Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN INFRASTRUKTUR PENGOLAHAN

PERSAMPAHAN DI KOTA PEMANGKAT


KABUPATEN SAMBAS

Denny Walter
Email: dennywalter74@gmail.com

Abstract

The fast growing level people for city will make more burden to prepare the new
infrastructure. One of the burden is some solid waste or commonly said garbage. When it is
not well manage it will automatically reduce the quality of environment then will endanger the
people themshelves.

In line wit h the fast city growing and the social level of community and also the growing of
the human technology, the garbage is seriur problem and it is needed the integrated, wise
solution based on the new innovations, And it is must fulfill requirements from some aspects;
socially, economically and also technically.

People produce cheap garbagesin their daily life. Based on the survey and research done in
the village of Penjajap, Pemangkat city, the amount of the garbage produced
about0,736/kg/people/day. It consist of 62,288% of organic garbage and 37% of anorganic one.
The common problem emerged when managing the garbage is operational technique and high
cost. Most city in Indonesia are able to collect and dispose 60% from all the garbage
production, and the rest is handled and discarded in unhygienic way and will contaminaaate the
environment.

Keywords: people growing, cheap of garbage, Garbage managment

pembangunan yang berkelanjutan. Peningkatan


PENDAHULUAN jumlah penduduk dan konsumsi akan
mengakibatkan bertambahnya volume sampah
Sampah merupakan permasalahan hampir
yang diproduksi oleh rumah tangga. Keadaan
di seluruh Kota yang ada di Indonesia. Hal ini
perekonomian Indonesia secara nasional yang
dikarenakan secara infrastruktur dan manajemen,
telah berlangsung sejak 1998 telah berdampak
sampah belum ditangani sesuai dengan konsep
pula terhadap penurunan kondisi lingkungan hidup (1996), berdasarkan asalnya sampah padat dapat
diberbagai Kota di Indonesia secara signifikan, digolongkan menjadi dua, yaitu: Samapah
termasuk didalamnya mengenai pengelolaan Organik dan sampah Anorganik. Teknik
infrastruktur persampahan yang belum menjadi operasional persampahan, menurut SNI 19-2454-
prioritas hingga saat ini.Kota Pemangkat memiliki 2002 terdiri dari 6 komponen yaitu perwadahan,
luas 73,5 km2 yang terdiri dari 3 desa yaitu Desa pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,
Pemangkat Kota, Desa Penjajab dan Desa pengolahan, pembuangan akhir, sebagaimana
Harapan. Akhir-akhir ini mengalami pertambahan skema pada gambar 1.4 diagram teknik
jumlah penduduk yang sangat pesat. Pertumbuhan operasional sampah Pengelolaan limbah padat
perekonomian adalah sebagai latar belakang (sampah) terdapat 6 (enam) fungsi elemen yaitu
perkembangan penduduk yang sangat cepat. (1) timbulan sampah, (2) penanganan
Dengan adanya kondisi tersebut, dampak yang pada sumber, (3) pengumpulan sampah dari
ditimbulkan pada volume produksi sampah juga sumbernya (4) pemisahan dan proses pengolahan
meningkat. Jumlah timbulan sampah Kota (5) pemindahan dan pengangkutan, (6)
Pemangkat pada tahun 2011 mencapai 18-24 Pembuangan (Tchobagnoglous: 1993) Strategi
M3/hari. Sehingga Kota Pemangkat juga tak luput pelayanan sistem pengelolaan sampah
dari permasalahan sampah kota. Hal tersebut mendahulukan pencapaian keseimbangan
mengakibatkan meningkatnya aktifitas sampah di pelayanan dilihat dari segi kepentingan sanitasi
kota Pemangkat, mulai dari aktivitas pemukiman, dan ekonomis, kualitas pelayanan dan kuantitas
institusi perkantoran dan pendidikan, pelayanan. Dalam menentukan skala kepentingan
perdagangan/ komersil, rekreasi, fasilitas daerah pelayanan dapat dibagi dalam beberapa
kesehatan dan laboratorium, maka jumlah kondisi sebagai berikut :
timbulan sampah yang dihasilkan juga semakin
1. Wilayah dengan pelayanan intensif adalah
meningkat. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan
daerah jalan protokol, pusat kota, kawasan
sistem pengelolaan sampah, sehingga upaya
permukiman tidak teratur dan daerah komersial;
tersebut optimal dan efisien. Pelaksanaan
pengelolaan sampah di Kota Pemangkat meliputi 2. Wilayah dengan pelayanan menengah
beberapa tahapan kegiatan, yaitu dimulai dari adalah kawasan permukiman teratur.
tahap pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan akhir. Tahap 3. Wilayah dengan daerah pelayanan rendah
pengumpulan dan pengangkutan sampah adalah daerah pinggiran.
memerlukan perhatian yang serius.
Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan
KAJIAN TEORI dari sumber sampah. Besaran timbulan sampah
ditentukan berdasarkan klasifikasi kota yaitu
Sampah adalah suatu yang tidak untuk kota sedang volume sampah yang
dihasilkan berkisar antara 2,75-3,25 l/org/hari
dikehendaki lagi oleh yang punya dan bersifat
dengan berat 0,70-0,8 kg/org/hari. Untuk kota
padat. Berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun kecil volume sampah yang dihasilkan berkisar
2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan 2,5-2,75 l/org/hari dengan berat 0,625-0,70
bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari kg/org/hari, Ditjen Cipta Karya, (2006). Menurut
manusia atau proses alam yang berbentuk padat Hartono (1993), jumlah dan komposisi sampah
atau semi padat berupa zat organik atau anorganik yang dihasilkan suatu kota ditentukan oleh
bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang beberapa faktor yaitu jumlah penduduk dan
tingkat pertumbuhannya, tingkat pendapatan dan
dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke pola konsumen, pola penyediaan kebutuhan hidup
lingkungan (Slamet, 2002).Menurut Gelbert, dkk
penduduknya dan iklim dan musim yang terkait. Menurut SNI 19-2454-2002, pengolahan sampah
Menurut Ditjen Cipta Karya (2006:) didapatkan adalah suatu upaya untuk mengurangi volume
angka angka laju timbulan sampah. Menurut sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari
Ditjen Cipta Karya (2006), pewadahan sampah sumber sampah menuju ke tempat pembuangan
adalah cara penampungan sampah sementara di akhir. Teknik-teknik pengolahan sampah dapat
masing-masing sumbernya. Menurut Ditjen Cipta berupa pengomposan, pembakaran, daur ulang dan
Karya (2006), pengumpulan sampah adalah pemadatan. Pembuangan akhir sampah adalah
proses penanganan sampah dengan cara tempat untuk mengkarantina (menyingkirkan)
pengumpulan dari masing-masing sumber sampah sampah kota sehingga aman. Tempat
untuk diangkut ke tempat pembuangan sementara pembuangan akhir sampah merupakan terminal
atau langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa terakhir dari proses pewadahan, pengumpulan,
melalui proses pemindahan. TPS yang pengangkutan yang diproses lebih lanjut dengan
digunakan biasanya kontainer kapasitas 10 m3,6 pemusnahan. Dalam pemusnahan dikenal
m3, 1 m3, transfer depo, bak pasangan batu bata, berbagai metode antara lain adalah landfill.
drum bekas volume 200 liter, dan lain-lain. TPS- Landfill merupakan fasilitas fisik yang digunakan
TPS tersebut penempatannya disesuaikan untuk residu buangan padat di permukaan
dengan kondisi lapangan yang ada Ditjen Cipta tanah, cara pengolahan sampah sistem
Karya, (2006). landfill. Lahan urugan terbuka atau open dumping
(tidak dianjurkan) merupakan sistem yang tertua
Pemindahan sampah adalah tahap yang dikenal manusia dalam sistem pembuangan
memindahkan sampah hasil pengumpulan ke sampah, dimana sampah hanya dibuang atau
dalam alat pengangkut untuk di bawa ke tempat ditimbun di suatu tempat Lahan urugan
pembuangan akhir (SNI 19-2454-2002). Operasi terkendali atau Controlled Landfill yaitu lahan
pemindahan dan pengangkutan menjadi urug terbuka
diperlukan apabila jarak angkut ke pusat
pemrosesan/TPA sangat jauh sehingga Lahan urugan penyehatan atau Sanitary
pengangkutan langsung dari sumber ke TPA Landfill yaitu caranya hampir sama dengan di
dinilai tidak ekonomis. Hal tersebut juga menjadi atas, hanya dilengkapi dengan sarana dan
penting bila tempat pemrosesan berada di tempat prasarana pengendalian drainase, dan pengolahan
yang jauh dan tidak dapat dijangkau langsung. leachate (air luruhan sampah)
Tempat penampungan/pembuangan sementara
Menurut Syafrudin (2006), tanpa ada
(TPS) merupakan istilah yang lebih popular bagi
partisipasi masyarakat, semuaprogram
sarana pemindahan dibandingkan dengan istilah
pengelolaan limbah padat sampah yang
transfer depo. Pengangkutan sampah adalah
direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan
tahap membawa sampah dari lokasi
kepada masyarakat untuk dapat membantu
pemindahan atau langsung dari sumber sampah
program pemerintah adalah bagaimana
menuju ke tempat pembuangan akhir (SNI 19-
membiasakan masyarakat kepada tingkah laku
2454-2002). Untuk mengangkut sampah dari
yang sesuai dengan tujuan program tersebut,
tempat penampungan sementara (TPS) ke
seperti bagaimana merubah persepsi masyarakat
tempat pembuangan akhir sampah (TPA),
terhadap pengelolaan limbah padat (sampah)
digunakan truk jenis Dump Truck, Arm Roll
yang tertib, lancar dan merata, faktor-faktor
Truck, dan jenis Compactor Truck. Frekuensi
sosial, struktur dan budaya setempat maupun
pengangkutan dapat bervariasi yaitu untuk daerah-
kebiasaan dalam pengelolaan sampah.
daerah menengah keatas lebih sering
dibandingkan dengan daerah lainnya, misalnya 2 METODE
kali sehari, sedangkan untuk kawasan lainnya 1
kali sehari . Namun demikian hendaknya perlu Dalam menentukan wilayah studi, data
dipahami apabila kurang dari 1 kali sehari menjadi pendahuluan yang digunakan adalah data jumlah
tidak baik karena sampah yang tinggal lebih dari 1 penduduk di Kota pemangkat yang bersumber
hari dapat mengalami proses pembusukan dari Biro Pusat Statistik (BPS). Adapun jadwal
sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.
penelitian dilakukan dua kali dalam selama 4 meliputi beberapa tahapan yaitu, tahap pertama
bulan dengan rincian sebagai berikut : dengan melakukan identifikasi dan perumusan
masalah yang berkenaan dengan penilaian kinerja
Penelitian akan dilakukan di Kota Pemangkat pengelolaan persampahan dan faktor-faktor yang
yang terdiri dari tiga desa, yaitu Desa Pemangkat mempengaruhi dalam pengelolaan persampahan di
Kota, Desa Penjajab dan Desa Harapan. Berikut di Kota Pemangkat. Tahap kedua adalah dengan
tampilkan gambar Kota Pemangakat dan lokasi malakukan pembatasan masalah dalam penelitian
penelitian seperti pada gambar dibawah ini : yang meliputi pembatasan tentang kinerja
Penelitian ini termasuk dalam penelitian pengelolaan sampah seperti produksi sampah,
deskriptif. Menurut Siswanto (2012: 8): kondisi sarana dan prasarana persampahan dan
“Penelitian deskriptif dilakukan dengan jangkauan pelayanan sampah.. Kemudian
mengumpulkan data-data untuk mendapatkan selanjutnya data yang telah diperoleh dilakukan
gambaran hasil penelitian”. Pendekatan metode seleksi data, pengkodean data sampai editing data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah agar data dapat diolah pada tahap selanjutnya
metode kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan yaitu tahap analisis data.
metode kualitatif digunakan untuk memberikan
predikat kepada variabel-variabel persepsi yang Pada tahap Selanjutnya adalah adalah analisis
dihasilkan dari data deskriptif guna menarik data dengan menggunakan analisis kualitatif dan
suatu kesimpulan, Sedangkan pendekatan kuantitatif. Untuk analisa kuantitatif
kuantitatif digunakan menganalisis pengukuran
secara kuantitas terhadap variabel yang dikaji
atau dianalisis. Pengumpulan data yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam studi ini ditujukan untuk mendapatkan data
primer dan data sekunder. Kota Pemangkat merupakan bagian dari
wilayah Kabupaten Sambas yang berada di
Sampel adalah himpunan bagian dari suatu Kecamatan Pemangkat dengan luas wilayah
populasi. Sebagai bagian dari suatu populasi, mencapai 111,00 Km2 sekitar 1,74% dari wilayah
sampel memberikan gambaran yang benar tentang Kabupaten Sambas. Administrsi batas wilayah
populasi, Arikunto (2006). Sampel yang Kecamatan Pemangkat , sebelah utara berbatasan
digunakan adalah sampling purposif. Sampling dengan Kecamatan Jawai, sebelah Selatan
Purposif dikenal juga dengan sampling berbatasan dengan Kecamatan Salatiga, Sebelah
pertimbangan, terjadi apabila pengambilan sampel barat berbatasan dengan Kecamatan Semparuk
dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan dan sebelah timur berbatasan dengan laut natuna.
atau pertimbangan peneliti. Pengambilan populasi Kecamatan Pemangkat terletak di sebelah timur
sampel terhadap penelitian Pengelolaan Sampah di ibukota kabupaten Sambas yaitu antara
Kota Pemangkat yang terdiri dari tiga desa, yaitu 1ᴼ05’01”Lintang serta 1ᴼ12’14”Lintang Utara dan
Desa Penjajab Khususnya di Dusun Melati. 108ᴼ54’1” Bujur Timur 109ᴼ4’49”. sedangkan
Seteleh itu dipilih secara acak 10 responden dari untuk luas IKK Pemangkat hanya mencapai
masing-masing Rukun Tetangga, sehingga 111,00 Km2 . Dalam hal ini penulis memberi
diperoleh secara keseluruhan sebanyak 10 batasan lokasi penelitian yaitu hanya pada desa
responden. Operasionalisasi variabel dimaksudkan Penjajap saja, ini karena Desa Penjajap merupakan
untuk menentukan indikator-indikator penelitian Desa dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi
dari variabel-variabel yang akan diteliti. Adapun yaitu 2.674 jiwa/km2 dengan lokasi penelitian
variabel-variabel penelitian dapat diuraikan. didusun melati pada RW 01, RT. 01 sampai RT.03
Melakukan pengkajian kinerja pengelolaan
sampah berdasarkan persepsi masyarakat dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif
dan kuantitatif. Melalui teknik ini diharapkan
dapat mengetahui kinerja pengelolaan sampah
yang dilakukan oleh Pemerintah berdasarkan
persepsi masyarakat. Prosedur dalam penelitian ini
proyeksi jumlah pend uduk dan timbulan sampah
Berdasarkan data Kuiesioner yang didapat
sebanyak 10 respond en atau kepala keluarga.
Sesuai dengan Kanto ng Plastik yang dibagikan
perKepala keluarga b erasal dari 3 RT di Dusun
Melati. Hamper Rata- rata masyarakat penjajap
sering membuang sampah di sungai. Berdasarkan
pengamatan survey da n pendekatan kelembagaan
terkait, maka pola op erasional persampahan di.
Wilayah pelayanan Persampahan Permukiman
Penjajap belum mamp u melayani seluruh wilayah
Penjajap yang ada , P engelolaan Sampah masih
dilakukan masyaraka t sendiri dengan cara
membuang atau meni mbun sampah di sungai, hal
ini mengakibatkan ter jadinya penurunan kualitas
lingkungan yang dapat berakibat pada
Kekumuhan. Pola Operasional di Pemukiman
Penjajap adalah den gan langsung membuang
sampah dengan dimasukan didalam kantong
plastic. Pola ini diangg ap lebih efisien disbanding
harus membuang ke TPS yang letaknya sangat
jauh. Mengingat saat ini jumlah peralatan yang
dimiliki oleh Dinas Perumahan Rakyat Kawasan
Gambar. Daerah lokasi Penelitian di Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten
Dusun Melati desa Penjajap Sambas untuk alat pengumpul di Desa Penjajap
belum ada sehingga alat pengumpul disediakan
Menurut data Kabupaten Sambas Dalam Angka
oleh masyarakat sendiri, maka bisa dikatakan
jumlah Penduduk Kecamatan Pemangkat
bahwa alat pengumpul tidak ada.
pada tahun 2017 sebesar 45599 Jiwa sedangkan
untuk lokasi penelitian yaitu Desa Penjajap jumlah
penduduknya 13.427 Jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk tiap tahunnya sebesar 3,64
%. Penyebaran penduduk di Kecamatan
Pemangkat tidak merata antar desa yang satu
dengan desa lainnya. Desa Penjajap merupakan
desa dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi
yaitu 2.674 jiwa/km.Proyeksi Penduduk di
Kecamatan Pemangkat. Berdasarkan perhitungan
proyeksi secara geometrik didapat bahwa
pertumbuhan Penduduk di kecamatan pemangkat Gambar Pewadahan yang sudah terpilah antara
adalah 3,64%. Dalam memperhitungkan Organik dan Anorganik. Sarana pemindahan yang
kebutuhan dan pelayanan persampahan harus berperan dalam pengelolaan sampah pada saat ini
memperhitungkan jumlah penduduk di wilayah di Permukiman Desa Penjajap tercatat hanya ada
pelayanan, pertambahan jumlah penduduk setiap satu TPS, Namun begitu Dinas Perumahan Rakyat,
tahun sampai tahun perkiraan, jumlah timbulan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup
sampah perorang perhari hingga tahun perkiraan, yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
jumlah kebutuhan pewadahan dan pengangkutan Persampahan perlu memperhatikan
hingga tahun perkiraan. Perhitungan tersebut akan penyebarannya, karena dari hasil kuiesioner 80 %
digunakan dalam memperhitungkan kebutuhan menyatakan keberatan membuang sampah karena
investasi penyediaan prasarana persampahan yang jaraknya terlalu jauh dari tempat tinggal.Sehingga
akan datang. Beberapa teori yang digunakan untuk masyarakat tidak melaksanakan tanggung jawab
memperhitungkan hal tersebut diatas adalah
mereka untuk membuang sampah ke TPS. Alat Penjajap jumlahnya cukup besar jika di
angkut sampah pada Desa Penjajap sampai saat ini manfaatkan kembali sebagai composting, begitu
tidak ada, untuk meningkatkan pelayanan sampah pula dengan keberadaan sampah Anorganik yang
maka diperlukan adanya alat pengangkut. dapat dimanfaatkan kembali sebesar 3732,71 Kg
Klasifikasi pengelolaan minimal gerobak. Gerobak per harinya. Dengan cara mengalikan nilai
yang disediakan haruslah memiliki kapasitas 0,8 ekonomis dengan berat potensi komponen sampah
m³ dan tiap gerobak melayani 80 KK. yang dapat dimanfaatkan kembali atau didaur
ulang, maka diperoleh besaran potensi ekonomi
Pengangkutan Sampah adalah tahap membawa yan dapat diketahui besaran nilai rupiahnya.
sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari Dengan hasil pendapatan dari sampah Organik
sumber sampah menuju ke tempat Pemerosesan dan Anorganik mempunyai nilai tambah
akhir (TPA). Dengan keterbatasan fasilitas yang penghasilan bagi masyarakat, disamping
dimiliki oleh masyarakat Penjajap sebatas mengurangi sampah yang menyebabkan beban
mengangkut sampah ke TPS saja, sedangkan dari TPS/TPA dan beban lingkungan. Solusi tentang
tempat pembuangan Sementara (TPS) ke Tempat penerapan pengelolaan Sampah dan peran serta
Pemeroses Akhir (TPA) itu adalah tanggung masyarakat ini diberikan atas fakta yang terjadi di
Jawab dari pemerintah. Berdasarkan penelitian Desa Penjajap kepada pihak yang berkompeten
yang dilakukan tidak ada system pengangkutan dalam masalah persampahan di Kota Pemangkat
yang dilakukan. Hal ini menimbulkan banyaknya khususnya Desa Penjajap dalam merencanakan
sampah yang berserakan dan bau yang kurang sedap kebijakan bidang persampahan, untuk
terhadap lingkungan disekitar permukiman dan TPS memperhatikan aspek peran serta masyarakat
tersebut. Peran serta masyarakat merupakan salah sebagai objek penghasil sampah dan pola
satu unsur terpenting dalam system pengelolaan pengelolaan Sampah yang dilakukannya. Adapun
sampah, karena tanpa peran serta masyarakat maka rencana implementasi kebijakan persampahan
pengelolaan sampah tidak dapat dilaksanakan yang dapat di tempuh melalui Pengembangan
secara optimal. Peran serta masyarakat erat sekali Program 3R ( REDUCE-REUSE-RECYCLE)
kaitannya dalam mendukung system teknik
operasional. Tanggung jawab masyarakat
mengumpulkan sampah dari sedangkan
pengangkutan sampah dari TPS sampai sistem DAFTAR PUSTAKA
Pemerosesan sampah menjadi tanggung jawab
pemerintah Daerah. Azwar, A, 1990, Pengantar Ilmu Lingkungan,
Masih ada masyarakat yang belum Mutiara Sumber Widya, Jakarta
memahami tentang lingkungan bersih itu seperti Arikunto, S, 2006, Prosedur Penelitian Suatu
apa disebabkan kurangnya sosialisasi dari Pendekatan Praktik, PT. Asdi Mahasatya,
pemerintah tentang kebersihan, hal ini terbukti Jakarta.
dari adanya kebiasaan membuang sampah
kesungai, atau diluar TPS yang telah di sediakan Boedojo.1986, Psikologi Manusia Dengan
sehingga mengganggu estetika lingkungan. Lingkungan, PT. Gramedia Pustaka
Kepedulian atau tanggung jawabnya terhadap Utama. Jakarta.
lingkungan juga kurang sehingga membentuk
karakter yang tidak perduli. Serta adanya Daldjoeni, N., 1997, Geografi Baru, Organisasi
anggapan bahwa mengumpulkan sampah adalah Keruangan Dalam Teori dan Praktek, Bandung :
tanggung jawab petugas. Pengelolaan mencakup Alumni.
reduksi, penyimpanan dan pengumpulan sampah
pemukiman. Sedangkan pelaku pengelolaan yang Dewanto L.A, 2003, Studi Persepsi Penghuni
terlibat adalah penghasil dan pengumpul. Terhadap Ketersediaan Ruang Terbuka Publik di
Perumahan Kota Wisata Cibubur, Tugas Akhir,
Dari data komposisi Sampah, maka diketahui rata- Jurusan Perencanaan Wilayah, UNDIP, Semarang.
rata jumlah sampah organic dan Anorganik
perhari dari 13.427 jiwa yang berada di Desa
Dokumen Pengelolaan Dan Pemantauan
Lingkungan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Salatiga Kbupaten Sambas, Tahun 2010.

Faisal, 2005, Format-format penelitian sosial, PT.


Raja Grafindo Persada, Jakarta. Gulo, W, 2002,
Metodologi Penelitian, Grasindo, Jakarta.

Gilbert M, Prihanto, D dan Suprihati, A.. 1996,


Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dan ”Wall
Chart”, Buku Panduan Lingkungan Hidup.
PPPGT/VEDC. Malang.

Hadiwiyoto. S, 1983, Penanganan dan


Pemanfaatan Sampah, Yayasan Idayu, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai