Dosen Pengampu
Anggota Kelompok :
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena dengan ridho-Nya semata kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini, sebagai wujud dari pengabdian kami sekaligus bentuk
realisasi dari tanggung jawab dan kewajiban kami selama mengikuti mata kuliah ini.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai bahan bacaan untuk
menambah wawasan terutama tentang tradisi di kampung halaman kami. Selain itu, penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada Tuhan, kepada teman-teman dan semua pihak yang
telah memberikan bantuannya dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mataram merupakan ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia dengan
jumlah penduduk 441.561 jiwa pada tahun 2021. Nama Mataram dalam masyarakat
Nusa Tenggara Barat khususnya orang-orang Lombok menyebutnya beragam, ada
yang menyebut Mataram, Metaram, Mentaram, bahkan ada juga yang menyebutnya
Mataharam. Hal tersebut menunjukkan Mataram memiliki makna dan nilai
kesejarahan yang melebihi nama yang dimilikinya. Kota Mataram termasuk ke dalam
Kawasan Pekotaan Metropolitan Gumi Rinjani yang terdiri dari Kota Mataram,
Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Tengah,
dan Kabupaten Lombok Utara. Mataram sebagai sebuah kota yang memiliki
masyarakat hetrogen, dimana terdiri dari banyak suku, ras dan agama yang
menyebabkan terciptanya berbagai macam tradisi. Sehingga untuk menjalin
keharmonisan kehidupan masyarakat kota yang plural maka diperlukan referensi yang
dapat menjelaskan asal usul serta peran sosialnya dari setiap unsur suku bangsa
penduduk Kota Mataram. Dengan demikian penulisan makalah ini bertujuan untuk
menghadirkan tulisan tentang sejarah Kota Mataram dalam bentuk sejarah sosial
sebagai media pembelajaran. Tentunya dengan kehadiran tulisan tersebut diharapkan
dapat menambah wawasan tentang sejarah dan tradisi kota mataram.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sejarah mataram di Lombok?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah mataram di Lombok.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdirinya Mataram
Berkembangnya Mataram
Kerajaan Mataram sebagai penguasa tunggal di pulau Lombok berturut-turut diperintah oleh
tiga raja. Raja yang pertama Anak Agung Ketut Karangasem IV (1838-1850), yang
mengkonsolidasikan Mataram sebagai kerajaan tunggal yang bercorak sentralistik dan
represif. Raja kedua adalah Anak Agung Made Karangasem (1850-1872), di bawah raja inilah
dilakukan renovasi atas Taman Kelepug menjadi Taman Mayura. Dibangun pula Pura Meru,
Tamaiq Suranadi, Lingsar, dan
dirintisnya pembangunan Taman Narmada yang diberi ukir kawi dan selesai tahun 1866.
Kemudian Cakranegara (negara yang sudah bulat bersatu) ditata sebagai pusat pemerintahan.
Raja terakhir yang paling bungsu adalah Anak Agung Gede Ngurah Karangasem (1872-
1894M), yang dinobatkan sebagai raja dalam usia 70 tahun lebih. Raja Mataram mengawini
Dende Aminah dan namanya diganti manjadi Dende Nawangsasih (Nawang artinya tahu,
Sasihartinya bulan). Perkawinan tersebut konon berdasarkan petunjuk gaib. Dende Aminah
alias Dende Nawangsasih terkenal sangat taat menjalankan agamanya, dia sangat berpengaruh
kepada suaminya, sehingga diizinkan untuk mendirikan sebuah masjid yang dibangun dekat
Taman Mayura. Dia diperkenankan juga mendatangkan seorang guru agama. Gurunya
bernama Guru Baok alias Haji Moh. Yasin dari Kelayu. Dende Aminah memiliki penasehat
spiritual dari Arab bernama Sayid Abdullah. Dari perkawinan dengan raja Mataram ini
kemudian lahir seorang anak bernama Gapul atau Imam Sumantri yang terkenal sebagai Datu
Pangeran. Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaannya, karena dengan mudahnya
memerintah orang Sasak untuk ngayah membangun berbagai tempat peribadatan tetapi
banyak pula perkanggo Sasak menjadi kaya raya. Pada saat ini, Mataram mengubah nama
Singasari menjadi Cakranegara (negara yang bulat). Orang Islam bebas beribadah bahkan di
Ampenan dibangun sebuah masjid. Selain itu, didatangkan pula guru qur’an dan hadits.
Mataram menjadi penguasa seluruh Lombok, termasuk mempersatukan kerajaan-kerajaan
yang dulu dibagi-bagikan, yaitu, kerajaan Pagesangan, Pagutan dan Kediri. Kemudian keraton
baru dibangun di tempat bekas keraton kerajaan Singasari, dan dinamakan Puri Ukir Kawi
yang dihuni oleh A.A. Gde Ngurah Karang Asem dibantu oleh seorang anaknya yaitu A.A.
Made Karangasem, sedang Puri Mataram dihuni oleh anaknya yang lain yaitu A.A. Ketut
Karangasem, sang putera mahkota calon pengganti ayahnya.
5. Sebagai imbalan-Mataram diberi hak otonomi penuh oleh Belanda dalam melaksanakan
pemerintahan di Lombok. Kedatangan utusan Sasak tersebut justru meninggalkan
permasalahan baru. Mereka justru meninggalkan tempat perundingandan memulai
peperangan. Keadaan ini menyebabkan banyak pasukan Belanda meninggal, salah satunya
Jenderal Belanda adalah Jenderal Van Ham. Pada tahap selanjutnya, Belanda mengirim
ekspedisi yangsempurna dan melakukan penyerangan terhadap Mataram dari berbagai
penjuru. Serangan Pada tahun 1894 tersebut berhasil menghancurkan dan membakar puri
hingga hampir rata dengan tanah. Mataram kemudian dapat ditaklukkan. Peristiwa penting
yang terjadi pada waktu itu ialah ditemukannya keropak(naskah lontar) Desa warnama
yang kemudian terkenal dengan nama Negarakertagama. Menurut Brandes, naskahini
diketahui sebagai satu-satunya naskah yang berisi gambaran paling lengkap tentang
kerajaan Majapahit.
A. Kesimpulan
B. Daftar Pustaka
Abdullah Mustafa dan Zaenuddin Mansyur, “Kajian Sosiologi Hukum Islam Terhadap
Fenomena Tingginya Pesuke Pada Adat Perkawinan Suku Sasak, Istinbath, Vol.-, Nomor
-, tt.
Hamid, S. A. (2009). Nilai Budaya Masyarakat Suku Sasak yang Tercermin dalam
Lelakaq. Mabasan, 3(2), 66-90.
Yalatama, R. N., Sjafirah, N. A., & Aunillah, R. (2021). Wacana Budaya Suku Sasak di Desa Sade
dalam Detik. com. Jurnal Kajian Jurnalisme, 5(1), 31-47.