Anda di halaman 1dari 22

TUGAS LITERATURE REVIEW

Manajemen Kesehatan Lingkungan dan Kawasan Pesisir


Dosen : Dr. Agus Bintara Birawida, S.Kel.,M.Kes

“LITERATURE REVIEW : Pengolahan Sampah Di Pesisir Dan


Kepulauan”

OLEH :

KELOMPOK 2

Izmi Fhadilla Suleman (K012202016)


Fatmawati Rahim (K012201001)
Muhammad Ichsan (K012201012)
Ayu Lestari (K012201040)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah merupakan suatu yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Pengelolaan sampah merupakan cara yang efektif untuk memutuskan rantai
penularan penyakit,dan juga untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan
masyarakat (Nurul et al., 2021).
Indonesia merupakan negara yang mempunyai kontributor sampah
plastik di laut urutan kedua setelah Cina. Penilaian tersebut merupakan hasil
riset dari Universitas di Amerika Serikat. Masalah sampah di Indonesia
merupakan masalah yang rumit, disebabkan perilaku-perilaku masyarakat
yang masih kurang peduli terhadap lingkungannya sendiri. Faktor lain yang
menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia adalah meningkatnya taraf
hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang
persampahandan juga partisipasi masyarakat yang kurang untuk memelihara
kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya. Selain itu sering pula
timbunan sampah merusak keindahan kota dan menimbulkan bau yang kurang
enak. Sampah yang semula indentik dengan dampak negatif, maka perlu
dicarikan jalan keluar atau ada inovasi yang merubah dari yang bersifat negatif
menjadi bersifat positif (Riska & Sriono, 2019).
Permasalahan sampah hingga saat ini masih menjadi pembahasan utama
bagi masyarakat, khususnya masyarakat pesisir pantai. Secara umum sampah
dibedakan menjadi tiga, yaitu sampah organik/basah, sampah
anorganik/kering, dan sampah berbahaya. Seiringdengan meningkatnya
jumlah penduduk di suatu wilayah maka juga mengakibatkan bertambahnya
volume sampah. Pola konsumsi masyarakat ikut memberi kontribusi dalam
peningkatan volumesampah yang semakin beragam jenisnya. Sampah rumah
tangga merupakan salah satu sumber sampah yang cukup besar eranannya
dalam peningkatan volume sampah di suatu lingkungan.Namun, sampah-
sampah ini pada akhirnyaakan terbawa hingga ke pesisir pantai dan sebagian
besarnya adalah sampah plastik. Sampah plastik merupakan salah satu sampah
yang tidak mudah terurai dan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan
(Sumiati et al., 2020).

B. Analisis Situasi

Sampah menjadi salah satu permasalahan yang dialami oleh berbagai


negara di dunia karena sifatnya yang sulit di urai, namun keberadaannya
semakin meningkat setiap tahun. Masing-masing negara memiliki jumlah
sampah yang berbeda dengan berbagai latar belakang penduduk dan kondisi
negaranya. Berdasarkan data dari World Bank 2012 menyatakan bahwa
pertambahan jumlah timbulan sampah sangat cepat, pada tahun 2012 jumlah
ini telah meningkat menjadi sekitar 3 miliar penduduk yang menghasilkan 1,2
kg per orang per hari (1,3 miliar ton per tahun), diperkirakan sampah ini akan
terus bertambah dan diprediksikan pada tahun 2025 akan mencapai 4,3 miliar
penduduk perkotaan yang menghasilkan sekitar 1,42 kg per orang (Sri et al.,
2020).
Sampah yang dihasilkan Indonesia secara keseluruhan mencapai
175.000 ton per hari atau 0,7 kilogram per orang. Sayangnya, pada 2014, data
statistik sampah di Indonesia mencatat bahwa Indonesia menduduki negara
penghasil sampah plastik kedua terbesar di dunia setelah Cina. Halini menjadi
masalah serius karena permasalahan ini belum mencapai titik terang. Jumlah
sampah di Indonesia akan terus meningkat jika penanganan sampah belum
serius (Merry et al., 2020).
Warga pesisir memegang peranan penting dalam membantu menjaga
kebersihan lingkungan pesisir dari pencemaran sampah. Peran strategis ini
menjadikan pengetahuan dan informasi mengenai bahaya dampak sampah di
lingkungan pesisir dan laut sangat penting untuk dipahami oleh warga pesisir.
Pemahaman yang dalam akan bahaya dan pentingnya menjaga lingkungan
akan membantu pembentukan pola pikir yang disiplin dan tertib dalam
pengelolaan sampah di ruang lingkup terkecil yaitu rumah tangga (Rizal et al.,
2021).
Perilaku masyarakat dalam pengolahan sampah dapat tergantung dari
banyak faktor, seperti pengetahuan masyarakat, tingkat pendidikan,
tersedianya fasilitas pembuangan sampah, serta intervensi yang dilakukan oleh
instansi kesehatan terkait, seperti penyuluhan (Merry et al., 2020).

C. Permasalahan

Wilayah pesisir termasuk wilayah yang rentan terhadap pencemaran


sampah. Sampah yang masuk ke perairan pantai dapat melalui proses run-off
atau dibuang langsung oleh manusia. Hal ini dapat menyebabkan
pendangkalan pantai dan perubahan beberapaparameter kualitas air.
Pencemaran sampah juga dapat mengurangi nilai estetika lingkungan pesisir,
mengganggu pelayaran, membahayakan kehidupan biota dan lingkungan laut,
merugikan masyarakat secara sosial ekonomi,membahayakan kesehatan
manusia bahkan dapat menyebabkan kematian. Dampak lainnya adalah dapat
mengangkut polutan organik yang persisten, menyebabkan sedimentasi,
eutrofikasi (red tide) pada alga, kekurangan oksigen (anoxia), kontaminasi
logam beratdalam rantai makanan, dan masuknya spesies asing (Nurmawati, et
al., 2018).
Peningkatan pola konsumsi masyarakat yang disebabkan karena
meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan jumlah produksi sampah juga
meningkat. Di sisi lain, kapasitas penanganan sampah yang dilakukan
masyarakat maupun pemerintah daerah belum optimal. Sampah yang tidak
dikelola dengan baik akan berdampak buruk terhadap lingkungan dan
kesehatan masyarakat sekitarnya. Dampak limbah rumah tangga yang dibuang
secara sembarangan akan mengakibatkan menurunnya kualitas air dan tidak
dapat dipergunakan lagi. Sedangkan dampak pembuangan limbah ke laut akan
mengakibatkan perubahan pada air laut yang akan mengancam kehidupan
ekosistem didalamnya (Mallapiang et al., 2020).
‌TUJUAN DAN MANFAAT

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yaitu untuk mengetahui pengolahan sampah di pesisir
dan kepulauan.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui solusi kesehatan dalam menagani sampah di pesisir
dan kepulauan.
b. Untuk mengetahui solusi lingkungan dalam menagani sampah di pesisir
dan kepulauan.
c. Untuk mengetahui solusi teknologi dalam menagani sampah di pesisir
dan kepulauan.
d. Untuk mengetahui solusi sosial/pemberdayaan dalam menagani sampah
di pesisir dan kepulauan.

B. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan kajian literature ini dapat memeberikan kegunaan bagi
akademisis, instansi terkait, dan masyarakat tentang pengolahan sampah di
kawasan pesisir dan kepulauan.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi instansi terkait, hasil kajian literature ini diharapkan dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan tindakan dalam
pengolahan sampah di kawasan pesisir dan kepulauan.
b. Bagi masyarakat, hasil kajian literature ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengolahan sampah
domestic yang terjadi di kawasan pesisir dan kepulauan.
Literatur Review : Pengolahan Sampah Di Pesisir Dan Kepulauan

A. Pembahasan
Persampahan merupakan isu penting dalam masalah lingkungan
perkotaan yang dihadapi sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan
peningkatan aktivitas pembangunan. Wilayah pesisir merupakan daerah
pertemuan antara wilayah daratan dengan karakteristik daratannya dan
wilayah lautan dengan karakteristik lautnya dan membawa dampak yang
cukup signifikan terhadap pembentukan karakteristik wilayah sendiri yang
lebih khas. Kekhasannya ini tidak hanya berlaku pada karakteristik sumber
daya alam dan sumber daya manusia serta kehidupan sosial yang terdapat
disekitarnya tetapi juga berdampak pada karakteristik persampahan di wilayah
pesisir. Penanganan sampah pesisir sangat komplek, ada beberapa hal yang
mempengaruhi yaitu sampah dari masyarakat yang tinggal dan melakukan
aktivitas di wilayah pesisir, sampah kiriman dari wilayah daratan atas yang
mengalir dari sungai atau selokan yang bermuara ke pesisir. Dengan melihat
kondisi yang terjadi di wilayah pesisir, kurangnya kesadaran masyarakat dan
minimnya pengetahuan tentang penanganan sampah membuat masyarakat
langsung membuang kotoran khususnya sampah ke selokan, halaman rumah
dan dibiarkan mengendap serta dibuang langsung ke sungai atau pesisir pantai
(Renwarin et al., 2015).
Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu ada penanganan baik dari
segi kesehatan, lingkungan, teknologi, serta social dan pemberdayaan dalam
pengolahan sampah pesisir.
A. Penanganan Sampah Dari Aspek Kesehatan
Berdasarkan penelitian Widya dkk (2020) sampah plastik dapat
mencemari tanah, udara, laut, bahkan udara, karena plastik sulit terurai.
Desa Cibiru Wetan, Kabupaten Bandung, merupakan kawasan
pertumbuhan perumahan baru. Seiring bertambahnya areal, sisa
pembangunan menjadi sampah, seperti kaleng. Kaleng dapat menampung
air dan dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang akan
mengganggu kesehatan. Salah satu cara untuk mengurangi dampak
tersebut adalah dengan memanfaatkan sampah kaleng ke dalam pot
tanaman. Oleh karena itu tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini
adalah pemanfaatan limbah timah untuk pot dalam upaya meningkatkan
kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan. Tahapan kegiatan ini
dimulai dari memberikan pemahaman tentang kesehatan lingkungan mulai
dari pemahaman, sampah, lingkungan, kesehatan hingga penggunaan dan
pelatihan pembuatan pot dari bahan sampah kaleng (Widya et al., 2020).
B. Penanganan Sampah Dari Aspek Lingkungan
Berdasarkan penelitian Hidayati dkk (2021) lingkungan pesisir tidak
terlepas dari produksi sampah yang cukup banyak, selain sampah rumah
tangga juga terdapat limbah hasil nelayan. Adanya sampah tersebut
dikarenakan kurangnya empati masyarakat sekitar dalam melestarikan
lingkungan. Jika sampah tersebut dibiarkan begitu saja akan menimbulkan
beberapa ancaman kesehatan maupun ancaman ekologi. Oleh karena itu
penanaman sikap peduli lingkungan harus diterapkan pada peserta didik
sejak dini, khususnya pada usia peserta didik sekolah dasar yaitu melalui
eco-education. Setelah adanya rasa empati terhadap lingkungan, peserta
didik akan lebih memperhatikan kelestarian lingkungannya. Sehingga
membuat peserta didik mampu meningkatkan kreativitasnya untuk
mengelola sampah serta mencipatakan nilai estetika pada karya seni
(Hidayati et al., 2021).
C. Penanganan Sampah Dari Aspek Teknologi
Berdasarkan penelitian Ramdiana dkk (2020) Kelurahan Cambayya
merupakan salah satuwilayah pesisir Kota Makassar yang memiliki
kondisi sampah yang sangat kompleks yaitu sampah dari masyarakat yang
tinggal dan melakukan aktivitas di wilayah pesisir, sampah kiriman dari
wilayah daratan atas yang mengalir dari sungai atau selokan yang
bermuara ke pesisir. Adanya program Pengabdian kepada Masyarakat ini
bertujuan melakukan kegiatan dalam bentuk pelatihan, praktek dan
pendampingan dalam pengolahan sampah organik menjadi kompos
dengan menggunakan teknologi Wind Powered Composter yang berlokasi
di kelompok warga RT A Kelurahan Cambayya. Masalah yang dihadapi
mitra adalah banyaknya timbulan sampah yang dihasilkan
dipermukimanpesisir Kelurahan Cambayya, warga belum mengetahui cara
mengolahsampah organik, dan belum ada penerapan teknologi terbarukan
yang praktis dan mampu diterima masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan. Teknologi yang diterapkan adalah Teknologi Wind Powered
Composter yang merupakan teknologi pengolahan sampah organik
menggunakan tenaga angin sebagai sumber energi menghasilkan kompos
yang dapat bermanfaat untuk penghijauan dan bernilai ekonomi. Metode
kegiatan ini diantaranya: Tahap persiapanyaitupengurusan surat izin,
sosialisasi kegiatan ke mitra, dan persiapan materi pelatihan,Tahap
pelaksanaan melakukan pelatihanmotivasi dalam mengolah
sampah,pelatihan pemilahan sampah organik,pembuatan alat komposter,
pelatihan SOP penggunaan alat, praktek pembuatan kompos, panen
kompos, dan pengemasan kompos, Tahap evaluasi dengan melakukan
pendampingan dan pengecekan berkala terhadap proses pembuatan
kompos (Ramdiana et al., 2020).

D. Penanganan Sampah Dari Aspek Sosial/pemberdayaan


Berdasarkan penelitian Ruslan dkk (2019) bahwa permasalahan
persampahan di Kelurahan Lapulu bukan hanya disebabkan karena
peningkatan jumlah penduduk saja, namun disebabkan pula dari
rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana dasar lingkungan
khususnya dalam bidang pelayanan persampahan yang tidak tuntas
sehingga menimbulkan adanya timbulan-timbulan sampah yang tidak
terangkut setiap harinya. Program pengabdian ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat tentang
pentingnya meningkatkan kesadaran pengelolaan sampah. Kegiatan
dilaksanakan dalam 2 bentuk, yang pertama bersifatnon-fisik berupa
sosialisasi pengelolaan sampah sejak dini pada anak Sekolah Dasar,
penyuluhan tentang pengelolaan sampah tingkat Rumah Tangga,
Pelatihan Pembuatan tempat sampah terpadu, dan pembagian leaflet
kesadaran pengelolaan sampah pada komunitas Pasar Lapulu. Kedua
berupa intervensi fisik yaitu pembuatan insenerator sederhana dan
gerakan kesadaran pengelolaan sampah di masyarakat. Kegiatan ini telah
terlaksana secara maksimal melalui pemberdayaan masyarakat dalam
membentuk kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah yang
dimulai dengan cara pemilahan sampah, pemanfaatan limbah sampah
dengan konsep 3R, menyediakan tempat pembuangan sampah yang ramah
lingkungan dan rutinitas membersihkansampah bersama-sama (Ruslan et
al., 2019).
Berdasarkan penelitian Mallapiang dkk (2020) bahwa permasalahn
sampah di Desa Gunturu , Kabupaten Bulukumba masyarakat yang
tinggal di daerah pesisir memang sering membuang sampah ke laut
sehingga menyebabkan masalah pencemaran lingkungan. Kebanyakan
masyarakat di daerah tersebut membuang sampah di selokan sehingga
menyebabkan terjadinya banjir ketika hujan turun. Dan masyarakatnya
yang tinggal di daerah pesisir pantai membuang sampah langsung ke laut.
Karena 90,47% warga tidak memiliki tempat penampungan sampah di
dalam rumah, dengan alasan setiap sampah yang ada langsung dibuang ke
laut. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah upaya penanganan
sampah yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat untuk
mengelola sampah, mulai dari tahap penimbunan, pengumpulan,
pengolahan hingga pemrosesan akhir. Program pemberdayaan masyarakat
melalui pengelolaan sampah organik dan anorganik sangat penting dan
strategis sebagai upaya pembangunan lingkungan berbasis masyarakat,
yaitu mengupayakan peran serta atau partisipasi masyarakat. Langkah ini
bukan hanya dilakukan untuk mengurangi penumpukan sampah saja,
namun juga untuk memberdayakan masyaraka agar peduli terhadap
lingkungan. Pemberdayaan masyarakat dalam sampah sangat beragam,
seperti mengolah sampah organik menjadi kompos dan mendaur ulang
sampah anorganik menjadi perkakas yang dapat digunakan kembali. Salah
satu metode untuk memberdayakan masyarakat dalam penyelesaian
masalah adalah dengan pendekatan Asset-Based Community
Development (ABCD). Pendekatan ABCD berasumsi bahwa yang dapat
menyelesaikan masalah masyarakat adalah masyarakat itu sendiri dan
segala usaha perbaikan dimulai dari perbaikan modal sosial. Pendekatan
ABCD ini tidak hanya digunakan dalam sektor kesehatan saja. Seperti
misalnya pada program pelatihan advokasi masyarakat yang diharapkan
meningkatkan kesehatan anak. Pendekatan ABCD digunakan untuk
membangun kemitraan dan kapasitas komunitas. Pemberdayaan
masyarakat dapat dilakukan dengan pendekatan ABCD yang
menginventarisi terlebih dahulu aset yang dimiliki oleh masyarakat untuk
digunakan sebagai sumber daya dalam pengolahan sampah (Mallapiang et
al., 2020).
Berdasarkan penelitian sumiati dkk (2019) bahwa permasalahan
sampah masyarakat pesisir pantai Desa Buhung Pitue Kecamatan Pulau
Sembilan yang merupakan lokasi dengan banyak menerima kiriman
sampah plastik setiap harinya yaitu rata-rata 1kg/hari. Hingga saat ini,
pengolahan sampah plastik kiriman masih belum terpecahkan, sehingga
menimbulkan banyak masalah bagi masyarakat pesisir pantai Desa
Buhung Pitue Pulau Sembilan. . Salah satu upaya yang dilakukan
masyarakat dalam mengatasi hal ini adalah dengan membakar dan
menimbun sampah plastik. Namun, upaya ini masih belum mampu
mengatasi penumpukan kiriman sampah plastic pada pesisir pantai Desa
Buhung Pitue Pulau Sembilan karena sampah plastik yang dibakar akan
menghasilkan gas hidrogen sulfida (H2S) yang dapat menjadi racun bagi
lingkungan. Terlebih lagi apabila dalam kandungan sampah plastik
terdapat senyawa klorida (Cl) yang dapat menghasilkan dioksin
(penyebab kanker) apabila dibakar dengan suhu rendah. Oleh karena itu,
diperlukan suatu inovasi yang dapat mengurangi keberadaan sampah
plastik kiriman pada pesisir pantai Desa Buhung Pitue Pulau Sembilan
melalui program kreativitas sebagai pengabdian mahasiswa kepada
masyarakat. Program kreativitas yang akan dilaksanakan adalah program
pengabdian masyarakat dalam hal ini akan melakukan pemanfaatan
sampah plastik kiriman menjadi bantal kursi unik. Program ini akan
melibatkan masyarakat secara langsung khususnya masyarakat pesisir
pantai Desa Buhung Pitue Pulau Sembilan yang hanya bekerja sebagai ibu
rumah tangga, sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan taraf
ekonominya. Produk bantal kursi unik yang akan dibuat memiliki tingkat
estetika tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai peluang usaha bagi
masyarakat pesisir pantai Desa Buhung Pitue Pulau Sembilan. Selain itu,
keberadaan sampah plastic kiriman pada pesisir pantai Desa Buhung Pitue
Pulau Sembilan sangat berpotensi untuk pelaksanaan program ini. Selain
itu, pelaksanaan pengabdian kemitraan masyarakat ini dilakukan society
parcipatory yang dilaksanakan secara by doing. Dengan dilaksanakan
program pengabdian masyarakat dalam melakukan pemanfaatan sampah
plastik kiriman menjadi bantal kursi unik: 1. Mitra terampil dalam
mengolah sampah plastik kiriman menjadi produk bantal kursi melalui
modifikasi dengan memanfaatkan kain perca sebagai sarung bantal; 2.
Mitra mampu mengoperasikan alat untuk pembuatan bantal kursi dan
sarung bantal; 3. Program Kemitraan Masyarakat ini telah berhasil
menyelesaikan permasalahan mitra akan pencemaran pada pantai Desa
Buhung Pitue Pulau Sembilan akibat plastik kiriman; dan 4. Mitra mampu
menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Sumiati et al.,
2019).
Berdasarkan penelitian dari Yuliadi dkk (2017) Pantai Pangandaran
merupakan destinasi wisata yang berkembang pesat dan memiliki potensi
yang cukup strategis. Pesatnya perkembangan pariwisata di Pangandaran
menimbulkan berbagai permasalahan antara lain terjadinya degradasi
lingkungan, pencemaran lingkungan dan masalah persampahan. Sampah
plastik merupakan sampah yang paling banyak ditemukan dan memiliki
sifat sulit diuraikan oleh tanah. Salah satu upaya mengurangi dampak
jumlah sampah plastik yaitu dengan cara melakukan pengolahan terhadap
sampah plastik. Pengolahan terhadap sampah plastik tidak hanya akan
mengurangi sampah plastik dan mendukung kebersihan lingkungan
semata tetapi juga bisa menjadi peluang bisnis. Limbah plastik juga bisa
dimanfaatkan untuk membuat produk kerajinan dengan memanfaatkan
limbah plastik yang didaur ulang. Kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat “Optimalisasi Pengelolaan Sampah Pesisir Untuk Mendukung
Kebersihan Lingkungan Dalam Upaya Mengurangi Sampah Plastik Dan
Upaya Penyelamatan Pantai Pangandaran” bertujuan untuk: (Yuliadi et
al., 2017).
1. Mengurangi keberadaan sampah plastik dengan pemberdayaan
masyarakat sebagai urgensi dalam penyelamatan kebersihan pantai.
2. Mengembangkan perekonomian masyarakat yang berbasis pada
industri kreatif melalui pengelolaan sampah.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan sampah
plastik sehingga memiliki nilai ekonomi.
4. Mendorong partisipasi masyarakat untuk hidup dalam lingkungan
yang bersih melalui pemanfaatan sampah yang memiliki nilai
ekonomi.

A.
METODOLOGI

Penulisan artikel ini menggunakan metode literatur review, dimana data-


data diperoleh dari berbagai sumber tertulis seperti buku, jurnal, situs-situs
internet serta artikel-artikel ilmiah lainnya yang memiliki korelasi dengan objek
penelitian. Data dari berbagai sumber data base nasional maupun internasional
seperti google scholar, Science Direct, dan Elsevier yang diperoleh akan diurai
secara sistematik, sehingga didapatkan gambaran mengenai program penanganan
bahan pencemar di udara dari aktivitas kendaraan dan industri.
HASIL

A. Solusi Kesehatan
Adapun hasil penelitian Widya dkk (2020), yaitu :
1. Sosialisasi dan penyuluhan kesehatan lingkungan, sampah kaleng dan
pemanfaatannya
Kegiatan sosialisasi ini yaitu pemberian materi tentang pengertian kaleng
cat dan lingkungan mulai dari pengertian, sampah, lingkungan, kesehatan
hingga pemanfaatannya dilakukan selama satu hari. Tujuan dari tahapan
ini adalah untuk membuka wawasan peserta agar sadar akan kesehatan
lingkungan yang berdampak pada kesehatan masyarakat. Kegiatan ini
berupa penyuluhan, diskusi dan tanya jawab.
2. Pelatihan pembuatan pot
Pelatihan ini dimulai dengan pemaparan tentang teknik pembuatanpot dari
sampah kaleng cat. Salah satu metode yang diperkenalkan melalui
kreatifitas mewarnai kaleng cat. Pot bunga, pot bunga, atau pot tanaman
adalah wadah di mana bunga dan tanaman lain dibudidayakan dan
ditumbuhkan. Pot bunga sekarang sering juga dibuat dari plastik, kayu,
batu, atau kadang-kadang bahan yang dapat terurai secara hayati. Contoh
pot biodegradable adalah yang terbuat dari kertas cokelat tebal, kardus,
atau gambut di mana tanaman muda untuk tanam ditanam (Wikipedia,
2019). Dari hasil pelatihan ini diperoleh bahwa kreativitas peserta
menghasilkan pot yang bagus.
B. Solusi Lingkungan
Adapun hasil penelitian Hidayati dkk (2021), yaitu :
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi mengenai objek penelitian
(sampah) masih perlu diperbaiki untuk tujuan melestarikan lingkungan
pesisir. Sampah dibagi menjadi 2, sampah organik dan non organik. Salah
satu contoh sampah organik pada lingkungan pesisir ini adalah limbah hasil
nelayan, seperti jeroan ikan. Adapun permasalan limbah hasil nelayan ini
telah menemukan solusi yaitu memanfaatkan jeroan ikan menjadi pelet ikan
dengan tujuan untuk mejadikan produk yang mampu meningkatkan
pendapatan UMKM kelurahanlumpur.Sedangkan sampah anorganik seperti
sampah plastik masihmenjadisalahsatumasalah pokok dalam penyebab
terjadinya banjir dikelurahan lumpur. Oleh karena itu pemilihan dalam
menerapkan 3R yakni Reduce, Reuse dan Recycle terlebih dikenalkan sejak
dini, seperti hal nya dijadikan sarana pembelajaran bagi peserta didik tingkat
sekolahdasar.Penerapan eco-education tidak terlepas dari rencana kegiatan
yang meliputi pengamatan dan pelaksanaan. Hasil pengamatan peserta didik
MINU Lumpur memiliki keaktifan dan kreatifitas yang perlu dikembangkan,
sehingga eco-education perluditerapkan dengan menentukantercapainya
pemahaman.

C. Solusi Teknologi
Adapun hasil penelitian Ramdiana dkk (2020), yaitu :
1. Pelatihan Motivasi dalam Mengolah Sampah
Kegiatan ini merupakan tahapan awal dari proses penyuluhan yang
dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuanmengelola lingkungannya
utama-nya dalam hal persampahan. Penguasaan pengetahuan dan
keterampilan untuk meningkatkan kemampuan dalam arti soft skill.
Kegiatan penyuluhan tahap pertama ini berupa pemberian materi
mengenai pentingnya mengolah sampah di wilayah pesisir sebagai area
hunian yang mereka tempati saat ini. Kegiatan ini mencoba membangun
antusiasme warga dan rasa tanggung jawab dalam mengelola
lingkungannya.
2. Pelatihan Pemilahan Sampah Organik
Pelatihan lanjutan bagi masyarakat adalah pemilahan sampah organik.
Pelatihan ini bertujuan untuk peningkatan kemampuan
SDMdenganmenumbuhkan pengetahuan dan motivasi masyarakat dalam
memilah sampah organik yang akan diolah menjadi kompos. Kegiatan
pelatihan ini sangat penting agar masyarakat bersemangat untuk memilah
sampah organik yang akan mereka olah dengan menggunakan alat
komposter.Kegiatan ini diakhiri dengan memberikan kuismenarik dan
interaktir untuk menguji kemampuan masyarakat mitra dalam menerima
materi penyuluhan.
3. Pembuatan Alat Wind Powered Composter
Rangka mesin terbuat dari besi siku dengan dimensi 40 x 40 mm. Mesin
Tabung Komposter terbuat dari bahan stainless dengan dimensi Tinggi =
91,5 cm, lebar= 60 cm dan panjang = 120 cm. Tabung pengolahan
digerakan dengan energi kinetik yang bersumber dari angin dilengkapi
dengan penyimpanan tenaga (baterai). Komponen lainnya adalah Kincir
angin sebagai sumber tenaga penggerak komposter terdiri dari beberapa
bagian diantaranya rangka, kincir angin, dan instalasi penggerak. Kincir
terbuat dari plat stainless dengan dimensi 60 mm dan tebal 1,5 mm. Kincir
angin akan memutar komposter dengan kecepatan 50 rpm. Komposter ini
dilengkapipengontrol suhu dalam komposter sehingga apabila mencapai
suhu 45 ke atas komposter akan berputarotomatis selamaselama 15 menit.
Tinggi tiang kincir 5 m. Energi kinetik dari kincir sebagian akan diiubah
menjadi energi listrik yang akan tersimpan kedalambaterai.Alat ini juga
dilengkapi mesin pencacah terbuat dari bahan plat stainless dan rangka
dari besi siku.
4. Pelatihan SOP Alat dan Praktek Pembuatan Kompos
Pelatihan SOP alat dilakukan bersama warga agar dapat mengoperasikan
alat komposter sesuai dengan SOP.
5. Panen Kompos Proses penguraian bahanorganik oleh mikroba dapat
mengakibatkansuhu yang cukup tinggi pada tahap awal.Suhu akan turun
secara bertahap yang menandakan terjadinya pematangan pada kompos.
Kisaran suhu yang ideal untuk komposting adalah 45 –700.Penenkompos
dilakukan pada hari ke 10 dengan pengontrolan suhu secara berkala. Pada
hari ke 9 suhu mulai kembali normal dan hari ke 10 dilakukan pemanenan
bersama warga. Kompos yang sudah jadi menunjukkan warna coklat
kehitaman, aroma seperti bau tanah atau bau humus hutan, dan suhu sama
dengan suhu lingkungan(SNI, 2004). Setelah kompos dipanen, dilakukan
pengayakan untuk menyaring partikel kompos yang halus yang akan
dipacking dan kompos yang kasar dimasukkan kembali untuk dijadikan
starter.
6. Pengemasan Kompos
Terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan
kompos.Penyusutan kompos sebesar 40%. Hasil kompos sebelum di ayak
mencapai 31kg. Hasil kompos yang telah diayak dikemas dengan
menggunakan plastik dan diberi label bersama dengan warga. Dengan
adanya produk kompos ini akan digunakan untuk penghijauan tanaman di
lorong pesisir cambayya dan untuk jangka panjang akan dipasarkan.

D. Solusi sosial/pemberdayaan
Adapun hasil penelitian Ruslan dkk (2019), yaitu :
1. Penyuluhan tentang Pengelolaan Sampah di Tingkat Rumah Tangga
Pengetahuan tentang pengelolahan sampah yang masih rendah terjadi
pada masyarakat Kelurahan Lapulu khususnya yang berada di wilayah
pesisir dikarenakan kebiasan warga yang sering membuang sampah di laut
dan sekitar lingkungan rumah sehingga hal ini mengakibatkan Kelurahan
Lapulu menjadi terlihat padat dan kumuh. Penyuluhan ini dapat
meningkatkan pengetahuan di lingkungan rumah tangga dalam hal
pemilahan sampah berdasarkan jenisnya dan pengolahan sampah organik
dan anorganik. Program ini sebagai pemberdayaan bagi ibu rumah tangga
khususnya agar lingkungan menjadi bersih, sehat dan indah.
2. Pembagian Leaflet Kesadaran Pengelolaan Sampah pada Komunitas Pasar
Lapulu
Leaflet adalah salah satu alat promosi yang sangat umum digunakan oleh
salah suatu badan usaha, baik peusahaan maupun perorangan, dalam
kegiatan promosi dan pemasaran yang dilakukan. Umumnya dalam
mempromosikan suatu usaha, leaflet akan berisikan informasi atau jasa
diantara beberapa produk atau jasa yang di tawarkan. Melalui leaflet dapat
dengan indah menginformasikan atau menambah wawasan masyarakat
sepreti tidak membuang sampah sembarangan, cara mengelolah sampah,
dampak dari sampah serta memberitahukan cara mendaur ulang sampah
agar bisa digunakan kembali. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka
pemberdayaan pedagang pasar tradisional Pasar Lapulu agar
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan sampah
utamanya yang dihasilkan selama menjalankan aktivitas di pasar. Dari
pembagian leaflet ini diharapkan memberikan informasi pengetahuan
masyarakat tentang manfaat dan bagaimana cara pengelolaan sampah
dengan baik.
3. Pembuatan TPS 3R
Pemilahan sampah sebaiknya dilakukan sejak dari sumbernya, termasuk
sampah rumah tangga. Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya
metode pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan peran serta dari
lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat,
peningkatan aspek ekonomi yang mencakup upaya meningkatkan retribusi
sampah dan mengurangi beban pendanaan pemerintah serta peningkatan
aspek legal dalam pengelolaan sampah. Pengertian Zero Waste(produksi
bersih) adalah bahwa mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu proses
produksi dapat dihindari terjadi “produksi sampah” atau diminimalisir
terjadinya “sampah”.
4. Pembuatan Insinerator Sederhana
Tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, serta keterbatasan lahan
yang tersedia, menyebabkan timbulnya permasalahan sampah tidak dapat
teratasi dengan baik, ketidak pedulian masyarakat akan masalah sampah
membuat sampah terus menumpuk diberbagai sudut kota tanpa adanya
sentuhan penanganan yang benar. Tidak jarang pengelolaannya hanya
mengandalkan seorang atau beberapa orang operator saja yang
mengaturnya, atau hanya mengandalkan sopir-sopir pengangkut sampah,
akibatnya sebuah lokasi yang dijadikan landfill hanya dilakukan dengan
cara open dumpingsaja, ini diakibatkan kurang / lemahnya kontrol
pengelola di TPA dan tidak jarang TPA dijadikan tempat pembuangan
limbah B-3 yang dikategorikan infectious(menular)
5. Gerakan Kesadaran Pengelolaan Sampah dengan Jumat Bersih
Rendahnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar sungguh
sangat memprihatinkan sehingga diperlukan cara berbeda untuk merubah
perilaku masyarakat agar lebih peduli dengan lingkungannya. Lingkungan
yang bersih membuat siapa saja yang bertempat menjadi nyaman. Salah
satu langkah kecil yang dilakukan untuk membuat lingkungan menjadi
bersih adalah dengan melakukan kerja bakti. Manfaat lingkungan yang
bersih dapat dirasakan langsung diantaranya udara menjadi sejuk, bebas
dari polusi udara, dan terhindar dari penyakit. Tak hanya itu, kerja bakti
bersama ini harapannya dapat meningkatkan kesadaran warga sekitar
untuk menjaga lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, R.A., Rahim, A.R., Sukaris, S. and Fauziyah, N. (2021). ECO-


EDUCATION:UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN WILAYAH
PESISIR PANTAI BAGI PESERTA DIDIK DI SEKOLAH
DASAR. DedikasiMU (Journal of Community Service), (1), p.740.

Merry Triastuti Gosal, Weliam Kawuwung and Agusteivie Telew (2020).


PERBEDAAN POLA PENGOLAHAN SAMPAH PADAT ANTARA
MASYARAKAT PESISIR DAN NON-PESISIR DI DESA TOULIANG
OKI KECAMATAN ERIS KABUPATEN MINAHASA. Epidemia :
Jurnal Kesehatan Masyarakat Unima, pp.9–16.

Mallapiang, F., Kurniati, Y., Syahrir, S., Lagu, Abd.M.H. and Sadarang, R.A.I.
(2020). Pengelolaan sampah dengan pendekatan Asset-Based Community
Development (ABCD) di wilayah pesisir Bulukumba Sulawesi
Selatan. Riau Journal of Empowerment, 3(2), pp.79–86.

Nurmawati, Jonson Lumban Gaol and Marisa Mei Ling (2018). Tingkat
Kerentanan Wilayah Pesisir Kota Makassar Terhadap Pencemaran
Sampah. JURNAL ILMIAH WAHANA PENDIDIKAN, 4(2), pp.96–103.

Nurul Ilma, Andi Nuddin and Makhrajani Majid (2021). PERILAKU WARGA
MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH
TANGGA DI ZONA PESISIR KOTA PAREPARE. Jurnal Ilmiah
Manusia Dan Kesehatan, 4(1), pp.24–37.

‌Riska Ayu Pramesthi and Sriono (2019). PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU
TERHADAP KEBERADAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT
PESISIR DESA KILENSARI PANARUKAN SITUBONDO. GROWTH,
17(1), pp.45–56.
Ramdiana, R., Anggraini, N., Yunus, S. and Kudsiah, H. (2020). APLIKASI
WIND POWERED COMPOSTER DI KAWASAN PESISIR
KELURAHAN CAMBAYYA KOTA MAKASSAR. Panrita Abdi -
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, 4(1), p.92.

Renwarin, A., Octavianus Rogi and Rieneke Sela (2015). STUDI IDENTIFIKASI
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI WILAYAH
PESISIR KOTA MANADO. SPASIAL, 2(3), pp.79–89.

‌Rizal, A., Apriliani, I.M. and Permana, R. (2021). Peningkatan Kesadaran


Masyarakat Pesisir Pangandaran dalam Menangani Dampak Sampah di
Lingkungan Pesisir. Farmers: Journal of Community Services, 2(1), p.24.

Ruslan Majid, Asnia Zainuddin, Yasnani Yasnani, Fifi Nirmala and Tina, L.
(2019). Peningkatan Kesadaran Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis
Masyarakat Pesisir di Kelurahan Lapulu Kota Kendari Tahun 2019. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Ilmu Terapan (JPMIT), 2(1).

Sri Rahmasari, Siti Rabbani Karimuna and Reni Meliahsari (2020). ANALISIS
LAJU TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH DI PEMUKIMAN
PESISIR KELURAHAN LAPULU KOTA KENDARI. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Universitas Halu Oleo, 1(2).

Sumiati, Andi Muhammad Irfan Taufan Asfar, Andi Muhamad Iqbal Akbar Asfar,
Nurhasanah, Asrina and Febi Melsa (2020). Pemberdayaan Masyarakat
Pesisir Pantai Melalui Pemanfaatan Sampah Plastik Kiriman Menjadi
Bantal Kursi. SNPKM: Seminar Nasional Pengabdian Kepada
Masyarakat,2, pp.98–105.

Widhya Aligita, Soni Muhsinin, Fauzan Zein Muttaqin, Yuliantini, A. and Aiyi
Asnawi (2020). Upaya Peningkatan Pemahaman Kesehatan Lingkungan
melalui Pemanfaatan Sampah Plastik dari Kaleng Cat di Desa Cibiru
Wetan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Jurnal Pengabdian Pada
Masyarakat, 5(3), pp.832–836

Anda mungkin juga menyukai