Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah pencemaran plastik telah menjadi masalah dunia. Studi yang dilakukan
oleh Jambeck (Jenna Jambeck, profesor teknik lingkungan dari University of Georgia,
AS) menyatakan Indonesia menempati peringkat ke-2 dalam hal pembuangan sampah
plastik ke laut, dengan jumlah 187,2 juta ton. Sedangkan Tiongkok di posisi teratas
dengan 262,9 juta ton sampah plastik. Posisi ketiga dalam pencemaran sampah plastik
ke laut adalah Filipina sebesar 83,4 juta ton.

Sampah plastik dapat membunuh binatang laut. Makhluk-makhluk tersebut dapat


terperangkap jaring ikan atau mati kelaparan sesudah memakan partikel yang tidak
dapat diserap tubuhnya. Setidaknya 90 persen hewan laut mengonsumsi sampah
plastik. Plastik terurai mengeluarkan zat kimia berbahaya dan mencemari laut. Zat
kimia yang berbahaya pada dosis yang besar dapat menyebabkan resiko kesehatan
bahkan kematian pada hewan. Hal ini tentunya akan menganggu rantai makanan dan
merusak ekosistem laut.

Baru-baru ini seekor paus jenis Sperm Wale memiliki panjang 9,5 meter
terdampar di perairan Wakatobi. Kematian paus ini diperkirakan karena memakan
sampah. Sampah yang ditemukan dalam perut ikan paus mencapai 5,9 kg. Sampah
tersebut diantaranya gelas plastik 750 gram (115 buah), plastik keras 140 gram (19
buah), botol plastik 150 gram (4 buah), kantong plastik 260 gram (25 buah) serpihan
kayu 740 gram (6 potong), sandal jepit 270 gram (2 buah), karung nilon 200 gram (1
potong), tali rafia 3260 gram (lebih dari 1000 potong).

B. Tujuan

a) Menjelaskan bahaya pencemaran sampah plastik terhadap lingkungan

b) Menjelaskan bagaimana biota laut memakan plastik


BAB II

ISI

A. Bahaya Plastik

Plastik adalah senyawa polimer yang terbentuk dari polimerisasi molekul-


molekul kecil (monomer) hidrokarbon yang membentuk rantai yang panjang
dengan struktur yang kaku. Plastik disintesis dari minyak bumi (terutama
hidrokarbon rantai pendek) yang dibuat dengan reaksi polimerisasi. Plastik
memiliki titik didih dan titik beku yang beragam , tergantung darimonomer
pembentuknya. Monomer yang sering digunakan adalah etena
(C2H4), propena(C3H6), styrene(C8H8), vinil klorida, nylon dan karbonat
(CO3).

Plastik terkait erat dengan sifatnya yang non-biodegradable, yakni tak akan
pernah bisa di uraikan oleh organisme pengurai di alam. Plastik hanya menjadi
potongan-potongan kecil di alam dan itupun memerlukan proses yang sangat
lama yang bisa mencapai 1000 tahun, tergantung dari jenis dan kondisi
plastiknya. Walaupun plastik menjadi sangat kecil seperti partikel debu, tetap saja
ia adalah plastik yang artinya bahan plastik akan selama-lamanya berada di alam,
dan akan menimbulkan polusi lingkungan, baik di darat, laut, maupun udara.

Partikel-partikel plastik itu akan mempengaruhi lingkungan dan kehidupan


dalam banyak hal. Hewan-hewan, baik di darat maupun laut, bisa memakan
potongan kecil plastik itu secara tak sengaja yang menyebabkan gangguan
pencernaan dan bisa berujung pada kematian karena tubuh tak bisa mengolahnya.
Bahkan ketika hewan tadi mati, membusuk, dan terurai, plastik yang tertimbun di
tubuhnya akan kembali ke alam dan bisa dimakan oleh hewan lainnya, dan begitu
seterusnya siklus berulang kembali.

Partikel-partikel plastik tentunya juga bisa masuk ke tubuh manusia, baik


melalui hewan, peralatan sehari-hari yang dipakai terutama untuk makan dan
minum, melalui air yang tercemar limbah plastik,ataupun melalui debu-debu di
udara. Hal yang menambah bahaya dari plastik adalah zat-zat kimia berbahaya
yang dikandungnya, yang ditambahkan selama proses pembuatan plastik, yang
bisa mengganggu kerja sistem tubuh dan bisa menyebabkan kanker.

B. Klasifikasi Limbah Plastik

Beberapa jenis plastik umumnya dapat diklasifikasikan berupa nomor yaitu


dari nomor 1 sampai dengan nomor 7, sebagaimana dapat dijelaskan pada gambar
dibawah ini :

Gambar 1. Klasifikasi Plastik

1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa digunakan untuk botol


plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral.
Botol=botol dengan bahan ini direkomendasikan hanya sekali pakai. Jangan
dipakai untuk air hangat apalagi panas.

2. HDPE (high density polyethylene) dipakai untuk botol susu yang berwarna
putih susu. Direkomendasikan untuk sekali pakai.

3. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah jenis plastik paling sulit didaur ulang.
Plastik ini ditemukan pada plastik pembungkus dan botol-botol. Kandungan PVC
berpotensi bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan dan
berbahaya bagi kesehatan.
4. LDPE (low density polyethylene) dipakai untuk tempar makanan dan
botol-botol yang lembek. Barang-barang berkode ini dapat didaur ulang dan baik
untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat.

5. PP (polypropylene) merupakan pilihan terbaik untuk bahan makanan (food


grade) karakteristiknya transparan dan berawan, biasa dipakai untuk menyimpan
makanan, botol minum dan perlengkapan bayi.

6. PS (polystyrene) dipakai sebagai tempat makan styrofoam, tempat minum


sekalipakai, bahan polystyrene bisa membocorkan styrene ke dalam makanan
ketika bersentuhan dan berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Bahan ini harus
dihindari dan banyak negara yang sudah melarang pemakaian berbahan styrofoam
termasuk China.

7. Other (biasanya polycarbonate) dapat mengeluarkan bahan utama yaitu


Bisphenol-A kedalam makanan atau minuman yang berpotensi merusak sistem
hormon biasanya dijumpai pada tempat makanan dan boto minuman olahraga.

C. Pencemaran Plastik

Plastik, seperti kita ketahui, baru ditemukan sekitar 60 hingga 70 tahun


belakangan namun sepanjang masa itu sudah digunakan untuk berbagai hal, mulai
dari pakaian, peralatan masak dan makanan, rancangan produk, teknologi terapan,
dan juga di bisnis eceran. Salah satu keuntungan terbesar dari berbagai jenis
plastik adalah mereka dirancang untuk bertahan amat lama. Dan hampir semua
plastik yang pernah diproduksi masih tetap bertahan hingga saat ini.

Bulan Juli 2017, sebuah dokumen di jurnal Science Advances oleh seorang
ahli lingkungan industrial Dr Roland Geyer -bersama timnya dari Universitas
California di Santa Barbara, AS- memperkirakan total volume plastik yang
pernah diproduksi mencapai 8,3 miliar ton. Dari jumlah itu, sekitar 6,3 miliar ton
sudah menjadi sampah dan 79% di antaranya masuk ke dalam tanah di
lingkungan alam. Jumlah sampah yang besar itu didorong oleh kehidupan modern,
dengan plastik digunakan untuk banyak keperluan barang-barang 'sekali pakai'
yang kemudian dibuang, baik itu berupa botol minuman, popok, sendok-garpu,
dan juga pembersih telinga.
Gambar 2. Diagram Jumlah Plastik

Botol-botol minumian merupakan jenis sampah plastik yang paling banyak,


dengan sekitar 480 miliar botol plastik dijual di seluruh dunia pada tahun 2016,
atau sekitar satu juta botol plastik per menit. Dari jumlah botol plastik itu, 110
miliar diproduksi oleh raksasa minuman ringan Coca Cola.

Gambar 3. Diagram Botol Plastik


Diperkirakan sekitar 10 juta ton plastik terbawa ke laut setiap tahunnya.
Tahun 2010, para ilmuwan dari National Center for Ecological Analysis and
Synthesis di Universitas Georgia di Athena memperkirakan 8 juta ton dengan
prediksi akan meningkat jadi 9,1 juta ton yang masuk ke laut setiap tahunnya.
Studi yang sama yang diterbitkan di jurnal Science 2015 mengkaji 192
negara-negara pantai yang menyumbang sampah plastik ke laut dan
negara-negara Asia masuk dalam 13 dari 20 penyumbang terbesar.

Gambar 4. Pencemaran Plastik Dilautan Dunia

Cina berada di puncak dalam peringkat negara-negara dengan pengelolaan


sampah plastik yang buruk. Indonesia menempati peringkat ke-2 dalam hal
pembuangan sampah plastik ke laut.

Pencemaran sampah plastik ini berbahaya bagi satwa laut yang besar, seperti
penyu, lumba-lumba, dan anjing laut- maka risikonya mereka akan terperangkap
atau tercekik oleh sedotan plastik, tas plastik atau sampah lainnya maupun karena
salah menganggap plastik sebagai makanan.
Penyu tidak bisa membedakan antara tas plastik dengan ubur-ubur, yang
merupakan salah satu makanannya. Tas plastik jika masuk ke dalam tubuh bisa
menyebabkan pemblokiran internal yang dapat menyebabkan kematian. Sampah
plastik ukuran besar lainnya bisa merusak sistem pencernaan burung laut dan
paus, yang juga bisa menyebabkan kematian.

D. Biota Laut Memakan Plastik

Mulai dari plankton sangat kecil sampai ke paus besar, akhir-akhir ini
diketahui binatang laut memakan plastik. Setidaknya 180 spesies hewan laut telah
didokumentasikan mengkonsumsi plastik. Plastik juga telah ditemukan di dalam
makanan favorit lainnya seperti kerang dan lobster. Singkatnya, hewan dari
segala bentuk dan ukuran makan plastik, dan dengan 12,7 juta ton barang itu
masuk ke lautan setiap tahun.

Sepotong plastik yang dipungut dari laut memiliki bau yang seperti ikan. Erik
Zettler, ahli ekologi mikroba di Royal Netherlands Institute for Sea Research
mengatakan semua plastik di air laut segera ditutupi lapisan tipis mikroba, yang
biasa disebut sebagai 'Plastisphere'. Lapisan kehidupan berlendir ini
mengeluarkan senyawa kimiawi yang bau dan rasanya seperti makanan. Satu
senyawa khusus ini, dimethyl sulfide (DMS), bekerja sebagai kode kimiawi
plastik dan dikenal menarik perhatian sejumlah binatang, termasuk ikan.

Seperti zooplankton, makhluk bertubuh silindris dan bertentakel yang dikenal


sebagai teripang tampak tidak terlalu rewel tentang apa yang mereka makan
karena mereka merangkak di dasar laut, memasukkan sedimen ke dalam mulut
mereka untuk mengekstraksi makanan yang dapat dimakan. Namun, satu analisa
menunjukkan bahwa penghuni dasar samudera ini dapat mengkonsumsi lebih
banyak plastik hingga 138 kali dari yang diperkirakan, mengingat distribusi
plastik dalam sedimen. Untuk teripang, partikel plastik mungkin lebih besar dan
lebih mudah untuk diambil dengan tentakel mereka daripada makanan yang lebih
konvensional, tetapi pada spesies lain ada indikasi bahwa konsumsi plastik lebih
dari sekedar proses pasif.

Salah satu penjelasannya adalah hewan mengira plastik sebagai makanan


yang biasa dimakan - pelet plastik, misalnya, dianggap menyerupai telur ikan
yang lezat. Tetapi sebagai manusia, kita bias oleh indra kita sendiri. Manusia
adalah makhluk visual, tetapi ketika mencari makan, banyak hewan laut,
termasuk albatros, bergantung pada indera penciuman mereka.

Matthew Savoca di NOAA Southwest Fisheries Science Center di Monterey,


California telah melakukan eksperimen yang menunjukkan bahwa beberapa
spesies burung laut dan ikan tertarik pada plastik karena baunya. Secara khusus,
plastik mengeluarkan dimethyl sulfide (DMS), senyawa yang dikenal menarik
burung mencari mangsa.

Pada dasarnya, ganggang tumbuh di plastik mengambang, dan ketika


ganggang tersebut dimakan oleh kril sumber makanan laut utama ia melepaskan
DMS, menarik burung dan ikan yang kemudian mengunyah plastik, bukan kril
yang sebenarnya mereka cari. Bahkan untuk penglihatan, kita tidak bisa langsung
mengambil kesimpulan ketika mempertimbangkan daya tarik plastik. Seperti
manusia, kura-kura laut sangat bergantung pada penglihatan mereka untuk
mencari makanan. Namun, mereka juga dianggap memiliki kemampuan untuk
melihat sinar UV, membuat penglihatan mereka sangat berbeda dari kita.

Qamar Schuyler dari The University of Queensland, Australia, mendalami isi


kepala penyu dengan memodelkan kemampuan visual mereka dan kemudian
mengukur karakteristik visual dari plastik saat penyy melihatnya. Dia juga
memeriksa isi perut penyu yang sudah mati untuk mengerti plastik pilihan mereka.
Kesimpulannya adalah bahwa meski penyu muda relatif tidak pandang bulu,
penyu yang lebih tua lebih suka mengincar plastik yang lunak dan tembus cahaya.

Schuyler berpendapat bahwa hasilnya menegaskan gagasan lama bahwa


penyu salah mengira tas plastik dengan ubur-ubur yang lezat. Warna juga
dianggap sebagai faktor dalam konsumsi plastik, meskipun preferensi bervariasi
antar spesies. Penyu muda lebih menyukai plastik putih, sementara Schuyler dan
koleganya menemukan bahwa burung laut yang disebut penggunting laut
(shearwater) memilih plastik merah. Selain penglihatan dan penciuman, ada
indera lain yang digunakan binatang untuk mencari makanan.

Banyak hewan laut berburu dengan echolocation, terutama paus bergigi dan
lumba-lumba. Echolocation dikenal sangat sensitif, namun puluhan paus sperma
dan paus bergigi lainnya ditemukan mati dengan perut penuh dengan kantong
plastik, onderdil mobil dan detritus manusia lainnya. Savoca mengatakan
kemungkinan echolocation mereka salah mengidentifikasi benda-benda ini
sebagai makanan.

Tragedi yang terjadi adalah bahwa semua hewan ini adalah pemburu dan
penjelajah ulung, memiliki indera yang diasah oleh evolusi ribuan tahun untuk
menargetkan apa yang sering menjadi jajaran mangsa yang sangat spesifik.
Plastik tidak hanya terlihat seperti makanan, baunya, rasanya, dan bahkan
bunyinya terdengar seperti makanan. Sampah kita datang dalam berbagai bentuk,
ukuran dan warna yang menarik bagi beragam hewan.

E. Mengurangi Sampah Plastik

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menargetkan


Indonesia Bersih, yaitu 100 % sampah dikelola dengan baik pada tahun 2025.
Terdapat empat program yang dilaksanakan yaitu program perubahan pendidikan,
program perubahan perilaku masyarakat, program mengurangi kebocoran dari
aktivitas di daratan, dan program mengurangi kebocoran aktivitas laut. Salah satu
program pendidikan yang telah dilaksanakan adaah Adiwiyata 1975, program
tersebut ditujukan pada siswa SD dan SMP yang bertujuan untuk membuat
generasi muda lebih peduli lingkungan. Terkait perubahan perilaku masyarakat,
salah satu upaya yang sempat diterapkan adalah uji coba plastik berbayar yang
diklaim dapat mengurangi penggunaan plastik cukup signifikan. Pemerintah juga
menerapkan dua aturan terkait pengurangan dan penanganan sampah plastik di
Indonesia yang menyasar masyarakat dan produsen. Selain itu pemerintah
mencoba untuk membatasi penggunaan kantong plastik dan membuat road map
para pengusaha penghasil kemasan plastik untuk ikut mengurangi sampah plastik,
serta harapan kedepannya pemerintah dapat mendesain ulang kemasan untuk
tidak sekali pakai.
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Masalah pencemaran plastik telah menjadi masalah dunia. Indonesia


menempati peringkat ke-2 dalam hal pembuangan sampah plastik ke laut.
Ditemukannya seekor paus jenis Sperm Wale memiliki panjang 9,5 meter
terdampar di perairan Wakatobi. Kematian paus ini diperkirakan karena
memakan sampah. Sampah plastik yang ditemukan dalam perut ikan paus
mencapai 5,9 kg.

Plastik adalah senyawa polimer yang terbentuk dari polimerisasi molekul-


molekul kecil (monomer) hidrokarbon yang membentuk rantai yang panjang
dengan struktur yang kaku. Plastik terkait erat dengan sifatnya yang
non-biodegradable, yakni tak akan pernah bisa di uraikan oleh organisme
pengurai di alam. Plastik hanya menjadi potongan-potongan kecil di alam dan
itupun memerlukan proses yang sangat lama yang bisa mencapai 1000 tahun,
artinya bahan plastik akan selama-lamanya berada di alam, dan akan
menimbulkan polusi lingkungan, baik di darat, laut, maupun udara.

Tragedi yang terjadi adalah bahwa semua hewan laut adalah pemburu dan
penjelajah ulung, memiliki indera yang diasah oleh evolusi ribuan tahun untuk
menargetkan apa yang sering menjadi jajaran mangsa yang sangat spesifik.
Plastik tidak hanya terlihat seperti makanan, baunya, rasanya, dan bahkan
bunyinya terdengar seperti makanan. Sampah kita datang dalam berbagai bentuk,
ukuran dan warna yang menarik bagi beragam hewan.

B. Saran

1. Saran bagi pemerintah


Pemerintah harus lebih menekankan promosi dan kampanye melalui media
online secara besar-besaran karena generasi saat ini lebih banyak menggunakan
media online. Pemerintah harus melakukan penilaian secara berkala terhadap
setiap program yang telah dilaksanakan.
2. Saran bagi masyarakat
Dalam upaya mengurangi sampah plastik tidak hanya pemerintah yang
bertanggungjawab. Masyarakat secara umum wajib turut serta dalam setiap upaya
pemerintah, mulai dari mengkritisi program kebijakan, mengikuti perkembangan
program sampai dengan mengimplementasikannya. Masyarakat juga dapat
membuat gerakan secara menyeluruh misalnya penggunaan sedotan stainless
untuk mengurangi penggunaan sedotan plastik.

Anda mungkin juga menyukai