Efek penggunaan sedotan plastic

Dalam kehidupan sehari-hari, sedotan plastic adalah salah satu benda yang sering kita
pakai untuk minum di kantin, cafe, restaurant, dll. Hampir semua orang menggunakan sedotan
plastik, yang berakhir menjadi sampah. Menurut data dari Eco-Cycle, organisasi daur ulang
nonprofit, diperkirakan ada lebih dari 500 juta sedotan plastik sekali pakai digunakan setiap
harinya di Amerika Serikat. Sementara di Indonesia, perkiraan pemakaian sedotan plastik
mencapai 93.244.847 batang setiap hari. Penggunaan sedotan plastic yang berlebih ini banyak
menimbulkan efek bagi kesehatan dan juga bagi lingkungan. Diantaranya mencemari lautan,
dapat menyebabkan perut kembung, dan sedotan plastic juga akan sulit terurai.

Menurut organisasi kebersihan, sedotan plastik adalah 1 dari 10 sampah plastik paling
banyak yang ada di lautan. Yang paling mengkhawatirkan adalah sedotan plastik dapat
mencemari lautan dan berpengaruh kepada hewan laut seperti ikan dan penyu yang terkadang
menyangka sedotan plastic layaknya makanan sehingga itu dapat menjadi ancaman terhadap
keberlangsungan hidup hewan-hewan dilaut. Dan bisa saja banyak hewan-hewan di laut mati
karena sampah plastic tersebut. Salah satu contoh kasus adalah seekor penyu yang kesakitan
dan sulit bernafas karena hidungnya tertusuk oleh sedotan plastik sepanjang 10 sentimeter di
pantai lepas Costa Rica.

Hal lainnya sedotan plastik juga dapat menimbulkan efek yang tidak baik bagi kesehatan
yaitu menyebabkan perut kembung. Alasannya, saat kita minum air lewat sedotan plastik, maka
kita menelan udara lebih banyak dari biasanya. Sehingga menyebabkan kembung dan rasa tak
nyaman akibat gas dari udara yang masuk lewat sedotan.

Seperti yang kita ketahui, plastik yang menumpuk di tanah akan sulit terurai dan
membutuhkan waktu yang lama sekitar ratusan hingga ribuan tahun. Sehingga sedotan plastic
yang kita pakai masih berserakan di tanah dan di lautan dalam bentuk yang sama seperti saat
diproduksi. Menurut survey dari Eco Watch, setidaknya ada 500 juta sedotan plastik/hari
dibuang oleh masyarakat dunia setelah 1 kali pakai.

Jadi, penggunaan sedotan plastic ini banyak menimbulkan efek buruk yang
mempengaruhi kesehatan dan juga lingkungan, baik daratan maupun lautan. Sebagai
masyarakat yang peduli akan kesehatan dan juga lingkungan, sebaiknya kita mengurangi atau
bahkan berhenti menggunakan sedotan plastic. Kita bisa beralih pada penggunaan sedotan
berbahan aluminium, baja tahan karat, dan titanium yang tahan karat. Sedotan ini dianggap
sebagai pilihan paling ramah lingkungan karena bisa digunakan berkali-kali.
The Effect of Using Plastic Straw

In everyday life, plastic straws are one of the things that cannot be separated from us
because we often use them to drink in canteens, cafes, restaurants, etc. Almost everyone uses
plastic straws, which end up being rubbish. According to data from the Eco-Cycle, a non-profit
recycling organization, it is estimated that there are more than 500 million disposable plastic
straws used every day in the United States. While in Indonesia, the estimated use of plastic
straws reaches 93,244,847 sticks every day. The use of excess plastic straws has many effects
on health and the environment. Such as polluting the ocean, can cause flatulence, and plastic
straws will also be difficult to decompose.

According to the hygiene organization, plastic straws are one of the 10 most plastics in the
ocean. The most worrying thing is that plastic straws can pollute the oceans and affect marine
animals such as fish and turtles, which sometimes think of plastic straws as food, so because of
this, they can be a threat to the survival of animals at sea. And it could be that many animals in
the sea die because of the plastic waste. One example is a turtle that is in pain and has difficulty
breathing because its nose is punctured by a 10-centimeter plastic straw on the coast off Costa
Rica.
Another thing is plastic straws can also have an effect that is not good for health, which
can cause flatulence. The reason is, when we drink water through plastic straws, and then we
swallow more air than usual. So that causes flatulence and discomfort due to gas from the air
entering through a straw. This is sometimes often felt by people who use plastic straws.

As we know, plastics that accumulate on the ground will be difficult to decompose and require
a long time around hundreds to thousands of years. So that the plastic straws we use are still
scattered on the ground and in the ocean in the same shape as when produced. According to a
survey from the Eco Watch, there are at least 500 million plastic straws / day discharged by the
world community after one use.

So, the use of plastic straws has many adverse effects that affect health and the environment,
both land and sea. As a community that cares about health and the environment, we should
reduce or even stop using plastic straws. We can switch to the use of aluminum-based straws,
stainless steel and rust-resistant titanium. This straw is considered the most environmentally
friendly choice because it can be used many times.