Anda di halaman 1dari 9

IDENTIFIKASI KANDUNGAN MIKROPLASTIK DI PERAIRAN SEKITAR WILAYAH

TPA RAWA KUCING KOTA TANGERANG, BANTEN DAN TPST BANTARGEBANG


KOTA BEKASI, JAWA BARAT
IDENTIFICATION OF MICROPLASTIC CONTENT IN WATERS AROUND TPA RAWA
KUCING AREA TANGERANG CITY, BANTEN AND TPST BANTARGEBANG BEKASI
CITY, JAWA BARAT
RIZKI AGUNG HIDAYAT 1, HENDRA IRAWAN 2, DADAN ZULKIFLI 3
Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan,
Sekolah Tinggi Perikanan
Jl. Aup, RT.1/RW.9, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520, (021)
78830275, +62-21-78830275
E-mail : Rizkiagunghidayat97@gmail.com

Diterima tanggal: , diterima setelah perbaikan: , disetujui tanggal:

ABSTRAK
TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) merupakan tempat penampungan dan penimbunan sampah akhir dengan metode
sanitary landfill. Jenis sampah yang paling banyak dihasilkan di TPA adalah jenis sampah plastik yang terdegradasi
menjadi mikroplastik yang berdampak mencemari perairan sekitar wilayah tempat sampah, seperti sungai, sumur warga
dan lahan budidaya perikanan. Banyaknya kelimpahan mikroplastik sangat dipengaruhi oleh aktivitas warga sekitar dan
sumber pencemarnya. Tujuan penelitian untuk mengamati komposisi jenis, kelimpahan dan sebaran mikroplastik di air
dan sedimentasi sungai, sumur warga dan lahan budidaya perikanan. Metode yang digunakan adalah sampling dan
identifikasi sedangkan untuk analisis data menggunakan frekuensi jenis mikroplastik dan analis uji signifikan chi-square.
Hasil pengamatan sampel ditemukan jenis mikroplastik di air dan sedimentasi sebanyak 9106 partikel terdiri dari
Fragment, Fiber, Film, Filament, Pellets. Jenis paling banyak ditemukan di sampel air adalah jenis filament 46 % (2468
partikel) dan sampel sedimentasi jenis Fragment 55 % (2065 partikel), kelimpahan sampel air tertinggi terdapat di wilayah
sekitar TPST Bantargebang 56 % (865,51 partikel/ml) dan Sedimentasi terdapat di wilayah sekitar TPA Rawa Kucing 51
% (186,76 partikel/gr) dengan hasil uji chi-square tidak signifikan antara jenis mikroplastik dengan TPA.

Kata kunci : TPA, Pencemaran mikroplastik, air dan sedimentasi. Kelimpahan mikroplastik

ABSTRACT

TPA (Final Processing Site) is a final waste collection and storage site with the sanitary landfill method. The type of
waste that is most generated in the landfill is a type of plastic waste that is degraded into microplastics that have an
impact on polluting the waters around the garbage disposal area, such as rivers, community wells and aquaculture land.
The abundance of microplastic abundance is greatly influenced by the activities of local residents and their sources of
pollution. The purpose of the study was to observe the composition of species, abundance and distribution of microplastics
in water and sedimentation of rivers, community wells and aquaculture land. The method used is sampling and
identification while for data analysis using microplastic frequency types and chi-square significant test analysts. The
results of sample observations found a type of microplastic in water and sedimentation of 9106 particles consisting of
Fragments, Fiber, Film, Filament, Pellets. The most common types found in water samples are filament types 46% (2468
particles) and sedimentation samples of Fragment types 55% (2065 particles), the highest abundance of water samples
is found in the area around TPST Bantargebang 56% (865.51 particles / ml) and Sedimentation found in the area around
TPA Rawa Kucing 51% (186.76 particles / gr) with the results of the chi-square test not significant between the types of
microplastic with landfill.

Keywords: landfill, microplastic pollution, water and sedimentation. Microplastic abundance


PENDAHULUAN

Sampah plastik saat ini menjadi masalah dibuang ke lingkungan lalu lambat laun mengalami
yang cukup menghawatirkan, terutama di wilayah abrasi, degradasi dan pemecahan fisik menjadi
perairan (Galgani et al., 2015). Sampah plastik di lebih kecil hingga berukuran mikro (Lusher, 2015).
perairan menjadi permasalahan serius di seluruh Saat ini, terdapat 6 kategori plastik yang umum
dunia, terlebih di Indonesia (Sahwan, 2011). diproduksi dan dipasarkan oleh masyarakat yaitu
Produksi sampah plastik mencapai 322 juta ton Polyethylene (PE dengan densitas tinggi atau
pada tahun 2016 (Coppock et al., 2017) rendah), Polypropylene (PP), Poulyvinyl cloride
diperkirakan 4,8–12,7 juta ton plastik akan (PVC), Polystyrene (PS, termasuk
berakhir di lautan (Shim et al., 2018). Indonesia pengembangannya berupa EPS), Polyurethane
merupakan negara ke 2 di dunia yang diperkirakan (PUR) dan Polyethylene terephthalate (PET)
menyumbang jumlah sampah plastik yang masuk (Kershaw & Rochman, 2015).
ke dalam lautan (Assuyuti et al., 2018). Limbah Bentuk dari mikroplastik sangat beragam,
plastik diklasifikasikan menjadi makroplastik, pada penelitian ini dibedakan menjadi 5 tipe yaitu:
mesoplastik dan mikroplastik (Fendall & Sewell, fiber, fragment, filament, film dan pelet.
2009). Mikroplastik telah menyebar luas hampir di
Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) adalah seluruh habitat perairan, dan sebanyak lebih dari
penanganan sampah organik dan anorganik yang 5% plastik dari hasil produksi setiap tahun akan
dilakukan dilakukan dengan pembuangan secara berakhir di perairan laut (Jambeck et al., 2015).
terbuka dan di tempat terbuka berakibat pada Diperkirakan 80% sampah plastik yang berada di
meningkatnya intensitas pencemaran terhadap laut berasal dari aliran sungai yang masuk dalam
kualitas air tanah, karena pada penggunaan lahan lautan (Jambeck et al., 2015).
tersebut biasanya akan menghasilkan air lindi yang Sungai memiliki kotribusi besar sebagai
dapat meresap ke dalam tanah dan bercampur penyumbang sampah plastik, sejauh ini telah di
dengan air tanah yang ada (Assuyuti et al., 2018). kaji kandungan mikroplastik di beberapa disungai
Meresapnya air lindi ke dalam tanah secara meliputi distribusi dan jenis polimer yang
otomatis akan menambah jenis dan konsentrasi dihasilkan (McCormick, T. J., Hoellein, S. A.,
unsur-unsur yang ada dalam air tanah. Kuantitas Mason, J. & Schluep, 2014). Munculnya
dan kualitas air tanah pada dasarnya dipengaruhi mikroplastik pada air sumur dan lahan budidaya
oleh kondisi air itu sendiri yang berasal dari siklus disebabkan akibat tempat pembungan sampah yang
hidrologi dan kondisi akuifer (wadah) yang berdekatan dengan pemukiman serta sampah tidak
menampung air di bawah permukaan tanah dikelola dengan baik, sehingga pada saat musim
(Wardhana et al., 2007). hujan air dari tumpukan sampah tersebut terbawa
Limbah plastik diklasifikasikan menjadi hingga masuk ke perairan warga di antaranya
makroplastik, mesoplastik dan mikroplastik mengandung partikel serat plastik mikroskopis
(Fendall & Sewell, 2009). (Hiwari et al., 2019) (Schymanski et al., 2018).
mengatakkan mikroplastik jenis sekunder Dampak mikroplastik pada ekosistem
berpotensi menimbulkan dampak yang sangat perairan yaitu berpotensi menyebabkan kerugian
besar dan dapat menyerap bahan kimia beracun tambahan. Masuknya mikroplastik dalam tubuh
seperti PBTs (persistent, bioaccumulative and biota dapat merusak saluran pencernaan,
toxic substances) dan POPs (persistent organic mengurangi tingkat pertumbuhan, menghambat
pollutants) (Barnes et al., 2009). Pada umumnya, produksi enzim, menurunkan kadar hormon
proses dekomposisi plastik berlangsung sangat steroid, mempengaruhi reproduksi, dan dapat
lambat. Diperlukan waktu hingga ratusan tahun menyebabkan paparan aditif plastik lebih besar
agar plastik terdegradasi menjadi mikroplastik dan sifat toksik (Wright et al., 2013). Penyebaran
nanoplastik melalui berbagai proses fisik, kimiawi, mikroplastik yang luas, kepadatan yang tinggi di
maupun biologis (Galgani et al., 2015). perairan (A. L. Lusher et al., 2013), ukuran
Mikroplastik merupakan partikel plastik (Charles James Moore, 2008) dan warna yang
yang diameternya berukuran kurang dari 5 mm. menyerupai mangsa (putih, tan dan kuning)
Mikroplastik terbagi lagi menjadi kategori ukuran, mengakibatkan adanya potensi mikroplastik
yaitu besar (1-5 mm) dan kecil (<1 mm) (Storck et terkonsumsi oleh berbagai organisme laut baik
al., 2015). Mikroplastik terbentuk dari plastik yang invertebrata maupun ikan (Setälä et al., 2014).
BAHAN DAN METODE

Pelaksanaan Praktik Integrasi dilaksanakan Dengan pembagian waktu 30 hari pengambilan


selama 60 hari dimulai dari tanggal 2 September sampel dilapangan dan 30 hari pengamatan sampel
sampai 2 November 2019 yang berlokasi di TPST di laboratorium Oseanografi dan Lingkungan,
Bantargebang Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta.
dan TPA Rawa Kucing Kota Tanggerang Provinsi
Banten (Gambar 1).

Gambar 1. Peta lokasi Penelitian


Figure 1. Map of research location

Data yang dikumpulkan merupakan data frekuensi kategoris, persentase jenis mikroplastik,
primer yang diperoleh dengan melakukan dan analisis pearson chi-square.
observasi langsung di lapangan (in situ) dengan
menentukan titik sampel dan dilakukan 3 kali Analisis Distribusi Frekuensi Kategoris
pengulangan sedangkan analisis sampel di Uji analisis frekuensi mikroplastik
laboratorium (ex situ). Metode yang digunakan merupakan pengujian hipotesa frekuensi komulatif
dalam pengambilan sampel ialah metode sampling, tipe mikroplastik pada lokasi praktik. Hasil analisis
survey dan identifikasi lapangan sedangkan untuk frekuensi akan terlihat jenis mikroplastik paling
analisis data menggunakan analisis distribusi banyak. Dalam praktik ini untuk mengetahui hasil
frekuensi komulatif mikroplastik dengan yaitu
dengan melihat total setiap jenis mikroplastik di H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
semua lokasi kemudian di jumlahkan. Maka akan antara jumlah mikroplastik di sungai, sumur
terlihat jenis mikroplastik mana yang paling warga dan kolam budidaya.
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara
banyak dari semua lokasi praktik. Hasil observasi
jumlah mikroplastik di sungai, sumur warga
dari tipe mikroplastik yang ditemukan berdasarkan dan kolam budidaya.
bentuk/tipe mikroplastik (pellet, fragment,
filament, fiber dan film) untuk melihat tingkat Uji hipotesis ini dilakukan dengan taraf signifikasi
kemunculan dari elemen-elemen tersebut, yang yang berkriteria :
selanjutnya dianalisis dengan distribusi 1. Jika nilai a symptotic significant Pearson Chi-
Square >0,05, maka hipotesis nol diterima.
frekuensikategori dengan menggunakan rumus
2. Jika nilai asymptotic significant Pearson Chi-
Sturges (Sumayani et al., 2017), sebagai berikut: Square <0,05, maka hipotesis nol ditolak.
Nilai K didapat dari:
HASIL DAN PEMBAHASAN
K = 1 + 3,3 log n Kondisi Umum Wilayah TPA Rawa Kucing

Keterangan :
K = Jumlah kelas
n = Banyaknya data

Persentase Mikroplastik
Uji presensi mikroplastik merupakan
pengujian hipotesis tentang persenan mikroplastik
berdasarkan lokasi praktik. Hasil analisis
𝒙
× 𝟏𝟎𝟎% Gambar 2. TPA Rawa Kucing
𝒏
Figure 2. Rawa Kucing Landfill
presentase akan terlihat di lokasi praktik mana TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Rawa
Kucing merupakan fasilitas persampahan dengan
yang terdapat lebih banyak mikroplastik. Dalam
sistem sanitary landfill yang dikelola oleh Dinas
praktik ini untuk mengetahui hasil persenan Lingkungan Hidup (DLH) yang terletak di
mikroplastik dengan persamaan sebagai berikut : Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. Fasilitas
Keterangan : seluas 35 hektar ini melayani 13 kecamatan dan
X = Total per lokasi 114 kelurahan di seluruh Kota Tangerang dan
n = Total semua lokasi dapat menampung sekitar 1500 Ton sampah per
harinya dan dengan timbulan sampah yang sudah
Analisis Pearson Chi-Square mencapai 4 649.7 m3/hari (Purwaningrum &
Uji Chi- Kuadrat merupakan pengujian Pusparani, 2011) . TPA Rawa Kucing menerapkan
hipotesis tentang perbandingan antara frekuensi sistem control landfill, composting, dan Clean,
sampel yang benar-benar terjadi disebut frekuensi Green, and Creative (CGC) dalam pengelolaan
observasi dengan frekuensi harapan yang sampahnya Selain itu, dikelola dengan 3R (reuse,
didasarkan atas hipotesis tertentu pada setiap kasus recycling dan reduce) sehingga sampah mengalami
atau data disebut frekuensi harapan. Dalam praktik reduksi sekitar 35% atau sampah yang sampai ke
ini menggunakan aplikasi SPSS untuk mengetahui TPA hanya 65% dari volume sampah yang
perbedaan signifikan antara keberadadan mencapai 900-1.000 ton/hari (Assagaff et al.,
mikroplastik pada spesies ikan observasi dengan 2017).
persamaan sebagai berikut :
(𝒇𝒐 − 𝒇𝒏)²
𝒙𝟐 = ∑
𝒇𝒏
Kondisi Umum Wilayah TPST Bantargebang sedimentasi sebanyak 3.738 partikel mikroplastik
yang terdiri dari 5 jenis yaitu Film, Pellet, Fiber,
Filament dan Fragment (Gambar 4).

a.Fragment b. Filament c. Fiber

Gambar 3. TPST Bantargebang


Figure 3. Bantargebang integrated waste
management
Area TPST (Tempat Pembuangan Sampah
d. pellets e. Film
Terpadu) Bantargebang terletak di Kelurahan
Gambar 4. Jenis Mikroplastik di air dan sedimentasi
Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul dan Kelurahan Figure 4. Microplastic types found in water and
Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang Kota sedimentation samples
Bekasi. TPA Bantar Gebang beroperasi tahun 1989 Mikroplastik jenis fiber banyak digunakan
yang sekarang telah berganti menjadi TPST Bantar dalam pembuatan pakaian, tali temali, berbagai
Gebang kerjasama antara Pemerintah Kota Bekasi bentuk penangkapan seperti pancing dan jaring
dan Provinsi DKI Jakarta. Dengan lahan seluas tangkap (Nor & Obbard, 2014). Jenis fragmen pada
110,216 Ha yang terdiri dari tempat pembuangan dasarnya berasal dari buangan limbah atau sampah
sampah yang berasal dari DKI Jakarta (lima zona dari pertokoan dan warung-warung makanan
pembuangan) berada di dua kelurahan yaitu terurai menjadi serpihan serpihan kecil hingga
Kelurahan Cikiwul dan Kelurahan Ciketingudik membentuk fragmen (Dewi et al., 2015). Filamen
seluas 85 Ha, dan sampah yang berasal dari Kota merupakan serat yang sangat panjang berbahan
Bekasi (satu zona pembuangan) berada di nilon, jenis Film menurut (Kingfisher, 2011), Film
Kelurahan Sumurbatu seluas 27 Ha. TPST merupakan polimer plastik sekunder yang berasal
Bantargebang menerapkan metode pengelolaan dari fragmentasi kantong plastik atau plastik
sampah Sanitary Landfill yaitu membuang dan kemasan dan memiliki densistas rendah. Pelet
menumpuk sampah ke suatu lokasi yang cekung, merupakan mikroplastik primer yang langsung
memadatkan sampah tersebut kemudian diproduksi oleh pabrik sebagai bahan baku
menutupnya dengan tanah (Pemkot Bekasi, 2009). pembuatan produk plastik (Hastuti, 2014).
Mikroplastik yang paling dominan
Jenis Mikroplastik ditemukan di sampel air adalah Filament berasal
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis dari limbah buangan dari pembuatan pakaian
data yang telah dilakukan di wilayah perairan sintetik yang menjadi sumber utama kontaminasi
sekitar TPA Rawa Kucing dan TPST Bantargebang mikroplastik (Nadal et al., 2016). kemudian akan
di sungai, sumur warga, dan lahan budidaya terakumulasi pada badan air sungai dan terbawa
menuju lautan (Alomar & Deudero, 2017). Dan
perikanan. Untuk sampel air dihasilkan 46 sampel juga di sampel desimentasi paling dominan Tipe
terdiri atas 18 sampel air sungai, 12 sampel air Fragment merupakan salah satu mikroplastik dari
sumur warga dan 16 sampel air kolam budidaya. sumber sekunder tinggi yang menghasilkan
Sedangkan untuk sampel sedimentasi dihasilkan 34 sampah plastik (Desforges et al., 2015). Sumber
sampel yang terdiri atas 18 sampel sedimentasi utama mikroplastik fragment berasal dari
sungai dan 16 sampel sedimentasi kolam budidaya. polypropylene, polyethylene, polystyrene,
polyester, dan polyvinyl chloride (Andrady, 2017)
Sampel air dan sedimentasi diambil di wilayah
yang dalam produk konsumen misalnya, kantong
perairan sekitar TPA Rawa Kucing dan TPST plastik, botol, topi, wadah dan lainnya (Costa et al.,
Bantargebang. Dalam uji laboratorium dihasilkan 2011) yang menghasilkan bentuk fragmen yang
sebanyak 5.368 partikel mikroplastik terdapat tidak beraturan (Browne et al., 2010).
pada sampel air sedangkan pada sampel
Persensi Jenis Mikroplastik

Mikroplastik Air Gabungan Mikroplastik Sedimentasi Gabungan

Pellet
Fragment Pellet Fragment
4% Film Film
5%
13% 15%
Fragment Filament Filament
Fiber Fiber
32% Fiber
5% 9% Fiber
Fragment
Pellet 55% Pellet
Filament Filament
46% Film 16% Film

Gambar 5. Persensi Mikroplastik Air dan Sedimentasi


Figure 5. Microplastic percentages in water and sedimentation

a) Rawa Kucing b) Bantargebang


Presensi kandungan mikroplastik pada Presensi kandungan mikroplastik pada
sampel air sungai Cisadane terdiri dari sampel Air Sungai Cileungsi, terdiri dari
mikroplastik jenis Filament 45%, Fragment 29%, mikroplastik jenis Filament 43%, Fragment 34%,
Film 14%, Fiber 7%, dan Pellets 5%. Pada sampel Film 14%, Fiber 5%, Pellet 4%. Sampel
sedimentasi sungai Cisadane, terdiri dari sedimentasi sungai Cileungsi, terdiri mikroplastik
mikroplastik jenis Fragment 53%, Filament 23%, jenis Fragment 59%, Film 17%, Filament 12%,
Fiber 10%, Film 11%, dan Pellets 3%. Sampel air Fiber 7 %,Pellets 4%. Sampel air sumur warga,
sumur warga, terdiri dari mikroplastik jenis terdiri dari mikroplastik jenis Filament 50%,
Filament 59%, Fragment 24%, Film 7%, Fiber 6%, Fragment 37%, Film 7%, Fiber 5% dan Pellets 3%.
dan Pellets 4%. Sampel air kolam budidaya terdiri Sampel air kolam budidaya, terdiri dari
dari mikroplastik jenis Filament 51%, Fragment mikroplastik jenis Filament 52%, Fragment 52%,
35%, Film 8%, Pellets 3%, dan Fiber 3%. Dan Film 7%, Fiber 4% dan Pellets 2%. Sampel
sampel sedimentasi Kolam Budidaya, terdiri dari sedimentasi Kolam Budidaya terdiri mikroplastik
mikroplastik jenis Fragment 49%, Filament 18%, jenis Fragment 57%, Film 18%, Filament 11%,
Film 16%, Fiber 10%, dan Pellets 7%. Fiber 8%, Pellets 6%.

Distribusi Frekuensi Mikroplastik di Distribusi Frekuensi Mikroplastik di


sampel Air sampel Sedimentasi
Film
Film
Pellet
Pellet
Fiber Fiber
Filament Filament
Fragment Fragment

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 0 500 1000 1500 2000 2500

Gambar 5. Distribusi Frekuensi Mikroplastik di Air dan Sedimentasi


Figure 5. Microplastic frequency distribution in Water and sedimentation
Dari pengambilan sampel di wilayah DAFTAR PUSTAKA
TPA Rawa Kucing dan TPST Bantargebang
dapat diketahui bahwa sebaran partikel Alomar, C., & Deudero, S. (2017). Evidence of
mikroplastik pada sampel air sungai, air sumur microplastic ingestion in the shark
dan air kolam budidaya tertinggi terdapat di Galeus melastomus Rafinesque, 1810 in
wilayah sekitar TPST Bantargebang 56 % the continental shelf off the western
(865,51 partikel/ml) dan terendah terdapat Mediterranean Sea. Environmental
diwilayah sekitar TPA Rawa Kucing 44 % Pollution, 223, 223–229.
(690,43 partikel/ml). Sedangkan sampel Andrady, A. L. (2017). The plastic in
sedimentasi sungai dan kolam budidaya microplastics: A review. Marine
tertinggi terdapat di wilayah sekitar TPA Rawa Pollution Bulletin, 119(1), 12–22.
Kucing 51 % (186,76 partikel/gr) dan terendah Assagaff, S. H., Pirngadie, B. H., & Unpas, D.
di wilayah sekitar TPST Bantargebang 49 % P. (2017). Penentuan Lokasi Tempat
(179,71 partikel/gr). Berdasarkan hasil Uji Chi- Pemprosesan Akhir Sampah (TPAS)
Square diketahui Value (1,00) > (0,05) Regional Tangerang Raya di Kabupaten
Asymtotic Significance, maka dapat Tangerang [PhD Thesis]. Fakultas
disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak, yang Teknik.
artinya partikel mikroplastik pada sungai, Assuyuti, Y. M., Zikrillah, R. B., Tanzil, M. A.,
sumur dan kolam budidaya memiliki hubungan Banata, A., & Utami, P. (2018).
yang tidak signifikan terhadap jenis Distribusi dan Jenis Sampah Laut serta
mikroplastik yang ditemukan. Hubungannya terhadap Ekosistem
Terumbu Karang Pulau Pramuka,
KESIMPULAN Panggang, Air, dan Kotok Besar di
Kepulauan Seribu Jakarta. Majalah
Persensi Jenis Mikroplastik dari seluruh Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific
sampel di TPA Rawa Kucing dan TPST Journal, 35(2), 91–102.
Bantargebang air sungai, sumur warga dan Barnes, R., Jackson, B., Greenberg, R., &
kolam budidaya jenis Mikroplastik yang paling Raymond, S. N. (2009). Tidal limits to
dominan adalah jenis Filament dan terendah planetary habitability. The Astrophysical
jenis Pellets, sedangkan untuk sampel Journal Letters, 700(1), L30.
sedimentasi sungai dan kolam budidaya jenis Browne, K., Roseman, D., Shaller, D., &
mikroplastik paling dominan adalah jenis Edgman-Levitan, S. (2010). Analysis &
Fragment dan jenis terendah adalah pellets. commentary measuring patient
Dari pengambilan sampel di wilayah TPA experience as a strategy for improving
Rawa Kucing dan TPST Bantargebang dapat primary care. Health Affairs, 29(5), 921–
diketahui bahwa sebaran partikel mikroplastik 925.
pada sampel air sungai, air sumur dan air kolam Coppock, R. L., Cole, M., Lindeque, P. K.,
budidaya tertinggi terdapat di wilayah sekitar Queirós, A. M., & Galloway, T. S.
TPST Bantargebang 56 % (865,51 partikel/ml) (2017). A small-scale, portable method
dan terendah terdapat diwilayah sekitar TPA for extracting microplastics from marine
Rawa Kucing 44 % (690,43 partikel/ml). sediments. Environmental Pollution,
Sedangkan sampel sedimentasi sungai dan 230, 829–837.
kolam budidaya tertinggi terdapat di wilayah Costa, M. F., Silva-Cavalcanti, J. S., Barbosa,
sekitar TPA Rawa Kucing 51 % (186,76 C. C., Portugal, J. L., & Barletta, M.
partikel/gr) dan terendah di wilayah sekitar (2011). Plastics buried in the inter-tidal
TPST Bantargebang 49 % (179,71 partikel/gr). plain of a tropical estuarine ecosystem.
Hasil dari uji chi-square menyatakan bahwa Journal of Coastal Research, 339–343.
tidak hubungan yang signifikan antara wilayah Desforges, J.-P. W., Galbraith, M., & Ross, P.
perairan di sekitar TPA dengan jenis S. (2015). Ingestion of microplastics by
mikroplastik yang ditemukan. Metode zooplankton in the Northeast Pacific
pengelolaan sampah di TPA Rawa Kucing dan Ocean. Archives of Environmental
TPST Bantargebang sama-sama menerapkan Contamination and Toxicology, 69(3),
metode Sanitary Landfill. 320–330.
Dewi, I. S., Budiarsa, A. A., & Ritonga, I. R. McCormick, T. J., Hoellein, S. A., Mason, J. &
(2015). Distribusi mikroplastik pada Schluep, K. J. J. (2014). Microplastic is
sedimen di Muara Badak, Kabupaten an abundant and distinct microbial
Kutai Kartanegara. DEPIK Jurnal Ilmu- habitat in an urban river. Environmental
Ilmu Perairan, Pesisir Dan Perikanan, Science and Technology, 48(20), 11863–
4(3). 11871.https://doi.org/10.1021/es50361r
Fendall, L. S., & Sewell, M. A. (2009). Nadal, M., Rovira, J., Díaz-Ferrero, J.,
Contributing to marine pollution by Schuhmacher, M., & Domingo, J. L.
washing your face: Microplastics in (2016). Human exposure to
facial cleansers. Marine Pollution environmental pollutants after a tire
Bulletin, 58(8), 1225–1228. landfill fire in Spain: Health risks.
Galgani, F., Hanke, G., & Maes, T. (2015). Environment International, 97, 37–44.
Global distribution, composition and Purwaningrum, P., & Pusparani, A. (2011).
abundance of marine litter. In Marine Perencanaan Pengumpulan Dan
anthropogenic litter (pp. 29–56). Pengangkutan Sampah Di Kecamatan
Springer, Cham. Tangerang, Kota Tangerang. Indonesian
Hastuti, W. (2014). Pengaruh Ukuran Journal of Urban and Environmental
Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Technology, 5(6), 207–214.
Dan Tipe Industri Terhadap Sahwan, F. L. (2011). Sistem pengelolaan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial limbah plastik di Indonesia. Jurnal
Perusahaan Dalam Laporan Tahunan Teknologi Lingkungan, 6(1).
(Studi Empiris pada perusahaan Schymanski, D., Goldbeck, C., Humpf, H.-U.,
Manufaktur yang listing di BEI). Jurnal & Fürst, P. (2018). Analysis of
Akuntansi, 2(3). microplastics in water by micro-Raman
Hiwari, H., Purba, N. P., Ihsan, Y. N., Yuliadi, spectroscopy: Release of plastic particles
L. P., & Mulyani, P. G. (2019). from different packaging into mineral
Condition of microplastic garbage in sea water. Water Research, 129, 154–162.
surface water at around Kupang and Shim, W. J., Hong, S. H., & Eo, S. (2018).
Rote, East Nusa Tenggara Province. Marine microplastics: Abundance,
Prosiding Seminar Nasional Masyarakat distribution, and composition. In
Biodiversitas Indonesia, 5, 165–171. Microplastic Contamination in Aquatic
Jambeck, J. R., Geyer, R., Wilcox, C., Siegler, Environments (pp. 1–26). Elsevier.
T. R., Perryman, M., Andrady, A., Storck, F. R., Kools, S. A., & Rinck-Pfeiffer, S.
Narayan, R., & Law, K. L. (2015). (2015). Microplastics in fresh water
Plastic waste inputs from land into the resources. Global Water Research
ocean. Science, 347(6223), 768–771. Coalition, Stirling, South Australia,
Kershaw, P. J., & Rochman, C. M. (2015). Australia.
Sources, fate and effects of microplastics Sumayani, I., Agustini, K., Si, S., Si, M.,
in the marine environment: Part 2 of a Santyadiputra, G. S., & ST, M. C.
global assessment. Reports and Studies- (2017). Pengaruh Model Pembelajaran
IMO/FAO/Unesco- Kooperatif Tipe Teams Games
IOC/WMO/IAEA/UN/UNEP Joint Tournaments Berbantuan Media Power
Group of Experts on the Scientific Point Terhadap Hasil Belajar Tik Siswa
Aspects of Marine Environmental Kelas Viii Di Smp Saraswati Singaraja
Protection (GESAMP) Eng No. 93. Tahun Pelajaran 2016/2017. Karmapati
Kingfisher, J. (2011). Micro-plastic debris (Kumpulan Artikel Mahasiswa
accumulation on puget sound beaches. Pendidikan Teknik Informatika), 6(3),
Port Townsend Marine Science Center 386–399.
[Internet].[Diunduh 2014 Apr 6]. Wardhana, A. H., Kumarasinghe, S. P. W.,
Tersedia Pada: Http://Www. Ptmsc. Arawwawala, L., & Arambewela, L. S.
Org/Science/Plastic_project/Summit, 20. (2007). Larvicidal efficacy of essential
Lusher, A. (2015). Microplastics in the marine oil of betel leaf (Piper betle) on the larvae
environment: Distribution, interactions of the old World screwworm fly,
and effects. In Marine anthropogenic Chrysomya bezziana in vitro. Indian
litter (pp. 245–307). Springer, Cham. Journal of Dermatology, 52(1), 43.
Wright, K., Amini, J. M., Faircloth, D. L.,
Volin, C., Doret, S. C., Hayden, H., Pai,
C. S., Landgren, D. W., Denison, D., &
Killian, T. (2013). Reliable transport
through a microfabricated X-junction
surface-electrode ion trap. New Journal
of Physics, 15(3), 033004.

Anda mungkin juga menyukai