Anda di halaman 1dari 40

TUGAS LITERATURE REVIEW

Manajemen Kesehatan Lingkungan dan Kawasan Pesisir


Dosen : Dr. Agus Bintara Birawida, S.Kel.,M.Kes

“LITERATURE REVIEW”

PENYAKIT MENULAR

OLEH :

KELOMPOK V

INDAH KURNIAWATI (K012201040)


ASKIAH AZIZAH (K012201040)
FEBIYANTI AFITIA ROHMAN (K012202067)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah pesisir merupakan satu areal dalam lingkungan hidup yang


sangat penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan
habitat hidup, maupun pengelolaan sanitasi lingkungan hidup. Secara
nasional, sanitasi dasar atau bahaya yang muncul dari permasalahan
lingkungan dan faktor-faktor risiko kesehatan serta perilaku yang tidak
higienis atau beresiko, menyumbang 19% kematian di dunia akibat penyakit
penyakit infeksi. Masalah kesehatan lingkungan di Indonesia, dalam hal ini
adalah sarana sanitasi pulau-pulau kecil masih sangat memperihatinkan yang
ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit
menular di masyarakat (Rahman, 2015).
Masalah kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor (multi kausal) olehnya itu pemecahannya harus secara komprehensif
melalui upaya kesehatan masyarakat. Semua kegiatan baik yang langsung
maupun tidak langsung adalah untuk mencegah penyakit (preventif),
meningkatkan kesehatan (promotif), pengobatan (kuratif) maupun, pemulihan
kesehatan (rehabilitative). Wilayah pesisir yang merupakan wilayah yang
secara administratif jauh pusat kota memungkinkan terjadinya masalah
kesehatan disebabkan oleh akses dan sarana prasarana tidak memadai karena
kondisi geografis yang terdiri dari gugusan pulau yang dipisahkan oleh laut
(Anwar, 2016).
Sanitasi merupakan perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup
bersih untuk mencegah manusia bersentuh langsung dengan kotoran dan
bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi lingkungan (environmental
sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia
yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan
bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (makmur
2018).
Berdasarkan berbagai data dan laporan, saat ini penyakit berbasis
lingkungan masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia.
ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk
dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia, selain
Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Filariasis, TB Paru, Cacingan,
Penyakit Kulit, Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk
(Ida, 2018).
Upaya kesehatan masyarakat diperlukan dalam mengatasi penyakit
menular dengan melakukan kerja sama antara masyarakat dan petugas
kesehatan dengan cara mencegah terjadinya suatu penyakit dan upaya
pemulihan kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular
menyebutkan bahwa penanggulangan penyakit menular dapat dilakukan
melalui upaya Pencegahan, Pengendalian, dan Pemberantasan. Upaya
pencegahan dilakukan untuk memutus mata rantai penularan, perlindungan
spesifik, pengendalian faktor risiko, perbaikan gizi masyarakat dan upaya lain
sesuai dengan ancaman penyakit menular. Upaya pengendalian dilakukan
untuk mengurangi atau menghilangkan faktor risiko penyakit dan/atau
gangguan kesehatan. Sedangkan upaya pemberantasan dilakukan untuk
meniadakan sumber atau agen penularan, baik secara fisik, kimiawi, dan
biologi.
B. Analisis Situasi
Masyarakat yang hidup di pulau-pulau kecil dan terisolir, kehidupan
sehari-hari yang terpapar dengan risiko kesehatan antara lain minimnya
ketersediaan makanan yang bergizi dan terbatasnya pelayanan kesehatan dari
sektor publik terutama pada saat musim badai, kurangnya ketersediaan air
bersih yang berkualitas, masih banyak yang membuang sampah disembarang
tempat terutama di pesisir pantai, kemudian kurangnya kepemilikan jamban
yang memenuhi syarat. Sehingga memicu terjadinya penyakit berbasis
lingkungan seperti ISPA, diare dan penyakit kulit yang masih mengalami
peningkatan. Kondisi perumahan yang padat dan kurang memenuhi syarat
kesehatan sehingga mudah terkena penyakit menular. (Makmur 2018).

C. Permasalahan
Permasalahan Yang di dapatkan pada wilayak pesisir dan kepulauan
antara lain penanggulangan penyakit menular dan tidak menular, dan
pemberdayaan masyarakat, tampaknya belum optimal menyelesaikan masalah
kesehatan masyarakat di daerah pesisir. Dari beberapa indikator derajat
kesehatan masyarakat seperti masih ditemukannya kematian dalam 1 tahun
terakhir ada sebanyak 6% (23 orang) pada rumah tangga responden, dengan
60,9% peristiwa kematian pada usia lanjut (lebih dari 60 tahun) namun juga
terdapat satu kejadian kematian bayi. Adapun persepsi penyebab kematian
65,2% disebabkan oleh penyakit. Selain indikator tersebut, adanya penyakit
menular:
Masalah kesehatan lingkungan yang timbul terutama disebabkan oleh
lingkungan yang kurang atau tidak memenuhi syarat kesehatan dan belum
terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar seperti penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah dan pembuangan tinja.

‌TUJUAN DAN MANFAAT

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yaitu untuk mengetahui solusi dari berbagai aspek
dalam menangani penyebaran penyakit menular pada Masyarakat yang
tinggal di Kawasan Pesisir

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui solusi dari aspek kesehatan dalam menangani
penyebaran penyakit menular
b. Untuk mengetahui solusi dari aspek lingkungan dalam menangani
penyebaran penyakit menular
c. Untuk mengetahui solusi dari aspek teknologi dalam menangani
penyebaran penyakit menular
d. Untuk mengetahui solusi dari segi social atau pemberdayaan masyarakat
dalam menangani penyebaran penyakit menular

B. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan kajian literature ini dapat memeberikan kegunaan bagi
akademisis, instansi terkait, dan masyarakat tentang pengolahan sampah di
kawasan pesisir dan kepulauan.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi instansi terkait, hasil kajian literature ini diharapkan dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan tindakan dalam
pengolahan sampah di kawasan pesisir dan kepulauan.
b. Bagi masyarakat, hasil kajian literature ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengolahan sampah
domestic yang terjadi di kawasan pesisir dan kepulauan.
LITERATUR REVIEW

N
PENELITI JUDUL TUJUAN METODE HASIL
O
1 Aqli Alfian Peran Komunitas Peran dan Penelitian hasil penelitian
Creavill Dalam
A Latif Partisipasi deskriptif yang telah di
Pemberdayaan
Tahun 2016 Masyarakat Di Desa komunitas dengan lakukan dapat
Sukamukti
Creavill dalam pendekatan diketahui bahwa
Kecamatan
Banyuresmi menjalankan kualitatif komunitas creavill
Kabupaten Garut
program yang di Garut memiliki
pemberdayaan awali peran yang besar
masyarakat dengan dalam menggali dan
pengumpula memanfaatkan
n data, potensi sumberdaya
reduksi data, yang ada untuk
penyajian kepentingan
data dan pembangunan,
penarikan menampung dan
kesimpulan menyalurkan
aspirasi masyarakat,
melakukan kegiatan
pemberdayaan
masyarakat dalam
upaya
pembangunan dan
penyusunan
kegiatan
pemberdayaan
secara partisipatif
hal ini terlihat dari
peran komunitas
creavill Garut
dalam melibatkan
peran serta
masyarakat untuk
bertaprtisipasi dan
dukungan
masyarakat dalam
program
pemberdayaan yang
dilakukan.
2 Ariska Tri Pengaruh Faktor Menganalisis Kuantitatif menunjukkan
Pendukung terhadap
Hapsari faktor dengan bahwa dukungan
Perilaku Masyarakat
Tahun 2018 dalam Pencegahan pendukung rancangan keluarga, tetangga
Penyakit Filariasis di
perilaku cross dan tokoh
Kota Semarang.
Jurnal Promosi masyarakat sectional masyarakat tidak
Kesehatan Indonesia
dalam dengan berhubungan
Vol. 13 / No. 2
mencegah subjek dengan perilaku
penularan penelitian pencegahan
penyakit sebanyak penyakit filarialis
filariasis. 178 orang (P value > 0.05),
Sedangkan
dukungan tenaga
kesehatan dan akses
atau keterpaparan
terhadap promosi
kesehatan tentang
pencegahan
filariasis
berpengaruh
terhadap perilaku
pencegahan
penyakit filariasis
tersebut.
3 Armi Upaya Perawat Mengetahui Mendeskrips Penggunaan media
Dalam Pencegahan
Mawaddah dan ikan dan digital untuk
Penyakit Menular
Tahun 2020 Difteri meningkatkan menggambar penanganan KLB
peran perawat kan tentang difteri yaitu Salah
dalam peran satu solusi serta
mencegah perawat pencegahan yang
penyakit dalam dapat dilakukan
menular mencegah terkait
difteri. penyakit permasalahan KLB
menular difteri adalah
difteri. melalui pelayanan
kesehatan dan
edukasi online,
Adapun
penanggulangan
Kejadian Luar
Biasa (KLB)
terhadap penyakit
difteri dilakukan
secara bertahap
yaitu
penanggulangan
tahap awal dan
penanggulangan
dengan pelaksanaan
SUB PIN difteri
secara serentak.
4 Angriani et Aplikasi Diagnosa Menghasilkan Metode mengimplementasik
Sementara Penyakit
al Tahun suatu aplikasi faktor an certainty factor
Anak Bawah Lima
2019 Tahun (Balita) yang dapat kepastian dalam membangun
Kawasan Pesisir Kota
membantu (certainty aplikasi berbasis
Bengkulu
Menggunakan orang tua factor). mobile android
Metode Certainty
untuk Pengujian untuk mendiagnosa
Factor. IPTEK-KOM,
Vol. 20 No. 1 melakukan keakuratan sementara penyakit
diagnosa pada aplikasi pada balita di
sementara kawasan pesisir
guna Kota Bengkulu.
mengetahui Hasil pengujian
penyakit yang keakuratan sistem
dialami anak menunjukan bahwa
balita mereka aplikasi ini
memiliki
keakuratan 95%
yang menunjukan
bahwa sistem ini
sudah baik. Hasil
uji kelayakan
sistem dengan black
box menunjukan
bahwa aplikasi ini
sudah dapat
berfungsi
sebagaimana
harusnya. Dari hasil
tabulasi kuisioner
yang diberikan
kepada responden,
diperoleh penilaian
Sangat Baik” untuk
ketiga variabel
pengujian
kelayakan.
Persentase
persetujuan
responden masing-
masing yaitu
tampilan aplikasi
sebesar 87.17%,
kemudahan
pengguna sebesar
89.33%, dan kinerja
aplikasi sebesar
87.67%.
5 Afdal et al Aplikasi Sistem Pakar Penelitian ini Metode Hasil unit testing
Diagnosa Awal
Tahun 2020 membuat inferensi menunjukkan
Penyakit Menular
Pada Balita Berbasis sistem pakar Forward aplikasi berhasil
Android. Jurnal
berbasis Chaining menjalankan
Ilmiah Rekayasa dan
Manajemen Sistem android dengan 7 inferensi terhadap
Informasi, Vol. 6, No.
jenis rule-rule yang
1
penyakit dipilih dengan
pada balita benar. Hasil
dan 41 blackbox yang
gejala, serta dilakukan pada 10
dilengkapi smarthphone
dengan berjalan dengan
solusi atau tingkat keberhasilan
penanganan 100%. Hasil user
masing- acceptance test
masing menunjukkan
penyakit tingkat penerimaan
menular aplikasi oleh
pada anak pengguna sebesar
balita 91%.
6 Dani Personal Hygiene Hubungan Survei Pengukuran
Novita Dan Kejadian antara analitik kejadian penyakit
Putri Tahun Penyakit Kulit Pada personal dengan kulit dilakukan
2017 Penghuni Rumah hygiene pendekatan malalui pengisian
Susun Sederhana dengan cross instrumen
Sewa Cokrodirjan kejadian sectional dan penelitian berupa
Yogyakarta penyakit kulit desain check list kejadian
pada penghuni penelitian penyakit kulit oleh
Rumah Susun korelasional responden serta
Sederhana dibantu oleh tenaga
Sewa medis sebagai
Cokrodirjan observator untuk
Yogyakarta memperkuat hasil
pengukuran
7 Gracia V. Sosialisasi Dampak Memecahkan meningkatka Hasil pengabdian
Lingkungan Terhadap
Souisa berbagai n menunjukan bahwa
Penularan TB dan
Tahun 2018 Filariasis di Negeri masalah pengetahuan masyarakat,
Hatuhenu Kecamatan
kesehatan melalui Pemerintah Negeri
Amahai Kabupaten
Maluku Tengah penyuluhan/ Hatuhenu, Ketua
sosialisasi Majelis Jemaat dan
tentang perangkat pelayan
perilaku serta petugas
hidup bersih kesehatan
dan sehat, puskesmas dan
sanitasi poskesdes Negeri
lingkungan, Hatuhenu
kesadaran memberikan respon
masyarakat positif dan sangat
untuk terbantu dengan
mencegah kegiatan sosialisasi
penularan dalam upaya
TB dan peningkatan
Filariasis. pengetahuan
masyarakat dan
pengobatan massal
yang telah
terlaksana.
8 Edza Aria Faktor Faktor Yang Untuk Seleksi pada program strategi
Mempengaruhi
Wikurendra mengungkapk laporan yang model jaringan dan
Kejadian Tb Paru
Tahun 2019 Dan Upaya an masalah terkumpul, yang lain
Penanggulangannya
faktor yang sehingga diharapkan dapat
berpengaruh dapat memberikan
dan upaya ditelaah kesembuhan dan
yang harus sebanyak 20 mencegah
dilakukan jurnal/ penularan. Namun
dalam artikel dalam pelaksanaan
penanggulang terpilih di lapangan ,
an penyakit keberhasilan
TB paru. pengobatan dan
pencegahan dengan
strategi tersebut
mengalami
beberapa hambatan
yang tidak
memberikan hasil
yang maksimal.
9 Hasyim et Peranan Teknologi Membahas Metode Berkaitan dengan
al Tahun Informasi Dalam tentang penelitian aspek kesehatan,
2020 Upaya Pencegahan pentingnya yang teknologi informasi
Virus COVID-19 di Teknologi digunakan sepatutnya
Lingkungan Informasi adalah menjangka hingga
Universitas. Jurnal dalam metode satuan puskesmas
Ilmiah Pendidikan mengatasi kualitatif dan terintegrasi
Teknik Elektro, wabah virus dengan rumah sakit
Vol.4,No.2 covid-19. perkotaan.
Sehingga
penyebaran virus
covid-19 dapat
dipantau melalui
teknologi informasi
dan dapat
memastikan proses
penyebaran untuk
bisa dibatasi.
10 Hamzah Manajemen Penyakit Upaya Pemecahan Kolaborasi lintas
Lingkungan Berbasis
Hasyim kesehatan masalah sektor, lintas
Wilayah. Jurnal
Tahun 2008 Manajemen yang belum melalui program maupun
Pelayanan Kesehatan,
sepenuhnya pendekatan lintas negara dalam
Vol. 11, No. 2
dikaitkan manajemen manajemen
dengan penyakit, penanggulangannya
pembangunan berdasarkan , termasuk
”evidences keterlibatan aktif
based” yang lembaga pendidikan
dikumpulkan kesehatan
secara
periodik,
sistimatik
dan
terencana
dalam satu
wilayah.
11 Majid et al Peningkatan Memberikan Persiapan Salah satu tujuan
Tahun 2020 Kesadaran pemahaman seperti program
Pengelolaan Sampah dan konsultasi pemberdayaan
Terpadu Berbasis pengetahuan dan masyarakat ini
Masyarakat Pesisir di kepada koordinasi adalah sebagai
Kelurahan Lapulu masyarakat dengan solusi penanganan
Kota Kendari Tahun tentang wilayah masalah
2019. Jurnal pentingnya setempat dan pembangunan
Pengabdian meningkatkan kegiatan kesehatan utamanya
Masyarakat Ilmu kesadaran pembekalan mengenai sampah
Terapan, Vol. 2, No. pengelolaan bagi
1 sampah mahasiswa
termasuk
menyusun
pra program
kegiatan.
12 Naria et al Sanitasi Lingkungan Menganalisa Survey Peningkatan
Tahun 2014 Rumah Dan Upaya sanitasi dengan sanitasi penting
Pengendalian lingkungan desain dilakukan dengan
Penyakit Berbasis rumah (air potong memberikan
Lingkungan Pada bersih, lintang edukasi bagi
Kawasan Kumuh jamban, masyarakat, karena
Kecamatan Medan sampah, penyakit berbasis
Maimun Kota Medan limbah, rumah lingkungan sangat
sehat, dan tinggi.Upaya
tempat peningkatan rumah
perindukan menuju sehat
vektor), dan berbasis keberadaan
kejadian responden, bukan
penyakit berbasis bantuan
berbasis fisik, serta
lingkungan memberikan reward
serta upaya bagi rumah sehat
pengendalian
penyakit oleh
masyarakat
13 Purba et al Program Mengetahui mengkaji memperkuat
Tahun 2016 Pengendalian Demam program berbagai program
Tifoid di Indonesia: pengendalian literatur dan pengendalian dan
tantangan dan tifoid di dokumen menurunkan angka
peluang. Program Indonesia terkait yang kesakitan tifoid,
Pengendalian Demam serta diperoleh maka perlu
Tifoid tantangan dan dari dilakukan advokasi
peluang dalam perpustakaan dan sosialisasi yang
pelaksanaan Badan lebih intensif, kerja
program Penelitian sama lintas program
tersebut. dan dan lintas sektor
Pengembang khususnya dalam
an meningkatkan akses
Kesehatan air bersih, peran
dan agen perjalanan
Direktorat dalam melakukan
Jenderal vaksinasi tifoid
Pengendalia pada wisatawan,
n Penyakit kajian efektivitas
dan penggunaan vaksin
Penyehatan tifoid dalam
Lingkungan program
serta hasil pengendalian
pencarian di sebagai bahan
google pertimbangan agar
dengan kata dapat dimasukkan
kunci ke dalam program
“demam imunisasi nasional,
tifoid”, pencegahan kasus-
“typhoid kasus karier atau
fever”, relaps dan
“program resistensi, serta
pengendalia meningkatkan
n demam pembiayaan
tifoid”, dan program
“typhoid pengedalian di
fever control provinsi dan
program kabupaten/ kota
14 Taryudi et Peningkatan Untuk Metode Hasil pelaksanaan
al Tahun Kapasitas Tenaga membantu pelaksanaan program didapatkan
2019 Kesehatan dalam meningkatkan yang peningkatan
Monitoring Penyakit soft-skill dan digunakan pengetahuan dan
Menular Berbasis hard-skil untuk pola keterampilan tenaga
Internet of Things. tenaga pemecahan kesehatan dalam
Jurnal Pengabdian kesehatan masalah pemanfaat
Kepada Masyarakat dalam yang akan teknologi. Selain itu
pemanfaatan dikembangk juga, sudah
teknologi an secara dilakukan instalasi
berbasis umum monotoring
Internet of berdasarkan kesehatan pada
Things untuk solusi yang pasien TB dengan
pencegahan akan menggunakan
penyakit dilaksanakan aplikasi yang
menular (TB) . mudah dan efektif
untuk digunakan.
pelatihan
peningkatan
kapasitas tenaga
kesehatan dalam
pemanfaatan
teknologi sangat
diperlukan dan
diperluas diseluruh
puskesmas untuk
memudahkan
pekerjaan tenaga
kesehatan. Inovasi
baru dalam sistem
monitoring pasien
menggunakan IoT
dalam upaya
pencegahan
penyakit infeksi di
Indonesia sangat di
butuhkan.
15 Nawalah, Upaya Pemberdayaan Terwujudnya Deskriptif “Desa Siaga”
H., Masyarakat di Bidang masyarakat merupakan konsep
Qomaruddi Kesehatan melalui desa yang program
n, M. B., Peran Bidan di Desa. sehat, serta pemberdayaan
Hargono, The Indonesian peduli dan masyarakat di
R. 2012. Journal of Public tanggap bidang kesehatan
Health, 8(3): 91–98 terhadap yang bertujuan
permasalahan jangka panjang
kesehatan di untuk menurunkan
wilayahnya angka kematian
bayi dan ibu
melahirkan telah
diaplikasikan di
Indonesia beberapa
tahun terakhir
16 Magfirah Kondisi Sanitasi Mengetahui Metode Kepemilikan
Irhamiah, Dasar Pada kondisi Deskriptif. jamban lebih
Agus Masyarakat Pulau sanitasi dasar Populasi banyak yang tidak
Bintara Lae-Lae Kecamatan pada dalam memiliki,
Birawida, Ujung Pandang Kota masyarakat penelitian ini responden yang
Syamsuar Makassar Pulau Lae-Lae adalah tidak memiliki
Manyullei Kota seluruh seluruhnya buang
Tahun 2019 Makassar rumah air besar di laut.
tangga di Kepemilikan
Pulau Lae- tempat sampah
Lae, sampel lebih banyak yang
diambil tidak memiliki,
dengan yang memiliki
simple paling banyak
random berupa jenis tempat
sampling sampah semi
didapatkan permanen,
75 rumah sedangkan
tangga. kepemilikan SPAL
lebih banyak yang
memiliki,
responden yang
memiliki SPAL
paling banyak
jaraknya
17 Pramudyo Sistem Peringatan Merancang Identifikasi sebuah kebutuhan
et al Tahun Dini untuk sebuah solusialterna sisteminformasi
2019 Pencegahan Penyakit kebutuhan tif beserta menggunakan
Menularberbasis sisteminforma menentukan framework SOA
Informasi Spasial si pilihan berupa
(Studi Kasus Dinas menggunakan terbaik dan sistemnotifikasi
Kesehatan Kabupaten framework mendesainso early warning pada
Sragen). Jurnal SOA berupa lusi yang Dinas Kesehatan
Edukasi dan sistemnotifika dipilih. Kabupaten,agar
Penelitian si early dapat merespon
Informatika (JEPIN) warning pada dengan cepat untuk
Vol. 1, No. 1 Dinas melakukan tindakan
Kesehatan pencegahan
Kabupaten,aga penyebaran
r dapat penyakit menular.
merespon Perancangan juga
dengan cepat menggunakan
untuk Geographic
melakukan Information System
tindakan (GIS) untuk
pencegahan menampilkan
penyebaran informasi status
penyakit kejadian dan lokasi
menular sebaran kejadian
penyakit menular
18 Tety Pembinaan Dan Pembinaan dan Yuridis Regulasi pembinaan
Sulestiyow Pengawasan pengawasan normatif, dan pengawasan
ati Tahun Pemerintah Daerah Pemerintah spesifikasi terhadap
2019 Terhadap Daerah penelitianny penanggulangan
Penanggulangan terhadap a deskriptif penyakit menular
Penyakit Menular penanggulanga analitis, kusta yang telah
(Kusta) n penyakit Analisis dilakukan oleh
menular kusta datanya pemerintahan
kualitatif. daerah dengan
mengeluarkan
berbagai regulasi.
19 Yuningsih Pemberdayaan Mengkaji Gerakan Kasus DBD
Tahun 2019 Masyarakat Dalam pemberdayaan Satu Rumah kembali meningkat
Penanggulangan masyarakat Satu pada Januari 2019
Kejadian Luar Biasa dalam Jumantik di seluruh provinsi
Demam Berdarah Gerakan Satu (Juru di Indonesia. Upaya
Dengue Rumah Satu Pemantau penanggulangan
Jumantik (Juru Jentik) KLB DBD
Pemantau difokuskan pada
Jentik) perubahan perilaku
masyarakat untuk
senantiasa
memberantas
nyamuk dan
jentiknya melalui
gerakan
pemberdayaan
masyarakat “satu
rumah satu
Jumantik”.
20 Wulandari Upaya Peningkatan Menjelaskan Berfokus Upaya peningkatan
et al Tahun Status Kesehatan Program pada hal kesehatan dengan
2019 Kelompok Rentan pengabdian pengolahan program-program
dengan Pendekatan masyarakat data angka untuk kelompok
Pembelajaran dan khususnya yang rentan berupa
Pemberdayaan pada diinterpretasi sensus kesehatan,
Masyarakat. kesehatan kan dengan pelatihan kader
(Indonesian Journal kelompok fenomena kesehatan,
of Community rentan kesehatan pendampingan
Engagement) Vol 5 pada posyandu,
No 2 masyarakat penyuluhan
desa swamedikasi dan
tersebut. pemeriksaan
kesehatan lansia.
Seluruh program
yang direncanakan
dapat berjalan
secara lancar.
Antusiasme dari
masyarakat
terhadap program
kesehatan cukup
baik.
21 Zakiyah Faktor Lingkungan Mengetahui Metode results showed that
Yasin yang berhubungan secara dini analitik yaitu most of the
Tahun 2019 dengan kejadian faktor-faktor mencari respondents in the
Diare pada balita di terjadinya suatu case group
Puskesmas Batang – diare dan hubungan (diarrhea) had an
Bantang Kabupaten dapat antara 2 unsanitary
Sumenep. Jurnal Ilmu dilakukan variabel atau environment of
Kesehatan Vol.3 No.1 pencegahan lebih yang 70% and most of
secara dini. akan diteliti. the control group
Penelitian (not diarrhea) had
ini an unclean
menggunaka environment of
n rancang 60%. The results
bangun case showed that all case
control case respondents
had diarrhea, 100%
and almost all
control group (not
diarrhea) did not
experience diarrhea,
80%.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian sekunder berjenis literature review,


dalam penelitian ini peneliti menganalisis penyakit menular di kawasan pesisir
atau kepulauan. Metodologi yang dilakukan pada jurnal ini dilakukan dengan
teknik pengumpulan data dengan cara kualitatif yang didasarkan pada beberapa
jurnal yang diangkat sesuai judul. Sehingga penelitian yang telah di review
dapat dibandingkan dengan penelitan yang lain sehingga didapatkan hasil
sesuai dengan yang diharapkan sehingga dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Hasil yang diambil dari penelitian lain meliputi data, teknik
pengumpulan data, model penelitian, definisi operasional variabel dan metode
analisis data.dimana data-data diperoleh dari berbagai sumber tertulis seperti
buku, jurnal, situs-situs internet serta artikel-artikel ilmiah lainnya yang
memiliki korelasi dengan objek penelitian.

HASIL
Penyakit menular sering juga disebut penyakit infeksi karena penyakit
ini diderita melalui infeksi virus, bakteri, atau parasit yang ditularkan melalui
berbagai macam media seperti udara, tempat makan atau minum, dan lain
sebagainya (Vatimatunnimah, 2013).
Faktor risiko penyakit berbasis lingkungan antara lain disebabkan oleh
faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah.
Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasis lingkungan
banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat,
pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya tanah, air, dan udara
karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, sarana
transportaasi, serta kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan.
Upaya kesehatan masyarakat diperlukan suatu kerja sama antara
masyarakat dan petugas kesehatan dengan cara mencegah terjadinya suatu
penyakit dan upaya pemulihan kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat dapat
terwujud apabila pemerintah bersama masyarakat bersinergi melakukan upaya
pencegahan dengan memperhatikan faktor-faktor yang memiliki konstribusi
terhadap munculnya berbagai masalah kesehatan.
Penyakit berbasis lingkungan merupakan penyebab kesehatan
masyarakat yang serius bahkan penyebab utama kematian. Kesadaran
masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan masih rendah
yang mengakibatkan berbagai penyakit mudah muncul dan berkembang. Salah
satu penyakit berbasis lingkungan adalah penyakit demam berdarah. Deman
berdarah selalu muncul setiap tahun di berbagai daerah, bahkan daerah
penyebarannya semakin meluas dan dengan korban yang terus meningkat.
Angka korban demam berdarah mengalami peningkatan setiap tahun,
demikian pula dengan penyakit polio dan malaria yang muncul secara
mengejutkan diberbagai provinsi di Indonesia. Pendapat pakar HL Blum
bahwa kesehatan lingkungan dan perilaku manusia merupakan dua faktor
dominan yang berpengaruh terhadap status kesehatan suatu masyarakat.
Semakin perilaku manusia bergaya hidup sehat maka semakin rendah resiko
masyarakat mengalami gangguan kesehatan. Demikian juga halnya dengan
faktor lingkungan, semakin sehat lingkungan di mana dia hidup, bekerja,
tempat umum dan transportasi, makin rendah resiko mengalami gangguan
kesehatan (Nawalah, 2012).
Berbagai faktor dapat berperan dalam timbulnya penyakit lingkungan
berbasis wilayah seperti water borne deseases, air borne deseases, vector
borne deseases, food borne deseases, antara lain dukungan ekosistem sebagai
habitat dari pelbagai vektor, peningkatan iklim global (global warming) yang
meningkatkan akselerasi perkembangbiakan nyamuk, peningkatan kepadatan
populasi penduduk yang dijadikan hamparan kultur biakan bagi berbagai
macam penyakit serta dijadikan persemaian subur bagi virus sekaligus sarana
eksperimen rekayasa Genetika. Mobilisasi penduduk yang memungkinkan
’ekspor-import’ penyakit yang tidak lagi mengenal batas administrasi wilayah,
kemampuan mikroba pathogen untuk mengubah sifat dirinya dari waktu ke
waktu, misalnya mutasi yang menimbulkan perubahan sifat, resistensi
terhadap obat-obatan dan lain sebagainya, kurangnya kesadaran masyarakat
dalam membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat atau perubahan perilaku
yang mendukung aksesbilitas agent menginfeksi host serta pencemaran
lingkungan yang cukup intens sebagai konsekuensi oleh eksplorasi,
manipulasi, dan eksploitasi terhadap lingkungan biologis, kimiawi, fisis dan
sosial (Hasyim, 2008).
Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu ada penanganan baik dari
segi kesehatan, lingkungan, teknologi, serta sosial dan pemberdayaan dalam
penanganan penyakit menular.
A. Penanganan Penularan Penyakit Menular Dari Aspek Kesehatan
Masyarakat pesisir pantai adalah sekumpulan orang-orang yang
bertempat tinggal di wilayah pesisir, yang mempunyai tujuan untuk hidup
bersama-sama dan melangsungkan kegiatan di kawasan pesisir pantai.
Wilayah pesisir adalah salah satu tempat yang banyak digunakan untuk
kegiatan perniagaan (perdagangan) dan digunakan sebagai jalur
penyeberangan antar daerah bahkan antar negara, sehingganya wilayah
pesisir dapat dikatakan sebagai wilayah yang sangat potensial sebagai
pusat investasi. Ditambah lagi dengan adanya perkembangan teknologi
dan transportasi yang semakin pesat, maka membawa dampak terhadap 3
kehidupan masyarakat global untuk melaksanakan kehidupan sebaik-
baiknya dan mengharuskan wilayah pesisir untuk dikelola dengan baik
(Harahap, 2015).
Upaya Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
nelayan dibidang kesehatan adalah meningkatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas dan jaringannya. Kegiatan Puskesmas diarahkan pada upaya-
upaya kesehatan promotif-preventif dengan focal point keselamatan kerja
dan disertai berbagai upaya lain yang mencakup: Perbaikan gizi;
Perbaikan sanitasi dasar dan penyediaan air bersih; Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA); Penanggulangan penyakit menular dan tidak
menular, dan Pemberdayaan masyarakat (Latif, 2016).
Sanitasi dasar adalah sarana minimum yang diperlukan untuk
menyediakan lingkungan pemukiman sehat yang memenuhi syarat
kesehatan meliputi penyediaan air bersih, sarana jamban, pembuangan
sampah dan pembuangan air limbah. Sarana sanitasi dasar yang
memenuhi syarat merupakan sarana pendukung untuk meningkatkan
kesehatan lingkungan. Masalah sanitasi dasar khususnya pada wilayah
pulau-pulau kecil merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian
khusus dan perlu ditinjau lebih dalam sebab pada wilayah terpencil seperti
di pulau-pulau, fasilitas sanitasi yang dimiliki masih buruk dan sangat
terbatas dengan kualitas yang jauh dari standar kesehatan, sesuai dengan
yang dikemukakan Achmadi bahwa masyarakat yang tinggal dalam
kawasan tertutup atau terisolasi maka akan menghadapi berbagai masalah
kesehatan yang lebih berakar terutama yang berhubungan dengan kondisi
lingkungan (Irhamiah, 2015).
Pengembangan kesehatan atau pembangunan kesehatan pada
hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis (Wikurendra, 2019). Rencana Pembangunan Nasional Jangka
Panjang (RPJP) 2005-2025 menyebutkan bahwa pembangunan sumber
daya manusia diarah untuk terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat,
cerdas, produktif, dan masyarakat yang semakin sejahtera (Mawaddah,
2020). Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka
Program Pemberantasan Penyakit menitik beratkan kegiatan pada upaya
mencegah berjangkitnya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan
kematian, serta mengurangi akibat buruk dari penyakit menular maupun
tidak menular. Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019, penyakit menular menjadi salah satu priorotas utama yang
harus ditangani untuk mewujudkan Indonesia Sehat, dimana prioritas
untuk penyakit menular masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS,
Tuberculosis, Malaria, Demam Berdarah, Influenza, dan Flu Burung
(Wikurendra, 2019).
Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan dalam
penanggulangan penyakit menular dilakukan melalui kegiatan promosi
kesehatan, surveilans kesehatan, pengendalian faktor risiko, penemuan
kasus, penanganan kasus, pemberian kekebalan (imunisasi), pemberian
obat pencegahan secara massal, dan kegiatan lainnya yang diterapkan oleh
pihak terkait atau dalam hal ini ialah Menteri Kesehatan. Hal ini sejalan
dengan solusi yang dimiliki Pemerintah Daerah maupun pihak yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan
penanggulangan penyakit menular (kusta) di Kabupaten Jepara, yakni
penemuan penderita kusta secara dini, penemuan secara pasif (sukarela),
penemuan secara aktif (pemeriksaan kontak serumah dan
tetangga/lingkunga, pemeriksaan anak sekolah, Chase Survey, Rapid
Village Survey, Survey Khusus, LEC, SAPEL, Survey Focus, kemudian
melakukan pengobatan pada penderita yang dilakukan secara cepat dan
tepat agar dapat dilakukan tindakan oleh para petugas kesehatan di
wilayah setempat, pembinaan pengobatan (Case Holding) meliputi
pengarahan, pemberitahuan kepada penderita penyakit kusta bahwa
perlunya pengobatan untuk mencegah terjadinya kecacatan, pencegahan
cacat dan perawatan diri dimana para penderita kusta diberikan
pengarahan cara merawat tubuh dan bagian-bagian yang terkena kusta
untuk mencegah terjadinya kecacatan, dan yang terakhir yaitu pencatatan
dan pelaporan yang merupakan salah satu elemen yang sangat penting
untuk mendapat gambaran dan informasi kegiatan pada seluruh tingkat
pelaksana program pengendalian penyakit kusta (Sulestiyowati, 2019).
Upaya lainnya dalam penanggulangan penyakit menular atau
solusi dalam bidang kesehatan yakni pemberian kekebalan (imunisasi).
Penyelenggaraan program imunisasi di Indonesia ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1611/Menkes/SK/II/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi, yang menyebutkan bahwa imunisasi merupakan salah satu
upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian zat
kekebalan tubuh, harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh
dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan
perlindungan kesehatan dan memutuskan penularan penyakit (Mawaddah,
2020). Salah satu penyakit menular yang bersifat endemis dan
mengancam kesehatan masyarakat di Indonesia adalah Tifoid, namun
masih terdapat kendala dalam pengendalian tifoid di Indonesia, salah
satunya yaitu vaksinasi tifoid yang belum termasuk program imunisasi
nasional di Indonesia. Mengingat endemisitas dan morbiditas tifoid yang
cukup tinggi di Indonesia, maka pada dasarnya pemberian vaksin tifoid
sangat strategis untuk kelompok masyarakat berisiko tinggi seperti anak
sekolah, penjamah makanan di hote-hotel, restoran, kantin, katering, dan
warung-warung yang tersebar luas di Indonesia termasuk para petugas di
bagian (instalasi) gizi rumah sakit, serta pekerja atau petugas yang
berkaitan atau kontak dengan makanan/minuman atau peralatan
makan/minum yang disajikan kepada sekelompok orang, misalnya di
kantor-kantor pemerintah dan swasta (Purba et al., 2016).
Promosi kesehatan diarahkan untuk peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat guna memelihara kesehatan dan pencegahan penularan
penyakit. Salah satu bentuk program promosi kesehatan yang dapat
menjadi solusi dalam penanggulangan penyakit menular ialah Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berupa cuci tangan pakai sabun,
pemberantasan jentik nyamuk, penggunaan air bersih untuk keperluan
rumah tangga, mengkonsumsi makanan gizi seimbang, melakukan
aktivitas fisik setiap hari, menggunakan jamban sehat, menjaga dan
memperhatikan kesehatan reproduksi, serta mengupayakan kondisi
lingkungan yang sehat (Kemenkes RI, 2014).
B. Penanganan Penularan Penyakit Menular dari Aspek Lingkungan
Sanitasi lingkungan merupakan salah satu masalah yang dianggap
klasik oleh sebagian besar masyarakat, hal ini dikarenakan masalah
sanitasi lingkungan selalu terjadi dalam kehidupan. Anggapan ini
sebenarnya merupakan anggapan yang salah dan menimbulkan persepsi
bahwa masalah tersebut merupakan masalah yang normal terjadi di
masyarakat, namun pada kenyataannya masalah sanitasi lingkungan
merupakan masalah mendasar pada masyarakat yang harus diselesaikan.
Kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memadai menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas lingkungan, dimana penurunan kualitas lingkungan
berperan penting terhadap terjadinya penyakit berbasis lingkungan (Naria,
2014)
Berdasarkan penelitian Noviati (2020) Permasalahan yang
dihadapi di Desa Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe
merupakan wilayah pesisir yang penduduknya berjumlah 682 orang.
Letak Desa yang berada di daerah pesisir sehingga penduduk tidak
memiliki fasilitas sanitasi yang layak. Banyak masyarakat yang BAB
menggunakan jamban cemplung yang tidak memiliki septik tank dan
dapat mencemari sumber air. Adanya program Pengabdian kepada
Masyarakat ini bertujuan untuk menyelesaikan Permasalahan yang ada di
Desa Bajo Indah dengan memeberikan pemahaman dan kesadaran
masyarakat yang masih rendah tentang jamban sehat dan pengadaan
septic tank dan belum ada masyarakat yang membuat septic tank komunal
sebagai percontohan, untuk memenuhi syarat jamban sehat (Noviati,
2021).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular,
pengendalian faktor risiko yang ditujukan untuk memutus rantai
penularan penyakit dapat dilakukan dengan cara perbaikan kualitas media
lingkungan, pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit,
rekayasa lingkungan, serta peningkatan daya tahan tubuh. Perbaikan
kualitas media lingkungan meliputi perbaikan kualitas air, udara, tanah,
sarana dan bangunan, serta pangan agar tidak menjadi tempat
berkembangnya agen penyakit. Pada dasarnya, penyakit merupakan hasil
hubungan interaktif antara manusia dengan lingkungan, antara perilaku
dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi penyakit (Putri,
2017).
Salah satu contoh penyakit menular yang berkaitan erat dengan
faktor lingkungan adalah penyakit diare. Banyak faktor risiko yang diduga
menyebabkan terjadinya penyakit diare, diantaranya yaitu sanitasi
lingkungan yang buruk serta persediaan air yang tidak higienis. Sumber
air minum memiliki peranan yang penting dalam penyebaran beberapa
penyakit menular seperti diare, hal ini dikarenakan sebagian kuman
infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat
ditularkan dengan memasukkan cairan atau benda yang tercemar ke dalam
mulut penderita (Yasin, 2018).
Perilaku masyarakat yang kurang menjaga kebersihan, seperti
adanya air yang menggenang, air limbah dan parit dengan sampah yang
berserakan di sekitar rumah merupakan salah satu habitat yang baik untuk
perindukan dan tempat istirahat vektor/nyamuk spesies tertentu khususnya
vektor filariasis. Kepadatan vektor filariasis juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yaitu lingkungan fisik, lingkungan biologi, serta lingkungan
sosial dan ekonomi yang buruk. Faktor lingkungan biologi meliputi
tanaman air dan semak-semak. Keberadaan lingkungan biologi maupun
fisik erat kaitannya dengan bionomik vektor filariasis, oleh karena itu
kepadatan vektor yang tinggi dan juga perilaku masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk yang belum optimal menjadi penyebab
terjadinya penyakit menular filariasis (Hapsari, 2018).
Kualitas air rumah tangga yang baik harus memenuhi beberapa
syarat antara lain syarat fisis, syarat kimiawi, dan syarat bakteriologis.
Syarat fisis air rumah tangga yaitu harus jernih, tidak berwarna, tidak
berasa, tidak berbau. Syarat kimiawi adalah tidak mengandung zat-zat
yang berbahaya untuk kesehatan seperti zat-zat racun, serta tidak
mengandung mineral mineral serta zat organik lebih tinggi dari jumlah
yang ditentukan. Syarat Bakteriologi air tidak boleh mengandung bibit
penyakit yang sering menular dengan perantaraan air yaitu penyakit yang
tergolong dalam golongan water borne diseases, salah satunya seperti
penyakit diare (Yasin, 2018).
Permasalahan lingkungan serta perilaku lainnya yang perlu diatasi
sebagai solusi dalam penanggulangan penyakit menular adalah tempat
pembuangan tinja masyarakat. Jenis tempat pembuangan tinja yang tidak
memenuhi syarat kesehatan, akan berdampak pada banyaknya lalat.
Sedangkan jenis jamban sehat yaitu jamban yang memiliki tangki septik
atau lebih dikenal dengan jamban leher angsa. Jamban ini berbentuk leher
angsa sehingga akan selalu terisi air, yang berfungsi sebagai sumbat
sehingga bau dari jamban tidak tercium dan mencegah masuknya lalat ke
dalam lubang. Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dapat menyebabkan berbagai penyakit, karenanya perilaku buang air besar
sembarangan, sebaiknya segera dihentikan (Yasin, 2018).
Kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam memelihara sanitasi
lingkungan maupun tempat tinggal sangat diharapkan karena dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat itu sendiri. Undang-Undang No. 36
tahun 2009 telah mengamanatkan bahwa setiap orang berkewajiban
berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan
memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya dan berkewajiban ikut
mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya yang dilaksanakan melalui upaya
kesehatan perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan
berwawasan kesehatan (Putri, 2017).
Peningkatan kondisi lingkungan sebagai pencegahan berbagai
penyakit menular penting dimulai dengan meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang berbagai faktor lingkungan yang
mendukung penularan penyakit (Souisa, 2018). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Wijayanti (2018), upaya pemberantasan penyakit
berbasis lingkungan atau penyakit menular hanya dapat berhasil apabila
seluruh masyarakat turut berperan secara aktif dalam upaya penerapan
HEHS (Home Environmental Health and Safety). HEHS yang dilakukan
secara teratur dan terus menerus mampu menurunkan jumlah kuman
penyakit di tempat perkembangbiakan, yang berarti mampu untuk
memotong penularan penyakit berbasis lingkungan dan mampu
menurunkan kejadian penyakit berbasis lingkungan atau penyakit
menular.
Oleh karena itu, lingkungan memiliki peran yang besar dalam
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan
masyarakat dapat ditingkatkan jika terjadi peningkatan kondisi
lingkungan. Lingkungan yang sehat termasuk di dalamnya bebas dari
penyakit menular. Salah satu program dari pemerintah yakni pencegahan
dan pemberantasan penyakit, termasuk wabah penyakit menular
(Mawaddah, 2020).
C. Penanganan Penularan Penyakit Menular dari Aspek Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang
kedokteran mendorong para tenaga ahli selalu mengadakan riset terhadap
berbagai penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit menular demi
mengatasi kejadian penderitaan dan kematian akibat penyakit. Tiga
kelompok utama penyakit menular yakni; Penyakit yang sangat berbahaya
karena angka kematian cukup tinggi, Penyakit menular tertentu yang
dapat menimbulkan kematian dan cacat, walaupun akibatnya lebih ringan
dari yang pertama.
Penyakit menular menjadi salah satu masalah kesehatan yang
hampir semua negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit menular
menjadi masalah kesehatan global karena menimbulkan angka kesakitan
dan kematian yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat.
Penyakit menular adalah sebuah penyakit yang infeksi yang disebabkan
oleh sebuah agen biologi, seperti virus, bakteria atau parasit. Penyakit ini
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung
maupun dengan perantara. Secara garis besar cara penularan penyakit
menular dapat melalui langsung, yaitu dari orang ke orang, contohnya
melalui permukaan kulit (Afdhal, 2020).
Indonesia sebagai negara tropis memiliki potensi besarpenyebaran
penyakit menular. Pemerintah memiliki peranpenting dalam melakukan
tindakan penyuluhan, pencegahan,dan penanganan untuk mengatasi
penyebaran penyakitmenular. Terdapat kasus penyakit menular yang
mewabah,sebagai contoh di daerah Tasikmalaya pada Bulan Agustus
2012 terjadi sebanyak 94 kasus DBD, 1178 kasus diare, 226kasus ISPA,
dan 36 kasus Malaria. Peningkatan terjadi pada Bulan September 2012,
tercatat sebanyak 286 kasus DBD,1325 kasus diare, 400 kasus ISPA, dan
126 kasus Malaria. Kejadian penyakit menular apabila tidak ditangani
dengancepat akan menimbulkan wabah dan menyebabkan kepanikanpada
berbagai pihak. Selain itu, penyebaran penyakit menularoleh nyamuk
memiliki parameter berupa kondisi lokasigeografis dan jangkauan sebaran
area pada suatu daerah.Sebagai contoh Malaria, DBD, dan Chikungunya
menyebar cepat pada tempat berair dan memiliki area persebaran = 500
meter. Banyak faktor penyebab penyebaran penyakit menular,antara lain
kurangnya kewaspadaan dari pemerintah danmasyarakat untuk melakukan
tindakan pencegahan. (Pramudyo, 2015)
Terdapat dua alternatif solusi untuk merancang sisteminformasi
pencegahan penyakit menular. Dua alternatif solusitersebut yaitu: (a)
Pembuatan sistem informasi prediksi kemungkinanterjadinya penyakit
menular pada suatu daerahmenggunakan data penyakit menular yang telah
dimilikioleh Dinas Kesehatan Kabupaten. Sistem inimenggunakan data
historical penyakit menular dandipetakan berdasarkan kondisi geografis
dari sebuahlokasi. (b) Pembuatan sistem informasi pencegahan
penyakitmenular dengan cara mempercepat proses surveysampai dengan
penanggulangan bibit penyakit menularyang ada. Hal ini dilakukan
dengan jalan membuatsistem interaksi tiga arah antara Dinas
KesehatanKabupaten, Puskesmas/Rumah Sakit dan Masyarakat
(Pramudyo, 2015)
Wilayah pesisir merupakan salah satu daerah yang memiliki
banyak permasalahan, khususnya bidang kesehatan (Sumampouw, 2015).
Masyarakat pesisir pada umumnya kurang memperhatikan kebersihan
lingkungan. Hal ini berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat di
lingkungan pesisir. Akibatnya masyarakat sering terkena berbagai
penyakit seperti penyakit pencernaan, pernapasan, dan penyakit berbasis
lingkungan lainnya. Selain itu, wilayah pesisir memiliki suhu di antara 26-
36 derajat Celcius dengan kelembaban yang sangat baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan bakteri penyebab penyakit. Saat kualitas
lingkungan kurang baik, salah satu yang rentan terkena dampak adalah
anak bawah lima tahun (balita). Anak balita lebih sensitif terhadap risiko
bahaya dari lingkungannya karena sistem kekebalan anak belum terbentuk
secara sempurna. Hal itu mengakibatkan anak balita lebih mudah
terjangkit berbagai macam penyakit (Anggriani, 2018)
Berdasarkan hasil penelitian (Angriani 2018) bahwa certainty
factor dalam membangun aplikasi berbasis mobile android untuk
mendiagnosa sementara penyakit pada balita di kawasan pesisir Kota
Bengkulu. Hasil pengujian keakuratan sistem menunjukan bahwa aplikasi
ini memiliki keakuratan 95% yang menunjukan bahwa sistem ini sudah
baik. Hasil uji kelayakan sistem dengan black box menunjukan bahwa
aplikasi ini sudah dapat berfungsi sebagaimana harusnya. Dari hasil
tabulasi kuisioner yang diberikan kepada responden, diperoleh penilaian
Sangat Baik” untuk ketiga variabel pengujian kelayakan. Persentase
persetujuan responden masing-masing yaitu tampilan aplikasi sebesar
87.17%, kemudahan pengguna sebesar 89.33%, dan kinerja aplikasi
sebesar 87.67%.
Teknologi telah banyak menghasilkan mesin dan alat-alat seperti
jam, mesin jahit, mesin cetak, mobil, kapal terbang, dan lain sebagainya.
Fungsi Teknologi agar memudahkan hidup manusia aman, dan senang
dalam lingkungannya. Di samping itu alat-alat tersebut juga menimbulkan
macam-macam bahaya yang dapat merusak dan membahayakan hidup
manusia. Perkembangan kemajuan teknologi informasi akan dapat
meningkatkan kinerja dan meningkatkan produktivitas kerja.
Perkembangan teknologi informasi memperlihatkan bermunculannya
berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi ini, seperti e-
government, e- commerce, e-education, E-Medicine, e-elaboratory, dan
lainnya. Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat di era
globalisasi turut mempengaruhi dunia kesehatan. Tuntutan global
menuntut dunia kesehatan untuk selalu dan senantiasa menyesuaikan
perkembangan teknologi terhadap usaha dalam peningkatan mutu
kesehatan, terutama penyesuaian penggunaan teknologi informasi bagi
dunia kesehatan khususnya dalam proses pencegahan penyebaran virus
covid-19 yang terjadi pada saat ini (Hasyim, 2020).
Teknologi informasi adalah suatu fasilitas yang dapat berupa
hardware atau software untuk membantu peningkatan kualitas informasi
bagi masyarakat. Perkembangan teknologi sangatlah pesat, seiring dengan
kemajuan era revolusi industri dimana teknologi sangat memiliki peranan
penting. Pengaruh kemajuan teknologi sudah merambah masuk ke
berbagai bidang. Mulai dari ekonomi, pendidikan, transportasi dan yang
lainnya. Teknologi informasi di bidang kesehatan sangat penting terutama
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Apabila kualitas dan fasilitas pelayanan di Rumah Sakit semakin
meningkat maka akan semakin meningkat pula jiwa manusia yang
tertolong. Teknologi informasi ini dapat digunakan untuk penyimpanan
dan pengolahan data administrasi Rumah Sakit, melakukan riset bidang
kedokteran, diagnosa penyakit, penentuan obat yang tepat, hingga
menganalisis bagian dalam organ tubuh manusia yang sulit dideteksi.
Kemajuan teknologi informasi dibidang kesehatan memang dapat
memberikan banyak manfaat, terutama dalam pemerataan akses dan
informasi. Selain itu, ada dampak buruk yang dapat ditimbulkan
Teknologi Informasi bidang kesehatan. Berkembangnya teknologi tentang
penyedia informasi kesehatan atau alat diagnosa kesehatan mampu
membawa kekhawatiran terhadap eksistensi profesi dokter dan tenaga
kesehatan lainnya (Hasyim, 2020).
Internet of things (IoT) saat ini menjadi trending topik di era
industri 4.0 dan membawa peluang besar terhadap perkembangan
teknologi dan human development goal. IoT didefinisikan sebagai
integrasi semua perangkat yang terhubung ke jaringan, yang dapat
dikelola dari web sehingga mampu memberikan informasi secara real time
dan memungkinkan interaksi dengan pengguna (Gomez, 2013). Di antara
berbagai aplikasi, internet of medical things (IoMT) mendapat perhatian
yang besar di bidang kesehatan untuk membantu tenaga kesehatan dalam
menegakan diagnosa penyakit dan monitoring pasien dari jarak jauh
melalui pemasangan wearable device (Hsu, 2016 dalam Trayudi, 2019)
Ada beberapa aplikasi terkenal IoMT, seperti: (1) memasang
global positioning system (GPS) di Nebulizer pada pasien dengan asma
untuk merekam informasi lokasi ketika peralatan medis digunakan oleh
pasien. Sistem ini mampu mengilustrasikan lokasi-lokasi yang paling
sering dilewati oleh pasien saat terjadi serangan asma sehingga sistem
bisa dilatih dan membantu mengingatkan pasien untuk tidak mendekati
tempat yang berisiko (Daukas, 2012); (2) Menggunakan perangkat gelang
(bracelet device) untuk merekam dan mengelola kualitas tidur dan
aktifitas olahraga sehari-hari (Bui, 2011); (3) Smart health device dengan
health sensor yang dikembangkan untuk mengkaji, membantu, dan
mengobati pasien seperti advance diabetic care, cardiac care, drug
delivery, smart asthma attack prediction dan health and welness (Agilent,
2015; Siddiquee, 2016; Shu, 2017). Pasien monitoring system merupakan
konsep penting dalam pelayanan kesehatan untuk mengetahui
perkembangan kondisi pasien dari jarak jauh dan sebagai upaya
pencegahan terhadap kondisi kritis (Saha, 2017). Sehingga pemanfaatan
teknologi berbasis IoT yang mudah, efektif, dan murah dalam monitor
kondisi pasien sangatlah dibutuhkan (Hsu, 2016 dalam Trayudi, 2019
D. Penanganan Penularan Penyakit Menular dari Aspek Sosial atau
Pemberdayaan
Penyuluhan kepada masyarakat merupakan bagian dari upaya
promosi kesehatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk mengontrol berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatannya.
Namun penyuluhan sering kali mempunyai pendekatan dari atas ke bawah
(top-down) di mana pelaksanaan kegiatan didominasi oleh petugas
kesehatan, sedangkan masyarakat ditempatkan sebagai objek kegiatan.
Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat yang mempunyai pendekatan
dari bawah ke atas (bottom-up) dapat dijadikan upaya yang efektif dalam
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat. Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan. Dalam peraturan tersebut, pengorganisasian masyarakat
merupakan proses yang mengarah pada terbentuknya kader masyarakat
yang bersama masyarakat dan fasilitator berperan aktif dalam lembaga
berbasis masyarakat sebagai representasi masyarakat yang akan berperan
sebagai penggerak masyarakat dalam melakukan kegiatan pemberdayaan
masyarakat di bidang Kesehatan (Yuningsi, 2019).
Penanggulangan DBD melalui pemberdayaan masyarakat
memerlukan pendampingan dari fasilitator, baik kader masyarakat
maupun tenaga kesehatan. Peran fasilitator pada awal pemberdayaan
masyarakat sangat diperlukan, namun secara bertahap peran fasilitator
akan berkurang hingga masyarakat mampu menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat. Akan tetapi yang sering terjadi adalah tenaga kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan dan Dinas Kesehatan jarang melakukan
pendampingan pemberdayaan masyarakat seperti yang terjadi di Bekasi
(Kompas, 31 Januari 2019). Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga
kesehatan masyarakat yang semestinya melakukan kegiatan epidemiologi,
surveilans kesehatan, dan promosi kesehatan. Dengan demikian tenaga
medis di fasilitas pelayanan kesehatan dan Dinas Kesehatan selain
melakukan tugas dan fungsi yang sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya, juga memegang beberapa program pengendalian
penyakit menular, termasuk di dalamnya pendampingan upaya
pemberdayaan masyarakat (Yuningsi, 2019).
Permasalahan sampah bukan lagi sekedar masalah kebersihan
dan lingkungan saja, tetapi sudah menjadi masalah sosial yang berpotensi
menimbulkan konflik. Lebih parah lagi, hampir semua kota di Indonesia
baik kota besar maupun kota kecil, belum memiliki sistem penanganan
sampah yang baik. Umumnya kota di Indonesia memiliki manajemen
sampah yang sama yaitu metode kumpul – angkut – buang Sebuah metode
manajemen persampahan klasik yang akhirnya berubah menjadi praktek
pembuangan sampah secara sembarangan tanpa mengikuti ketentuan
teknis di lokasi yang sudah ditentukan. Permasalahan persampahan di
Kelurahan Lapulu bukan hanya disebabkan karena peningkatan jumlah
penduduk saja, namun disebabkan pula dari rendahnya tingkat pelayanan
prasarana dan sarana dasar lingkungan khususnya dalam bidang
pelayanan persampahan, yang mengakibatkan penanganan sampah yang
tidak tuntas sehingga menimbulkan adanya timbunan-timbunan sampah
yang tidak terangkut setiap harinya, setiap harinya hanya 80% saja yang
dapat terangkut sedangkan 20% timbulan sampah masih tertinggal (Majid,
2020)
Sebagai evaluasi untuk peningkatan kesadaran pengelolaan
persampahan di Kelurahan Lapulu, maka diperlukan suatu cara
pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan melalui perencanaan
yang matang dan terkendali dalam bentuk pengelolaan sampah yang
terpadu dengan menggunakan konsep 3R Reduce (mengurangi), Reuse
(menggunakan kembali), Recycle (daur ulang). Pengelolaan sampah
secara efektif dan efisien harus dijalankan oleh semua pihak, baik
masyarakat maupun pemerintah. Semua pihak bertanggungjawab terhadap
penanganan sampah sehingga tidak lagi menimbulkan masalah. Dalam
pengelolaan sampah bukan hanya dititikberatkan pada pemerintah saja,
namun diperlukan kesadaran dan kemandirian dari masyarakat sehingga
diharapkan dapat tercapainya suatu sistem persampahan yang baik dan
tidak merusak lingkungan. Konsep 3R juga dapat membantu
meminimalisir sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan
Akhir). (Kasih, dkk; 2018). Solusi yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan maasalah diatas diantaranya adalah memberikan
pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya
meningkatkan kesadaran pengelolaan sampah. Hal ini dapat dimulai sejak
dini yaitu dengan sosialisasi pengelolaah sampah pada anak Sekolah
Dasar berupa pemahaman mengenai pemilahan sampah. Selanjutnya
memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang pengelolaan sampah
pada tingkat rumah tangga serta menerapkan tentang program TPS 3R
(residu, reuse, dan recycle). Promosi juga dapat dilakukan dengan
pembagian leaflet kesadaran pengelolaan sampah pada komunitas pasar
Lapulu. Sebagai upaya intervensi fisik juga dapat dilaksanakan pembuatan
insenerator sederhana, dan mengadakan gerakan kesadaran pengelolaan
sampah di masyarakat secara rutin. Secara mendasar kegiatan ini
merupakan bentuk nyata kontribusi penulis bagi masyarakat, industri,
pemerintah daerah dan kelompok masyarakat yang ingin mandiri secara
ekonomi maupun sosial melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat
Terintegrasi. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi solusi yang
kreatif dan inovatif dalam membantu program pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya pada masyarakat
pesisir. Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas maka dipandang perlu
adanya Peningkatan Kesadaran Pengelolaan Sampah (Majid, 2020).
Berdasarkan penelitian Wulandari (2019) bahwa Menyelesaikan
masalah-masalah penyakit menular , yaitu sensus kesehatan, pelatihan,
konsultasi, dan pendidikan masyarakat. Pada awal kegiatan, tim turun
langsung ke dalam masyarakat untuk melihat kondisi dan masalah yang
ada. Sensus dilakukan dengan cara membagi tim menjadi kelompok kecil
untuk mengunjungi rumah warga satu per satu dan melakukan
wawancara. Prioritas dari sensus ini adalah untuk mendapatkan informasi
kesehatan masyarakat, terutama kelompok rentan. Hasil dari sensus ini
dipergunakan sebagai data pendukung program selanjutnya dan menjadi
bahan pertimbangan pemerintah desa untuk menentukan kebijakan terkait
dengan kesehatan masyarakatnya. Selanjutnya adalah pelatihan kader
kesehatan yang merupakan program untuk meningkatkan pengetahuan
serta keterampilan para kader. Program ini bertujuan agar peran kader
kesehatan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat dapat
optimal. Dalam hal ini, peran kader tidak hanya berfokus pada kesehatan
pribadi ataupun keluarga, akan tetapi bisa berpengaruh terhadap
masyarakat luas, serta tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan secara
maksimal. Setelah dilaksanakannya pelatihan untuk kader kesehatan Desa
Kebonrejo Kabupaten Blora, diharapkan para kader dapat berkerja dan
berperan dalam pelayanan dan pembangunan kesehatan masyarakat
sehinga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama
kelompok rentan.
Metode berikutnya adalah konsultasi. Konsultasi merupakan
program yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang di dalamnya
persoalan diselesaikan melalui sinergisme dengan Perguruan Tinggi.
Dalam hal ini, permasalahan yang didapatkan melalui sensus kesehatan
berusaha dipecahkan melalui ilmu yang telah didapatkan di perguruan
tinggi, melalui program pendampingan posyandu dan pemeriksaan
kesehatan. Pendampingan posyandu dilakukan dengan tujuan agar
program posyandu Desa Kebonrejo Kabupaten Blora dapat terlaksana
secara efektif dan efisien, dan tidak terfokus pada balita saja, namun juga
ibu hamil dan lansia. Pemeriksaan kesehatan disini dilakukan dengan
mengecek kesehatan masyarakat Desa Kebonrejo secara umum. Metode
terakhir adalah pendidikan masyarakat. Sebagian masyarakat masih
menggunakan pengobatan atau terapi yang tidak sesuai dengan evidence
based medis. Terkadang juga mempercayai mitos-mitos yang berkembang
di masyarakat. Hal ini dapat berbahaya bagi kesehatan masyarakat itu
sendiri. Selain itu, obat-obat yang mudah dibeli masyarakat seperti di
warung perlu pengetahuan untuk penggunaan yang tepat dan mencegah
penyalahgunaan. Dari masalah tersebut perlu dilakukan penyuluhan
swamedikasi kepada kelompok rentan di Desa Kebonrejo. Swamedikasi
adalah upaya masyarakat melakukan pengobatan sendiri secara tepat
untuk penyakit ringan tanpa berobat ke dokter. Materi disampaikan oleh
mahasiswa menggunakan power point dan diskusi interaktif dengan
masyarakat. Pendidikan kesehatan ini dilakukan bersamaan dengan acara
warga sehingga cakupan warga yang datang cukup luas.

A.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar dkk. (2016). Derajat Kesehatan Masyarakat Kepulauan Di Kecamatan


Kepulauan Derawan Kabupaten Berau. Jurnal Higiene. Vol 2, No 1. 27-
32.
Afdal et al. 2020. APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL
PENYAKIT MENULAR PADA BALITA BERBASIS ANDROID.
Jurnal Ilmiah Rekayasa dan Manajemen Sistem Informasi, Vol. 6, No. 1,
Februari 2020, Hal. 55-63 e-ISSN 2502-8995 p-ISSN 2460-8181 55
Hapsari, A. T., Shaluhiyah, Z. dan Suryoputro, A. (2018). Pengaruh Faktor
Pendukung terhadap Perilaku Masyarakat dalam Pencegahan Penyakit
Filariasis di Kota Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 13(2)
Hasyim, H. 2008. Manajemen Penyakit Lingkungan Berbasis Wilayah. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan, 11(2): 72-76
Harahap, R. H. 2015. Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat Yang
Berkelanjutan. Medan: Sumatera Utara
Hasyim, H. 2020. Peranan Teknologi Informasi Dalam Upaya Pencegahan Virus
COVID-19 di Lingkungan Universitas Suroso2 STMIK Profesional
Makassar

Ida Dkk. (2017). Identifikasi Masalah Kesehatan Berbasis Lingkungan Di


Wilayah Pesisir Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2017. Jurnal Ilmiahmahasiswa Kesehatan
Masyarakat Vol. 2. No.1

Idham Latif (2016). Analisis Deskriptif Masalah Kesehatan Masyarakat Pesisir


Desa Karangsong – Indramayu. Jurnal Kesehatan Indra Husada. Vol 4.
No 2
Irhamiah, M Et Al. 2015. Kondisi Sanitasi Dasar Pada Masyarakat Pulau Lae-Lae
Kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin
Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Penyakit Menular.
Latif, Idham. 2016.. Analisis Deskriptif Masalah Kesehatan Masyarakat Pesisir
Desa Karangsong Indramayu. Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 4. No
2
Mawaddah, A. (2020). Upaya Perawat dalam Pencegahan Penyakit Menular
Difteri

Makmur Dkk. (2018).Potensi Risiko Kejadian Diare Akibat Kondisi Sanitasi Di


Pulau Kecil Kota Makassar. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (Jnik). Vol 1
Naria, E. dan Nasution, E. (2014). Sanitasi Lingkungan dan Upaya Pengendalian
Penyakit Berbasis Lingkungan pada Kawasan Kumuh Kecamatan Medan
Maimun Kota Medan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM
Sains, Teknologi, dan Kesehatan, 4(1), pp. 185–192.
Nawalah, Et Al. 2012. Desa Siaga: Upaya Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang
Kesehatan Melalui Peran Bidan Di Desa. The Indonesian Journal Of
Public Health, 8(3): 91–98
Purba, I. E. et al. (2016). Program Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia:
tantangan dan peluang. Media Libangkes, 26(2), pp. 99–108.
Putri, D. N. (2017). Personal Hygiene dan Kejadian Penyakit Kulit pada
Penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa Cokrodirjan Yogyakarta,
Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III Politeknik Kesehetan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
Pramudyo, W. 2015. Sistem Peringatan Dini untuk Pencegahan Penyakit
Menularberbasis Informasi Spasial (Studi Kasus Dinas Kesehatan
Kabupaten Sragen). Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika (JEPIN)
Vol. 1, No. 1, (Juni 2015) ISSN 2460-7041
Rahman Dkk (2015). Pemetaan Penyakit Berbasis Lingkungan Di Pulau Saugi
Kabupaten Pangkep. Jurnal Kesehatan Tadulako. Vol. 1 No. 2 : 1 – 78

Souisa, G. V. dan Vauza, Z. P. (2018). Sosialisasi Dampak Lingkungan Terhadap


Penularan TB dan Filariasis di Negeri Hatuhenu Kecamatan Amahai
Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian
Nusantara, 1(2), p. 152.
Sulestiyowati, T. (2019). Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Daerah
Terhadap Penanggulangan Penyakit Menular (Kusta). The Shine Cahaya
Dunia D-Iii Keperawatan, 4(1), pp. 38–49.
Yasin, Z. (2018). Faktor Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
pada Balita di Puskesmas Batang - Bantang Kabupaten Sumenep. Jurnal
Ilmu Kesehatan, 3(1), pp. 10–17.
Yuningsih, R. 2019. Bidang Kesejahteraan Sosial Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue
Wikurendra, E. A. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Tuberkulosis Paru dan Penanggulangannya. Fakultas Kesehatan,
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai