PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah pencemaran plastik telah menjadi masalah dunia. Studi yang dilakukan
oleh Jambeck (Jenna Jambeck, profesor teknik lingkungan dari University of Georgia,
AS) menyatakan Indonesia menempati peringkat ke-2 dalam hal pembuangan sampah
plastik ke laut, dengan jumlah 187,2 juta ton. Sedangkan Tiongkok di posisi teratas
dengan 262,9 juta ton sampah plastik. Posisi ketiga dalam pencemaran sampah plastik
ke laut adalah Filipina sebesar 83,4 juta ton.
Baru-baru ini seekor paus jenis Sperm Wale memiliki panjang 9,5 meter
terdampar di perairan Wakatobi. Kematian paus ini diperkirakan karena memakan
sampah. Sampah yang ditemukan dalam perut ikan paus mencapai 5,9 kg. Sampah
tersebut diantaranya gelas plastik 750 gram (115 buah), plastik keras 140 gram (19
buah), botol plastik 150 gram (4 buah), kantong plastik 260 gram (25 buah) serpihan
kayu 740 gram (6 potong), sandal jepit 270 gram (2 buah), karung nilon 200 gram (1
potong), tali rafia 3260 gram (lebih dari 1000 potong).
B. Tujuan
ISI
A. Bahaya Plastik
Plastik terkait erat dengan sifatnya yang non-biodegradable, yakni tak akan
pernah bisa di uraikan oleh organisme pengurai di alam. Plastik hanya menjadi
potongan-potongan kecil di alam dan itupun memerlukan proses yang sangat
lama yang bisa mencapai 1000 tahun, tergantung dari jenis dan kondisi
plastiknya. Walaupun plastik menjadi sangat kecil seperti partikel debu, tetap saja
ia adalah plastik yang artinya bahan plastik akan selama-lamanya berada di alam,
dan akan menimbulkan polusi lingkungan, baik di darat, laut, maupun udara.
2. HDPE (high density polyethylene) dipakai untuk botol susu yang berwarna
putih susu. Direkomendasikan untuk sekali pakai.
3. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah jenis plastik paling sulit didaur ulang.
Plastik ini ditemukan pada plastik pembungkus dan botol-botol. Kandungan PVC
berpotensi bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan dan
berbahaya bagi kesehatan.
4. LDPE (low density polyethylene) dipakai untuk tempar makanan dan
botol-botol yang lembek. Barang-barang berkode ini dapat didaur ulang dan baik
untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat.
C. Pencemaran Plastik
Bulan Juli 2017, sebuah dokumen di jurnal Science Advances oleh seorang
ahli lingkungan industrial Dr Roland Geyer -bersama timnya dari Universitas
California di Santa Barbara, AS- memperkirakan total volume plastik yang
pernah diproduksi mencapai 8,3 miliar ton. Dari jumlah itu, sekitar 6,3 miliar ton
sudah menjadi sampah dan 79% di antaranya masuk ke dalam tanah di
lingkungan alam. Jumlah sampah yang besar itu didorong oleh kehidupan modern,
dengan plastik digunakan untuk banyak keperluan barang-barang 'sekali pakai'
yang kemudian dibuang, baik itu berupa botol minuman, popok, sendok-garpu,
dan juga pembersih telinga.
Gambar 2. Diagram Jumlah Plastik
Pencemaran sampah plastik ini berbahaya bagi satwa laut yang besar, seperti
penyu, lumba-lumba, dan anjing laut- maka risikonya mereka akan terperangkap
atau tercekik oleh sedotan plastik, tas plastik atau sampah lainnya maupun karena
salah menganggap plastik sebagai makanan.
Penyu tidak bisa membedakan antara tas plastik dengan ubur-ubur, yang
merupakan salah satu makanannya. Tas plastik jika masuk ke dalam tubuh bisa
menyebabkan pemblokiran internal yang dapat menyebabkan kematian. Sampah
plastik ukuran besar lainnya bisa merusak sistem pencernaan burung laut dan
paus, yang juga bisa menyebabkan kematian.
Mulai dari plankton sangat kecil sampai ke paus besar, akhir-akhir ini
diketahui binatang laut memakan plastik. Setidaknya 180 spesies hewan laut telah
didokumentasikan mengkonsumsi plastik. Plastik juga telah ditemukan di dalam
makanan favorit lainnya seperti kerang dan lobster. Singkatnya, hewan dari
segala bentuk dan ukuran makan plastik, dan dengan 12,7 juta ton barang itu
masuk ke lautan setiap tahun.
Sepotong plastik yang dipungut dari laut memiliki bau yang seperti ikan. Erik
Zettler, ahli ekologi mikroba di Royal Netherlands Institute for Sea Research
mengatakan semua plastik di air laut segera ditutupi lapisan tipis mikroba, yang
biasa disebut sebagai 'Plastisphere'. Lapisan kehidupan berlendir ini
mengeluarkan senyawa kimiawi yang bau dan rasanya seperti makanan. Satu
senyawa khusus ini, dimethyl sulfide (DMS), bekerja sebagai kode kimiawi
plastik dan dikenal menarik perhatian sejumlah binatang, termasuk ikan.
Banyak hewan laut berburu dengan echolocation, terutama paus bergigi dan
lumba-lumba. Echolocation dikenal sangat sensitif, namun puluhan paus sperma
dan paus bergigi lainnya ditemukan mati dengan perut penuh dengan kantong
plastik, onderdil mobil dan detritus manusia lainnya. Savoca mengatakan
kemungkinan echolocation mereka salah mengidentifikasi benda-benda ini
sebagai makanan.
Tragedi yang terjadi adalah bahwa semua hewan ini adalah pemburu dan
penjelajah ulung, memiliki indera yang diasah oleh evolusi ribuan tahun untuk
menargetkan apa yang sering menjadi jajaran mangsa yang sangat spesifik.
Plastik tidak hanya terlihat seperti makanan, baunya, rasanya, dan bahkan
bunyinya terdengar seperti makanan. Sampah kita datang dalam berbagai bentuk,
ukuran dan warna yang menarik bagi beragam hewan.
A. Simpulan
Tragedi yang terjadi adalah bahwa semua hewan laut adalah pemburu dan
penjelajah ulung, memiliki indera yang diasah oleh evolusi ribuan tahun untuk
menargetkan apa yang sering menjadi jajaran mangsa yang sangat spesifik.
Plastik tidak hanya terlihat seperti makanan, baunya, rasanya, dan bahkan
bunyinya terdengar seperti makanan. Sampah kita datang dalam berbagai bentuk,
ukuran dan warna yang menarik bagi beragam hewan.
B. Saran