Anda di halaman 1dari 19

Studi Kasus

KONTAMINASI
MIKROPLASTIK
DI PERAIRAN
TAWAR
Kelompok 3
• Andi Muhammad Shafwan E. 205080100111017
• Angga Indrayanto 205080100111020
• Naura Shofi Elradinan 205080100111022
• Astria Dwi Listiani 205080100111034
• Fery Vendi Wardana 205080100111035
• Miftahul Jannah 205080101111042
• Ade nata hizkia 205080100111051 Anggota
• Iriyanto Paulus Pabika 205080107111042 Kelompok 3
JURNAL
JURNAL
PENDUKUNG
PENDUKUNG
LATAR
LATAR Menurut Aripin, et al. (2017) Plastik merupakan bahan yang relatif nondegradable

BELAKA
BELAKA
sehingga pemanfaatan plastik harus diperhatikan mengingat besarnya limbah yang
dihasilkannya. Plastik sendiri merupakan material baru yang secara luas dikembangkan dan
digunakan sejak abad ke-20. Sampah plastik yang dibuang ke lingkungan pada akhirnya

NG
akan masuk ke wilayah perairan, terutama laut. Pada umumnya, proses dekomposisi plastik

NG berlangsung sangat lambat. Mikroplastik merupakan partikel plastik yang diameternya


berukuran kurang dari 5 mm. Mikroplastik terbagi lagi menjadi kategori ukuran, yaitu
besar (1-5 mm) dan kecil (kurang dari 1 mm). Terdapat bermacam-macam kelompok
mikroplastik yang sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, warna, komposisi, massa
jenis, dan sifat-sifat lainnya (Victoria, 2017).
Dampak kontaminasi sampah plastik pada kehidupan di laut dapat dipengaruhi oleh
ukuran sampah tersebut. Sampah plastik yang berukuran besar, seperti benang pancing
dan jaring, sering kali menyebabkan hewan-hewan terbelit. Sampah plastik yang lebih
kecil, seperti tutup botol, korek api, dan pelet plastik, dapat tertelan oleh organisme
perairan dan menyebabkan penyumbatan usus serta potensi keracunan bahan kimia.
ORGANIS
ORGANIS Invertebrata laut bentik yang menelan

ME
ME
mikroplastik, termasuk teripang, kerang,
lobster, amphipods, lugworms, dan
teritip. Beberapa invertebrata bahkan
lebih memilih partikel plastik, teripang
. Mikroplastik tertelan oleh organisme akuatik dan
dari habitat bentik menelan fragmen
menyebabkan masalah dalam tubuh organisme, mulai dari
plastik dalam jumlah yang tidak
penyumbatan pencernaan hingga kematian. spesies invertebrata
proporsional berdasarkan rasio tertentu
air tawar, satu jenis ikan air tawar, sembilan spesies ikan
plastik dengan pasir.
payau, dan satu spesies ikan amphidromous bisa menelan
mikroplastik. Dalam studi kasus ini invertebrata air tawar,
sekitar 32-100% dari individu yang terpapar, menelan
mikroplastik. Selain itu, dibidang kelautan juga terdapat
organisme yang menelan mikroplastik.
Penyelidikan air tawar pertama mengenai penelanan plastik oleh
invertebrata menunjukkan bahwa hewan-hewan dari beragam habitat, rantai
makanan, dan level tropik yang berbeda, menelan mikroplastik. Bahkan pada
tingkat orgnisme paling dasar, beragam komunitas mikroba yang termasuk
heterotrof, autotrof, predator, dan simbion, berasosiasi dengan mikroplastik.

Organisme yang menelan plastik besar dapat tersedak, mengalami luka


internal atau eksternal, luka ulserasi, penyumbatan saluran pencernaan,
gangguan kapasitas makan, kelaparan, kekurangan tenaga, atau kematian.
Dampak konsumsi mikroplastik pada taksa air tawar jauh lebih terbatas.
Penyebab
Kontaminasi
Mikroplastik
di Perairan
Pengaruh kontaminasi plastik di perairan
tawar dan daratan jauh lebih sedikit
Mikroplastik dibandingkan di wilayah laut. Distribusi
mikroplastik di perairan tawar belum
dalam Perairan diketahui secara pasti namun dalam
beberapa tahun terakhir telah dilakukan
identifikasi mikroplastik di berbagai
1 perairan tawar.
Sumber mikroplastik terbagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
Mikroplastik primer merupakan butiran plastik murni yang mencapai
wilayah laut akibat kelalaian dalam penanganan. Sementara itu,

2. Sumber mikroplastik sekunder merupakan mikroplastik yang dihasilkan akibat


fragmentasi plastik yang lebih besar. (Gregory, M.R., dalam Victoria, A.V.

Mikroplastik 2016). Sumber primer mencakup kandungan plastik dalam produk-produk


pembersih dan kecantikan, pelet untuk pakan hewan, bubuk resin, dan
umpan produksi plastik.
Sumber sekunder meliputi serat atau potongan hasil pemutusan rantai
dari plastik yang lebih besar yang mungkin terjadi sebelum mikroplastik
memasuki lingkungan. Potongan ini dapat berasal dari jala ikan, bahan
baku industri, alat rumah tangga, kantong plastik yang memang dirancang
untuk terdegradasi di lingkungan, serat sintetis dari pencucian pakaian,
atau akibat pelapukan produk plastik (Browne, M.A. dkk, dalam Victoria
A.V. 2016). Sumber sekunder ini diyakini menjadi sumber utama
mikroplastik dalam lingkungan selain wilayah laut (Zubris, K.A. dalam
Victoria A.V. 2016).
3. Faktor yang Mempengaruhi
Jumlah Mikroplastik di Perairan
Sejumlah faktor telah diperkirakan sebagai
Jumlah partikel pelagis tinggi ditemukan
penyebab banyaknya mikroplastik yang ada di dalam danau-danau dengan populasi
lingkungan perairan tawar. Beberapa di manusia yang rendah akibat waktu tinggal
antaranya adalah perbandingan populasi air yang tinggi dan ukuran danau yang besar.
manusia dibandingkan dengan jumlah sumber Hal tersebut juga menjelaskan alasan danau-
danau yang lebih besar mengandung lebih
air, letak pusat perkotaan, waktu tinggal air, sedikit mikroplastik pelagis bila
ukuran sumber air, jenis pengolahan limbah, dibandingkan dengan danau yang ukurannya
dan jumlah saluran pembuangan lebih kecil namun densitas partikelnya lebih
tinggi.
4. Faktor Penyebaran Mikroplastik

Proses distribusi mikroplastik di wilayah laut masih belum diketahui secara menyeluruh namun intinya adalah adanya
dorongan eksternal yang menyebabkan pergerakan mikroplastik. Dorongan eksternal yang menyebabkan pemencaran
berinteraksi dengan sifat-sifat partikel itu sendiri seperti densitas, bentuk, dan ukuran, serta properti lingkungan lainnya
seperti densitas air laut, topografi dasar laut, dan tekanan.
Menurut Ballent, A., dkk dalam Victoria A.V. (2016) Densitas partikel seringkali muncul sebagai faktor yang
mempengaruhi transportasi dan pemencaran. Plastik yang umum digunakan berada pada rentang densitas 0,85 hingga 1,41
g/mL, Karena rentang tersebut mencakup material mulai dari densitas yang lebih rendah hingga lebih tinggi dari air,
mikroplastik dapat didistribusikan melalui kolom air.
Oleh karena itu, densitas partikel dapat menentukan apakah partikel tersebut akan melalui rute pelagik atau bentik. Plastik
berdensitas rendah umumnya akan menempati permukaan dan lingkungan neustonik, sedangkan yang berdensitas tingi
ditemukan di kedalaman bentik.
Dampak
Kontaminasi
Mikroplastik
di Perairan
Dampak kontaminasi sampah plastik pada kehidupan di perairan tawar dipengaruhi
oleh ukuran sampah tersebut. Sampah plastik yang berukuran besar, seperti benang
pancing dan jaring, seringkali menyebabkan hewan-hewan terbelit, sedangkan
sampah plastik yang lebih kecil, seperti tutup botol, korek api, dan pelet plastik,
dapat tertelan oleh organisme perairan dan menyebabkan penyumbatan usus serta
potensi keracunan bahan kimia. Sementara itu, mikroplastik dapat dicerna bahkan
oleh organisme terkecil di habitat tersebut dan menimbulkan masalah yang lebih
serius yang belum dapat diketahui secara pasti.
Menurut (Victoria, 2017), organisme perairan yang menelan plastik besar dapat
tersedak, mengalami luka internal atau eksternal, luka ulserasi, penyumbatan
saluran pencernaan, gangguan kapasitas makan, kelaparan, kekurangan tenaga, atau
kematian.
Studi kasus dengan penyaring makanan besar
vertebrata, juga menunjukkan bahwa hewan-hewan
ini mungkin telah menelan mikroplastik. Bahkan
menurut (Victoria, 2017) dalam (Fossi et al. 2014)
mengemukakan bahwa kehadiran bahan kimia,
phthalates dan organoklorin, pada hiu basking dan
paus sirip dapat menjadi bukti mereka telah
menelan mikroplastik. Karena kontaminan berada
di mana-mana di lingkungan tersebut. Menurut
(Mardiyana & Ari, 2020) Mikroplastik juga
memberikan efek akut dan kronis terhadap
zooplankton.
Sifat mikroplastik yang tidak dapat dicerna dapat
menjadi polutan bagi ikan, sehingga menyebabkan
disfungsi organ maupun kerusakan organ dan
jaringan, hal ini karena mikroplastik bersifat toksik
didalam tubuh. Mikroplastik dalam tubuh akan
menyebabkan penumpukan mikroplastik sehingga
ikan akan selalu merasa kenyang yang
mengakibatkan hilangnya keseimbangan tubuh,
mobilitas rendah, mudah dimakan predator hingga
menyebabkan kematian pada ikan. Dampak adanya
mikroplastik dalam tubuh ikan juga menyebabkan
bioakumulasi (Victoria, 2017).
Solusi dari
Kontaminasi
Mikroplastik
di Perairan
Berikut merupakan solusi yang dapat mengatasi atau mengurangi
pencemaran mikroplastik di perairan.

• Salah satu cara untuk mengatasi pencemaran mikroplastik


adalah dengan menggalakkan aksi-aksi bebas mikroplastik.
• Penanganan pencemaran mikroplastik di perairan juga dapat
dilakukan dengan bantuan teknologi. Dapat diterapkan
teknologi pengolahan air limbah yang dapat menyisihkan
kandungan mikroplastik. Tertiary treatments dapat diterapkan
pada pengelolahan limbah, contohnya seperti discfilter (DF),
rapid sand filter (RSF), dissolved air flotation (DAF) dan
membrane bioreactor (MBR) (Talvitie, et. al, 2017).
Solusi

Mengubah kebiasaan: Aksi bersih pantai


hindari, kurangi, pakai
kembali, dan daur
ulang plastik.
Daftar Pustaka
• M. & A. K., 2020. Dampak Pencemaran Mikroplastik di Ekosistem Laut. Jurnal Pengendalian
Pencemaran Lingkungan, 2(1), pp. 29-37.
• Talvitie, J., Mikola, A., Koistinen, A., & Setälä, O. (2017, 10). Solutions to microplastic
pollution – Removal of microplastics from wastewater effluent with advanced wastewater
treatment technologies. Water Research, 123, 401-407. doi:10.1016/j.watres.2017.07.005
• Victoria, A. V., 2017. Kontaminasi Mikroplastik di Perairan Tawar. Kontaminasi Mikroplastik
di Perairan Tawar, 9 January, pp. 1-10.
• Aripin, S., Saing, B., & Kustiyah, E. (2017). Studi pembuatan bahan alternatif plastik
biodegradable dari pati ubi jalar dengan plasticizer gliserol dengan metode melt intercalation.
Jurnal Teknik Mesin Mercu Buana, 6(2), 79-84.

Anda mungkin juga menyukai