Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hafizah Andriani

Instansi : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu

Inovasi Pengelolaan Sampah Plastik Sebagai Upaya Melindungi Laut dari


Pencemaran

Penggunaan plastik sebagai salah satu bahan yang kerap kali menjadi sarana
pengemasan atau bahan dasar pembuatan beberapa jenis produk, misalnya alat-alat
kebersihan dan peralatan perkantoran yang banyak digunakan, menjadi masalah
yang tidak dapat dihindari. Selain memiliki harga yang lebih murah, barang-barang
yang dibuat atau dikemas dengan plastik memiliki ketahanan yang lebih baik daripada
menggunakan kertas atau kayu yang pada dasarnya lebih mudah diuraikan. Apabila
kertas memiliki risiko robek, dan kayu memiliki risiko lapuk dan termakan rayap, maka
plastik dapat meminimalkan risiko tersebut. Banyak barang-barang berbahan plastik
yang acapkali dipilih menjadi pelengkap perabotan rumah karena selain harganya
murah, plastik juga memiliki ketahanan yang lebih baik. Penggunaan plastik sebagai
bahan pengemasan juga lebih dekat dengan masyarakat, seperti digunakannya
kantong plastik saat berbelanja. Namun, sampah plastik tersebut sulit diuraikan
apabila dibuang sembarangan dan dibiarkan begitu saja.
Sampah plastik yang berasal dari industri dan rumah tangga, dilansir dari Hinet
(https://www.hinet.co.id/alasan-plastik-sulit-diurai/), membutuhkan waktu sekitar 500
hingga 1.000 tahun untuk terurai secara alami. Hal tersebut dikarenakan plastik
merupakan senyawa organik yang dibuat dari susunan panjang atom karbon yang
menyerupai rantai dan rantai panjang inilah yang disebut sebagai polimer dan
monomer. Rantai panjang tersebut menyebabkan mikroorganisme sulit mengurai
limbah plastik. Apabila plastik digunakan secara masif tanpa mempertimbangkan
betapa sulitnya proses penguraian plastik oleh mikroorganisme, maka limbah plastik
akan semakin bertambah dari tahun ke tahun.
Limbah plastik yang berasal dari industri dan rumah tangga tidak hanya
dibuang ke pembuangan sampah akhir, tetapi juga dibuang ke laut. Tidak jarang
ditemukan sampah-sampah plastik yang mengambang di permukaan air laut atau
berada di sekitar bibir pantai. Kebanyakan sampah plastik yang ditemukan di laut
adalah bungkus makanan dan minuman, diapers, alat-alat makan yang terbuat dari
plastik, dan botol-botol bekas pakai yang dibuang ke laut. Tindakan membuang
sampah ke laut tampaknya masih disepelekan akibatnya oleh sebagian besar
masyarakat, mengingat begitu banyaknya sampah plastik yang ditemukan di laut,
padahal sampah plastik yang dibuang ke laut tersebut dapat mencemari air laut. Tidak
hanya itu, sampah-sampah plastik dari industri dan rumah tangga yang dibuang ke
laut juga dapat termakan oleh hewan-hewan yang berada di laut.
Keberadaan sampah plastik di laut dapat menjadi bahaya yang memiliki efek
domino. Menurut Finaka, dalam proses penguraian, sampah yang hancur akan
menghasilkan partikel-partikel kecil yang dapat menyebar ke seluruh perairan dan
dikonsumsi oleh hewan-hewan yang terdapat di lautan. Namun, bukan hanya hewan-
hewan saja yang mengalami kerugian atas perbuatan membuang sampah ke laut.
Dampak dari dibuangnya sampah ke laut juga secara tidak sadar akan dialami oleh
manusia. Hal tersebut dikarenakan manusia mengkonsumsi ikan atau bahan
makanan laut lainnya (cumi-cumi, gurita, kerang-kerangan, dan kepiting) yang sudah
menelan partikel-partikel sampah plastik, sementara hewan-hewan laut tersebut telah
menelan partikel-partikel plastik dan menyerap racunnya sehingga racun tersebut
berpindah kepada manusia yang mengkonsumsi hewan-hewan laut yang berasal dari
laut yang tercemar sampah plastik.
Membuang sampah plastik merupakan suatu tindakan yang tidak bijak karena
selain mencemari lautan dengan partikel-partikel plastik yang dapat menjadi racun,
juga dapat membunuh banyak hewan laut dan membahayakan kesehatan manusia.
Namun, membuang sampah plastik ke tempat pembuangan sampah akhir juga tidak
dapat dikatakan sebagai tindakan yang bijak sebab sampah plastik tetap merupakan
partikel yang sulit diuraikan oleh mikroorganisme sehingga membutuhkan waktu
ratusan hingga ribuan tahun.
Demi menghindari semakin banyaknya sampah plastik dibuang ke lautan dan
upaya melindungi lautan dari pencemaran, para pemuda dapat melakukan berbagai
hal dan tindakan sebagai bentuk gerakan aktif. Hal dan tindakan tersebut dapat
diterapkan dengan menggunakan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recyle), khususnya
dalam memperlakukan sampah plastik.
Prinsip 3R pada dasarnya adalah sebuah upaya untuk melakukan pengelolaan
sampah akibat terus bertambahnya jumlah sampah dari waktu ke waktu. Prinsip 3R
diawali dengan reduce (mengurangi) dapat diterapkan dengan mengganti alat-alat
makan berbahan plastik dengan alat-alat makan berbahan stainless steel,
mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai dengan botol yang dapat dan aman
digunakan berulang kali, mengurangi penggunaan gelas plastik sekali pakai dengan
gelas yang dapat dan aman digunakan berulang kali, seperti gelas berbahan kaca
atau gelas berbahan stainless steel, dan mengurangi penggunaan tas plastik dengan
menggantinya dengan membawa kantung belanja sendiri yang dapat digunakan
berkali-kali. Prinsip 3R kedua adalah reuse (menggunakan kembali) yang dapat
diterapkan dengan menggunakan kembali benda-benda bermaterial plastik, salah
satunya menjadikan sampah plastik menjadi kerajinan tangan. Prinsip ketiga 3R
adalah recycle (mendaur ulang sampah) yang dapat diterapkan dengan meleburkan,
mencacah, dan melelehkan untuk membentuk kembali material plastik menjadi
produk baru dengan menurunkan kualitasnya.
Penerapan prinsip 3R sebagai upaya menanggulangi semakin bertambahnya
sampah plastik dan pembuangan sampah plastik ke laut bukan menjadi satu-satunya
cara yang dapat diterapkan kawula muda untuk mencegah pencemaran laut. Upaya
lain yang dapat dilakukan oleh para kawula muda adalah memberikan edukasi dan
pelatihan kepada masyarakat. Edukasi tersebut dapat disusun dengan materi: 1)
jenis-jenis sampah, 2) cara memisahkan sampah dan pentingnya memisahkan
sampah berdasarkan materialnya, 3) bahaya dan risiko yang timbul apabila sampah
dibuang ke laut, dan 4) penerapan prinsip 3R sebagai upaya melindungi laut dari
pencermaran, khususnya akibat sampah plastik yang dibuang ke laut. Akhir dari
serangkaian edukasi tersebut dapat ditutup dengan pelatihan memisahkan sampah
berdasarkan materialnya dan menerapkan prinsip 3R sehingga masyarakat tidak
hanya dapat mengerti berdasarkan materi, tetapi juga dapat mempraktikkannya
secara langsung. Dengan upaya tersebut, diharapkan jumlah sampah plastik yang
dibuang ke laut dapat berkurang dan terus berkurang sehingga tidak ditemukan lagi
sampah plastik di laut yang berpotensi mencemari air laut, membahayakan hewan-
hewan dan kehidupan di laut, dan membahayakan manusia.
Keberadaan pemuda di tengah masyarakat semestinya memiliki peranan
penting terhadap penerapan upaya dan mencegah semakin banyaknya sampah
plastik dibuang ke laut. Sebagai agen perubahan yang berada pada rentang usia
produktif, para pemuda dapat melakukan edukasi, pelatihan, dan memberikan contoh
secara aktif kepada masyarakat sebab membebaskan lautan Indonesia dari sampah
yang mencemari perairan dan kehidupan di dalamnya bukan semata-sama demi
keuntungan atau kepentingan salah satu pihak, tetapi bagi kepentingan dan
keselamatan setiap masyarakat Indonesia sehingga hal tersebut hendaknya menjadi
perhatian khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Galih. (2019, Mei 28). Begini Penjelasan Mengapa Sampah Plastik Sulit Diurai. Hinet: 4G
LTE Pilihan Kita. https://www.hinet.co.id/alasan-plastik-sulit-diurai/.

Finaka, Andrea W. (2019, Juni 23). Sampah Plastik Laut, Mengancam dan Berbahaya.
Indonesia Baik. https://indonesiabaik.id/infografis/sampah-plastik-laut-mengancam-dan-
berbahaya#:~:text=Konferensi%20menyebut%20limbah%20plastik%20di,buruk%20bag
i%20biota%20laut%20saja

Anda mungkin juga menyukai