ABSTRAK
TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) merupakan tempat penampungan dan penimbunan sampah akhir dengan metode
sanitary landfill. Jenis sampah yang paling banyak dihasilkan di TPA adalah jenis sampah plastik yang terdegradasi
menjadi mikroplastik yang berdampak mencemari perairan sekitar wilayah tempat sampah, seperti sungai, sumur warga
dan lahan budidaya perikanan. Banyaknya kelimpahan mikroplastik sangat dipengaruhi oleh aktivitas warga sekitar dan
sumber pencemarnya. Tujuan penelitian untuk mengamati komposisi jenis, kelimpahan dan sebaran mikroplastik di air
dan sedimentasi sungai, sumur warga dan lahan budidaya perikanan. Metode yang digunakan adalah sampling dan
identifikasi sedangkan untuk analisis data menggunakan frekuensi jenis mikroplastik dan analis uji signifikan chi-square.
Hasil pengamatan sampel ditemukan jenis mikroplastik di air dan sedimentasi sebanyak 9106 partikel terdiri dari
Fragment, Fiber, Film, Filament, Pellets. Jenis paling banyak ditemukan di sampel air adalah jenis filament 46 % (2468
partikel) dan sampel sedimentasi jenis Fragment 55 % (2065 partikel), kelimpahan sampel air tertinggi terdapat di wilayah
sekitar TPST Bantargebang 56 % (865,51 partikel/ml) dan Sedimentasi terdapat di wilayah sekitar TPA Rawa Kucing 51
% (186,76 partikel/gr) dengan hasil uji chi-square tidak signifikan antara jenis mikroplastik dengan TPA.
Kata kunci : TPA, Pencemaran mikroplastik, air dan sedimentasi. Kelimpahan mikroplastik
ABSTRACT
TPA (Final Processing Site) is a final waste collection and storage site with the sanitary landfill method. The type of
waste that is most generated in the landfill is a type of plastic waste that is degraded into microplastics that have an
impact on polluting the waters around the garbage disposal area, such as rivers, community wells and aquaculture land.
The abundance of microplastic abundance is greatly influenced by the activities of local residents and their sources of
pollution. The purpose of the study was to observe the composition of species, abundance and distribution of microplastics
in water and sedimentation of rivers, community wells and aquaculture land. The method used is sampling and
identification while for data analysis using microplastic frequency types and chi-square significant test analysts. The
results of sample observations found a type of microplastic in water and sedimentation of 9106 particles consisting of
Fragments, Fiber, Film, Filament, Pellets. The most common types found in water samples are filament types 46% (2468
particles) and sedimentation samples of Fragment types 55% (2065 particles), the highest abundance of water samples
is found in the area around TPST Bantargebang 56% (865.51 particles / ml) and Sedimentation found in the area around
TPA Rawa Kucing 51% (186.76 particles / gr) with the results of the chi-square test not significant between the types of
microplastic with landfill.
Sampah plastik saat ini menjadi masalah dibuang ke lingkungan lalu lambat laun mengalami
yang cukup menghawatirkan, terutama di wilayah abrasi, degradasi dan pemecahan fisik menjadi
perairan (Galgani et al., 2015). Sampah plastik di lebih kecil hingga berukuran mikro (Lusher, 2015).
perairan menjadi permasalahan serius di seluruh Saat ini, terdapat 6 kategori plastik yang umum
dunia, terlebih di Indonesia (Sahwan, 2011). diproduksi dan dipasarkan oleh masyarakat yaitu
Produksi sampah plastik mencapai 322 juta ton Polyethylene (PE dengan densitas tinggi atau
pada tahun 2016 (Coppock et al., 2017) rendah), Polypropylene (PP), Poulyvinyl cloride
diperkirakan 4,8–12,7 juta ton plastik akan (PVC), Polystyrene (PS, termasuk
berakhir di lautan (Shim et al., 2018). Indonesia pengembangannya berupa EPS), Polyurethane
merupakan negara ke 2 di dunia yang diperkirakan (PUR) dan Polyethylene terephthalate (PET)
menyumbang jumlah sampah plastik yang masuk (Kershaw & Rochman, 2015).
ke dalam lautan (Assuyuti et al., 2018). Limbah Bentuk dari mikroplastik sangat beragam,
plastik diklasifikasikan menjadi makroplastik, pada penelitian ini dibedakan menjadi 5 tipe yaitu:
mesoplastik dan mikroplastik (Fendall & Sewell, fiber, fragment, filament, film dan pelet.
2009). Mikroplastik telah menyebar luas hampir di
Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) adalah seluruh habitat perairan, dan sebanyak lebih dari
penanganan sampah organik dan anorganik yang 5% plastik dari hasil produksi setiap tahun akan
dilakukan dilakukan dengan pembuangan secara berakhir di perairan laut (Jambeck et al., 2015).
terbuka dan di tempat terbuka berakibat pada Diperkirakan 80% sampah plastik yang berada di
meningkatnya intensitas pencemaran terhadap laut berasal dari aliran sungai yang masuk dalam
kualitas air tanah, karena pada penggunaan lahan lautan (Jambeck et al., 2015).
tersebut biasanya akan menghasilkan air lindi yang Sungai memiliki kotribusi besar sebagai
dapat meresap ke dalam tanah dan bercampur penyumbang sampah plastik, sejauh ini telah di
dengan air tanah yang ada (Assuyuti et al., 2018). kaji kandungan mikroplastik di beberapa disungai
Meresapnya air lindi ke dalam tanah secara meliputi distribusi dan jenis polimer yang
otomatis akan menambah jenis dan konsentrasi dihasilkan (McCormick, T. J., Hoellein, S. A.,
unsur-unsur yang ada dalam air tanah. Kuantitas Mason, J. & Schluep, 2014). Munculnya
dan kualitas air tanah pada dasarnya dipengaruhi mikroplastik pada air sumur dan lahan budidaya
oleh kondisi air itu sendiri yang berasal dari siklus disebabkan akibat tempat pembungan sampah yang
hidrologi dan kondisi akuifer (wadah) yang berdekatan dengan pemukiman serta sampah tidak
menampung air di bawah permukaan tanah dikelola dengan baik, sehingga pada saat musim
(Wardhana et al., 2007). hujan air dari tumpukan sampah tersebut terbawa
Limbah plastik diklasifikasikan menjadi hingga masuk ke perairan warga di antaranya
makroplastik, mesoplastik dan mikroplastik mengandung partikel serat plastik mikroskopis
(Fendall & Sewell, 2009). (Hiwari et al., 2019) (Schymanski et al., 2018).
mengatakkan mikroplastik jenis sekunder Dampak mikroplastik pada ekosistem
berpotensi menimbulkan dampak yang sangat perairan yaitu berpotensi menyebabkan kerugian
besar dan dapat menyerap bahan kimia beracun tambahan. Masuknya mikroplastik dalam tubuh
seperti PBTs (persistent, bioaccumulative and biota dapat merusak saluran pencernaan,
toxic substances) dan POPs (persistent organic mengurangi tingkat pertumbuhan, menghambat
pollutants) (Barnes et al., 2009). Pada umumnya, produksi enzim, menurunkan kadar hormon
proses dekomposisi plastik berlangsung sangat steroid, mempengaruhi reproduksi, dan dapat
lambat. Diperlukan waktu hingga ratusan tahun menyebabkan paparan aditif plastik lebih besar
agar plastik terdegradasi menjadi mikroplastik dan sifat toksik (Wright et al., 2013). Penyebaran
nanoplastik melalui berbagai proses fisik, kimiawi, mikroplastik yang luas, kepadatan yang tinggi di
maupun biologis (Galgani et al., 2015). perairan (A. L. Lusher et al., 2013), ukuran
Mikroplastik merupakan partikel plastik (Charles James Moore, 2008) dan warna yang
yang diameternya berukuran kurang dari 5 mm. menyerupai mangsa (putih, tan dan kuning)
Mikroplastik terbagi lagi menjadi kategori ukuran, mengakibatkan adanya potensi mikroplastik
yaitu besar (1-5 mm) dan kecil (<1 mm) (Storck et terkonsumsi oleh berbagai organisme laut baik
al., 2015). Mikroplastik terbentuk dari plastik yang invertebrata maupun ikan (Setälä et al., 2014).
BAHAN DAN METODE
Data yang dikumpulkan merupakan data frekuensi kategoris, persentase jenis mikroplastik,
primer yang diperoleh dengan melakukan dan analisis pearson chi-square.
observasi langsung di lapangan (in situ) dengan
menentukan titik sampel dan dilakukan 3 kali Analisis Distribusi Frekuensi Kategoris
pengulangan sedangkan analisis sampel di Uji analisis frekuensi mikroplastik
laboratorium (ex situ). Metode yang digunakan merupakan pengujian hipotesa frekuensi komulatif
dalam pengambilan sampel ialah metode sampling, tipe mikroplastik pada lokasi praktik. Hasil analisis
survey dan identifikasi lapangan sedangkan untuk frekuensi akan terlihat jenis mikroplastik paling
analisis data menggunakan analisis distribusi banyak. Dalam praktik ini untuk mengetahui hasil
frekuensi komulatif mikroplastik dengan yaitu
dengan melihat total setiap jenis mikroplastik di H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
semua lokasi kemudian di jumlahkan. Maka akan antara jumlah mikroplastik di sungai, sumur
terlihat jenis mikroplastik mana yang paling warga dan kolam budidaya.
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara
banyak dari semua lokasi praktik. Hasil observasi
jumlah mikroplastik di sungai, sumur warga
dari tipe mikroplastik yang ditemukan berdasarkan dan kolam budidaya.
bentuk/tipe mikroplastik (pellet, fragment,
filament, fiber dan film) untuk melihat tingkat Uji hipotesis ini dilakukan dengan taraf signifikasi
kemunculan dari elemen-elemen tersebut, yang yang berkriteria :
selanjutnya dianalisis dengan distribusi 1. Jika nilai a symptotic significant Pearson Chi-
Square >0,05, maka hipotesis nol diterima.
frekuensikategori dengan menggunakan rumus
2. Jika nilai asymptotic significant Pearson Chi-
Sturges (Sumayani et al., 2017), sebagai berikut: Square <0,05, maka hipotesis nol ditolak.
Nilai K didapat dari:
HASIL DAN PEMBAHASAN
K = 1 + 3,3 log n Kondisi Umum Wilayah TPA Rawa Kucing
Keterangan :
K = Jumlah kelas
n = Banyaknya data
Persentase Mikroplastik
Uji presensi mikroplastik merupakan
pengujian hipotesis tentang persenan mikroplastik
berdasarkan lokasi praktik. Hasil analisis
𝒙
× 𝟏𝟎𝟎% Gambar 2. TPA Rawa Kucing
𝒏
Figure 2. Rawa Kucing Landfill
presentase akan terlihat di lokasi praktik mana TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Rawa
Kucing merupakan fasilitas persampahan dengan
yang terdapat lebih banyak mikroplastik. Dalam
sistem sanitary landfill yang dikelola oleh Dinas
praktik ini untuk mengetahui hasil persenan Lingkungan Hidup (DLH) yang terletak di
mikroplastik dengan persamaan sebagai berikut : Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. Fasilitas
Keterangan : seluas 35 hektar ini melayani 13 kecamatan dan
X = Total per lokasi 114 kelurahan di seluruh Kota Tangerang dan
n = Total semua lokasi dapat menampung sekitar 1500 Ton sampah per
harinya dan dengan timbulan sampah yang sudah
Analisis Pearson Chi-Square mencapai 4 649.7 m3/hari (Purwaningrum &
Uji Chi- Kuadrat merupakan pengujian Pusparani, 2011) . TPA Rawa Kucing menerapkan
hipotesis tentang perbandingan antara frekuensi sistem control landfill, composting, dan Clean,
sampel yang benar-benar terjadi disebut frekuensi Green, and Creative (CGC) dalam pengelolaan
observasi dengan frekuensi harapan yang sampahnya Selain itu, dikelola dengan 3R (reuse,
didasarkan atas hipotesis tertentu pada setiap kasus recycling dan reduce) sehingga sampah mengalami
atau data disebut frekuensi harapan. Dalam praktik reduksi sekitar 35% atau sampah yang sampai ke
ini menggunakan aplikasi SPSS untuk mengetahui TPA hanya 65% dari volume sampah yang
perbedaan signifikan antara keberadadan mencapai 900-1.000 ton/hari (Assagaff et al.,
mikroplastik pada spesies ikan observasi dengan 2017).
persamaan sebagai berikut :
(𝒇𝒐 − 𝒇𝒏)²
𝒙𝟐 = ∑
𝒇𝒏
Kondisi Umum Wilayah TPST Bantargebang sedimentasi sebanyak 3.738 partikel mikroplastik
yang terdiri dari 5 jenis yaitu Film, Pellet, Fiber,
Filament dan Fragment (Gambar 4).
Pellet
Fragment Pellet Fragment
4% Film Film
5%
13% 15%
Fragment Filament Filament
Fiber Fiber
32% Fiber
5% 9% Fiber
Fragment
Pellet 55% Pellet
Filament Filament
46% Film 16% Film
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 0 500 1000 1500 2000 2500