Oleh:
Muhammad Kurniawan H (1926026)
PENDAHULUAN
Pada kehidupan sehari-hari, jumlah sampah yang dihasilkan setiap orang rata- rata terus
meningkat dengan bertambahnya populasi penduduk kota secara keseluruhan yang tidak
diikuti dengan tingkat kesadaran yang tinggi untuk menangani sampah dari sumbernya.
Masalah lain yang sering muncul dalam penanganan sampah kota adalah masalah biaya
operasional yang tinggi. Oleh karenanya, dalam pembangunan instalasi pengolahan sampah
harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya agar tidak mengeluarkan biaya terlalu
boros untuk pengelolaannya.
Komposisi sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sampah organik
sebanyak 60-70% dan sisanya adalah sampah non organik 30-40%, sementara itu dari
sampah non organik tersebut komposisi sampah terbanyak kedua yaitu sebesar 14%
adalah sampah plastik. Sampah plastik yang terbanyak adalah jenis kantong plastik atau
kantong kresek selain plastik kemasan..
Jambeck, 2015 menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam peringkat kedua dunia
setelah Cina menghasilkan sampah plastik di perairan mencapai 187,2 juta ton. Hal itu
berkaitan dengan data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
menyebutkan bahwa plastik hasil dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (APRINDO) dalam waktu 1 tahun saja, telah mencapai 10,95 juta lembar
sampah kantong plastik. Jumlah itu ternyata setara dengan luasan 65,7 hektar kantong
plastik.
Peningkatan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan industry yang seakin pesat akan
memberikan dampak pada jumlah sampah yang dihasilkan antara lain sampah plastic, kertas,
produk kemasan yang mengandung B3 (Bahan Beracun Berbahaya). Jumlah dan jenis
sampah, sangat tergantung dari gaya hidup dan jenis material yang kita konsumsi semakin
meningkat perekonomian dalam rumah tangga maka semakin bervariasi jumlah sampah yang
dihasilkan. Selain kondisi tersebut masih djumpai timbulan atau buangan sampah di sungai
sehingga memberikan dampak negative pada lingkungan yang akhirnya menganggu
kesehatan manusia.
Berdasarkan SK SNI tahun 1990, Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari
zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Pada umumnya
paradigma masyarakat terhadap sampah dengan sifat padat yang dihasilkan dari aktivitas
rumah tangga atau industri, adalah benda yang yang tidak lagi diinginkan atau tidak bernilai
ekonomis.
Dengan adanya UU No. 18 /2008 tentang Pengelolaan Sampah maka perlu suatu
pengelolaan sampah dengan maksimal. Adapun upaya pengelolaan sampah dapat dilakukan
dengan cara Reuse, Reduce, dan Recycle (3 R) adalah kegiatan memperlakukan sampah
dengan cara, menggunakan kembali, mengurangi dan mendaur ulang.
1. Reuse (menggunakan kembali) : yaitu penggunaan kembali sampah
secara langsung, baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
2. Reduce (mengurangi) : yaitu mengurangi segala sesuatu yang
menyebabkan timbulnya sampah.
3. Recycle (mendaurulang) : yaitu memanfaatkan kembali sampah
setelah mengalami proses pengolahan.
Di kecamatan Gangga, sistem pengelolaan sampah yang tersedia masih terbatas dan
masih mengandalkan lahan kosong tempat pembuangan sampahnya dan TPS disana masih
kurang baik serta kondisi pewadahan sampah yang ada di Kecamatan Gangga masih
tercampur atau tanpa pemilahan, sehingga masyarakat yang membuang sampah belum dapat
melakukan pemilahan untuk berbagai jenis seperti sampah organik dan anorganik. Jadi di
kecamatan Gangga memerlukan upaya optimalisasi dalam proses pengelolaan sampah yang
di tinjau berdasarkan timbulan dan karakteristik sampah dan kondisi lahan.
1.2 Tujuan
Untuk mengurangi kuantitas dan memperbaiki karakteristik sampah, yang akan diolah
secara lebih lanjut di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah dan berperan dalam
mengoptimalisasi Sistem Pengelolaan Sampah Berdasarkan Timbulan dan Karakteristik
Sampah Dan Kondisi Lahan di Wilayah Kecamatan Gangga serta menjamin ketersediaan
kebutuhan lahan untuk penyediaan TPA sampah di perkotaan khusunya di Kecamatan
Gangga.
1. Sistem Perhitungan Jumlah Timbulan sampah rumah tangga maupun sampah sejenis
rumah tangga.
2. Sistem Pewadahan dan Pengangkutan sampah menggunakan metode HCS maupun
SCS dan penentuan tipikal wadah sampah yang akan digunakan.
3. Sistem Pengumpulan sampah dan Perencanaan Pengolahan sampah rumah tangga
maupun sampah sejenis rumah tangga.
4. Sistem rute pengangkutan sampah dan penentuan rute-rute pengangkutan sampah
disesuaikan dengan jarak, jam kerja dan kapasitas alat pengangkut.
5. Sistem perencanaan pembangunan lokasi TPST (Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu) dan Tempat Pembuangan Akhir.
1.4 Manfaat
Kecamatan Gangga merupakan wilayah dengan luas sebesar 157,35 km². Terdiri dari 5
Desa, Desa Bentek, Desa Gondang, Desa Genggelang, Desa Rempek, Desa SambikBangkol,
Gangga Berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah Utaranya. Kondisi alam di
Kecamatan ini masih didominasi oleh tanah kering dan hanya sebagian kecil saja yang
menjadi areal persawahan
Secara geografis, terdapat tiga batas wilayah yang berdekatan dengan Kecamatan
Gangga. Berikut adalah batas-batas administratif wilayah Kecamatan Gangga yaitu sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
SebelahTimur : Kecamatan Kayangan
Sebelah Selatan : Kabupaten Lombok Utara
SebelahUtara : KecamatanTanjung
Tabel 2.1 Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kecamatan Gangga perBulan
Tahun 2020
2.3 Kependudukan
Jumlah penduduk, rumah tangga, pola kependudukan, migrasi baik masuk maupun
keluar, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan mobilitas penduduk di Kecamatan Gangga
selama tahun 2020 dijelaskan dalam tabel-tabel berikut.
Tabel 2.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan
Gangga Dirinci Menurut Desa Tahun 2020
Jumlah
Luas Wilayah Kepadatan Penduduk
Desa Penduduk
(km )
2
(per km2)
(jiwa)
Bentek 34,27 8609 217
Gondang 29,20 8943 297
Genggelang 29,21 11626 362
Rempek 30,89 8179 244
Sambik 30,78 5815 194
Bangkol
Jumlah 157,35 43.172 260
Sumber: Kecamatan Gangga Dalam Angka 2021
Fasilitas umum dan sosial di daerah digunakan untuk masyarakat akan fasilitas
mulai dari pendidikan, kesehatan, dan industri. Dengan adanya fasilitas umum
tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari- hari.
a) Fasilitas pendidikan
Tabel 2.3 Jumlah Sekolah di Kecamatan Gangga Menurut Tingkat Pendidikan dan
Desa, Tahun 2020
b) Fasilitas Kesehatan
Puskesmas 1
Puskesmas pembantu 5
Posyandu 80
Jumlah 88
c) Fasilitas Perekonomian
Tabel 2.7 Banyaknya Tempat Ibadah di Kecamatan Gangga Menurut Desa Tahun 2020
Bentek 7 6 - - 2
Gondang 5 33 - - -
Genggelang 12 23 - 1 -
Rempek 9 10 - - 1
Sambik 15 17 - - -
Bangkol
Jumlah 48 89 - 1 3
Sumber: Kecamatan Gangga Dalam Angka 2021
BAB III
PROYEKSI PENDUDUK DAN FASILITAS UMUM
Data yang digunakan adalah jumlah penduduk Kecamatan Gangga selama 4 tahun berturut-
turut mulai dari tahun 2015-2018. Padahal seharusnya yang dipakai adalah data 10 tahun
terakhir. Hal tersebut disebabkan oleh minimnya data administratif untuk tingkat kecamatan
di Kota Kupang. Selain itu pula, beberapa sumber sah yang sama tidak memiliki kesamaan
data. Hal ini cukup menyulitkan dalam melakukan proyeksi karena penentuan metode
proyeksi memerlukan data yang cukup akurat. Oleh karenanya, perencana menyesuaikan dan
mengkorelasikan terlebih dahulu data-data yang didapat sebelum digunakan. Data jumlah
penduduk Kecamatan Gangga Kabupateb Lombok Utara tahun 2016 – 2020 dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Gangga Tahun 2016- 2020
Tahun
Desa/Kelurahan
2016 2017 2018 2019 2020
Bentek 8480 8526 8570 8609 8609
Gondang 8895 8914 8932 8943 8943
Genggelang 11322 11426 11530 11626 11626
Rempek 7796 8063 8124 8179 8179
Sambik Bangkol 6079 5870 5845 5815 5815
Jumlah penduduk 42673 42799 43001 43172 43172
Selanjutnya dari data jumlah penduduk yang telah didapatkan dapat dihitung nilai
korelasi setiap metode, sehingga dapat ditentukan metode yang cocok untuk menghitung
proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2032. Penentuan metode dilakukan pada setiap
kelurahan. Namun pada perencanaan ini, diketahui bahwa metode yang dipilih karena
memiliki nilai korelasi mendekati linear, tidak memungkinkan untuk digunakan pada
proyeksi penduduk. Oleh karenanya, perencana mengambil metode Geometrik secara merata
untuk setiap kelurahan. Berikut ini adalah contoh penentuan metode proyeksi pada kelurahan
Gangga.
Metode ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu naik
secara konstan, dan dalam kurun waktu yang pendek. Perhitungan proyeksi penduduk dengan
metode Aritmatik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + 𝑟(𝑑𝑛)
Dimana :
Dan Perhitungan Koefisien korelasi (r) dengan metode aritmatik dapat dilihat pada
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Perhitungan Nilai Korelasi Metode Aritmatik
METODE ARITMATIKA
Tahun Jumlah penduduk X Y XY X² Y² r
2016 42572 0 0 0 0 0
2017 42799 1 227 227 1 51529
2018 43001 2 429 858 4 184041
0.049
2019 43172 3 171 513 9 29241
2020 43172 4 0 0 16 0
JUMLAH 214716 10 827 1598 30 264811
Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan :
X = urutan tahun
Y = pertambahan penduduk
X2 = urutan tahun dikuadratkan
Y2 = pertambahan penduduk dikuadratkan
N = jumlah data
Maka dapat dihitung nilai korelasi (r) metode aritmatik sebagai berikut :
𝑛(∑ 𝑥𝑦) – (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟=
{[(∑ 𝑦2) – (∑ 𝑦)2]𝑥[𝑛(∑ 𝑥2) – (∑ 𝑥)2]}½
4(7754) – (6)(3887)
𝑟= = 𝟎, 𝟕𝟑𝟎
{[4(5167289) – (3887)2][4(14) – (6)2]}½
3.2. Metode Berganda (Geometrik)
METODE GEOMETRIK
Jumlah
Tahun X Y (ln) XY X² Y² r
penduduk
2016 42572 1 10,659 10,659 1 113,613
2017 42799 2 10,664 21,329 4 113,727
2018 43001 3 10,669 32,007 9 113,827
2019 43172 4 10,673 42,692 16 113,912 0.472
2020 43172 5 10,673 53,365 25 113,912
JUMLA 1
214716 42,679 149,392 55 568,991
H 5
Dimana :
Pn = Penduduk tahun n
dn = kurun waktu
X = urutan tahun
Y = ln jumlah penduduk
N = jumlah data
Maka dapat dihitung nilai korelasi (r) metode Geometrik sebagai berikut :
𝑟=
{[(∑ 𝑦2) – (∑ 𝑦)2]𝑥[𝑛(∑ 𝑥2) – (∑ 𝑥)2]}½
4(120,97) – (10)(48,373146)
𝑟= = 𝟎, 𝟗𝟗𝟖
{[4(584,991) – (48,373146)2]𝑥[4(30) – (10)2]}½
Metoda ini digunakan untuk garis regresi linier yang berarti bahwa data
perkembangan penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linier, meskipun
perkembangan penduduk tidak selalu bertambah. Dalam persamaan ini data yang dipakai
jumlahnya harus ganjil. Perhitungan proyeksi penduduk dengan metode Least Square dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝑃𝑛 = 𝑎 + (𝑏𝑡)
Dimana :
menggunakan rumus :
𝑛(∑ 𝑥𝑦) – (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟=
{[(∑ 𝑦2) – (∑ 𝑦)2]𝑥[𝑛(∑ 𝑥2) – (∑ 𝑥)2]}½
Keterangan :
X = urutan tahun
Y = jumlah penduduk
X2 = urutan tahun dikuadratkan
Y2 = jumlah penduduk dikuadratkan
Maka dapat dihitung nilai korelasi (r) metode Least Square sebagai berikut :
Kemudian dibandingkan nilai koefisien korelasi (r) pada setiap metode. Nilai
koefisien korelasi (r) untuk setiap metode dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Nilai Korelasi (r)
HASIL PERHITUNGAN NILAI KORELASI
Metode r
Aritmatik 0.049
Geometrik 0.472
Least Square 0.096
Sumber : Hasil Perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi dengan ketiga metode tersebut, maka nilai
koefisien korelasi yang dipilih dalam perenanaan ini adalah nilai koefisien korelasi pada
metode Geometrik, yaitu r = 0,998 karena nilai ini yang paling mendekati 1. Selain dari
alasan yang telah dijelaskan sebelumnya, korelasi semakin mendekati nilai 1 maka hasil
proyeksi yang didapatkan semakin linier menunjukkan pendekatan nilai proyeksi yang tinggi.
Sehingga untuk perhitungan proyeksi penduduknya menggunakan metode Geometrik
Tabel 3.8. Proyeksi Penduduk Tiap Kelurahan Kecamatan Gangga Tahun 2022 Hingga Tahun 2032
PROYEKSI PENDUDUK TIAP KELURAHAN KECAMATAN GANGGA 2020-2032
TAHUN
NO WILAYAH
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032
1475 1766
1 Bentek 8609
8630 10304 11272 12332 13491 9 16146 4 19325 21141 23128 25302
1533 1834
2 Gondang 8943
9784 10703 11709 12810 14014 2 16773 9 20074 21961 24026 26284
1993 2385
3 Genggelang 11626
12719 13914 15222 16653 18219 1 21805 4 26097 28550 31234 34169
1402 1678
4 Rempek 8179
8948 9789 10709 11716 12817 2 15340 2 18359 20085 21973 24039
1193
5 Sambik Bangkol 5815
6362 6960 7614 8330 9112 9969 10906 1 13053 14280 15622 17091
7401 8858
JUMLAH
43172 46442 51670 56527 61840 67653 3 80970 1 96908 106017 115983 126885
Sumber : Hasil Perhitungan
3.2. Proyeksi Fasilitas
Proyeksi fasilitas merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan untuk merencanakan
daerah pelayanan penyediaan air minum. Selain perkembangan penduduk yang semakin
tahun semakin meningkat, maka berbanding lurus dengan bertambahnya pula fasilitas yang
diperlukan, dengan adanya data mengenai proyeksi fasilitas nantinya diharapkan dapat
dihitung jumlah kebutuhan air bersih non domestik.
Untuk memproyeksikan jumlah fasilitas yang ada, harus mengacu pada rencana tata
guna lahan dan perkembangan penduduk daerah tersebut, sehingga perencanaan penyediaan
air minum dapat dilakukan dengan baik. Selain itu, proyeksi fasilitas ini dipengaruhi oleh
kapasitas fasilitas / jumlah fasilitas yang ada dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
ada, pertambahan fasilitas dipengaruhi pertambahan kepadatan penduduk sehingga perlu
ditambah fasilitas tersebut. Dengan adanya perhitungan proyeksi fasilitas yang cermat
diharapkan nantinya pengelolaan sampah dapat berjalan lancar.
Untuk menghitung banyaknya fasilitas pada tahun rencana yang akan datang, langkah
yang dilakukan adalah sama seperti pada perhitungan proyeksi penduduk. Proyeksi dilakukan
dengan dengan membandingkan jumlah fasilitas tahun 2019 (data jumlah fasilitas yang
diketahui) dengan jumlah fasilitas tahun yang direncanakan sama dengan jumlah penduduk
tahun 2019 (data jumlah penduduk yang diketahui) dengan jumlah penduduk tahun yang
direncanakan, atau dapat ditulis dengan pendekatan :
Σ Pn Σ F n
=
Σ Pn Σ F o
Dimana :
Kemudian, berikut ini adalah contoh perhitungan proyeksi fasilitas umum berupa
fasilitas pendidikan SD Kelurahan Bakunase pada tahun 2032.
SEKOLAH Puskesmas dan Restoran dan Minimarket dan
KELURAHAN Pasar Ibadah
SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA PT Rumah Sakit Rumah Makan Supermaret
Bentek 8 2 - - 1 15
Gondang 5 1 1 - 5 4 1 38
Genggelang 7 1 1 1 1 36
Rempek 3 1 - - 20
Sambik Bangkol 7 1 - - 32
Jumlah 30 6 2 1 5 5 2 141
- Po = 21.799 orang
- Fo = 5 Buah
- Pn = 23.398 orang
Σ Pn Σ F n
=
Σ Pn Σ F o
23398 Σ F 5
−
21799 ❑
23398 ×5
Σ F n= =6
21799
Hasil perhitungannya selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Proyeksi Fasilitas Umum Tiap Kelurahan Kecamatan Gangga Hingga Tahun 2032
HASIL PROYEKSI FASILITAS UMUM
KECAMATAN TUBAN
SEKOLAH Puskesmas dan Restoran Minimarket
KELURAHAN TAHUN Jumlah Penduduk Pasar Ibadah
SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA PT Rumah Sakit Rumah Makan Supermaret
2020 8609 8 2 0 0 10 0 0 1 0 15
2021 8630 8 2 0 0 10 0 0 1 0 15
2022 10304 10 2 0 0 12 0 0 1 0 18
2023 11272 10 3 0 0 13 0 0 1 0 20
2024 12332 11 3 0 0 14 0 0 1 0 21
2025 13491 13 3 0 0 16 0 0 2 0 24
Bentek 2026 14759 14 3 0 0 17 0 0 2 0 26
2017 16146 15 4 0 0 19 0 0 2 0 28
2028 17664 16 4 0 0 21 0 0 2 0 31
2029 19325 18 4 0 0 22 0 0 2 0 34
2030 21141 20 5 0 0 25 0 0 2 0 37
2031 23128 21 5 0 0 27 0 0 3 0 40
2032 25302 24 6 0 0 29 0 0 3 0 44
2020 8943 5 1 1 0 7 0 5 4 1 38
2021 9784 5 1 1 0 8 0 5 4 1 42
2022 10703 6 1 1 0 8 0 6 5 1 45
2023 11709 7 1 1 0 9 0 7 5 1 50
2024 12810 7 1 1 0 10 0 7 6 1 54
2025 14014 8 2 2 0 11 0 8 6 2 60
Gondang 2026 15332 9 2 2 0 12 0 9 7 2 65
2017 16773 9 2 2 0 13 0 9 8 2 71
2028 18349 10 2 2 0 14 0 10 8 2 78
2029 20074 11 2 2 0 16 0 11 9 2 85
2030 21961 12 2 2 0 17 0 12 10 2 93
2031 24026 13 3 3 0 19 0 13 11 3 102
2032 26284 15 3 3 0 21 0 15 12 3 112
2020 11626 7 1 1 1 10 0 0 0 1 36
2021 12719 8 1 1 1 11 0 0 0 1 39
2022 13914 8 1 1 1 12 0 0 0 1 43
2023 15222 9 1 1 1 13 0 0 0 1 47
2024 16653 10 1 1 1 14 0 0 0 1 52
2025 18219 11 2 2 2 16 0 0 0 2 56
Genggelang 2026 19931 12 2 2 2 17 0 0 0 2 62
2017 21805 13 2 2 2 19 0 0 0 2 68
2028 23854 14 2 2 2 21 0 0 0 2 74
2029 26097 16 2 2 2 22 0 0 0 2 81
2030 28550 17 2 2 2 25 0 0 0 2 88
2031 31234 19 3 3 3 27 0 0 0 3 97
2032 34169 21 3 3 3 29 0 0 0 3 106
2020 8179 3 1 0 0 4 0 0 0 0 20
2021 8948 3 1 0 0 4 0 0 0 0 22
2022 9789 4 1 0 0 5 0 0 0 0 24
2023 10709 4 1 0 0 5 0 0 0 0 26
2024 11716 4 1 0 0 6 0 0 0 0 29
2025 12817 5 2 0 0 6 0 0 0 0 31
Rempek 2026 14022 5 2 0 0 7 0 0 0 0 34
2017 15340 6 2 0 0 8 0 0 0 0 38
2028 16782 6 2 0 0 8 0 0 0 0 41
2029 18359 7 2 0 0 9 0 0 0 0 45
2030 20085 7 2 0 0 10 0 0 0 0 49
2031 21973 8 3 0 0 11 0 0 0 0 54
2032 24039 9 3 0 0 12 0 0 0 0 59
2020 5815 7 1 0 0 8 0 0 0 0 32
2021 6362 8 1 0 0 9 0 0 0 0 35
2022 6960 8 1 0 0 10 0 0 0 0 38
2023 7614 9 1 0 0 10 0 0 0 0 42
2024 8330 10 1 0 0 11 0 0 0 0 46
2025 9112 11 2 0 0 13 0 0 0 0 50
Sambik Bangkol 2026 9969 12 2 0 0 14 0 0 0 0 55
2017 10906 13 2 0 0 15 0 0 0 0 60
2028 11931 14 2 0 0 16 0 0 0 0 66
2029 13053 16 2 0 0 18 0 0 0 0 72
2030 14280 17 2 0 0 20 0 0 0 0 79
2031 15622 19 3 0 0 21 0 0 0 0 86
2032 17091 21 3 0 0 24 0 0 0 0 94
BABI IV
Reduksi timbulan sampah merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan untuk
mengurangi volume sampah yang akan dibawa ke TPA. Reduksi timbulan sampah
merupakan salah satu bentuk pengelolaan sampah. Reduksi sampah hanya dilakukan di
sumber sampah. Adapun contoh dari reduksi timbulan sampah antara lain dapat berupa
pengolahan sampah organik menjadi kompos dan pengolahan lain yang dapat mengurangi
volume sampah yang akan dibuang di TPA. Sehingga dalam perencanaan ini perlu
diperhitungkan reduksi timbulan sampah.
Berdasarkan Profil Pengelolaan Sampah Perkotaan Kabupaten Lombok Utara tahun
2020, cakupan wilayah layanan pengelolaan sampah di Kecamatan Gangga mencapai 60%
dari keseluruhan area kota dan prosentase reduksi sampah Kecamatan Gangga tahun 2020
hanya 2%. Adapun berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM), tingkat reduksi volume
timbulan maksimal adalah 20% - 25%. Sehingga dari data tersebut dapat dilakukan proyeksi
reduksi sampah di Kecamatan Gangga hingga tahun 2032. Pada Tahun 2020 direncanakan
target reduksi sebesar 2%. Kemudian mengingat pembangunan biasanya mundur satu tahun,
maka pada atahun 2020 direncanakan target reduksi masih sebesar 2%. Setelah tahun 2020,
direncanakan kenaikan persentase reduksi tiap tahun adalah sebesar 2%. Berikut ini adalah
contoh perhitungan proyeksi tingkat reduksi timbulan sampah :
- Tingkat reduksi tahun 2020 = 2%
Tabel 4.2 Proyeksi Tingkat Reduksi Timbulan Sampah Rumah Tangga Tiap Kelurahan
di Kecamatan Gangga Tahun 2020-2032
% Reduksi SRT
Tahun
No
Kelurahan 202 202 202 202 202 203
2021 2022 2024 2026 2028 2030 2032
0 3 5 7 9 1
1 Bentek 2% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%
2 Gondang 2% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%
3 Genggelang 2% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%
4 Rempek 2% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%
Sambik
5 2% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%
Bangkol
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.3 Proyeksi Tingkat Reduksi Timbulan Sampah Sejenis Rumah Tangga Tiap
Kelurahan di Kecamatan Gangga Tahun 2018-2029
Tahun
Keluraha
202 202 202 202 202 202 202 202 202 202 203 203 203
n
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
1 Bentek 2% 3% 3% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
2 Gondang 2% 3% 3% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
Genggelan
3 2% 3% 3% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
g
4 Rempek 2% 3% 3% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
Sambik
5 2% 3% 3% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
Bangkol
Sumber : Hasil Perhitungan
Timbulan sampah merupakan volume ataupun berat sampah yang dihasilkan dalam
suatu sumber. Dalam perencanaan pengelolaan sampah Kecamatan Gangga ini, timbulan
sampah bersumber dari kegiatan dalam rumah tangga maupun dalam aktivitas fasilitas
umum yang ada di Kecamatan Gangga. Perhitungan timbulan sampah penting dilakukan
dalam perencanaan pengelolaan sampah Kecamatan Gangga untuk mengetahui volume
sampah yang dihasilkan hingga tahun akhir perencanaan. Sehingga dapat dilakukan
perencanaan terhadap fasilitas yang dibutuhkan dalam pengelolaan sampah kota.
Dalam melakukan perhitungan timbulan sampah Kecamatan Gangga dibutuhkan
koefisien timbulan sampah, dimana koefisien timbulan ini didapatkan dari penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan di wilayah perencanaan, dimana dalam hal ini didapatkan
koefisien timbulan sampah (untuk sampah rumah tangga) sebesar 0,228 kg/orang.hari.
Selain itu koefisien timbulan sampah dapat juga didapatkan dari standar yang berlaku yang
didasarkan pada klasifikasi kota dan komponen sumber sampah. Pada tabel 4.4 berikut
memuat besaran koefisien timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota.
Tabel 4.4 Koefisien Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota
Volume Berat
No Klasifikasi Kota (L/Orang/Hari) (Kg/Orang/Hari)
Kota Sedang
1 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80
(100.000 – 500.000)
Kota Kecil
2 2,50 – 2,75 0,625 – 0,70
(< 100.000)
Sumber : Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia
Dept PU,:PMB, Bandung, 1993
Adapun Tabel 4.5 berikut memuat koefisien timbulan sampah berdasarkan komponen
sumber sampah.
Sumber : Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia
Dept PU,:PMB, Bandung, 1993.
= 2.999 kg/hari
Sehingga dari perhitungan tersebut didapatkan berat timbulan sampah Desa Gondang
tahun 2020 adalah sebesar 2.999 kg/hari. Adapun hasil perhitungan lengkap mengenai
volume timbulan sampah seluruh Desa hingga tahun 2032 dapat dilihat pada Tabel 4.6
berikut :
Tabel 4.6 Berat Timbulan Sampah Rumah Tangga setiap Kelurahan 2020- 2032
Dari penentuan persentase komposisi sampah tersebut, selanjutnya dapat dicari total
timbulan dari masing-masing komposisi sampah pada tahun 2029. Setelah itu, dapat
ditentukan nilai Recovery Factor (RF) dari masing-masing komposisi yang disesuaikan
dengan target pelayanan pengelolaan sampah pada tahun 2029. Berikut ini contoh
perhitungan komposisi sampah rumah tangga pada tahun 2029.
Total berat timbulan sampah terlayani Kelurahan Naikoten I tahun 2032 = 5.923
kg/hari
Komposisi sampah makanan = 60,0 % x 9.493,75 kg/hari = 5.696,25 kg/hari
Perhitungan komposisi sampah secara lengkap pada tahun 2029 dapat dilihat pada
Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Komposisi Sampah Tiap Kelurahan di Kecamatan Gangga Tahun 2032
(Kg/hari)
Komposis
i Sampah
Keluraha Timbulan sampah (kg/hari)
n (kg/hari)
Sampah Plasti Kerta Karto Kay Kaca Kain Loga Karet Lain-
makanan k s n u m lain
60,00% 12,00 9,00 8,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 3,00%
% % % % % % % %
Bentek 5923,2 3553,9 710,8 533,1 473,9 118,5 118,5 118,5 59,2 59,2 177,7
Gondang 8175,7 4905,4 981,1 735,8 654,1 163,5 163,5 163,5 81,8 81,8 245,3
8350,8 5010,5 1002, 751,6 668,1 167,0 167,0 167,0 83,5 83,5 250,5
Genggelang
1
15854,6 9512,8 1902, 1426, 1268, 317,1 317,1 317,1 158,5 158,5 475,6
Rempek
6 9 4
Sambik 9293,2 5575,9 1115, 836,4 743,5 185,9 185,9 185,9 92,9 92,9 278,8
Bangkol 2
Total 38304,3 28558,5 5711, 4283, 3807, 952,0 952,0 952,0 476,0 476,0 1427,9
7 8 8
Sumber: Hasil Perhitungan
Berikut ini merupakan hasil penentuan dan perhitungan karakteristik fisik sampah di
Kecamatan Gangga.
Berat Kering = Persentase komposisi sampah x (100% - Kadar Air) Contoh pada sampah
Makanan
Berat Kering Sampah Makanan = 60% x (100% - 70%) = 18%
Tabel 5.4 Persentase Kadar Air dan Berat Kering Sampah Kecamatan
Gangga
Komposisi
No % Kadar Air (%) Berat Kering (%) Sifat
Sampah
1 Makanan 60% 70% 18,00% Terbakar
2 Plastik 12% 2% 11,76% Terbakar
3 Kertas 9% 6% 8,46% Terbakar
4 Taman 8% 60% 3,20% Terbakar
5 Kayu 2% 20% 1,60% Terbakar
6 Kaca 2% 2% 1,96% Terbakar
7 Kain 2% 10% 1,80% Terbakar
Tidak
8 Logam 1% 3% 0,97%
Terbakar
Tidak
9 Karet 1% 2% 0,98%
Terbakar
Tidak
10 Lain-lain 3% 9% 2,73%
Terbakar
Jumlah 100% 51,46%
Kadar air (%) 48,54%
Sumber: Hasil Perhitungan
Sehingga dari data tersebut dapat diketahui bahwa total kadar air sampah Kecamatan
Gangga sebesar 48,54%, sehingga berat kering sampah sebesar 51,46%. Persentase
kandungan materi yang tidak terbakar sebesar 4,68 % dan kandungan materi yang mudah
terbakar sebesar 46,78%.
5.1.1. Karakteristik Kimiawi
Tidak jauh berbeda dengan karakteristik fisik, tujuan diketahuinya karakteristik
kimiawi sampah ini adalah agar nantinya dapat dipilih metode pengolahan yang tepat sesuai
dengan kondisi eksisting sampah. Karakteristik kimiawi ini meliputi Proximate Analyze dan
Ultimate Analyze. Pada analisis proximate akan ditentukan nilai kadar abu, kadar volatil dan
nilai fix carbon dari sampah Kecamatan Gangga.
Dari acuan tersebut dapat dicari nilai kadar volatil, kadar abu, dan nilai fix carbon dari
Sampah Kecamatan Gangga dengan cara sebagai berikut :
Kadar Volatil = ((Total komposisi – kadar non volatil)/100) x
100
Kadar Non Volatil = Persentase komposisi sampah x (100% - kadar
volatil komposisi masing-masing sampah)
Kadar Abu = ((Total komposisi – kadar non abu)/100) x 100
Kadar Non Abu = Persentase komposisi sampah x (100% - kadar abu
komposisi masing-masing sampah)
Nilai Fix Carbon = ((Total komposisi – kadar non fix carbon)/100) x
100
Nilai non Fix Carbon = Persentase komposisi sampah x (100% - kadar fix
carbon komposisi masing-masing sampah)
Sehingga, didapatkan hasil sebagai berikut :
Komposisi
No % Kadar Abu (%) Non Abu (%)
Sampah
1 Makanan 60% 5,00% 57,00%
2 Plastik 12% 2,00% 11,76%
3 Kertas 9% 5,40% 8,51%
4 Taman 8% 0,50% 7,96%
5 Kayu 2% 0,60% 1,99%
6 Kaca 2% 97,00% 0.06%
7 Kain 2% 6,50% 1,87%
8 Logam 1% 97,00% 0.03%
9 Karet 1% 9,90% 0,90%
10 Lain-lain 3% 20,00% 2,40%
Jumlah Total 100% 92,39%
Kadar abu (%) 7,61%
Sumber: Hasil Perhitungan
Dari tabel tersebut di atas dapat diketahun bahwa kadar volatil sampah Kecamatan
Gangga sebesar 38,59 %, nilai fix carbon sebesar 4,84 %, dan kadar abu sebesar 7,52 %.
Selanjutnya adalah menentukan karakteristik ultimate analisis untuk mendapatkan rumus
kimia sampah dan total energi yang ada pada sampah Kecamatan Gangga. Acuan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.8 Komposisi Unsur Sampah
Komposisi (%)
No Komposisi Sampah
C H O N S
1 Makanan 48 6,4 37,6 2,6 0,4
2 Plastik 43,5 6 44 0,3 0,2
3 Kertas 49,5 6 42,7 0,2 0,1
4 Taman 78 10 0 2 0
5 Kayu 55 6,6 31,2 4,6 0,15
6 Kaca 60 7,2 22,8 0 0
7 Kain 0,5 0,1 0,4 0,08 0
8 Logam 4,5 0,6 4,3 0,08 0
9 Karet 0 0 0 0 0
10 Lain-lain 26,3 3 2 0,5 0,2
Sumber: Hasil Perhitungan
Maka, dapat diketahui komposisi unsur Sampah Kecamatan Gangga adalah sebagai
berikut :
Menghitung unsur C sampah makanan = Unsur C acuan x Berat kering
= 48,0 x 18,00 = 8,64
Setelah diketahui total masing-masing unsur, maka dapat ditentukan rumus kimia
sampah kecamatan Gangga adalah sebagai berikut :
Mol atom C = persentase total unsur C : berat atom C
= 24,09 : 12 = 2,0075
Jumlah atom unsur C = Mol atom C : mol atom terkecil (dalam hal
ini atom S)
= 2,0072 : 0,0033 = 611
= 611 x 12 = 7335
Dalam perencanaan ini akan digunakan sistem pewadahan individual dalam proses
pewadahan sampah rumah tangga, dimana jumlah orang dalam setiap kepala keluarga (KK)
adalah 5 orang dan terdapat 1 wadah sampah dalam setiap KK yang nantinya akan
dikumpulkan dalam 1 wadah komunal untuk setiap 40 KK. Sedangkan untuk wadah
sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan pengumpulan sampah secara individual.
Hal ini karena jarak antar fasilitas umum tidaklah berdekatan dan volume sampah masing-
masing fasilitas berbeda.
Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk mendapatkan dimensi wadah sampah
yang pada sampah rumah tangga.
Per Rumah Tangga
Rempek 5 5
5,3
0,007 1
4 4,2 4
Sambik 0,007 1
Bangkol
Rungkut 13 162,5 13
0,08 1
Kidul
18 150 18
Bentek 225,0 0,08 1
17 212,5 17
Gondan 0,08 1
g
INDUSTR
I Genggel 29 29
ang 362,5
0,08 1
16 200,0 16
Rempek 0,08 1
12 210,0 13
Sambik 0,08 1
Bangkol
3 300,0 3
Bentek 0,67 1
3 300,0 150 3
Gondan 0,67 1
g
2 200,0 2
Genggel 0,67 1
PASAR
ang
Rempek 3 3
300,0
0,67 1
3 300,0 3
Sambik 0,67 1
Bangkol
Sumber : Hasil Perhitungan
Untuk fasilitas pasar akan dipilih wadah sampah 660 liter sama halnya seperti wadah
komunal sampah rumah tangga pada subbab sebelumnya. Sedangkan untuk fasilitas industri,
minimarket, kesehatan, dan pendidikan masing-masing akan dipilih wadah sampah bervolume
120 liter, 100 liter seperti pada gambar berikut :
Gambar 6.2 Wadah Sampah Fasilitas Industri, Kantor dan
Hotel
BAB VII
PENGUMPULAN SAMPAH
Volumesampah di gerobak
Jumlah gerobak
kapasitas =
gerobak x jumlah ritasi
= 164 unit gerobak
Jumlah orang = jumlah gerobak x 2 = 66 orang.
Bentek 100
43080 1,078 150 77,21 250 46,33 66 3 164 33
1335,3 8615 110 0,57 19
Gondang 100
88712 1,078 150 108,89 250 65,33 66 3 94 29
27500,7 17742,4 210 0,57 Kontai 44
Gangga 100 1,078 150 n er 112,90 250 67,74 66 3 22 30
Genggelang 57473 17816,6 11494,6 139 0,57 0,66 45
m3 =
Rempek 100
56659 17564,3 11331,8 170
1,078 150
0,57 660
216,77 250 130,06 66 3 29 58 87
Liter
Sambik 100 1,078 150 123,97 250 74,38 66 3 17 33
Bangkol 48541 15047,7 9708,2 131 0,57 50
100819,5 36399
TOTAL 363992 951 5,390 - 640 - 384 - - 85 171 256
2
Volume sampah
Jumlah gerobak =
di gerobak kapasitas gerobak x jumlah ritasi
1,5
=
1x1
88712 17742,4 7297,6 619,8 15834,8 15834,8 9184,5 6650,3 6650,3 9184,5 6650,3 15834,8
57473 11494,6 7566,3 508,7 16150,1 16150,1 9184,5 6965,6 6965,6 9184,5 6965,6 16150,1
56659 11331,8 14527,3 809,2 30673,0 30673,0 9184,5 21488,5 21488,5 9184,5 21488,5 30673,0
48541 9708,2 8308,5 661,6 17940,3 17940,3 9184,5 8755,9 8755,9 9184,5 8755,9 17940,3
Penentuan jumlah TPS per kelurahan dapat dilihat pada Tabel 8.2
Persen
Pelayanan Penduduk KK JUMLAH TPS JENIS TPS
NO KELURAHAN
Tahun
2032 2020 2032 2020 2032 2020 2029 TPS BIASA (TPS I) TPS 3R TPST
1 Bentek 100% 14656 43075 8615 10680 0 2 1 1
2 Gondang 100% 30184 88712 17742 19599 0 1 1
3 Genggelang 100% 19555 57473 11495 16842 0 1 1
4 Rempek 100% 19278 56659 11332 13137 2 2 1 1
5 Sambik Bangkol 100% 16516 48541 9708 10514 3 3 2 1
TOTAL 108962 193862 14656 85811 7 10 8 5
8.2 Desain TPS 3R
ke pengepul. Penyimpanan barang dilakukan maksimal dalam tiga hari untuk menjaga
kerapian gudang. Berikut ini adalah perhitungan gudang penyimpanan sampah kering pada
TPS 3R :
Volume sampah = kertas + plastik + logam + gelas
= 7,52 m3/hari
Lama penyimpanan tiga hari.
Volume sampah tiga hari = 3 hari x 7,52 m3/hari
= 22,56 m3
Tinggi tumpukan sampah 1 m
Luas gudang = volume / tinggi tumpukan
= 22,56 m3 / 1 m
= 22,56 m2
Direncanakan panjang gudang dua kali lebar gudang, maka A
=pxl
22,56 m2 = 2l x l
l = 3,4 m
p = 6,8 m
Panjang dan lebar gudang ditambah 1 m untuk memudahan petugas dalam
melakukan penyortiran dan pengemasan.
Panjang = 3,4 m + 1 m = 4,4 m
Lebar = 6,8 m + 1 m = 7,8 m
Luas = 4,4 m x 7,8 m = 34,32 m2
5. Gudang Peralatan
Pembangunan gudang peralatan ini berfungsi untuk menyimpan semua peralatan yang
digunakan dalam pengelolaan sampah di TPS 3R seperti sekop, sarung tangan, karung, sepatu
boat, dan lain-lain. Luas gudang perencanaan direncanakan 42 m2 dengan dimensi 3 m x 3 m.
6. Ruang Kantor
Pembangunan ruang kantor ini berfungsi untuk menyimpan berkas-berkas administrasi, catatan
bahan baku, dan lain-lain. Direncanakan luas kantor 12 m2 dengan ukuran 4 m x 3m.
7. Pos Jaga
Pos jaga ini nantinya akan dibangun di dekat parkiran, fungsinya adalah sebagai tempat petugas
keamanan.Direncanakan luas pos jaga ini adalah 4,6 m2 dengan ukuran 3 m x 1,5 m.
8. Lahan Parkir
Lahan parkiran ini nantinya akan dibangun di dekat pos jaga, fungsinya adalah sebagai tempat
parkir. Direncanakan luas lahan parkir ini adalah 20 m2 dengan ukuran 5 m x 4 m.
9. Lahan Proses Pengomposan
Dalam pembangunan lahan pengomposan diperlukan lahan-lahan lain yang menunjang proses
pengolahan sampah menjadi kompos. Lahan-lahan tersebut antara lain lahan penampungan,
lahan pencacahan, lahan pengomposan, lahan pengayakan, dan gudang penyimpanan kompos
jadi. Lahan ini disesuaikan dengan lahan yang ada.
a. Lahan Penampungan
Jumlah Berat
Ber Kontrib Persent
Kompon Atom
at usi ase
en Per Ato Tiap (%)
Mol m Elemen
Karbon 60 12 720 50,1
3
Hidroge 94,3 1 94,3 6,57
n
Oksige 37,8 16 604,8 42,1
n 1
Nitroge 1 14 14 0,97
n
Sulfur 0,1 32 3,2 0,22
Jumlah - - 1.436, 100
30
Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil (1993)
Berat
VS Per Akhir
Persentase Dengan
Kompone Kompone BVS
(%) Koefisien
n n (kg) (kg)
Konversi
(kg)
Karbon 50,13 2013,96 1208,38 1147,96
Hidrogen 6,57 263,95 158,37 150,45
Oksigen 42,11 1691,76 1015,06 964,30
Nitrogen 0,97 38,97 23,38 22,21
Sulfur 0,22 8,84 5,30 5,04
Jumlah 100 4017,48 2410,49 2289,96
Sumber: Hasil Perhitungan
Sehingga diketahui produk kompos yang dihasilkan sebesar 2289,96 kg/hari.
Volume kompos = 2289,96 kg/hari / 150 kg/m3= 15,26 m3/hari Menurut
Yuwono (2005), volume bahan kompos akan akan menyusut
menjadi 50 % dari asalnya.
Volume kompos = 50 % x 15,26 m3/hari
= 7,63 m3/hari
Waktu penyimpanan = 7 hari
Volume dalam tujuh hari = 7,63 m3/hari x 7 hari = 53,43 m3
tinggi tumpukan = 1,50 m
Luas gudang = Volume dalam tujuh hari/ tinggi
tumpukan
= 53,43 m3/ 1,50 m
= 35,62 m2
Panjang = 10 m
Lebar = 3,6 m
Untuk memudahkan petugas untuk keluar masuk maka ditambahkan
space walk 1m pada lebar dan panjangnya.
Panjang = 10 m + 1 m = 11 m
Lebar = 3,6 m + 1 m = 4,6 m
Luas = 11 m x 4,6 m = 50,6 m2
= 3,45m3
c. Pengemasan Kompos
Dalam perencanaan ini direncanakan lahan untuk pengemasan kompos
adalah seluas 32 m2, dengan rincian sebagai berikut :
Panjang =8m
Lebar =4m
Luas =8mx4m = 32 m2
Dari perhitungan yang telah dilakukan maka lahan yang dibutuhkan untuk
pembangunan TPS 3R adalah sebagai berikut :
Lahan penerimaan = 28 m2
Lahan Pemilahan
- Lahan Sortir dan konveyor = 13,5 m²
- Lahan Penempatan Keranjang = 24 m²
Lahan Sampah Residu = 31,08 m2
Gudang Sampah Kering = 34,32 m2
Gudang Peralatan = 9 m2
Ruang Kantor = 20 m2
Pos jaga = 4 m2
Lahan Parkir = 20 m2
Lahan Proses Pengomposan
- Lahan Penampungan = 28 m2
- Lahan Pencacahan = 20,8 m2
- Lahan Pengomposan = 540 m2
- Lahan parit lindi = 91,5 m2
- Lahan Pengayakan = 32 m2
BAB IX
PENGANGKUTAN SAMPAH
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0246810121416
Jarak/Trip (km/Trip)
No. Truk Nama Sopir Lokasi TPS Nama TPS Rute Trip
Pool-TPS 4
Bentek TPS 4
TPS 4-TPS 3R 3-TPS 1
Gondang TPS 1 TPS 1 -TPS 3R 3-TPS 2
TPS 2 TPS 2-TPS 3R 1-TPS 3
1 Arya Genggelang
TPS 3 TPS 3-TPS 3R 1-TPS 5
Rempek TPS 5 TPS 5-TPS 3R 2-TPS 6
TPS 6-TPS 3R 2-TPS 4
Sambik TPS 6
Bangkol TPS 4- Pool
Pool-TPS 4
Bentek TPS 4
TPS 4-TPS 3R 3-TPS 1
Gondang TPS 1 TPS 1 -TPS 3R 3-TPS 2
TPS 2 TPS 2-TPS 3R 1-TPS 3
2 Jono Genggelang
TPS 3 TPS 3-TPS 3R 1-TPS 5
Rempek TPS 5 TPS 5-TPS 3R 2-TPS 6
TPS 6-TPS 3R 2-TPS 4
Sambik TPS 6
Bangkol TPS 4- Pool
Pool-TPS 4
Bentek TPS 4
TPS 4-TPS 3R 3-TPS 1
Gondang TPS 1 TPS 1 -TPS 3R 3-TPS 2
TPS 2 TPS 2-TPS 3R 1-TPS 3
3 Damy Genggelang
TPS 3 TPS 3-TPS 3R 1-TPS 5
Rempek TPS 5 TPS 5-TPS 3R 2-TPS 6
TPS 6-TPS 3R 2-TPS 4
Sambik TPS 6
Bangkol TPS 4- Pool
Sumber: Hasil Perhitungan
Pada tabel tersebut angka a setelah nama TPS menyatakan bahwa pengambilan
sampah di TPS tersebut merupakan pengambilan pertama (karena di setiap TPS terdapat
2 kontainer). Dari perhitungan tersebut waktu pool- TPS 4 merupakan t1, dimana nilai t1
tersebut sama dengan waktu TPS 4 -pool. Selanjutnya dari data tersebut dibuat grafik
linear untuk mendapatkan nilai a dan b, dimana pada grafik linear sumbu x diwakili oleh
jarak dalam setiap trip dan sumbu y diwakili oleh waktu dalam setiap tripnya. Gambar
9.3 memuat grafik penentuan konstanta a dan b dalam sistem HCS
Penentuan Konstanta a dan
0,4 b y = 0,025x
R² = 1
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Jarak/Trip (km/Trip)
Waktu (Jam/Trip)
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0246810121416
Jarak/Trip (km/Trip)
Gambar 9.4 Grafik Penentuan Konstanta a dan b dalam sistem HCS
Berdasarkan grafik tersebut didapatkan persamaan linier :
y = 0,025 x
a = 0 jam/trip
b = 0,025 jam/km
x = jarak pool-TPS 5-pool
= 2 x 2,5 km
= 5 km
Sehingga nilai h adalah
h = a+bx
= (0,025 x 5) = 0,125 jam/trip
Perhitungan PHCS
Tabel 9.6 Jarak dan Waktu yang Dibutuhkan dalam Setiap Trip Truk 2
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0246810121416
Jarak/Trip (km/Trip)
9.2. Analisis Bahan Bakar yang Dibutuhkan dan Emisi CH4 dan NO2
Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Rungkut (sistem pengangkutan
HCS)
Pengangkutan sampah di Kecamatan Rungkut membutuhkan 3 truk per
harinya. Sehingga analisis bahan bakar yang dibutuhakan serta emisi yang
dihasilkan dilakukan pada setiap truk.
a. Truk Pertama
Estimasi bahan bakar yang diperlukan untuk truk pertama per harinya
didapatkan dengan rumus sebagai berikut :
Estimasi bahan bakar = VehiclesxDistancexConsumption
Keterangan :
Vehicles = jumlah truk
= 1 truk x 58,34 km x 1 L/ 10 km
= 6 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 6 L x m3/1000 L
= 5,4 kg
- LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) =
44400 kJ/kg
- Emisi bahan bakar = Massa bahan bakar x LHV bensin
= 5,4 kg x 44400 kJ/kg
= 239.760 kJ
=239,8 Ton Joule
- Menghitung emisi CH4 dan N2O yang dikeluarkan dari truk
sebagai berikut :
Emission = Fuel x EF
Keterangan :
Emission = Emisi (kg)
= 62.348 kg
-
Emisi N2O = 239,8 TonJoule x 41 kg/TonJoule
= 9.831,8 kg
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan emisi CH4 yang dihasilkan
truk 1 dalam pengangkutan adalah 62.,348 Ton dalam setiap harinya.
Sedagkan emisi NO2 yang dihasilkan truk 1 dalam pengangkutan adalah
9,831 Ton dalam setiap harinya.
b. Truk Kedua
Estimasi bahan bakar yang diperlukan untuk truk kedua per harinya
didapatkan dengan rumus sebagai berikut :
Estimasi bahan bakar = VehiclesxDistancexConsumption
Keterangan :
Vehicles = jumlah truk
bakar (L/km)
= 1 truk x 58,34 km x 1 L/ 10 km
= 6 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 6 L x m3/1000 L
= 5,4 kg
- LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) =
44400 kJ/kg
- Emisi bahan bakar = Massa bahan bakar x LHV bensin
= 5,4 kg x 44400 kJ/kg
= 239.760 kJ
=239,8 Ton Joule
- Menghitung emisi CH4 dan N2O yang dikeluarkan dari truk
sebagai berikut :
Emission = Fuel x EF
Keterangan :
Emission = Emisi (kg)
c. Truk Ketiga
Estimasi bahan bakar yang diperlukan untuk truk ketiga per harinya
didapatkan dengan rumus sebagai berikut :
Estimasi bahan bakar = VehiclesxDistancexConsumption
Keterangan :
Vehicles = jumlah truk
bakar (L/km)
= 1 truk x 58,34 km x 1 L/ 10 km
= 6 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 6 L x m3/1000 L
= 5,4 kg
Keterangan :
Vehicles = jumlah truk
= 1 truk x 187,48 km x 1 L/ 10 km
= 18,7 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 18,7 L x m3/1000 L
Fuel = bahan bakar dikonsumsi (TJ)
-
Emisi CH4 = 239,8 TonJoule x 260 kg/TonJoule
= 62.348 kg
-
Emisi N2O = 239,8 TonJoule x 41 kg/TonJoule
= 9.831,8 kg
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan emisi CH4 yang dihasilkan
truk 2 dalam pengangkutan adalah 62.,348 Ton dalam setiap harinya.
Sedagkan emisi NO2 yang dihasilkan truk 2 dalam pengangkutan adalah
9,831 Ton dalam setiap harinya.
Keterangan :
Vehicles = jumlah truk
= 1 truk x 187,48 km x 1 L/ 10 km
= 18,7 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 18,7 L x m3/1000 L
= 16,83 kg
- LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) =
44400 kJ/kg
- Emisi bahan bakar = Massa bahan bakar x LHV bensin
= 16,83 kg x 44400 kJ/kg
= 747.252 kJ
= 747,252 Ton Joule
- Menghitung emisi CH4 dan N2O yang dikeluarkan dari truk
sebagai berikut :
Emission = Fuel x EF
Keterangan :
Emission = Emisi (kg)
= 1 truk x 187,48 km x 1 L/ 10 km
= 18,7 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 18,7 L x m3/1000 L
= 16,83 kg
- LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) =
44400 kJ/kg
- Emisi bahan bakar = Massa bahan bakar x LHV bensin
= 16,83 kg x 44400 kJ/kg
= 747.252 kJ
= 747,252 Ton Joule
- Menghitung emisi CH4 dan N2O yang dikeluarkan dari truk
sebagai berikut :
Emission = Fuel x EF
Keterangan :
Emission = Emisi (kg)
= 1 truk x 187,48 km x 1 L/ 10 km
= 18,7 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 18,7 L x m3/1000 L
= 16,83 kg
- LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) =
44400 kJ/kg
- Emisi bahan bakar = Massa bahan bakar x LHV bensin
= 16,83 kg x 44400 kJ/kg
= 747.252 kJ
= 747,252 Ton Joule
Keterangan :
Emission = Emisi (kg)
Keterangan :
Vehicles = jumlah truk
Distance = jarak total yang ditempuh pada trip.
Consumption = asumsi 1:10 artinya 1 L bahan bakar untuk 10 km.
- Estimasi bahan bakar = jumlah truk x jarak tempuh (km) x
konsumsi bahan
bakar (L/km)
= 1 truk x 189,24 km x 1 L/ 10 km
= 18,92 L untuk 1 truk
- Densitas bahan bakar = 900 kg/m3
- Massa dari bahan bakar = densitas x volume
= 900 kg/m3 x 18,92 L x m3/1000 L
= 17,03 kg
- LHV = Low Heating Value (nilai kalor bawah bahan bakar) =
44400 kJ/kg
- Emisi bahan bakar = Massa bahan bakar x LHV bensin
= 17,03 kg x 44400 kJ/kg
= 756.132 kJ
= 756,132 Ton Joule
-
Emisi CH4 = 756,132 Ton Joule x 260 kg/TonJoule
= 196.594,32 kg
-
Emisi N2O = 756,132 TonJoule x 41 kg/TonJoule
= 31.001,412 kg
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan emisi CH4 yang dihasilkan truk 1 dalam
pengangkutan adalah 196,59 Ton dalam setiap harinya. Sedagkan emisi NO2 yang
dihasilkan truk 1 dalam pengangkutan adalah 31,00 Ton dalam setiap harinya.
BAB X
PENGOLAHAN TERMAL
10.1. Pengolahan Termal
Pada perencanaan ini, direncanakan pengolahan termal sampah dilakukan di
TPA. Sampah yang diolah dengan pengolahan termal merupakan beberapa sampah yang
tidak dimanfaatkan di TPS 3R. Sampah yang diinsinerasi berupa sampah kertas, sampah
plastik, sampah metal/logam, sampah kain/tekstil, dan sampah karet/kulit tiruan, sampah
kayu, dan sampah gelas/kaca. Pemilihan jenis sampah yang diinsinerasi didasarkan pada
nilai kalor yang terkandung dalam setiap jenis sampah. Tabel 10.1 berikut memuat data
nilai kalor yang dimiliki setiap komponen sampah.
Tabel 10.1 Nilai Kalor Setiap Komponen Sampah
Energy Content
Komponen Typical (Btu/lb)
Organik 1.797
Kertas 7.042
Plastik 14.101
Kain/Tekstil 7.960
Logam/Metal 301
Gelas/Kaca 84
Lain-lain 3.669
Kayu 6.640
Karet/Kulit Tiruan 10.890
Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil, 1993
Dari tabel tersebut dapat diketahui nilai kalor dari sampah yang akan diinsinerasi.
Selain itu dalam perencanaan pengolahan termal juga perlu diketahui kadar air setiap
komponen sampah. Tabel 10.2 memuat data mengenai kadar air setiap komponen
sampah.
Tabel 10.2 Kadar Air Setiap Komponen Sampah
Kadar Air
Komponen Persen Berat (%)
Organik 70
Kertas 6
Plastik 2
Kain/Tekstil 10
Logam/Metal 3
Gelas/Kaca 2
Lain-lain 8
Kayu 20
Karet/Kulit Tiruan 2
Sumber : Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil, 1993
Pada perencanaan pengolahan termal, terdapat beberapa data yang perlu diketahui
untuk perhitungan. Berikut ini adalah data-data penunjang dalam perhitungan
pengolahan termal.
1. Pada proses insinerasi ini terdapat 5% karbon yang tidak dapat terbakar.
2. Kalor laten air adalah 1.040 Btu/lb
3. Radiasi yang hilang dengan pada proses pembakaran adalah 0,005 Btu/lb
4. Semua oksigen pada sampah mempunyai ikatan sebagai air
5. Keberadaan udara teoritis berdasarkan stoikiometri
: Karbon : (C + O2 CO2)
Hidrogen : (2H2 + O2 2H2O)
Sulfur : (S + O2 SO2)
6. Hidrogen bersih yang dapat digunakan untuk pembakaran adalah sama
dengan selisih antara persen hidrogen dengan satu per delapan persen
oksigen.
7. Kadar panas karbon adalah 14.000 Btu/lb
8. Kadar kelembaban pada pembakaran udara adalah 1%.
Dari data-data yang telah disebutkan, maka dapat dihitung berat elemen
sampah. Berikut ini adalah contoh perhitungan berat elemen karbon pada
sampah.
Berat karbon = % karbon (Tabel 10.4) x berat basah sampah)
= 49,9% x 8.847,8 kg /hari
= 4414,05 kg/hari
Dengan perhitungan yang sama, dapat dihitung berat elemen sampah. Tabel
10.5 memuat hasil perthitungan berat setiap elemen sampah.
Tabel 10.5 Hasil Perhitungan Berat Setiap Elemen Sampah
Pada tahapan selanjutnya dapat dihitung jumlah residu yang inert dalam
pembakaran sampah.
Komponen residu pembakaran yang inert = 311,62 kg/hari
= 16,4 kg/hari
= 214,42 kg/hari
= 3,31%
= 245,59 kg/hari
= 2782,33 kg/hari
= 31403,28 kg/hari
= 27667,1 kg/hari
= 7396,88 kg/hari
= 66467,26 kg/hari
= 66467,26 kg/hari x 2
= 132934,52 kg/hari
= 1329,3452 kg/hari
Total udara = 132934,52 kg/hari + 1329,3452 kg/hari
=134263,865 kg/hari
Pada perhitungan selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap jumlah air dari
hidrogen yang dihasilkan dari proses pembakaran.
18 kg H2O
H2O =
2 kg H
18 kg H2O
=
2 kg H
=2210,31kg/hari
= 5146,46 lb/hari
=36.243.457,75 Btu
Berat Berat
Energy
Komposisi Sampah Sampah Energy
Conten
Sampah Basah Basah Content (Btu)
t
(Kg/Hari) (lb/Hari)
(Btu/lb)
Plastik 2761,97 6089,0892 14.101,00 85.862.247,09
Kertas 2485,77 5480,1803 7.042,00 38.591.429,66
Kayu 920,66 2029,6964 6.640,00 13.477.184,14
Gelas/Kaca 276,20 608,90892 84,00 51.148,35
Kain/Tekstil 920,66 2029,6964 7.960,00 16.156.383,40
Logam/Metal 92,07 202,96964 301,00 61.093,86
Karet/Kulit
1014,8482 10.890,00 11.051.696,93
Tiruan 460,33
Jumlah 7917,64 17455,39 47018,00 165251183,44
Total
Jumlah
Terolah
Emisi
Tahunan Faktor
MetanTahunan
dengan Emisi
bersih
Sistem Komposisi Fasilitas
Pengolahan Sampah Pengolahan
Biologis
(g CH4 /
kg
(Gg) (Gg CH4)
sampah
terolah)
Plastik 0,00276197 0,2 5,52E-10
Kertas 0,00248577 0,2 4,97E-10
Kayu 0,00092066 0,2 1,84E-10
Gelas/Kaca 0,0002762 0,2 5,52E-11
Insinerasi
Kain/Tekstil 0,00092066 0,2 1,84E-10
Logam/Metal 9,2066E-05 0,2 1,84E-11
Karet/Kulit 0,00046033 0,2 9,21E-11
Tiruan
Total 0,00791764 1,58E-09
Sumber: Hasil Perhitungan
Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap emisi gas N2O yang dihasilkan dari
proses insinerasi. Berikut adalah cara perhitungan emisi gas N2O dari jenis sampah kertas.
(g CH4 / kg
(Gg) sampah (Gg CH4)
terolah)
Plastik 0,00276197 50 1,38E-07
Kertas 0,00248577 50 1,24E-07
Kayu 0,00092066 50 4,60E-08