Anda di halaman 1dari 7

KONSENTRASI MIKROPLASTIK PADA SEDIMEN DI PERAIRAN

TAKALAR SULAWESI SELATAN

DI SUSUN OLEH :

Muh Fathur Sukriming


L021201022

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDATA PERAIRAN


DEPERTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Produk berbahan plastik semakin lama semakin luas penggunaannya karena


memiliki sifat yang kuat dan tidak mudah rusak (Mauludy et al., 2019). Masyarakat di
Indonesia masih sering menggunakan plastik dalam kehidupan sehari-harinya baik sebagai
wadah makanan dan minuman karena bahannya yang tidak mahal, tidak mudah
lapuk, ringan, dan anti-karat. Namun tumpukan sampah plastik yang terus meningkat akan
mengganggu lingkungan karena plastik bersifat non-biodegradable, yakni sifat yang
menjadikannya penyumbang limbah terbesar dan menyebabkan kerusakan lingkungan
(Septiani et al., 2019). Adanya ketergantungan dari masyarakat dalam penggunaan produk
berbahan plastik ini menyebabkan peningkatan sampah plastik yang memunculkan
permasalahan serius bagi Indonesia dan juga negara lain di dunia. Berdasarkan hasil
penelitian Azizah et al (2020) bahwa, Mikroplastik yang mengendap disedimen dan terjadi
secara terus-menerus akan menimbulkan akumulasi mikroplastik pada lapisan sedimen
yang lebih dalam. Dampak bahaya yang ditimbulkan dari kandungan mikroplastik pada
sedimen adalah mengenai terganggunya ekologi perairan baik biotik maupun abiotik pada
ekosistem.
Pencemaran mikroplastik mempunyai dampak luas, diantaranya kesehatan
manusia, ekonomi, pariwisata dan estetika pantai. Mikroplastik di lingkungan pesisir dan laut
menyebabkan kerusakan serius pada kehidupan laut, ikan, kematian hewan laut melalui
lilitan dan menelan puing-puing plastik (Joesidawati, 2018). Mikroplastik yang masuk ke
dalam perairan laut semakin lama akan semakin bertambah banyak dan menumpuk di
dasar, mikroplastik dengan densitas yang lebih besar dari air laut akan tenggelam dan
menumpuk pada 2 sedimen (Kurniawan et al., 2021). Kabupaten Takalar merupakan
penghasil rumput laut terbesar di Provinsi Sulawesi Selatan dengan produksi mencapai 500
ribu ton (Rahadiati et al., 2018). Berdasarkan penelitian Mawaddha (2020) , telah 3
ditemukan partikel mikroplastik pada , air dan sedimen di Pulau Sanrobengi Kabupaten
Takalar. Pada penelitiannya menemukan partikel mikroplastik yakni fiber dan fragmen
dengan jenis yang terbanyak ditemukan adalah fiber. Maka dapat dipastikan bahwa perairan
pulau Sanrobengi telah terkontaminasi dengan mikroplastik dan tidak menutup kemungkinan
perairan di kecamatan sekitarnya juga sudah terkontaminasi.
Pada perairan Takalar terdapat beberapa muara sungai, dari aliran sungai banyak
memproduksi sampah yang berasal dari aktivitas penduduk yang bermukim di sepanjang
sekitar sungai tersebut sehingga terbawa arus masuk perairan laut.

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yakni untuk menganalisis konsentrasi mikroplastik pada
sedimen di perairan Takalar Sulawesi Selatan. Kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai
bahan informasi mengenai konsentrasi mikroplastik pada sedimen untuk mendukung
pengelolaan perairan dan pengelolaan sampah plastik, baik oleh pemerintah atau instansi
tertentu Takalar Sulawesi selatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah Laut

Sampah-sampah di laut merupakan salah satu sumber pencemaran laut dan sebagai
penyebab global berbagai dampak ekologis. Sampah antropogenik terakumulasi di
ekosistem laut di seluruh dunia, dari perairan pesisir sampai laut dalam. Mayoritas sampak
antropogenik yang ditemukan di laut terdiri dari bahan plastik (Joesidawati, 2018). Sampah
laut adalah semua material yang berbentuk padatan dan tidak dijumpai secara alami di
wilayah perairan lautan dan pantai, kemudian dapat memberikan ancaman secara langsung
terhadap kondisi dan produktifitas wilayah perairan. Sampah laut yang terbawa masuk ke
dalam lautan berasal dari aktifitas manusia baik di darat maupun di lautan, dimana menjadi
ancaman di lingkungan laut karena memiliki dampak buruk terhadap kesehatan manusia
dan kehidupan organisme laut (Assuyuti et al., 2018).
Menurut PERPRES RI Nomor 83 Tahun 2018 tentang penanganan sampah
laut, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam yang berbentuk
padat (Ningsih et al., 2020). Indonesia merupakan kontributor polutan plastik ke laut terbesar
di dunia setelah China dengan besaran 0,48 – 1,29 juta metrik ton plastik/tahun , dikenal
sebagai negara kedua terbesar penyumbang sampah sebesar 3.2 juta ton. Kemudian dari
192 negara pesisir setidaknya sudah membuang sampah ke laut sebesar 12.7 juta
ton . Diperkirakan antara 4.8 dan 12.7 juta ton plastik memasuki laut setiap tahun dari
populasi pesisir di seluruh dunia (Lebreton et al., 2017).

B. Plastik

Salah satu sampah laut yang banyak menjadi masalah adalah sampah plastik
karena proses degradasinya membutuhkan waktu yang lama. Proses degradasi plastik
sangat lama, partikel ini sangat tahan untuk periode waktu yang sangat lama di lingkungan
laut Sampah plastik yang telah dibuang ke lingkungan pada akhirnya akan masuk kedalam
lingkungan perairan, terutama perairan laut yang jumlahnya hampir 80-85% dari total
sampah yang terakumulasi secara keseluruhan dan masuk kedalam perairan (Ayuningtyas
et al., 2019).
Plastik memasuki lingkungan perairan dalam berbagai ukuran kemudian plastik yang
paling umum digunakan tidak pernah sepenuhnya “hilang”, melainkan terurai menjadi
fragmen yang lebih kecil di bawah sinar ultraviolet dan suhu yang relative rendah. Partikel
kecil tersebut yang kemudian disebut sebagai mikroplastik (Auta et al., 2017). Elastomer
adalah polimer elastis yang dapat Kembali ke bentuk awal setelah ditarik contohnya karet
dan neoprene (Widianarko & Hantoro, 2018).

C. Konsentrasi Mikroplastik pada Sedimem

Laut merupakan tempat pembuangan langsung sampah atau limbah dari berbagai
aktivitas manusia dengan mudahnya. Sehingga di laut akan dijumpai berbagai jenis sampah
dan bahan pencemar lainnya (Djaguna et al., 2019). Mikroplastik yang masuk ke dalam
perairan akan masuk ke dalam badan air dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Pada
umumnya mikroplastik terapung karena densitasnya lebih kecil daripada air laut, terbawa
arus, gelombang dan pasang surut hingga akhirnya menumpuk dan tertimbun di
sedimen. Mikroplastik ini dapat tenggelam dan mengendap di substrat dasar dan sedimen
yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme, biofouling dan adanya partikel lain yang
menempel (Ridlo et al., 2020).

Seiring dengan berlangsungnya biofouling, densitas material plastik juga meningkat


dan ketika densitas menjadi lebih besar dari air laut maka material plastik tersebut
tenggelam ke dasar laut . Adanya keberadaan mikroplastik di dasar sedimen dipengaruhi
oleh gaya gravitasi dan besaran densitas air menyebabkan plastik tenggelam dan
terakumulasi 10 disedimen. Masuknya mikroplastik dalam perairan terkhusus pada sedimen
akan sangat mempengaruhi siklus rantai makanan biota yang ada (Layn et al., 2020).

D. Dampak Mikroplastik terhadap Perairan dan Organisme

Dampak dari pencemaran mikroplastik sudah sangat luas baik pada perairan maupun
organisme dan akumulasi mikroplastik di sedimen dapat membahayakan kehidupan laut dan
manusia. Mikroplastik telah terindikasi dapat menyebabkan bahaya yang lebih besar untuk
organisme laut yakni yang menempati tingkat trofik terendah, seperti plankton, dimana memiliki
sifat filter feeder untuk mengkonsumsi mikroplastik, sedangkan pada organisme di tingkat trofik
yang lebih tinggi dapat melalui proses bioakumulasi . Kemudian dapat menyebabkan paparan
aditif plastik lebih besar dengan sifat toksik. Kandungan kimia plastik juga dapat ikut terserap
dalam tubuh biota perairan, sehingga jika dikonsumsi oleh manusia akan terjadi transfer toksik
(Tuhumury & Ritonga, 2020).
III. METODE PENILITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari dan bulan Maret 2022, pengambilan
sampel akan dilakukan di perairan Takalar pada empat kecamatan yakni kecamatan
Mappakasunggu, kecamatan Mangarabombang, kecamatan Sanrobone, dan kecamatan
Galesong Sulawesi Selatan. Kegiatan analisis sampel akan dilanjutkan di Laboratorium
Fisiologi Hewan Air, Ekotoksikologi Laut, dan Laboratorium Kualitas Air, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Uji FT-IR akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Departemen
Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Gambar. Peta lokasi pengambilan sampel sedimen Perairan Takalar Sulawesi Selatan
B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu: Global Positioning System (GPS)
digunakan untuk menentukan posisi sampling, Perahu, Ekman Grab digunakan untuk
mengambil sampel sedimen di dasar laut, Plastik sampel sebagai tempat untuk menyimpan
sampel sedimen. Oven digunakan untuk mengeringkan sampel sedimen. Nampan besi
digunakan sebagai wadah sampel 12 sedimen kering. Pompa vakum sebagai pemompa air
dari ruangan tertutup. Saring whatmann 45 µm sebagai alat penyaring mikroplastik. Pinset
untuk memindahkan kertas saring daring saringan ke cawan petri. Mikroskop sebagai alat
bantu dalam pengamatan mikroplastik. Erlenmeyer sebagai wadah untuk mencampur dan
mengukur NaCl. Batang pengaduk sebagai alat untuk mengaduk campuran larutan dengan
sampel sedimen. Kamera sebagai alat dokumentasi kegiatan penelitian. Alat tulis digunakan
untuk menulis data mikroplastik. Kertas label untuk memberi tanda pada sampel. Cool box
untuk menyimpan sedimen yang diambil dari lapangan. Cawan Petri sebagai wadah kertas
saring untuk menghindari kontaminasi. Timbangan digital digunakan untuk menimbang berat
sampel sedimen. Optik lab untuk mengambil gambar mikroplastik. Jarum pentul untuk
memindahkan mikroplastik.

Bahan yang digunakan adalah sedimen sebagai objek penelitian. Aquades sebagai
bahan pelarut dan menstrilkan alat dan bahan. NaCl jenuh sebagai pelarut sedimen. Tissue
roll digunakan untuk membersihkan dan mengerinkan alat. Aluminium foil digunakan
sebagai alas dan penutup dari sampel sedimen. Masker digunakan untuk melindungi bagian
wajah dan saluran pernafasan. Kertas saring Whatman membrane filters with absorbent
pads berdiameter 47 mm dengan ukuran pori 0,45 µm digunakan sebagai media penyaring
mikroplastik.

C. Prosedur Penelitian

1. Penentuan lokasi pengambilan sampel

Pengambilan sampel sedimen dilakukan secara purposive sampling berdasarkan


aktivitas antropogenik pada lokasi penelitian, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan
jenis mikroplastik yang beragam (Ayuningtyas et al., 2019). Lokasi pengambilan sampel
dibagi menjadi empat stasiun yaitu stasiun I (Kecamatan Galesong) stasiun II (Kecamatan
Sanrobone) stasiun III (Kecamatan Mappakasunggu) dan stasiun IV (kecamatan
Mangarabombang) dimana masing-masing stasiun terdiri dari tiga titik pengambilan sampel,
sehingga terdapat 12 titik lokasi pengambilan sampel. Pada keempat kecamatan tiga
diantaranya terdapat kegiatan masyarakat yakni kegiatan budidaya rumput laut sedangkan
satu kecamatan yakni Galesong hanya aktifitas biasa masyarakat seperti kegiatan rumah
tangga dan adanya pelabuhan.
2. Pengambilan Sampel sedimen
Pengambilan sampel sedimen menggunakan Ekman grab (Laksono et al., 2021)
dengan kedalaman air laut 3-5 meter (Muchlissin et al., 2021). Dari keempat kecamatan
yang menjadi lokasi pengambilan sampel sedimen masing-masing terdapat tiga titik 13
pengambilan sampel, kemudian pada setiap titik terdiri atas tiga kali pengulangan. Sampel
yang didapatkan dimasukkan dalam plastik sampel berlabel yang telah disiapkan dan
disimpan kedalam cool box. Dilanjutkan preparasi sampel sedimen meliputi analisis tekstur
sedimen secara visual dan analisis mikroplastik secara mikroskopik yang dilakukan di
Laboratorium Ekotoksikologi Laut, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
3. Analisa sampel sedimen
Analisis sampel sedimen dilakukan secara visual untuk melihat tekstur sedimen pada
setiap stasiun penelitian. Analisis mikroplastik melalui tahap ekstraksi mikroplastik dari
sampel sedimen. Sampel sedimen dari setiap stasiun diambil secukupnya kemudian sampel
sedimen dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 75 oC selama 48- 72 jam
atau sampai kadar airnya hilang (Li et al., 2020). Sampel sedimen kering dihaluskan
menggunakan mortar dan alu. Selanjutnya sampel sedimen kering ditimbang sebanyak 100
gram (Boskovic et al., 2022), lalu masuk pada tahap pemisahan densitas yaitu dengan
mancampurkan larutan NaCl jenuh (300 gram NaCl/1 liter aquades) sebanyak 300 ml ke
dalam sedimen kering. Kemudian diaduk dengan cepat sampai sampel sedimen tercampur
rata dan homogen, setelah itu sampel sedimen didiamkan selama 24 jam agar mendapatkan
supernatan yang sempurna (Mauludy et al., 2019) dengan supernatan yang berwarna jernih.
Selanjutnya pisahkan supernatan dengan hasil endapan sedimennya, kemudian dilakukan
penyaringan dengan saringan whatmann ukuran pori 45 µm dengan diameter 47 mm. Hasil
saringan diletakan pada cawan petri yang selanjutnya siap diidentifikasi.
4. Analisis statistik
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji one way ANOVA untuk
menganalisis perbedaan konsentrasi mikroplastik yang didapatkan dari empat stasiun.
Sebelum dilakukan uji one way ANOVA, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan
homogenitas. Data yang berdistribusi normal dan homogen dilakukan uji one way ANOVA
parametrik sedangkan data yang didapatkan tidak berdistribusi normal dan homogen maka
data ditransformasikan terlebih dahulu kemudian diuji Kembali mortalitas dan
homogenitasnya. Data yang telah normal dilanjutkan dengan uji one way ANOVA. Analisis
ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi software Graphpad Prism. Namun ketika data
yang didapatkan masih tidak terdistribusi normal maka akan digunakan analisis data non-
parametrik yakni uji Kruskal Wallis.

Anda mungkin juga menyukai