Plastik menjadi perhatian global, terutama untuk lingkungan perairan. Plastik ini
berpotensi terurai menjadi partikel mikroskopis atau nanoscopic. Mikroplastik dan nanoplastik
yang dihasilkan mungkin tertelan oleh berbagai organisme air. Karena ukuran dan
kemampuannya yang kecil untuk menyerap dan kemudian melepaskan bahan kimia,
mikroplastik (<5 mm) dan nanoplastik (<0,1 μm) merupakan ancaman bagi organisme ini.
Kesehatan manusia pada akhirnya dapat terpengaruh karena kontaminasi bahan kimia
yang masuk ke dalam organisme laut yang dikonsumsi manusia. Rekomendasi mengenai
karakteristik mikroplastik telah dilakukan dengan dbaik oleh New Jersey. Keadaan sains saat
ini mengenai mikroplastik dan nanoplastik, khususnya dengan mengacu pada efek ekologi,
menunjukkan bahwa masuk akal bahwa eksposur manusia terjadi, dan dapat menyebabkan efek
kesehatan yang merugikan. Oleh karena itu, rekomendasi dibuat untuk memantau penelitian
masa depan untuk bukti langsung efek kesehatan manusia serta penelitian di bidang lain yang
relevan (misalnya, pengamatan ekologi, toksikologi nanopartikel) dan untuk mengidentifikasi
populasi manusia yang rentan (misalnya tahap kehidupan).
Mikroplastik umumnya memiliki diameter <5 mm, sedangkan nanoplastik memiliki
diameter <0,1 μm (Arthur et al., 2009; Hollman et al., 2013). Mikro / nanoplastik dapat terdiri
dari berikut jenis polimer: polietilena, polipropilena, polietilen tereftalat, polistirena, polivinil
klorida, poliester, poliakrilat, dan nilon (Cole et al., 2011; Hollman et al., 2013). Mikroplastik
dapat berbentuk mikroba atau spheres, fragmen, serat, dan butiran (Cole et al., 2011). Bentuk
nanoplastik di lingkungan relatif tidak diketahui, karena metode untuk mendeteksi polimer
berukuran nano di lingkungan saat ini tidak ada (Koelmans et al., 2015).
Kontaminasi lingkungan dengan mikroplastik pertama kali terdeteksi pada awal 1970an
di Lautan Atlantik Barat Laut (Carpenter et al., 1972; Colton et al., 1974). Sejak itu,
kontaminasi mikroplastik telah menjadi isu global dengan penelitian terutama berfokus pada
lingkungan perairan. Kontaminasi mikroplastik telah terdeteksi di lautan dunia (Ivar do Sul dan
Costa, 2014) dan es Artic Sea (Obbard et al., 2014). Meski tidak diteliti sesering air asin,
mikroplastik sudah terdeteksi di air tawar, termasuk danau (misalnya, Danau Besar; Eriksen et
al., 2013), sungai (misalnya, The North Shore Channel di Chicago; McCormick et al 2014),
dan badan air terpencil (misalnya Danau Hovsgol, Mongolia; Free et al., 2014). Selain itu,
mikroplastik telah terdeteksi pada endapan akuatik dari seluruh dunia (ditinjau di Ivar do Sol
dan Costa, 2014).
Pengukuran lingkungan dan informasi ekologis saat ini mendukung kemungkinan
bahwa manusia mungkin terkena mikroplastik dan mungkin nanoplastik melalui jalur oral,
inhalasi, dan rute kulit. Manusia mungkin langsung terkena mikroplastik dan nanoplastik
melalui konsumsi sebenarnya dari partikel-partikel ini. Manusia juga dapat terkena bahan
kimia yang merupakan unsur penyusun (mis., Monomer) atau yang teradsorpsi ke plastik (yaitu
paparan tidak langsung dari mikro / nanoplastik). Dalam kedua kasus tersebut, kemungkinan
ada bahwa mikroplastik atau nanoplastik dan / atau bahan kimia kontaminan pada awalnya
dapat tertelan oleh tingkat trofik yang lebih rendah dan bioakumulasi dengan biomagnifikasi
potensial pada tingkat trofik yang lebih tinggi, yang dapat menyebabkan paparan manusia.
Sumber utama paparan manusia terhadap mikro / nanoplastik di lingkungan mungkin melalui
paparan oral, baik dari makanan atau berpotensi air minum. Spesies air yang terkontaminasi
mikro / nanoplastik (yaitu, hadir di usus atau jaringan lainnya) dapat berfungsi sebagai sumber
paparan manusia yang penting. Dalam kasus kerang, manusia mengkonsumsi seluruh spesies
ini, termasuk usus yang bisa mengandung potongan plastik mikroskopis. Sementara saluran
gastrointestinal finfish biasanya tidak dikonsumsi manusia, beberapa mikro / nanoplastik dapat
melewati usus ke jaringan yang pada akhirnya dikonsumsi manusia. Mikroplastik juga telah
terdeteksi di lingkungan air tawar (misalnya, Danau Besar) digunakan sebagai sumber air
minum. Pengamatan ini menunjukkan bahwa air minum dapat menjadi sumber paparan
manusia, terutama jika proses pengolahan air tidak dapat sepenuhnya menghilangkan sisa-sisa
plastik mikroskopik, terutama nanoplastik. Selain paparan oral terhadap partikel mikro /
nanoplastik yang sebenarnya, ada potensi bagi manusia untuk juga terkena bahan kimia yang
dilepaskan dari plastik ke media (yaitu organisme air, air) yang dikonsumsi, sehingga
merupakan paparan tidak langsung dari mikro / nanoplasma