PENDAHULUAN
Peraturan perundang-
undangan & kebijakan
bidang persampahan
Pengumpulan Data
Kriteria desain
Kondisi eksisting
Kondisi yang diinginkan
Potensi masalah
Perencanaan
pengembangan sistem
pengelolaan persampahan
&tahap pelaksanaan
BAB II
PENGUMPULAN DATA
Iklim
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson (1951), iklim Bandar
Lampung tipe A; sedangkan menurut zone agroklimat Oldeman (1978), tergolong
Zone D3, yang berarti lembab sepanjang tahun. Curah hujan berkisar antara 2.257 –
2.454 mm/tahun. Jumlah hari hujan 76-166 hari/tahun. Kelembaban udara berkisar
60-85%, dan suhu udara 23-37 °C. Kecepatan angin berkisar 2,78-3,80 knot dengan
arah dominan dari Barat (Nopember-Januari), Utara (Maret-Mei), Timur (Juni-
Agustus), dan Selatan (September-Oktober).
Hidrologi
Dilihat secara hidrologi maka Kota Bandar Lampung mempunyai 2 sungai besar
yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai kecil. Semua sungai tersebut
merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada dalam wilayah Kota Bandar
Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk Lampung.
Dilihat dari akuifer yang dimilikinya, air tanah di Kota Bandar Lampung dapat dibagi
dalam beberapa bagian berdasarkan porositas dan permaebilitas yaitu:
Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir Kota Bandar
Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Teluk Betung Selatan, dan Teluk Betung
Barat.
Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan Kedaton, Tanjung
Senang, Kedaton, bagian selatan Kecamatan Kemiling, bagian selatan Tanjung
Karang Barat, dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Sukabumi.
Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas, berada di bagian utara
Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat,
Teluk Betung Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tanjung Karang Timur.
Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada di sebagian besar
Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang Timur.
Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara Kecamatan Panjang,
Tanjung Karang Timur, dan bagian barat Kecamatan Teluk Betung Selatan.
Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang.
Kategori
Zona Wilayah
Serapan
I Recharge Area Kemiling dan Teluk Betung Barat
Kawasan
Pesisir Teluk Lampung, Teluk Betung Selatan,
VI Dipengaruhi Air
Panjang, Teluk Betung Barat
Laut
Geologi Lingkungan
Peta Geologi Lembar Tanjung Karang (Andimangga dkk, 1993), menunjukan
kondisi geologi di Kota Bandar Lampung, dimana di dalamnya terlihat jelas beberapa
patahan yang melintasi Kota Bandar Lampung. Patahan–patahan tersebut cenderung
merupakan patahan berpotensi aktif, tempat tertimbunnya energi kinetis yang setiap
saat terlepas yang akan menimbulkan goncangan gempa dan merupakan suatu ancaman
terhadap Kota Bandar Lampung. Kondisi tanah yang mendominasi merupakan tanah
bekas endapan pantai dan sungai yang tersebar di sekitar Teluk Lampung dan di sekitar
Tanjung Karang didominasi oleh tanah lapukan hasil kegiatan gunung api muda dari
Formasi Lampung yang umumnya batuan tuffa. Sementara di tengah-tengah Kota
Bandar Lampung muncul bukit bukit mencuat dari tufa dan andesit.
2.1.3 Prasarana Kota
Prasarana di Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung yaitu meliputi :
Perumahan :
No Perumahan
1. Perum Korpri
2. Perum Karimun Jawa
Fasilitas komersial :
- Pasar
No Pasar
1. Pasar Korpri
2. Pasar Waydadi
- Hotel
No Hotel
1. Nusantara
- Restaurant
No Restaurant
1. Begadang V
2. Bu Rat
- Home Industri
No Home Industri
1. Karisma Jaya Gypsum
2. Plafon Gypsum
3. Citra Keramik
Fasilitas Umum :
- Pendidikan
No Tempat Pendidikan
1. SD N 1 SUKARAME
2. SD N 2 SUKARAME
3. MIN SUKARAME
4. SD N 2 HARAPAN KAYA
5. SMPN 21 BDL
6. SMPN 29 BDL
7. SMPN 24 BDL
8. PGRI 6 BDL
9. MTS N 2 BDL
10. SMAN 5 BDL
11. SMAN 12 BDL
12. MAN 1 BDL
- Kesehatan
No Fasilitas Kesehatan
1. RS IMANUEL
2. Puskesmas Sukarame
3. Puskesmas Sukarame
4. Puskesmas Permata Sukarame
5. Apotek Kimia Farma
6. Apotek Sukarame
7. Apotek Family
8. Apotek K24
Fasilitas Sosial :
- Rumah ibadah : masjid mushinin, masjid Al – Huda.
No Tempat Ibadah
1. Masjid Mushinin
2. Masjid Al-Huda
3. Masjid Al-Mu’min
4. Gereja Imanuel
5. Gereja BPD-GPI
2.1.4 Kependudukan
Berdasarkan Peraturan DaerahKotaBandarLampungNomor04 tahun 2012,
tentangPenataan dan Pembentukankelurahan dan kecamatan,makawilayah
Kecamatan Sukaramedibagi menjadi 6 (enam) kelurahan,yaitu: (1)Kelurahan
Sukarame,(2)Kelurahan SukarameBaru,(3)Kelurahan WayDadi,(4)Kelurahan
WayDadi Baru,(5)Kelurahan Korpri Jaya, dan (6)Kelurahan Korpri Raya. Adapun
pusat pemerintahan Kecamatan Sukarameberadadi Kelurahan Sukarame. Masing-
masingkelurahan tersebut memiliki kepadatan pendudukyangberbeda, seperti
disajikanpadaTabel 9.
PENANGGUNG
Sekretaris Kota
JAWAB
Bertanggungjawab pada
DINAS PEKERJAAN DINAS
DINAS PASAR KECAMATAN pengangkutan sampah
UMUM (PU) PERHUBUNGAN dari TPS ke TPA
Pengelolaan sanitasi kota Bandar Lampung masih belum berjalan secara maksimal,
baik yang terkait dengan pengaturan atau kebijakan, pemberdayaan kapasitas sumber daya
manusia sebagai pengelola teknis dan administrasi, koordinasi antar lembaga terkait, upaya
promosi kesadaran atau kepedulian akan kesehatan lingkungan yang belum maksimal serta
penganggaran bidang sanitasi yang masih terlampau kecil dibandingkan dengan APBD yang
ada.
Pengaturan / Kebijakan :
Kota Bandar Lampung saat ini belum memiliki Perda tentang Pengelolaan Sanitasi yang
terpadu dan menyeluruh yang berpedoman pada Undang-undang, Peraturan Pemerintah
maupun Peraturan Kementrian yang berlaku, dimana secara substansi Perda Pengelolaan
Sanitasi ini harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Rencana strategis dan Rencana kerja yang memuat pola pengelolaan penanganan sanitasi
yang terpadu.
2) Aturan tentang pemanfaatan teknologi pengolahan maupun pengelolaan sanitasi dengan
melakukan uji coba pilot project untuk penerapannya..
3) Ketentuan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi.
4) Aturan kerja sama antara pemerintah kota dengan swasta untuk pengelolaan sanitasi
dengan mediasi Pemerintah Provinsi Lampung.
5) Adanya sanksi yang tegas dan spesifik kepada masing-masing pelanggaran termasuk
penetapan model reward and punishment.
6) Penetapan retribusi dengan memperhitungkan pemulihan biaya sebagaimana yang ada
pada Permendagri.
Promosi Sanitasi :
Jumlahvolumesampahdankondisikemampuanpelayanantahun2013
organik
44%
anorganik
56%
60.00%
49.21%
50.00%
40.00%
30.00% 26.32%
24.47%
20.00%
10.00%
0.00%
plastik karung tong sampah
40.00%
30.00%
20.91%
20.00% 17.87%
10.00%
4.56% 4.56%
0.00%
Rp8,000 Rp10,000 Rp15,000 Rp20,000 Rp50,000
LuasPersawahan 2 Ha
Luas Perkebunan 35 Ha
Tanah Pemakaman 6 Ha
Tanah Perkantoran 5 Ha
Luas Pekarangan 5 Ha
Luas Prasarana 1 Ha
Luas TPA 14 Ha
Jumlah 73 Ha
publik lainnya berkisar 10 % dari APBD terdiri dari 5 - 7 % untuk operasional dan 2 -
pengelolaan sampah adalah sebesar 20%. Hal ini berarti biaya pengelolaan sampah di
Kota Bandar Lampung masih jauh dibawah standar yang dikeluarkan oleh
oleh pemerintah untuk pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung adalah sebesar
Kota Bandar Lampung dari retribusi jasa pelayanan kebersihan baru mencapai 7,97%
AnggaranPendapatandanBelanjaDKP-2010
Rp jutaan
Uraian 2010
Pendapatan 2,000
Pembiayaan 25,232
Beberapa isu strategis dalam pengelolaan dan pengolahan sampah padat di Bandar
Lampung adalah :
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan pengolahan sampah belum optimal.
Masyarakat masih berpikir bahwa sampah adalah barang negatif, tidak memiliki nilai jual
sehingga hanya diserahkan kepada pemulung dan dibuang.
Sampah dianggap merupakan sumber penghasilan bagi kelompok tertentu (pemulung dan
pengumpul) sehingga masyarakat berperilaku membuang saja.
Belum adanya standar harga dalam penjulan sampah sehingga harga hanya ditetapkan
antara pemilik sampah dan pemulung yang pada akhirnya tidak muncul ketertarikan dari
masyarakat untuk memilah sampah.
Sedangkan pada aspek pembiayaan, beberapa isu strategis dalam pengelolaan dan
pengolahan sampah padat di Bandar Lampung adalah :
Anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah kota dalam pengelolaan sampah masih
didominasi dana APBD.
Dengan beban pengelolaan sampah adalah murni kewenangan pemerintah dan kondisi
topografi wilayah yang tidak rata serta lokasi TPA dari wilayah layanan sangat jauh,
maka biaya operasional pengelolaan sampah di Bandar Lampung saat ini masih cukup
tinggi. Dengan jumlah sarana dan prasarana yang tersedia tidak sebanding dengan sampah
yang diproduksi dan usia kendaraan sangat mempengaruhi biaya operasional.
Biaya pengolahan sampah juga sangat tinggi. Dalam pengolahan daur ulang diperlukan
biaya yang tinggi dibandingkan dengan menggunakan bahan baru sehingga penghasilan
dari pengolahan sampah lebih rendah di bandingkan biaya pengolahan sampah tersebut.
Kondisi ini terjadi pada beberapa proyek komposting yang dilakukan di beberapa tempat
di Bandar Lampung yang tidak bertahan lama disebabkan tidak terjualnya produk kompos
sehingga biaya operasional proses komposting tidak tertutupi.