Anda di halaman 1dari 18

Benice Didan A.

G (06)
M. Alfian Handi Y. (24)
Roman Rizalussubhi (33)

e 30
Dampak Sampah Plastik Bagi Ekosistem Perairan

Ahmad Fahrizal1 , Muhaiminah Akib2


1,2
Universitas Muhammadiyah Sorong, Kota Sorong, Indonesia
Email : a.fahrizal.ab@gmail.com

Abstrak

Tujuan pelaksanaan pengabdian kepada Siswa SMA/SMA dan SMP di Kelurahan


Malagusa Distrik Aimas Kabupaten Sorong adalah untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada siswa tentang sampah dan sampah plastik, jenis-jenis sampah
plastik, ekosistem perairan, dampak pembuangan sampah bagi lingkungan, serta
penanggulangan sampah dan solusinya. Metode yang digunakan adalah metode
ceramah dan demonstrasi bersama siswa sekolah di Kelurahanan Malagusa tentang
sampah dan penanganannya. Hasil pelaksanaan pengabdian ini bahwa siswa-siswa yang
bersekolah di kelurahan Malagusa adalah (1) apresiasi yang tinggi pemerintah setempat
dalam hal ini pemerintah kelurahaan Malagusa mengenai kegiatan seminar yang
dilaksanakan (2) motivasi tinggi peserta seminar pengabdian yang berasal dari siswa
SMK, SMA, dan SMP se-kelurahan Malagusa dengan keaktifan bertanya pada sesi
diskusi yang dipandu oleh panitia pelaksana kegiatan. (3) peningkatan pemahaman,
pengetahuan dan kemampuan siswa dalam memahami tentang sampah dan dampak
sampah bagi lingkungan perairan.

Kata Kunci: Sampah Plastik, Dampak Sampah, Ekosistem Perairan

Abstract

The purpose of the service to high school/vocational high school, and junior high school
students in malagusa Village, Aimas Distric, Sorong Regency is to provide knowledge
and understanding to students about waste and plastic waste, types of plastic waste, the
solution ecosystem. The method used is a lecture and demonstration method with sxhool
students in Kelurahan Malagusa about waste and its handling. The results of the
implementation of this community service where students attending Malagusa Village
were(1) appreciation of the local government in this case the Malagusa village
Government in this case the Malagusa Government regarding the seminar activities
carried out (2) the high motivation of the community service seminar participant
coming from Vocational, high school and junior high school students the whole village
of Malagusa with liveliness asking questions at the discussion session guided by the
activity organizing committee. (3) Increaasing students’ understanding, knowledge and
ability in understanding about waste and increasing waste for the environment.

Key words: Plastic waste, Rubbish impact, Aquatic Ecosystem

31
Pendahuluan
Menyandang status sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia
memiliki panjang garis pantai 81.000 km dengan luas wilayah 5 juta Km2 atau 2/3
wilayahnya adalah perairan (Nontji, 2007). Potensi ini menyebabkan Indonesia
menjadi negara penyumbang sampah terbesar kedua di dunia setelah
Cina/Tiongkok (CNN), (Wahyuni, 2016), dikarenakan produksi sampah di Kota
Besar di Indonesia mencapai 0,7 Kg sampah/orang/hari atau sebanyak 175.000 ton
sampah per hari secara nasional menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) (Bisnis.com, 2019).
Fenomena alam belakangan ini semakin memperlihatkan kejadian yang
berbeda dibanding beberapa puluh tahun lalu, yang terjadi di lingkungan sekitar
baik lingkungan biotik seperti di hutan mangrove, daerah pesisir lautan dan lain-
lain; serta lingkungan abiotik yang meliputi air, udara, tanah, topografi, dan lain
sebagainya. Kejadian tersebut ditandai dengan seringnya ditemukan kejadian
berupa pencemaran air, tanah, udara dan suara/polusi yang berimbas pada maraknya
kasus mamalia laut yang terdampar di kawasan perairan.
Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi di mana saja dengan laju yang
sangat cepat. Beban pencemaran yang semakin berat diakibatkan limbah industri
dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat atau B3 (bahan berbahaya dan
beracun). Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka dipandang perlu dilakukan
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu
lingkungan.
Beberapa fenomena yang terjadi berupa terdamparnya mamalia laut seperti
paus, dugong, lumba-lumba yang terdampar di beberapa wilayah pesisir laut
Indonesia. Salah satu contoh kasus adalah seekor dugong yang mati terdampar di
Kampung Malaumkarta, Distrik Makbon, Wilayah Sorong pada senin (1/7/2019)
(Darilaut.id, 2019). Fenomena terdamparnya mamalia laut tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah gangguan navigasi karena pengaruh sonar
bawah laut, polusi suara (seismic) yang mengganggu sistem navigasi, perburuan
mangsa sampai ke perairan yang dangkal, karena terluka dan karena sakit
(Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, 2012). Hal lain yang turut
mempengaruhi navigasi dari mamalia adalah gempa bumi, serta tertelannya
32
sampah oleh mamalia laut sehingga membuat mamalia laut menjadi terdampar.
Kejadian ini semakin sering muncul seperti seekor paus sperma ditemukan mati
akibat menelan 22 kg sampah plastic dan terdampar di satu pantai di Porto Cervo,
tujuan wisata popular di Sardinia, Italia (liputan6.com, 2019).
Maraknya berbagai fenomena tersebut menuntut kepedulian terhadap
lingkungan utamanya dalam pengelolaan sampah. Sampah yang terdiri dari
beberapa jenis seperti sampah organik dan non-organik seperti pasltik marak
ditemukan di lingkungan kita. Sampah plastik adalah salah satu bahan yang dapat
kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, alat makanan (sendok,
garpu, wadah, gelas), kantong pembungkus/kresek, TV, kulkas, pipa pralon, plastik
laminating, sikat gigi, compact disk (CD), kutex (cat kuku), mainan anak-anak,
mesin, alat-alat militer hingga pestisida (Kurniastuti, 2016). Seperti PP (gelas air
kemasan), HDPE (botol shampoo), PETE (botol air kemasan), Other (bungkus
makanan ringan), dan sampah plastik lain.
Adapun jenis-jenis sampah plastik disajikan pada Gambar 1 dibawah ini
yang biasa ditemukan adalah (1) PET/PETE — Polyethylene Terephthalate,
direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI. (2) HDPE – High Density
Polyethylene : bahan plastik yang aman, mencegah reaksi kimia antara kemasan
plastik dengan makanan/minuman yang dikemasnya, memiliki sifat yang keras,
buram dan lebih tahan suhu tinggi, tetapi tidak direkomendasikan dipakai berulang-
ulang. (3) V/PVC — Polyvinyl Chloride, Bahan ini lebih tahan terhadap bahan
senyawa kimia, minyak, dll. Dengan titik leleh 70 – 140 oC. (4) LDPE — Low
Density Polyethylene. Dapat didaur ulang, sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk
tempat makanan atau minuman karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan
makanan atau minuman yang dikemas dengan bahan ini. (5) PP — Polypropylene,
botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Titik lelehnya 165ºC, Carilah
dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik, untuk menyimpan
kemasan berbagai makanan dan minuman. (6) PS - Polystyrene merupakan polimer
aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika
makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya
untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat
pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf, juga bahan ini

33
sulit didaur ulang. Bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat
panjang dan lama. Jika tidak tertera kode angka dibawah kemasan plastik, maka
bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya
dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-
jingga, dan meninggalkan jelaga. Titik leleh pada 95ºC. (7) Other - Bahan dengan
tulisan Other berarti dapat berbahan SAN - styrene acrylonitrile, ABS –
acrylonitrile butadiene styrene, PC – polycarbonate, Nylon. PC – polycarbonate,
dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan
minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium,
penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan untuk
tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A
dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena
pemanasan.

Gambar 1. Jenis-jenis sampah plastik

Kepedulian terhadap sampah, terutama sampah plastik serta pengelolaan


sampah menjadi mutlak diperlukan mengingat Indonesia menjadi negara
penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Cina sebanyak 187,2
juta ton sampah plastik (Wahyuni, 2016). Olehnya itu, perlu dilakukan upaya
pengenalan sampah plastik sejak dini melalui pembiasaan terhadap perilaku hidup
bersih dan sehat sejak dini melalui pemilahan sampah terhadap siswa sekolah dan

34
pra sekolah (Choirul & Wahyu, 2017). Serta bagi siswa sekolah yang ada di wilayah
Sorong Raya mengingat Kota Sorong oleh Tim Adipura masuk dalam 9 (Sembilan)
kota terkotor di Indonesia untuk kategori kota sedang yang penilaiannya meliputi
penilaian fisik dan tempat pemrosesan akhir (TPA) (detiknews, 2019).
Pada pengembangan dewasa ini, sekolah mengarahkan konsep pendekatan
antara siswa dengan lingkungan melalui model Green school. Green school yang
disebut adiwiyata adalah salah satu program kementerian negara lingkungan hidup
dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah
dalam pelestarian lingkungan hidup yang dalam program ini diharapkan semua
warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju llingkungan yang sehat
dan menghindari dampak lingkungan yang negatif (Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, 2009).
Permasalahan yang sering dialami oleh lingkungan sekolah adalah konsep
pembelajaran pendidikan lingkungan hidup masih sebatas teori sehingga perlu
didorong semangat siswa agar termotivasi yang ditunjukkan oleh siswa sekolah di
Kelurahan Malagusa, Kabupaten Sorong (Akib, Irnawati, & Ibrahim, (a), 2019).
Hal ini perlu dijaga keberlanjutannya agar pemberian pemahaman akan kecintaan
terhadap lingkungan hidup serta ekosistem perairan dapat terbentuk sejak dini dan
dimulai dari bangku sekolah.
Tujuan pelaksanaan pengabdian kepada siswa sekolah adalah untuk
memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada siswa tentang pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan dalam hal pemberian pemahaman tentang sampah,
jenis-jenis sampah, dampak sampah terhadap lingkungan dan lingkugan perairan
serta menanamkan kepedulian sejak dini kepada siswa-siswa.
Pengabdian ini berbeda dengan pengabdian yang dilakukan oleh
(Radhiansyah, Wijanarko, & Annas, 2019). Pengabdian bagi masyarakat Kota
Bogor masyarakat yang terdiri dari Komunitas yang bergerak di bidang lingkungan
khususnya terkait sampah plastik (Bogor Clean Action) dan Pelajar Sekolah
Menengah Atas di Kota Bogor dalam pengurangan sampah plastic melalui program
Bogor Tanpa Kantong Plastik (BOTAK). (Fauzi, et al., 2019) Pengabdian bagi
masyarakat Kampung Sungai Kayu Ara. Pengabdian ini

35
bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat di Kampung Sungai
Kayu Ara Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak tentang bahaya pencemaran
limbah plastik pada sungai dan laut diperlukan kegiatan edukasi.

Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang digunakan adalah metode ceramah dan presentasi
yang dilanjutkan dengan kuis interaktif bersama siswa Siswa SMA/SMK dan SMP
di Kelurahan Malagusa Distrik Aimas Kabupaten Sorong” di aula SMA Negeri 2
Kabupaten Sorong. Teknik pelaksanaan kegiatan meliputi penyampaian materi
secara langsung yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab bersama para siswa.
Metode yang digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab dan
demonstrasi bersama siswa SMA/SMK dan SMP di Kelurahan Malagusa Distrik
Aimas Kabupaten Sorong. Hasil pelaksanaan pengabdian ini bahwa siswa sekolah
yang ada di Kelurahan Malagusa, Aimas, Kabupaten Sorong dapat mengetahui
tentang sampah, sampah plastic. jenis-jenis sampah plastik, ekosistem perairan,
pencemaran lingkungan, klasifikasi pencemaran, baku mutu air, dampak dan
mekanisme pencemaran, akibat pencemaran, penanggulanan sampah plastic, serta
diharapkan dengan adanya pelatihan ini berdampak pada pengembangan
pemahaman dan kemampuan siswa dalam membuang sampah ke tempat sampah
atau minimal tidak membuang ke saluran air, sungai, laut atau secara umum
ekosistem perairan.

Hasil dan Pembahasan

Hasil kegiatan ini adalah (1) apresiasi yang tinggi pemerintah setempat
dalam hal ini pemerintah kelurahaan Malagusa mengenai kegiatan seminar yang
dilaksanakan (2) motivasi tinggi peserta seminar pengabdian yang berasal dari
siswa SMK, SMA, dan SMP se-kelurahan Malagusa dengan keaktifan bertanya
pada sesi diskusi yang dipandu oleh panitia pelaksana kegiatan. (3) peningkatan
pemahaman, pengetahuan dan kemampuan siswa dalam memahami tentang sampah
dan dampak sampah bagi lingkungan perairan. Hal ini sejalan dengan
bertambahnya kesadaran siswa yang berasal dari faktor individu ditandai dengan

36
ketertarikan terhadap materi seminar, sehingga melahirkan kemampuan dalam
menerima informasi (Akib & Ohorella (b), 2019) utamanya pada saat sesi Tanya
jawab seminar.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI


Adapun simpulan yang dapat ditarik setelah pelaksanaan PKM ini adalah sebagai
berikut: (1) Kegiatan seminar PKM berjalan dengan baik, lancar dan memperoleh
apresiasi yang tinggi dari pemerintah setempat, serta pihak sekolah. (2) Kegiatan
seminar PKM yang disajikan dalam bentuk ceramah dan dilanjutkan dengan sesi
diskusi/Tanya-jawab ini mampu meningkatkan motivasi dan kesadaran siswa-
siswa yang bersekolah di Kelurahan Malagusa; dan (3) Kegiatan seminar PKM
yang telah diselenggarakan dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan,
kesadaran dan wawasan bagi siswa-siswa sekolah di Kelurahan Malagusa.

Ucapan Terima kasih


Ucapan terima kasih penulis haturkan pada Kelompok K2N Mahasiswa Kelurahan
Malagusa dan Dosen Pembimbing yang turut serta dalam menyukseskan kegiatan
pelatihan tersebut sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Daftar Pustaka

Akib, M., & Ohorella, H. M. (2019). Investigating Students' Ability to Use Gerund
and Present Participle at English Education Departement of Sorong
Muhammadiyah University. Qalam: Jurnal Ilmu Kependidikan, 7(1), 45-
55.

Akib, M., Irnawati, I., & Ibrahim, I. (2019). Seminar Greenschool: Sekolah Peduli
Llingkungan Hijau Untuk Siswa SMA/SMK dan SMP. Abdimas: Papua
Journal of Community Services, 1(2), 1-5.

Bisnis.com. (2019, Februari 21). Timbulan Sampah Nasional Capai 64 Juta Ton
Per Tahun. Dipetik 1 9, 2020, dari Bisnis.com:
https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20190221/99/8916
11/timbulan-sampah-nasional-capai-64-juta-ton-per-tahun

37
Choirul, A., & Wahyu, W. (2017). Pendampingan Pembelajaran Memilah Dan
Menempatkan Sampah Pada Tempatnya Sejak Usia Dini Di TK Imbas 1.
International Journal Of Community Services Learning, 1(3), 121-126.

Dahruji, D., Wiliniarti, P. F., & Hendarto, T. T. (2016). Studi Pengolahan Limhbah
Usaha Mandiri Rumah Tangga dan Dampak Bagi Kesehatan di Wilayah
Kenjeran, Surabaya. Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
1 (1), 36-44.

Darilaut.id. (2019, Juli 2).


https://www.google.com/amp/s/darilaut.id/berita/seekor-dugong-mati-
terdampar-di-sorong/amp. Dipetik 1 8, 2020, dari darilaut.id:
https://www.google.com/amp/s/darilaut.id/berita/seekor-dugong-mati-
terdampar-di-sorong/amp

detiknews. (2019, Januari 14). KLHK Ungkap Kota-kota Terkotor di Indonesia,


Mana Saja? Dipetik 1 8, 2020, dari detiknews:
https://m.detik.com/news/berita/d-4384000/klhk-ungkap-kota-kota-
terkotor-di-indonesia-mana-saja

Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, D. K. (2012). Panduan


Penanganan Mamalia Laut Terdampar. Jakarta: Direktorat Konservasi
Kawasan dan Jenis Ikan, Ditjen KP3K.

Fauzi, M., Efizon, D., Sumiarsih, E., Windarti, W., Rusliadi, R., Putra, I., et al.
(2019). Pengenalan dan Pemahaman Bahaya Pencemaran Limbah Plastik
pada Perairan di Kampung Sungai Kayu Ara Kabupaten Siak. Seminar
Nasional Pemberdayaan Masyarakat, Pekanbaru, 2019-08-21. Unri
Conference Series: Community Engagement. Volume 1 (hal. 341-36).
Pekanbaru: Unri Conference Series.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. (2009). Panduan Adiwiyata: Wujudkan


Sekolah Peduli dan Berbudaya Llingkungan. Jakarta: Kementerian Negara
Lingkungan Hidup.

Kurniastuti, N. (2016). Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan dan Lingkungan.


Forum Teknologi, Vol 3 (1), 6-14.

liputan6.com. (2019, April 3). liputan6.com. Dipetik 1 8, 2020, dari Liputan 6:


https://m.liputan6.com/global/read/3933006/sedih-paus-bunting-mati-
akibat-telan-22-kilogram-sampah-plastik

Nontji, A. (2007). Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.

38
Radhiansyah, E., Wijanarko, A., & Annas, F. B. (2019). Program Kemitraan Telusur
Lebak Pilar dalam Mendukung Pengurangan Sampah Plastik di Kota Bogor.
Journal of Servite, Volume 1 (1), 1-11.

Wahyuni, T. (2016, Februari 23). Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar


Ke-dua Dunia. Dipetik 1 8, 2020, dari CNN Indonesia:
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160222182308-277-
112685/indonesia-penyumbang-sampah-plastik-terbesar-ke-dua-dunia

1
Sampah Tidak Hanya Berdampak Bagi Kita Tetapi Mereka Juga (Makhluk
Laut)
Kornelius Selwin

Latar Belakang
Permasalahan sampah yang ada di laut dari hari ke hari semakin tak terbendung.
Volume sampah yang ada di laut, seiring berjalannya waktu, juga terus meningkat
dengan cepat. Kondisi itu, menjadikan laut Indonesia sebagai kawasan perairan yang
rawan dan menghadapi persoalan sangat serius. Misalnya saja sampah plastik. Plastik
adalah polimer organik sintetis. Karakter plastik yang ringan, kuat dan tahan lama
membuat plastik banyak digunakan untuk pembuatan berbagai macam produk,
terutama produk kemasan. Perairan lndonesia kini sedang menghadapi ancaman serius
akibat persoalan sampah yang terus bertambah dari waktu ke waktu. Jika tidak segera
diatasi, sampah bisa mengancam aspek tradisional, kriminal, dan alam. Sebagai
contohnya adalah penyu yang kerap kali tersangkut kumpulan sampah bahkan
memakan sampah plastik dan mikroplastik karena menganggap sampah tersebut adalah
makanan, padahal penyu merupakan salah satu hewan laut yang paling dilindungi, tak
hanya terjadi pada penyu, hal inipun terjadi pada burung laut dan singa laut. Bahaya
sampah yang mengandung zat-zat kimiawi pada hewan diantaranya adalah
menimbulkan luka fisik di saluran usus, translokasi ke jaringan atau organ lain,
penurunan berat badan yang signifikan, pengurangan aktivitas makan yang signifikan,
dan cacat perkembangan. (Fajar, 2017)
Direktur Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI Jose Tavares
mengungkapkansetiap tahun sedikitnya 12,7 juta metrik ton sampah plastik yang
diproduksi di daratan dibuang ke laut di seluruh dunia. Sampah plastik ini tidak hanya
mencemari lautan, tapi juga membahayakan kelangsungan makhluk hidup, termasuk
kita, sampah plastik yang berasal dari daratan dan dibuang ke laut jumlahnya
menc1apai 80 persen dari total sampah yang ada di laut. Sampah-sampah tersebut
masuk ke lautan, disebabkan oleh pengelolaan sampah yang kurang efektif dan perilaku
buruk dari masyarakat pesisir di seluruh dunia dalam menangani sampah plastik. Polusi
laut akibat sampah plastik ini tidak hanya berdampak buruk terhadap lingkungan, tapi
juga merugikan dari sisi ekonomi karena pendapatan negara dari sektor kelautan juga
menurun. Oleh itu, harus dicari solusi yang tegas untuk mengatasi persoalan sampah
plastik yang ada di laut. (Fajar, 2017)

1
Mahasiswa Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

2
Lautan sebagai salah satu keunggulan bangsa kita tentunya harus kita jaga dan
pelihara mengingat kebuthan akan ikan-ikan dilaut dan sebagainya terus meningkat,
tidak semestinyalah laut menjadi tempat akhir dari pembuangan sampah kita tetapi ada
cara lain yang bisa kita lakukan untuk mencegah hal tersebut misalnya saja,
pengelolahan sampah daur ulang, upaya pengelolaan sampah menjadi produk yang
bermanfaat juga sangat penting untuk ditingkatkan dengan didukung oleh teknologi
yang berkembang saat ini, misalnya saja mengkonversikan sampah menjadi energi,
selain itu kemasan bio-plasticberbahan dasar singkong maupun tanaman lainnya juga
berpotensi dikembangkan. Namun yang paling penting adalah kesadaran tiap individu
untuk dapat mengurangi polusi plastik.
Permasalah ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah ataupun
institusi terkait, tapi masyarakat juga perlu berperan aktif dan turut berkontribusi.
Misalnya saja berperilaku bijak dalam menggunakan produk berbahan dasar plastik
bahkan sebisa mungkin menghindari penggunaan barang-barang yang berpotensi
menjadi sampah, bukan hanya plastik, sehingga mengurangi produksi sampah plastik
ataupun sejenisnya demi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat. Berbagai
masalah dan tantangan yang dihadapi saat ini dalam mengelola sampah plastik yang
ada di laut harus dipecahkan bersama. Selain itu, harus juga dibahas bagaimana
mencari inovatif, kebijakan lokal dan nasional, kemitraan swasta, publik, dan
pendidikan untuk perubahan perilaku masyarakat agar berperan aktif memerangi
sampah plastic, maka dari itu apa yang perlu di lakukan untuk menghadapi persoalan
yang seperti ini ?, Serta tindakan apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk
menyadarkan dan mengubah paradigma masyarakat luas bahwa tindakan yang mereka
lakukan yakni laut sebagai tempat pembuangan akhir itu ternyata salah besar ?

Pembahasan
Hampir setiap kegiatan kita sehari-hari bisa dikata menghasilkan sampah,
sampah dari sisa makanan, pembungkus makanan, kertas, kayu,kaca, botol dan masih
banyak lainnya. Jenis-jenis sampah dibagi berdasarkan sifat, berdasarkan bentuk, dan
berdasarkan sumbernya, berdasarkan sifat sendiri sampah dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu sampah organik dan sampah anorganik, sampah organik adalah sampah
yang mudah membusuk seperti: sisa makanan, daun-daunan yang kering, sayuran,
sampah anorganik sendiri ialah sampah yang tidak mudah membusuk dan terurai
dengan cepat seperti ; plastik, botol, kaleng kayu dan lainnya. Sampah berdasarkan
bentuknya terdiri atas sampah padat (sampah dapur, kaca, metal) dan sampah cair
(limbah rumah tangga), dan berdasarkan sumbernya sampah sampah berasal dari sisa.
Di Nusantara, sampah plastik tak hanya dijumpai di wilayah darat saja, tapi juga
sudah menyebarluas ke wilayah laut yang luasnya mencapai dua pertiga dari total luas

3
Indonesia. Semua pihak dihimbau untuk terus terlibat dalam penanganan sampah
plastik yang ada di lautan. Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA)
mencatat, setiap tahun sedikitnya sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan
bermuara di lautan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.000 plastik mengapung di setiap
kilometer persegi setiap tahunnya. Fakta tersebut menasbihkan Indonesia menjadi
negara nomor dua di dunia dengan produksi sampah plastik terbanyak di lautan.
Sekretaris Jenderal KIARA Susan Herawati mengatakan, semakin banyak sampah
plastik di lautan, maka semakin besar ancaman bagi kelestarian ekosistem di laut.
Meski ancaman kerusakan tak hanya berasal dari sampah plastik, tetapi dia tetap
mengingatkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari sampah plastik juga sangat
berbahaya. Khusus untuk sampah plastik, Susan menyebutkan, Indonesia hanya kalah
dari Tiongkok saja dalam hal produksi tahunan dan mengungguli 18 negara dari total
20 negara di dunia yang produksi sampah plastik di laut tinggi. Ke-18 negara itu,
termasuk di dalamnya adalah Filipina, Vietnam, Sri Lanka, Thailand, Mesir, Nigeria,
Malaysia, dan Bangladesh. Masih banyak orang yang berpikir bahwa laut adalah
tempat sampah besar padahal laut adalah sumber pangan yang strategis. (Ambari,
2018)
Beberapa kejadian menyayat hati menimpa beberapa satwa laut, beberapa di
antaranya mati karena mengonsumsi sampah plastik. Kejadian miris tersebut tentu
bukan tanpa sebab, tumpukan sampah di lautan menjadi ancaman karena merusak
keberlangsungan ekosistem laut ada 25 triliun puing-puing plastik di lautan. Dari massa
itu, 269.000 ton mengapung di permukaan. Sementara sekitar empat miliar microfiber
plastik per kilometer persegi mengotori laut dalam. Plastik ini tentu menjadi musuh
besar satwa laut. Studi terbaru yang ditulis oleh para peneliti di Universitas Plymouth,
700 spesies laut yang berbeda terancam oleh plastik. Bahkan 693 spesies telah
didokumentasikan mengalami gangguan karena puing-puing plastik, 400 di antaranya
melibatkan belitan dan konsumsi plastik. Pencemaran oleh plastik ini mengakibatkan
dampak yang lebih buruk. Banyak satwa laut memakan plastik, sehingga terganggu
sistem pencernaannya. Tidak jarang yang mati karena tidak bisa mencerna plastik.
(Utomo, 2018).
Kabar ini masih cukup hangat. Paus sperma ditemukan sudah menjadi bangkai.
Dimana saat didalami penyebabnya ditemukan pada perutnya terdapat berbagai jenis
sampah. Bangkai paus itu ditemukan di perairan Pulau Kapota, Wakatobi, Sulawesi
Tenggara, 19 November 2018. Di perutnya, ada sampah gelas plastik 750 gr (115
buah), plastik keras 140 gr (19 buah), botol plastik 150 gr (4 buah), kantong plastik 260
gr (25 buah), serpihan kayu 740 gr (6 potong), sandal jepit 270 gr (2 buah), karung
nilon 200 gr (1 potong), dan tali rafia 3.260 gr (lebih dari 1.000 potong). Total berat
basah sampah 5,9 kg. Seekor penyu mati terdampar di Pantai Congot, Kulon Progo.
Penyu yang sudah menjadi bangkai ditemukan pemancing, mirisnya kondisi perut
penyu penuh sampah. Januari 2016 lalu, 13 paus sperma ditemukan mati terdampar di

4
beberapa pantai di Jerman, Inggris, dan Belanda. Peristiwa ini sempat menjadi sorotan
dunia. Setelah dilakukan nekropsi (pembedahan), ditemukan gumpalan-gumpalan
plastik di dalam perutnya. Yang paling mengerikan adalah jaring ikan sepanjang 15
meter ditemukan tersangkut di perut salah satu paus. Paus sperma biasanya makan
cumi-cumi, udang, kepiting, dan ikan. Namun, paus-paus ini tanpa sengaja memakan
sampah plastik yang terbawa ke lautan. Penelitian terbaru Qamar Schuyler dari the
University of Queensland yang diterbitkan pada Global Change Biology mengatakan
sekitar 52% penyu laut di seluruh dunia telah memakan sampah plastik. Penyu lekang
(Lepidochelys olivacea) yang biasanya makan ubur-ubur dan hewan lain yang
mengambang di laut terbuka merupakan salah satu korbannya. Penelitian yang
dilakukan di University of Exeter UK menemukan bahwa dibutuhkan waktu enam kali
lebih lama bagi hewan laut untuk membebaskan diri dari sampah mikroskopis laut jika
dibandingkan dengan memakannya secara langsung. Sampah mikroskopis ini masuk
bersama air yang melewati insang sebagai alat pernapasan bagi hewan laut. (Utomo,
2018)
Pengolahan sampah sendiri adalah langkah sederhana yang dapat kita lakukan
untuk menghadapi pembuangan sampah ke lautan mengingat Indonesia saat ini adalah
negara kedua penyumbang sampah terbanyak ke lautan. Mentri kelautan Susi
Pudjiastuti menyatakan Indonesia merupakan penyumbang sampah terbanyak kedua
yang dibuang ke laut. Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik
Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia
mencapai 64 juta ton/ tahun dimana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik
yang dibuang ke laut. Jika tindakan ini terus berlanjut maka akan membahayakan
makhluk bawah laut serta ekosistem didalamnya. (Puspita,2018)
Pengolahan sampah merupakan bagian dari penanganan sampah menurut UU
No. 18 Tahun 2008 didefinisikan sebagai proses perubahan bentuk sampah dengan
mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. Pengelolahan sampah
merupakan kegiatan yang dimaksud untuk mengurangi jumlah sampah, disamping
memanfaatkan, nilai yang masih terkandung dalam sampah itu sendiri (bahan daur
ulang, produk lain dan energy). Pengelahan sampah dapat dilakukan berupa
pengomposan, recycling daur ulang, pembakaran (insinerasi), dan lain-lain.
Pengelolahan secara umum merupakan proses transformasi sampah baik secara fisik
kimia maupun biologi. (Irman, 2017).Santri Alim mengungkapkan mengenai
pengolahan sampah bahwa Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan, daur ulang, atau pembuangan dari material sampah yang dihasilkan dari
kegiatan manusia. Sampah haruslah diolah untuk mengurangi dampaknya terhadap
kesehatan, lingkungan maupun estetika. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bertujuan untuk mengubah

5
sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis. Sampah juga perlu diolah agar
menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. (Alim, 2017).
Metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi serta mencegah maslah ini
ialah pencegahan zat sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan “pencegahan
sampah”. Metode ini yaitu dengan menggunakan kembali barang bekas pakai,
memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau
digunakan kembali, mengajak konsumen mengurangi penggunaan barang sekali pakai,
dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama. Selain melakukan pencegahan yang dapat dilakukan ialah daur ulang sampah,
daur ulang. Daur ulang adalah proses pemilahan sampah yang masih memiliki nilai
secara materiil untuk digunakan kembali. Ada beberapa cara daur ulang, pertama yaitu
mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil energi dari bahan
yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Sedangkan sampah yang tidak dapat
kita daur ulang dapat diolah, adapun konsep pengolahan sampah yaitu : Hierarki
sampah – konsep ini merujuk pada “3M” yaitu, mengurangi sampah, menggunakan
kembali sampah, dan daur ulang. Tujuan hierarki sampah adalah untuk mengambil
keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk meminimalisir jumlah
limbah yang dihasilkan. Perpanjangan tanggung jawab penghasilan sampah. EPR
adalah strategi yang dirancang untuk mempromosikan intregasi semua biaya yang
berkaitan dengan semua produk-produk para produsen di seluruh siklus hidup produk
dan kemasan yang dibawa ke pasar. Artinya perusahaan yang membuat, mengimpor
atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka sejak
manufaktur hingga akhir masa penggunaannya. Prinsip pengotor pembayar – prinsip
ini yaitu pihak pencemar membayar dampak dari aktivitasnya ke lingkungan.
Sehubungan dengan pengelolaan limbah, umumnya merujuk kepada penghasilan
sampah untuk membayar sesuai dengan volume dan jenis sampah yang dibuang. (Alim,
2017)

Masalah sampah tidak hanya menjadi pekerjaan satu pihak saja melainkan
semua elemen masyarakat serta pemerintah harus ikut andil dalam masalah seperti ini
agar lautan yang memiliki peranan penting dalam kehidupan serta ekosistem yang
tumbuh didalamnya bisa menjalani hidup sebagaimana mestinya. Untuk itu peranan
dan kesadaran dari kita sangat memiliki dampak yang baik untuk kelangsungan biota
laut serta manusia sendiri. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
menyatakan sampah plastik di laut seperti yang terjadi di Bali adalah tanggung jawab
bersama, karena sampah tersebut bisa berasal dari mana saja. Direktur Jenderal
Pengelolaan Limbah, Sampah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK Rosa
Vivien Ratnawati mengatakan, Indonesia dan semua negara harus sama-sama
memerangi sampah dikarenakan sampah saat ini begitu banya, khususnya sampah
plastik di laut. Rosa Vivien menegaskan, Indonesia sangat berkomitmen untuk
mengelola sampah dengan baik. Komitmen ini bisa dilihat dari terbitnya Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan peraturan turunannya.

6
Pemerintah juga terus menyosialisasikan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 97 tahun
2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah, yang menargetkan
pengurangan sampah sebesar 30% dan penanganan sampah 70% pada tahun 2025.
Secara langsung pemerintah turun ke masyarakat dan membentuk suatu gerakan serta
komunitas peduli sampah, contohnya di Bali yang dibentuk langsung oleh pemerintah
setempat beberapa lembaga swadaya masyarakat di Bali juga sudah membuat gerakan
kurangi kantong plastik. Bantuan juga datang dari dunia internasional, antara lain dari
World Bank bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Maritim yang
melakukan kajian sampah plastik di laut 20 lokasi, satu di antaranya Bal. (Damaledo,
2017)

Kementerian Koodinator Kemaritiman menyatakan sudah menyiapkan


sejumlah tahapan, antara lain melalui pendidikan seperti dijelaskan oleh Deputi SDM,
Iptek dan Budaya Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman Safri Burhanudin. Tahapan
pertama adalah memberikan pendidikan kembali, perubahan mindset dari pendidikan
untuk anak-anak dari usia dini, setelah itu pengurangan dari sampah yang ada baik di
darat, 80% itu sampah laut dari darat, harus itu kita kontrol. Selain itu, pemerintah juga
akan bekerja sama dengan negara-negara ASEAN yang telah memiliki komitmen untuk
mengurangi sampah plastik, serta membenahi pengelolaan sampah di tingkat daerah
dan pusat. Kerja sama internasional perairan, keempat penataan hubungan
kelembagaan, bagaimana kita ketahui masalah sampah ini tupoksi (tugas kementerian)
lingkungan hidup, di daerah transisi itu kumuh karena itu menjadi tumpang tindih atara
pemerintah pusat. Tahap kelima, menurut Safri yaitu pemerintah akan memperhatikan
masalah sistem keuangan dan pendanaan dalam pengelolaan sampah. (Lestari, 2017)

Aryo Hanggono dari Staff Ahli Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut KKP
juga memaparkan bahaya dari sampah plastik di laut Indonesia hingga polusi lain
seperti minyak. Ia mengatakan bahwa: sampah itu dari yang kita collect dari
Kemenkomaritim itu 2.400 kantong plastik digunakan setiap detik. Kalau yang ke laut
itu 8 juta ton per tahun. Kalau plastik di daerah-daerah yang kotanya padat. Polutan
lain itu air dari kapal sama tumpahan minyak. Terkait masalah yang sudah menahun
itu, pihak KKP pun telah melakukan sejumlah aksi nyata untuk mengentaskan
permasalahan sampah di laut. Mereka ada program bersih pantai ada, kalau pernah
dengar gerakan cinta laut (Gita Laut) itu dilombakan di masing-masing kabupaten, ada
sekolah pantai juga. Yang lain di pelabuhan perikanan kita buat pasar ikan modern biar
sampahnya gak ke mana-mana. Ada juga jambore pantai berlaku seluruh
Indonesia.Namun tidak hanya di laut, pihak KKP juga telah mencoba melakukan
sejumlah tindakan pencegahan baik di darat mau pun laut. Contohnya seperti
pemberian edukasi di darat, pengurangan sampah laut, pengendalian sampah masuk
laut hingga memberi penjelasan dampak 'marine debris' pada laut. Senada dengan pihak
KKP, KemenLHK juga menggarisbawahi masalah sampah yang ada di Indonesia.

7
Turut hadir di lokasi, Ridwan dari Kasubdit Promosi dan Pemasaran Jasa Lingkungan
Hutan Konservasi mengajak semua pihak untuk ikut bahu membahu mengatasi
masalah sampah. Ridwan mengajak seluruh elemen bangsa mengatakan bahwa
masalah sampah yang di laut itu banyak kiriman dari luar. Tidak otomatis dari dalam
kawasan. Sehingga butuh keterpaduan dalam penangannaya oleh pemerintah daerah,
terutama kesadaran masyarakat pinggir pantai untuk lebih peduli soal sampah, melihat
potret laut Indonesia yang tercemar oleh sampah tentu bukan jadi tanggung jawab
Pemerintah semata, melainkan kita bersama. Upaya pemberantasan sampah pun
baiknya dimulai dari diri sendiri. (Prakoso, 2018)

Kesimpulan

Plastik merupakan salah satu ketergantungan dari aktivitas masyarakat


Indonesia. Penggunaan plastik dan pembuangannya terkesan masih sangat
sembarangan, apabila kebiasaan ini terus terjadi akan menjadi ancaman, baik untuk
manusia maupun makhluk sekitar. Sampah memiliki dampak yang sangat buruk bagi
lingkungan apabila dibiarkan terus menerus, sampah plastik khususnya, lama kelamaan
jika tidak ditangani akan sulit terurai dan berubah menjadi microplatic, microplastic
ini bisa saja termakan oleh ikan-ikan yang kita konsumsi yang mana jika dikonsumsi
oleh manusia akan menimbulkan penyakit kanker,ketika lautan menampung sampah,
sampah-sampah ini akan termakan oleh makhluk laut hingga menyebabkan gangguan
pada organ dan berujung pada kematian, makhluk laut mengira bahwa sampah adalah
suatu mangsa atau makanan sehingga sampah tersebut termakan dan menyebabkan
kematian. Sampah juga dapat merusak ekositem bawah laut, merusak pemandangan
laut dan masih banyak lagi dampak sampah terhadap laut, mengingat laut adalah salah
satu sumber kehidupan manusia.

Pengelolahan sampah perlu dilakukan agar masalah seperti ini tidak akan
berkesinambungan, mengurangi penggunaan plastik atau mengganti kantungan plastik
dengan kantungan yang ramah lingkungan, mendaur ulang sampah, menggunakan
sedotan yang ramah lingkugan, dan masih banyak lagi cara yang lain untuk mengurangi
penggunaan plastik. Indonesia yang menjadi peringkat kedua penyumbang sampah
terbanyak kelautan setelah Tiongkok adalah hal yang terkesan kurang baik dimata
dunia, untuk itu peranan Pemerintah sangatlah besar guna mengubah paradigma
masyarkat bahwa apa yang sebenarnya masyarakat lakukan ternyata berbahaya bagi
mereka sendiri, makhluk dan lingkungan sekitar. Tindakan yang dapat dilakukan oleh
pemerintah yakni: mengubah mindset masyarakat melalui sosialisasi langsung,
pembentukan gerakan cinta lingkungan, pemahaman akan pentingnya lingkungan
bersih serta memberikan pemahaman bahwa masalah sampah bukan hanya menjadi

8
tenggung jawab pemerintah tetapi instansi terkait, masyarakat luas yang memiliki
peranan yang penting, dan yang terpenting adalah kesadaran diri guna terciptanya
lingkungan bersih dan sehat untuk kenikmatan bersama.

DAFTAR PUSTAKA
Alim, Santri. 2017. Jenis-Jenis Sampah dan Cara Pengelolaannya.
https://santrialim.com/jenis-jenis-sampah/ .(Diakses pada 05 Mei 2019, 15 40)
Ambari. 2017. Sampah Semakin Ancam Laut Indonesia, Seperti Apa.
https://www.mongabay.co.id/2017/09/18/sampah-plastik-semakin-ancam-
laut- indonesia-seperti-apa/ .(Diakses pada 05 Mei 2019, 15.34).
Ambari. 2017. Ancaman Sampah Plastik Untuk Ekosistem Laut Harus Segera
Dihentikan Bagaimana
Caranya?.https://www.mongabay.co.id/2018/07/26/ancaman- sampah-plastik-
untuk-ekosistem-laut-harus-segera-dihentikan-bagaimana-caranya/. (Diakses 05
Mei 2019, 16.10).
Damaledo, Yandri. 2018. Pemerintah Terus Upayakan Atasi Sampah di Laut
Indonesia. https://tirto.id/pemerintah-terus-upayakan-atasi-sampah-di-laut-
indonesia- cFUj .(Diakses 05 Mei 2019, 16.50).
Lestari, Sri. 2017. Indonesia Kurangi Plastik di Laut Samapi 70 %.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40318924. (Diakses 05 Mei 2019,
20.00).
Puspita, Sherly. 2018. Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua di
Dunia. https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/19/21151811/indonesia-
penyumbang-sampah-plastik-terbesar-kedua-di-dunia .(Diakses 05 Mei 2019,
16.22).
Prakoso, Johanes.2018. Laut Indonesia Darurat Sampah Ini Tindakan
Pemerintah. https://travel.detik.com/travel-news/d-3905809/laut-indonesia-
darurat-sampah-ini- tindakan-pemerintah. (Diakses 05 Mei 2019, 19.17).
Utomo, Kurnia. 2018. Kasus Satwa Laut Makan Sampah Plastik Paling
Mengenaskan. https://www.brilio.net/duh/7-kasus-satwa-laut-makan-sampah-
plastik- paling-mengenaskan-181214w.html#. (Diakses 05 Mei 2019, 16.30).

Anda mungkin juga menyukai