Anda di halaman 1dari 8

STUDI KASUS

MABIM FKIP JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI 2021

KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN BIOMA

Diusulkan oleh kelompok:


Mulia Nissa; 212154105
Salsa Tiara Aulia; 212154106
Sarah Elita Nurjanah; 212154103

UNIVERSITAS SILIWANGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
TASIKMALAYA
2021
Pengertian Studi Kasus
Studi kasus merupakan penelitian yang menekankan pada pemahaman yang lebih
mendalam akan fenomena tertentu terhadap individu. Studi kasus juga berguna
dalam mengekspolorasi masalah yang belum atau pun masih sedikit yang
diketahui tentang fenomena tertentu (Sri Yona 2006). Penelitian studi kasus (case
study) adalah salah satu bentuk penelitian kualitatif yang berbasis pada
pemahaman dan perilaku manusia berdasarkan pada opini manusia (Polit & Beck,
2004). Hasil akhir studi kasus adalah pemahaman yang mendalam akan suatu
fenomena (Sri Yona, 2006).

CATATAN:
 Halaman daftar isi diberi nomor halaman dengan huruf: i, ii, iii, yang
diletakkan pada sudut kanan bawah. Halaman inti adalah halaman proposal
yang memuat Latar Belakang sampai dengan Daftar Pustaka. Halaman inti
dan lampiran diberi nomor halaman dengan angka arab: 1, 2, 3, yang
diletakkan pada sudut kanan atas.
 Tipe huruf menggunakan Times New Roman ukuran 12.
 Teks menggunakan jarak baris 1,15 spasi dan perataan teks menggunakan rata
kiri dan kanan.
 Layout menggunakan ukuran kertas A-4, satu kolom, margin kiri 4 cm,
margin kanan, atas, dan bawah masing-masing 3 cm.

<Setiap kalimat yang berwarna merah silahkan untuk


dihapus>
SAMPAH PLASTIK BERPENGARUH TERHADAP
KESEIMBANGAN EKOSISREM LAUT (STUDI KASUS:
KERUSAKAN PANTAI DI INDONESIA DIAKIBATKAN ULAH
MASYARAKAT SEKITAR)

A. Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan laut dan daratan. Kondisi
tersebut menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan dari berbagai
aktivitas dan fenomena yang terjadi di darat maupun di laut. Fenomena yang
terjadi di daratan antara lain abrasi, banjir dan aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat yaitu pembangunan permukiman, pembabatan hutan untuk
persawahan, pembangunan tambak dan sebagai yang pada akhirnya memberi
dampak pada ekosistem pantai. Demikian pula fenomena-fenomena di lautan
seperti pasang surut air laut, gelombang badai dan sebagainya (Hastuti, 2012).
Plastik ialah polimer hidrokarbon rantai panjang yang terdiri atas jutaan
monomer yang saling berikatan serta tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme (Trisunaryanti, 2018). Sampah plastik membutuhkan waktu
200 hingga 1.000 tahun buat bisa terurai. Sampah plastik dapat menimbulkan
pencemaran terhadap tanah, air tanah, dan makhluk bawah tanah. Bahkan
racun dari partikel plastik yang masuk ke pada tanah akan membunuh hewan
pengurai di dalam tanah seperti cacing. tidak hanya itu, PCB (Polychlorinated
Biphenyls) yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang
maupun tumbuhan akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai kuliner,
serta masih banyak lagi dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah
plastik.
laut dianggap menjadi daerah pembuangan akhir bagi kehidupan
manusia, tetapi hal itu diabaikan oleh manusia sebab laut mempunyai volume
air yang relatif besar serta memiliki kemapuan buat mengencerkan segala
jenis zat yg dirasa tidak akan menyebabkan dampak sama sekali. terdapat
suatu ekosistem kehidupan di dalam bahari yg harus dilestarikan yg
mempunyai kemampuan untukmempertahankan suatu ekuilibrium dan galat
satu kebutuhan insan. Kelestarian air bahari apabila terkotori oleh zat-zat yg
disebabkan sang limbah insan secara terus-menerus dengan volume yg besar
dalam konsentrasi yang tinggi, maka dapat mengakibatkan rusaknya
keseimbangan bahari, rusaknya ekuilibrium bahari bisa berdampak pada
kelestarian alam dan terjadi akibat global buat selanjutnya

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masasalah dari study kasus ini sebagai berikut:
1. Faktor apa yang menimbulkan kerusakan pada
C. Penelitian dan Pengumpulan Data
Pengelolaan sampah di Indonesia merupakan permasalahan yang belum
dapat ditangani dengan baik. Kegiatan untuk mengurangi sampah baik di
masyarakat sebagai penghasil sampah maupun di tingkat kawasan masih
sekitar 5% sehingga sampah tersebut dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA),sementara lahan TPA tersebut sangat terbatas. Komposisi sampah
terbesar di TPA selain sampah organik 70% terdapat sampah non organik
yaitu sampah plastik 14%, (Purwaningrum,2016). Lebih lanjut dikemukakan
bahwa berdasarkan data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
bahwa total jumlah sampah Indonesia di 2019 akan mencapai 68 juta ton, dan
sampah plastik diperkirakan akan mencapai 9,52 juta ton, dan hasil penelitian
Jeena Jambeck 2015 menyatakan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua
dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton,
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menargetkan pengurangan
sampah plastik lebih dari 1,9 juta ton hingga tahun 2019. Perkembangan
tentang isu sampah laut memasuki babak baru. Pemerintah Indonesia terkejut
sejak penelitian Jenna Jambeck, peneliti dari Universitas Georgia, Amerika
merilis hasil penelitiannya di jurnal Science. Pertama bahwa Indonesia
merupakan negara kedua terbesar penyumbang sampah sebesar 3.2 juta ton.
Kita hanya kalah dari negara Tiongkok di peringkat pertama. Kedua bahwa
dari 192 negara pesisir (termasuk Indonesia), setidaknya sudah membuang
sampah kelaut sebesar 12.7 juta ton. Dengan jumlah penduduk yang lebih
sedikit dari India, negara tersebut masih jauh dibawah Indonesia dalam
menyumbang sampah kelaut. Ketiga adalah prediksi kenaikan jumlah sampah
yang masuk ke laut akan berlangsung secara eksponensial jika infrastruktur di
darat tidak diperbaiki. Unfuk menanggulangi sampah plastik beberapa pihak
mencoba untuk membakamya. Tetapi pruses pembakaran yang kurang
sempuma dan tidak mengurai partikel-partikel plastik dengan sempuma
sehingga akan menjadidioksin di udara. Bila manusia menghirup udara
tersebut manusia akan rentan terhadap berbagai penyakit di antaranya kanker,
gangguan sistem syaral hepatitis, pembengkakan hati dan gejala depresi.

A. Sampah di laut Indonesia diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya:


1. Konstelasi sebaran penduduk yang sebagian besar berada pada tepian
badan air seperti sungai dan laut. Hal ini juga diperparah dengan
paradigma masyarakat, “laut masih bisa dianggap dapat mengelola
sampah”. Kemudian, alih teknologi yang belum mumpuni.
2. Industri masing menganggap bahwa plastik adalah bahan yang murah,
mudah dibuat, dan tahan lama. Perubahan proses produksi dianggap tidak
akan mampu mengembalikan modal dalam jangka pendek.
3. Adanya kebijakan dan aturan yang tumpang tindih.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan
dan pengelolaan sampah yang baik.
Dampak Sampah Plastik Terhadap Ekosistem Laut
Jika secara global, permasalahan sampah saat ini lebih fokus pada sampah
plastik, maka permasalahan di Indonesia sedikit berbeda. Dari hasil penelitian
komitmen research Group sejak tahun 2011, beberapa pesisir yang pernah
dikaji di kepulauan Biawak,Pangandaraan, Handeleum, P. Panjang ditemukan
bahwa sampah stereofoam adalah yang terbanyak, diikuti dengan plastik
(botol). Proporsi Keterlibatan Indonesia Permasalahan sampah ini sangat
kompleks karena melibatkan budaya, kebijakan, tata kelola, dan masuknya
politik luar negeri. Jika melihat pada konteks global, Indonesia harusnya dapat
terlibat secara aktif dalam pengurangan dan penanganan sampah. Hal ini
menjadi kewajiban Indonesia dalam tataran global dalam mendukung tatanan
laut dan sejalan dengan visi kebijakan kelautan Indonesia dan program
Nawacita yang diprakarsai oleh Joko Widodo. Kantong plastik terbuat dari
penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas dan batu bara
mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui.Semakin banyak
penggunaan palstik berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam
tersebut. Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivini
terbuat dadpolychloinated biphenyl {PCB} yang mempunyai struktur mirip
DDT. Serta kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga
membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun.

B. Dampak plastik tertadap lingkungan. antara lain:


1. Tercemamya tanah, air tanah, dan makhluk bawah tanah. Plastik yang
menutupi akar mangrove dapat menyebabkan perlahan-lahan kematian
bagi mangrove.
2. Sampah plastic dapat membunuh terumbuh karang sebagai
biodeversitas tinggi bagi lautan.
3. Berkurangnya mangrove sebagai pengurai racun di laut dapat
menyebaban kerusakan bagi ekosistem laut lainnya.
4. Hewan- hewan laut seperti ikan, lumba-lumba, penyu laut, dan anjing
laut menganggap kantong-kantong plastik tensebut makanan dan
akhinya mati karena tidak dapat menelanya.
5. Ketika hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya
tetap tidak akan hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan
lainnya.
6. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan
membunuh hewan- hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
7. PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang
maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan nantai
makanan.
8. Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam
tanah.
9. Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi
sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah
yang mampu meyuburkan tanah.
10. Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan
ringan akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.
11. Hewan-hewan dapat terierat dalam tumpukan plastik.
12. Pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan
mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai
yang menyebabkan banjir.

D. Solusi
Sementara Alex (2012) menyatakan metode pengelolaan sampah berbeda-
beda tergantung dari banyak hal seperti jenis zat sampah, tanah untuk
mengolah dan ketersediaan area di mana metode tersebut secara umum
berupa:
1. Solid waste generated: penentuan timbulan sampah.
2. On site handling: penangan di tempat atau pada sumbernya. Tahap ini
terbagi menjadi tiga, yakni:
3. Pengumpulan (collecting)
4. Pengangkutan (transfer and transport)
5. Pengolahan (treatment), seperti pengubahan bentuk, pembakaran,
pembuatan kompos dan energy recovery (sampah sebagai penghasil
energi).
6. Pembuangan akhir: pembuangan akhir sampah harus memenuhi
syarat-syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Penanggulangan Sampah Secara Umum
1. Mengurangi penggunaan kantong plastik dengan menggantinya dengan
alat (kain) untuk membungkus barang atau dikenal dengan furoshiki
2. Pengolahan limbah plastik menggunakan metode fabrikasi
3. Penggunaan plastik biodegradable yang lebih mudah terurai di alam.
4. Melakukan penyuluhan disetiap daerah untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap pengelolaan sampah plastik dan bahaya sampah
plastik pada ekosistem laut.

E. Kesimpulan
Masalah pencemaran plastik telah menjadi masalah dunia. Indonesia
menempati peringkat ke-2 dalam hal pembuangan sampah plastik ke laut.
Ditemukannya seekor paus jenis Sperm Wale memiliki panjang 9,5 meter
terdampar di perairan Wakatobi. Kematian paus ini diperkirakan karena
memakan sampah. Sampah plastik yang ditemukan dalam perut ikan paus
mencapai 5,9 kg. Plastik adalah senyawa polimer yang terbentuk dari
polimerisasi molekulmolekul kecil (monomer) hidrokarbon yang membentuk
rantai yang panjang dengan struktur yang kaku. Plastik terkait erat dengan
sifatnya yang non-biodegradable, yakni tak akan pernah bisa di uraikan oleh
organisme pengurai di alam. Plastik hanya menjadi potongan-potongan kecil
di alam dan itupun memerlukan proses yang sangat lama yang bisa mencapai
1000 tahun, artinya bahan plastik akan selama-lamanya berada di alam, dan
akan menimbulkan polusi lingkungan, baik di darat, laut, maupun udara.
Tragedi yang terjadi adalah bahwa semua hewan laut adalah pemburu dan
penjelajah ulung, memiliki indera yang diasah oleh evolusi ribuan tahun
untuk menargetkan apa yang sering menjadi jajaran mangsa yang sangat
spesifik. Plastik tidak hanya terlihat seperti makanan, baunya, rasanya, dan
bahkan bunyinya terdengar seperti makanan. Sampah kita datang dalam
berbagai bentuk, ukuran dan warna yang menarik bagi beragam hewan.
Manusia memang tidak mungkin bisa menghapuskan penggunaan kantong
plastik 100%, tetapi yang paling memungkinkan adalah dengan memakai
ulang plastik (reuse),mengurangi pemakaian plastik (reduce), dan mendaur
ulang (recyclel). Selain itu, diperlukan regulasi dari pemerintah untuk
meredam semakin rneningkatnya penggunaan plastik.
DAFTAR PUSTAKA
Cordova. M Reza. 2027. Pencemaran plastik di laut. [Online] Diakses
pada tanggal 29 Oktober 2021 Pukul 12.56”.

Anda mungkin juga menyukai