Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL

“STYRODARIUM (Styrofoam Paludarium)


sebagai Media Pembelajaran Ekosistem”

Untuk mengikuti lomba KRENOVA Tahun 2023

Disusun oleh:

1. Rajes Nouvo Celix Juniata (VIII F)


2. Meisya Ika Putri (VIII F)
3. Sasky Raisya Larasati (VII A)
4. Wahyu Nugroho (VII F)

SMP Negeri 2 Karanganom


2023

1
ABSTRAK

“STYRODARIUM (Styrofoam Paludarium) sebagai Media Pembelajaran


Ekosistem”
Rajes, Meisya, Sasky, Wahyu
Salah satu sampah yang banyak kita jumpai adalah sampah styrofoam.
Bahan styrofoam mengandung benzena, benzena adalah salah satu zat yang
dihasilkan dari bahan bakar minyak dan sangat tidak disarankan digunakan
sebagai bahan kemasan. Jika dibuang ke sungai atau saluran air, styrofoam bisa
menyumbat saluran air dan menyebabkan banjir. Sampah styrofoam yang dibuang
dan dibakar juga akan membahayakan. Hal ini dikarenakan proses pembakaran
sampah styrofoam dapat menghasilkan campuran racun yang dapat merusak
fungsi sistem saraf. Sebagai upaya mengurangi sampah styrofoam, meningkatkan
nilai ekonomi sampah styrofoam serta mengurangi pencemanan yang diakibatkan
oleh sampah styrofoam, maka dilakukan pengolahan terhadap sampah styrofoam
yang berupa kerajinan.
Di sisi lain, pendidikan di Indonesia sedang mengalami tantangan baru
yang disebabkan adanya wabah Covid-19, dimana sistem pembelajaran beralih ke
metode online atau dalam jaringan (daring). Adanya gangguan dalam proses
pembelajaran daring dapat berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Jika minat
belajar menurun, dapat berakibat pada penurunan hasil belajar siswa. Berdasarkan
hasil wawancara dengan siswa diperoleh kesimpulan bahwa minat belajar siswa
cenderung menurun saat pembelajaran daring. Dan hal ini, berdampak pada
pembelajaran tatap muka setelah dicabutnya aturan PPKM. Selain penurunan
minat belajar, siswa lebih tertarik pada pembelajaran yang bermakna, maksudnya
adalah pembelajaran yang menyenangkan dengan menjadikan siswa sebagi pusat
kegiatan. Oleh karena itu, penulis menemukan suatu alternatif baru guna
menyelesaikan permasalahan yang cukup kompleks tersebut, yaitu dengan
pembuatan STYRODARIUM (Styrofoam bekas untuk paludarium) sebagai media
pembelajaran ekosistem.

Kata Kunci: Styrofoam, Paludarium, Styrodarium

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan yang sering terjadi di lingkungan rumah, masyarakat
dalam skala kecil maupun masyarakat skala besar adalah permasalahan
sampah yang sulit terurai. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah
melakukan penelitian di 18 kota utama Indonesia. Hasil penelitian itu
menunjukkan bahwa sebanyak 270.000 hingga 590.000 ton sampah masuk ke
laut Indonesia selama 2018. Dari jumlah sampah tersebut, didominasi oleh
styrofoam. Menurut Dinas Lingkungan Hidup styrofoam membutuhkan
waktu sekitar 500 – 1 juta tahun untuk dapat terurai oleh tanah.
Banyaknya sampah styrofoam menyebabkan permasalahan dalam
jangka panjang sehingga harus mendapatkan penanganan khusus. Biasanya
pengelolaan sampah styrofoam dilakukan dengan cara yang salah, yaitu
dengan cara pembakaran, penimbunan di tanah dan dibuang di sungai serta di
pinggir jalan. Namun, hal itu dapat menyebabkan dampak negatif yang
berupa terjadinya pencemaran udara khususnya emisi dioxin yang bersifat
karsinogen apabila dibakar, pencemaran tanah apabila ditimbun di tanah, dan
menyebabkan banjir, pencemaran air serta mengganggu kenyamanan apabila
dibuang sembarangan. Beratnya pencemaran tersebut sangat tergantung pada
jenis dan sifat dari sampah tersebut. Bahkan ketika styrofoam terkena sinar
matahari dan angin, sebenarnya styrofoam tidak pernah benar-benar terurai.
Styrofoam justru pecah menjadi potongan-potongan dan bisa membahayakan
jika dimakan hewan liar.
Salah satu jenis sampah yang memiliki dampak besar bagi lingkungan
adalah styrofoam. Bahan styrofoam mengandung benzena, benzena adalah
salah satu zat yang dihasilkan dari bahan bakar minyak dan sangat tidak
disarankan digunakan sebagai bahan kemasan. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) bahkan sudah melarang penggunaan styrofoam sebagai kemasan
makanan. Selain itu styrofoam mengandung stirena, Stirena adalah zat
pencetus kanker yang terdapat dalam kandungan material styrofoam. Zat ini
akan meleleh bersama panas makanan atau minuman yang menggunakan

4
styrofoam. Sebagai upaya mengurangi sampah styrofoam, meningkatkan nilai
ekonomi sampah styrofoam serta mengurangi pencemanan yang diakibatkan
oleh sampah styrofoam, maka dilakukan pengolahan terhadap sampah
styrofoam yang berupa kerajinan.
Kerajinan dapat dijadikan suatu upaya untuk menambah nilai ekonomi
dari sampah styrofoam. Salah satu kerajinan yang dapat dibuat menggunakan
bahan dasar sampah styrofoam adalah paludarium. Paludarium adalah variasi
vivarium yang unik karena mengombinasikan unsur darat dan air, lalu
ditempatkan pada satu wadah ataupun ruangan tertutup. Namun, di era seperti
sekarang ini banyak generasi muda yang merasa malas untuk mengolah
sampah styrofoam, karena dianggap tidak bernilai dan membosankan.
Disisi lain, pendidikan di Indonesia sedang mengalami tantangan baru
yang disebabkan adanya wabah Covid-19, dimana sistem pembelajaran
beralih ke metode online atau dalam jaringan (daring). Adanya gangguan
dalam proses pembelajaran daring dapat berpengaruh terhadap minat belajar
siswa. Jika minat belajar menurun, dapat berakibat pada penurunan hasil
belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diperoleh
kesimpulan bahwa minat belajar siswa cenderung menurun saat pembelajaran
daring. Dan hal ini, berdampak pada pembelajaran tatap muka setelah
dicabutnya aturan PPKM. Selain penurunan minat belajar, siswa lebih tertarik
pada pembelajaran yang bermakna, maksudnya adalah pembelajaran yang
menyenangkan dengan menjadikan siswa sebagi pusat kegiatan.
Oleh karena itu, penulis menemukan suatu alternatif baru guna
menyelesaikan permasalahan yang cukup kompleks tersebut, yaitu dengan
pembuatan STYRODARIUM (Styrofoam bekas untuk paludarium) sebagai
media pembelajaran ekosistem.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana cara mengoptimalisasi pemanfaatan sampah styrofoam agar
dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan memiliki nilai ekonomi
yang tinggi?

5
2) Bagaimana styrodarium dapat dijadikan sarana pembelajaran generasi
milenial yang mudah dipahami?

C. Tujuan
1) Melakukan optimalisasi pemanfaatan sampah styrofoam agar dapat
mengurangi pencemaran lingkungan dan memiliki nilai ekonomi yang
tinggi.
2) Menerapkan styrodarium dapat dijadikan sarana pembelajaran generasi
milenial yang mudah dipahami.

D. Manfaat
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
penelitian di bidang pengolahan sampah styrofoam yang memiliki nilai
budaya, menambah pengetahuan serta wawasan bagi pembaca dengan
pembuatan kerajinan dari styrofoam.
2) Manfaat Ekonomi
Pembuatan kerajinan yang berasal dari sampah styrofoam, dapat
menambah pendapatan dengan dijadikan peluang usaha yang memiliki
keuntungan yang tinggi.
3) Manfaat bagi Lingkungan
Pembuatan kerajinan yang berasal dari sampah styrofoam dapat
mengurangi pencemaran air, udara dan tanah yang berbahaya bagi
lingkungan.
4) Manfaat bagi Generasi Milenial
Pembuatan paludarium yang berasal dari sampah styrofoam dapat
meningkatkan minat dan pengetahuan generasi milenial terhadap
ekosistem disekitar.

6
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Sampah
Dalam Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia
atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik
atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap
sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Menurut World Health
Organization (WHO) definisi sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Sampah adalah setiap benda padat atau limbah hasil kegiatan manusia
yang dianggap tidak berguna dan dibuang sebagai komoditas yang tidak
berguna (Yunus, dkk., 2022:75).
Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah
(waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,
atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak
terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil
kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan
demikian sampah mengandung prinsip adanya sesuatu benda atau bahan
padat, adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia,
dan benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

B. Pengelolaan Sampah
Menurut Waste Management (2021), pengelolaan sampah merupakan
aktivitas untuk mengelola sampah dari awal hingga pembuangan, meliputi
pengumpulan, pengangkutan, perawatan, dan pembuangan, diiringi oleh
monitoring dan regulasi manajemen sampah.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
mendaur ulang dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada
material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau

7
estetika. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam (resources recovery). Pengelolaan sampah bisa melibatkan
zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keterampilan khusus
untuk masing-masing jenis zat.
Secara umum, pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang
dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan
pembuangan akhir. Kegiatan penanganan sampah seperti yang dimaksud
dalam Pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, meliputi :
1) pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan atau sifat sampah;
2) pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahansampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
3) pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
4) pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah;
5) pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

C. Styrofoam
Styrofoam (gabus/busa) merupakan singkatan dari polystyrene foam
atau busa polistiren. Penamaan produk ini didasari oleh proses pembuatannya
yang melibatkan pencampuran udara agar menjadi lebih ringan. Komposisi
bahan dalam styrofoam adalah 90% udara dan 10% polistiren (Utami et al.,
2020).
Styrofoam di Indonesia populer digunakan sebagai wadah pembungkus
makanan. Hal ini disebabkan karena bahannya yang praktis dan cukup kuat.
Selain itu, terdapat karakteristik lain yang menjadikannya sebagai salah satu

8
pilihan utama dalam pembungkus makanan, yaitu (Sumarni et al., 2013 &
Abdulhalim et al., 2015):
a. fleksibel,
b. dapat dikombinasikan dengan bahan kemasan lain,
c. mempunyai berat jenis yang relatif ringan,
d. tahan terhadap asam basa dan zat korosif lainnya,
e. mampu menahan panas hingga titik leleh 1020 -1060C, serta
f. memiliki harga yang relatif murah.
Tingginya permintaan styrofoam di masyarakat membuat
perusahaanperusahaan produsen meningkatkan produksinya. Pada tahun 2017
saja produksi global tahunan polistiren diperkirakan mencapai 33 juta ton
atau sebanyak sekitar 7% dari total produksi plastik. Namun demikian, hal ini
juga menimbulkan permasalahan terutama bagi kesehatan dan lingkungan.
Styrofoam mengandung monomer stiren, dibutil ptalat (DBP), dioktil
ptalat (DOP), timbal (Pb), senyawa nitrosamin, ester platat, bisphenol-A
(BPA), serta senyawa penta kloro bifenil (PCB). Bahan - bahan ini dapat
berpotensi menimbulkan tumor hingga kanker terutama pada tiroid, uterus,
hati, iritasi sistem pencernaan, serta kanker pada darah atau leukemia.
National Institute of Health (NIH) telah mengkategorikan senyawa stiren
sebagai Health Hazard atau berbahaya bagi kesehatan (Utami et al., 2020).
Selain itu, tingkat bahaya stiren juga telah dinyatakan sebagai berikut:
a. bahan cair dan uap yang mudah terbakar,
b. dapat menyebabkan iritasi kulit,
c. dapat menyebabkan iritasi berat pada mata,
d. beracun jika terhirup,
e. dapat membahayakan janin (toksisitas reproduktif), serta
f. dapat menyebabkan kerusakan pada organ yang terpapar berulang-ulang.
Selain berdampak bagi kesehatan manusia, sampah sisa penggunaan
styrofoam juga menjadi ancaman yang cukup berat bagi lingkungan. Asosiasi
Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) serta Badan Pusat Statistik (BPS) pada
tahun 2019 mengemukakan bahwa Indonesia menghasilkan sampah plastik
sebanyak 64 juta ton setiap tahun dengan 3,2 juta ton sampah plastik tersebut

9
terbuang ke laut, serta ke lingkungan sebesar 85 ribu ton (Utami et al., 2020).
Sifat bahan styrofoam yang ringan ditambah dengan susunannya yang
berbentuk serpihan membuat penyebarannya di lingkungan menjadi tidak
terkendali. Serpihan atau bulir styrofoam bisa saja terbawa angin, air, atau
terkubur di dalam tanah.

D. Paludarium
Paludarium adalah variasi vivarium yang unik karena
mengombinasikan unsur darat dan air, lalu ditempatkan pada satu wadah
ataupun ruangan tertutup (Harjanta, 2009: 70). Istilah paludarium sendiri
berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari kata Palus yang artinya rawa-rawa,
serta Arium yang artinya wadah, ruang, atau tempat. Sebagai salah satu
bagian dari vivarium, paludarium memiliki perbedaan dibandingkan dengan
varian lainnya. Vivarium terdiri dari banyak variasi yang fungsinya berbeda-
beda. Misalnya, aquarium yang memang dikhususkan untuk memelihara
hewan dari habitat air saja, insectarium yang dikhususkan untuk habitat
serangga, serta riparium untuk habitat sungai. Secara bentuk, riparium dan
paludarium sangatlah mirip. Namun, bisa melihat perbedaannya yang terletak
pada fokus isi di dalamnya, di mana riparium dikhususkan untuk habitat
sungai, sedangkan paludarium lebih fokus untuk habitat rawa.
Pada umumnya, banyak masyarakat menggemari hobi paludarium di
rumah untuk tujuan estetika. Sebab, kehadirannya dapat memberikan nuansa
natural di tengah rumah. Selain itu, banyak pula orang yang ingin merawat
paludarium untuk tujuan ilmiah atau hortikultura. Paludarium meliputi
komponen air, darat, dan udara sehingga ada banyak jenis fauna berbeda yang
bisa hidup di dalamnya. Namun pada umumnya, banyak orang lebih gemar
merawat amfibi, ikan, reptil, serangga, ataupun burung di dalam paludarium.
Meski demikian, secara keseluruhan kamu bisa memilih berbagai jenis fauna
yang memang dapat hidup pada air, darat, maupun rawa-rawa.
Ukuran dari paludarium sangatlah beragam. Paludarium bisa ditemui
mulai dari yang ukurannya kecil sehingga bisa dijadikan sebagai dekorasi di

10
dalam rumah. Ada pula paludarium berukuran super jumbo yang biasanya
ditampilkan pada pameran dan didalamnya dapat menampung seluruh pohon.
Untuk yang berukuran mungil, bisa dibuat dari wadah kaca dengan
penutup yang ukurannya sesuai berdasarkan kebutuhan. Namun, harus
dipastikan bahwa wadah tersebut dapat menampung air dalam jumlah yang
cukup besar dan tanpa terjadi kebocoran. Selain itu, paludarium juga biasanya
dilengkapi dengan tanah pada bagian paling bawah dengan faktor utama yang
harus diperhatikan, yakni kelembapan agar sesuai dengan habitat aslinya. 

E. Kerajinan bernuansa Pengetahuan


Kerajinan adalah sesuatu suatu hal yang bernilai sebagai kreatifitas
alternatif atau suatu barang yang dihasilkan melalui ketrampilan tangan
(Ridwan, 2021: 9). Dikatakan pula bahwa titik berat penghasilan atau
pembuatan seni kerajinan bukan dikarenakan oleh sifat rajin tetapi lahir dari
sifat terampil seseorang dalam menghasilkan suatu produk kerajinan.
Kerajinan juga dapat diartikan sebagai kerajinan tangan yang menghasilkan
barang-barang bermutu seni, maka dalam prosesnya dibuat dengan rasa
keindahan dan dengan ide-ide yang murni sehingga menghasilkan produk
yang berkualitas mempunyai bentuk yang indah dan menarik. Dari pendapat
para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kerajinan adalah suatu karya seni
yang proses pembuatannya menggunakan keterampilan tangan manusia dan
membutuhkan kesabaran serta keuletan.
Kerajinan biasanya berasal dari kayu, bambu, dan batu, namun pada
kali ini penulis membuat suatu kerajinan yang berasal dari bahan yang
dianggap mengotori lingkungan dan tidak berguna yaitu sampah sterofoam.
Dengan keterampilan yang penulis miliki, dapat menghasilkan kerajinan yang
bermanfaat bagi lingkungan sekolah penulis. Dan tentunya, tidak
menghilangkan unsur pendidikan.
Salah satu materi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas VII adalah ekosistem. Dengan memadukan sampah sterofoam,
tumbuhan serta hewan rawa maka akan menghasilkan suatu kerajinan tangan
yang bernuansa pendidikan, yang nantinya akan menjadi daya tarik tersendiri

11
bagi para siswa di SMP Negeri 2 Karanganom untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran. Dan pembuatan kerajinan ini juga bertujuan agar pendidikan
menjadi lebih menyenangkan dan bermakna serta dapat dijadikan suatu solusi
untuk mengurangi sampah sterofoam.

12
BAB III

PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Alat dan Bahan
Alat :
1) Gunting
2) Kuas
3) Cutter
4) Spidol
5) Gergaji
6) Korek api
7) Penggaris
Bahan:
1) Sampah styrofoam
2) Kayu bekas
3) Lumut
4) Batu kali
5) Air
6) Tumbuah air
7) Ikan kecil
8) Lem kaca, lem alteco, lem bakar
9) Kaca
10) Semen
11) Cat aquaproof
12) Pylox
13) Pasir malang
14) Lampu
15) Kabel
16) Mesin pompa air
17) Filter
18) Selang

13
B. Cara Pembuatan
1. Membuat Styrodarium (Styrofoam Paludarium)
a. Mencuci styrofoam bekas dan dikeringkan.
b. Memotong dan menempelkan styrofoam membentuk alas
styrodarium sesuai selera.

Gambar 1. Memotong styrofoam


c. Memotong kaca dan menempelkan ke bagian depan styrodarium
menggunakan lem kaca, setelah itu dikeringkan.

Gambar 2. Menempel kaca pada styrofoam


d. Mengecek apakah styrodarium bocor atau tidak menggunakan air,
dan dikeringkan menggunkan lap.
e. Melapisi styrodarium menggunakan semen secara merata dan
dikeringkan dengan sinar matahari.

14
Gambar 3. Melapisi Styrofoam dengan semen
f. Setelah kering, melapisi semen dengan cat aquaproof sampai tidak
ada kebocoran.
2. Membuat objek di dalam styrodarium
a. Membersihkan kayu bekas yang telah dipilh dan dikeringkan.

Gambar 4. Memilih kayu yang sudah dibersihkan


b. Menempelkan hiasan pada kayu bekas sesuai dengan selera. Disini
penulis menempelkan kayu dengan batu-batu kecil, pasir malang,
dan kayu lain.

Gambar 5. Menghias kayu bekas

15
c. Membuat jalur air pada kayu yang sudah dihias menggunakan cutter.
d. Memasang instalasi air dengan cara melapisi jalur air dengan lem
kaca sehingga air tidak merusak kayu dan menempelkan selang air
menggunakan lem alteko.
e. Menutupi selang menggunakan batuan kecil agar selang tidak
terlihat.
3. Membuat sistem instalasi air
a. Mengujicobakan mesin yang akan dipakai di styrodarium.

Gambar 6. Mengujicobakan mesin


b. Membuat kotak filter agar pasir dan batu tidak masuk ke mesin
pompa.
c. Menempatkan mesin ke kotak filter, dan kemudian ditempel ke
styrodarium yang sudah dibuat menggunakan lem bakar.
d. Mengecek ulang kondisi mesin apakah bisa berjalan atau tidak.
4. Finishing/ Perakitan
a. Mencuci pasir malang dan meletakkannya ke styrodarium sesuai
dengan konsep yang sudah dibuat.
b. Meletakkan objek (kayu yang disudah dibuat) sesuai dengan posisi
yang ditentukan.

Gambar 7. Meletakkan objek yang sudah dibuat

16
c. Mengisi styrodarium dengan air secara perlahan menggunakan tangan
agar pasir tidak berceceran.
d. Memasang selang dari kayu ke mesin pompa air kemudian dilakukan
uji coba dan di pastikan tidak bocor.
e. Dilakukan pembersihan styrodarium dengan cara mengisi air dan
menguras berkali-kali, sampai air bener-benar jernih.
f. Apabila sudah berjalan dengan baik, kemudian kayu dihias dengan
lumut, tumbuhan air dan ikan, serta memasang lampu hias pada
styrodarium.

Gambar 8. Menghias kayu dengan lumut, tumbuahan air, dan ikan,


serta memasang lampu hias

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Dalam penelitian ini, penulis menghasilkan suatu produk yang berupa
“Styrodarium” atau styrofoam paludarium sebagai media edukasi.
Styrodarium yang sudah dibuat nantinya akan diterapkan di SMP Negeri 2
Karanganom sebagai salah satu media pembelajaran.

B. Pembahasan
Permasalahan yang sering terjadi di lingkungan rumah, masyarakat
dalam skala kecil maupun masyarakat skala besar adalah permasalahan
sampah, salah satu sampah yang banyak kita jumpai adalah sampah
styrofoam. Bahan styrofoam mengandung benzena, benzena adalah salah
satu zat yang dihasilkan dari bahan bakar minyak dan sangat tidak
disarankan digunakan sebagai bahan kemasan. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) bahkan sudah melarang penggunaan styrofoam sebagai kemasan
makanan. Selain itu styrofoam mengandung stirena, Stirena adalah zat
pencetus kanker yang terdapat dalam kandungan material styrofoam. Zat ini
akan meleleh bersama panas makanan atau minuman yang menggunakan
styrofoam. Menurut Dinas Lingkungan Hidup styrofoam membutuhkan
waktu sekitar 500 – 1 juta tahun untuk dapat terurai oleh tanah. Sebagai
upaya mengurangi sampah styrofoam, meningkatkan nilai ekonomi sampah
styrofoam serta mengurangi pencemanan yang diakibatkan oleh sampah
styrofoam, maka dilakukan pengolahan terhadap sampah styrofoam yang
berupa kerajinan.
Dalam jangka panjang sampah plastik akan menjadi permasalahan
besar dan harus mendapat penanganan khusus. Pengelolaan sampah
Styrofoam menjadi masalah, sebab styrofoam bersifat mikroplastik, yaitu
apabila styrofoam dibuang ke perairan, lama kelamaan akan terpecah-
pecah menjadi pecahan kecil plastic tak kasat mata. Mikroplastik tersebut
dapat dimaikan ikan yang kemudian ikan dimakan oleh manusia. Artinya,
benzene yang ada didalam ikan juga akan masuk ke tubuh manusia.

18
Sampah styrofoam merupakan sampah yang sulit terurai seperti
halnya sampah plastik lainnya. Namun, jika jenis plastik lain dicari oleh
pemulung karena bisa didaur ulang, styrofoam tidak. Sebab itulah, sampah
styrofoam terus menggunung dan mengganggu lingkungan. Jika dibuang
ke sungai atau saluran air, styrofoam bisa menyumbat saluran air dan
menyebabkan banjir. Sampah styrofoam yang dibuang dan dibakar juga
akan membahayakan. Hal ini dikarenakan proses pembakaran sampah
styrofoam dapat menghasilkan campuran racun yang dapat merusak fungsi
sistem saraf.
Namun, di era seperti sekarang ini banyak generasi muda yang
merasa malas untuk mengolah sampah styrofoam, karena dianggap tidak
bernilai dan membosankan. Oleh karena itu, penulis menemukan suatu
alternatif baru guna menyelesaikan permasalahan yang cukup kompleks
tersebut, yaitu dengan pembuatan STYRODARIUM (Styrofoam bekas
untuk paludarium).
Cara pembuatan STYRODARIUM (Styrofoam bekas untuk
paludarium) yang pertama adalah pembuatan kotak styrodarium, langkah
yang harus dilakukan adalah mencuci styrofoam bekas dan dikeringkan.
Lalu, memotong dan menempelkan styrofoam membentuk alas
styrodarium sesuai selera. Untuk styrodarium pertama yang kami buat
berukuran panjang 40 cm, lebar 25 cm, tinggi bagian belakang 28 cm, dan
tinggi bagian depan 14 cm. Untuk styrodarium kedua yang kami buat
berukuran panjang 26 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 14cm. Memotong kaca
dan menempelkan ke bagian depan styrodarium menggunakan lem kaca,
setelah itu dikeringkan. Dilanjutkan mengecek apakah styrodarium bocor
atau tidak menggunakan air, dan dikeringkan menggunkan lap. Lalu
melapisi styrodarium menggunakan semen secara merata dan dikeringkan
dengan sinar matahari. Setelah kering, melapisi semen dengan cat
aquaproof sampai tidak ada kebocoran.
Tahapan selanjutnya adalah membuat objek di dalam styrodarium.
Langkah yang harus dilakukan adalah membersihkan kayu bekas yang
telah dipilh dan dikeringkan. Setelah itu, menempelkan hiasan pada kayu

19
bekas sesuai dengan selera. Disini penulis menempelkan kayu dengan
batu-batu kecil, pasir malang, dan kayu lain. Dilanjutkan membuat jalur
air pada kayu yang sudah dihias menggunakan cutter. Lalu memasang
instalasi air dengan cara melapisi jalur air dengan lem kaca sehingga air
tidak merusak kayu dan menempelkan selang air menggunakan lem alteko.
Dan menutupi selang menggunakan batuan kecil agar selang tidak terlihat.
Langkah ketiga adalah membuat sistem instalasi air. Langkah yang
harus dilakukan adalah mengujicobakan mesin yang akan dipakai di
styrodarium. Lalu, membuat kotak filter agar pasir dan batu tidak masuk
ke mesin pompa. Dilanjutkan, menempatkan mesin ke kotak filter, dan
kemudian ditempel ke styrodarium yang sudah dibuat menggunakan lem
bakar. Terakhir, mengecek ulang kondisi mesin apakah bisa berjalan atau
tidak.
Langkah terakhir adalah finishing/ perakitan. Hal yang harus
dilakukan yaitu mencuci pasir malang dan meletakkannya ke styrodarium
sesuai dengan konsep yang sudah dibuat. Dilanjutkan, meletakkan objek
(kayu yang disudah dibuat) sesuai dengan posisi yang ditentukan. Dan,
mengisi styrodarium dengan air secara perlahan menggunakan tangan agar
pasir tidak berceceran.Setelah itu, memasang selang dari kayu ke mesin
pompa air kemudian dilakukan uji coba dan di pastikan tidak bocor.
Dilakukan pembersihan styrodarium dengan cara mengisi air dan
menguras berkali-kali, sampai air bener-benar jernih. Apabila sudah
berjalan dengan baik, kemudian kayu dihias dengan lumut, tumbuhan air
dan ikan, serta memasang lampu hias pada styrodarium, dan styrodarium
siap untuk digunakan.
Styrodarium memiliki keunggulan dibandingkan dengan
paludarium biasa, yaitu sebagai berikut.

No. Faktor Pembeda Styrodarium Paludarium


Ketersediaan bahan Bahan baku yang Bahan baku yang
1.
baku tersedia melimpah tersedia melimpah
2. Harga bahan baku Gratis Mahal
3. Media pembelajaran Bisa digunakan Bisa digunakan

20
4. Waktu pembuatan Tidak terlalu lama Tidak terlalu lama
Mudah dan
5. Cara pembuatan Mudah
menyenangkan
6. Tingkat kekuatan Kuat Kuat
Tingkat ramah
`7. Tinggi Rendah
lingkungan
Ketahannan terhadap
8. Tahan terhadap air Tahan terhadap air
air
Unik dan kekinian Menyesuaikan
9. Desain (beraneka ragam dan ketersediaan bahan
sesuai selera) baku
10. Harga Terjangkau Mahal
Tabel 1 : Perbandingan styrodarium dan paludarium
Keunggulan yang STYRODARIUM (Styrofoam Paludarium)
adalah bahan bakunya mudah untuk didapatkan dan tersedia dalam jumlah
sangat besar, sehingga memungkinkan untuk membuatkan produk
styrodarium dalam jumlah banyak. Bahan baku yang digunakan gratis
karena termasuk sampah/limbah, selain itu memiliki keunikan tersendiri
karena ramah lingkungan yang berasal dari sampah Styrofoam yang
dianggap mencemari lingkungan dan tidak digunakan untuk didaur ulang.
Pada produk styrodarium terdapat terdapat tumbuhan auir, lumut dan ikan
sebagai media pembelajaran materi ekosistem, serta memiliki desain yang
unik dan kekinian, karena sampah Styrofoam dari yang ditemukan terdiri
dari berbagai bentuk dan ukuran. Styrodarium juga tahan terhadap air
meskipun terbuat dari Styrofoam karena dilapisi semen dan cat aquaproof.
Cara pembuatan styrodarium juga sangat mudah dan tidak memerlukan
waktu yang lama. Dengan pembuatan Styrodarium maka kita dapat
berpastisipasi dalam mengurangi sampah styroam dan dapat belajar
dengan lebih menyenangkan.

21
STYRODARIUM (Styrofoam Paludarium) dapat dijadikan media
edukasi bagi siswa untuk lebih mencintai lingkungan dan mengenal
ekosistem. Pembuatan styrodarium ini, akan diterapakan siswa di SMP
Negeri 2 Karanganom sebagai salah satu media pembelajaran.

Gambar 9 : Bukti penerapan Styrodarium sebagai media pembejaran


Produk styrodarium ini memiliki biaya produksi yang terjangkau.
Berikut ini adalah rincian biaya produksi dari pembuatan 2 buah
STYRODARIUM (Styrofoam Paludarium) .

No. Keterangan WANSAPLAS


1. Sampah styrofoam Gratis
2. Kayu bekas Gratis
3. Lumut Gratis
4. Batu kali Gratis
5. Air Gratis
6. Tumbuah air Rp 3.000,00
7. Ikan kecil Rp 10.000,00
8. Lem kaca, lem alteco, lem bakar Rp 31.500,00
9. Kaca Gratis
10. Semen Rp 5.000,00
11. Cat aquaproof Rp 63.000,00
12. Pylox Rp 34.000,00
13. Pasir malang Rp 12.000,00
14. Lampu dan fitting Rp 8.000,00
15. Kabel Rp 15.000,00
16. Mesin pompa air Rp 86.000,00
17. Filter Rp 20.000,00
18. Selang Rp 15.000,00
JUMLAH Rp 302.500,00
Tabel 2 : Biaya produksi bahan
Penulis berharap agar teman-teman khususnya di SMP Negeri 2
Karanganom tertarik untuk membuat styrodarium sehingga dapat dijadikan

22
salah satu cara untuk mengisi waktu luang dan bisa dijadikan sebagai suatu
usaha untuk menambah keterampilan maupun uang saku.

23
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Cara mengoptimalisasi pemanfaatan sampah styrofoam agar dapat
mengurangi pencemaran lingkungan dan memiliki nilai ekonomi yang
tinggi adalah dengan pembuatan STYRODARIUM (Styrofoam
Paludarium).
2) STYRODARIUM (Styrofoam Paludarium) dapat dijadikan sarana
pembelajaran generasi milenial yang mudah dipahami adalah dengan
siswa melihat langsung contoh ekosistem.

B. Saran
Dalam pembuatan STYRODARIUM (Styrofoam Paludarium) diharapkan
dengan penuh kesabaran dan keuletan serta hati-hati agar hasilnya dapat
maksimal dan sesuai harapan.

24
DAFTAR PUSTAKA
Bastomi Suwaji. 1988. Apresiasi Kesenian Tradisional. Semarang : IKIP
Semarang Press.

Harun, Hasniatisari. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Masyarakat Dalam


Proses Pemilahan Sampah Rumah Tangga Di Rw 06 Desa Hegarmanah.
Dalam Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, Vol. 6, No. 2 : 86-88.

Harianto, Bagus & Wibawa, Andar. 2009. Buku Pintar Memilih dan Merawat
Arwana. Jakarta: Agromedia Perkasa.

Hayat, H., & Zayadi, H. 2018. Model Inovasi Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga. Dalam Jurnal Ketahanan Pangan, Vol. 2, No.2 : 131-141.

Kadir, K. 2012. Kajian Pemanfaatan Sampah Plastik Sebagai Sumber Bahan


Bakar cair. Dalam Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Vol.3, No.2 : 223-228.

Prasojo, R. 2013. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat Di


Dusun Badegan Desa Bantul Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul. Dalam
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Puspitasari, Marina.2008. Wayang Kulit sebagai media penyebaran agama Islam.


Surakarta : UNS.

Ridwan, Ilham, dkk., 2021. Diferensiasi Kulit Pelepah Rumbia Sebagai Leko
Multifungsi. Bandung: Media Sains Indonesia.

Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.


https://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/undang-undang-nomor-
18-tahun-2008-tentang-pengelolaan-sampah.pdf.

Utami, A. M. Y., Listina, F., & Novariana, N. (2020). faktor-faktor yang


berhubungan dengan perilaku mahasiswa dalam penggunaan plastik dan
styrofoam untuk pembungkus makanan di fakultas kesehatan universitas
mitra indonesia tahun 2020. Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati
eISSN, 5(2), 129–146.

25
Yunus, Andi Ibrahim, dkk. 2022. Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik.
Padang: PT Global Eksekutif Teknologi.

26
LAMPIRAN

27
CURICULUM VITAE

28

Anda mungkin juga menyukai