Anda di halaman 1dari 113

PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN GANGGA KABUPATEN

LOMBOK UTARA TAHUN 2022 - 2032

Oleh:
Muhammad Kurniawan H (1926026)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN PROGRAM STUDI TEKNIK
LINGKUNGAN S-1 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan sampah di Indonesia merupakan masalah yang belum terselesaikan


hingga saat ini, Sementara itu dengan bertambahnya jumlah penduduk maka akan
mengikuti pula bertambahnya volume timbulan sampah yang dihasilkan dari aktivitas
manusia.

Pada kehidupan sehari-hari, jumlah sampah yang dihasilkan setiap orang rata- rata terus
meningkat dengan bertambahnya populasi penduduk kota secara keseluruhan yang tidak
diikuti dengan tingkat kesadaran yang tinggi untuk menangani sampah dari sumbernya.
Masalah lain yang sering muncul dalam penanganan sampah kota adalah masalah biaya
operasional yang tinggi. Oleh karenanya, dalam pembangunan instalasi pengolahan sampah
harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya agar tidak mengeluarkan biaya terlalu
boros untuk pengelolaannya.
Komposisi sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sampah organik
sebanyak 60-70% dan sisanya adalah sampah non organik 30-40%, sementara itu dari
sampah non organik tersebut komposisi sampah terbanyak kedua yaitu sebesar 14%
adalah sampah plastik. Sampah plastik yang terbanyak adalah jenis kantong plastik atau
kantong kresek selain plastik kemasan..
Jambeck, 2015 menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam peringkat kedua dunia
setelah Cina menghasilkan sampah plastik di perairan mencapai 187,2 juta ton. Hal itu
berkaitan dengan data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
menyebutkan bahwa plastik hasil dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (APRINDO) dalam waktu 1 tahun saja, telah mencapai 10,95 juta lembar
sampah kantong plastik. Jumlah itu ternyata setara dengan luasan 65,7 hektar kantong
plastik.

Plastik merupakan bahan organik yang mempunyai kemampuan untuk dibentuk ke


berbagai bentuk, apabila terpapar panas dan tekanan. Plastik dapat berbentuk batangan,
lembaran, atau blok, bila dalam bentuk produk dapat berupa botol, pembungkus
makanan, pipa, peralatan makan, dan lain-lain. Komposisi dan material plastik adalah
polymer dan zat additive lainnya. Polymer tersusun dari monomer-monomer yang terikat
oleh rantai ikatan kimia (Waste management information, 2004).
Permasalahan sampah plastik tersebut apabila semakin banyak jumlahnya di
lingkungan maka akan berpotensi mencemari lingkungan. Mengingat bahwa sifat plastik
akan terurai di tanah dalam waktu lebih dari 20 tahun bahkan dapat mencapai 100 tahun
sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah dan di perairan plastik akan sulit terurai.

Peningkatan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan industry yang seakin pesat akan
memberikan dampak pada jumlah sampah yang dihasilkan antara lain sampah plastic, kertas,
produk kemasan yang mengandung B3 (Bahan Beracun Berbahaya). Jumlah dan jenis
sampah, sangat tergantung dari gaya hidup dan jenis material yang kita konsumsi semakin
meningkat perekonomian dalam rumah tangga maka semakin bervariasi jumlah sampah yang
dihasilkan. Selain kondisi tersebut masih djumpai timbulan atau buangan sampah di sungai
sehingga memberikan dampak negative pada lingkungan yang akhirnya menganggu
kesehatan manusia.
Berdasarkan SK SNI tahun 1990, Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari
zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Pada umumnya
paradigma masyarakat terhadap sampah dengan sifat padat yang dihasilkan dari aktivitas
rumah tangga atau industri, adalah benda yang yang tidak lagi diinginkan atau tidak bernilai
ekonomis.

Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat adalah suatu pendekatan


pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat,
direncanakan, dilaksanakan, dikontrol dan dievaluasi bersama masyarakat. Pemerintah dan
lembaga lainnya sebagai motivator dan fasilitator. Fungsi motivator adalah memberikan
dorongan agar masyarakat siap memikirkan dan mencari jalan keluar terhadap persoalan
sampah yang mereka hadapi. Tetapi jika masyarakat belum siap, maka fungsi pemerintah
atau lembaga lain adalah menyiapkan terlebih dahulu. Misalnya dengan melakukan pelatihan,
study banding dan memperlihatkan program yang sukses.
Pada saat ini terutama di kota besar peningkatan timbulan sampah perkotaan (2–4
%/tahun) yang tidak diikuti dengan ketersediaan prasarana dan sarana persampahan yang
memadai, berdampak pada pencemaran lingkungan yang selalu meningkat dari tahun ke
tahun. Dengan mengandalkan pola kumpul-angkut-buang, maka beban pencemaran akan
selalu menumpuk di lokasi TPA dan pengelolaan sampahnya tidak memenuhi standard.
Kebiasaan membakar sampah memang sudah membudaya di masyarakat baik itu di
perdesaan maupun di perkotaan. Mereka belum menyadari bahwa jenis sampah saat ini
berbeda dengan sampah jaman dulu. Jenis-jenis sampah saat ini cenderung didominasi oleh
sampah sintetis kimia seperti plastik, karet, styrofoam, logam, kaca dll. Apabila sampah
tersebut dibakar maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang dapat membahayakan
kesehatan masyarakat yang menghirupnya dan memperburuk kualitas lingkungan udara.
Misalnya hasil pembakaran sampah plastik menghasilkan gas dioxin yang mempunyai daya
racun 350 kali dibandingkan asap rokok. Dioxin termasuk super racun dan bersifat
karsinogenik bila masuk kedalam jaringan tubuh manusia terutama saraf dan paru-paru,
sehingga dapat mengganggu sistem saraf dan pernafasan termasuk penyebab kanker.
Pembakaran styrofoam akan menghasilkan CFC yang dapat merusak lapisan ozon dan
berbahaya bagi manusia.

Dengan adanya UU No. 18 /2008 tentang Pengelolaan Sampah maka perlu suatu
pengelolaan sampah dengan maksimal. Adapun upaya pengelolaan sampah dapat dilakukan
dengan cara Reuse, Reduce, dan Recycle (3 R) adalah kegiatan memperlakukan sampah
dengan cara, menggunakan kembali, mengurangi dan mendaur ulang.
1. Reuse (menggunakan kembali) : yaitu penggunaan kembali sampah
secara langsung, baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
2. Reduce (mengurangi) : yaitu mengurangi segala sesuatu yang
menyebabkan timbulnya sampah.
3. Recycle (mendaurulang) : yaitu memanfaatkan kembali sampah
setelah mengalami proses pengolahan.
Di kecamatan Gangga, sistem pengelolaan sampah yang tersedia masih terbatas dan
masih mengandalkan lahan kosong tempat pembuangan sampahnya dan TPS disana masih
kurang baik serta kondisi pewadahan sampah yang ada di Kecamatan Gangga masih
tercampur atau tanpa pemilahan, sehingga masyarakat yang membuang sampah belum dapat
melakukan pemilahan untuk berbagai jenis seperti sampah organik dan anorganik. Jadi di
kecamatan Gangga memerlukan upaya optimalisasi dalam proses pengelolaan sampah yang
di tinjau berdasarkan timbulan dan karakteristik sampah dan kondisi lahan.

1.2 Tujuan

Untuk mengurangi kuantitas dan memperbaiki karakteristik sampah, yang akan diolah
secara lebih lanjut di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah dan berperan dalam
mengoptimalisasi Sistem Pengelolaan Sampah Berdasarkan Timbulan dan Karakteristik
Sampah Dan Kondisi Lahan di Wilayah Kecamatan Gangga serta menjamin ketersediaan
kebutuhan lahan untuk penyediaan TPA sampah di perkotaan khusunya di Kecamatan
Gangga.

1.3 Ruang Lingkup

Perencanaan Pengelolaan sampah Kecamatan Gangga dibatasi pada :

1. Sistem Perhitungan Jumlah Timbulan sampah rumah tangga maupun sampah sejenis
rumah tangga.
2. Sistem Pewadahan dan Pengangkutan sampah menggunakan metode HCS maupun
SCS dan penentuan tipikal wadah sampah yang akan digunakan.
3. Sistem Pengumpulan sampah dan Perencanaan Pengolahan sampah rumah tangga
maupun sampah sejenis rumah tangga.
4. Sistem rute pengangkutan sampah dan penentuan rute-rute pengangkutan sampah
disesuaikan dengan jarak, jam kerja dan kapasitas alat pengangkut.
5. Sistem perencanaan pembangunan lokasi TPST (Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu) dan Tempat Pembuangan Akhir.

1.4 Manfaat

Manfaat perencanaan ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

a. Untuk Masyarakat Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

- Memiliki pengetahuan tambahan mengenai sampah dan pengelolaannya

- Meningkatkan kesadaran untuk meminimisasi jumlah sampah yang


ditimbulkan
b. Untuk pemerintah Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara

- Memperbaiki pengelolaan sampah di Kecamatan Gangga Lombok Utara


- Sebagai solusi untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh sampah di
Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

8.1 Kondisi Geografi

Kecamatan Gangga merupakan wilayah dengan luas sebesar 157,35 km². Terdiri dari 5
Desa, Desa Bentek, Desa Gondang, Desa Genggelang, Desa Rempek, Desa SambikBangkol,
Gangga Berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah Utaranya. Kondisi alam di
Kecamatan ini masih didominasi oleh tanah kering dan hanya sebagian kecil saja yang
menjadi areal persawahan
Secara geografis, terdapat tiga batas wilayah yang berdekatan dengan Kecamatan
Gangga. Berikut adalah batas-batas administratif wilayah Kecamatan Gangga yaitu sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
SebelahTimur : Kecamatan Kayangan
Sebelah Selatan : Kabupaten Lombok Utara
SebelahUtara : KecamatanTanjung

2.2 Keadaan Iklim


Dari tahun ke tahun, kondisi cuaca di Kecamatan ini tidak banyak berubah. Jumlah hari
hujan maupun curah hujan yang terjadi sepanjang tahun tidak mengalami banyak perubahan
setiap tahunnya. Berikut sekilas gambaran mengenai keadaan geografis Kecamatan Gangga.

Tabel 2.1 Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kecamatan Gangga perBulan
Tahun 2020

Bulan Hari Curah Hujan


Hujan (mm)
(Hari)
Januari 11 352
Februari 15 552
Maret 15 337
April 9 93
Mei 7 126
Juni 1 92
Juli 2 0
Agustus 1 13
September 9 101
Oktober 4 42
November 8 135
Desember 14 220
Rata-rata 7 109
Sumber: Kecamatan Gangga Dalam Angka 2021

2.3 Kependudukan

Penduduk merupakan obyek pelaksana pembangunan, dan demi pembangunan pula


diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Banyaknya jumlah penduduk yang
dimiliki oleh suatu wilayah merupakan potensi yang ada pada wilayah itu, sehingga
diperlukan langkah pengembangan dan pengelolaan yang tepat agar potensi tersebut dapat
dimanfaatkan sebaik- baiknya demi kesejahteraan penduduk tersebut.

Jumlah penduduk, rumah tangga, pola kependudukan, migrasi baik masuk maupun
keluar, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan mobilitas penduduk di Kecamatan Gangga
selama tahun 2020 dijelaskan dalam tabel-tabel berikut.

Tabel 2.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan
Gangga Dirinci Menurut Desa Tahun 2020
Jumlah
Luas Wilayah Kepadatan Penduduk
Desa Penduduk
(km )
2
(per km2)
(jiwa)
Bentek 34,27 8609 217
Gondang 29,20 8943 297
Genggelang 29,21 11626 362
Rempek 30,89 8179 244
Sambik 30,78 5815 194
Bangkol
Jumlah 157,35 43.172 260
Sumber: Kecamatan Gangga Dalam Angka 2021

2.4 Fasilitas Umum

Fasilitas umum dan sosial di daerah digunakan untuk masyarakat akan fasilitas
mulai dari pendidikan, kesehatan, dan industri. Dengan adanya fasilitas umum
tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari- hari.
a) Fasilitas pendidikan

Berikut adalah jumlah fasilitas pendidikan Kecamatan Gamgga Tahun 2020 :

Tabel 2.3 Jumlah Sekolah di Kecamatan Gangga Menurut Tingkat Pendidikan dan
Desa, Tahun 2020

Desa SD SLTP SMU Perguruan


Tinggi
Bentek 8 2 - -
Gondang 5 1 1 -
Genggelang 7 1 1 1
Rempek 3 1 - -
Sambik 7 1 - -
Bangkol
Jumlah 30 6 2 1

Sumber: Kecamatan Gangga Dalam Angka 2021

b) Fasilitas Kesehatan

Berikut adalah jumlah fasilitas kesehatan Kecamatan Gangga tahun 2020 :

Tabel 2.4 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Gangga, Tahun 2020


Jenis Fasilitas Jumlah

Tempat praktek dokter 2

Puskesmas 1

Puskesmas pembantu 5

Posyandu 80

Jumlah 88

Sumber: Kecamatan Gangga Dalam Angka 2021

c) Fasilitas Perekonomian

Berikut adalah jumlah industri Kecamatan Gangga tahun 2020 :


Tabel 2.5 Jumlah Industri Rumah Tangga, Industri Besar, dan Sedang di Kecamatan
Gangga,Tahun 2020

Jenis Industri Banyaknya Usaha


Industri kerajinan rumah tangga 1.676
Industri sedang 6
Industri Besar -
Jumlah 1.682

Sumber: Kecamatan Gangga Dalam Angka 2021

d) Fasilitas Tempat Ibadah

Berikut adalah jumlah tempat ibadah Kecamatan Gangga 2020 :

Tabel 2.7 Banyaknya Tempat Ibadah di Kecamatan Gangga Menurut Desa Tahun 2020

Desa Masjid Mushola Gereja Pura Wihara

Bentek 7 6 - - 2
Gondang 5 33 - - -
Genggelang 12 23 - 1 -
Rempek 9 10 - - 1
Sambik 15 17 - - -
Bangkol
Jumlah 48 89 - 1 3
Sumber: Kecamatan Gangga Dalam Angka 2021
BAB III
PROYEKSI PENDUDUK DAN FASILITAS UMUM

Perencanaan pengelolaan sampah Kecamatan Gangga ini merupakan suatu


penanganan sampah yang direncanakan dengan tujuan untuk mengatasi masalah sampah yang
dihasilkan dalam suatu kecamatan. Di dalam merencanakan pengelolaan sampah ini,
diperlukan beberapa data yang menyangkut keadaan dalam suatu kota yang akan
direncanakan, salah satunya adalah data jumlah penduduk. Dalam hal ini, dibutuhkan banyak
data jumlah penduduk sebelum tahun proyeksi. Hal ini dikarenakan semakin banyak data
yang diolah, maka semakin besar keakuratan proyeksi jumlah penduduk di masa mendatang.
Adapun periode perencanaan pada perencanaan pengelolaan sampah Kecamatan
Gangga ini adalah 10 tahun, yaitu mulai tahun 2022 hingga tahun 2032. Selanjutnya dari
proyeksi jumlah penduduk yang telah dilakukan, maka dapat diketahui perkiraan volume
sampah yang dihasilkan di tahun akhir perencanaan. Selain itu dalam perhitungan proyeksi
jumlah penduduk, terdapat tiga metode yang dapat digunakan, yaitu metode aritmatik,
geometrik, dan metode least square. Sebelumnya untuk mengetahui metode yang dapat
digunakan, koefisisen korelasi setiap metode harus dihitung terlebih dahulu. Dimana semakin
koefisien korelasi mendekati angka satu (linier), maka semakin besar kemungkinan metode
tersebut digunakan. Adapun persamaan yang digunakan dalam menghitung nilai korelasi
digunakan rumus sebagai berikut :

𝑛(∑ 𝑥𝑦) – (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)


𝑟=
{[(∑ 𝑦 ) – (∑ 𝑦)2]𝑥[𝑛(∑ 𝑥2) – (∑ 𝑥)2]}½
2

Data yang digunakan adalah jumlah penduduk Kecamatan Gangga selama 4 tahun berturut-
turut mulai dari tahun 2015-2018. Padahal seharusnya yang dipakai adalah data 10 tahun
terakhir. Hal tersebut disebabkan oleh minimnya data administratif untuk tingkat kecamatan
di Kota Kupang. Selain itu pula, beberapa sumber sah yang sama tidak memiliki kesamaan
data. Hal ini cukup menyulitkan dalam melakukan proyeksi karena penentuan metode
proyeksi memerlukan data yang cukup akurat. Oleh karenanya, perencana menyesuaikan dan
mengkorelasikan terlebih dahulu data-data yang didapat sebelum digunakan. Data jumlah
penduduk Kecamatan Gangga Kabupateb Lombok Utara tahun 2016 – 2020 dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Gangga Tahun 2016- 2020
Tahun
Desa/Kelurahan
2016 2017 2018 2019 2020
Bentek 8480 8526 8570 8609 8609
Gondang 8895 8914 8932 8943 8943
Genggelang 11322 11426 11530 11626 11626
Rempek 7796 8063 8124 8179 8179
Sambik Bangkol 6079 5870 5845 5815 5815
Jumlah penduduk 42673 42799 43001 43172 43172

Sumber : Kecamatan Gangga Dalam Angka 2016 hingga 2019

Selanjutnya dari data jumlah penduduk yang telah didapatkan dapat dihitung nilai
korelasi setiap metode, sehingga dapat ditentukan metode yang cocok untuk menghitung
proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2032. Penentuan metode dilakukan pada setiap
kelurahan. Namun pada perencanaan ini, diketahui bahwa metode yang dipilih karena
memiliki nilai korelasi mendekati linear, tidak memungkinkan untuk digunakan pada
proyeksi penduduk. Oleh karenanya, perencana mengambil metode Geometrik secara merata
untuk setiap kelurahan. Berikut ini adalah contoh penentuan metode proyeksi pada kelurahan
Gangga.

3.1. Metode Aritmatika

Metode ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu naik
secara konstan, dan dalam kurun waktu yang pendek. Perhitungan proyeksi penduduk dengan
metode Aritmatik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + 𝑟(𝑑𝑛)

Dimana :

Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun periode

Po = jumlah penduduk pada awal proyeksi


r = rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun
dn = kurun waktu proyeksi
Perhitungan Koefisien korelasi (r) dengan metode aritmatik menggunakan
rumus :
𝑛(∑ 𝑥𝑦) – (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟=
{[(∑ 𝑦 ) – (∑ 𝑦)2]𝑥[𝑛(∑ 𝑥2) – (∑ 𝑥)2]}½
2

Dan Perhitungan Koefisien korelasi (r) dengan metode aritmatik dapat dilihat pada
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Perhitungan Nilai Korelasi Metode Aritmatik
METODE ARITMATIKA
Tahun Jumlah penduduk X Y XY X² Y² r
2016 42572 0 0 0 0 0
2017 42799 1 227 227 1 51529
2018 43001 2 429 858 4 184041
0.049
2019 43172 3 171 513 9 29241
2020 43172 4 0 0 16 0
JUMLAH 214716 10 827 1598 30 264811
Sumber : Hasil Perhitungan

Keterangan :
X = urutan tahun
Y = pertambahan penduduk
X2 = urutan tahun dikuadratkan
Y2 = pertambahan penduduk dikuadratkan
N = jumlah data
Maka dapat dihitung nilai korelasi (r) metode aritmatik sebagai berikut :
𝑛(∑ 𝑥𝑦) – (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟=
{[(∑ 𝑦2) – (∑ 𝑦)2]𝑥[𝑛(∑ 𝑥2) – (∑ 𝑥)2]}½

4(7754) – (6)(3887)
𝑟= = 𝟎, 𝟕𝟑𝟎
{[4(5167289) – (3887)2][4(14) – (6)2]}½
3.2. Metode Berganda (Geometrik)

Tabel 3.3. Perhitungan Nilai Korelasi Metode Geometri

METODE GEOMETRIK
Jumlah
Tahun X Y (ln) XY X² Y² r
penduduk
2016 42572 1 10,659 10,659 1 113,613
2017 42799 2 10,664 21,329 4 113,727
2018 43001 3 10,669 32,007 9 113,827
2019 43172 4 10,673 42,692 16 113,912 0.472
2020 43172 5 10,673 53,365 25 113,912
JUMLA 1
214716 42,679 149,392 55 568,991
H 5

Sumber : Hasil Perhitungan

Proyeksi dengan metoda ini menganggap bahwa perkembangan penduduk secara


otomatis berganda, dengan pertambahan penduduk. Metoda ini tidak memperhatikan adanya
suatu saat terjadi perkembangan menurun dan kemudian mantap, disebabkan kepadatan
penduduk mendekati maksimum. Perhitungan proyeksi penduduk dengan metode Geometri
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 ∗ (1 + 𝑟)𝑑𝑛

Dimana :

Po = Jumlah Penduduk mula – mula

Pn = Penduduk tahun n
dn = kurun waktu

r = rata-rata prosentase tambahan penduduk pertahun

Perhitungan Koefisien korelasi (r) dengan metode Geometrik menggunakan


rumus :

𝑛(∑ 𝑥𝑦) – (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)


𝑟=
{[(∑ 𝑦2) – (∑ 𝑦)2]𝑥[𝑛(∑ 𝑥2) – (∑ 𝑥)2]}½
Perhitungan Koefisien korelasi (r) dengan metode Geometrik dapat dilihat pada
pada Tabel 3.3.
Keterangan :

X = urutan tahun

Y = ln jumlah penduduk

X2 = urutan tahun dikuadratkan

Y2 = ln jumlah penduduk di kuadratkan

N = jumlah data
Maka dapat dihitung nilai korelasi (r) metode Geometrik sebagai berikut :

𝑛(∑ 𝑥𝑦) – (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)

𝑟=
{[(∑ 𝑦2) – (∑ 𝑦)2]𝑥[𝑛(∑ 𝑥2) – (∑ 𝑥)2]}½

4(120,97) – (10)(48,373146)
𝑟= = 𝟎, 𝟗𝟗𝟖
{[4(584,991) – (48,373146)2]𝑥[4(30) – (10)2]}½

3.3. Metode Selisih Kuadrat Minimum (Least Square)

Metoda ini digunakan untuk garis regresi linier yang berarti bahwa data
perkembangan penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linier, meskipun
perkembangan penduduk tidak selalu bertambah. Dalam persamaan ini data yang dipakai
jumlahnya harus ganjil. Perhitungan proyeksi penduduk dengan metode Least Square dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝑃𝑛 = 𝑎 + (𝑏𝑡)

Dimana :

t = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar

a = {(∑ 𝑝)(∑ 𝑡2) – (∑ 𝑡)(∑ 𝑝. 𝑡)}/{𝑛(∑ 𝑡2) – (∑ 𝑡)2}

b = {𝑛(∑ 𝑝. 𝑡) – (∑ 𝑡)(∑ 𝑝)}/{𝑛(∑ 𝑡2) – (∑ 𝑡)2}

Perhitungan Koefisienkorelasi (r) dengan metode Least Square

menggunakan rumus :
𝑛(∑ 𝑥𝑦) – (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟=
{[(∑ 𝑦2) – (∑ 𝑦)2]𝑥[𝑛(∑ 𝑥2) – (∑ 𝑥)2]}½

Dan perhitungan koefisien korelasi ( r ) dengan metode Least Square dapat


dilihat pada pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Perhitungan Nilai Korelasi Metode Least Square

METODE SELISIH KUADRAT MINIMUM (LEAST SQUARE)


Jumlah Y (jumlah
X
Tahun pendudu X penduduk XY Y² r
²
k tiap tahun)
181237518
1 42572 1
2016 42572 42572 4
183175440
85598 4
2017 42799 2 42799 1
12900 184908600
9
2018 43001 3 43001 3 1 0.09
17268 186382158 6
16
2019 43172 4 43172 8 4
21586 186382158
25
2020 43172 5 43172 0 4
JUMLA 1 64572 922085875
H 214716 5 214716 1 55 4
Sumber : Hasil Perhitungan

Keterangan :
X = urutan tahun
Y = jumlah penduduk
X2 = urutan tahun dikuadratkan
Y2 = jumlah penduduk dikuadratkan

Maka dapat dihitung nilai korelasi (r) metode Least Square sebagai berikut :

𝑛(∑ 𝑥𝑦) – (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)


𝑟=
{[(∑ 𝑦2) – (∑ 𝑦)2]𝑥[𝑛(∑ 𝑥2) – (∑ 𝑥)2]}½
4(1793371) – (10)(714698)
𝑟= = 𝟎, 𝟗𝟗𝟖
{[4(127707127926) – (714698)2]𝑥[4(30) – (10)2]}½

Kemudian dibandingkan nilai koefisien korelasi (r) pada setiap metode. Nilai
koefisien korelasi (r) untuk setiap metode dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Nilai Korelasi (r)
HASIL PERHITUNGAN NILAI KORELASI
Metode r
Aritmatik 0.049
Geometrik 0.472
Least Square 0.096
Sumber : Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi dengan ketiga metode tersebut, maka nilai
koefisien korelasi yang dipilih dalam perenanaan ini adalah nilai koefisien korelasi pada
metode Geometrik, yaitu r = 0,998 karena nilai ini yang paling mendekati 1. Selain dari
alasan yang telah dijelaskan sebelumnya, korelasi semakin mendekati nilai 1 maka hasil
proyeksi yang didapatkan semakin linier menunjukkan pendekatan nilai proyeksi yang tinggi.
Sehingga untuk perhitungan proyeksi penduduknya menggunakan metode Geometrik

Dalam menghitung proyeksi penduduk menggunakan metode geometrik, perlu


diketahui rata-rata prosentase tambahan penduduk pertahunnya. Hasil perhitungan rata-rata
prosentase tambahan penduduk pertahun dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Perhitungan Rata-rata Prosentase Tambahan Penduduk Pertahun
PERHITUNGAN RATA-RATA PRESENTASE PENDUDUK
Pertumbuhan
No Tahun Jumlah Rasio pertumbuhan
Jiwa %
1 2016 42572 0 0 0
2 2017 42799 227 0,01 0,001
3 2018 43001 202 0,0047 0,0047
4 2019 43172 171 0,0040 0,004
5 2020 43172 0 0,0000 0,0000
Jumlah 172144 600 1,45 0,0097
Rata-rata pertumbuhan penduduk 0,0024
Sumber : Hasil Perhitungan
Kemudian dilakukan perhitungan proyeksi penduduk per kelurahan Kecamatan Gangga
hingga tahun 2032 menggunakan metode geometrik. Hasil perhitungan selanjutnya dapat
dilihat pada Tabel 3.7 dan Tabel 3.8.
Tabel 3.7. Proyeksi Penduduk Kecamatan Gangga Hingga Tahun 2032

PROYEKSI PENDUDUK KECAMATAN GANGGA


TAHUN 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
4317 10601 11598 12688
46442 51670 56527 61840 67653 74013 80970 88581 96908
Jumlah penduduk 2 7 3 5
Pertambahan
0 3270 5228 4857 5314 5813 6359 6957 7611 8327 9109 9966 10902
penduduk
% Pertumbuhan 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
0 0,0024 0,0024 0,0024
penduduk 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 3.8. Proyeksi Penduduk Tiap Kelurahan Kecamatan Gangga Tahun 2022 Hingga Tahun 2032
PROYEKSI PENDUDUK TIAP KELURAHAN KECAMATAN GANGGA 2020-2032
TAHUN
NO WILAYAH
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
1475 1766
1 Bentek 8609
8630 10304 11272 12332 13491 9 16146 4 19325 21141 23128 25302
1533 1834
2 Gondang 8943
9784 10703 11709 12810 14014 2 16773 9 20074 21961 24026 26284
1993 2385
3 Genggelang 11626
12719 13914 15222 16653 18219 1 21805 4 26097 28550 31234 34169
1402 1678
4 Rempek 8179
8948 9789 10709 11716 12817 2 15340 2 18359 20085 21973 24039
1193
5 Sambik Bangkol 5815
6362 6960 7614 8330 9112 9969 10906 1 13053 14280 15622 17091
7401 8858
JUMLAH
43172 46442 51670 56527 61840 67653 3 80970 1 96908 106017 115983 126885
Sumber : Hasil Perhitungan
3.2. Proyeksi Fasilitas
Proyeksi fasilitas merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan untuk merencanakan
daerah pelayanan penyediaan air minum. Selain perkembangan penduduk yang semakin
tahun semakin meningkat, maka berbanding lurus dengan bertambahnya pula fasilitas yang
diperlukan, dengan adanya data mengenai proyeksi fasilitas nantinya diharapkan dapat
dihitung jumlah kebutuhan air bersih non domestik.
Untuk memproyeksikan jumlah fasilitas yang ada, harus mengacu pada rencana tata
guna lahan dan perkembangan penduduk daerah tersebut, sehingga perencanaan penyediaan
air minum dapat dilakukan dengan baik. Selain itu, proyeksi fasilitas ini dipengaruhi oleh
kapasitas fasilitas / jumlah fasilitas yang ada dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
ada, pertambahan fasilitas dipengaruhi pertambahan kepadatan penduduk sehingga perlu
ditambah fasilitas tersebut. Dengan adanya perhitungan proyeksi fasilitas yang cermat
diharapkan nantinya pengelolaan sampah dapat berjalan lancar.
Untuk menghitung banyaknya fasilitas pada tahun rencana yang akan datang, langkah
yang dilakukan adalah sama seperti pada perhitungan proyeksi penduduk. Proyeksi dilakukan
dengan dengan membandingkan jumlah fasilitas tahun 2019 (data jumlah fasilitas yang
diketahui) dengan jumlah fasilitas tahun yang direncanakan sama dengan jumlah penduduk
tahun 2019 (data jumlah penduduk yang diketahui) dengan jumlah penduduk tahun yang
direncanakan, atau dapat ditulis dengan pendekatan :
Σ Pn Σ F n
=
Σ Pn Σ F o

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n

Po = Jumlah penduduk tahun mula-mula

Fn = Jumlah fasilitas tahun ke-n

Fo = Jumlah fasilitas tahun mula-mula

Berikut ini merupakan data jumlah fasilitas umum tiap kelurahan di


Kecamatan Gangga pada tahun 2019.
Tabel 3.9. Jumlah Fasilitas Umum Tiap Kelurahan Kecamatan Gangga Tahun 2020

Sumber : Kecamatan Gangga dalam Angka 2019

Kemudian, berikut ini adalah contoh perhitungan proyeksi fasilitas umum berupa
fasilitas pendidikan SD Kelurahan Bakunase pada tahun 2032.
SEKOLAH Puskesmas dan Restoran dan Minimarket dan
KELURAHAN Pasar Ibadah
SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA PT Rumah Sakit Rumah Makan Supermaret
Bentek 8 2 - - 1 15
Gondang 5 1 1 - 5 4 1 38
Genggelang 7 1 1 1 1 36
Rempek 3 1 - - 20
Sambik Bangkol 7 1 - - 32
Jumlah 30 6 2 1 5 5 2 141

- Po = 21.799 orang
- Fo = 5 Buah
- Pn = 23.398 orang

Σ Pn Σ F n
=
Σ Pn Σ F o

23398 Σ F 5

21799 ❑

23398 ×5
Σ F n= =6
21799
Hasil perhitungannya selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Proyeksi Fasilitas Umum Tiap Kelurahan Kecamatan Gangga Hingga Tahun 2032
HASIL PROYEKSI FASILITAS UMUM
KECAMATAN TUBAN
SEKOLAH Puskesmas dan Restoran Minimarket
KELURAHAN TAHUN Jumlah Penduduk Pasar Ibadah
SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA PT Rumah Sakit Rumah Makan Supermaret
2020 8609 8 2 0 0 10 0 0 1 0 15
2021 8630 8 2 0 0 10 0 0 1 0 15
2022 10304 10 2 0 0 12 0 0 1 0 18
2023 11272 10 3 0 0 13 0 0 1 0 20
2024 12332 11 3 0 0 14 0 0 1 0 21
2025 13491 13 3 0 0 16 0 0 2 0 24
Bentek 2026 14759 14 3 0 0 17 0 0 2 0 26
2017 16146 15 4 0 0 19 0 0 2 0 28
2028 17664 16 4 0 0 21 0 0 2 0 31
2029 19325 18 4 0 0 22 0 0 2 0 34
2030 21141 20 5 0 0 25 0 0 2 0 37
2031 23128 21 5 0 0 27 0 0 3 0 40
2032 25302 24 6 0 0 29 0 0 3 0 44
2020 8943 5 1 1 0 7 0 5 4 1 38
2021 9784 5 1 1 0 8 0 5 4 1 42
2022 10703 6 1 1 0 8 0 6 5 1 45
2023 11709 7 1 1 0 9 0 7 5 1 50
2024 12810 7 1 1 0 10 0 7 6 1 54
2025 14014 8 2 2 0 11 0 8 6 2 60
Gondang 2026 15332 9 2 2 0 12 0 9 7 2 65
2017 16773 9 2 2 0 13 0 9 8 2 71
2028 18349 10 2 2 0 14 0 10 8 2 78
2029 20074 11 2 2 0 16 0 11 9 2 85
2030 21961 12 2 2 0 17 0 12 10 2 93
2031 24026 13 3 3 0 19 0 13 11 3 102
2032 26284 15 3 3 0 21 0 15 12 3 112
2020 11626 7 1 1 1 10 0 0 0 1 36
2021 12719 8 1 1 1 11 0 0 0 1 39
2022 13914 8 1 1 1 12 0 0 0 1 43
2023 15222 9 1 1 1 13 0 0 0 1 47
2024 16653 10 1 1 1 14 0 0 0 1 52
2025 18219 11 2 2 2 16 0 0 0 2 56
Genggelang 2026 19931 12 2 2 2 17 0 0 0 2 62
2017 21805 13 2 2 2 19 0 0 0 2 68
2028 23854 14 2 2 2 21 0 0 0 2 74
2029 26097 16 2 2 2 22 0 0 0 2 81
2030 28550 17 2 2 2 25 0 0 0 2 88
2031 31234 19 3 3 3 27 0 0 0 3 97
2032 34169 21 3 3 3 29 0 0 0 3 106
2020 8179 3 1 0 0 4 0 0 0 0 20
2021 8948 3 1 0 0 4 0 0 0 0 22
2022 9789 4 1 0 0 5 0 0 0 0 24
2023 10709 4 1 0 0 5 0 0 0 0 26
2024 11716 4 1 0 0 6 0 0 0 0 29
2025 12817 5 2 0 0 6 0 0 0 0 31
Rempek 2026 14022 5 2 0 0 7 0 0 0 0 34
2017 15340 6 2 0 0 8 0 0 0 0 38
2028 16782 6 2 0 0 8 0 0 0 0 41
2029 18359 7 2 0 0 9 0 0 0 0 45
2030 20085 7 2 0 0 10 0 0 0 0 49
2031 21973 8 3 0 0 11 0 0 0 0 54
2032 24039 9 3 0 0 12 0 0 0 0 59
2020 5815 7 1 0 0 8 0 0 0 0 32
2021 6362 8 1 0 0 9 0 0 0 0 35
2022 6960 8 1 0 0 10 0 0 0 0 38
2023 7614 9 1 0 0 10 0 0 0 0 42
2024 8330 10 1 0 0 11 0 0 0 0 46
2025 9112 11 2 0 0 13 0 0 0 0 50
Sambik Bangkol 2026 9969 12 2 0 0 14 0 0 0 0 55
2017 10906 13 2 0 0 15 0 0 0 0 60
2028 11931 14 2 0 0 16 0 0 0 0 66
2029 13053 16 2 0 0 18 0 0 0 0 72
2030 14280 17 2 0 0 20 0 0 0 0 79
2031 15622 19 3 0 0 21 0 0 0 0 86
2032 17091 21 3 0 0 24 0 0 0 0 94
BABI IV

TINGKAT PELAYANAN DAN TIMBULAN SAMPAH

4.1. Tingkat Pelayanan

Dalam perencanaan pengelolaan sampah Kecamatan Gangga ini, tingkat pelayanan


ditentukan dengan memperhatikan jumlah penduduk dan luas wilayah Kecamatan Gangga,
dimana tingkat pelayanan pada wilayah dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi lebih
diutamakan dibandingkan pada wilayah dengan kepadatan penduduk yang lebih rendah.
Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan pada rencana tingkat pelayanan adalah presentase
pelayanan pengelolaan sampah yang telah direalisasikan sebelumnya, dimana dalam
pengelolaan sampah ini diupayakan rencana tingkat pelayanan yang lebih besar dibandingkan
dengan pengelolaan sampah yang telah direalisasikan.
Adapun pengelolaan sampah yang telah dilakukan di Kecamatan Gangga saat ini
berada dibawah tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Kupang, dimana
pada tahun 2020 tingkat pelayanan kebersihan Kabupaten Lombok Utara mencapai 60%.
Pada perencanaan ini, perencana mengikuti kondisi eksisting tingkat pelayanan kebersihan
Kabupaten Lombok Utara. Kemudian, peningkatan pada tahun pertama yakni 2018 adalah
sebesar 5%. Sehingga tingkat pelayanan pada tahun 2018 sebesar 65%. Target yang akan
dibuat pada tahun 2029 adalah pelayanan 100% karena mengacu pada RPJMN 100.0.100,
tingkat pelayanan kebersihan seharusnya mencapai 100% pada tahun 2020. Karena kondisi
eksisting saat ini tidak memungkinkan untuk mencapai 100% di tahun 2020, maka perencana
menjadikan target pelayanan 100% pada tahun 2032 mengingat pula aspek mundurnya
jadwal pembangunan. Oleh karena itu, untuk mencapai 100% pada tahun 2032, kenaikan
persentase pelayanan tiap tahun dibuat sebesar 3% per tahun dimulai pada tahun 2020.
Sehingga akan di dapat target persen pelayanan sesuai pada tabel 4.1 berikut ini.
Tingkat Pelayanan (%)
No Kelurahan
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
1 Bentek 60 65 68 71 74 77 80 83 85 88 91 94 97
2 Gondang 60 65 68 71 74 77 80 83 85 88 91 94 97
3 Genggelang 60 65 68 71 74 77 80 83 85 88 91 94 97
4 Rempek 60 65 68 71 74 77 80 83 85 88 91 94 97
5 Sambik Bangkol 60 65 68 71 74 77 80 83 85 88 91 94 97
Tabel 4.1 Target Pelayanan Kebersihan Tiap Kelurahan di Kecamatan Gangga

Sumber : Hasil Perhitungan


4.1. Reduksi Timbulan Sampah

Reduksi timbulan sampah merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan untuk
mengurangi volume sampah yang akan dibawa ke TPA. Reduksi timbulan sampah
merupakan salah satu bentuk pengelolaan sampah. Reduksi sampah hanya dilakukan di
sumber sampah. Adapun contoh dari reduksi timbulan sampah antara lain dapat berupa
pengolahan sampah organik menjadi kompos dan pengolahan lain yang dapat mengurangi
volume sampah yang akan dibuang di TPA. Sehingga dalam perencanaan ini perlu
diperhitungkan reduksi timbulan sampah.
Berdasarkan Profil Pengelolaan Sampah Perkotaan Kabupaten Lombok Utara tahun
2020, cakupan wilayah layanan pengelolaan sampah di Kecamatan Gangga mencapai 60%
dari keseluruhan area kota dan prosentase reduksi sampah Kecamatan Gangga tahun 2020
hanya 2%. Adapun berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM), tingkat reduksi volume
timbulan maksimal adalah 20% - 25%. Sehingga dari data tersebut dapat dilakukan proyeksi
reduksi sampah di Kecamatan Gangga hingga tahun 2032. Pada Tahun 2020 direncanakan
target reduksi sebesar 2%. Kemudian mengingat pembangunan biasanya mundur satu tahun,
maka pada atahun 2020 direncanakan target reduksi masih sebesar 2%. Setelah tahun 2020,
direncanakan kenaikan persentase reduksi tiap tahun adalah sebesar 2%. Berikut ini adalah
contoh perhitungan proyeksi tingkat reduksi timbulan sampah :
- Tingkat reduksi tahun 2020 = 2%

- Tingkat reduksi tahun 2032 = 3%

- Banyak tahun (n) = 2032 – 2020 = 12 tahun


Dari perhitungan tersebut didapatkan proyeksi tingkat reduksi timbulan sampah tiap
Kelurahan di Kecamatan Gangga tahun 2020-2032 seperti yang dapat dilihat pada tabel

Tabel 4.2 Proyeksi Tingkat Reduksi Timbulan Sampah Rumah Tangga Tiap Kelurahan
di Kecamatan Gangga Tahun 2020-2032
% Reduksi SRT
Tahun
No
Kelurahan 202 202 202 202 202 203
2021 2022 2024 2026 2028 2030 2032
0 3 5 7 9 1
1 Bentek 2% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%
2 Gondang 2% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%
3 Genggelang 2% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%
4 Rempek 2% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%
Sambik
5 2% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%
Bangkol
Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.3 Proyeksi Tingkat Reduksi Timbulan Sampah Sejenis Rumah Tangga Tiap
Kelurahan di Kecamatan Gangga Tahun 2018-2029
Tahun
Keluraha
  202 202 202 202 202 202 202 202 202 202 203 203 203
n
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
1 Bentek 2% 3% 3% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
2 Gondang 2% 3% 3% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
Genggelan
3 2% 3% 3% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
g
4 Rempek 2% 3% 3% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
Sambik
5 2% 3% 3% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
Bangkol
Sumber : Hasil Perhitungan

4.1. Timbulan Sampah

Timbulan sampah merupakan volume ataupun berat sampah yang dihasilkan dalam
suatu sumber. Dalam perencanaan pengelolaan sampah Kecamatan Gangga ini, timbulan
sampah bersumber dari kegiatan dalam rumah tangga maupun dalam aktivitas fasilitas
umum yang ada di Kecamatan Gangga. Perhitungan timbulan sampah penting dilakukan
dalam perencanaan pengelolaan sampah Kecamatan Gangga untuk mengetahui volume
sampah yang dihasilkan hingga tahun akhir perencanaan. Sehingga dapat dilakukan
perencanaan terhadap fasilitas yang dibutuhkan dalam pengelolaan sampah kota.
Dalam melakukan perhitungan timbulan sampah Kecamatan Gangga dibutuhkan
koefisien timbulan sampah, dimana koefisien timbulan ini didapatkan dari penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan di wilayah perencanaan, dimana dalam hal ini didapatkan
koefisien timbulan sampah (untuk sampah rumah tangga) sebesar 0,228 kg/orang.hari.
Selain itu koefisien timbulan sampah dapat juga didapatkan dari standar yang berlaku yang
didasarkan pada klasifikasi kota dan komponen sumber sampah. Pada tabel 4.4 berikut
memuat besaran koefisien timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota.
Tabel 4.4 Koefisien Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota
Volume Berat
No Klasifikasi Kota (L/Orang/Hari) (Kg/Orang/Hari)
Kota Sedang
1 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80
(100.000 – 500.000)
Kota Kecil
2 2,50 – 2,75 0,625 – 0,70
(< 100.000)
Sumber : Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia
Dept PU,:PMB, Bandung, 1993

Adapun Tabel 4.5 berikut memuat koefisien timbulan sampah berdasarkan komponen
sumber sampah.

Tabel 4.5 Koefisien Timbulan Sampah berdasarkan Komponen Sumber Sampah


Komponen Volume Berat
No. Satuan
Sumber Sampah (liter) (Kg)
1 Rumah Permanen Per orang / 2,25 –2,50 0,350 – 0,400
Hari
2 Rumah Semi Per orang / 2,00 –2,25 0,300 – 0,350
Permanen Hari
3 Rumah Non Per orang / 1,75 –2,00 0,250– 0, 300
Permanen Hari
4 Kantor Per pegawai / 0,50 –0,75 0, 025 –0,100
Hari
5 Toko / Ruko Per petugas / 2,50 –3,00 0,150 – 0,350
Hari
6 Sekolah Per murid / 0,10 –0,15 0, 010 –0,350
Hari
7 Jalan Arteri Per meter / 0,10 –0,15 0,020 – 0,100
Sekunder Hari
8 Jalan Per meter / 0,10 –0,15 0,010 – 0,050
Kolektor sekunder Hari
9 Jalan Lokal Per meter / 0, 05 – 0,1 0,005 – 0,025
Hari

10 Pasar Per meter2 / 0,20 –0,60 0,1 – 0,3


Hari

Sumber : Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia
Dept PU,:PMB, Bandung, 1993.

4.3.1. Timbulan Sampah Rumah Tangga

Setelah dilakukan perhitungan proyeksi penduduk, selanjutnya dapat ditentukan


volume timbulan sampah rumah tangga. Hal ini dikarenakan timbulan sampah rumah tangga
berasal dari pertumbuhan penduduk tanpa mempertimbangkan adanya fasilitas umum yang
ada pada suatu kota. Selain itu pada perhitungan volume timbulan sampah rumah tangga
dibutuhkan faktor timbulan sampah. Faktor timbulan sampah dapat diartikan sebagai berat
sampah yang dihasilkan setiap orang dalam setiap harinya. Faktor timbulan sampah
Kecamatan Gangga ini adalah 0,228 kg/orang.hari. Sehingga dari faktor timbulan sampah
yang didapatkan, dapat dilakukan perhitungan volume timbulan sampah berikut ini :
Perhitungan timbulan sampah rumah tangga Desa Gondang, Kecamatan Gangga
tahun 2020.
- Jumlah penduduk tahun 2020 = 13.151 jiwa

- Koefisien volume sampah = 0,228 kg/orang.hari

- Volume timbulan sampah = Jumlah penduduk × koefisien


volume sampah
= 13.151 orang × 0,228 kg/oranghari

= 2.999 kg/hari

Sehingga dari perhitungan tersebut didapatkan berat timbulan sampah Desa Gondang
tahun 2020 adalah sebesar 2.999 kg/hari. Adapun hasil perhitungan lengkap mengenai
volume timbulan sampah seluruh Desa hingga tahun 2032 dapat dilihat pada Tabel 4.6
berikut :
Tabel 4.6 Berat Timbulan Sampah Rumah Tangga setiap Kelurahan 2020- 2032

Timbulan Sampah (kg/day)


Timbulan Sampah Tahun Proyeksi
Kelurahan
(kg/orang/hari) 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
Bentek 0,228 1963 1968 2349 2570 2812 3076 3365 3681 4027 4406 4820 5273 5769
Gondang 0,228 2039 2231 2440 2670 2921 3195 3496 3824 4184 4577 5007 5478 5993
Genggelang 0,228 2651 2900 3172 3471 3797 4154 4544 4971 5439 5950 6509 7121 7791
Rempek 0,228 1865 2040 2232 2442 2671 2922 3197 3497 3826 4186 4579 5010 5481
Sambik Bangkol 0,228 1326 1450 1587 1736 1899 2078 2273 2487 2720 2976 3256 3562 3897

Sumber : Hasil Perhitungan


4.1. Timbulan Sampah Rumah Tangga Setelah Reduksi di TPS

Pada perhitungan sebelumnya telah didapatkan timbulan sampah rumah


tangga terlayani dan prosentase tingkat reduksi sampah. Selanjutnya dari hasil
perhitungan tersebut dapat dilakukan perhitungan timbulan sampah rumah tangga
setelah direduksi. Dalam hal ini reduksi sampah rumah tangga dapat dilakukan
dengan pengomposan. Reduksi sampah rumah tangga penting dilakukan untuk
mengurangi jumlah sampah yang dibuang dengan memanfaatkan sampah yang
dihasilkan. Berikut ini adalah contoh perhitungan timbulan sampah rumah tangga
setelah dilakukan reduksi.
Contoh perhitungan :

Perhitungan timbulan sampah rumah tangga setelah reduksi Kelurahan


Naikoten I Kecamatan Gangga pada tahun 2020 adalah sebagai berikut:
Timbulan sampah setelah reduksi

= timbulan sampah terlayani – (% tingkat reduksi tahun 2020 x timbulan


sampah terlayani)
= 2.999 – (2% x 3.550,50) = 2.938,5 kg/hari

Selanjutnya dilakukan perhitungan yang sama untuk seiap kelurahan


hingga tahun 2032. Tabel 4.7 Berikut memuat hasil perhitungan timbulan sampah
rumah tangga setelah reduksi di TPS dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.7 Berat Timbulan Sampah Rumah Tangga Setelah Reduksi
Timbulan Sampah Timbulan Sampah Setelah Tereduksi
Kelurahan Tahun Proyeksi
(kg/orang/hari)
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
Bentek 0,228 1891,8 1861,0 2242,7 2463,5 2705,1 3075,9 3258,5 3574,8 3920,9 4299,5 4713,6 5166,7 5662,4
Gondang 0,228 1968,0 2124,2 2333,8 2563,2 2814,2 3195,2 3389,1 3717,7 4077,1 4470,4 4900,6 5371,3 5886,2
Genggelang 0,228 2579,7 2793,4 3066,0 3364,2 3690,4 4153,9 4437,8 4865,0 5332,3 5843,5 6402,8 7014,7 7684,1
Rempek 0,228 1793,8 1933,6 2125,4 2335,2 2564,7 2922,3 3090,5 3391,0 3719,7 4079,4 4472,9 4903,3 5374,3
Sambik Bangkol 0,228 1793,8 1933,6 2125,4 2335,2 1792,6 2077,6 2272,9 2486,6 2720,3 2976,1 3255,8 3561,8 3896,7
Jumlah 10027,2 10645,8 11893,2 13061,3 13567,0 15424,9 16448,8 18035,1 19770,4 21668,9 23745,8 26018,0 28503,7
Sumber : Hasil Perhitungan
4.4.1. Timbulan Sampah Sejenis Rumah Tangga

Timbulan sampah sejenis rumah tangga merupakan timbulan sampah


yang dihasilkan dari aktivitas selain rumah tangga. Dalam perencanaan
pengelolaan sampah Kecamatan Gangga ini timbulan sampah sejenis rumah
tangga dihasilkan dari aktivitas fasilitas umum yang ada di Kecamatan Gangga.
Perhitungan timbulan sampah sejenis rumah tangga perlu dilakukan untuk
mengatahui jumlah sampah yang dihasilkan dari aktifitas fasilitas umum.
Sehingga pada akhirnya dapat diketahui total timbulan sampah yang dihasilkan
Kecamatan Gangga.
Contoh Perhitungan:

Perhitungan timbulan sampah sejenis rumah tangga fasilitas pendidikan


Kelurahan Naikoten I Kecamatan Gangga pada tahun 2020.
- Jumlah fasilitas pendidikan = 10 buah
- Jumlah pengguna fasilitas pendidikan = 150 orang
- Koefisien volume timbulan sampah = 0,025 kg/orang. hari
- Total volume timbulan sampah sejenis rumah tan

Selanjutnya dengan cara yang sama dilakukan perhitungan timbulan


sampah sejenis rumah tangga untuk fasilitas lainnya. Hasil perhitungan dapat
dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini :
TIMBULAN SAMPAH FASILITAS PENDIDIKAN (kg/hari)
Berat Timbulan Sampah Jumlah Orang Tahun Proyeksi
Kelurahan 202
(kg/orang/hari) (jiwa/tempat) 2020 2021 2022 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
3
Bentek 0,025 150 38 38 45 49 53 60 64 71 79 83 94 25 109
Gondang 0,025 150 26 30 30 34 38 41 45 49 53 60 64 12 79
Genggelang 0,025 150 38 41 45 49 53 60 64 71 79 83 94 25 109
Rempek 0,025 150 15 15 19 19 23 23 26 30 30 34 38 4 45
Sambik Bangkol 0,025 150 30 34 38 38 41 49 53 56 60 68 75 16 90
Jumlah 146 158 176 188 206 233 251 278 300 326 364 83 431

TIMBULAN SAMPAH FASILITAS FASILITAS KESEHATAN (kg/hari)


Berat Timbulan Sampah Jumlah Orang Tahun Proyeksi
Kelurahan 202 202 202 202 203
(kg/orang/hari) (jiwa/tempat) 2021 2022 2024 2025 2027 2029 2030 2032
0 3 6 8 1
Bentek 0,2 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Gondang 0,2 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Genggelang 0,2 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rempek 0,2 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sambik Bangkol 0,2 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TIMBULAN SAMPAH FASILITAS PERIBADATAN (kg/hari)


Kelurahan Berat Timbulan Sampah Jumlah Orang Tahun Proyeksi
202 202 202 202 203
(kg/orang/hari) (jiwa/tempat) 2020 2022 2023 2025 2027 2029 2030 2032
1 4 6 8 1
Bentek 0,015 25 6 6 7 8 9 9 10 11 12 13 14 15 17
Gondang 0,015 25 14 16 17 19 23 23 24 27 29 32 35 38 42
Genggelang 0,015 25 14 15 16 18 21 21 23 26 28 30 33 36 40
Rempek 0,015 25 8 8 9 10 12 12 13 14 15 17 18 20 22
Sambik
Bangkol 0,015 25 12 13 14 16 19 19 21 23 25 27 30 32 35
Jumlah 53 57 63 69 83 83 91 100 109 119 130 142 156

TIMBULAN SAMPAH FASILITAS MINIMARKET DAN SUPERMARKET (kg/hari)


Berat Timbulan Sampah Jumlah Orang Tahun Proyeksi
Kelurahan 202 202 202 202 202 202 202 202 202 202 203 203 203
(kg/orang/hari) (jiwa/tempat)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
Bentek 0,035 30 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
Gondang 0,035 30 4 4 5 5 6 6 7 8 8 9 11 12 13
Genggelang 0,035 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rempek 0,035 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sambik
Bangkol 0,035 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 5 5 6 6 7 8 9 11 11 12 13 14 15
TIMBULAN SAMPAH FASILITAS PASAR (kg/hari)
Berat Timbulan Jumlah
Tahun Proyeksi
Sampah Orang
Kelurahan
202 202 202 202 202 202 202 202 202 202 203 203 203
(kg/orang/hari) (jiwa/tempat)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
Bentek 0,2 500 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Gondang 0,2 500 100 100 100 100 100 200 200 200 200 200 200 300 300
Genggelang 0,2 500 100 100 100 100 100 200 200 200 200 200 200 300 300
Rempek 0,2 500 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sambik
Bangkol 0,2 500 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 200 200 200 200 200 400 400 400 400 400 400 600 600

TIMBULAN SAMPAH FASILITAS RESTORAN (kg/hari)


Berat Timbulan Jumlah
Tahun Proyeksi
Sampah Orang
Kelurahan
202 202 202 202 202 202 202 202 202 202 203 203 203
(kg/orang/hari) (jiwa/tempat)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
Bentek 0,4 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Gondang 0,4 25 50 50 60 70 70 80 90 90 100 110 120 260 150
Genggelang 0,4 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rempek 0,4 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sambik
Bangkol 0,4 25 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 324 90
Jumlah 140 140 150 160 160 170 180 180 190 200 210 584 240
4.4.1. Timbulan Sampah Sejenis Rumah Tangga Setelah Reduksi di TPS

Pada perhitungan sebelumnya telah didapatkan timbulan sampah sejenis


sampah rumah tangga terlayani dan prosentase tingkat reduksi sampah. Selanjutnya
dari hasil perhitungan tersebut dapat dilakukan perhitungan timbulan sampah sejenis
sampah rumah tangga setelah direduksi. Dalam hal ini reduksi sampah rumah tangga
dapat dilakukan dengan pengomposan. Reduksi sampah sejenis sampah rumah tangga
penting dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang dengan
memanfaatkan sampah yang dihasilkan. Berikut ini adalah contoh perhitungan
timbulan sampah rumah tangga setelah dilakukan reduksi.
Contoh perhitungan :

Perhitungan timbulan sampah sejenis sampah rumah tangga setelah reduksi


Kelurahan Naikoten I Kecamatan Gangga pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Timbulan sampah setelah reduksi

= timbulan sampah terlayani – (% tingkat reduksi tahun 2017 x timbulan sampah


terlayani)
= 574 – (5% x 574) = 577,19 kg/hari

Selanjutnya dilakukan perhitungan yang sama untuk seiap kelurahan hingga


tahun 2029. Tabel 4.9 Berikut memuat hasil perhitungan timbulan sampah sejenis
sampah rumah tangga setelah reduksi di TPS dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Berat Timbulan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Setelah Reduksi
TOTAL TIMBULAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH SEJENIS RUMAH TANGGA SETELAH REDUKSI (kg/day)
Kelurahan Tahun Proyeksi
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Bentek 1925 1912 2282 2447 2676 2922 3202 3503 3831 4191 4584 5015 5486
Gondang 2000 2167 2370 2542 2780 3035 3326 3638 3980 4353 4762 5209 5698
Genggelang 2599 2816 3081 3302 3612 3946 4322 4728 5172 5658 6189 6771 7406
Rempek 1829 1982 2168 2325 2543 2776 3042 3328 3640 3982 4356 4765 5212
Sambik
Bangkol 1767 1890 2078 2248 1698 1974 2159 2362 2584 2827 3093 3384 3702
Sumber : Hasil Perhitungan
BAB V
KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH

5.1. Komposisi Sampah Kecamatan

Menghitung komposisi sampah di Kecamatan Gangga pada perencanaan ini


digunakan persentase komposisi total dari jumlah timbulan sampah di Kecamatan Gangga.
Tujuan dari penentuan komposisi ini adalah agar nantinya sampah dapat dibedakan dengan
jelas pada proses pengolahan di TPS sehingga mass balance dari masing-masing komposisi
dapat diketahui. Berikut ini merupakan Tabel 5.1 yang memuat komposisi sampah
Kecamatan Gangga.
Tabel 5.1 Komposisi Komponen Sampah Kecamatan Gangga Tahun 2032
Komposisi Sampah (kg/hari)
Makana Loga Lain-
Plastik Kertas Taman Kayu Kaca Kain Karet
n m lain
2,00
60,00% 12,00% 9,00% 8,00% 2,00% 2,00% 1,00% 1,00% 3,00%
%
3461 692 519 462 115 115 115 58 58 173
3596 719 539 479 120 120 120 60 60 180
4674 935 701 623 156 156 156 78 78 234
3288 658 493 438 110 110 110 55 55 164
2338 468 351 312 78 78 78 39 39 117
17358 3472 2604 2314 579 579 579 289 289 868
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari penentuan persentase komposisi sampah tersebut, selanjutnya dapat dicari total
timbulan dari masing-masing komposisi sampah pada tahun 2029. Setelah itu, dapat
ditentukan nilai Recovery Factor (RF) dari masing-masing komposisi yang disesuaikan
dengan target pelayanan pengelolaan sampah pada tahun 2029. Berikut ini contoh
perhitungan komposisi sampah rumah tangga pada tahun 2029.
Total berat timbulan sampah terlayani Kelurahan Naikoten I tahun 2032 = 5.923
kg/hari
Komposisi sampah makanan = 60,0 % x 9.493,75 kg/hari = 5.696,25 kg/hari
Perhitungan komposisi sampah secara lengkap pada tahun 2029 dapat dilihat pada
Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Komposisi Sampah Tiap Kelurahan di Kecamatan Gangga Tahun 2032
(Kg/hari)
Komposis
i Sampah
Keluraha Timbulan sampah (kg/hari)
n (kg/hari)
Sampah Plasti Kerta Karto Kay Kaca Kain Loga Karet Lain-
makanan k s n u m lain
60,00% 12,00 9,00 8,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 3,00%
% % % % % % % %
Bentek 5923,2 3553,9 710,8 533,1 473,9 118,5 118,5 118,5 59,2 59,2 177,7
Gondang 8175,7 4905,4 981,1 735,8 654,1 163,5 163,5 163,5 81,8 81,8 245,3
8350,8 5010,5 1002, 751,6 668,1 167,0 167,0 167,0 83,5 83,5 250,5
Genggelang
1
15854,6 9512,8 1902, 1426, 1268, 317,1 317,1 317,1 158,5 158,5 475,6
Rempek
6 9 4
Sambik 9293,2 5575,9 1115, 836,4 743,5 185,9 185,9 185,9 92,9 92,9 278,8
Bangkol 2
Total 38304,3 28558,5 5711, 4283, 3807, 952,0 952,0 952,0 476,0 476,0 1427,9
7 8 8
Sumber: Hasil Perhitungan

Setelah menentukan komposisi masing-masing sampah, selanjutnya adalah


menentukan nilai Recovery Factor (RF) dengan tujuan agar dapat dipastikan persentase
pengolahan dari masing-masing sampah di TPS. Total nilai RF ini harus sesuai dengan target
reduksi dalam satu kecamatan. Target reduksi pada tahun 2029 di Kecamatan Gangga adalah
sebesar 5%. Untuk mencapai target tersebut dilakukan reduksi dengan cara pengolahan
sampah makanan menjadi kompos, pirolisis ranting, pemilahan karton, kertas, dan plastik.
Sehingga yang akan dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) hanya residu saja. Berikut
ini merupakan contoh hasil penentuan nilai RF di Kecamatan Gangga pada tahun 2032.
Tabel 5.3 Nilai Recovery Factor Kecamatan Gangga
Daur Residu Kompos
Residu
Komposisi Kompos Ulang Matang
No Timbulan RF
Sampah Matang (kg/
(kg/hari) (kg/hari)
hari)
1 Makanan 40458 80% 75% 32366,4 24274,8 6068,7
2 Plastik 7731 50%   3865,5   3865,5
3 Kertas 6069 40%   2427,6   3641,4
4 Taman 5394 80% 75% 4315,2 3236,4 809,1
5 Kayu 1349 0%   0   1349
6 Kaca 1349 70%   944,3   404,7
7 Kain 1349 0%   0   1349
8 Logam 674 80%   539,2   134,8
9 Karet 674 0%   0   674
10 Lain-lain 2023 0%   0   2023
Total 67070 400% 150% 44458,2 27511,2 20319,2
Sumber: Hasil Perhitungan

5.1. Karakteristik Sampah Kecamatan

5.1.1. Karakteristik Fisik


Karakteristik fisik sampah diperlukan untuk mengetahui seberapa besar kadar air,
berat basah, berat dan berat kering sampah. Selain itu juga untuk mengetahui berat jenis dari
masing-masing sampah. Tujuan dari mengetahui karakteristik fisik sampah ini, agar nantinya
dapat dipilih metode pengolahan yang tepat sesuai dengan kondisi eksisting sampah.
Sehingga nantinya biaya yang dikeluarkan tepat sasaran dengan hasil yang maksimal.

Berikut ini merupakan hasil penentuan dan perhitungan karakteristik fisik sampah di
Kecamatan Gangga.
Berat Kering = Persentase komposisi sampah x (100% - Kadar Air) Contoh pada sampah
Makanan
Berat Kering Sampah Makanan = 60% x (100% - 70%) = 18%

Tabel 5.4 Persentase Kadar Air dan Berat Kering Sampah Kecamatan
Gangga
Komposisi
No % Kadar Air (%) Berat Kering (%) Sifat
Sampah
1 Makanan 60% 70% 18,00% Terbakar
2 Plastik 12% 2% 11,76% Terbakar
3 Kertas 9% 6% 8,46% Terbakar
4 Taman 8% 60% 3,20% Terbakar
5 Kayu 2% 20% 1,60% Terbakar
6 Kaca 2% 2% 1,96% Terbakar
7 Kain 2% 10% 1,80% Terbakar
Tidak
8 Logam 1% 3% 0,97%
Terbakar
Tidak
9 Karet 1% 2% 0,98%
Terbakar
Tidak
10 Lain-lain 3% 9% 2,73%
Terbakar
Jumlah 100%   51,46%  
Kadar air (%) 48,54%  
Sumber: Hasil Perhitungan

Sehingga dari data tersebut dapat diketahui bahwa total kadar air sampah Kecamatan
Gangga sebesar 48,54%, sehingga berat kering sampah sebesar 51,46%. Persentase
kandungan materi yang tidak terbakar sebesar 4,68 % dan kandungan materi yang mudah
terbakar sebesar 46,78%.
5.1.1. Karakteristik Kimiawi
Tidak jauh berbeda dengan karakteristik fisik, tujuan diketahuinya karakteristik
kimiawi sampah ini adalah agar nantinya dapat dipilih metode pengolahan yang tepat sesuai
dengan kondisi eksisting sampah. Karakteristik kimiawi ini meliputi Proximate Analyze dan
Ultimate Analyze. Pada analisis proximate akan ditentukan nilai kadar abu, kadar volatil dan
nilai fix carbon dari sampah Kecamatan Gangga.

Dari acuan tersebut dapat dicari nilai kadar volatil, kadar abu, dan nilai fix carbon dari
Sampah Kecamatan Gangga dengan cara sebagai berikut :
Kadar Volatil = ((Total komposisi – kadar non volatil)/100) x
100
Kadar Non Volatil = Persentase komposisi sampah x (100% - kadar
volatil komposisi masing-masing sampah)
Kadar Abu = ((Total komposisi – kadar non abu)/100) x 100
Kadar Non Abu = Persentase komposisi sampah x (100% - kadar abu
komposisi masing-masing sampah)
Nilai Fix Carbon = ((Total komposisi – kadar non fix carbon)/100) x
100
Nilai non Fix Carbon = Persentase komposisi sampah x (100% - kadar fix
carbon komposisi masing-masing sampah)
Sehingga, didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 5.5 Kadar Volatil Sampah Kecamatan Gangga


No Komposisi Sampah % Kadar Volatil (%) Non Volatil (%)
1 Makanan 60% 21,40% 47,16%
2 Plastik 12% 95,80% 0,50%
3 Kertas 9% 75,90% 2,17%
4 Taman 8% 30,00% 5,60%
5 Kayu 2% 68,10% 0,64%
6 Kaca 2% 0,00% 2,00%
7 Kain 2% 66,00% 1,80%
8 Logam 1% 0,00% 0,68%
9 Karet 1% 83,90% 1,00%
10 Lain-lain 3% 50,00% 1,50%
Jumlah Total 100%   61,41%
Kadar volatil (%) 38,59%
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 5.6 Nilai Fix Carbon Sampah Kecamatan Gangga
Komposisi Kadar Fixed Non Fixed Karbon
No %
Sampah Karbon (%) (%)
1 Makanan 60% 3,60% 57,84%
2 Plastik 12% 2,00% 11,76%
3 Kertas 9% 8,40% 8,24%
4 Taman 8% 9,50% 7,24%
5 Kayu 2% 11,30% 1,77%
6 Kaca 2% 0,00% 2,00%
7 Kain 2% 17,50% 1,65%
8 Logam 1% 0,00% 1,00%
9 Karet 1% 4,90% 0,95%
10 Lain-lain 3% 10,00% 2,70%
Jumlah Total 100%   95,15%
Kadar Fixed Karbon (%) 4,85%
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 5.7 Kadar Abu Sampah Kecamatan Gangga

Komposisi
No % Kadar Abu (%) Non Abu (%)
Sampah
1 Makanan 60% 5,00% 57,00%
2 Plastik 12% 2,00% 11,76%
3 Kertas 9% 5,40% 8,51%
4 Taman 8% 0,50% 7,96%
5 Kayu 2% 0,60% 1,99%
6 Kaca 2% 97,00% 0.06%
7 Kain 2% 6,50% 1,87%
8 Logam 1% 97,00% 0.03%
9 Karet 1% 9,90% 0,90%
10 Lain-lain 3% 20,00% 2,40%
Jumlah Total 100%   92,39%
Kadar abu (%) 7,61%
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel tersebut di atas dapat diketahun bahwa kadar volatil sampah Kecamatan
Gangga sebesar 38,59 %, nilai fix carbon sebesar 4,84 %, dan kadar abu sebesar 7,52 %.
Selanjutnya adalah menentukan karakteristik ultimate analisis untuk mendapatkan rumus
kimia sampah dan total energi yang ada pada sampah Kecamatan Gangga. Acuan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.8 Komposisi Unsur Sampah
Komposisi (%)
No Komposisi Sampah
C H O N S
1 Makanan 48 6,4 37,6 2,6 0,4
2 Plastik 43,5 6 44 0,3 0,2
3 Kertas 49,5 6 42,7 0,2 0,1
4 Taman 78 10 0 2 0
5 Kayu 55 6,6 31,2 4,6 0,15
6 Kaca 60 7,2 22,8 0 0
7 Kain 0,5 0,1 0,4 0,08 0
8 Logam 4,5 0,6 4,3 0,08 0
9 Karet 0 0 0 0 0
10 Lain-lain 26,3 3 2 0,5 0,2
Sumber: Hasil Perhitungan

Maka, dapat diketahui komposisi unsur Sampah Kecamatan Gangga adalah sebagai
berikut :
Menghitung unsur C sampah makanan = Unsur C acuan x Berat kering
= 48,0 x 18,00 = 8,64

Perhitungan untuk unsur lainnya menggunakan perhitungan yang sama.

Tabel 5.9 Komposisi Unsur Sampah Kecamatan Gangga


Berat Komposisi
Komposisi Berat
No Kering
Sampah Basah (%) C H O N S
(%)
1 Makanan 60% 18,00% 8,64 1,15 6,77 0,47 0,07
2 Plastik 12% 11,76% 7,06 0,85 2,68 0 0
3 Kertas 9% 8,46% 3,68 0,51 3,72 0,03 0,02
4 Taman 8% 3,20% 1,39 0,19 1,41 0,01 0,01
5 Kayu 2% 1,60% 0,79 0,1 0,68 0 0
6 Kaca 2% 1,96% 0,01 0 0,01 0 0
7 Kain 2% 1,80% 0,99 0,12 0,56 0,08 0
8 Logam 1% 0,97% 0,04 0,01 0,04 0 0
9 Karet 1% 0,98% 0,76 0,1 0 0,02 0
10 Lain-lain 3% 2,73% 0,72 0,08 0,05 0,01 0,01
Jumlah 100% 51,46% 24,08 3,11 15,92 0,62 0,11
Sumber: Hasil Perhitungan

Setelah diketahui total masing-masing unsur, maka dapat ditentukan rumus kimia
sampah kecamatan Gangga adalah sebagai berikut :
Mol atom C = persentase total unsur C : berat atom C

= 24,09 : 12 = 2,0075

Jumlah atom unsur C = Mol atom C : mol atom terkecil (dalam hal
ini atom S)
= 2,0072 : 0,0033 = 611

Perhitungan untuk unsur lain adalah sama.

Tabel 5.10 Jumlah Atom Masing-Masing Unsur Sampah Kecamatan Gangga


Komposisi
No Keterangan
C H O N S
1 Total 24,08 3,11 15,92 0,62 0,11
Berat atom
2 12 1 16 14 32
(g/mol)
3 Mol 2 3,1 0,9 0,04 0,003
Rumus kimia
4 611 944 303 14 1
sampah
Sumber: Hasil Perhitungan

Sehingga, dari keseluruhan perhitungan tersebut, dapat diketahui rumus kimia


sampah Kecamatan Gangga adalah C611H944O303N14S1.
Selanjutnya adalah menghitung total energi yang ada di dalam sampah Kecamatan
Gangga yakni sebagai berikut :
Berat Molekul atom C = Jumlah atom C x berat atom C

= 611 x 12 = 7335

Persentase molekul C = Berat molekul C / berat molekul total x 100%

= (7335 / 13352) x 100% = 54,93%

Kemudian, hasil dimasukkan ke dalam rumus berikut Total Energi


(btu/lb)= (145*%C)+(610*(%H- (%O/8)))+(40*%N)+(10*
%S)
1 btu/lb = 2,326 kJ/kg

Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :


Tabel 5.11 Energy Content Sampah Kecamatan Gangga
Berat Berat Molekul
No Komponen Komposisi Atom Atom %
1 Karbon 611 12 7335 54,93
2 Hidrogen 944 1 944 7,07
3 Oksigen 303 16 4851 36,33
4 Nitrogen 14 14 190 1,42
5 Sulfur 1 32 32 0,24
Total 13352 100
Energy Content (btu/lb)   9533
Energy Content (kJ/kg)   22174
Sumber: Hasil Perhitungan
BAB VI
PEWADAHAN SAMPAH

Wadah sampah merupakan salah satu bagian dalam pengelolaan sampah.


Perhitungan volume dan jumlah wadah sampah sangat bergantung pada jumlah penduduk
yang akan dilayani, jumlah timbulan sampah, dan frekuensi pengangkutan. Hal ini
dikarenakan kedua komponen tersebut berkorelasi dengan jumlah timbulan sampah yang
akan diwadahi.
6.1. Pewadahan Sampah Rumah Tangga

Dalam perencanaan ini akan digunakan sistem pewadahan individual dalam proses
pewadahan sampah rumah tangga, dimana jumlah orang dalam setiap kepala keluarga (KK)
adalah 5 orang dan terdapat 1 wadah sampah dalam setiap KK yang nantinya akan
dikumpulkan dalam 1 wadah komunal untuk setiap 40 KK. Sedangkan untuk wadah
sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan pengumpulan sampah secara individual.
Hal ini karena jarak antar fasilitas umum tidaklah berdekatan dan volume sampah masing-
masing fasilitas berbeda.
Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk mendapatkan dimensi wadah sampah
yang pada sampah rumah tangga.
Per Rumah Tangga

 Jumlah orang dalam 1 KK = 5 orang


 Berat timbulan sampah = 0,228 kg/orang.hari
 Densitas sampah lepas = 150 kg/m3
 Volume timbulan = 0,0076 m3/KK./hari
Per 40 KK Sampah Daur Ulang (Studi Kasus Kelurahan Bentek pada Tahun 2032)
 Jumlah penduduk = 43.172jiwa
 Jumlah KK = 6.780 KK
 Pelayanan = 100%
 Jumlah Wadah komunal = Jumlah KK : 40 = 1,078
 Densitas Sampah lepas = 150 kg/m3
 Volume sampah tiap wadah komunal = 12.294,1 m3
Dimensi wadah komunal = 120 L dengan jenis kontainer
Tabel 6.1 Penentuan Volume Wadah Komunal
Berat Timbulan Volume
Berat Timbulan JUMLAH Densitas Volume
Jumlah JUMLA Sampah Tiap Timbulan
Pelayanan Sampah WADAH Sampah Wadah
Kecamatan Desa/Kelurahan Penduduk H KK Wadah Sampah Tiap
(%) Terlayani tahun KOMUN Lepas Komunal
Terlayani (@5 Komunal Wadah
2032 (kg/hari) AL (@40 (kg/m3) yang
orang) (kg/hari) Komunal (m3)
KK) dipilih
Bentek 100 43080 1335,3 8615 110 1,078 150 0,57
Gondang 100 88712 27500,7 17742 210 1,078 150 0,57
Gangga Kontainer
Genggelang 100 57473 17816,6 11495 139 1,078 150 0,57 0,66 m3
Rempek 100 56659 17564,3 11332 170 1,078 150 0,57 =660
Liter
Sambik 100 1,078 150
Bangkol 48541 15047,7 9708 131 0,57
TOTAL 363992 100819,5 72798,4 951 5,390 - -

Sumber: Hasil Perhitungan


Gambar 6.1 Wadah Komunal Sampah Rumah Tangga
Wadah sampah rumah tangga secara komunal maupun wadah sampah sejenis sampah rumah
tangga berbentuk kotak dengan dilengkapi roda untuk mempermudah mobilisasi wadah saat
pengiumpulan.
6.2. Pewadahan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Pada perencanaan pewadahan sampah sejenis rumah tangga Kecamatan Rungkut ini,
masing-masing fasilitas umum akan dihitung volume sampahnya untuk selanjutnya akan
didapatkan tempat sampah dan dimensi yang sesuai untuk menampung volume sampah
tersebut. Kemudian dapat ditentukan pula jumlah wadah sampah yang diperlukan di masing-
masing fasilitas umum tersebut. Sampah yang dimaksud pada perencanaan ini adalah sampah
fasilitas umum yang serupa dengan sampah rumah tangga. Sedangkan limbah spesifik yang
dihasilkan dari fasilitas umum tersebut tifak diperhitungkan karena proses pengolahannya
akan berbeda.
Perhitungan dimensi wadah sampah Fasilitas Pasar
Dimensi wadah sampah 660 L
Panjang : 123 cm
Lebar : 76 cm
Tinggi : 123 cm
Perhitungan dimensi wadah sampah Fasilitas Industri,Minimarket,
Kesehatan
Dimensi wadah sampah 240 L
Panjang : 74 cm
Lebar :59cm
Tinggi :105cm
Perhitungan dimensi wadah sampah Fasilitas Pendidikan
Dimensi wadah sampah 100 L
Panjang : 45 cm
Lebar : 35 cm
Tinggi : 83 cm
Berikut ini merupakan hasil perhitungan pewadahan sampah untuk sampah sejenis
sampah rumah tangga :
Tabel 6.2 Penentuan Volume Wadah Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga
PEWADAHAN TIAP
FASILITAS
Berat
Timbu
l an Densit Volume
Sampa Jumlah Jumlah
as Sampah Volum
Jum h Wadah Total
Samp Terlaya e
Pelayana Desa/ l ah Terlay Yang Wadah
Jenis Fasum ah ni Tiap Wada
n Keluraha Fas a ni Diperlu Yang
Lepas Fasum h yang
n um tahun k an Diperlu
(kg/m (m3/fasu Dipilih
2029 tiap k an
3) m)
(kg/har Fasum
i)

Bentek 10 37,5 0,03 1 10


Gondang 15 56,3 0,03 Kontai 1 15
n er
PENDIDI Genggel 12 45,0 0,03 0,10 1 12
100 150
KA N m3 =
ang
100
Rempek 21 78,8 0,03 liter 1 21
Sambik 25 93,8 0,03 1 25
Bangkol
0,066666
Bentek 2
20,0 667 1 2
0,066666
Gondang 2 Kontai
20,0 667 1 2
n er
0,066666
KESEHATA 100 Genggel 2
20,0 150 667
0,12
1 2
N m3 =
ang 120
0,066666
Rempek 2
20,0 667
liter
1 2
0,066666
Sambik 2
20,0 667 1 2
Bangko
l
MINIMA Bentek 6 6,3 0,007 Kontai 1 6
RK ET
100 Gondang 3 3,2 150 0,007 n er 1 3
0,12
DAN Genggel 2 2,1 0,007 1 2
SUPERM m3 =
ang
AR KET

Rempek 5 5
5,3
0,007 1
4 4,2 4
Sambik 0,007 1
Bangkol
Rungkut 13 162,5 13
0,08 1
Kidul
18 150 18
Bentek 225,0 0,08 1
17 212,5 17
Gondan 0,08 1
g
INDUSTR
I Genggel 29 29
ang 362,5
0,08 1
16 200,0 16
Rempek 0,08 1
12 210,0 13
Sambik 0,08 1
Bangkol
3 300,0 3
Bentek 0,67 1
3 300,0 150 3
Gondan 0,67 1
g
2 200,0 2
Genggel 0,67 1

PASAR
ang

Rempek 3 3
300,0
0,67 1
3 300,0 3
Sambik 0,67 1
Bangkol
Sumber : Hasil Perhitungan
Untuk fasilitas pasar akan dipilih wadah sampah 660 liter sama halnya seperti wadah
komunal sampah rumah tangga pada subbab sebelumnya. Sedangkan untuk fasilitas industri,
minimarket, kesehatan, dan pendidikan masing-masing akan dipilih wadah sampah bervolume
120 liter, 100 liter seperti pada gambar berikut :
Gambar 6.2 Wadah Sampah Fasilitas Industri, Kantor dan
Hotel
BAB VII
PENGUMPULAN SAMPAH

Pada perencanaan ini, pengumpulan sampah dilakukan dari wadah ke TPS


dengan menggunakan gerobak motor. Kapasitas gerobak sampah adalah 1,5 m3,
dengan faktor pemadatan (kompaksi) yaitu 2,5 dan jumlah ritasi adalah 2 yaitu pada
pagi hari dan sore hari. Jumlah orang yang membawa gerobak masing-masing 2
orang untuk tiap gerobak karena harus memindahkan sampah dari wadah komunal.
Contoh perhitungan jumlah gerobak untuk sampah rumah tangga Kelurahan Bentek
pada tahun 2032 untuk sampah daur ulang. Pelayanan = 100%
Pengumpulan = 2 hari sekali
Jumlah Wadah Komunal = 110 Buah
Faktor Kompaksi = 2,5
Volume sampah di geroba = (densitas sampah lepas/densitas gerobak)x volume
sampah terlayani
= 1,078 m3

Volumesampah di gerobak
Jumlah gerobak
kapasitas =
gerobak x jumlah ritasi
= 164 unit gerobak
Jumlah orang = jumlah gerobak x 2 = 66 orang.

Jumlah rute = jumlah gerobak x Faktor Isi = 66 x 3 = 19 rute/hari

Perhitungan selengkapnya terdapat pada Tabel 7.2.


Tabel 7.1 Jumlah Gerobak Sampah Rumah Tangga Kecamatan Rungkut Tahun 2032
Berat
Berat
Timbula Volume Densita
Timbula
n Densita Timbula s Volum Jumlah
Jumlah n JUMLA Volume Total Jumlah
JUML Sampah s n Sampa e Kapasit Orang
Penduduk Sampah H Wadah Volume Geroba
Kecamatan Desa/Kelurahan Pelayanan AH Tiap Sampa Sampah h di Sampa as Jumla (1 jumlah
Terlayani Terlaya WADA Komuna Sampah k
(%) KK Wadah h Lepas Tiap Geroba h di Geroba h Trip geroba rute
ni tahun H l yang Terlaya Sampa
(@5 Komuna (kg/m3 Wadah k Geroba k (m3) k=2
2032 KOMU dipilih ni h RT
orang) l ) Komuna (kg/m3 k (m3) orang)
(kg/hari N AL (kg/hari l (m3) )
) (@40 )
KK)

Bentek 100
43080 1,078 150 77,21 250 46,33 66 3 164 33
1335,3 8615 110 0,57 19
Gondang 100
88712 1,078 150 108,89 250 65,33 66 3 94 29
27500,7 17742,4 210 0,57 Kontai 44
Gangga 100 1,078 150 n er 112,90 250 67,74 66 3 22 30
Genggelang 57473 17816,6 11494,6 139 0,57 0,66 45
m3 =
Rempek 100
56659 17564,3 11331,8 170
1,078 150
0,57 660
216,77 250 130,06 66 3 29 58 87
Liter
Sambik 100 1,078 150 123,97 250 74,38 66 3 17 33
Bangkol 48541 15047,7 9708,2 131 0,57 50
100819,5 36399
TOTAL 363992 951 5,390 - 640 - 384 - - 85 171 256
2

Sumber : Hasil Perhitungan


Pengumpulan sampah sejenis sampah rumah tangga menggunakan sebuah truk
kompaksi berkapasitas 6 m3 untuk mengangkut sampah kecamatan menuju TPS 3R.
Dari perhitungan jumlah gerobak yang telah dilakukan, maka selanjutnya dapat
direncanakan rute pengumpulan sampah dari setiap rumah ke TPS. Sistem rute yang
direncakan pada pengangkutan sampah ini adalah SCS manual. Sehingga dalam
pengaturan rute tersebut perlu dilakukan penjadwalan dalam pengangkutan. Jadwal
pengangkutan sampah selanjutnya berhubungan dengan beban sampah yang harus
diangkut setiap gerobak dalam satu trip dan juga berhubungan dengan rute yang akan
dilalui setiap gerobak dalam mengangkut sampahnya. Pengumplan sampah hanya
dilakukan di satu kelurahan saja. Berikut ini adalah contoh perhitungan pengumpulan
sampah sejenis rumah tangga fasilitas pendidikan di Kelurahan Rungkut Kidul pada
sampah daur ulang.
Pelayanan = 100%
Pengumpulan = 2 hari sekali
Total fasum = 92
Volume sampah terlayani = 3,73 m3
Faktor Kompaksi =3
Volume sampah di gerobak = (densitas sampah lepas/densitas di
gerobak) x
volume sampah terlayani
= 1,86
m3

Volume sampah
Jumlah gerobak =
di gerobak kapasitas gerobak x jumlah ritasi
1,5
=
1x1

Jumlah orang = jumlah gerobak x 2 = 4 orang.


Jumlah rute = jumlah gerobak x jumlah trip = 1 = 1 rute/hari
Tabel 7.2 Jumlah Gerobak Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Kecamatan BentekTahun 2032

Berat Timbulan Volume


Densitas Volume Densitas Jumlah Jumlah
Jumlah Sampah Sampah Kapasitas
Pelayanan Sampah Sampah Sampah di Jumlah Gerobak Orang (1
. Desa/Kelurahan Fasum Terlayani tahun Terlayani di Gerobak Jumlah rute
(%) Lepas Terlayani Gerobak Trip Sampah gerobak =
Terlayani 2032 Gerobak (m3)
(kg/hari) (kg/m3) (m3) (kg/m3) (m3) SSRT 2 orang)

Bentek 100 97 1335,3 150 3,73 300 1,86 1,5 1 1 1 1


Gondang 100 92 27500,7 150 4,13 300 2,07 1,5 1 1 1 1
Gangga Genggelang 100 107 17816,6 150 3,39 300 1,70 1,5 1 1 1 1
Rempek 100 159 17564,3 150 5,39 300 2,70 1,5 1 2 2 2
Sambik 100 131 150 4,41 300 2,21 1,5 1 1 1 1
Bangkol 15047,7
TOTAL 586 3158,28 - 100819,5 - 10,53 6,00 16 31 46

Sumber : Hasil Perhitungan


BAB VIII

PERENCANAAN TPS DAN TPS 3R

8.1. Desain TPS


Terdapat 6 buah TPS di Kecamatan Bentek. Masing- masing TPS direncanakan
terdapat kontainer dengan kapasitas 500 m3.
Perencanaan lahan TPS adalah: Direncanakan tinggi sampah di kontainer adala 1 m.
Direncanakan lahan panjang kontainer adalah 7 m sedangkan lebar lahan kontainer adalah 3
m.Untuk mempermudah ruang gerak petugas sortir, maka masing-masing panjang dan lebar
ditambah dengan 10 m.
 p = 7 m + 3 m = 10 m
 l = 10 m + 10 m = 20 m
 Luas 1 kontainer = p x l = 20 m x 20 m = 200 m2
 Luas 2 kontainer = 2 x Luas 1 kontainer
= 2 x 200 m2
= 400 m2
Luas lahan untuk satu kontainer adalah 200 m2, sedangkan luas lahan untuk dua
kontainer adalah 124m2. Dapat disimpulkan bahwa TPS yang direncanakan adalah TPS
Tipe 2 (60 – 200 m2).
Mass balance total sampah per kelurahan dapat dilihat pada Tabel 8.1
Tabel 8.1 Mass Balance Total Sampah per Kelurahan
Berat Berat Berat Total TPS TPS3R TPA Jumlah
Jumlah Timbulan Timbulan Timbulan
Penduduk Total KK Sampah RT Sampah SRT Sampah
Terlayani Terlayani Terlayani Terlayani Produk Residu Produk Residu Landfill Produk Residu Total
(kg/hari) (kg/hari) (kg/2 hari)
43080 8615 5174,7 559,0 11467,4 11467,4 9184,5 2282,9 2282,9 9184,5 2282,9 11467,4

88712 17742,4 7297,6 619,8 15834,8 15834,8 9184,5 6650,3 6650,3 9184,5 6650,3 15834,8

57473 11494,6 7566,3 508,7 16150,1 16150,1 9184,5 6965,6 6965,6 9184,5 6965,6 16150,1

56659 11331,8 14527,3 809,2 30673,0 30673,0 9184,5 21488,5 21488,5 9184,5 21488,5 30673,0

48541 9708,2 8308,5 661,6 17940,3 17940,3 9184,5 8755,9 8755,9 9184,5 8755,9 17940,3

Sumber: Hasil Perhitungan

Penentuan jumlah TPS per kelurahan dapat dilihat pada Tabel 8.2

Persen
Pelayanan Penduduk KK JUMLAH TPS JENIS TPS
NO KELURAHAN
Tahun
2032 2020 2032 2020 2032 2020 2029 TPS BIASA (TPS I) TPS 3R TPST
1 Bentek 100% 14656 43075 8615 10680 0 2 1 1
2 Gondang 100% 30184 88712 17742 19599 0 1 1
3 Genggelang 100% 19555 57473 11495 16842 0 1 1
4 Rempek 100% 19278 56659 11332 13137 2 2 1 1
5 Sambik Bangkol 100% 16516 48541 9708 10514 3 3 2 1
TOTAL 108962 193862 14656 85811 7 10 8 5
8.2 Desain TPS 3R

Dalam perencanaan penanganan sampah Kecamatan Gangga ini direncanakan


jumlah TPS 3R Kecamatan Gangga terdapat tiga, dimana TPS 3R tersebut terletak di
Kelurahan Bentek, Gondang, dan Sambik bangkol. TPS 3R tersebut merupakan
pengembangan TPS yang telah dibangun sebelumnya. Lokasi TPS 3R dipilih berdasarkan
kepadatan penduduk tinggi di kelurahan terpilih dan lokasinya sangat jauh dari TPA.
Adapun lahan TPS 3R sendiri dibagi menjadi lahan penerimaan sampah, lahan pemilahan
sampah, gudang, dan kantor. Lahan pemilahan sampah dibagi menjadi lahan sortir dan
konveyor, lahan penempatan keranjang pemilahan, dan lahan sampah residu.
Pada perencanaan desain TPS 3R ini sampah yang dapat dikomposkan (sampah
organik dan sampah kayu) langsung dibuang ke TPA. Hal ini dikarenakan di TPS 3R tidak
disediakan lahan pengomposan karena keterbatasan lahan. Berikut ini adalah perhitungan
mass balance sampah yang masuk ke TPS 3R Bentek Tabel 8.3 memuat mass balance
sampah di TPS 3R Kelurahan Bentek.
Tabel 8.3 Mass Balance sampah di TPS 3R Kelurahan Bentek

Mass Balance TPS3R Bentek


Satuan (m3/hari) (kg/hari)
Jumlah Sampah Masuk : 6,44 9184,46

Mass Balance TPS3R


Bentek
Berat Densitas Volume Residu
Komposisi Komposis Recovery Produk Produk Residu Residu
Sampah Sampah Sampah ke TPA
Sampah i (%) Factor (Kg/hari (m3/hari) (Kg/hari (m3/hari)
masuk Lepas masuk (Kg/hari)
(%) ) )
(kg/hari) (Kg/m3) (m3/hari)
Sampah Makanan 60,00% 5510,7 150 36,7 80,0% 4408,5 29,390 1102,1 7,35 1102,1
Plastik 12,00% 1102,1 150 7,3 50,0% 551,1 3,674 551,1 3,67 551,1
Kertas 9,00% 826,6 150 5,5 40,0% 330,6 2,204 496,0 3,31 496,0
Taman 8,00% 734,8 150 4,9 80,0% 587,8 3,919 147,0 0,98 147,0
Kayu 2,00% 183,7 150 1,2 0,0% 0,0 0,000 183,7 1,22 183,7
Kaca 2,00% 183,7 150 1,2 70,0% 128,6 0,857 55,1 0,37 55,1
Kain 2,00% 183,7 150 1,2 0,0% 0,0 0,000 183,7 1,22 183,7
Logam 1,00% 91,8 150 0,6 80,0% 73,5 0,490 18,4 0,12 18,4
Karet 1,00% 91,8 150 0,6 0,0% 0,0 0,000 91,8 0,61 91,8
Lain-Lain 3,00% 275,5 150 1,8 0,0% 0,0 0,000 275,5 1,84 275,5
Jumlah 9184,5 61,2 400% 6080,1 40,5 3104,3 20,70 3104,3
Total Sampah 9184,5
Berikut ini adalah perencanaan TPS 3R yang ada di Kelurahan Bentek.
 Volume timbulan sampah = 9184,5 kg / hari
 Densitas sampah lepas = 150 kg/m3
 Timbulan sampah yang diolah= 9184,5 kg /hari / 150 kg/m3 = 61,23 m3/hari

 Berat komponen sampah :


Organik (60,00%) : 5510,7 kg/hari
Plastik (12,00%) : 1102,1 kg/hari
Kertas (9,00%) : 826,6 kg/hari
Taman (8,00%) : 734,8 kg/hari
Kayu (2,00%) : 183,7 kg/hari
Kaca (2,00%) : 183,7 kg/hari
Kain (2,00%) : 183,7 kg/hari
Logam (1,00%) : 91,8 kg/hari
Karet (1,00%) : 91,8 kg/hari
Lain-Lain (3,00%) : 275,5 kg/hari
Dari setiap kompoenen tersebut selanjutnya ditentukan faktor recovery sampah,
dimana pada perencanaan ini faktor recovery mengacu pada literatur Tchobanoglous.
Tabel 8.4 berikut memuat faktor recovery yang digunakan dalam perencanaan ini.
Tabel 8.4 Faktor Recovery Setiap Komposisi Sampah

Komponen Factor Recovery (%)


Organik Range Used
Bahan 50-80 75
Makanan
Kertas 40-60 50
Karton 25-40 30
Plastik 30-70 50
Kayu 50-80 65
Tekstil 0 0
Karet 0 0
Kulit 0 0
Sampah taman 0 0
Kayu 0 0
Anorganik
Kaca 50-80 65
Kaleng 70-85 80
Logam 85-95 90
lainnya 0 0
Kotoran, debu 0 0
dll
Sumber: Hasil Perhitungan
Pada perencanaan TPS 3R ini sampah yang dapat dikomposkan seperti sampah organik dan
sampah kayu tidak diolah menjadi kompos melainkan langsung dibuang ke TPA karena di TPS
3R ini tidak dibangun lahan untuk pengomposan.
8.2.1. Disain TPS 3R Bentek
1. Lahan Penerimaan Sampah
Sampah yang masuk pada TPS 3R akan dipilah berdasarkan jenis sampah, antara lain
sampah kertas, plastik, logam, dan kaca. Disediakan empat keranjang sampah untuk
memisahkan jenis sampah tersebut sebagai berikut :
a. Keranjang I untuk sampah kertas
b. Keranjang II untuk sampah plastik
c. Keranjang III untuk sampah logam
d. Keranjang IV untuk sampah kaca
 Volume timbulan sampah yang masuk TPS 3R = 40,5 m3/ hari
 Tinggi maksimum timbulan sampah = 1,4 m
 Luas lahan penerimaan
= Volume sampah yang masuk / tinggi timbulan sampah
= 40,5 m3/hari / 1,4 m
= 28,93 m2.
 Direncanakan perbandingan panjang:lebar adalah 2:1 A
=pxl
28,93 m2 = 2,2 x 2
l = 4,4 m
p = 13 m
Untuk mempermudah ruang gerak petugas sortir, maka masing-masing
panjang dan lebar ditambah dengan 1 m.
 p = 13 m + 1 m = 14 m
 l = 4,4 m + 1 m = 5,5 m
 Luas = p x l = 14 m x 5,5 m = 77 m2
2. Lahan Pemilahan Sampah
Lahan pemilahan sampah terdiri dari lahan sortir dan konveyor, lahan penempatan
keranjang pemilahan, dan lahan sampah residu yang masing- masing akan direncanakan
sebagai berikut :
a. Lahan sortir dan konveyor
Merupakan tempat pemilahan sampah.
 Volume total sampah = 40,5 m3/hari
 Kecepatan pemilahan = 0,6jam/orang.m3
 Lama pemilahan =berat sampah x kecepatan pemilahan
= 40,5 m3/hari x 0,6 jam/orang.m3
= 24,3 jam/orang.hari
 Jam kerja = 7 jam/hari
 Jumlah pekerja = lama pemilahan / jam kerja
= 24,3 jam/org.hari / 7 jam/hari
= 2,9 orang = 3 orang
 Panjang tiap konveyor = 1,4m/orang
 Panjang konveyor total= jumlah pekerja x panjang konveyor tiap orang
= 3 x 1,5 m
= 4,2 m
 Lebar konveyor = 2,2 m
 Luas konveyor = 4,2 m x 2,2 m = 9,24m2
b. Lahan penempatan keranjang pemilahan
Ada empat keranjang dalam TPS 3R antara lain :
a. Keranjang I untuk sampah kertas
b. Keranjang II untuk sampah plastik
c. Keranjang III untuk sampah logam
d. Keranjang IV untuk sampah kaca
Pemilahan dilakukan mengelilingi posisi dari masing – masing pekerja. Berikut
ini adalah perencanaan lahan untuk penempatan keranjang pemilahan
 Jumlah keranjang = 4 jenis /orang
 Jumlah pekerja = 6 orang
 Jumlah keranjang total = jumlah keranjang x jumlah pekerja
= 4 jenis /orang x 6 orang
= 24 jenis
 Luas per keranjang = 1 m2/buah
 Luas tempat keranjang = luas per keranjang x jumlah
keranjang
= 1 m2/buah x 24 jenis
= 24 m2
 Lebar lahan =2m
Panjang lahan = Luas tempat keranjang / lebar lahan
= 24 m2 / 2 m
= 12 m
Total lahan yang dibutuhkan adalah luas lahan sortir dan konveyor ditambah luas lahan

penempatan keranjang pemilahan 44,9 m2.


3. Lahan Sampah Residu
Residu akan diangkut menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) menggunakan kontainer.
Lahan residu disediakan untuk meletakkan kontainer yang berisi sampah residu yang siap
diangkut ke TPA. Perhitungan lahan sampah residu sebagai berikut :
 Volume sampah residu

1. Sampah organik = 1102,1 kg/hari = 7,35 m3/hari


2. Plastik = 551,1 kg/hari = 3,67 m3/hari
3. Kertas = 496,0 kg/hari = 3,31 m3/hari
4. Taman = 147,0 kg/hari = 0,98 m3/hari
5. Kayu = 183,7 kg/hari = 1,2 m3/hari
6. Kaca = 55,1 kg/hari = 0,4 m3/hari
7. Kain = 183,7 kg/hari = 1,2 m3/hari
8. Logam = 18,4 kg/hari = 0,1 m3/hari
9. Karet = 91,8 kg/hari = 0,6 m3/hari
10. Lain-Lain = 275,5 kg/hari = 1,8 m3/hari
 Total residu yang diangkut ke TPA = 20,7 m3/hari
 Tinggi maksimum timbunan =1m
 Luas lahan sampah residu = volume/tinggi
= 20,7 m3/1 m
= 20,7 m2
 Direncanakan perbandingan panjang:lebar adalah 2:1 A
= pxl
20,7 m2 =2l x l
l = 3,2 m
p = 6,4 m
Panjang dan lebar maisng-masing ditambah 1 m untuk mempermudah ruang
gerak petugas.
 Panjang = 6,4 m + 1 m = 7,4 m
 Lebar = 3,2 m +1 m = 4,2 m
 Luas = 7,4 m x 4,2 m = 31,08 m2 Total
lahan yang dibutuhkan adalah 31,08 m2.
4. Gudang Penyimpanan Sampah Kering
Gudang penyimpanan sampah kering dibuat untuk menyimpan sampah kering yang telah
dipilah (kertas, plastik, logam, dan gelas) dan dikemas yang siap untuk dijual sebagai daur
ulang

ke pengepul. Penyimpanan barang dilakukan maksimal dalam tiga hari untuk menjaga
kerapian gudang. Berikut ini adalah perhitungan gudang penyimpanan sampah kering pada
TPS 3R :
 Volume sampah = kertas + plastik + logam + gelas
= 7,52 m3/hari
 Lama penyimpanan tiga hari.
 Volume sampah tiga hari = 3 hari x 7,52 m3/hari
= 22,56 m3
 Tinggi tumpukan sampah 1 m
 Luas gudang = volume / tinggi tumpukan
= 22,56 m3 / 1 m
= 22,56 m2
 Direncanakan panjang gudang dua kali lebar gudang, maka A
=pxl
22,56 m2 = 2l x l
l = 3,4 m

p = 6,8 m
Panjang dan lebar gudang ditambah 1 m untuk memudahan petugas dalam
melakukan penyortiran dan pengemasan.
 Panjang = 3,4 m + 1 m = 4,4 m
 Lebar = 6,8 m + 1 m = 7,8 m
 Luas = 4,4 m x 7,8 m = 34,32 m2
5. Gudang Peralatan
Pembangunan gudang peralatan ini berfungsi untuk menyimpan semua peralatan yang
digunakan dalam pengelolaan sampah di TPS 3R seperti sekop, sarung tangan, karung, sepatu
boat, dan lain-lain. Luas gudang perencanaan direncanakan 42 m2 dengan dimensi 3 m x 3 m.
6. Ruang Kantor
Pembangunan ruang kantor ini berfungsi untuk menyimpan berkas-berkas administrasi, catatan
bahan baku, dan lain-lain. Direncanakan luas kantor 12 m2 dengan ukuran 4 m x 3m.
7. Pos Jaga
Pos jaga ini nantinya akan dibangun di dekat parkiran, fungsinya adalah sebagai tempat petugas
keamanan.Direncanakan luas pos jaga ini adalah 4,6 m2 dengan ukuran 3 m x 1,5 m.
8. Lahan Parkir
Lahan parkiran ini nantinya akan dibangun di dekat pos jaga, fungsinya adalah sebagai tempat
parkir. Direncanakan luas lahan parkir ini adalah 20 m2 dengan ukuran 5 m x 4 m.
9. Lahan Proses Pengomposan
Dalam pembangunan lahan pengomposan diperlukan lahan-lahan lain yang menunjang proses
pengolahan sampah menjadi kompos. Lahan-lahan tersebut antara lain lahan penampungan,
lahan pencacahan, lahan pengomposan, lahan pengayakan, dan gudang penyimpanan kompos
jadi. Lahan ini disesuaikan dengan lahan yang ada.
a. Lahan Penampungan

Merupakan tempat penampungan sampah setelah mengalami proses pemilahan


di konveyor.
 Volume sampah yang dapat dikomposkan
Sampah organik (68%) + Sampah Taman (8%)
= 3,93+ 4,9
= 8,83 m3/hari
 Jam kerja = 7 jam/hari
 Volume per jam = 8,83 m3/hari / 7 jam/hari = 1,26 m3/jam
 Waktu maksimum penimbunan adalah 3 jam, sehingga volume sampah yang
dikomposkan tiap satu kali pengomposan adalah sebagai berikut:
 Volume = 5,94 m3/jam x 3 jam= 17,82 m3/3 jam
 Direncanakan tinggi timbunan adalah 1 m.
 Luas = Volume timbunan / tinggi timbunan
= 17,82 m3/ 1
= 17,82 m2
Direncanakan panjang lahan penampungan adalah dua kali
lebarlahan penampungan, maka
 A =pxl
 17,82 m2 = 2l x l
 l =3m
 p =6m
 Seperti halnya lahan sortir, gudang, lahan penampungan ini ditambahkan
panjang dan lebar masing-masing 1 m untuk memudahkan petugas dalam
melakukan pengangkutan.
 Panjang =6m+1m = 7m
 Lebar =3m+1m =4m
 Luas =7mx4m = 28 m2
b. Lahan Pencacahan
Sampah dicacah menggunakan crasher Tipe III dengan kapasitas 500 kg
dalam satu jam, dan memerlukan dua liter solar per jam.
 Berat sampah yang dikomposkan = 221,84 kg/ hari
 Frekuensi pencacahan = 221,84 kg/hari /300 kg
= 7,3 ~ 8 kali
Untuk mendapatkan ukuran yang lebih kecil, pencacahan perlu dilakukan dua
kali sehingga pencacah beroperasi 26 kali. Untuk lebih menghemat waktu dan
mengantisipasi adanya kerusakan, maka alat pencacah direncanakan terdapat 2
unit, sehingga pencacah beroperasi sebanyak 2 kali. Crasher dapat memotong
sampah sampai dengan ukuran dua sampai tiga sentimeter. Sehingga dengan
dilakukan dua kali pencacahan hasil yang didapatkan akan lebih halus dan dapat
mempermudah proses komposting. Komposting dilakukan setiap hari selama
satu bulan. Berikut ini adalah perhitungan luas lahan pencacahan :
 Panjang alat =2m
 Lebar alat = 0,6 m
 Jarak di sekeliling alat = 0,50 m
Lahan yang dibutuhkan untuk pencacahan ini adalah :
 Panjang = 2 m + 1 m + (2 x 0,50) m =4m
 Lebar = 0,60 m + 1 m + (2 x 0,50) m = 2,6 m
 Luas = 4 m x 2,60 m = 10,4
m2
 Karena ada 2 unit pencacah maka luas yang dibutuhkan menjadi 20,8 m2

Gambar 8.1 Berikut merupakan gambar mesin pencacah yang


digunakan dalam proses komposting.

Gambar 8.1 Mesin Pencacah Tipe III


Berdasarkan pengamatan di lapangan setelah proses pencacahan biasanya
volume sampah turun 50%-60%. Untuk beratnya tergantung kondisi
sampahnya, jika sampahnya sayur segar atau organik yang basah
biasanya ada kemungkinan mengalami sedikit kenaikan berat karena airnya
keluar.
c. Lahan Pengomposan
 Volume sampah yang dikomposkan = 3,93 m3/hari

 Volume sampah setelah dicacah = 3,93 m3/hari – (68 % x


3,93m3/hari)
= 1,25 m3/hari
Karena bentuknya hampir mirip dengan piramida maka dalam penghitungan
dimensi tempat pengomposan menggunakan rumus volume piramida.
Direncanakan terdapat 5 tumpukan sampah per hari. Satu tumpukan
direncanakan menampung sampah sebesar 4,16 m3.
 Volume kompos = 1/3 x luas alas x tinggi
 Direncanakan tinggi timbunan = 1,5 m
 Luas lahan = (volume timbulan x 3) / tinggi
= ( 4,16 m3/hari x 3) / 1,5 m
= 8,32 m2
Direncanakan panjang lahan pengomposanadalah dua kali
lebarlahan pengomposan, maka
 A =pxl
 8,32 m2 = 2l x l
 l = 2,1 m
 p = 4,2 m
Pada perencanaan ini direncanakan jumlah bagian lahan pengomposan adalah
10 m3 (karena ada 5 tumpukan setiap timbulan sampah per harinya, maka total
jumlah tumpukan adalah 50). Hal ini dikarenakan waktu minimal yang
dibutuhkan untuk pematangan kompos adalah 21 hari. Sehingga dibutuhkan
cadangan lahan tumpukan kompos sebagai antisipasi jika ada kompos yang
belum matang.
Kemudian dihitung landasan atau bak yang digunakan untuk pengomposan
tiap tumpuknya.
 Panjang landasan = 4,2 m + 0,3 m = 4,5 m
 Lebar landasan = 2,1 m + 0,3 m = 2,4 m
 Tinggi landasan = 0,1 cm
 Total lahan yang dibutuhkan = 4,5 m x 2,4 m x 50 = 540 m2
Agar lindi yang dihasilkan sampah bisa mengalir, maka diantara landasan
direncanakan ada parit dengan dimensi (Christanto dkk, 2005) sebagai berikut :
 Panjang parit = panjang landasan = 6,1 m
 Lebar parit = 0,1 cm
 Tinggi parit = 0,1 cm
 Total Luas Parit = 6,1 m x 0,1 m x 150 = 91,5 m2 Gambar

8.2 berikut memuat gambar tempat pengomposan yang akan


digunakan dalam perencanaan ini

Gambar 8.2 Tempat Pengomposan


d. Lahan Pengayakan
Tempat ini digunakan untuk mengayak kompos dari tempat pengomposan dan
pematangan yang telah dilakukan. Lahan yang digunakan bergabung dengan
lahan pengemasan dengan ukuran panjang 8 m dan lebar 4 m sehingga luasnya
32 m2.
e. Gudang Penyimpanan Kompos
Sebelum menghitung luas lahan untuk penyimpanan kompos, terlebih
dahulu dihitung jumlah produk kompos. Berdasarkan rumus molekul sampah
organik yaitu C60,0 H94.,3 O37,8N (Tchobanoglous, Vigil dan Thiesen, 1993),
didapatkan prosentase tiap komponen seperti yang ada pada Tabel 8.5.
Contoh perhitungan:
 Komponen = Karbon
 Jumlah Atom Per Mol = 60,0
 Berat Atom = 12
 Berat Kontribusi Tiap Elemen = 60,0 x 12 = 720
 Persentase (%) =Berat Kontribusi Tiap Elemen / Berat Kontribusi Total
= (720/1.436,3) x 100% = 50,13 %

Tabel 8.5 Prosentase Komponen Molekul Sampah

Jumlah Berat
Ber Kontrib Persent
Kompon Atom
at usi ase
en Per Ato Tiap (%)
Mol m Elemen
Karbon 60 12 720 50,1
3
Hidroge 94,3 1 94,3 6,57
n
Oksige 37,8 16 604,8 42,1
n 1
Nitroge 1 14 14 0,97
n
Sulfur 0,1 32 3,2 0,22
Jumlah - - 1.436, 100
30
Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil (1993)

Dengan data di atas akan diperhitungkan untuk hasil produk kompos


berdasarkan hasi analisis sampah organik di laboratorium dan asumsi
(Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil, 1993):
 Kadar air dalam fraksi organik sampah = 34,84 %
 Volatile Solid (VS) = 98,72 % x Total Solid
(TS)
 Biodegradable Volatile Solid (BVS) = 60 % x VS
 Koefisien Konversi BVS yang diinginkan = 95 %
 Berat sampah organik yang akan dikomposkan = 6245,5 kg/hari
 TS = (100% - Kadar air) x 6245,5 kg/hari
= (100% - 34,84%) x 6245,5 kg/hari = 4069,57 kg/hari
 VS = 98,72% x 4069,57 kg/hari = 4017,48 kg/hari
Perhitungan Mass Balance untuk setiap komponen sehingga
menjadi produk kompos yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 8.6.
Contoh perhitungan:
 Komponen = Karbon
Persentase = 50,13 %
VS karbon = 50,13% x VS
VS karbon = 50,13 % x 4017,48 kg/hari = 2013,96
kg/hari
 BVS = 60 % x 2013,96 kg/hari = 1208,38
kg/hari
 Berat akhir dengan koefisien konversi= 95% x 1208,38 kg/hari
= 1147,96 kg/hari

Tabel 8.6 Perhitungan Mass Balance

Berat
VS Per Akhir
Persentase Dengan
Kompone Kompone BVS
(%) Koefisien
n n (kg) (kg)
Konversi
(kg)
Karbon 50,13 2013,96 1208,38 1147,96
Hidrogen 6,57 263,95 158,37 150,45
Oksigen 42,11 1691,76 1015,06 964,30
Nitrogen 0,97 38,97 23,38 22,21
Sulfur 0,22 8,84 5,30 5,04
Jumlah 100 4017,48 2410,49 2289,96
Sumber: Hasil Perhitungan
Sehingga diketahui produk kompos yang dihasilkan sebesar 2289,96 kg/hari.
 Volume kompos = 2289,96 kg/hari / 150 kg/m3= 15,26 m3/hari Menurut
Yuwono (2005), volume bahan kompos akan akan menyusut
menjadi 50 % dari asalnya.
 Volume kompos = 50 % x 15,26 m3/hari
= 7,63 m3/hari
 Waktu penyimpanan = 7 hari
 Volume dalam tujuh hari = 7,63 m3/hari x 7 hari = 53,43 m3
 tinggi tumpukan = 1,50 m
 Luas gudang = Volume dalam tujuh hari/ tinggi
tumpukan
= 53,43 m3/ 1,50 m
= 35,62 m2
 Panjang = 10 m
 Lebar = 3,6 m
Untuk memudahkan petugas untuk keluar masuk maka ditambahkan
space walk 1m pada lebar dan panjangnya.

 Panjang = 10 m + 1 m = 11 m
 Lebar = 3,6 m + 1 m = 4,6 m
 Luas = 11 m x 4,6 m = 50,6 m2

b. Perhitungan Kualitas Lindi


Pada setiap kotak tumpukan kompos, dibuat saluran penyalur lindi dengan
lebar 5 cm dan tinggi 5 cm, dimana untuk mengatasi lindi yang dihasilkan,
diperlukan kolam penampungan lindi. Nantinya lindi yang dihasilkan juga akan
digunakan untuk menyiram tumpukan sampah yang akan diolah menjadi
kompos baik sebagai stater ataupun untuk menjaga kelembaban kompos.
 Kadar air sampah = 55 %
 Kadar air kompos = 45 % (Tchobanoglous, 1193)
 Volume sampah yang telah dicacah = 20,8 m3/hari
 Densitas sampah = 150 kg/ m3
 Berat sampah = volume sampah x densitas
sampah
= 20,8 m3/hari x 150 kg/ m3
= 3120 kg/hari= 3,12 ton/hari
 Kandungan air lindi = 1164,66 kg/hari x (55 % - 45%)
= 1164,66 kg/hari
 Berat jenis = 1000,98 kg/m3 (Souza,2014)
 Volume lindi = berat lindi / berat jenis
= 1164,66 kg/hari / 1000,98
kg/m3
= 3,45 m3/hari
 Direncanakan lama penampungan lindi dalam 30 hari, sehingga Volume
bak penampung lindi = 30 x 0,116351 m3/hari

= 3,45m3

Direncanakan tinggi bak = 1,5 m


Luas bak = Volume bak / tinggi bak
= 3,45 m3/ 1,5 m
= 2,3 m2
Panjang bak = 2,3m
Lebar bak = 2,3 m
Luas = panjang x lebar
= 2,3 m x 2,3 m
= 5,29 m2

c. Pengemasan Kompos
Dalam perencanaan ini direncanakan lahan untuk pengemasan kompos
adalah seluas 32 m2, dengan rincian sebagai berikut :
 Panjang =8m
 Lebar =4m
 Luas =8mx4m = 32 m2
Dari perhitungan yang telah dilakukan maka lahan yang dibutuhkan untuk
pembangunan TPS 3R adalah sebagai berikut :
 Lahan penerimaan = 28 m2
 Lahan Pemilahan
- Lahan Sortir dan konveyor = 13,5 m²
- Lahan Penempatan Keranjang = 24 m²
 Lahan Sampah Residu = 31,08 m2
 Gudang Sampah Kering = 34,32 m2
 Gudang Peralatan = 9 m2
 Ruang Kantor = 20 m2
 Pos jaga = 4 m2
 Lahan Parkir = 20 m2
 Lahan Proses Pengomposan
- Lahan Penampungan = 28 m2
- Lahan Pencacahan = 20,8 m2
- Lahan Pengomposan = 540 m2
- Lahan parit lindi = 91,5 m2
- Lahan Pengayakan = 32 m2
BAB IX
PENGANGKUTAN SAMPAH

9.1. Pengangkutan Sampah dengan Sistem HCS


Pada tipe pengangkutan HCS tipe 2 tidak dihitung nilai dbc (waktu antar lokasi TPS).
Sehingga tipe pengangkutan ini lebih efisien untuk diterapkan dalam perencanaan ini. Hal ini
dikarenakan setiap pengangkutan sampah, truk pengangkut akan langsung menuju ke TPA
(dari TPS langsung ke TPA, sehingga jarak antar TPS tidak diperhitungkan). Gambar 9.1
merupakan bagan pengangkutan sampah tipe HCS 2.

Gambar 9.1 Pengangkutan Sampah Tipe HCS 2


TPS dan TPS 3R dengan sistem ini mempunyai masing-masing 4 kontainer per dua hari (2
kontainer per hari). Jika dalam setiap trip jumlah kontainer yang diangkut adalah satu
kontainer, maka jumlah trip dalam setiap harinya adalah 10 trip (dimana letak pool adalah di
TPA).
Sebelum melakukan perhitungan, maka ditentukan terlebih dahulu konstanta a dan b yang
akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya. Berikut ini adalah perhitungan HCS yang
akan dilakukan :
 Penentuan konstanta a dan b
Dalam penentuan konstanta a dan b maka diperlukan data-data waktu
pengangkutan dan jarak pengangkutan per trip. Untuk memperoleh jarak per trip
maka dilakukan pengukuran manual dari peta daerah pelayanan sesuai dengan
pengangkutan yang direncanakan. Sedangkan waktu pengangkutan diperoleh dari
data jarak pengangkutan dan kecepatan rata-rata pengangkutan. Sehingga pada
pengangkutan ini direncanakan kecepatan rata-rata truk pengangkut adalah 32
km/jam.
Tabel 9.1 berikut memuat hasil perhitungan jarak dari TPS3R ke masing- masing TPS.
Tabel 9.1 Jarak dari TPS 3R ke Masing-Masing TPS.
Jarak TPS 3R ke-
(km)
TPS 1 2,65
TPS 2 5,55
TPS 3 5,84
TPS 4 6,5
TPS 5 2,5
TPS 6 1,1
Tabel 9.2 berikut memuat hasil perhitungan jarak dan waktu yang
dibutuhkan dalam setiap trip.
Tabel 9.2 Jarak dan Waktu yang Dibutuhkan dalam Setiap Trip
Pengagkutan HCS
Hauled Pick
kecepatan
Jarak time up
Kecamatan Jalur t (jam)
rata-rata
Km (h) Time
(km/jam)
(jam) (P)
(menit
)
Gangga Pool - TPS 4 2,5 40 0,063 0,14 40
TPS 4 - TPS 3R 3 6,6 40 0,165 0,17 40
TPS3R 3 - TPS 1 -TPS 5,3 40 0,133 0,13 40
3R 3
TPS3R 3 - TPS 2 -TPS 10,5 40 0,263 0,26 40
3R 1
TPS3R 1 - TPS 3 -TPS 11,7 40 0,293 0,29 40
3R 1
TPS 3R 1 - TPS 5 -TPS 9,95 40 0,249 0,25 40
SISTEM
3R 2
KONTAIN TPS 3R 2 - TPS 6 -TPS 2,5 40 0,063 0,06 40
3R 2
ER TPS 3R 2 – POOL 9 40 0,225 0,23 40
BERPIND Total 58,05 0,288 1,39 280
AH Rata-rata 0,14375 0,20 40,00
Waktu Pengumpulan (menit) 83,81
Nd (trip/hari) 4,66
Jumlah Amroll truk 2
Sumber: Hasil Perhitungan
Dari perhitungan tersebut waktu pool- TPS 4 merupakan t1, dimana nilai t1 tersebut
sama dengan waktu TPS 4 -pool. Selanjutnya dari data tersebut dibuat grafik linear
untuk mendapatkan nilai a dan b, dimana pada grafik linear sumbu x diwakili oleh jarak
dalam setiap trip dan sumbu y diwakili oleh waktu dalam setiap tripnya. Gambar 9.2
memuat grafik penentuan konstanta a dan b dalam sistem HCS

Penentuan Konstanta a dan b


0,4 y = 0,025x
R² = 1
0,35
0,3
Waktu (Jam/Trip)

0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0246810121416
Jarak/Trip (km/Trip)

Gambar 9.2 Grafik Penentuan Konstanta a dan b dalam sistem HCS


Berdasarkan grafik tersebut didapatkan persamaan linier :
y = 0,025 x
a = 0 jam/trip
b = 0,025 jam/km
x = jarak pool-TPS 5-pool
= 2 x 2,5 km
= 5 km
Sehingga nilai h adalah
h = a+bx
= (0,025 x 5) = 0,125 jam/trip

Perhitungan PHCS
PHCS merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi berikutnya
setelah meletakkan kontainer kosong di lokasi sebelumnya. Rumus PHCS
adalah:
PHCS = pc + uc + dbc
Dimana :
pc : waktu mengambil kontainer penuh (jam/trip)
uc : waktu meletakkan kontainer kosong (jam/trip)
dbc : waktu antar lokasi (jam/trip)
Maka :
pc + uc = 0,144 jam/trip (rata-rata waktu yang dibutuhkan,
tabel 9.2)
dbc = 0 jam/trip (karena tidak ada pengembalian
kontainer kosong ke TPS semula sehingga tidak ada
waktu yang diperlukan antar TPS)
PHCS = pc + uc + dbc
= 0,144 jam/trip + 0 jam/trip
= 0,144 jam/trip

Perhitungan THCS
THCS merupakan waktu pengangkutan per trip. Perhitungannya dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
THCS = PHCS + s + a + bx
Dimana :
s = waktu yang digunakan untuk menunggu dilokasi per trip untuk
HCS, jam/trip.
s = 15 menit = 0,25 jam/trip
Maka :
THCS= PHCS + s + a + bx

= 0,144 jam/trip + 0,25 jam/trip + 0,125 jam/trip


= 0,519 jam/trip

Perhitungan jumlah trip per hari
Rumus yang akan digunakan pada perhitungan ini adalah :
Nd = [H(1-W)-(t1+t2)]/THCS
Dimana :
Nd = jumlah trip per hari
H = waktu kerja per hari, jam/hari
W = faktor off-route, dinyatakan dalam fraksi
t1 = dari garasi ke lokasi pertama
t2 = dari lokasi terakhir ke garasi
Jika diasumsikan :
 W = 0,15
 H = 7 jam/hari
t1 = (jarak pool ke lokasi pertama)/(kecepatan)
= 0,063 jam
t2 = (jarak lokasi terakhir ke pool)/(kecepatan)
= 0,225 jam
Maka : Nd = [H(1-W)-(t1+t2)]/THCS
= [7(1-0,15) - (0,063 + 0,225)]/0,519
Nd = 4,66 ~ 5 trip/hari

Perhitungan jumlah truk yang dibutuhkan
Dalam pengangkutan sistem HCS ini terdapat 12 trip pengangkutan per
hari yang berasal dari 6 TPS (setiap TPS memiliki 2 kontainer) dari berbagai
kelurahan dalam Kecamatan Semampir. Jumlah truk yang diperlukan setiap
harinya adalah :
Jumlah truk yang dibutuhkan = (12 trip/hari) / (5 trip/hari)
= 2,4 ~ 3 truk
Direncanakan 3 truk tersebut akan digunakan secara bergantian setelah
mengangkut sampah dari suatu TPS dan membongkarnya di TPA, lalu
menuju ke TPS berikutnya, begitu seterusnya. Agar pembagian kerja tiap truk
seimbang maka jumlah trip masing-masing truk dibuat sama yaitu 5 trip/hari.
Truk yang digunakan adalah dump truk dengan kapasitas 10 m3 . Kebutuhan
personil untuk 1 truk adalah 2 personil yang akan bergantian menjadi supir.
Dari hasil perhitungan diatas, maka tabel 9.3 berikut memuat rute
pengangkutan sampah dalam setiap harinya.
Tabel 9.3 Rute Pengangkutan Sampah Sistem HCS per Hari

No. Truk Nama Sopir Lokasi TPS Nama TPS Rute Trip
Pool-TPS 4
Bentek TPS 4
TPS 4-TPS 3R 3-TPS 1
Gondang TPS 1 TPS 1 -TPS 3R 3-TPS 2
TPS 2 TPS 2-TPS 3R 1-TPS 3
1 Arya Genggelang
TPS 3 TPS 3-TPS 3R 1-TPS 5
Rempek TPS 5 TPS 5-TPS 3R 2-TPS 6
TPS 6-TPS 3R 2-TPS 4
Sambik TPS 6
Bangkol TPS 4- Pool
Pool-TPS 4
Bentek TPS 4
TPS 4-TPS 3R 3-TPS 1
Gondang TPS 1 TPS 1 -TPS 3R 3-TPS 2
TPS 2 TPS 2-TPS 3R 1-TPS 3
2 Jono Genggelang
TPS 3 TPS 3-TPS 3R 1-TPS 5
Rempek TPS 5 TPS 5-TPS 3R 2-TPS 6
TPS 6-TPS 3R 2-TPS 4
Sambik TPS 6
Bangkol TPS 4- Pool
Pool-TPS 4
Bentek TPS 4
TPS 4-TPS 3R 3-TPS 1
Gondang TPS 1 TPS 1 -TPS 3R 3-TPS 2
TPS 2 TPS 2-TPS 3R 1-TPS 3
3 Damy Genggelang
TPS 3 TPS 3-TPS 3R 1-TPS 5
Rempek TPS 5 TPS 5-TPS 3R 2-TPS 6
TPS 6-TPS 3R 2-TPS 4
Sambik TPS 6
Bangkol TPS 4- Pool
Sumber: Hasil Perhitungan

Dalam perencanaan ini direncanakan pengangkutan sampah dari TPS ke TPST


dilakukan setiap hari (kecuali hari minggu). Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap
waktu angkut setiap truk. Tabel 9.4 berikut memuat hasil
perhitungan jarak dan waktu yang dibutuhkan dalam setiap trip pada truk 1 yang
dikendarai Arya.
Tabel 9.4 Jarak dan Waktu yang Dibutuhkan dalam Setiap Trip Truk 1
Jarak/Tri Kec.
Nam Waktu
Nama p Rata-rata
a Lokasi TPS Rute Trip (Jam/Trip
TPS (Km/Trip (Km/jam
Sopir )
) )
TPS Pool-TPS 4 2,5 40 0,0625
Bentek
4 TPS 4-TPS 3R 3-TPS 1 9,25 40 0,23125
TPS TPS 1 -TPS 3R 3-TPS
Gondang 7,15 40 0,17875
1 2
TPS
TPS 2-TPS 3R 1-TPS 3 11,8 40 0,295
Genggelang 2
Arya
TPS
TPS 3-TPS 3R 1-TPS 5 14,3 40 0,3575
3
TPS
Rempek TPS 5-TPS 3R 2-TPS 6 3,6 40 0,09
5
TPS TPS 6-TPS 3R 2-TPS 4 7,24 40 0,181
Sambik
6 TPS 4- Pool 2,5 40 0,0625
Bangkol
Total 58,34 - 1,4585
Rata-rata 7,2925 - 0,18231
Sumber: Hasil Perhitungan

Pada tabel tersebut angka a setelah nama TPS menyatakan bahwa pengambilan
sampah di TPS tersebut merupakan pengambilan pertama (karena di setiap TPS terdapat
2 kontainer). Dari perhitungan tersebut waktu pool- TPS 4 merupakan t1, dimana nilai t1
tersebut sama dengan waktu TPS 4 -pool. Selanjutnya dari data tersebut dibuat grafik
linear untuk mendapatkan nilai a dan b, dimana pada grafik linear sumbu x diwakili oleh
jarak dalam setiap trip dan sumbu y diwakili oleh waktu dalam setiap tripnya. Gambar
9.3 memuat grafik penentuan konstanta a dan b dalam sistem HCS
Penentuan Konstanta a dan
0,4 b y = 0,025x
R² = 1
0,3

0,2

0,1

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Jarak/Trip (km/Trip)
Waktu (Jam/Trip)

Gambar 9.3 Grafik Penentuan Konstanta a dan b dalam sistem HCS


Berdasarkan grafik tersebut didapatkan persamaan linier :
y = 0,025 x
a = 0 jam/trip
b = 0,025 jam/km
x = jarak pool-TPS 5-pool
= 2 x 2,5 km
= 5 km
Sehingga nilai h adalah
h = a+bx
= (0,025 x 5) = 0,125 jam/trip

Perhitungan PHCS
PHCS merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi berikutnya
setelah meletakkan kontainer kosong di lokasi sebelumnya. Rumus PHCS
adalah:
PHCS = pc + uc + dbc
Dimana :
pc : waktu mengambil kontainer penuh (jam/trip)
uc : waktu meletakkan kontainer kosong (jam/trip)
dbc : waktu antar lokasi (jam/trip)
Maka :
pc + uc = 0,144 jam/trip (rata-rata waktu yang dibutuhkan,
tabel 9.2)
dbc = 0 jam/trip (karena tidak ada pengembalian
kontainer kosong ke TPS semula sehingga tidak ada
waktu yang diperlukan antar TPS)
PHCS = pc + uc + dbc
= 0,144 jam/trip + 0 jam/trip
= 0,144 jam/trip

Perhitungan THCS
THCS merupakan waktu pengangkutan per trip. Perhitungannya dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
THCS = PHCS + s + a + bx
Dimana :
s = waktu yang digunakan untuk menunggu dilokasi per trip untuk
HCS, jam/trip.
s = 15 menit = 0,25 jam/trip
Maka :
THCS= PHCS + s + a + bx

= 0,144 jam/trip + 0,25 jam/trip + 0,125 jam/trip


= 0,519 jam/trip

Perhitungan jumlah trip per hari
Rumus yang akan digunakan pada perhitungan ini adalah :
Nd = [H(1-W)-(t1+t2)]/THCS
Dimana :
Nd = jumlah trip per hari
H = waktu kerja per hari, jam/hari
W = faktor off-route, dinyatakan dalam fraksi
t1 = dari garasi ke lokasi pertama
t2 = dari lokasi terakhir ke garasi
Jika diasumsikan :
 W = 0,15
 H = 7 jam/hari
t1 = (jarak pool ke lokasi pertama)/(kecepatan)
= 0,063 jam
t2 = (jarak lokasi terakhir ke pool)/(kecepatan)
= 0,225 jam
Maka : Nd = [H(1-W)-(t1+t2)]/THCS
= [7(1-0,15) - (0,063 + 0,225)]/0,519
Nd = 4,66 ~ 5 trip/hari
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa truk 1 mempunyai tugas
mengangkut sampah sebanyak 5 trip dalam sehari sesuai perencanaan walaupun secara
teoritis dapat mengangkut hingga 5 trip per hari (Hal ini sudah sesuai dengan SNI yang
berlaku).
Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap waktu angkut truk 2 yang dikendarai
oleh Chandra. Tabel 9.5 berikut memuat hasil perhitungan jarak dan waktu yang
dibutuhkan dalam setiap trip pada truk 2 yang dikendarai Jono.
Tabel 9.5 Jarak dan Waktu yang Dibutuhkan dalam Setiap Trip Truk 2
Jarak/Tri Kec.
Nam Waktu
Nama p Rata-rata
Lokasi TPS a Rute Trip (Jam/Trip
Sopir (Km/Trip (Km/jam
TPS )
) )
Bentek Pool-TPS 4 2,5 40 0,0625
TPS
TPS 4-TPS 3R 3-TPS
4 9,25 40 0,23125
1
TPS TPS 1 -TPS 3R 3-TPS
Gondang 7,15 40 0,17875
1 2
Genggelang TPS TPS 2-TPS 3R 1-TPS
11,8 40 0,295
Jono 2 3
TPS TPS 3-TPS 3R 1-TPS
14,3 40 0,3575
3 5
TPS TPS 5-TPS 3R 2-TPS
Rempek 3,6 40 0,09
5 6
Sambik TPS 6-TPS 3R 2-TPS
TPS 7,24 40 0,181
Bangkol 4
6
TPS 4- Pool 2,5 40 0,0625
Total 58,34 - 1,4585
Rata-rata 7,2925 - 0,18231
Sumber: Hasil Perhitungan
Pada tabel tersebut angka a setelah nama TPS menyatakan bahwa pengambilan
sampah di TPS tersebut merupakan pengambilan pertama (karena di setiap TPS terdapat
2 kontainer). Dari perhitungan tersebut waktu pool- TPS 4 merupakan t1, dimana nilai t1
tersebut sama dengan waktu TPS 4 -pool. Selanjutnya dari data tersebut dibuat grafik
linear untuk mendapatkan nilai a dan b, dimana pada grafik linear sumbu x diwakili oleh
jarak dalam setiap trip dan sumbu y diwakili oleh waktu dalam setiap tripnya. Gambar
9.4 memuat grafik penentuan konstanta a dan b dalam sistem HCS

Penentuan Konstanta a dan b


0,4 y = 0,025x
R² = 1
0,35
0,3
Waktu (Jam/Trip)

0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0246810121416
Jarak/Trip (km/Trip)
Gambar 9.4 Grafik Penentuan Konstanta a dan b dalam sistem HCS
Berdasarkan grafik tersebut didapatkan persamaan linier :
y = 0,025 x
a = 0 jam/trip
b = 0,025 jam/km
x = jarak pool-TPS 5-pool
= 2 x 2,5 km
= 5 km
Sehingga nilai h adalah
h = a+bx
= (0,025 x 5) = 0,125 jam/trip

Perhitungan PHCS

PHCS merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi berikutnya


setelah meletakkan kontainer kosong di lokasi sebelumnya. Rumus PHCS
adalah:
PHCS = pc + uc + dbc
Dimana :
pc : waktu mengambil kontainer penuh (jam/trip)
uc : waktu meletakkan kontainer kosong (jam/trip)
dbc : waktu antar lokasi (jam/trip)
Maka :
pc + uc = 0,144 jam/trip (rata-rata waktu yang dibutuhkan,
tabel 9.2)
dbc = 0 jam/trip (karena tidak ada pengembalian
kontainer kosong ke TPS semula sehingga tidak ada
waktu yang diperlukan antar TPS)
PHCS = pc + uc + dbc
= 0,144 jam/trip + 0 jam/trip
= 0,144 jam/trip

Perhitungan THCS
THCS merupakan waktu pengangkutan per trip. Perhitungannya dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
THCS = PHCS + s + a + bx
Dimana :
s = waktu yang digunakan untuk menunggu dilokasi per trip untuk
HCS, jam/trip.
s = 15 menit = 0,25 jam/trip
Maka :
THCS= PHCS + s + a + bx

= 0,144 jam/trip + 0,25 jam/trip + 0,125 jam/trip


= 0,519 jam/trip

Perhitungan jumlah trip per hari
Rumus yang akan digunakan pada perhitungan ini adalah :
Nd = [H(1-W)-(t1+t2)]/THCS
Dimana :
Nd = jumlah trip per hari
H = waktu kerja per hari, jam/hari
W = faktor off-route, dinyatakan dalam fraksi
t1 = dari garasi ke lokasi pertama
t2 = dari lokasi terakhir ke garasi
Jika diasumsikan :
 W = 0,15
H = 7 jam/hari

t1 = (jarak pool ke lokasi pertama)/(kecepatan)


= 0,063 jam
t2 = (jarak lokasi terakhir ke pool)/(kecepatan)
= 0,225 jam
Maka : Nd = [H(1-W)-(t1+t2)]/THCS
= [7(1-0,15) - (0,063 + 0,225)]/0,519
Nd = 4,66 ~ 5 trip/hari
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa truk 2 mempunyai tugas
mengangkut sampah sebanyak 5 trip dalam sehari sesuai perencanaan walaupun secara
teoritis dapat mengangkut hingga 6 trip per hari (Hal ini sudah sesuai dengan SNI yang
berlaku).
Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap waktu angkut truk 3 yang dikendarai oleh
Danny. Tabel 9.6 berikut memuat hasil perhitungan jarak dan waktu yang dibutuhkan
dalam setiap trip pada truk 3 yang dikendarai Damy.

Tabel 9.6 Jarak dan Waktu yang Dibutuhkan dalam Setiap Trip Truk 2

Jarak/Tri p Kec. Rata-rata


Nama Nama TPS Waktu
(Km/Trip) (Km/jam
Lokasi TPS Rute (Jam/Trip
Sopir )
Trip
)
TPS 4 Pool- 2,5 40 0,0625
Dam y Bentek TPS 4
TPS 4- 9,25 40 0,23125
TPS
3R 3-
TPS 1
TPS TPS 1
Gondang -TPS 7,15 40 0,17875
1 3R 3-
TPS
2
TPS
TPS 2- 11,8 40 0,295
2 TPS
Genggelang
3R 1-
TPS 3
TPS
TPS 3- 14,3 40 0,3575
3 TPS
3R 1-
TPS 5
TPS 5
Rempek TPS 5- 3,6 40 0,09
TPS
3R 2-
TPS 6
TPS 6 TPS 6- 7,24 40 0,181
Sambik TPS
Bangkol 3R 2-
TPS 4
TPS 4- 2,5 40 0,0625
Pool
Total 58,34 - 1,4585
Rata-rata 7,2925 - 0,18231
Pada tabel tersebut angka a setelah nama TPS menyatakan bahwa pengambilan
sampah di TPS tersebut merupakan pengambilan pertama (karena di setiap TPS terdapat
2 kontainer). Dari perhitungan tersebut waktu pool- TPS 4 merupakan t1, dimana nilai
t1 tersebut sama dengan waktu TPS 4 -pool. Selanjutnya dari data tersebut dibuat grafik
linear untuk mendapatkan nilai a dan b, dimana pada grafik linear sumbu x diwakili oleh
jarak dalam setiap trip dan sumbu y diwakili oleh waktu dalam setiap tripnya. Gambar
9.5 memuat grafik penentuan konstanta a dan b dalam sistem HCS

Penentuan Konstanta a dan b


0,4 y = 0,025x
R² = 1
0,35
0,3
Waktu (Jam/Trip)

0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0246810121416
Jarak/Trip (km/Trip)

Gambar 9.5 Grafik Penentuan Konstanta a dan b dalam sistem HCS


Berdasarkan grafik tersebut didapatkan persamaan linier : y = 0,025
a = 0 jam/trip
b = 0,025 jam/km
x = jarak pool-TPS 5-pool
= 2 x 2,5 km
= 5 km
Sehingga nilai h adalah
h = a+bx
= (0,025 x 5) = 0,125 jam/trip

Perhitungan PHCS
PHCS merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi berikutnya
setelah meletakkan kontainer kosong di lokasi sebelumnya. Rumus PHCS
adalah:
PHCS = pc + uc + dbc
Dimana :
pc : waktu mengambil kontainer penuh (jam/trip)
uc : waktu meletakkan kontainer kosong (jam/trip)
dbc : waktu antar lokasi (jam/trip)
Maka :
pc + uc = 0,144 jam/trip (rata-rata waktu yang dibutuhkan,
tabel 9.2)
dbc = 0 jam/trip (karena tidak ada pengembalian
kontainer kosong ke TPS semula sehingga tidak ada
waktu yang diperlukan antar TPS)
PHCS = pc + uc + dbc
= 0,144 jam/trip + 0 jam/trip
= 0,144 jam/trip

Perhitungan THCS
THCS merupakan waktu pengangkutan per trip. Perhitungannya dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
THCS = PHCS + s + a + bx
Dimana :
s = waktu yang digunakan untuk menunggu dilokasi per trip untuk
HCS, jam/trip.
s = 15 menit = 0,25 jam/trip
Maka :
THCS= PHCS + s + a + bx

= 0,144 jam/trip + 0,25 jam/trip + 0,125 jam/trip


= 0,519 jam/trip

Perhitungan jumlah trip per hari
Rumus yang akan digunakan pada perhitungan ini adalah :
Nd = [H(1-W)-(t1+t2)]/THCS
Dimana :
Nd = jumlah trip per hari
H = waktu kerja per hari, jam/hari
W = faktor off-route, dinyatakan dalam fraksi
t1 = dari garasi ke lokasi pertama
t2 = dari lokasi terakhir ke garasi
Jika diasumsikan :
 W = 0,15
 H = 7 jam/hari

t1 = (jarak pool ke lokasi pertama)/(kecepatan)


= 0,063 jam
t2 = (jarak lokasi terakhir ke pool)/(kecepatan)
= 0,225 jam
Maka : Nd = [H(1-W)-(t1+t2)]/THCS
= [7(1-0,15) - (0,063 + 0,225)]/0,519
Nd = 4,66 ~ 5 trip/hari
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa truk 2 mempunyai tugas
mengangkut sampah sebanyak 5 trip dalam sehari sesuai perencanaan walaupun secara
teoritis dapat mengangkut hingga 6 trip per hari (Hal ini sudah sesuai dengan SNI yang
berlaku). Tabel 9.6 memuat frekuensi pengangkutan sampah dalam seminggu di
Kecamatan Semampir.
Tabel 9.7 Frekuensi Pengangkutan Sampah Kecamatan Rungkut per
Minggu
Hari
TPS
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
TPS 1 v V v v v v
TPS 2 v V v v v v
TPS 3 v V v v v v
TPS 4 v V v v v v
TPS 5 v V v v v v
TPS 6 v V v v v v
Sumber: Hasil Perhitungan
Keterangan
:
v : Mengangkut Sampah
Rute mengenai pengangkutan sampah dengan sistem HCS di Kecamatan
Semampir ini dapat dilihat pada gambar terlampir

9.2. Analisis Bahan Bakar yang Dibutuhkan dan Emisi CH4 dan NO2
 Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Rungkut (sistem pengangkutan
HCS)
Pengangkutan sampah di Kecamatan Rungkut membutuhkan 3 truk per
harinya. Sehingga analisis bahan bakar yang dibutuhakan serta emisi yang
dihasilkan dilakukan pada setiap truk.
a. Truk Pertama
Estimasi bahan bakar yang diperlukan untuk truk pertama per harinya
didapatkan dengan rumus sebagai berikut :
Estimasi bahan bakar = VehiclesxDistancexConsumption

Keterangan :
Vehicles = jumlah truk

Distance = jarak total yang ditempuh pada trip.


Consumption = asumsi 1:10 artinya 1 L bahan bakar untuk 10 km.
- Estimasi bahan bakar = jumlah truk x jarak tempuh (km) x
konsumsi bahanbakar (L/km)

= 1 truk x 58,34 km x 1 L/ 10 km
= 6 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 6 L x m3/1000 L
= 5,4 kg
- LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) =
44400 kJ/kg
- Emisi bahan bakar = Massa bahan bakar x LHV bensin
= 5,4 kg x 44400 kJ/kg
= 239.760 kJ
=239,8 Ton Joule
- Menghitung emisi CH4 dan N2O yang dikeluarkan dari truk
sebagai berikut :
Emission = Fuel x EF

Keterangan :
Emission = Emisi (kg)

EF = faktor emisi (kg/TJ)


Fuel = bahan bakar dikonsumsi (TJ)
Faktor emisi kendaraandapat dilihat pada tabel 9.8
Tabel 9.8 Faktor emisi Kendaraan
-
Emisi CH4 = 239,8 TonJoule x 260 kg/TonJoule

= 62.348 kg
-
Emisi N2O = 239,8 TonJoule x 41 kg/TonJoule
= 9.831,8 kg
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan emisi CH4 yang dihasilkan
truk 1 dalam pengangkutan adalah 62.,348 Ton dalam setiap harinya.
Sedagkan emisi NO2 yang dihasilkan truk 1 dalam pengangkutan adalah
9,831 Ton dalam setiap harinya.
b. Truk Kedua
Estimasi bahan bakar yang diperlukan untuk truk kedua per harinya
didapatkan dengan rumus sebagai berikut :
Estimasi bahan bakar = VehiclesxDistancexConsumption

Keterangan :
Vehicles = jumlah truk

Distance = jarak total yang ditempuh pada trip.


Consumption = asumsi 1:10 artinya 1 L bahan bakar untuk 10 km.
- Estimasi bahan bakar = jumlah truk x jarak tempuh (km) x
konsumsi bahan

bakar (L/km)
= 1 truk x 58,34 km x 1 L/ 10 km
= 6 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 6 L x m3/1000 L
= 5,4 kg
- LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) =
44400 kJ/kg
- Emisi bahan bakar = Massa bahan bakar x LHV bensin
= 5,4 kg x 44400 kJ/kg
= 239.760 kJ
=239,8 Ton Joule
- Menghitung emisi CH4 dan N2O yang dikeluarkan dari truk
sebagai berikut :
Emission = Fuel x EF
Keterangan :
Emission = Emisi (kg)

EF = faktor emisi (kg/TJ)


Fuel = bahan bakar dikonsumsi (TJ)
-
Emisi CH4 = 239,8 TonJoule x 260 kg/TonJoule
= 62.348 kg
-
Emisi N2O = 239,8 TonJoule x 41 kg/TonJoule
= 9.831,8 kg
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan emisi CH4 yang dihasilkan truk 2 dalam
pengangkutan adalah 62.,348 Ton dalam setiap harinya. Sedagkan emisi NO2 yang
dihasilkan truk 2 dalam pengangkutan adalah 9,831 Ton dalam setiap harinya.

c. Truk Ketiga
Estimasi bahan bakar yang diperlukan untuk truk ketiga per harinya
didapatkan dengan rumus sebagai berikut :
Estimasi bahan bakar = VehiclesxDistancexConsumption
Keterangan :
Vehicles = jumlah truk

Distance = jarak total yang ditempuh pada trip.


Consumption = asumsi 1:10 artinya 1 L bahan bakar untuk 10 km.
- Estimasi bahan bakar = jumlah truk x jarak tempuh (km) x
konsumsi bahan

bakar (L/km)
= 1 truk x 58,34 km x 1 L/ 10 km
= 6 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 6 L x m3/1000 L
= 5,4 kg

- LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) =


44400 kJ/kg

- Emisi bahan bakar = Massa bahan bakar x LHV bensin


= 5,4 kg x 44400 kJ/kg
= 239.760 kJ
=239,8 Ton Joule
- Menghitung emisi CH4 dan N2O yang dikeluarkan dari truk
sebagai berikut :
Emission = Fuel x EF
Keterangan :
Emission = Emisi (kg)

EF = faktor emisi (kg/TJ)

Fuel = bahan bakar dikonsumsi (TJ)


-
Emisi CH4 = 239,8 TonJoule x 260 kg/TonJoule
= 62.348 kg
-
Emisi N2O = 239,8 TonJoule x 41 kg/TonJoule
= 9.831,8 kg
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan emisi CH4 yang dihasilkan
truk 2 dalam pengangkutan adalah 62.,348 Ton dalam setiap harinya.
Sedagkan emisi NO2 yang dihasilkan truk 2 dalam pengangkutan adalah
9,831 Ton dalam setiap harinya.

 Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Semampir (sistem pengangkutan


SCS)
Pengangkutan sampah di Kecamatan Semampir membutuhkan 1 truk per
harinya, Sehingga analisis bahan bakar yang dibutuhakan serta emisi yang
dihasilkan dilakukan hanya pada truk tersebut.
a. Pengangkutan pada periode Senin, Rabu, dan Jumat
Estimasi bahan bakar yang diperlukan untuk truk didapatkan dengan
rumus sebagai berikut :
Estimasi bahan bakar = VehiclesxDistancexConsumption

Keterangan :
Vehicles = jumlah truk

Distance = jarak total yang ditempuh pada trip.

Consumption = asumsi 1:10 artinya 1 L bahan bakar untuk 10 km.


- Estimasi bahan bakar = jumlah truk x jarak tempuh (km) x
konsumsi bahan bakar (L/km)

= 1 truk x 187,48 km x 1 L/ 10 km
= 18,7 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 18,7 L x m3/1000 L
Fuel = bahan bakar dikonsumsi (TJ)
-
Emisi CH4 = 239,8 TonJoule x 260 kg/TonJoule
= 62.348 kg
-
Emisi N2O = 239,8 TonJoule x 41 kg/TonJoule
= 9.831,8 kg
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan emisi CH4 yang dihasilkan
truk 2 dalam pengangkutan adalah 62.,348 Ton dalam setiap harinya.
Sedagkan emisi NO2 yang dihasilkan truk 2 dalam pengangkutan adalah
9,831 Ton dalam setiap harinya.

 Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Semampir (sistem pengangkutan


SCS)
Pengangkutan sampah di Kecamatan Semampir membutuhkan 1 truk per
harinya, Sehingga analisis bahan bakar yang dibutuhakan serta emisi yang
dihasilkan dilakukan hanya pada truk tersebut.
b. Pengangkutan pada periode Senin, Rabu, dan Jumat
Estimasi bahan bakar yang diperlukan untuk truk didapatkan dengan
rumus sebagai berikut :
Estimasi bahan bakar = VehiclesxDistancexConsumption

Keterangan :
Vehicles = jumlah truk

Distance = jarak total yang ditempuh pada trip.

Consumption = asumsi 1:10 artinya 1 L bahan bakar untuk 10 km.


- Estimasi bahan bakar = jumlah truk x jarak tempuh (km) x
konsumsi bahan bakar (L/km)

= 1 truk x 187,48 km x 1 L/ 10 km
= 18,7 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 18,7 L x m3/1000 L
= 16,83 kg
- LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) =
44400 kJ/kg
- Emisi bahan bakar = Massa bahan bakar x LHV bensin
= 16,83 kg x 44400 kJ/kg
= 747.252 kJ
= 747,252 Ton Joule
- Menghitung emisi CH4 dan N2O yang dikeluarkan dari truk
sebagai berikut :
Emission = Fuel x EF
Keterangan :
Emission = Emisi (kg)

EF = faktor emisi (kg/TJ)


Faktor emisi kendaraan dapat dilihat pada tabel 10.11
Fuel = bahan bakar dikonsumsi (TJ)
-
Emisi CH4 = 747,252 Ton Joule x 260 kg/TonJoule
= 194.285,52 kg
-
Emisi N2O = 747,252 Ton Joule x 41 kg/TonJoule
= 30.637,332 kg
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan emisi CH4 yang dihasilkan
truk 1 dalam pengangkutan adalah 194,29 Ton dalam setiap harinya.
Sedagkan emisi NO2 yang dihasilkan truk 1 dalam pengangkutan adalah
30,64 Ton dalam setiap harinya.
c. Pengangkutan pada periode Selasa, Kamis, dan Sabtu

Consumption = asumsi 1:10 artinya 1 L bahan bakar untuk 10 km.


- Estimasi bahan bakar = jumlah truk x jarak tempuh (km) x
konsumsi bahan bakar (L/km)

= 1 truk x 187,48 km x 1 L/ 10 km
= 18,7 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 18,7 L x m3/1000 L
= 16,83 kg
- LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) =
44400 kJ/kg
- Emisi bahan bakar = Massa bahan bakar x LHV bensin
= 16,83 kg x 44400 kJ/kg
= 747.252 kJ
= 747,252 Ton Joule
- Menghitung emisi CH4 dan N2O yang dikeluarkan dari truk
sebagai berikut :
Emission = Fuel x EF

Keterangan :
Emission = Emisi (kg)

EF = faktor emisi (kg/TJ)


Faktor emisi kendaraan dapat dilihat pada tabel 10.11
Fuel = bahan bakar dikonsumsi (TJ)
-
Emisi CH4 = 747,252 Ton Joule x 260 kg/TonJoule
= 194.285,52 kg
-
Emisi N2O = 747,252 Ton Joule x 41 kg/TonJoule
= 30.637,332 kg
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan emisi CH4 yang dihasilkan
truk 1 dalam pengangkutan adalah 194,29 Ton dalam setiap harinya.
Sedagkan emisi NO2 yang dihasilkan truk 1 dalam pengangkutan adalah
30,64 Ton dalam setiap harinya.
d. Pengangkutan pada periode Selasa, Kamis, dan Sabtu
Consumption = asumsi 1:10 artinya 1 L bahan bakar untuk 10 km.
- Estimasi bahan bakar = jumlah truk x jarak tempuh (km) x
konsumsi bahan bakar (L/km)

= 1 truk x 187,48 km x 1 L/ 10 km
= 18,7 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 18,7 L x m3/1000 L
= 16,83 kg
- LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) =
44400 kJ/kg
- Emisi bahan bakar = Massa bahan bakar x LHV bensin
= 16,83 kg x 44400 kJ/kg
= 747.252 kJ
= 747,252 Ton Joule

- Menghitung emisi CH4 dan N2O yang dikeluarkan dari truk


sebagai berikut :
Emission = Fuel x EF

Keterangan :
Emission = Emisi (kg)

EF = faktor emisi (kg/TJ)


Faktor emisi kendaraan dapat dilihat pada tabel 10.11
Fuel = bahan bakar dikonsumsi (TJ)
-
Emisi CH4 = 747,252 Ton Joule x 260 kg/TonJoule
= 194.285,52 kg
-
Emisi N2O = 747,252 Ton Joule x 41 kg/TonJoule
= 30.637,332 kg
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan emisi CH4 yang dihasilkan
truk 1 dalam pengangkutan adalah 194,29 Ton dalam setiap harinya.
Sedagkan emisi NO2 yang dihasilkan truk 1 dalam pengangkutan adalah
30,64 Ton dalam setiap harinya.
e. Pengangkutan pada periode Selasa, Kamis, dan Sabtu

Estimasi bahan bakar yang diperlukan untuk truk didapatkan dengan


rumus sebagai berikut :
Estimasi bahan bakar = VehiclesxDistancexConsumption

Keterangan :
Vehicles = jumlah truk
Distance = jarak total yang ditempuh pada trip.
Consumption = asumsi 1:10 artinya 1 L bahan bakar untuk 10 km.
- Estimasi bahan bakar = jumlah truk x jarak tempuh (km) x
konsumsi bahan

bakar (L/km)
= 1 truk x 189,24 km x 1 L/ 10 km
= 18,92 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 18,92 L x m3/1000 L
= 17,03 kg
- LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) =
44400 kJ/kg
- Emisi bahan bakar = Massa bahan bakar x LHV bensin
= 17,03 kg x 44400 kJ/kg
= 756.132 kJ
= 756,132 Ton Joule

- Menghitung emisi CH4 dan N2O yang dikeluarkan dari truk


sebagai berikut :
Emission = Fuel x EF
Keterangan :
Emission = Emisi (kg)

EF = faktor emisi (kg/TJ)


Faktor emisi kendaraan dapat dilihat pada tabel 10.11
Fuel = bahan bakar dikonsumsi (TJ)

-
Emisi CH4 = 756,132 Ton Joule x 260 kg/TonJoule

= 196.594,32 kg
-
Emisi N2O = 756,132 TonJoule x 41 kg/TonJoule
= 31.001,412 kg
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan emisi CH4 yang dihasilkan truk 1 dalam
pengangkutan adalah 196,59 Ton dalam setiap harinya. Sedagkan emisi NO2 yang
dihasilkan truk 1 dalam pengangkutan adalah 31,00 Ton dalam setiap harinya.

BAB X
PENGOLAHAN TERMAL
10.1. Pengolahan Termal
Pada perencanaan ini, direncanakan pengolahan termal sampah dilakukan di
TPA. Sampah yang diolah dengan pengolahan termal merupakan beberapa sampah yang
tidak dimanfaatkan di TPS 3R. Sampah yang diinsinerasi berupa sampah kertas, sampah
plastik, sampah metal/logam, sampah kain/tekstil, dan sampah karet/kulit tiruan, sampah
kayu, dan sampah gelas/kaca. Pemilihan jenis sampah yang diinsinerasi didasarkan pada
nilai kalor yang terkandung dalam setiap jenis sampah. Tabel 10.1 berikut memuat data
nilai kalor yang dimiliki setiap komponen sampah.
Tabel 10.1 Nilai Kalor Setiap Komponen Sampah
Energy Content
Komponen Typical (Btu/lb)
Organik 1.797
Kertas 7.042
Plastik 14.101
Kain/Tekstil 7.960
Logam/Metal 301
Gelas/Kaca 84
Lain-lain 3.669
Kayu 6.640
Karet/Kulit Tiruan 10.890
Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil, 1993

Dari tabel tersebut dapat diketahui nilai kalor dari sampah yang akan diinsinerasi.
Selain itu dalam perencanaan pengolahan termal juga perlu diketahui kadar air setiap
komponen sampah. Tabel 10.2 memuat data mengenai kadar air setiap komponen
sampah.
Tabel 10.2 Kadar Air Setiap Komponen Sampah

Kadar Air
Komponen Persen Berat (%)
Organik 70
Kertas 6
Plastik 2
Kain/Tekstil 10
Logam/Metal 3
Gelas/Kaca 2
Lain-lain 8
Kayu 20
Karet/Kulit Tiruan 2
Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil, 1993

Adapun tabel 10.3 memuat elemen penyusun setiap komponen sampah .

Tabel 10.3 Elemen Penyusun Setiap Komponen Sampah


Percent by weight (dry basis)
Komposisi Sampah
C H O N S Ash
Kertas 43,4 5,8 44,3 0,3 0,2 6
Plastik 60 7,2 22,8 - - 10
Kain/Tekstil 48 6,4 40 2,2 0,2 3,2
Logam/Metal 4,5 0,6 4,3 <0,1 - 90,5
Karet/Kulit Tiruan 69,7 8,7 - - 1,6 20
Kayu 49,5 6 42,7 0,2 <0,1 1,5
Gelas/Kaca 0,5 0,1 04 <0,1 - 98,9
Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil, 1993

Pada tahap selanjutnya dapat dihitung elemen penyusun sampah berdasarkan


berat sampah yang akan diinsinerasi. Berikut ini adalah contoh perhitungan pada
komponen sampah kertas yang dilakukan untuk mengetahui elemen penyusun setiap
komponen sampah.
Berat sampah yang akan diinsinerasi : 7917,64 kg/hari
Berat sampah kertas : 2485,77 kg/hari
Kadar air sampah kertas :6%
Berat kering sampah kertas : (100%-6%) x 2485,77 kg/hari
: 2336,6 kg/hari
Elemen komponen sampah kertas (berdasarkan sampah kering) :

C : 43,8% x 2336,6 kg/hari = 1023,44 kg


H : 5,8% x 2336,6 kg/hari = 135,52 kg
O: 44,3 % x 2336,6 kg/hari = 1035,11 kg
N : 0,3% x 2336,6 kg/hari = 7,01 kg
S : 0,2% x 2336,6 kg/hari = 4,67 kg
Air = berat sampah basah – berat sampah kering
= 2485,77 kg – 2336,6 kg
= 149,17 kg
Total kadar C pada sampah = C sampah kertas + C sampah plastik + C
sampah kain + C sampah logam + C
sampah karet + C sampah kayu + C
sampah kaca
= 3467,93 kg
Dengan perhitungan yang sama, maka dapat dihitung setiap elemen
sampah pada masing-masing komposisi sampah. Tabel 10.4 berikut memuat
elemen setiap komposisi sampah.
Tabel 10.4 Elemen Setiap Komposisi Sampah

Berat Kad Berat


Kompo Sampa Sampa Elemen
sisi ar
(Kg)
Sampa h h C H O N S Air
h Air
Basah (%) Kering
(Kg/H (Kg/H
ari) ari)
Plastik 2761,97 2 2706, 1624, 194,8 617,1 0,0 0,00 270,6
73 04 8 3 0 7
Kertas 2485,77 6 2336, 1014, 135,5 1035, 7,0 4,67 140,2
62 10 2 12 1 0
Kayu 920,66 20 736,5 364,5 44,19 314,5 1,4 0,74 11,05
2 8 0 7
Kaca 276,20 2 270,6 1,35 0,27 10,83 0,2 0,00 267,7
7 7 0
Kain 920,66 10 828,5 397,7 53,03 331,4 18,2 1,66 26,51
9 2 4 3
Logam 92,07 3 89,30 4,02 0,54 3,84 0,0 0,00 80,82
9
Karet 460,33 2 451,1 314,4 39,25 0,00 0,0 7,22 90,22
2 3 0
Jumlah 7917,64 45 7419, 3720, 467,6 2312, 27,0 14,2 887,1
57 24 8 86 7 8 7
Sumber: Hasil Perhitungan

Pada perencanaan pengolahan termal, terdapat beberapa data yang perlu diketahui
untuk perhitungan. Berikut ini adalah data-data penunjang dalam perhitungan
pengolahan termal.
1. Pada proses insinerasi ini terdapat 5% karbon yang tidak dapat terbakar.
2. Kalor laten air adalah 1.040 Btu/lb
3. Radiasi yang hilang dengan pada proses pembakaran adalah 0,005 Btu/lb
4. Semua oksigen pada sampah mempunyai ikatan sebagai air
5. Keberadaan udara teoritis berdasarkan stoikiometri
: Karbon : (C + O2 CO2)
Hidrogen : (2H2 + O2 2H2O)
Sulfur : (S + O2 SO2)
6. Hidrogen bersih yang dapat digunakan untuk pembakaran adalah sama
dengan selisih antara persen hidrogen dengan satu per delapan persen
oksigen.
7. Kadar panas karbon adalah 14.000 Btu/lb
8. Kadar kelembaban pada pembakaran udara adalah 1%.
Dari data-data yang telah disebutkan, maka dapat dihitung berat elemen
sampah. Berikut ini adalah contoh perhitungan berat elemen karbon pada
sampah.
Berat karbon = % karbon (Tabel 10.4) x berat basah sampah)
= 49,9% x 8.847,8 kg /hari
= 4414,05 kg/hari
Dengan perhitungan yang sama, dapat dihitung berat elemen sampah. Tabel
10.5 memuat hasil perthitungan berat setiap elemen sampah.
Tabel 10.5 Hasil Perhitungan Berat Setiap Elemen Sampah

Elemen Perce kg/hari


t nt
Carbon 49,9 3702,3
6
Hydroge 6,2 460,01
n
Oxygen 31,3 2322,3
2
Nitroge 0,6 44,52
n
Sulfur 0,1 7,42
Water 7,7 571,31
Inerts 4,2 311,62
Total 100 7419,5
7
Sumber: Hasil Perhitungan

Pada tahapan selanjutnya dapat dihitung jumlah residu yang inert dalam
pembakaran sampah.
Komponen residu pembakaran yang inert = 311,62 kg/hari

Total residu = 311,61 kg = 328,01 kg/hari


95%

Karbon pada residu = 328,01 – 311,62

= 16,4 kg/hari

Net available hydrogen (%) = 6,2% - (31,3% / 8)


= 2,89%

= 2,89% x 7419,57 kg /hari

= 214,42 kg/hari

Hidrogen pada ikatan air = 6,2% - 2,89%

= 3,31%

= 3,31% x 7419,57 kg/hari

= 245,59 kg/hari

Bound water = oksigen + hidrogen pada ikatan air

= 2322,32 kg/hari + 460,01 kg/hari

= 2782,33 kg/hari

Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap elemen pada udara yang dibutuhkan.


Karbon = (3702,36 kg/hari – 16,4 kg/hari) x (32/12) x (100%/31,3%)

= 31403,28 kg/hari

Hidrogen = 214,42 kg/hari x (32/4) x (100%/6,2%)

= 27667,1 kg/hari

Sulfur = 7,42 kg/hari x (32/32,1) x (1/0,1%)

= 7396,88 kg/hari

Total udara kering teoritis = karbon + hidrogen + sulfur

= (31403,28+ 27667,1+ 7396,88) kg/hari

= 66467,26 kg/hari

Udara kering termasuk 100% berlebih = Udara kering teoritis x 2

= 66467,26 kg/hari x 2

= 132934,52 kg/hari

Kelembaban = 1% x 132934,52 kg/hari

= 1329,3452 kg/hari
Total udara = 132934,52 kg/hari + 1329,3452 kg/hari

=134263,865 kg/hari
Pada perhitungan selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap jumlah air dari
hidrogen yang dihasilkan dari proses pembakaran.
18 kg H2O
H2O =

2 kg H

18 kg H2O
=

2 kg H

=2210,31kg/hari

Pada perhitungan akhir untuk mengetahui efisiensi pembakaran maka dilakukan


heat balance dari proses pembakaran, dimana sebelum melakukan perhitungan heat
balance, dilakukan perhitungan terhadap kandungan energi pada sampah yang akan
diinsinerasi. Berikut ini adalah contoh perhitungan kandungan energi sampah kertas.
Adapun Tabel 10.6 memuat hasil perhitungan kandungan energi pada setiap komposisi
sampah.
Berat sampah kertas = 2336,62 kg/hari

= 5146,46 lb/hari

Energi pada sampah = 5146,46 lb/hari x 7.042 Btu/lb

=36.243.457,75 Btu

Tabel 10.6 Hasil Perhitungan Energi Setiap Komposisi Sampah

Berat Berat
Energy
Komposisi Sampah Sampah Energy
Conten
Sampah Basah Basah Content (Btu)
t
(Kg/Hari) (lb/Hari)
(Btu/lb)
Plastik 2761,97 6089,0892 14.101,00 85.862.247,09
Kertas 2485,77 5480,1803 7.042,00 38.591.429,66
Kayu 920,66 2029,6964 6.640,00 13.477.184,14
Gelas/Kaca 276,20 608,90892 84,00 51.148,35
Kain/Tekstil 920,66 2029,6964 7.960,00 16.156.383,40
Logam/Metal 92,07 202,96964 301,00 61.093,86
Karet/Kulit
1014,8482 10.890,00 11.051.696,93
Tiruan 460,33
Jumlah 7917,64 17455,39 47018,00 165251183,44

Sumber: Hasil Perhitungan


energi sampah total
Energi Sampah setiap lb nya =
berat sampah total

 Gross heat input = 7917,64 kg/hari x lb/0,454 kg x 9475,56 Btu/lb


= 165.251.183,44 Btu/hari
 Heat lost pada unburned carbon = 16,4 kg/hari xlb/0,454 kg x 14.000
Btu/lb
= - 505.726,87 Btu/hari
(nilai negatif menunjukkan adanya panas yang hilang)
 Radiation loss = 0,005 Btu/btu x 165.251.183,44 Btu/hari
= - 826,255,92 Btu/hari
(nilai negatif menunjukkan adanya radiasi yang hilang)
 Inherent moisture = 887,17 kg/hari x lb/0,454 kg x 1.040 Btu/lb
= - 2.032.283,7 Btu/hari
(nilai negatif menunjukkan adanya nilai yang hilang)
 Moisture in bound water = 2782,33 kg/hari x lb/0,454 kg x 1.040 Btu/lb
= - 6.373.619,38 Btu/hari
(nilai negatif menunjukkan adanya nilai yang hilang)
 Moisture from the combustion of available hydrogen
= 2210,31 kg/hari x lb/0,454 kg x 1.040 Btu/lb
= - 5.063.265,2 Btu/hari
(nilai negatif menunjukkan adanya nilai yang hilang)
 Sensible heat in residue = 328,01 kg/hari x lb/0,454 kg x ¼ x (800-80)
= - 130048,02 Btu/hari
(nilai negatif menunjukkan adanya nilai yang hilang)
 Total losses = -14.931.199,09 Btu/hari
 Net heat available in flue gas = 165.251.183,44 Btu/hari – 14.931.199,09
Btu/hari
=150.319.984,35 Btu/hari
 Combustion efficiency = (150.319.984,35 Btu/hari / 165.251.183,44
Btu/hari) x 100%
= 91 %
Dari perhitungan tersebut didapatkan efisiensi
pembakaran pada perencanaan ini adalah 91 %. Selanjutnya dari pengolahan
termal ini tidak menutup kemungkinan terjadi emisi ke udara ambien. Sehingga diperlukan
perhitungan emisi yang dilepaskan ke udara. Emisi yang dilepaskan ke udara pada proses
pengolahan termal ini berupa gas CH4, dan N2O. Berikut ini adalah contoh perhitungan
emisi gas CH4 oleh jenis sampah kertas.
 Total sampah kertas Tahunan = 2485,77 x 10-6 Gg
 Faktor emisi = 0,2 gr CH4 / kg sampah
 Emisi Metan Tahunan bersih = 2485,77 x 10-6 Gg x 0,2 gr CH4 / kg
sampah
x 10-6kg/gr
= 4,97154 E-10Gg CH4
Dengan cara yang sama maka dapat dilakukan perhitungan terhadap emisi gas CH4
oleh komponen sampah yang lain. Sehingga hasil perhitungan emisi CH4 pada proses
insinerasi dapat dilihat pada Tabel 10.7.
Tabel 10.7 Hasil Perhitungan Emisi Gas Metan dari Proses Insinerasi

Total
Jumlah
Terolah
Emisi
Tahunan Faktor
MetanTahunan
dengan Emisi
bersih
Sistem Komposisi Fasilitas
Pengolahan Sampah Pengolahan
Biologis
(g CH4 /
kg
(Gg) (Gg CH4)
sampah
terolah)
Plastik 0,00276197 0,2 5,52E-10
Kertas 0,00248577 0,2 4,97E-10
Kayu 0,00092066 0,2 1,84E-10
Gelas/Kaca 0,0002762 0,2 5,52E-11
Insinerasi
Kain/Tekstil 0,00092066 0,2 1,84E-10
Logam/Metal 9,2066E-05 0,2 1,84E-11
Karet/Kulit 0,00046033 0,2 9,21E-11
Tiruan
Total 0,00791764 1,58E-09
Sumber: Hasil Perhitungan

Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap emisi gas N2O yang dihasilkan dari
proses insinerasi. Berikut adalah cara perhitungan emisi gas N2O dari jenis sampah kertas.

 Totalsampah kertas Tahunan = 2485,77 x 10-6 Gg


 Faktor emisi = 50 gr N2O / kg sampah
 Emisi Metan Tahunan bersih = 2485,77 x 10-6 Gg x 50 gr N2O / kg
sampah
x 10-6kg/gr
= 1,24E-07Gg N2O
Dengan cara yang sama maka dapat dilakukan perhitungan terhadap emisi gas N2O
oleh komponen sampah yang lain. Sehingga hasil perhitungan emisi N 2O pada proses
insinerasi dapat dilihat pada Tabel 10.8.
Tabel 10.8 Hasil Perhitungan Emisi Gas N2O dari Proses Insinerasi
Emisi NO2

Total Jumlah Terolah Emisi


Faktor
Tahunan dengan Fasilitas MetanTahunan
Emisi
Sistem Pengolahan Biologis bersih
Komposisi Sampah
Pengolahan

(g CH4 / kg
(Gg) sampah (Gg CH4)
terolah)
Plastik 0,00276197 50 1,38E-07
Kertas 0,00248577 50 1,24E-07
Kayu 0,00092066 50 4,60E-08

Insinerasi Gelas/Kaca 0,0002762 50 1,38E-08


Kain/Tekstil 0,00092066 50 4,60E-08
Logam/Metal 9,2066E-05 50 4,60E-09
Karet/Kulit Tiruan 0,00046033 50 2,30E-08
Total 0,00791764 3,96E-07
Sumber: Hasil Perhitungan

Anda mungkin juga menyukai