingkungan. Banyak produsen tidak peduli dengan aspek keberlanjutan dari
produk mereka, terutama dampak lingkungan yang meningkat akibat kegiatan
industri. Menurut Jaafar (2007) Sebanyak 75% dari sumber daya material yang
digunakan dalam produk dan proses pembuatannya dibuang ke lingkungan
sebagai limbah dalam waktu satu tahun. Selain itu, pengembangan kegiatan
industri mengakibatkan peningkatan emisi gas rumah kaca global (GRK).
Menurut referensi dari jurnal yang berjudul Mitigation of Climate Change
Contribution of Working Group III to the Fifth Assessment Report of the
Intergovernmental Panel on Climate Change 2014, 65% dari emisi gas rumah
kaca (GRK) disebabkan oleh proses industri dan penggunaan bahan bakar fosil.
Angka ini akan terus meningkat seiring dengan produktivitas manusia dan inovasi
teknologi.

Sampah plastik di Indonesia mencapai 5,4 juta ton per tahun. Indonesia Solid
Waste Association (InSWA) mengajak masyarakat untuk menggunakan plastik
ramah lingkungan karena keberadaan plastik saat ini sangat mengkhawatirkan.
Ketua umum InSWA Sri Bebassari mengatakan dari waktu ke waktu, penggunaan
plastik meningkat secara signifikan melampaui penggunaan bungkus berbahan
kertas. Saat ini berdasarkan data statistik persampahan domestik indonesia, jenis
sampah plastik menduduki peringkat kedua yaitu sebesar 5,4 juta ton per tahun
atau 14% dari total produksi sampah. Sementara data dari Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di wilayah DKI
Jakarta mencapai lebih dari 6.000 ton per hari dan sekitar 13% dari jumlah
tersebut berupa sampah plastik, Sedangkan Menurut data BLHD kota kupang
tahun 2019, sampah yang dihasilkan kota kupang per harinya mencapai 2.000 kg
atau sebesar 2 ton sampah plastik dengan beberapa titik area. Dari data survei
salah satu akun “greenliving” yang diterbitkan di media massa online, jika dalam
satu hari saja jumlah sampah yang dihasilkan per individu sebanyak 9 plastik, 3

7
styrofoam dan 1 kemasan botol sekali pakai dengan asumsi sekitar 228 juta
penduduk di Indonesia. Maka dalam sehari indonesia menghasilkan
2.052.000.000 kantong plastik, 684 juta styrofoam dan 228 kemasan botol sekali
pakai. (Sumber: member detikforum.com / greenliving).

Pemenuhan kebutuhan manusia meningkatkan daya konsumsi masyarakat


terhadap berbagai macam produk. Hampir semua produk yang kita konsumsi
dibungkus oleh kemasan khususnya kemasan plastik. Masyarakat cenderung
memiliki pemahaman negatif yang menganggap bahwa kemasan dari suatu
produk tidak berguna bila dibandingkan dengan produk yang dikemas. Fungsi
dasar dari plastik kemasan yaitu memberikan perlindungan dan kemudahan dalam
menggunakan produk. Namun kemudahan yang dihasilkan tidak sebanding
dengan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Salah satu produk
kemasan sekali pakai dari plastic adalah cup-cup minuman. Produk ini
mempunyai berbagai komponen sebagai pembungkusnya. Misalnya yaitu produk
cup minuman, dimana produk ini terdiri dari cup itu sendiri dan juga tutup cup
(lids). Hal ini tentu akan sangat memberikan dampak yang serius terhadap
lingkungan terlebih karena cup ini merupakan kemasan sekali pakai. Penggunaan
cup sekali pakai yang terbuang untuk jenis non-biodegradable sangat sulit terurai
secara alami dan membutuhkan waktu yang lama. Tas plastik sering terjerat di
pagar, pohon atau di saluran air, di mana mereka dapat mengancam kehidupan air,
dan mengganggu estetika visual lingkungan alam" (Horne et al. 2009, hal.67).

Pada masa kini plastik merupakan salah satu kemasan yang paling banyak
digunakan karena plastik memudahkan hidup manusia. Hal ini disebabkan oleh
kelebihan dari plastik itu sendiri yaitu karena keelastisannya yang membuat
plastic itu mudah untuk dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran, mampu
bertahan dalam jangka waktu yang lama serta harganya yang relatif murah. Harga
plastik yang murah inilah yang membuat orang dengan mudah membuang
sehingga menjadi tumpukan sampah yang sulit dihancurkan oleh alam. Besarnya
penggunaan plastik yang kita gunakan menyebabkan terjadinya penumpukan
limbah sehingga mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

8
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sampah

Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
domestik (rumah tangga) maupun industri. Dalam Undang-undang No 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa sampah
adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk
padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat
terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan
dibuang ke lingkungan. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas
manusia yang sudah terpakai (Sucipto, 2012).

B. Pengertian Sampah Plastik

Menurut Kumar (2011), plastik adalah salah satu makromolekul yang


dibentuk dengan proses polimerisasi. Polimerisasi adalah proses
penggabungan beberapa molekul sederhana (monomer) melalui proses
kimia menjadi molekul besar (makromolekul atau polimer). Plastik
merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya adalah
Karbon dan Hidrogen. Untuk membuat plastik, salah satu bahan baku yang
sering digunakan adalah naphta, yaitu bahan yang dihasilkan dari
penyulingan minyak bumi atau gas alam. Plastik merupakan salah satu
bahan yang banyak digunakan untuk pembuatan peralatan rumah tangga,
otomotif dan sebagainya. (Sucipto, 2012). Semakin lama penggunaaanya
semakin meningkat dan tentunya setelah tidak dapat digunakan lagi akan
menjadi sampah plastik.

Keberadaan Plastik di Lingkungan

9
Keberadaan plastik di lingkungan selalu mengalami peningkatan dalam 10
tahun terakhir, disebabkan plastik yang beredar 50% adalah jenis plastik
sekali pakai. Plastik kemasan yang dibuang dari total sampah baik
ditemukan di darat atau di laut secara komposisi tidak akan berubah,
namun dapat terurai dengan bantuan panas mikrobia menjadi fragmen-
fragmen kecil yang kemudian dapat terurai menjadi karbon dioksida dan
air. Makroplastik merupakan sumber utama sampah plastik, makroplastik
yang terbuang di lingkungan, dapat berubah ukuran, dan termakan oleh
konsumen tingkat satu pada rantai makanan, yang kemudian mengalami
proses biomagnifikasi pada puncak konsumen tertinggi pada rantai
makanan.

Keberadaan plastik ditemukan juga dalam industri tekstil, terutama dalam


bentuk serat tekstil. Plastik yang dihasilkan dalam ukuran mikrometer dari
proses pencucian pakaian yang air limbahnya tidak terfilter dalam instalasi
pengolahan air limbah (IPAL). Sumber limbah domestik juga
memungkinkan terhadap mikroplastik, produk perawatan personal dengan
bahan dasar polyethylene. Kondisi tersebut membuat sungai-sungai di
Indonesia menjadi tercemar dengan tidak adanya IPAL domestik dalam
menyaring mikroplastik sehingga langsung dibuang pada badan air. Kajian
penelitian terhadap bahan plastik jenis polystyren pada tutup tempat kopi
dilakukan di laboratorium dengan memberikan paparan sinar UV yang
kemudian dapat terurai menjadi nanoplastik partikel.

Keberadaan plastik dalam makanan juga ditemukan, terutama jenis


seafood seperti ikan, udang, bivalvia, kerang. Namun pada makanan lain,
mikroplastik telah ditemukan seperti pada madu, bir, garam dan gula.
Kajian penelitian baru yang dilakukan menggunakan spektrofotometri
ditemukan mikroplastik pada air kran, air kemasan, dan air minum dari
sumber air tanah. Plastik juga dapat ditemukan dalam penggunaan
pestisida pada sektor pertanian. Plastik yang sudah berbentuk pelet resin
dalam ukuran mikro dianalisis menggunakan ekstraktor cairan bertekanan
untuk memisahkan mikroplastik dari DDT dan OCP.

10
C. Jenis-jenis plastik

Plastik merupakan bahan yang kelihatan bersih, praktis, sehingga barang-


barang kebutuhan sehari-hari dibuat dari plastik seperti botol minuman,
gelas, piring, kantong kresek, dan sebagainya Dengan demikian hampir
semua orang memakai barang-barang yang terbuat dari plastik karena
kepraktisannya, walaupun berdampak terhadap kesehatan dan lingkungan.
Oleh karena itu sebaiknya dipelajari mengenai jenis-jenis utama plastik,
cara dan dampak pemanfaatannya.

Jenis – jenis utama plastik adalah sebagai berikut :

1. PET — Polyethylene Terephthalate


 Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60 %),
dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol
kemasan 30 %). Botol Jenis PET/PETE ini direkomendasikan HANYA
SEKALI PAKAI. Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk
menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer
pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik
(dapat menyebabkan kanker).

  Titik lelehnya 850C

  Di dalam membuat PET, menggunakan bahan yang disebut dengan


antimoni trioksida, yang berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan
dengan pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni trioksida
masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat menghirup
debu yang mengandung senyawa tersebut.

  Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama akan


mengalami: iritasi kulit dan saluran pernafasan.

11
  Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan
keguguran, pun bila melahirkan, anak mereka kemungkinan besar akan
mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan.

2. HDPE — High Density Polyethylene

  HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan
karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik
berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.

  HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih
tahan terhadap suhu tinggi jika dibandingkan dengan plastik dengan kode
PET.

  Ada baiknya tidak menggunakan wadah plastik dengan bahan HDPE


terus menerus karena walaupun cukup aman tetapi wadah plastik berbahan
HDPE akan melepaskan senyawa antimoni trioksida secara terus menerus.

3. V — Polyvinyl Chloride

  Bahan ini lebih tahan terhadap bahan senyawa kimia, minyak, dll.

 PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang


dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung
dengan makanan tersebut, tititk lelehnya 700– 1400C

  Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik


pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila
dipanaskan.

  Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan
plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan penurunan berat
badan.

  Jika jenis plastik PVC ini dibakar dapat mengeluarkan racun.

12
  Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan atau kemasan
minuman, seperti bahan alami (daun pisang misalnya).

4. LDPE — Low Density Polyethylene

  Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya,
fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat
resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong
baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.

  Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang


memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik
terhadap reaksi kimia.

  Biasanya plastik jenis ini digunakan untuk tempat makanan, plastik


kemasan, botol yang lunak.

  Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk
tempat makanan atau minuman karena sulit bereaksi secara kimiawi
dengan makanan atau minuman yang dikemas dengan bahan ini.

5. PP — Polypropylene

 Karakteristik PP adalah botol transparan yang tidak jernih atau berawan.


Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan
cukup mengkilap

  Carilah dengan kode angka 5 bila

membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai


makanan dan minuman.

13
  Titik lelehnya 1650C

6 . PS — Polystyrene

  Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan


bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.

  Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan


otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada
masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf, juga bahan ini sulit
didaur ulang. Bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat
panjang dan lama.

  Jika tidak tertera kode angka dibawah kemasan plastik, maka bahan ini
dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari).
Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga,
dan meninggalkan jelaga.

  Titik leleh pada 950C

7. Other

  Bahan dengan tulisan Other berarti dapat berbahan SAN - styrene


acrylonitrile, ABS – acrylonitrile butadiene styrene, PC – polycarbonate,
Nylon.

  PC – polycarbonate, dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu


Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak
sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan
mengubah fungsi imunitas.

14
  Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun
minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau
makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan.

D. Dampak Bahaya Penggunaan Plastik dan Sampah Plastik bagi


Kesehatan dan Lingkungan

Penggunaan plastik dalam kehidupan modern ini terlihat sangat pesat


sehingga menyebabkan tingkat ketergantungan manusia pada plastik
semakin tinggi. Hal tersebut disebabkan plastik merupakan bahan
pembungkus ataupun wadah yang praktis dan kelihatan bersih, mudah
didapat, tahan lama, juga murah harganya. Tetapi dibalik itu, banyak
masyarakat yang tidak mengetahui bahaya dari plastik, dan cara
penggunaan yang benar.

Perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer sintetik membuat


kehidupan kita selalu dimanjakan oleh kepraktisan dan kenyamanan dari
produk yang dihasilkan, sebagai contoh plastik. Kebanyakan plastik
seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan suatu
bahan pelembut. Beberapa contoh pelembut adalah epoxidized soybean oil
(ESBO), di(2-ethylhexyl) adipate (DEHA), dan bifenil poliklorin (PCB),
acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP).
Penggunaan bahan pelembut ini dapat menimbulkan masalah kesehatan,
sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB dapat
menimbulkan kamatian pada jaringan dan kanker pada manusia
(karsinogenik), oleh karenanya sekarang sudah dilarang pemakaiannya..
Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai
yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit
dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas.
Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam
kandungan serta bayi lahir cacat. Contoh lain bahan pelembut yang dapat

15
menimbulkan masalah adalah DEHA. Berdasarkan penelitian di Amerika
Serikat, plastik PVC yang menggunakan bahan pelembut DEHA dapat
mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ke
dalam makanan.

DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormone


kewanitaan pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA
dapat merusak sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain
mengakibatkan kanker hati. Meskipun dampak DEHA pada manusia
belum diketahui secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan pada hewan
sudah seharusnya membuat kita berhati-hati. Untuk menghindari bahaya
yang mungkin terjadi maka sebaiknya jika harus menggunakan plastik
maka pakailah plastik yang terbuat dari polietilena dan polypropylene atau
bahan alami (daun pisang misalnya). Sedangkan plastik memiliki tekstur
yang kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh
karena itu seringkali kita membakarnya untuk menghindari pencemaran
terhadap tanah dan air di lingkungan kita tetapi pembakarannya dan akan
mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan
sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan.

Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri
makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai
contoh adalah penggunaan kantong plastik (kresek) untuk membungkus
makanan seperti gorengan dan lain-lain. Menurut seorang ahli kimia, zat
pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya berasal dari gorengan),
bisa terurai terdegradasi menjadi bentuk radikal, menyebabkan penyakit.
Selain itu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang
sampai saat ini adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik. Kantong
plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola.

Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah


bekas kantong plastik itu benar-benar terurai. Dibutuhkan waktu 1000
tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau

16
terurai dengan sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat
terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah.

Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik


mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Salah satunya dengan
melakukan upaya kampanye untuk menghambat terjadinya pemanasan
global. Sampah kantong plastik telah menjadi musuh serius bagi
kelestarian lingkungan hidup. Sejumlah Negara mulai mengurangi
penggunaan kantong plastik diantaranya Filipina, Australia, Hongkong,
Taiwan, Irlandia, Skotlandia, Prancis, Swedia, Finlandia, Denmark,
Jerman, Swiss, dll.

Adapun bahaya sampah plastik pada kesehatan manusia dapat dilihat pada
Tabel 1. Peneliti menggunakan 12 artikel yang terskrinning dengan
kriteria inklusif artikel. Keberadaan sampah plastik ditemukan pada tubuh
manusia dengan ukuran nano yang dapat memicu terjadinya kanker. Tabel
1 ini merupakan temuan plastik pada sel manusia, yang membahayakan
kesehatan manusia terutamanya memicu penyakit kanker.

17
E. Upaya Penanggulangan Pemakaian Plastik

Upaya yang dilakukan adalah menggunakan barang dari bahan – bahan


yang mudah terurai dan aman terhadap kesehatan seperti misalnya plastik
yang berasal dari bahan organik. Sebagai contoh Jepang telah menemukan
jenis plastik yang bisa terurai terbuat dari bahan organik, yaitu tumbuhan
jagung.

Di Jepang, jenis plastik baru ini sudah beredar dan mempunyai kekuatan
sebaik plastik konvensional. Bedanya, setelah dibuang, plastik tersebut
dapat terurai oleh mikro organisme di dalam tanah. Lalu, plastik jenis ini
juga dapat dibuat menjadi aneka ragam benda, seperti plastik untuk
kemasan hingga serat untuk tekstil.

18
Plastik baru temuan ilmuwan Jepang ini mempunyai daya tahan lebih
tinggi terhadap bakteri dan jamur. Saat dibakar pun gas yang dihasilkan
tidak akan menimbulkan efek rumah kaca maupun gas beracun. Sehingga
plastik ini aman digunakan sebagai wadah makanan dan dapat pula
digunakan di dalam microwave.

Industri barang elektronik di Jepang juga sudah menggunakan plastik jenis


ini, seperti kartu memori pada komputer jinjing atau laptop, pada karpet
lantai kendaraan. Selain itu bahan plastik dari bahan organik yang baru
dikembangkan di Indonesia adalah dari bahan kentang dan jagung dan
kelapa sawit. Jika menggunakan plastik sintetis maka harus dimengerti
contoh-contoh berdasarkan jenis – jenis utama bahan plastik.

1. PET — Polyethylene Terephthalate


Biasa dipakai untuk botol plastik yang
jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral,
botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Jenis
PET/PETE ini direkomendasikan Hanya Sekali Pakai.
Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera
logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan
PETE atau PET (polyethylene terephthalate) di bawah segitiga.

Gambar 3. Plastik yang termasuk dalam jenis PET.

2. HDPE — High Density Polyethylene

19
Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu,
tupperware, galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain.
Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera
logo daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan
HDPE (high density polyethylene) di bawah segitiga.

Gambar 4. Plastik yang termasuk dalam jenis HDPE

3. V — Polyvinyl Chloride

Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling


wrap), dan botol- botol, pipa, konstruksi bangunan. Tertera
logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di
tengahnya, serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl
chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang.

Gambar 5. Plastik yang termasuk dalam jenis Polyvinyil Chloride.

4. LDPE — Low Density Polyethylene

20
Biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan
botol-botol yang lembek. Tertera logo daur ulang dengan
angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE .

5. PP — Polypropylene

 Biasanya dipakai untuk tempat menyimpan makanan, botol


minum dan terpenting botol minum untuk bayi, kantong
plastik, film, automotif, maianan mobil-mobilan, ember.
Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta
tulisan PP.

Gambar 6. Plastik yang termasuk dalam jenis Polypropylene.

6. PS — Polystyrene

PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam,


tempat CD, karton tempat telor, dan lain-lain. Selain tempat
makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap
kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Tertera logo daur
ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS.

21
Gambar 7. Plastik yang termasuk dalam jenis Polystyrene.

7. Other

Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta


tulisan OTHER – Other (SAN - styrene acrylonitrile, ABS –
acrylonitrile butadiene styrene, PC – polycarbonate, Nylon).
PC – Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi,
gelas anak balita (sippy cup), cobalah pilih dan gunakan botol
susu bayi berbahan kaca, polyethylene, atau polypropylene.
Untuk dot, gunakanlah yang berbahan silikon karena tidak
akan mengeluarkan zat karsinogenik sebagaimana pada dot
berbahan latex., dan kaleng kemasan makanan dan minuman,
termasuk kaleng susu formula. Juga dapat ditemukan pada
tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga,
suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat- alat
elektronik, dan plastik kemasan. Jika penggunaan plastik
berbahan polycarbonate tidak dapat dicegah, janganlah
menyimpan air minum ataupun makanan dalam keadaan panas.
Biasanya SAN terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus
termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi,
sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan
lego dan pipa.

22
Gambar 8. Plastik yang termasuk dalam jenis other

Kode-kode yang tertera pada bawah tempat dari bahan plastik


sebagai berikut :

Gambar 9. Kode-Kode Bahan Plastik

Dalam menggunakan plastik, khususnya plastik dengan kode 1,


3, 6, dan 7 (khususnya polycarbonate). yang seluruhnya
memiliki bahaya secara kimiawi sehingga tidak direkomendasi
untuk digunakan. Ini tidak berarti bahwa plastik dengan kode
yang lain secara utuh aman, namun perlu dipelajari lebih jauh
lagi. Maka, jika kita harus menggunakan plastik, akan lebih
aman bila menggunakan plastik dengan kode 2, 4, 5, dan 7
(kecuali polycarbonate) bila memungkinkan atau kode 7 yang
terbuat dari SAN dan ABS.

Tips pengurangan penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-


hari:

1. Sebaiknya jangan memanaskan makanan yang dikemas


dalam plastik, khususnya pada microwave oven, yang dapat

23
mengakibatkan zat kimia yang terdapat pada plastik tersebut
terlepas dan bereaksi dengan makanan sehingga perlu diberi
pembungkus makanan dengan daun pisang atau kertas ketika
akan dipanaskan di microwave oven.
2. Gunakan kemasan berbahan kain stainless steel atau kaca
untuk menyimpan makanan atau minuman.
3. Dalam kesehaarian pakailah alat makan berbahan stainless
steel, kaca, keramik, dan kayu.
4. Terapkan, sebarkan dan ajaklah setiap orang di lingkungan
kita untuk mengimplementasikan cara sehat dalam kehidupan
sehari-hari.

F. Upaya Penanggulangan Limbah Plastik

1. Kurangi penggunaan kantong plastik dan gunakan tas kain setiap


kali berbelanja. Harus diingat untuk selalu membawa tas kain saat
belanja dari rumah.
2. Limbah plastik ditanggulangi dengan cara Reuse ( pakai ulang /
penggunaan kembali ) adalah upaya penggunaan limbah plastik
dipakai kembali tanpa perlakuan apa-apa, misal untuk dibuat
hiasan, Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah
plastik untuk dimanfaatkan dengan memproses kembali ke proses
semula melalui perlkuan fisika, kimia dan biologi menjadi produk
lain seperti bahan baku sekunder produk plastik lain, misal plastik
kresek hitam, pot hitam, dan Recovery ( pungut ulang/ambil
ulang ) adalah upaya mengambil ulang bahan- bahan yang masih
mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian
dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa
perlakuan fisika, kimia dan biologi, ketiganya dikenal dengan 3 R.
3. Menghindari pembuangan sampah plastik ke lingkungan karena
akan secara tidak langsung merusak ekosistem melalui (1)
sumbatan pada sistem saluran air yang menyebabkan sedimentasi
dan banjir, (2) merusak lahan subur seperti hutan mangrove karena

24
keberadaan sampah plastik menutupi permukaan dan mengurangi
sistem pengudaraan, (3) karena sifatnya yang tidak dapat
membusuk, akan mengurangi kapasitas lahan pembuangan akhir
sampah.
4. Kelembagaan meliputi instansi dan organisasi yang khusus
menangani sampah plastik khususnya dan barang plastik.
Kelembagaan mempunyai fungsi yang penting dalam mengnangani
sistem pengelolaan sampah plastik secara menyeluruh dan
komprehensif termasuk didalamnya penerbitan peraturan yang
berkaitan dengan sistem pengelolaan sampah plastik dan plastik.
Instansi yang terkait dengan sistem pengelolaan sampah plsatik
adalah Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang mengatur
secara langsung sistem pengelolaan plastik dari bahan baku sampai
ke produk. Kementerian Lingkungan Hidup mempunyai tugas dan
fungsi dalam pengelolaan lingkungan hidup termasuk berbagai
dampak yang ditimbulkan akibat proses pembuatan plastik dan
produk barang plastik yang sudah tidak terpakai dan dibuang ke
lingkungan. Pemerintah Daerah cq. Dinas Kebersihan merupakan
instansi terdepan dalam pengelolaan sampah plastik dalam sistem
pengelolaan sampah kota.

BAB III
PENUTUP

25
Penggunaan plastik disatu sisi telah mendatangkan manfaat yang cukup besar,
namun di sisi lain karena sifatnya yang kurang baik terhadap kesehatan dan juga
sulit diurai oleh lingkungan maka produk plastik dan sampahnya akan
menimbulkan masalah baru. Namun demikian, keberadaannya tidak bisa terlepas
dari kehidupan manusia sehingga manusia perlu mengantisipasi pemakaian plastik
dan pembuangan sampah plastik dengan benar sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Sampah plastik jika dikelola
dengan benar yaitu memakai konsep produksi bersih ( 3R) akan mengurangi
limbah dan menciptakan iklim usaha yang menguntungkan serta dapat menyerap
tenaga kerja yang cukup besar. Dengan demikian peran serta pemerintah,
masyarakat dan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan ini akan membuat
kesehatan dan lingkungan terjaga dengan baik.

Keberadaan plastik ditemukan di lingkungan seperti pada makanan, instalasi air


limbah, air bersih dan air minum dalam ukuran mikro serta nano. Keberadaan dan
bahaya plastik pada kesehatan manusia ditemukan pada sel sebagai unit terkecil
yang ada di dalam tubuh manusia sehingga dapat memicu terjadinya kanker.
Upaya yang dapat dilakukan dalam pengurangan dan pengendalian jumlah plastik
di lingkungan dengan menerapkan 3R serta substitusi bahan baku plastik yang
ramah lingkungan.

Cara lain dalam rangka mengurangi keberadaan plastik dan sampah plastik adalah
dengan cara mengurangi penggunaan barang-barang berbahan baku plastik atau
menggantinya dengan barang yang non- plastik. Substitusi bahan plastik dengan
bahan yang mudah diurai dan dihancurkan oleh lingkungan seperti bahan-bahan
alami, misal : plastik dari jagung, kentang, dan lain-lain.

Daftar Pustaka

26
Yura Witsqa Firmansyah, dkk.(2021). Keberadaan Plastik di Lingkungan, Bahaya
terhadap Kesehatan Manusia, dan Upaya Mitigasi: Studi
Literatur.Universitas Diponegoro

Krisyanti, Ilona VOS, Anjang Priliantini.(2020). Pengaruh Kampanye


#Pantangplastik Terhadap Sikap Ramah Lingkungan (Survei Pada Pengikut
Instagram @Greenpeaceid).Jurnal Komunika Vol. 9 No. 1 /Juni 2020 DOI:
10.31504/Komunika.V9i1.2387.Jakarta

R. Andi Ahmad Gunadi, Doby Putro Parlindungan, Apri Utami Parta Santi,
Aswir, Adi Aburahman.(2020). Bahaya Plastik bagi Kesehatan dan
Lingkungan. Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat.tangerang selatan

Firdha Aksari Anindyntha, Dwi Susilowati, Setyo Wahyu Sulistyono.(2021).


Peningkatan sadar lingkungan melalui penghematan sampah plastik.
http://riset.unisma.ac.id/index.php/jipemas/article/view/10242 DOI:
10.33474/jipemas.v4i3.10242 .Universitas Muhammadiah Malang

Veronika Angelina Wau.(2021). Pentingnya Pembangunan Kesadaran Masyarakat


Akan Dampak Pembuangan Sampah Plastik Di
Laut.http://jurnal.umtapsel.ac.id/index.php/Justitia| Vol. 8 No. 6 Tahun
2021.Universitas Katolik Darma Cendika Surabaya

Tri Sukrorini, Sri Budiastuti, Ari Handono Ramelan dan Frans Pither Kafi.(2014).
Kajian Dampak Timbunan Sampah Terh- Adap Lingkungan Di Tempat
Pembuangan Akhir (Tpa) Putri Cempo Surakarta. Magister Ilmu
Lingkungan, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Nurhenu Karuniastuti.(2012). Bahaya Plastik


Terhadap Kesehatan Dan Lingkungan.Jurnal Forum Teknologi Vol.03 No.1

27

Anda mungkin juga menyukai