Anda di halaman 1dari 4

KOMPOSISI SAMPAH PLASTIK DI SUNGAI KALI MAS, KOTA SURABAYA, JAWA

TIMUR

A. Latar Belakang
Plastik merupakan polimer organik sintetik atau semi sintetik yang bersifat persisten,
tahan lama, ringan, serbaguna, tahan korosi, dan biaya produksi yang rendah. Karakteristik
ini membuat plastik menjadi bahan yang umum digunakan untuk produk sehari-hari.
Produksi plastik global tahunan telah mencapai hingga 322 juta ton pada tahun 2016.
Diperkirakan produksi plastik global akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2025 karena
keserbagunaan plastik dalam berbagai produk sehari-hari. Sekitar 75 – 90% dari permintaan
plastik global terbatas pada beberapa jenis plastik seperti high-density polyethylene (HDPE),
low-density polyethylene (LDPE), polypropylene (PP), polyethylene terephthalate (PET),
polyvinyl chloride (PVC), polistirena (PS) dan poliuretan (PU). Sedangkan sampah plastik
dapat terlepas dan mencemari lingkungan karena pengelolaan sampah yang tidak tepat dan
jangkauan pelayanan yang tidak memadai (Lestari, 2021).
Empat sungai utama di Indonesia, khususnya Brantas, Bengawan Solo, Serayu, dan
Progo masuk dalam 20 besar sungai tercemar plastik di dunia (Lebreton et al., 2017).
Kondisi ini berpotensi memberikan dampak yang kompleks terhadap lingkungan, seperti
penurunan kualitas air sungai, ancaman terhadap keanekaragaman hayati biota perairan,
bahkan gangguan kesehatan manusia melalui konsumsi air dan biota secara tidak langsung.
Selain itu, sampah plastik di lingkungan yang tidak dikelola dapat menyerap polutan organik
dari sekitarnya. Adsorpsi dipengaruhi oleh kondisi permukaan partikel, pH, interaksi
hidrofobik dan elektrostatik. Sampah plastik yang tidak dikelola di lingkungan telah
dianggap sebagai polutan yang muncul, terutama karena potensi risiko ekologisnya bagi
ekosistem air (Lestari, dkk, 2020).
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2018), Kota Surabaya
menghasilkan 2790,89 ton/hari sampah, dimana 19,44% adalah plastik. Sedangkan cakupan
pelayanan pengelolaan persampahan di Kota Surabaya hanya 54,84% (Safitri,dkk,2018).
Kota Surabaya menghasilkan 2482,7 ton limbah padat setiap hari. Di antara jumlah limbah
padat ini, hanya 1562,2 ton yang dikelola, menyisakan 920,5 ton, atau 37,10%, yang tidak
dikelola (Firdaus, dkk, 2019). Sungai Kalimas merupakan sungai yang terletak di Kota
Surabaya dengan panjang sungai 12 km. Sungai Kalimas mengalir dari pintu air Ngagel ke
Pelabuhan Tanjung Perak. Populasi di Kota Surabaya sekitar 32,5% yang tinggal pada jarak
500 m dari sungai. Dimana masyarakat tersebut membuang limbah domestik di sungai
(Suwari, dkk, 2011). Akibatnya, risiko pencemaran sampah plastik di perairan melalui
sungai bisa menjadi lebih parah (Firdaus, dkk, 2019). Berdasarkan permasalahan tersebut,
maka dilakukan penelitian sampah plastik di Sungai Kalimas, Kota Surabaya, Jawa Timur.

B. Metode Penelitian
1. Lokasi Sampling
Pengambilan sampel dilakukan di Sungai Kalimas, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Pengambilan sampel dilakukan di 3 (tiga) titik lokasi yaitu hulu, tengah dan hilir.
Pemilihan lokasi dengan mempertimbangkan kondisi eksisting yang dapat berpotensi
menyebabkan pencemaran sungai oleh sampah plastik. Kondisi hulu terdapat
pemukiman padat dengan jarak pemukiman ke sungai sekitar 5 – 10 m. Kemudian titik
tengah berada di pusat kota dengan kondisi pemukiman padat penduduk, pusat
perbelanjaan dan perkantoran. Dan pada lokasi hilir berupa pemukiman padat, pasar ikan
serta dekat dengan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS).
2. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel plastik dilakukan dengan metode visual counting dan net sampling
berdasarkan metode yang dilakukan oleh van emmerik, dkk (2018). Tujuan Visual
counting untuk mendapatkan jumlah plastik yang mengambang secara harian. Visual
counting dilakukan dengan membagi tiga segmen di setiap titik lokasi yang ditunjukkan
pada gambar 1. Perhitungan secara visual dilakukan diatas jembatan dengan menghitung
jumlah plastik yang mengambang (floating plastic). Perhitungan dilakukan selama 15
menit per jam sebanyak 6 kali dimulai pada pukul 08.00 hingga 15.00 WIB. Kemudian
dicatat jumlah plastik yang mengambang. Setelah itu dilakukan perhitungan jumlah
plastik di setiap segmen. Setelah dilakukan visual counting, selanjutnya dilakukan
pengambilan sampah plastik dengan cara metode net sampling yaitu mengambil sampah
plastik dengan menggunakan jaring. Dimana sampel diambil dari atas jembatan di
segmen dengan jumlah plastik tertinggi. Dari ketiga lokasi (hulu, tengah dan hilir),
pengambilan sampah plastik dengan net sampling dilakukan pada segmen tengah
(segmen 2). Pengambilan sampah plastik dengan jaring dilakukan selama 1 jam. Plastik
yang terjaring kemudian diklasifikan berdasarkan komposisinya yaitu high-density
polyethylene (HDPE), low-density polyethylene (LDPE), polypropylene (PP),
polyethylene terephthalate (PET), polyvinyl chloride (PVC), polistirena (PS) dan other
yang mengacu pada resin identification code .

Gambar 1. Segmen Pengambilan Sampel


(Sumber: Google Earth, 2022)
C. Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa sampah plastik ditemukan pada lokasi 1
sebanyak 35 item/jam, lokasi 2 sebanyak 46 item/jam dan lokasi 3 sebanyak 20 item/jam.
Sampah plastik tertinggi ditemukan pada lokasi 2 dimana termasuk lokasi dengan
pemukiman yang padat, pusat perbelanjaan, perkantoran. Selain itu, lokasi 2 terletak pada
daerah dengan kepadatan penduduk paling tinggi dibandingkan dengan lokasi 1 dan lokasi 3
yaitu berada di Kecamatan Genteng dengan kepadatan penduduk 65.405 jiwa/km2.

Berdasarkan jenis penggunaan plastik yang ditemukan di lapangan, plastik dibagi menjadi 9
kelompok yaitu kantong plastik, plastic packaging, botol atau gelas plastik, peralatan plastik
(plastic utensil), styrofoam, sponge, peralatan bayi, sandal dan lainnya. Yang dimaksud
dengan plastik packaging meliputi bungkus snack (bungkus makanan ringan), bungkus
bahan-bahan dapur, wadah sampo, wadah handbody, dan wadah detergent. Kemudian
peralatan plastik (plastic utensil) yaitu seperti gelas plastik, tumblr, sedotan, sendok
plastik, kotak makan dan lain-lain (Taryono, dkk, 2019). Pada lokasi 1 ditemukan kantong
plastik (18), botol atau gelas plastik (3), plastik packaging (8), peralatan bayi berupa
pampers (3) dan peralatan plastik (6). Sedangkan pada lokasi 2 ditemukan kantong plastik
(16), botol plastik (6), plastik packaging (18), peralatan bayi berupa pampers (1) dan
peralatan plastik (3). Kemudian pada lokasi 3 ditemukan kantong plastik kantong plastik (8),
plastik packaging (10) dan peralatan plastik (1). Dari ketiga lokasi paling dominan
ditemukan kantong plastik. Dari hasil pengelompokkan tersebut, disimpulkan bahwa sampah
yang mendominasi di Sungai Kalimas berasal dari sampah rumah tangga yang digunakan
sehari-hari.

D. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai