Anda di halaman 1dari 2

Penanganan Mikroplastik di Laut

Dewasa ini mikroplastik di laut menjadi salah satu hot issues yang santer dibicarakan oleh
khayalak. Hal itu bukan tanpa sebab, pasalnya mikroplastik yang mencemari laut dapat
mempengaruhi berbagai lini dalam kehidupan baik manusia maupun biota. Pengaruh mikroplastik
di laut untuk manusia adalah probabilitas masalahan Kesehatan yang disebabkan oleh konsumsi
makanan laut yang tidak sehat semakin tinggi, hal itu dikarenakan biota laut terpapar oleh cemaran
mikroplastik.
Sedangkan pengaruh mikroplastik pada biota laut adalah teradinya miss understanding atau
miss conception terhadap mikroplastik yang mana dianggap sebagai original food atau makanan
mereka sendiri yaitu plankton karena kemiripan karakteristiknya yang dapat dilihat dari warna dan
ukurannya. Ketika ikan mengonsumsi mikroplastik maka efek yang dapat ditimbulkan adalah
clogging atau sumbatan yang menutupi sejumlah saluran vital pada ikan sehingga salah satu
gangguan yang muncul adalah inflamasi.
Sejatinya mikroplastik yang berada di lautan didominasi oleh mikroplastik dari golongan
polimer polyethylene serta 80% berasal dari daratan. Mikroplastik pada badan air dapat berdampak
terhadap penurunan estetika lingkungan, kualituas air, ancaman terhadap biodiversity biota
akuatik, hingga resiko terhadap kesehatan manusia (Gregory, 2020). Keberadaan mikroplastik
dapat berdampak terhadap biota dalam bentuk beliyan, kesalahan konsumsi, ghost fishing,
kesalahan rasa kenyang (false senese of satiety), hingga kematian (Murphy et al., 2017;Gregory,
2009). Disisi lain, distribusi vertical sampah plastik, terutama meso dan mikroplastik di kolom air
dapat berpotensi oleh biota neuston, pelagic, dan bentos (Scherer et al., 2018;Anderdon et al.,
2016).
Berbagai upaya pencegahan dilakukan untuk mengatasi penyebaran mikroplastik di lautan,
salah satunya dengan mensubtitusi kantong plastik yang sukar diuraikan dengan kantong plastik
biodegradable hal itu dikarenakan jika kantong plastik tersebut terurai maka akan terurai menjadi
bahan organic yang bermanfaat untuk organisme lainnya serta durasi untuk mengurainya tidak
sepanang plastik yang berasal dari minyak bumi. Langkah lain yang dapat dilakukan adalah
mengusung konsep 5R yaitu refuse (memikirkan kembali sebelum menggunkan plastik), reduce
(mengurangi penggunaan plastik), reuse (memilih produk plastik yang tidak sekali pakai sehingga
dapat digunakan berulang kali atau menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang dengan
metode yang tepat), dan rot (mengomposkan sampah organik).
Semakin berkembanganya teknologi dan kian majunya peradaban manusia, telah
diciptakan solusi dengan penerepan teknologi canggih untuk menanggulangi masalah
mikroplastik. Salah satunya adalah diciptakannya alat penyedot mikroplastik pada kapal Suzuki
Marine pada tahun 2020. Saat mesin dihidupkan dan kapal melaju, emsin tempel akan memompa
air laut untuk mendinginkan mesin. Di saat bersamaan, alat ini mampu menyedot plastik-plastik
kecil yang ada di jalur kapal. Selanjutnya air laut tersebut akan melewati saringan yang ada di
dalam alat pengumpul plastik mikro, sehingga mampu dan membersihkan air yang mengalir
kembali ke laut.
Selain Suzuki Marine, pada tahun 2021 telah diciptakan teknologi penanganan
mikroplastik dengan menggunakan filter air berbasis bulk acousticwave yang digagas oleh ITS.
Filter air ini memanfaatkan gelombang akustik yang bersumber dari pengeras suara atau speaker.
Gelombang akustik inilah yang mendorong partikel-partikel mikroplastik, sehingga dapat
terseparasi dari air laut. Alat ini mampu menyaring semua jenis dan bentuk mikroplastik yang
terkandung dalam air laut maupun air tawar. Dengan memanfaatkan teknologi gelombang akustik,
alat ini tidak lagi memerlukan saringan mekanis tak perlu membersihkan filter secara berkala dan
pemakaian lebih tahan lama.

Anda mungkin juga menyukai