Anda di halaman 1dari 2

BAHAYA SAMPAH PLASTIK DISEKITAR KITA

Mohamad Jibril M. Pamili

Tumpukan sampah plastik yang terus bertambah di sekitar merupakan masalah lingkungan
yang mendesak untuk diatasi. Plastik adalah bahan yang sulit terurai dan memerlukan waktu
ratusan tahun untuk terurai sepenuhnya. Ketika tidak didaur ulang dengan benar, sampah
plastik akan menumpuk di lahan pembuangan sampah atau bahkan tersebar di lingkungan
sekitar kita. Dampaknya sangat merugikan bagi kehidupan laut dan ekosistem darat, karena
plastik yang tidak terurai dapat mencemari air, merusak habitat satwa, dan menjadi ancaman
serius bagi keberlangsungan hidup berbagai spesies.

Ketika tumpukan sampah plastik terus meningkat, masalahnya tidak hanya terbatas pada
aspek lingkungan, tetapi juga berdampak pada kesehatan manusia. Sampah plastik yang
terurai dapat menghasilkan mikroplastik yang masuk ke rantai makanan kita melalui air dan
makanan yang terkontaminasi. Hal ini dapat mengakibatkan masalah kesehatan serius,
termasuk gangguan hormonal, kerusakan organ dalam, dan masalah kesehatan lainnya pada
manusia. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang lebih besar dalam pengelolaan
sampah, edukasi masyarakat mengenai penggunaan plastik sekali pakai, serta peningkatan
dalam penggunaan bahan ramah lingkungan sebagai pengganti plastik.

Peneliti Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), Eka Chlara Budiarti
mengatakan, kondisi di awal tahun 2021 ini, diketahui bahwa pencemaran mikroplastik telah
mengkontaminasi Perairan Utara dan Timur Jawa Timur. Ditemukan mikroplastik sebanyak
57 ± 87 partikel per 100 liter pada air dan 1.3 ± 8.2 partikel per ikan pada ikan. Sedangkan,
pada perairan timur sebanyak 99 ± 136 partikel per 100 liter yang kemudian
mengkontaminasi udang sebanyak 7.5 ± 11 partikel atau udang dan sebanyak 7.2 ± 21.6
partikel atau kerang. Kemudian pada bulan maret 2021, Pintu air Tambak Wedi, Surabaya
diselimuti oleh busa yang mencemari muara disana, selain kadar fosfat yang tinggi juga
ditemukan kontaminasi mikroplastik sebanyak 20 partikel per 100 liter.

Selanjutnya mengenai mikroplastik di Indonesia ini didapatkan dari kegiatan ekspedisi sungai
oleh Ecoton di 4 sungai terbesar di Pulau Jawa yakni Bengawan Solo, Citarum, Ciliwung dan
Brantas. Eka menjelaskan, pada saat penelitian yang dilakukan oleh Ecoton juga menemukan
beberapa faktanya pencemaran mikroplastik yang salah satunya dari limbah dari pabrik
kertas. Di antaranya seperti Pindo Deli 3, PT. RUM, Indah Kiat, Ekamas Fortuna dan Jaya
Kertas dengan jumlah sebanyak 63 ± 339 partikel per 100 liter. Lebih lanjut, kata dia, dalam
kegiatan penyusuran juga mengidentifikasi sampel air sungai dan ikan untuk menemukan
kontaminasi mikroplastik. Bahkan, ditemukan juga mikroplastik pada ikan. Sebanyak 62 ±
198 partikel per 100 liter mikroplastik ditemukan pada sampel air sedangkan pada ikan
terkandung mikroplastik 6 ± 120 partikel setiap ikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan data
penelitian Trihadiningrum pada tahun 2019, 80 persen pencemaran di sungai akan bermuara
ke laut.

Dari data yang ada, persepsi kita tentang sampah plastik menggambarkan situasi yang
mengkhawatirkan dalam skala global. Menurut laporan dan studi yang tersedia, lebih dari 380
juta ton sampah plastik diproduksi setiap tahunnya, dan diperkirakan bahwa sekitar 8,3 miliar
ton plastik telah diproduksi sejak pertama kali diciptakan. Yang lebih memprihatinkan, hanya
sebagian kecil dari plastik ini yang didaur ulang dengan tepat, sementara sebagian besar
akhirnya berakhir di lautan, daratan, atau di tempat pembuangan sampah.

Data juga menunjukkan bahwa lebih dari 8 juta ton sampah plastik memasuki lautan setiap
tahunnya, mengancam kehidupan laut dan ekosistemnya. Lebih dari 90% burung laut telah
terpapar plastik, dan jumlah ini terus meningkat. Mikroplastik, partikel-partikel kecil plastik,
telah terdeteksi di dalam air minum, makanan laut, dan bahkan udara yang kita hirup sehari-
hari.

Untuk mengatasi dampak sampah plastik yang menumpuk dan menghasilkan mikroplastik,
langkah-langkah yang tepat sangat penting. Pertama-tama, fokus utama harus pada
pencegahan terbentuknya sampah plastik baru. Hal ini dapat dicapai melalui pengurangan
konsumsi plastik sekali pakai dan penggunaan alternatif ramah lingkungan. Inisiatif seperti
penggunaan kantong belanja kain, botol air minum yang bisa diisi ulang, serta menghindari
produk-produk plastik sekali pakai dapat membantu mengurangi aliran sampah plastik ke
lingkungan.

Kedua, diperlukan upaya yang lebih besar dalam daur ulang plastik yang sudah ada.
Peningkatan investasi dalam teknologi daur ulang yang inovatif dan efisien sangat penting.
Melalui penggunaan teknologi canggih, seperti daur ulang kimia atau pemrosesan mekanis
yang lebih efektif, kita dapat mengubah sampah plastik menjadi bahan baku yang dapat
digunakan kembali. Langkah ini tidak hanya mengurangi jumlah sampah plastik yang
mencemari lingkungan, tetapi juga mencegah pembentukan lebih banyak mikroplastik yang
dapat meracuni ekosistem kita. Melalui kombinasi solusi pencegahan dan daur ulang yang
efektif, kita dapat mengurangi dampak negatif sampah plastik terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia.

Pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Ini


termasuk investasi dalam sistem pengumpulan sampah yang lebih efisien, memperluas
jaringan fasilitas daur ulang yang dapat diakses oleh masyarakat, dan meningkatkan
kampanye penyuluhan serta edukasi tentang pengelolaan sampah yang benar. Pemerintah
juga dapat memberikan insentif bagi komunitas lokal atau organisasi yang terlibat dalam
kegiatan daur ulang dan pengelolaan sampah untuk memotivasi partisipasi aktif masyarakat
dalam upaya pengurangan sampah plastik. Dengan implementasi kebijakan yang tepat dan
investasi dalam infrastruktur yang memadai, pemerintah dapat memimpin perubahan yang
signifikan dalam mengurangi penumpukan sampah plastik yang merugikan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai