Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

Kerajaan Mataram Islam

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4

Eka
Anita
Sainal
Tasya Febrianty
Alief Nabierayzhan

SMA NEGERI 5 BARRU


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa sholawat serta
salam kami haturkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad saw.

Makalah ini kami beri judul " KERAJAAN MATARAM ISLAM" yang disesuaikan
dengan materi tugas sejarah kami. Semoga dengan adanya makalah ini kami dapat memahami
sejarah islam di Indonesia.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah, kekurangan dan kelemahan adalah milik kami,
karena itu kami berharap kritik dan saran, guna meningkatkan mutu dan kualitas kinerja kami,
agar dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya, menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Barru, 24 Mei 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan islam terbersar yang
ada ditanah air khususnya di pulau jawa. Kerajaan Mataram adalah kerajaan Islam
terbesar di Jawa yang hingga kini masih mampu bertahan melewati masa-masa
berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia, walaupun dalam wujud yang
berbeda dengan terbaginya kerajaan ini menjadi empat pemerintahan swa-praja, yaitu
Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Puro Mangkunegaran dan Puro
Pakualaman. Sebelumnya memang ada kerajaan-kerajaan Islam di Jawa (Tengah) yang
lain yang mendahului, seperti Demak dan Pajang. Namun sejak runtuhnya dua kerajaan
itu, Mataramlah yang hingga puluhan tahun tetap eksis dan memiliki banyak kisah dan
mitos yang selalu menyertai perkembangannya. Paling tidak Mataram berkembang
dengan diringi oleh mitos perebutan kekuasaan yang panjang. Karena itu informasi
tentang kerajaan mataram islam tidak begitu sulit kita dapat karena hingga saat ini
kerajaan tersebut masih eksis di tanah Jawa walaupun dengan konteks yang berbeda.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Islam?


2. Dimana Letak Kerajaan Mataram Islam?
3. Bagaimana Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Mataram Islam?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dimana letak Kerajaan Mataram Islam.


2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Kerajaan Mataram Islam.
3. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam.
4. Untuk mengetahui aspek kehidupan masyarakat Kerajaan Mataram Islam.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………………………………………………………………..ii
B. Rumusan masalah…………………………………………………………….ii
C. Tujuan ………………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..iii

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Islam…………………………………1


B. Letak Kerajaan Mataram Islam……………………………………………….2
C. Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Mataram Islam……………………..3

BAB I PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………5
B. Daftar pustaka…………………………………………………………………6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Awal berdirinya yaitu setelah kerajaan
Demak runtuh, kerajaan Pajang merupakan satu-satunya kerajaan di Jawa Tengah. Namun
demikian raja Pajang masih mempunyai musuh yang kuat yang berusaha menghancurkan
kerajaannya, ialah seorang yang masih keturunan keluarga kerajaan Demak yang bernama
Arya Penangsang. Raja kemudian membuat sebuah sayembara bahwa barang siapa
mengalahkan Arya Penangsang atau dapat membunuhnya, akan diberi hadiah tanah di Pati
dan Mataram. Ki Pemanahan dan Ki Penjawi yang merupakan abdi prajurit Pajang berniat
untuk mengikuti sayembara tersebut. Di dalam peperangan akhirnya Danang Sutwijaya
berhasil mengalahkan dan membunuh Arya Penangsang. Sutawijaya adalah anak dari Ki
Pemanahan, dan anak angkat dari raja Pajang sendiri. Namun karena Sutawijaya adalah
anak angkat Sultan sendiri maka tidak mungkin apabila Ki Pemanahan memberitahukannya
kepada Sultan Adiwijaya. Sehingga Kyai Juru Martani mengusulkan agar Ki Pemanahan
dan Ki Penjawi memberitahukan kepada Sultan bahwa merekalah yang membunuh Arya
Penangsang. Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah di Hutan Mentaok dan Ki Penjawi
memperoleh tanah di Pati.

Pemanahan berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang makmur,
bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap bersaing dengan Pajang sebagai
atasannya. Setelah Pemanahan meninggal pada tahun 1575 ia digantikan putranya, Danang
Sutawijaya, yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Sutawijaya
kemudian berhasil memberontak kepada Pajang. Setelah Sultan Hadiwijaya wafat (1582)
Sutawijaya mengangkat diri sebagai raja Mataram dengan gelar Panembahan Senapati.
Pajang kemudian dijadikan salah satu wilayah bagian dari Mataram yang beribukota di
Kotagede. Senopati bertahta sampai wafatnya pada tahun 1601. Selama pemerintahannya
boleh dikatakan terus-menerus berperang menundukkan bupati-bupati daerah. Kasultanan
Demak menyerah, Panaraga, Pasuruan, Kediri, Surabaya, berturut-turut direbut. Cirebon
pun berada di bawah pengaruhnya. Panembahan Senopati dalam babad dipuji sebagai
pembangun Mataram.
B. Letak Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Dalam sejarah Islam, Kerajaan Mataram
Islam memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan secara kerajaan-kerajaan Islam
di Nusantara. Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan
dan mengIslamkan para penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama,
hingga pengembangan kebudayaan yang bercorak Islam di jawa. Dinasti Mataram Islam
sesungguhnya berawal dari keluarga petani, begitulah yang tertulis pada Babad Tanah Jawi.

Kisahnya Ki Gede Pamanahan mendirikan desa kecil di Alas Mentaok (alas= hutan)
yang kemudian menjadi sebuah kota yang semakin ramai dan makmur hingga disebut Kota
Gede (kota besar). Disana lalu di bangun benteng dalam (cepuri) yangmengelilingi kraton
dan benteng luar (baluwarti) yang mengelilingi wilayah kota seluas + 200 ha. Sisi luar
kedua benteng ini juga di lengkapi dengan parit pertahanan yang lebar seperti sungai.

Wilayah kekuasaan Mataram mencapai Jawa Barat (kecuali Banten), Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sukadana (Kalimantan Selatan), Nusa Tenggara. Palembang dan Jambi pun
menyatakan vasal kepada Mataram.

C. Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Mataram Islam


1. Kehidupan Politik
Pendiri kerajaan Mataram adalah Sutawijaya. Ia bergelar Panembahan Senopati,
memerintah tahun (1586 1601). Pada awal pemerintahannya ia berusaha menundukkan
daerah-daerah seperti Ponorogo, Madiun, Pasuruan, dan Cirebon serta Galuh. Sebelum
usahanya untuk memperluas dan memperkuat kerajaan Mataram terwujud, Sutawijaya
digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar Sultan Anyakrawati tahun
1601 - 1613.
Sebagai raja Mataram ia juga berusaha meneruskan apa yang telah dilakukan oleh
Panembahan Senopati untuk memperoleh kekuasaan Mataram dengan menundukkan
daerah-daerah yang melepaskan diri dari Mataram. Akan tetapi sebelum usahanya
selesai, Mas Jolang meninggal tahun 1613 dan dikenal dengan sebutan Panembahan
Sedo Krapyak. Untuk selanjutnya yang menjadi raja Mataram adalah Mas Rangsang
yang bergelar Sultan Agung Senopati ing alogo Ngabdurrahman, yang memerintah
tahun 1613 1645. Sultan Agung merupakan raja terbesar dari kerajaan ini. Pada masa
pemerintahannya Mataram mencapai puncaknya, karena ia seorang raja yang gagah
berani, cakap dan bijaksana.
Pada tahun 1625 hampir seluruh pulau Jawa dikuasainya kecuali Batavia dan
Banten. daerah-daerah tersebut dipersatukan oleh Mataram di antara lain melalui ikatan
perkawinan antara adipati-adipati dengan putri- putri Mataram, bahkan Sultan Agung
sendiri menikah dengan putri Cirebon sehingga daerah Cirebon juga mengakui
kekuasaan Mataram.
Di samping mempersatukan berbagai daerah di pulau Jawa, Sultan Agung juga
berusaha mengusir VOC Belanda dari Batavia. Untuk itu Sultan Agung melakukan
penyerangan terhadap VOC ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629 akan tetapi serangan
tersebut mengalami kegagalan. Penyebab kegagalan serangan terhadap VOC antara lain
karena jarak tempuh dari pusat Mataram ke Batavia terlalu jauh kira-kira membutuhkan
waktu 1 bulan untuk berjalan kaki, sehingga bantuan tentara sulit diharapkan dalam
waktu singkat. Dan daerah-daerah yang dipersiapkan untuk mendukung pasukan
sebagai lumbung padi yaitu Kerawang dan Bekasi dibakar oleh VOC, sebagai akibatnya
pasukan Mataram kekurangan bahan makanan. Dampak pembakaran lumbung padi
maka tersebar wabah penyakit yang menjangkiti pasukan Mataram, sedangkan
pengobatan belum sempurna. Hal inilah yang banyak menimbulkan korban dari
pasukan Mataram. Di samping itu juga sistem persenjataan Belanda lebih unggul
dibanding pasukan Mataram.

2. Kehidupan Ekonomi

Letak kerajaan Mataram di pedalaman, maka berkembang sebagai kerajaan


agraris yang Mataram menekankan dan mengandalkan bidang pertanian. Sekalipun
demikian kegiatan perdagangan tetap diusahakan dan dipertahankan, karena Mataram
juga menguasai daerah-daerah pesisir. Dalam bidang pertanian, Mataram
mengembangkan daerah persawahan. Dalam bidang pertanian, Mataram
mengembangkan daerah persawahan yang luas terutama di Jawa Tengah, yang
daerahnya juga subur dengan hasil utamanya adalah beras, di samping kayu, gula,
kapas, kelapa dan palawija. Sedangkan dalam bidang perdagangan, beras merupakan
komoditi utama, bahkan menjadi barang ekspor karena pada abad ke-17 Mataram
menjadi pengekspor beras paling besar pada saat itu. Dengan demikian kehidupan
ekonomi Mataram berkembang pesat karena didukung oleh hasil bumi Mataram yang
besar.

3. Kehidupan Sosial Budaya

Sebagai kerajaan yang bersifat agraris, masyarakat Mataram disusun


berdasarkan sistem feodal. Dengan sistem tersebut maka raja adalah pemilik tanah
kerajaan beserta isinya. Untuk melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh
seperangkat pegawai dan keluarga istana, yang mendapatkan upah atau gaji berupa
tanah lungguh atau tanah garapan. Tanah lungguh tersebut dikelola oleh kepala desa
(bekel) dan yang menggarapnya atau mengerjakannya adalah rakyat atau petani
penggarap dengan membayar pajak/sewa tanah. Dengan adanya sistem feodalisme
tersebut, menyebabkan lahirnya tuan-tuan tanah di Jawa yang sangat berkuasa terhadap
tanah-tanah yang dikuasainya. Sultan memiliki kedudukan yang tinggi juga dikenal
sebagai panatagama yaitu pengatur kehidupan keagamaan. Sedangkan dalam bidang
kebudayaan, seni ukir, lukis, hias dan patung serta seni sastra berkembang pesat. Hal
ini terlihat dari kreasi para seniman dalam pembuatan gapura, ukiran-ukiran di istana
maupun tempat ibadah. Contohnya gapura Candi Bentar di makam Sunan Tembayat
(Klaten) diperkirakan dibuat pada masa Sultan Agung.Contoh lain hasil perpaduan
budaya Hindu-Budha-Islam adalah penggunaan kalender Jawa, adanya kitab filsafat
sastra gending dan kitab undang- undang yang disebut Surya Alam. Contoh-contoh
tersebut merupakan hasil karya dari Sultan Agung sendiri. Di samping itu juga adanya
upacara Grebeg pada hari-hari besar Islam yang ditandai berupa kenduri Gunungan
yang dibuat dari berbagai makanan maupun hasil bumi. Upacara Grebeg tersebut
merupakan tradisi sejak zaman Majapahit sebagai tanda terhadap pemujaan nenek
moyang.
BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di
sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Sistem pembagian wilayah pada
awal abad ke-18 mengalami perubahan dengan adanya pengaruh kekuasaan VOC.
Setelah raja Sultan Agung wafat, kemunduran-kemunduran mulai terjadi. Berangsur-
angsur wilayah kekuasaan Kerajaan semakin menyempit akibat aneksasi yang
dilakukan VOC, sebagai imbalam intervensinya dalam pertengtangan-pertentangan
intern Kerajaan Mataram setelah perang Trunojoyo berakhir pada tahun 1678 Mataram
harus melepaskan Karawang, sebagian daerah Priangan, dan Semarang.
Di bawah kepemimpinan Sultan Agung, Mataram tidak hanya menjadi pusat
kekuasaan, tapi juga menjadi pusat penyebaran islam. Masyarakat Mataram Islam
terbagi menjadi orang besar(wong gede) yang terdiri golongan yang memerintah. Dan
orang kecil (wong cilek) yang terdiri dari rakyat biasa, yang jumlahnya sangat banyak.

B. SARAN

Kita sebagai siswa khususnya pendidikan sejarah harus mengetahui tentang


awal berdirinya suatu kerajaan dengan mengusung corak agama islam yang seperti kita
tahu bahwa islam menjadi negara mayoritas didunia. Kita bisa belajar tentang
bagaimana suatu kerajaan dalam memulai suatu pemeritahan hingga mencapai puncak
kejayaan yang memerlukan waktu yang sangat lama. Kita bisa mengambil pelajaran
dari peristiwa tersebut untuk kehidupan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

M.C.Ricklefs. 1998.Sejarah Nasional Indonesia IV.Yogyakarta:UGM.

M.Junaedi A.S.2007.Sejarah Nasional Indonesia:Pra-Sejarah Sampai Masa

Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta: PT.Mapan

Marwati.Nugroho, 1993. Sejarah Nasional Indonesia IV.Jakarta: Balai Pustaka.

Sejarahkabupatenmadiun, 1980,http:/satriotomogombal.blogspot.com/2011/11/ma
diun-dalam-palihan-nagari-mataram.html.

Anda mungkin juga menyukai