Anda di halaman 1dari 11

Sampah Tidak Hanya Berdampak Bagi Kita Tetapi Mereka Juga

(Makhluk Laut)
Kornelius Selwin

Latar Belakang
Permasalahan sampah yang ada di laut dari hari ke hari semakin tak
terbendung. Volume sampah yang ada di laut, seiring berjalannya waktu, juga terus
meningkat dengan cepat. Kondisi itu, menjadikan laut Indonesia sebagai kawasan
perairan yang rawan dan menghadapi persoalan sangat serius. Misalnya saja sampah
plastik. Plastik adalah polimer organik sintetis. Karakter plastik yang ringan, kuat dan
tahan lama membuat plastik banyak digunakan untuk pembuatan berbagai macam
produk, terutama produk kemasan. Perairan lndonesia kini sedang menghadapi
ancaman serius akibat persoalan sampah yang terus bertambah dari waktu ke waktu.
Jika tidak segera diatasi, sampah bisa mengancam aspek tradisional, kriminal, dan
alam. Sebagai contohnya adalah penyu yang kerap kali tersangkut kumpulan sampah
bahkan memakan sampah plastik dan mikroplastik karena menganggap sampah
tersebut adalah makanan, padahal penyu merupakan salah satu hewan laut yang
paling dilindungi, tak hanya terjadi pada penyu, hal inipun terjadi pada burung laut
dan singa laut. Bahaya sampah yang mengandung zat-zat kimiawi pada hewan
diantaranya adalah menimbulkan luka fisik di saluran usus, translokasi ke jaringan
atau organ lain, penurunan berat badan yang signifikan, pengurangan aktivitas makan
yang signifikan, dan cacat perkembangan. (Fajar, 2017)
Direktur Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI Jose Tavares
mengungkapkansetiap tahun sedikitnya 12,7 juta metrik ton sampah plastik yang
diproduksi di daratan dibuang ke laut di seluruh dunia. Sampah plastik ini tidak hanya
mencemari lautan, tapi juga membahayakan kelangsungan makhluk hidup, termasuk
kita, sampah plastik yang berasal dari daratan dan dibuang ke laut jumlahnya
menc1apai 80 persen dari total sampah yang ada di laut. Sampah-sampah tersebut
masuk ke lautan, disebabkan oleh pengelolaan sampah yang kurang efektif dan
perilaku buruk dari masyarakat pesisir di seluruh dunia dalam menangani sampah
plastik. Polusi laut akibat sampah plastik ini tidak hanya berdampak buruk terhadap
lingkungan, tapi juga merugikan dari sisi ekonomi karena pendapatan negara dari
sektor kelautan juga menurun. Oleh itu, harus dicari solusi yang tegas untuk
mengatasi persoalan sampah plastik yang ada di laut. (Fajar, 2017)

1
Mahasiswa Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

1
Lautan sebagai salah satu keunggulan bangsa kita tentunya harus kita jaga dan
pelihara mengingat kebuthan akan ikan-ikan dilaut dan sebagainya terus meningkat,
tidak semestinyalah laut menjadi tempat akhir dari pembuangan sampah kita tetapi
ada cara lain yang bisa kita lakukan untuk mencegah hal tersebut misalnya saja,
pengelolahan sampah daur ulang, upaya pengelolaan sampah menjadi produk yang
bermanfaat juga sangat penting untuk ditingkatkan dengan didukung oleh teknologi
yang berkembang saat ini, misalnya saja mengkonversikan sampah menjadi energi,
selain itu kemasan bio-plasticberbahan dasar singkong maupun tanaman lainnya juga
berpotensi dikembangkan. Namun yang paling penting adalah kesadaran tiap individu
untuk dapat mengurangi polusi plastik.
Permasalah ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah ataupun
institusi terkait, tapi masyarakat juga perlu berperan aktif dan turut
berkontribusi. Misalnya saja berperilaku bijak dalam menggunakan produk berbahan
dasar plastik bahkan sebisa mungkin menghindari penggunaan barang-barang yang
berpotensi menjadi sampah, bukan hanya plastik, sehingga mengurangi produksi
sampah plastik ataupun sejenisnya demi terciptanya lingkungan yang bersih dan
sehat. Berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi saat ini dalam mengelola
sampah plastik yang ada di laut harus dipecahkan bersama. Selain itu, harus juga
dibahas bagaimana mencari inovatif, kebijakan lokal dan nasional, kemitraan swasta,
publik, dan pendidikan untuk perubahan perilaku masyarakat agar berperan aktif
memerangi sampah plastic, maka dari itu apa yang perlu di lakukan untuk
menghadapi persoalan yang seperti ini ?, Serta tindakan apa yang dapat dilakukan
oleh pemerintah untuk menyadarkan dan mengubah paradigma masyarakat luas
bahwa tindakan yang mereka lakukan yakni laut sebagai tempat pembuangan akhir
itu ternyata salah besar ?
Pembahasan
Hampir setiap kegiatan kita sehari-hari bisa dikata menghasilkan sampah,
sampah dari sisa makanan, pembungkus makanan, kertas, kayu,kaca, botol dan masih
banyak lainnya. Jenis-jenis sampah dibagi berdasarkan sifat, berdasarkan bentuk, dan
berdasarkan sumbernya, berdasarkan sifat sendiri sampah dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu sampah organik dan sampah anorganik, sampah organik adalah
sampah yang mudah membusuk seperti: sisa makanan, daun-daunan yang kering,
sayuran, sampah anorganik sendiri ialah sampah yang tidak mudah membusuk dan
terurai dengan cepat seperti ; plastik, botol, kaleng kayu dan lainnya. Sampah
berdasarkan bentuknya terdiri atas sampah padat (sampah dapur, kaca, metal) dan
sampah cair (limbah rumah tangga), dan berdasarkan sumbernya sampah sampah
berasal dari sisa.
Di Nusantara, sampah plastik tak hanya dijumpai di wilayah darat saja, tapi
juga sudah menyebarluas ke wilayah laut yang luasnya mencapai dua pertiga dari
2
total luas

3
Indonesia. Semua pihak dihimbau untuk terus terlibat dalam penanganan sampah
plastik yang ada di lautan. Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA)
mencatat, setiap tahun sedikitnya sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai
dan bermuara di lautan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.000 plastik mengapung di
setiap kilometer persegi setiap tahunnya. Fakta tersebut menasbihkan Indonesia
menjadi negara nomor dua di dunia dengan produksi sampah plastik terbanyak di
lautan. Sekretaris Jenderal KIARA Susan Herawati mengatakan, semakin banyak
sampah plastik di lautan, maka semakin besar ancaman bagi kelestarian ekosistem di
laut. Meski ancaman kerusakan tak hanya berasal dari sampah plastik, tetapi dia tetap
mengingatkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari sampah plastik juga sangat
berbahaya. Khusus untuk sampah plastik, Susan menyebutkan, Indonesia hanya kalah
dari Tiongkok saja dalam hal produksi tahunan dan mengungguli 18 negara dari total
20 negara di dunia yang produksi sampah plastik di laut tinggi. Ke-18 negara itu,
termasuk di dalamnya adalah Filipina, Vietnam, Sri Lanka, Thailand, Mesir, Nigeria,
Malaysia, dan Bangladesh. Masih banyak orang yang berpikir bahwa laut adalah
tempat sampah besar padahal laut adalah sumber pangan yang strategis. (Ambari,
2018)
Beberapa kejadian menyayat hati menimpa beberapa satwa laut, beberapa di
antaranya mati karena mengonsumsi sampah plastik. Kejadian miris tersebut tentu
bukan tanpa sebab, tumpukan sampah di lautan menjadi ancaman karena merusak
keberlangsungan ekosistem laut ada 25 triliun puing-puing plastik di lautan. Dari
massa itu, 269.000 ton mengapung di permukaan. Sementara sekitar empat miliar
microfiber plastik per kilometer persegi mengotori laut dalam. Plastik ini tentu
menjadi musuh besar satwa laut. Studi terbaru yang ditulis oleh para peneliti di
Universitas Plymouth, 700 spesies laut yang berbeda terancam oleh plastik. Bahkan
693 spesies telah didokumentasikan mengalami gangguan karena puing-puing plastik,
400 di antaranya melibatkan belitan dan konsumsi plastik. Pencemaran oleh plastik
ini mengakibatkan dampak yang lebih buruk. Banyak satwa laut memakan plastik,
sehingga terganggu sistem pencernaannya. Tidak jarang yang mati karena tidak bisa
mencerna plastik. (Utomo, 2018).
Kabar ini masih cukup hangat. Paus sperma ditemukan sudah menjadi
bangkai. Dimana saat didalami penyebabnya ditemukan pada perutnya terdapat
berbagai jenis sampah. Bangkai paus itu ditemukan di perairan Pulau Kapota,
Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 19 November 2018. Di perutnya, ada sampah gelas
plastik 750 gr (115
buah), plastik keras 140 gr (19 buah), botol plastik 150 gr (4 buah), kantong plastik
260
gr (25 buah), serpihan kayu 740 gr (6 potong), sandal jepit 270 gr (2 buah), karung
nilon 200 gr (1 potong), dan tali rafia 3.260 gr (lebih dari 1.000 potong). Total berat
basah sampah 5,9 kg. Seekor penyu mati terdampar di Pantai Congot, Kulon Progo.
Penyu yang sudah menjadi bangkai ditemukan pemancing, mirisnya kondisi perut

4
penyu penuh sampah. Januari 2016 lalu, 13 paus sperma ditemukan mati terdampar di

5
beberapa pantai di Jerman, Inggris, dan Belanda. Peristiwa ini sempat menjadi
sorotan dunia. Setelah dilakukan nekropsi (pembedahan), ditemukan gumpalan-
gumpalan plastik di dalam perutnya. Yang paling mengerikan adalah jaring ikan
sepanjang 15 meter ditemukan tersangkut di perut salah satu paus. Paus sperma
biasanya makan cumi-cumi, udang, kepiting, dan ikan. Namun, paus-paus ini tanpa
sengaja memakan sampah plastik yang terbawa ke lautan. Penelitian terbaru Qamar
Schuyler dari the University of Queensland yang diterbitkan pada Global Change
Biology mengatakan sekitar 52% penyu laut di seluruh dunia telah memakan sampah
plastik. Penyu lekang (Lepidochelys olivacea) yang biasanya makan ubur-ubur dan
hewan lain yang mengambang di laut terbuka merupakan salah satu korbannya.
Penelitian yang dilakukan di University of Exeter UK menemukan bahwa dibutuhkan
waktu enam kali lebih lama bagi hewan laut untuk membebaskan diri dari sampah
mikroskopis laut jika dibandingkan dengan memakannya secara langsung. Sampah
mikroskopis ini masuk bersama air yang melewati insang sebagai alat pernapasan
bagi hewan laut. (Utomo, 2018)
Pengolahan sampah sendiri adalah langkah sederhana yang dapat kita lakukan
untuk menghadapi pembuangan sampah ke lautan mengingat Indonesia saat ini
adalah negara kedua penyumbang sampah terbanyak ke lautan. Mentri kelautan Susi
Pudjiastuti menyatakan Indonesia merupakan penyumbang sampah terbanyak kedua
yang dibuang ke laut. Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik
Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia
mencapai 64 juta ton/ tahun dimana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik
yang dibuang ke laut. Jika tindakan ini terus berlanjut maka akan membahayakan
makhluk bawah laut serta ekosistem didalamnya. (Puspita,2018)
Pengolahan sampah merupakan bagian dari penanganan sampah menurut UU
No. 18 Tahun 2008 didefinisikan sebagai proses perubahan bentuk sampah dengan
mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. Pengelolahan sampah
merupakan kegiatan yang dimaksud untuk mengurangi jumlah sampah, disamping
memanfaatkan, nilai yang masih terkandung dalam sampah itu sendiri (bahan daur
ulang, produk lain dan energy). Pengelahan sampah dapat dilakukan berupa
pengomposan, recycling daur ulang, pembakaran (insinerasi), dan lain-lain.
Pengelolahan secara umum merupakan proses transformasi sampah baik secara fisik
kimia maupun biologi. (Irman, 2017).Santri Alim mengungkapkan mengenai
pengolahan sampah bahwa Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan, daur ulang, atau pembuangan dari material sampah yang dihasilkan dari
kegiatan manusia. Sampah haruslah diolah untuk mengurangi dampaknya terhadap
kesehatan, lingkungan maupun estetika. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bertujuan untuk mengubah

6
sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis. Sampah juga perlu diolah agar
menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. (Alim, 2017).
Metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi serta mencegah maslah ini
ialah pencegahan zat sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan “pencegahan
sampah”. Metode ini yaitu dengan menggunakan kembali barang bekas pakai,
memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau
digunakan kembali, mengajak konsumen mengurangi penggunaan barang sekali
pakai, dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk
fungsi yang sama. Selain melakukan pencegahan yang dapat dilakukan ialah daur
ulang sampah, daur ulang. Daur ulang adalah proses pemilahan sampah yang masih
memiliki nilai secara materiil untuk digunakan kembali. Ada beberapa cara daur
ulang, pertama yaitu mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau
mengambil energi dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik.
Sedangkan sampah yang tidak dapat kita daur ulang dapat diolah, adapun konsep
pengolahan sampah yaitu : Hierarki sampah – konsep ini merujuk pada “3M” yaitu,
mengurangi sampah, menggunakan kembali sampah, dan daur ulang. Tujuan hierarki
sampah adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-produk praktis
dan untuk meminimalisir jumlah limbah yang dihasilkan. Perpanjangan tanggung
jawab penghasilan sampah. EPR adalah strategi yang dirancang untuk
mempromosikan intregasi semua biaya yang berkaitan dengan semua produk-produk
para produsen di seluruh siklus hidup produk dan kemasan yang dibawa ke pasar.
Artinya perusahaan yang membuat, mengimpor atau menjual produk diminta untuk
bertanggung jawab atas produk mereka sejak manufaktur hingga akhir masa
penggunaannya. Prinsip pengotor pembayar – prinsip ini yaitu pihak pencemar
membayar dampak dari aktivitasnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan
limbah, umumnya merujuk kepada penghasilan sampah untuk membayar sesuai
dengan volume dan jenis sampah yang dibuang. (Alim, 2017)

Masalah sampah tidak hanya menjadi pekerjaan satu pihak saja melainkan
semua elemen masyarakat serta pemerintah harus ikut andil dalam masalah seperti ini
agar lautan yang memiliki peranan penting dalam kehidupan serta ekosistem yang
tumbuh didalamnya bisa menjalani hidup sebagaimana mestinya. Untuk itu peranan
dan kesadaran dari kita sangat memiliki dampak yang baik untuk kelangsungan biota
laut serta manusia sendiri. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
menyatakan sampah plastik di laut seperti yang terjadi di Bali adalah tanggung jawab
bersama, karena sampah tersebut bisa berasal dari mana saja. Direktur Jenderal
Pengelolaan Limbah, Sampah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK Rosa
Vivien Ratnawati mengatakan, Indonesia dan semua negara harus sama-sama
memerangi sampah dikarenakan sampah saat ini begitu banya, khususnya sampah
plastik di laut. Rosa Vivien menegaskan, Indonesia sangat berkomitmen untuk
mengelola sampah dengan baik. Komitmen ini bisa dilihat dari terbitnya Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan peraturan
turunannya.

7
Pemerintah juga terus menyosialisasikan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 97
tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah, yang
menargetkan pengurangan sampah sebesar 30% dan penanganan sampah 70% pada
tahun 2025. Secara langsung pemerintah turun ke masyarakat dan membentuk suatu
gerakan serta komunitas peduli sampah, contohnya di Bali yang dibentuk langsung
oleh pemerintah setempat beberapa lembaga swadaya masyarakat di Bali juga sudah
membuat gerakan kurangi kantong plastik. Bantuan juga datang dari dunia
internasional, antara lain dari World Bank bekerja sama dengan Kementerian
Koordinator Bidang Maritim yang melakukan kajian sampah plastik di laut 20 lokasi,
satu di antaranya Bal. (Damaledo, 2017)

Kementerian Koodinator Kemaritiman menyatakan sudah menyiapkan


sejumlah tahapan, antara lain melalui pendidikan seperti dijelaskan oleh Deputi SDM,
Iptek dan Budaya Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman Safri Burhanudin.
Tahapan pertama adalah memberikan pendidikan kembali, perubahan mindset dari
pendidikan untuk anak-anak dari usia dini, setelah itu pengurangan dari sampah yang
ada baik di darat, 80% itu sampah laut dari darat, harus itu kita kontrol. Selain itu,
pemerintah juga akan bekerja sama dengan negara-negara ASEAN yang telah
memiliki komitmen untuk mengurangi sampah plastik, serta membenahi pengelolaan
sampah di tingkat daerah dan pusat. Kerja sama internasional perairan, keempat
penataan hubungan kelembagaan, bagaimana kita ketahui masalah sampah ini tupoksi
(tugas kementerian) lingkungan hidup, di daerah transisi itu kumuh karena itu
menjadi tumpang tindih atara pemerintah pusat. Tahap kelima, menurut Safri yaitu
pemerintah akan memperhatikan masalah sistem keuangan dan pendanaan dalam
pengelolaan sampah. (Lestari, 2017)

Aryo Hanggono dari Staff Ahli Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut KKP
juga memaparkan bahaya dari sampah plastik di laut Indonesia hingga polusi lain
seperti minyak. Ia mengatakan bahwa: sampah itu dari yang kita collect dari
Kemenkomaritim itu 2.400 kantong plastik digunakan setiap detik. Kalau yang ke
laut itu 8 juta ton per tahun. Kalau plastik di daerah-daerah yang kotanya padat.
Polutan lain itu air dari kapal sama tumpahan minyak. Terkait masalah yang sudah
menahun itu, pihak KKP pun telah melakukan sejumlah aksi nyata untuk
mengentaskan permasalahan sampah di laut. Mereka ada program bersih pantai ada,
kalau pernah dengar gerakan cinta laut (Gita Laut) itu dilombakan di masing-masing
kabupaten, ada sekolah pantai juga. Yang lain di pelabuhan perikanan kita buat pasar
ikan modern biar sampahnya gak ke mana-mana. Ada juga jambore pantai berlaku
seluruh Indonesia.Namun tidak hanya di laut, pihak KKP juga telah mencoba
melakukan sejumlah tindakan pencegahan baik di darat mau pun laut. Contohnya
seperti pemberian edukasi di darat, pengurangan sampah laut, pengendalian sampah
masuk laut hingga memberi penjelasan dampak 'marine debris' pada laut. Senada
dengan pihak KKP, KemenLHK juga menggarisbawahi masalah sampah yang ada
8
di Indonesia.

9
Turut hadir di lokasi, Ridwan dari Kasubdit Promosi dan Pemasaran Jasa Lingkungan
Hutan Konservasi mengajak semua pihak untuk ikut bahu membahu mengatasi
masalah sampah. Ridwan mengajak seluruh elemen bangsa mengatakan bahwa
masalah sampah yang di laut itu banyak kiriman dari luar. Tidak otomatis dari dalam
kawasan. Sehingga butuh keterpaduan dalam penangannaya oleh pemerintah daerah,
terutama kesadaran masyarakat pinggir pantai untuk lebih peduli soal sampah,
melihat potret laut Indonesia yang tercemar oleh sampah tentu bukan jadi tanggung
jawab Pemerintah semata, melainkan kita bersama. Upaya pemberantasan sampah
pun baiknya dimulai dari diri sendiri. (Prakoso, 2018)

Kesimpulan

Plastik merupakan salah satu ketergantungan dari aktivitas masyarakat


Indonesia. Penggunaan plastik dan pembuangannya terkesan masih sangat
sembarangan, apabila kebiasaan ini terus terjadi akan menjadi ancaman, baik untuk
manusia maupun makhluk sekitar. Sampah memiliki dampak yang sangat buruk bagi
lingkungan apabila dibiarkan terus menerus, sampah plastik khususnya, lama
kelamaan jika tidak ditangani akan sulit terurai dan berubah menjadi microplatic,
microplastic ini bisa saja termakan oleh ikan-ikan yang kita konsumsi yang mana jika
dikonsumsi oleh manusia akan menimbulkan penyakit kanker,ketika lautan
menampung sampah, sampah-sampah ini akan termakan oleh makhluk laut hingga
menyebabkan gangguan pada organ dan berujung pada kematian, makhluk laut
mengira bahwa sampah adalah suatu mangsa atau makanan sehingga sampah tersebut
termakan dan menyebabkan kematian. Sampah juga dapat merusak ekositem bawah
laut, merusak pemandangan laut dan masih banyak lagi dampak sampah terhadap
laut, mengingat laut adalah salah satu sumber kehidupan manusia.

Pengelolahan sampah perlu dilakukan agar masalah seperti ini tidak akan
berkesinambungan, mengurangi penggunaan plastik atau mengganti kantungan
plastik dengan kantungan yang ramah lingkungan, mendaur ulang sampah,
menggunakan sedotan yang ramah lingkugan, dan masih banyak lagi cara yang lain
untuk mengurangi penggunaan plastik. Indonesia yang menjadi peringkat kedua
penyumbang sampah terbanyak kelautan setelah Tiongkok adalah hal yang terkesan
kurang baik dimata dunia, untuk itu peranan Pemerintah sangatlah besar guna
mengubah paradigma masyarkat bahwa apa yang sebenarnya masyarakat lakukan
ternyata berbahaya bagi mereka sendiri, makhluk dan lingkungan sekitar. Tindakan
yang dapat dilakukan oleh pemerintah yakni: mengubah mindset masyarakat melalui
sosialisasi langsung, pembentukan gerakan cinta lingkungan, pemahaman akan
pentingnya lingkungan bersih serta memberikan pemahaman bahwa masalah
sampah bukan hanya menjadi

1
0
tenggung jawab pemerintah tetapi instansi terkait, masyarakat luas yang memiliki
peranan yang penting, dan yang terpenting adalah kesadaran diri guna terciptanya
lingkungan bersih dan sehat untuk kenikmatan bersama.

DAFTAR PUSTAKA
Alim, Santri. 2017. Jenis-Jenis Sampah dan Cara Pengelolaannya.
https://santrialim.com/jenis-jenis-sampah/ .(Diakses pada 05 Mei 2019, 15 40)
Ambari. 2017. Sampah Semakin Ancam Laut Indonesia, Seperti Apa.
https://www.mongabay.co.id/2017/09/18/sampah-plastik-semakin-ancam-laut-
indonesia-seperti-apa/ .(Diakses pada 05 Mei 2019, 15.34).
Ambari. 2017. Ancaman Sampah Plastik Untuk Ekosistem Laut Harus Segera
Dihentikan Bagaimana Caranya?.https://www.mongabay.co.id/2018/07/26/ancaman-
sampah-plastik-untuk-ekosistem-laut-harus-segera-dihentikan-bagaimana-caranya/.
(Diakses 05 Mei 2019, 16.10).
Damaledo, Yandri. 2018. Pemerintah Terus Upayakan Atasi Sampah di Laut
Indonesia. https://tirto.id/pemerintah-terus-upayakan-atasi-sampah-di-laut-indonesia-
cFUj .(Diakses 05 Mei 2019, 16.50).
Lestari, Sri. 2017. Indonesia Kurangi Plastik di Laut Samapi 70 %.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40318924. (Diakses 05 Mei 2019, 20.00).
Puspita, Sherly. 2018. Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua di
Dunia. https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/19/21151811/indonesia-
penyumbang-sampah-plastik-terbesar-kedua-di-dunia .(Diakses 05 Mei 2019, 16.22).
Prakoso, Johanes.2018. Laut Indonesia Darurat Sampah Ini Tindakan Pemerintah.
https://travel.detik.com/travel-news/d-3905809/laut-indonesia-darurat-sampah-ini-
tindakan-pemerintah. (Diakses 05 Mei 2019, 19.17).
Utomo, Kurnia. 2018. Kasus Satwa Laut Makan Sampah Plastik Paling
Mengenaskan. https://www.brilio.net/duh/7-kasus-satwa-laut-makan-sampah-plastik-
paling-mengenaskan-181214w.html#. (Diakses 05 Mei 2019, 16.30).

1
1

Anda mungkin juga menyukai