Anda di halaman 1dari 5

Bahaya Sampah Plastik Mengancam Bumi

Manusia dalam keseharian hidupnya tidak dapat lepas dari perlengkapan berbahan
plastik. Kegiatan sederhana seperti membeli makanan, mengirim barang, bahkan
membersihkan rumah pun menggunakan barang-barang yang terbuat dari plastik. Misalnya,
saat membeli makanan di suatu restoran kita akan mendapat makanan yang ditempatkan
dalam wadah plastik dan dibungkus lagi dengan kantung plastik. Demikian juga saat membeli
minuman, kita akan mendapat minuman yang dikemas dengan plastik dan biasanya
dilengkapi dengan sedotan sekali pakai. Barang-barang kebutuhan manusia seperti sabun
mandi, detergen, minyak goreng, gula, dan lain sebagainya juga dikemas dengan plastik.
Kemudian peralatan rumah tangga seperti alat mandi dan alat dapur juga dibuat dari bahan
plastik. Tidak hanya itu, plastik juga dipakai untuk bahan alat transportasi, alat medis, dan
alat elektronik. Pada hakikatnya, plastik menjadi bahan dasar yang paling banyak digunakan
untuk membuat berbagai jenis barang.

Pada awal penemuannya, plastik diciptakan sebagai alternatif dari penggunaan


sumber daya alam seperti kayu, logam, dan sutra. Sebelum adanya plastik, dunia industri
sangat bergantung pada alam. Namun, bahan dari alam ini ketersediaannya terbatas dan tidak
selalu mudah proses pengolahannya. Kemudian, plastik diciptakan sebagai bahan pengganti
yang dapat diproduksi secara massal dengan sifat yang kuat, ringan, dan tahan lama, serta
biaya yang murah. Komposisi dan material plastik adalah polimer dan zat aditif lainnya
(Arwini, 2022). Polimer dapat dibuat dari selulosa pada tumbuhan (polimer alami) atau bahan
bakar fosil (polimer sintetis). Polimer sintetis terdiri dari rantai atom panjang yang tersusun
berulang-ulang dalam suatu unit dan biasanya lebih panjang daripada yang ditemukan di
alam. Panjang rantai atom dan pola susunannya ini yang membuat polimer kuat, ringan, dan
fleksibel. Penemuan polimer membawa banyak manfaat pada kehidupan manusia dan
ditandai dengan era revolusi plastik.

Kegunaan plastik yang sangat beragam memberi kemudahan pada hidup manusia.
Meskipun begitu, sifat plastik yang sulit terurai menimbulkan kekhawatiran pada kesehatan
lingkungan. Seiring waktu, sampah plastik semakin menumpuk dan menyebar, baik di darat
maupun lautan. Hal ini menjadi salah satu masalah utama dalam dunia yang harus dibenahi
manusia. Dilansir dari Liputan6.com, data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 menyebutkan
limbah plastik Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun. Jumlah ini hanya dari satu negara
saja, belum ditambah dengan limbah plastik dari negara-negara lainnya. Ditambah lagi,
jumlah sampah plastik terus bertambah setiap tahunnya. Jika plastik-plastik ini tidak diolah
dan dibiarkan begitu saja di alam, dampaknya bisa sangat mengerikan bagi lingkungan bumi.
Sifat ketahanan plastik yang diunggul-unggulkan menjadi bumerang bagi lingkungan dan
kesehatan. Bahan plastik sangat sulit untuk dapat terurai secara alami di alam. Sekiranya,
plastik membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk dapat terurai sempurna.
Artinya, sampah plastik yang kita buang saat ini akan tetap utuh saat anak-cucu kita lahir ke
bumi dan akan terus bertambah. Tentunya, solusi untuk mengatasi sampah plastik harus
segera ditemukan demi menjaga kesehatan lingkungan dan menyediakan bumi yang sehat
untuk generasi seterusnya.

Kondisi perairan dan daratan dunia kini sudah dipenuhi oleh sampah plastik. Dilansir
dari Indonesia.go.id, International Coastal Cleanup (ICC) merilis, pada 2019 sebanyak
97.457.984 jenis sampah dengan berat total 10.584.041 kilogram ditemukan di laut. Sembilan
dari 10 jenis sampah terbanyak yang mereka temukan berasal dari bahan plastik, seperti
sedotan dan pengaduk, alat makan plastik, botol minum plastik, gelas plastik, dan kantong.
Sampah plastik tersebut awalnya berasal dari tumpukan sampah di daratan. Dari sekian
banyak tumpukan sampah tersebut hanya sedikit yang benar-benar didaur ulang. Sisanya,
sampah tersebut akan berakhir di lautan dan tetap utuh bertahun-tahun. Di tempat wisata
seperti pantai juga banyak ditemukan sampah plastik yang terbawa ombak dan akhirnya
mengotori pantai. Bahkan, jika kita menyelam di lautan yang terlihat bukan hanya ikan saja,
melainkan sampah-sampah plastik yang belum terurai. Flora dan fauna di lautan terpaksa
hidup berdampingan dengan sampah plastik yang kita buang. Kondisi ini dapat merusak
keseimbangan ekosistem laut dan menyakiti hewan-hewan di sekitarnya. Sampah-sampah
plastik dapat merusak terumbu karang yang merupakan habitat bagi banyak spesies di laut.
Penyu, paus, anjing laut, lumba-lumba, burung laut, dan hewan lainnya kerap mengira bahwa
sampah plastik itu makanan mereka sehingga plastik tersebut dimakan dan masuk ke dalam
pencernaan. Dilansir dari CNN Indonesia, penelitian mengatakan plastik dapat membunuh
hewan yang memakannya karena plastik memblokir sistem pencernaan hewan. Bahkan
potongan plastik yang tajam juga dapat menembus dinding usus, menyebabkan infeksi dan
kadang-kadang kematian. Selain itu, hewan juga dapat terluka karena terlilit dan tersangkut
sampah plastik tanpa ada yang membantu melepaskannya.

Keberadaan mikroplastik atau serpihan plastik yang berukuran lebih kecil dari 5 mm
juga dapat membahayakan kelangsungan hidup, bukan hanya pada hewan saja melainkan
juga pada manusia. Karena ukurannya yang sangat kecil, organisme laut sulit untuk
membedakan makanan dengan sampah sehingga mikroplastik masuk ke dalam
pencernaannya. Mikroplastik tersebut dapat mencapai tubuh manusia melalui rantai makanan.
Organisme laut akan dimakan organisme laut yang lebih besar lagi dan seterusnya hingga
nelayan menangkap dan menjualnya untuk dikonsumsi manusia. Jadi, secara tidak langsung
manusia mengonsumsi dan mencerna mikroplastik di dalam tubuh. Dalam jangka panjang,
kandungan mikroplastik ini dapat menjadi racun dan menyebabkan berbagai permasalahan
kesehatan pada manusia.

Berbeda dengan sampah organik, jika dikubur sampah plastik tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme dalam tanah sehingga tanah menjadi tidak subur. Lalu, jika dibakar
sampah plastik akan menghasilkan asap yang memiliki kandungan berbahaya bagi
lingkungan. Karena itu, berbagai upaya sedang dilakukan untuk mengatasi sampah plastik
yang menjadi permasalahan selama ini. Upaya tersebut dapat dimulai dari menggunakan
metode 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Mengingat dampak yang telah disebabkan oleh
tumpukan sampah plastik, produsen sepatu ternama Adidas mengeluarkan produk sepatu
yang dibuat dari daur ulang sampah plastik di laut. Tak hanya Adidas, perusahaan Unilever
juga turut berupaya mengurangi sampah plastik dengan menipiskan kemasan, memendekkan
bentuk botol, dan menggunakan plastik daur ulang sebagai bahan kemasannya. Selain
kontribusi dari para produsen, masyarakat global juga turut meningkatkan kesadaran akan
bahaya sampah plastik. Gerakan anti sedotan atau “No Straw Movement” digencarkan supaya
masyarakat tidak lagi menggunakan sedotan berbahan plastik. Gerakan ini menimbulkan efek
yang baik bagi lingkungan. Sekarang, sudah banyak restoran yang tidak menyediakan
sedotan plastik dan mengganti kemasan plastik dengan kemasan yang lebih ramah
lingkungan. Selain itu, pemerintah juga telah membatasi penggunaan kantung plastik sekali
pakai. Jika ingin berbelanja, baik di supermarket maupun di minimarket, pelanggan
sebaiknya membawa kantung belanja sendiri. Banyaknya sampah plastik di pantai dan lautan
juga tak lepas dari perhatian masyarakat. Muncul organisasi-organisasi yang berfokus pada
pembersihan sampah plastik di pantai dan lautan. Salah satu contohnya adalah organisasi
yang bernama 4Ocean. Dilansir dari situs 4ocean.com, organisasi ini telah berhasil
mengumpulkan 21.454.075 pon sampah dari lautan, sungai, dan garis pantai.

Sebenarnya, masih banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah
plastik. Contohnya, ada terobosan baru karya anak bangsa yang menciptakan kantung
berbahan dasar alami dari singkong. Kantung ramah lingkungan ini tidak butuh waktu
bertahun-tahun untuk terurai secara alami. Kualitasnya pun tidak kalah dari kantung plastik
konvensional. Lalu, muncul juga inovasi gelas yang dibuat dari agar-agar. Setelah minum,
gelas tersebut dapat langsung dimakan atau dibuang tanpa mencemari lingkungan. Sebagai
tambahan dalam upaya mengurangi sampah plastik, saya memiliki ide untuk membuat pagar
rumah yang kokoh dari sampah plastik daur ulang. Sifat plastik yang kuat dan tahan lama
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pagar ini. Setelah diproses, dibentuk, dan dicat sesuai
kemauan, pagar berbahan plastik daur ulang ini dapat menjadi pilihan untuk menjaga
keamanan sekaligus mengurangi pencemaran sampah plastik. Kemudian, sebagai individu
kita juga dapat berperan dalam mengurangi sampah plastik dimulai dari hal-hal kecil seperti
mengganti sedotan plastik dengan sedotan stainless atau sedotan kertas, membawa kantung
belanja sendiri saat berbelanja, dan memilah sampah sesuai jenisnya.
Referensi

Anonim. 2021. Ahli Ungkap Jenis Sampah Plastik yang Bunuh Paus Hingga Penyu.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201229094046-199-587271/ahli-
ungkap-jenis-sampah-plastik-yang-bunuh-paus-hingga-penyu. (1 Maret 2022).

Arwini, N. P. D. 2022. Sampah Plastik Dan Upaya Pengurangan Timbulan Sampah


Plastik. Jurnal Ilmiah Vastuwidya, 5(1), 72-82.

Deny, Septian. 2021. Indonesia Produksi Limbah Plastik 66 Juta Ton per Tahun, Apa
Solusinya. https://www.liputan6.com/bisnis/read/4706371/indonesia-produksi-
limbah-plastik-66-juta-ton-per-tahun-apa-solusinya. (1 Maret 2022).

Setiawan, Anton. 2021. Selamatkan Laut dari Sampah Plastik.


https://indonesia.go.id/kategori/budaya/2539/selamatkan-laut-dari-sampah-
plastik?lang=1. (1 Maret 2022).

4Ocean. 2022. The 4ocean TrashTracker. https://www.4ocean.com/. (2 Maret 2022).

Anda mungkin juga menyukai