Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Hampir di segala kegiatan yang diadakan oleh masyarakat, seperti kegiatan sosial, gotong
royong, rekreasi, keagamaan apalagi kegiatan ekonomi selalu melibatkan unsur plastik. Plastik
dimanfaatkan sebagai tempat makanan seperti kotak makan sekali pakai maupun sebagai
kantong dan tas jinjing.

Disetiap akhir kegiatan yang diadakan di lapangan atau tempat terbuka dan melibatkan
masyarakat banyak baik itu acara kenegaraan, adat maupun keagamaan selalu meninggalkan
sampah plastik yang cukup banyak.

Perkiraan Timbulan Sampah di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2021 adalah sebesar
2.637,76 ton perhari dengan rincian dari yang terbanyak sebagai berikut Kabupaten Lombok
Timur 506,03 ton/hari, Kabupaten Lombok Barat 501,46 ton/hari, Kabupaten Bima 382,48
ton/hari, Kabupaten Lombok Tengah 353,24 ton/hari, Kota Mataram 340,49 ton/hari, Kabupaten
Sumbawa 187,04 ton/hari, Kabupaten Dompu 101,35 ton/hari, Kabupaten Lombok Utara 88,94
ton/hari dan Kabupaten Sumbawa Barat 88,42 ton/hari. (Sumber
https://data.ntbprov.go.id/dataset/data-perkiraan-timbulan-sampah-provinsi-ntb.)

Data tersebut di atas tidak merinci jenis sampah yang dihasilkan. Untuk memperoleh gambaran
kasar berapa prosentase sampah plastik dalam sampah, kami menggunakan data timbunan
sampah dan sampah plastik di Mandalika yang dilakukan oleh UNDP pada saat pandemi. Total
timbulan sampah di Mandalika adalah 215,7 ton/tahun pada tahun 2020 ketika terjadi penurunan
kunjungan wisata karena pandemi Covid-19. Data kewilayahan (NTB) menunjukan rerata
timbulan sampah sebesar 2.149,3 ton/tahun. Rata-rata timbulan sampah plastik di kawasan
Mandalika adalah 107,8 ton/ tahun (data diambil pada saat terjadi pandemi). Tidak ada data
timbulan sampah plastik sebelum masa pandemi. Jadi dapat dikatakan bahwa hampir 50%
timbulan sampah adalah plastik (http://plasticchallenge.undp.org.vn/id/discover-the-problem).
Hal ini menunjukkan sampah plastik sudah sangat menghawatirkan.

Selain sampah plastik, sampah organik seperti kelapa juga menambah timbulan sampah. Sebagai
mana diketahui sebagian besar daerah wisata NTB adalah wisata pantai dengan sajian minuman
kelapa muda. Jika sampah ini tidak dikelola dengan baik maka sampah tersebut akan menumpuk
dilaut dan mengganggu keindahan pantai sehingga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman
terhadap wisatawan. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah kehadiran wisatawan yang
datang ke NTB.
Untuk mengatasi permasalahan sampah, pemerintah provinsi NTB meluncurkan program NTB
Zero Waste dengan target dari adalah 70% berupa pengelolaan sampah dan 30% berupa
pengurangan sampah pada tahun 2023.
Dari laporan Strategi Komunikasi Program Zero Waste menuju NTB Lestari oleh Dinas
Lingkungan Dan Kehutanan Provinsi NTB Pada jurnal LPPM Unram menunjukkan bahwa
realisasi pengurangan sampah sebesar 71,62 ton perhari atau 2,75% dan pengelolaan sampah
mencapai 952,96 ton/hari atau 36,58%. (Sumber : https://jurnal.lppm.unram.ac.id › article). Dari data
tersebut terlihat bahwa 60% sampah belum dapat dikelola oleh karena itu diperlukan terobosan baru
untuk meningkatkan pengelolaan sampah tersebut.

Seperti yang kita ketahui kebutuhan papan dari kayu selalu meningkat setiap tahun sedangakan
penanaman pohon sebagai bahan material memerlukan waktu yang cukup lama agar siap digunakan. Hal
ini bisa membuat jumlah kayu semakin berkurang. Untuk mengatasi ketersediaan kayu yang semakin
menipis, diperlukan alternati lain yang lebih efektif dan efisien (Irfandi,2018). Yaitu dengan cara
membuat papan komposit pengganti papan kayu. Pada dasarnya material komposit merupakan gabungan
dari dua atau lebih material yang berbeda menjadi satu bentuk mikroskopik (Irfandi, 2018). Pada
umumnya material penyusun komposit dibedakan menjadi dua yaitu material pengikat (matrik) dan
material penguat yang disebut juga material pengisi (filler).

Penelitian tentang bahan material penyusun komposit cukup banyak antara lain meggunakan serat alami,
serat plastic, atau serbuk tempurung kelapa sebagi filler dan menggunakan bahan polimer sampah plastic
thermoplastik atau poly Vinyl Acetate (PVAc) sebagai matrik (Kosim dkk, 2017).
Dari hasil penelitan Pemanfaatan Limbah Plastik Sebagai Campuran Polyester Memperkuat Komposit
Sabut Kelapa dan Filler tempurung kelapa oleh Abdurrahim diperoleh kesimpulan bahwa komposit yang
memiliki kekuatan bending dan modulus elastisitas tertinggi pada campuran fraksi volume 10% plastik,
50% serat sabut kelapa, 5% serbuk tempurung dengan ukuran ayakan 40 mesh dan 35% poliester.

Berdasarkan hal diatas perlu dilakukan penelitian apakah ukuran diameter serbuk tempurung kelapa
mempengaruhi kekuatan bending dan modulus elastisitas papan komposit

Permasalahan

Apakah ukuran diameter serbuk kelapa mempengaruhi kekuatan bending dan modulus elastisitas
papan komposit?

Anda mungkin juga menyukai