Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


BandarLampungyang dikategorikansebagaikotayang sedang berkembang,
menghasilkan sampah dengan karakteristikyang bervariasi. Peningkatanjumlah penduduk
mengakibatkan produksisampah di Kota BandarLampung semakin
meningkat.Timbulansampahyang tidakterurusakanmenyebabkanterjadinya
lingkunganyang kumuhdanmenjaditempatberkembangbiaknyasumber-sumber penyakit.
Pengelolaan sampah padat memerlukan sistem pengelolaan yang efektif,
efesiendanekonomisdalampendayagunaanbiaya,tenaga dansarana. Namunsistem
pengelolaan sampah padatjugatergantung padaperanserta masyarakat.
Permasalahan lingkungan hidup termasuk tentang sampah masih belum
ditemukansolusinyasecaraglobal. Penanganansampahyangadaselamaini
selalubertumpupada pendekatanakhir (endofpipe),yaknimemindahkansampah
darisatutempatketempatyang lain(TPS/TPA). Penanganansampahsepertiini
samahalnyadenganmemindahkanmasalahdarisatutempatketempatyang lain.
Bilahaliniterusmenerusdilakukanmakadalam beberapadekadekedepanbumi ini akan
penuh dengan timbunan sampah.
Pengelolaaansampahyangsaatinibanyakditerapkandibeberapa kotadi Indonesia
masihterbataspadasistem3P(Pengumpulan, Pengangkutan, dan Pembuangan).
Sampahdikumpulkan dari sumbernya, kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan
Sampah (TPS) dan akhirnya dibuang ke tempat PembuanganAkhir (TPA)
(Wahyono,2003dalamBudiharjodanArrief, 2011). Fungsi TPA semestinya bukan hanya
merupakan tempat pembuangan akhir
sampahtetapidapatmenjaditempatpengelolaansampahyang dapatmengolah sampah
sehinggamenghasilkan nilai lebih.
Meresponkondisitersebut,pemerintah mengeluarkanUU PengelolaanSampah
No.18tahun2008. DalamUUtersebuttersebutpemerintahmendorong adanya
pengelolaansampahlangsung darisumbernya.SumbersampahberdasarkanUU
tersebutadalahasaldaritimbulansampah,sepertirumahtangga,industri,pusat perbelanjaan,
perkantoran dan sebagainya. UU Pengelolaan Sampah tersebutjuga
menjelaskanpentingnyakegiatan 3R (Re-use, Reduce,&Recycle) 7agarvolume sampah
tidak terus bertambah.
Salah satuupayamengatasipermasalahansampah kota adalah dengan melakukan daur
ulangsampah organikdenganpenekananpada prosespengkomposan (Anonimous,2003).
Pengkomposanmerupakansuatusuatuteknikpengelolaan limbahpadatyang
mengandungbahanorganikbiodegradable(dapatdiuraikan mikroorganisme). Selain
menjadi pupuk organik, kompos juga dapat memperbaikistrukturtanah,memperbesar
kemampuantanahdalammenyerapair dan menahanair sertaza-zat haralain.
Untukmengatasipermasalahanyang ditimbulkanolehsampah,PemerintahKota
BandarLampung memilikiDinasKebersihan(SampahJalan, Pertokoan,dll), Dinas
Pertamanan(SampahTaman Kota),DinasPengelolaanPasar (Sampah Pasar), Soklidikelola
Kelurahan/Kecamatan (Sampah Rumah Tangga)yang berfungsiuntukmenanganimasalah
sampah diperkotaan. Kecenderunganyang ada,dinas-
dinasinimasihbelumdapatmelakukantugasnya secaraoptimal
mengingatmasihterbatasnyasaranadanprasaranayangtersedia sertakurangnya
partisipasimasyarakatdalamretribusipersampahan. Banyaknyasampahyang harus diangkut
memerlukan banyak truk pengangkut, sehingga keterbatasan jumlahtrukyang
dimilikiDinasKebersihan,DinasPertamanandanDinas Pengelolaan
Pasarmenyebabkanperjalanan trukpengangkutmenjadilebih
panjang.Kondisidemikianmenyebabkanbiayaperawatan truk pengangkut meningkat dan
masapakai kendaraan pengangkutakan semakin pendek.
Aspek Pembiayaan dalamsistem pengelolaan persampahan mempunyaiperan penting
dalammenjalankanroda operasidanpemeliharaansaranadan prasarana persampahan.
Berbagaimasalahpenanganansampahyang timbulpadaumumnya disebabkanoleh
adanyaketerbatasandana,sepertiketerbatasandana investasi peralatan,dana
operasidanpemeliharaansehinggakualitas pelayanansampah
sangatditentukanolehhargasatuanpermeterkubiksampah. Besaranbiaya satuan
inibahkandapatdigunakansebagaiindikator tingkatefisiensiatau
keberhasilanpengelolaansampahdisuatukota. Tanpaditunjang danayang memadai, akan
sulitmewujudkan kondisi kotayang bersih dan sehat.
Kebutuhanbiaya pengelolaansampahiniakanmeningkatsejalandengantingkat
pelayananatauvolumesampahyangharusdikelola. PihakDinasKebersihan selaku
institusipengelola persampahandituntutuntukdapatmerencanakan kebutuhandanasecara
akuratsetiaptahunnya agarrodapengelolaan dapatterus berjalan sesuai dengan tujuan
utama,yaitu mewujudkan kota bersih dan sehat.
Peningkatanvolume dankeragaman sampahpada hakekatnyaadalahbeban
masyarakatkarenaberbagaidampak negatifyang mungkintimbulakibat
keberadaansampahyang tidakdikelola. Oleh karenaitu,permasalahansampah sudah
seyogyanyadikelola oleh masyarakatbersama-sama aparatpemerintah selaku
pemegangotoritas pemerintahan.
Pada umumnyasampahdiartikansebagaibarangbuanganhasilaktivitasmanusia
dalammemanfaatkanalamdanselalumenghasilkansisayangdianggapsudah
tidakbergunalagi(WidyatmokodanSintorini,2002). Jikakitamenganggap bahwa sampah
adalah sebuah peluang usaha yang dapat meningkatkan perekonomian,tentusaja
sampahtersebuttidakbegitusajadibuang,melainkan diolahdandimanfatkansedemikian rupa
untukmenghasilkansuatuusahayang baik.
Sampahsebenarnyamemilikinilaiekonomiyangtinggijikakitadapat
memanfaatkannyadengan baik. Sampah pasar merupakan sumber sampah organik yang
dapat didaur ulang menjadipupuk kompos,methanetion dansebagaipakanternak. Sampahini
merupakan sampah basah atau sampah oganikdan sangatcocok sebagaibahan
utamadalamprosespembuatankompos.Tingginyapenggunaankomposoleh petani
menjadikansampah pasar menjadi peluang sebagaibahandasar pembuatan kompos.
Jumlahpasartradisionalyang adadiKotaBandarLampungyangcukup banyak menjadikan salah
satupendukung tersedianyasampahorganik.Namun, sampah
pasaryangcukupbanyakinitidakterkelola denganbaikkarena masih tercampurantara
sampahorganikdannonorganik,sehinggaberdasarkanuraiandi atas perlu
dilakukananalisistentang prospeksampah pasardiKotaBandar Lampung sebagaisumber bahan
komposyang diharapkandapatmengurangi jumlahsampahyang masukkeTPAdan
pengaruhnyaterhadapproduksipangan dan keamanan lingkungan.
1.2 Tahapan Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Peraturan perundang-
undangan & kebijakan
bidang persampahan

Pengumpulan Data
Kriteria desain
 Kondisi eksisting
 Kondisi yang diinginkan
 Potensi masalah
Perencanaan
pengembangan sistem
pengelolaan persampahan
&tahap pelaksanaan
BAB II
PENGUMPULAN DATA

2.1 Data Kota dan Rencana Pengembangan Kota


2.1.1 Gambaran Wilayah Studi
Batas Wilayah
Kecamatan Sukaramemerupakan sebagian wilayahKotaBandar
Lampungyangterletak di ujungTimurKotaBandarLampung. Letak geografis
danwilayah administratif Kecamatan Sukarameadalah di:
a. Sebelah Utaraberbatasan dengan KabupatenLampungSelatan
b. Sebelah Selatan berbatasan denganKecamatanSukabumi
c. sebelah Timurberbatasan dengan KabupatenLampungSelatan
d. sebelahBarat berbatasan dengan Kecamatan WayHalim dan Kecamatan

Kedamaian (BPS, 2013b).


Kelurahan
- Sukarame
- Way dadi
- Korpri Jaya
- Way Dadi Baru
- Korpri Raya
- Sukarame Baru

Iklim
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson (1951), iklim Bandar
Lampung tipe A; sedangkan menurut zone agroklimat Oldeman (1978), tergolong
Zone D3, yang berarti lembab sepanjang tahun. Curah hujan berkisar antara 2.257 –
2.454 mm/tahun. Jumlah hari hujan 76-166 hari/tahun. Kelembaban udara berkisar
60-85%, dan suhu udara 23-37 °C. Kecepatan angin berkisar 2,78-3,80 knot dengan
arah dominan dari Barat (Nopember-Januari), Utara (Maret-Mei), Timur (Juni-
Agustus), dan Selatan (September-Oktober).

Parameter iklim yang sangat relevan untuk perencanaan wilayah perkotaan


adalah curah hujan maksimum, karena terkait langsung dengan kejadian banjir dan
desain sistem drainase. Berdasarkan data selama 14 tahun yang tercatat di stasiun
klimatologi Pahoman dan Sumur Putri (Kecamatan Teluk Betung Utara), dan
Sukamaju Kubang (Kecamatan Panjang), curah hujan maksimum terjadi antara bulan
Desember sampai dengan April, dan dapat mencapai 185 mm/hari.[18]

2.1.2 Kondisi Fisik Kota


Topografi
Topografi Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari dataran pantai
sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0
sampai 500 m daerah dengan topografi perbukitan hinggga bergunung membentang
dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat
dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur. Topografi tiap-
tiap wilayah di Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:
 Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau di bagian
Selatan
 Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame di bagian Utara
 Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara
 Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar Tanjung Karang
bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, Sukadana Ham, dan Gunung Dibalau
serta perbukitan Batu Serampok di bagian Timur.
Dilihat dari ketinggian yang dimiliki, Kecamatan Kedaton dan Rajabasa
merupakan wilayah dengan ketinggian paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan-
kecamatan lainnya yaitu berada pada ketinggian maksimum 700 mdpl. Sedangkan
Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang memiliki ketinggian
masing-masing hanya sekitar 2 – 5 mdpl atau kecamatan dengan ketinggian paling
rendah/minimum dari seluruh wilayah di Kota Bandar Lampung.

Hidrologi
Dilihat secara hidrologi maka Kota Bandar Lampung mempunyai 2 sungai besar
yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai kecil. Semua sungai tersebut
merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada dalam wilayah Kota Bandar
Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk Lampung.
Dilihat dari akuifer yang dimilikinya, air tanah di Kota Bandar Lampung dapat dibagi
dalam beberapa bagian berdasarkan porositas dan permaebilitas yaitu:
 Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir Kota Bandar
Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Teluk Betung Selatan, dan Teluk Betung
Barat.
 Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan Kedaton, Tanjung
Senang, Kedaton, bagian selatan Kecamatan Kemiling, bagian selatan Tanjung
Karang Barat, dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Sukabumi.
 Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas, berada di bagian utara
Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat,
Teluk Betung Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tanjung Karang Timur.
 Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada di sebagian besar
Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang Timur.
 Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara Kecamatan Panjang,
Tanjung Karang Timur, dan bagian barat Kecamatan Teluk Betung Selatan.
 Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang.

Zonasi kawasan resapan air kota Bandar Lampung

Kategori
Zona Wilayah
Serapan
I Recharge Area Kemiling dan Teluk Betung Barat

Kecamatan Tanjung Karang Barat, Tanjung


II Area Penyangga Karang Timur, Panjang, Tanjung Karang Pusat,
Teluk Betung Utara, dan Teluk Betung Selatan.

III Resapan Rendah Kedaton, Sukarame, Tanjung Karang Barat

Tanjung Karang Pusat, Sukabumi, Tanjung


IV Resapan Sedang
Karang Timur

V Resapan Tinggi Sukabumi dan Sukarame

Kawasan
Pesisir Teluk Lampung, Teluk Betung Selatan,
VI Dipengaruhi Air
Panjang, Teluk Betung Barat
Laut

Geologi Lingkungan
Peta Geologi Lembar Tanjung Karang (Andimangga dkk, 1993), menunjukan
kondisi geologi di Kota Bandar Lampung, dimana di dalamnya terlihat jelas beberapa
patahan yang melintasi Kota Bandar Lampung. Patahan–patahan tersebut cenderung
merupakan patahan berpotensi aktif, tempat tertimbunnya energi kinetis yang setiap
saat terlepas yang akan menimbulkan goncangan gempa dan merupakan suatu ancaman
terhadap Kota Bandar Lampung. Kondisi tanah yang mendominasi merupakan tanah
bekas endapan pantai dan sungai yang tersebar di sekitar Teluk Lampung dan di sekitar
Tanjung Karang didominasi oleh tanah lapukan hasil kegiatan gunung api muda dari
Formasi Lampung yang umumnya batuan tuffa. Sementara di tengah-tengah Kota
Bandar Lampung muncul bukit bukit mencuat dari tufa dan andesit.
2.1.3 Prasarana Kota
Prasarana di Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung yaitu meliputi :
 Perumahan :
No Perumahan
1. Perum Korpri
2. Perum Karimun Jawa

 Fasilitas komersial :
- Pasar
No Pasar
1. Pasar Korpri
2. Pasar Waydadi

- Hotel
No Hotel
1. Nusantara

- Restaurant
No Restaurant
1. Begadang V
2. Bu Rat

- Home Industri
No Home Industri
1. Karisma Jaya Gypsum
2. Plafon Gypsum
3. Citra Keramik

 Fasilitas Umum :
- Pendidikan
No Tempat Pendidikan
1. SD N 1 SUKARAME
2. SD N 2 SUKARAME
3. MIN SUKARAME
4. SD N 2 HARAPAN KAYA
5. SMPN 21 BDL
6. SMPN 29 BDL
7. SMPN 24 BDL
8. PGRI 6 BDL
9. MTS N 2 BDL
10. SMAN 5 BDL
11. SMAN 12 BDL
12. MAN 1 BDL

- Kesehatan
No Fasilitas Kesehatan
1. RS IMANUEL
2. Puskesmas Sukarame
3. Puskesmas Sukarame
4. Puskesmas Permata Sukarame
5. Apotek Kimia Farma
6. Apotek Sukarame
7. Apotek Family
8. Apotek K24

 Fasilitas Sosial :
- Rumah ibadah : masjid mushinin, masjid Al – Huda.
No Tempat Ibadah
1. Masjid Mushinin
2. Masjid Al-Huda
3. Masjid Al-Mu’min
4. Gereja Imanuel
5. Gereja BPD-GPI
2.1.4 Kependudukan
Berdasarkan Peraturan DaerahKotaBandarLampungNomor04 tahun 2012,
tentangPenataan dan Pembentukankelurahan dan kecamatan,makawilayah
Kecamatan Sukaramedibagi menjadi 6 (enam) kelurahan,yaitu: (1)Kelurahan
Sukarame,(2)Kelurahan SukarameBaru,(3)Kelurahan WayDadi,(4)Kelurahan
WayDadi Baru,(5)Kelurahan Korpri Jaya, dan (6)Kelurahan Korpri Raya. Adapun
pusat pemerintahan Kecamatan Sukarameberadadi Kelurahan Sukarame. Masing-
masingkelurahan tersebut memiliki kepadatan pendudukyangberbeda, seperti
disajikanpadaTabel 9.

Tabel 9. Sebaran kepadatan penduduk untuk masing-masingkelurahan di Kecamatan


Sukarame,tahun 2013

Kelurahan Luas Daerah Jumlah Penduduk Kepadatan


(km2) (orang) (per km2)
Sukarame 2,48 10.860 4.379
Way Dadi 2,47 9.200 3.725
Korpri Jaya 2,49 7.077 2.842
Way Dadi Baru 2,44 9.727 3.986
Korpri Raya 2,42 3.459 1.429
Sukarame Baru 2,45 12.166 4.966
Jumlah 14,75 52.489 21.327
Sumber: BPS, 2013

2.2 sistem Pengelolaan


2.2.1 aspek Institusi
PengelolaansampahdiKotaBandarLampungdilakukanoleh4 instansiyaitu: (1)
untuk Dinas Kebersihan danPertamanan menangani sampah dijalanprotokol,
sapuanjalan,pertokoanrestoran,hotel,industri,perkantorandanfasilitasumum;
(2)untuksampahdi terminalbisantarkotadandalamkotasertastasiunkeretaapi
dikelolaolehDinasPerhubungan; (3)sampahdipasartradisionaldikelolaoleh Dinas
Pengelolaan Pasar;(4)sampah dipemukiman dikelolaoleh kecamatan melaluiSokli.
a. Struktur Organisasi
Gambar 3.4.
STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLAAN SAMPAH
KOTA BANDAR LAMPUNG
1. Walikota
PENGARAH
2. Wakil Walikota

PENANGGUNG
Sekretaris Kota
JAWAB

Sebagai koordinator dalam bidang


KOORDINATOR
kebersihan dan keindahan kota,
DINAS KEBERSIHAN
bertanggungjawab pada sampah di jalan
DAN PERTAMANAN protokol dan di TPA

Bertanggungjawab pada
DINAS PEKERJAAN DINAS
DINAS PASAR KECAMATAN pengangkutan sampah
UMUM (PU) PERHUBUNGAN dari TPS ke TPA

Bertanggungjawab pada Bertanggungjawab Bertanggungjawab


sampah di gorong-gorong pada sampah di pasar pada sampah di
dan jalan protokol. terminal
KELURAHAN Bertanggungjawab pada
sampah dari
SOKLI permukiman ke TPS

Pengelolaan sanitasi kota Bandar Lampung masih belum berjalan secara maksimal,
baik yang terkait dengan pengaturan atau kebijakan, pemberdayaan kapasitas sumber daya
manusia sebagai pengelola teknis dan administrasi, koordinasi antar lembaga terkait, upaya
promosi kesadaran atau kepedulian akan kesehatan lingkungan yang belum maksimal serta
penganggaran bidang sanitasi yang masih terlampau kecil dibandingkan dengan APBD yang
ada.

Pengaturan / Kebijakan :

Kota Bandar Lampung saat ini belum memiliki Perda tentang Pengelolaan Sanitasi yang
terpadu dan menyeluruh yang berpedoman pada Undang-undang, Peraturan Pemerintah
maupun Peraturan Kementrian yang berlaku, dimana secara substansi Perda Pengelolaan
Sanitasi ini harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Rencana strategis dan Rencana kerja yang memuat pola pengelolaan penanganan sanitasi
yang terpadu.
2) Aturan tentang pemanfaatan teknologi pengolahan maupun pengelolaan sanitasi dengan
melakukan uji coba pilot project untuk penerapannya..
3) Ketentuan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi.
4) Aturan kerja sama antara pemerintah kota dengan swasta untuk pengelolaan sanitasi
dengan mediasi Pemerintah Provinsi Lampung.
5) Adanya sanksi yang tegas dan spesifik kepada masing-masing pelanggaran termasuk
penetapan model reward and punishment.
6) Penetapan retribusi dengan memperhitungkan pemulihan biaya sebagaimana yang ada
pada Permendagri.

b. Sumber Daya Manusia (SDM)


Kelembagaan dan Kapasitas SDM :
Pengelolaan sanitasi masih berjalan secara sendiri-sendiri tidak terfokus pada satu
unit kerja yang menangani masalah-masalah sanitasi, baik secara teknis maupun
administrasi keuangan. Sebaiknya diserahkan kepada dinas teknis yang membidangi
kegiatan sanitasi ini. Selain itu juga kapasitas SDM yang ada perlu diberikan pemahaman
secara teknis mengenai pengelolaan sanitasi serta pengelolaan administrasi dan keuangan.

Koordinasi Antar Lembaga Terkait :


Permasalahan yang sering terjadi dalam pengelolaan sanitasi adalah koordinasi
baik secara teknis maupun non teknis terkait dengan masalah sanitasi perkotaan. Upaya
koordinasi diperlukan sebagai upaya perencanaan dan pengendalian kegiatan agar apa
yang direncanakan dapat memperoleh manfaat yang maksimal. Dalam hal ini keberadaan
Pokja AMPL sangat membantu untuk melakukan konsolidasi seluruh kegiatan sanitasi
perkotaan.

Promosi Sanitasi :

Promosi sanitasi adalah kegiatan mempromosikan kesadaran atau kepedulian


seluruh stakeholder akan pentingnya sanitasi dalam kerangka perilaku hidup bersih dan
sehat. Hal ini sangat penting mulai dilakukan pada tingkat sekolah TK hingga perguruan
tinggi, agar generasi muda punya kepedulian dan dapat mendorong para orang tua untuk
hidup bersih dan sehat serta menjaga kesehatan lingkungannya.

2.2.2 Aspek teknis dan operasional


Permasalahan teknis pengolahan sampah padat di Kota Bandar
Lampung sudah sangat kompleks dan melibatkan kepentingan dan peran dari
berbagai pihak. Pelaku utama yang terlibat dalam pengelolaan sampah padat
adalah :
1. Masyarakat, termasuk di dalamnya adalah individu dan komunal
(komunitas)
2. Pemerintah
3. Pelaku usaha
Secara teknis operasional, berdasarkan penjelasan sebelumnya
berkaitan dengan partisipasi masyarakat dan dunia usaha, sebagaimana
djelaskan sebelumnya, maka dibawah ini, ditambahkan uraian berkaitan
dengan aspek pemerintahan, sebagai berikut :
Isu strategis peran pemerintah dalam pengelolaan sampah padat antara
lain adalah:
 Volume sampah padat sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan
penduduk, sementara pelayanan terhadap masyarakat melalui sistem
SOKLI yang telah dilakukan pemerintah masih sangat rendah, baik luas
wilayah, jumlah pelanggan maupun jumlah (kuantitas) sampah yang
ditangani.
 Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menyediakan sarana dan
prasarana pengelolaan sampah padat. Sarana prasarana dalam pengelolaan
sampah padat belum memadai dikarenakan faktor usia maupun jumlah
yang tidak sebanding dengan pertumbuhan sampah. Dengan kondisi
sarana dan prasarana yang ada berdasarkan studi yang dilakukan maka
jumlah kebutuhan sarana dan prasarana berbanding lurus dengan
peningkatan volume sampah namun kondisi tersebut justru berbanding
terbalik dengan kemampuan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bandar
Lampung. Oleh karena itu sangat diperlukan pemambahan sarana dan
prasarana atau pengurangan volume sampah di tingkat komunitas.
 Keterbatasan jumlah petugas SOKLI yang dimiliki dalam pengelolaan
sampah dibandingkan dengan luas wilayah kota, termasuk di dalamnya
adalah tingkat pendidikan SDM yang rendah dan mempengaruhi dalam
pengelolaan sampah.
 Keterbatasan anggaran dan masih terjadi ketidaktransparanan dalam
konsep dan wewenang retribusi sampah yang ada dalam pengelolaan
sampah padat di tingkat pengelola SOKLI.
 Masih rendahnya model pelibatan masyarakat yang diupayakan oleh
pemerintah pengelolaan sampah padat selain hanya himbauan untuk
membuang sampah pada skema waktu pembuangan pagi dan sore.
 Sampah di pesisir belum ditangani secara optimal oleh Pemerintah Kota
Bandar Lampung.
 Belum ditetapkannya sistem insentif dan disinsentif dalam pengelolaan
sampah padat.
 Konsep TPS/TPA yang berwawasan lingkungan belum dapat diwujudkan
sesuai ketentuan karena sulitnya mencari lahan TPS/TPA di daerah
perkotaan, dan penggunaan teknologi yang belum optimal.
 Sampah masih dianggap tanggung jawab pemerintah, sedangkan
masyarakat hanya berkewajiban membayar sampah yang dibuang.

Total Volume Sampah Kota Bandar Lampung Tahun 2011


Jumlah
Jumlah
Timbulan Sampah
No Kecamatan Penduduk
Sampah (m3) Terangkut
(jiwa)
(m3)
1 Teluk Betung Barat 59,812 149.53 101.68
2 Teluk Betung Selatan 92,852 232.13 157.85
3 Panjang 63,857 159.64 108.56
4 Tanjung Karang timur 92,074 230.19 156.53
5 Teluk Betung Utara 62,825 157.06 106.80
6 Tanjung Karang Pusat 72,819 182.05 123.79
7 Tanjung Karang Barat 65,878 164.70 111.99
8 Kemiling 75,745 189.36 128.77
9 Kedaton 88,667 221.67 150.73
10 Rajabasa 45,329 113.32 77.06
11 Tanjung Seneng 43,826 109.57 74.50
12 Sukarame 73,788 184.47 125.44
13 Sukabumi 65,843 164.61 111.93
Jumlah 903,315 2,258 1,536
14 Pasar-pasar 451.66 307.13
15 Fasilitas Umum 225.83 153.56
16 Hotel dan Penginapan 112.91 76.78
17 Jalan, Taman dll 33.87 23.03
Jumlah 3,083 2,096
 Sistem Persampahan
(PolaPenangananSampah, PengumpulandanPemindahansampah)
AdapunletakdariTempatpembuangansampah di KecamatanSukaramehanya di
TelukBetung Barat ataulebihdikenaldengan TPA Bakungdenganluaswilayah 14,1
Ha. Rata-rata produksi sampah di Kota Bandar Lampung tiap orang perhari adalah 1-
2 kg.

 Pengelolaan Persampahan Kelembagaan


Pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung tidak dilakukan oleh satu
instansi tetapi dilakukan beberapa SKPD yang terbagi atas :
a. Dinas Kebersihan dan Pertamanan bertanggung jawab terhadap pengangkutan
sampah di Jalan Protokol ke TPA dan pengelolaan sampah di TPA;
b. Dinas Pasar bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah di Pasar dan
mengangkutnya langsung ke TPA;
c. Dinas Perhubungan bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah di
Terminal dan mengangkutnya langsung ke TPA;
d. Dinas Pekerjaan Umum bertanggung jawab terhadap pengangkutan sedimen di
gorong-gorong dan drainase Kota;
e. Kecamatan bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah dari TPS ke TPA
yang dilakukan oleh SOKLI;
f. Kelurahan bertanggung jawab terhadap sampah di lingkungannya dimana proses
pengangkutannya dilakukan oleh SOKLI (Satuan Operasi Kebersihan
Lingkungan) yang mengangkut sampah dari Rumah Tangga ke TPS.
Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPA) yang dimiliki Kota Bandar
Lampung yaitu TPA Bakung yang terletak di Kelurahan Bakung Kecamatan
Teluk Betung Barat dengan luas wilayah 14 hektar yang dikelola dibawah UPT
TPA Bakung dibawah koordinasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar
Lampung.

 Sistem Cakupan Pelayanan


Sistem pengangkutan sampah di Kota Bandar Lampung dibagi ke dalam
dua bagian yaitu pengangkutan dari sumber sampah (rumah tangga, pasar, jalan
utama, dan sebagainya) ke TPS dan pengangkutan dari TPS ke TPA.
Sampah Pasar : sistem pengangkutan dilakukan dengan cara petugas
kebersihan mengambil langsung dan diangkut ke gerobak sampah selanjutnya
dibawa ke TPS di sekitar pasar.
Sampah Permukiman : sistem pengangkutan warga sendiri membawa
langsung ke TPS yang terdekat dengan permukiman atau petugas Sokli mengambil
di depan rumah kemudian dikumpulkan di TPS.
Sampah Pesisir : selama ini belum ada mekanisme yang jelas sehingga
permasalahan sampah pesisir pesisir belum dapat dikelola dengan baik.
Sistem pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung dilakukan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung, dimana daerah pelayanan
meliputi 20 kecamatan dan 126 kelurahan yang ada di Kota
BandarLampung.Cakupanpelayanansaatinimencapai75%.
BerdasarkansumbedatadariDinasKebersihandanPertamananKotaBandarLampungba
hwajumlahtimbulan,sertajumlahsampahyangterangkutdantidakterangkutpadasetiapk
ecamatandanlokasilainnyadikotabandarlampungsekitar27%darijumlahsampahruma
htanggadankapasitaspolakumpul-angkut–
buangdarisumbertimbulankeTPSsebesar82%dandariTPSkeTPABakungsebesar68%
.
Sistem pengangkutan yang dilakukan dari beberapa TPS yang belum
memiliki pewadahan khusus ke TPA adalah Stationary Container System (SCS)
dimana wadah sampah yang terisi penuh (kontainer) akan diangkut dan tempatnya
akan langsung diganti oleh wadah kosong yang telah dibawa dengan sistem
container ini.
Sedangkan TPS yang telah memiliki tempat khusus alat pengangkut
sampah yang digunakan untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA adalah Arm
Roll Truck kapasitas 6 m3. Dan pengangkutan dari TPS ke TPA dilakukan setiap 2
kali sehari pagi jam 06.00 - 08.00 dan sore sekitar jam 17.00 – 18.00. Truk ini
mengambil dari sampah yang ada di TPS atau menunggu berkumpulnya gerobak
dan motor sampah yang mengangkut dari permukiman.
Dari jumlah armada truk sampah yang ada di Kota Bandar Lampung saat
ini dan dikelola oleh kecamatan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan Dinas
Pengelolaan Pasar. Dan jumlah sampah yang terangkut sampai ke TPA dan
prediksi sampah yang terangkut oleh armada truk bila truk dapat mengangkut
sampah 2 rit (angkutan) per hari. Maka dengan asumsi ini maka maksimum
sampah yang terangkut dengan armada truk yang ada saat ini hanya sekitar
2,096,142 m3 per hari atau sebanyak 68% dari total volume.

Jumlahvolumesampahdankondisikemampuanpelayanantahun2013

Jumlah JumlahSampah SampahTidak


No Kecamatan
sampah Terangkut Terangkut
1 TelukbetungBarat 149.530 (68%) 101.680 (32%) 47.850
2 TelukbetungSelatan 232.130 157.848 74.280
3 Panjang 159.643 108.557 51.090
TanjungkarangTi
4 230.185 156.526 73.660
mur
5 TelukbetungUtara 157.063 106.803 50.260
6 TanjungkarangPusat 182.018 123.792 58.260
TanjungkarangB
7 164.695 111.993 52.700
arat
8 Kemiling 189.363 128.767 60.600
9 Kedaton 221.668 150.734 70.930
10 Rajabasa 113.323 77.059 36.260
11 Tanjungseneng 109.565 74.504 35.060
12 Sukarame 184.470 125.440 59.030
13 Sukabumi 164.608 11.933 52.674
14 Sampahpasar 451.658 307.127 144.530
15 Fasum 225.829 153.564 72.265
16 Hotel,Penginapan 112.914 76.782 36.133
17 Jalan, Taman 33.874 23.025 10.840
Jumlah 3.082.562 2.096.142 986.420
Sumber: DinasKebersihan Dan Pertamanan Kota Bandar LampungTahun 2013

Jumlah fasilitas perwadahan sampah Kecamatan Sukarame

Kecamatan Gerobak Motor Kontainer Truk TPS


Sampah Sampah Sampah
Sukarame 42 12 0 3 1
Data-Data yang Digunakan Dalam Menghitung Luasan TPS 3R

NO Jenis data Jumlah Satuan


1 Jumlah / jiwa KK yang dilayani 13.123 Jiwa/ kk

2 Produksi sampah perhari 0,70 – 0,80 atau Kg/hari atau liter/hari


2,75 – 3,25
3 total sampah dari wilayah yang dilayani 36742,3 Kg/hari
perhari
4 sampah rata-rata (DARI SAMPING Kg/m3
RPA)
5 Kepadatan sampah organik ( kepadatan 16.047,8 Kg/m3
sampah organik setelah dipilah atau
dicacah)
6 Volume sampah wilayah terlayani (jml 144.344,75 Liter/hari
jwa x produk sampah / hari)
7 Komposisi sampah :
Sampah organik : .... % = ... kg 44 % dan kg
Sampah olahan : .... % = ... kg % dan kg
Residu : ... % = ... kg % dan kg
(bisa ditambah komposisi sesuai jenis-
jenis lapak yang dipilah)

Data-Data Yang Digunakan Dalam Menghitung Luasan Unit Komposting


No Jenis data Jumlah Satuan
1 Jumlah jiwa/kk yang dilayani 13.123 Jiwa/ kk
2 Produksi sampah per orang per hari 0,70 – 0,80 Kg/hari
(diketahui dari data sampling sampah
ketika RpA atau survei)
3 Total sampah dari wilayah yang dilayani 36742,3 Kg/hari
perhari
4 Kepadatan sampah rata-rata Kg/m3
(diketahui dari sampling sampah)
5 Kepadatan sampah organik 16.047,8 Kg/m3
(kepadatan sampah organik setelah
dipilah dan dicacah menjadi ukuran
4cm2)
6 Komposisi sampah :
Sampah organik : % = kg 44% % dan kg
Sampah olahan : % = kg % dan kg
Residu : % = kg % dan kg
(bisa ditambah komposisi sesuai jenis-
jenis lapak yang dipilah)
Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Sukarame
Menurut datayangdiperoleh dari TPA Bakung diTelukBetung,sampahyang
dihasilkanolehmasyarakat diKecamatan Sukarame perhariberkisarsampai20ton lebih.
PadabulanAprilsampah secara keseluruhan beratnyamencapai 24.320kg atau 24,3 ton
dan jumlah sampah terbanyakadalahpadabulanMaret hingga mencapai27,3tonperhari.
Darijumlah tersebut sebanyak44%adalah sampah organikdan56%adalah
sampah anorganik(Gambar1). Untuk jenissampah organik,setengahnya berupasisa-
sisa sayuran(Gambar2).

rasio sampah organik dan anorganik


0%
0%

organik
44%
anorganik
56%

Untuk komposisijenis sampah anorganik yangbersumber darirumahtanggadapat diketahui


bahwakomposisi sampahdidominasi oleh plastik,lalugolonganlain-lain (kayu,
pampers,logamdankain), diikutikertas, kaleng,kaca,dankaret.
Jumlahsampah plastiksangat banyak karenaselalu digunakan olehmasyarakat
dalamkehidupan sehari–hari. Sebagai wadah daribarangyangdibawa plastik sangatpraktis
karenabisadikantongi. Penggunaan plastikakanmencemari lingkungan karena tidak dapat
diuraikan oleh bakteri pengurai dan jika bisa diuraikan butuhwaktu sampairatusan
tahun.
Carapengelolaan sampahyangdilakukan olehmasyarakatSukarame masih
menggunakan konsepdibuangdi tempat lain, dibakar disekitar rumah, dandiambil
olehpetugaskebersihan(Gambar).
80.00%
70.25%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
19.75%
20.00%
10%
10.00%
0.00%
diambil oleh dibakar disekitar di buang ke
petugas rumah tempat lain
kebersihan

Sampah dapat dikelola secarasederhana yaitu


denganmenimbundanmelapukannya sehinggasampahbisamenjadibahanyang
bermanfaat bagisampahtanahdan tanaman yangdisebutkompos. Tetapi
prosespengurain sampahmemakan waktu yang cukup lamadansampahyang
dihasilkan adalahbukansampahorganik sajatapijugasampah anorganik (plastik) yang
tidak mudah dilapukkan.
Secara garis besar proses pengolahan sampahdapatdilakukandengantahapan–
tahapansebagaiberikut:
1. Sampah dikumpulkan ke tempat pengumpulan sampahdarirumah– rumah
pendudukdengan menggunakan alatangkutberupa
gerobakdorongsetiphariataupaling lamaduaharisekali.
2. Sampah dipisahkan sesuai jenisnya yaituplastik, kertas, kaca,logam,dan sampah
organik ke dalam sampah yangtelahdisediakan.
3. Setelah dipisah -pisahkan sesuai dengan jenisnya lalu dilakukan pengepakkan.
4. Sampah dari logam, kertas, kaca langsungdijualkepadapengepul.
5. Untuksampahorganikdapatdijadikan kompos,dansetelahjadidapatdijual
kepadapetanidan masyarakatyang membutuhkan.
Tempatyangdigunakan untuk penampungan sampaholehmasyarakat
Sukaramemeliputiplastik,karung,dantong sampahyang terbuat darisemen, bambu,
drum (Gambar).

60.00%

49.21%
50.00%

40.00%

30.00% 26.32%
24.47%

20.00%

10.00%

0.00%
plastik karung tong sampah

Dari diagram diatas dapat dilihat persentasejumlah plastik sebanyak 49,21%,yang


menggunakanwadah karung berjumlah24,47%,danmenggunakan tong sampah26,32%.
Waktupengambilan sampahumumnya adalah duadan tigakaliperminggu. Petugas
kebersihan dariDinasKebersihan mengambil sampah2kaliseminggu. Petugaskebersihanyang
tidak dibawah pengawasan UPTkebersihanSukarame,
makapetugasSOKLIkelilingdarirumah ke rumah sebanyak: 1kalis2kalidan3kali seminggu.
Untuk kendaraanpengangkutsampahyang adadiKecamatanSukarame terdapattiga
jeniskendaraanyaitugerobak sampah, motor sampah dantruk sampah.
presentase besaran distribusi yang dikeluarkan masyarakat
60.00%
52.09%
50.00%

40.00%

30.00%
20.91%
20.00% 17.87%

10.00%
4.56% 4.56%

0.00%
Rp8,000 Rp10,000 Rp15,000 Rp20,000 Rp50,000

Berdasarkan Gambar 8 tampak bahwa 52,09% rumah tanggadiKecamatan


Sukarame membayarbiayakebersihan sebesarRp15.000,-.dan separuhnya
membayardenganbiaya bervariasimulai dariRp8.000,- hinggaRp50.000,-. Nilai
retribusisampahse-Kecamatan Sukarame jikamenggunakan rata-rataRp15.000,-
adalahsebesarRp235.890.000,-perbulan. Nilai inidinilai cukup untukmembiayai kebutuhan
jasakebersihanwilayah KecamatanSukarame.
 Gambaran Lokasi Kelurahan Bakung
Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung,
pada tahun 1982 asal mulanya merupakan satu wilayah dari Kampung Kuripan yang
termasuk dalam Kabupaten Lampung Selatan. Sejak berdirinya Kecamatan Teluk
Betung Barat Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1982 Tentang
perbahan batas wilayah Tanjung Karang – Teluk Betung dimana sebelumnya adalah
bagian wilayah Kecamatan Panjang Kabupaten Daerah Tingkat II Lampung Selatan,
dan akhirnya dipertegas dengan SK Gubernur No.6/185/B/111/HK/1988 Tertanggal 6
Juli 1988 mengenai pemecahan wilayah Kelurahan Kuripan Menjadi Kelurahan
Bakung dibentuk suatu pemerintahan desa/kelurahan yang dipimpin oleh seorang
kepala kelurahan (dari Pegawai Nergeri Sipil).
Luas wilayah Kelurahan Bakung adalah 120 Ha, secara umum Kelurahan
Bakung berada pada ketinggian 1 – 70 m diatas permukaan laut. Terdiri atasdaratan
rendah dan pegunungan yang memiliki curah hujan 2.500 – 3.000 mm/tahun dengan suhu
rata-rata 25 – 35 Celcius. Dengan batas-batas wilayah kelurahan adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Negeri Olok Gading
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Keteguhan
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Perwata/Kuripan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sukarame II

 Luas Areal Kelurahan


Dari Tabel 1 diketahui bahwa luas areal tanah di Kelurahan Bakung adalah
118 Ha. Luas tanah yang paling besar adalah tanah perkebunan yaitu 35 Ha,
sedangkan luas tanah yang paling kecil adalah tanah prasarana yaitu 1 Ha. Sisanya
adalah tanah untuk pemukiman, tanah kosong dan perkantoran.
Tabel 1.1 Luas Areal Kelurahan Bakung
PERUNTUKAN TANAH LUAS TANAH
Luas Pemukiman 5 Ha

LuasPersawahan 2 Ha

Luas Perkebunan 35 Ha

Tanah Pemakaman 6 Ha

Tanah Perkantoran 5 Ha

Luas Pekarangan 5 Ha

Luas Prasarana 1 Ha

Luas TPA 14 Ha

Jumlah 73 Ha

(Sumber : Monografi Kelurahan tahun 2012)

 Data Kondisi Operasi TPA


Perhitungan volume timbulan sampah di Kota Bandar Lampung adalah
sebesar 3,083 m3/hari, timbulan sampah yang paling banyak adalah bersumber dari
permukiman yaitu sebanyak 2,258 m3/hari dan pasar sebanyak 451,66 m3/hari. Dari
3,083 m3 timbulan sampah, yang terangkut ke TPA adalah sebesar 2,096 m3. Menjadi
pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sampah sebesar 0,987 m3 yang tidak
terangkut ke TPA. Sampah yang tidak terangkut ke TPA ini, banyak yang dibakar
TPS- TPS, hal ini disebabkan karna armada pengangkutan yang disiapkan oleh
pemerintah Kota Bandar Lampung masih kurang untuk membawa seluruh sampah ke
TPA Bakung.
Kegiatan pengolahan sampah berdasarkan survei lapangan belum dilakukan
dengan optimal. Dari hasil pantauan di lapangan di TPA Bakung terdapat bangunan
pengolahan sampah organik menjadi kompos namun keberadaan tidak dilakukan
sebagaimana mestinya. Namun untuk pengelolaan sampah plastik di TPA tersebut
terdapat para pemulung yang memanfaatkan sampah plastik untuk dijual kembali
sehingga proses pengelohan menuju reuse, reduce dan recycle (3R) sudah berjalan.
Kesulitan dari kegiatan pengomposan ini adalah karena sampah organik dan
anorganik sudah dicampur menjadi satu pada saat pengangkutan dari tempat timbulan
sampah.
Kegiatan pengomposan ini dilakukan beberapa minggu sekali, dengan hasil
sekitar 200 kg pupuk, kemudian dikarenakan banjir di kawasan TPA pada januari
2013 kemarin merendam tempat pengomposan, sehingga kegiatan pengomposan
dihentikan karena adanya perbaikan tempat pengomposan dan alat-alat. Kegiatan
pengomposan ini direncanakan akan dimulai lagi pada akhir tahun 2013 atau di awal
tahun 2014.
TPA Bakung memiliki 3 kolam pengelolaan air lindi dengan sistem
pengolahan dialirkan dari kolam pertama sampai kolam terakhir serta dengan metode
penguapan. Kedua metode ini sangat beresiko terhadap pencemaran lingkungan,
pencemaran yang pertama adalah pencemaran air bersih karena pada dasarnya air
lindi akan terinfiltrasi ke dalam tanah kemudian terjadi perkolasi ke air tanah dalam
yang digunakan untuk kebutuhan sumur sehingga akan sangat beresiko jika air sumur
yang berada di daerah dekat TPA akan tercemar air lindi.Kolam air lindi di atas
adalah kolam air lindi yang pertama, yang nantinya akan dialirkan ke kolam air lindi
yang kedua.
Namun, karena tanggul pada TPA jebol pada januari 2013 kemarin maka
kolam utama penampungan lindi tidak dapat dipakai lagi dikarenakan tertutup dengan
sampah, sehingga hanya ada 3 kolam lindi yang digunakan untuk menampung. Aliran
air lindi dari tumpukan sampah ke kolam penampungan.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa timbulan sampah di Kecamatan Kota
Bandar Lampung, Perhitungan volume timbulan sampah di Kota Bandar Lampung
adalah sebesar 3,083 m3/hari, timbulan sampah yang paling banyak adalah bersumber
dari permukiman yaitu sebanyak 2,258 m3/hari dan pasar sebanyak 451,66 m3/hari.
Dari 3,083 m3 timbulan sampah, yang terangkut ke TPA adalah sebesar 2,096 m3.
Menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sampah sebesar 0,987 m3 yang
tidak terangkut ke TPA. Sampah yang tidak terangkut ke TPA ini, banyak yang
dibakar penduduk atau beberapa berserakan di TPS- TPS, hal ini disebabkan karna
armada pengangkutan yang disiapkan oleh pemerintah Kota Bandar Lampung masih
kurang untuk membawa seluruh sampah ke TPA Bakung.
Pemerintah menyediakan tempat pembuangan sampah anorganik dan organik
di tempat – tempat umum, agar masyarakat membuang sampah pada wadah yang
sesuai, setelah sampah sudah dibuang pada tempat yang sesuai, kemudian dilakukan
pengangkutan sampah dari daerah timbulan sampah ke daerah TPA harus dipisah
antara organik dan anorganik agar ketika berada di TPA sampah langsung bisa
diproses menjadi kompos atau dipilah oleh pemulung. Pemisahan pengangkutan ini
bisa dilakukan dengan menggunakan armada yang dipisahkan atau armada yang sama
namun waktu pengangkutan yang berbeda. Untuk itu, penting kiranya untukdalakukan
penambahan kendaraan operasional agar sampah dapat diangkut secara keseluruhan.
Metode pengolahan sampah di TPA Bakung tertulis di papan nama
menggunakan Controlled Landfill, akan tetapi secara fakta dilapangan berdasarkan
survei yang dilakukan peneliti masih menggunakan metode Open Dumping. Setelah
melakukan wawancara dengan salah satu petugas TPA, Rohendi, disampaikan bahwa
hal ini di karenakan mereka kekurangan tanah untuk menguruk sampah, jika
menggunakan controlled landfill seharusnya sampah diurug beberapa minggu sekali
namun jika menggunakan open dumping sampah dibiarkan terbuka dan diurug
beberapa bulan sekali.
Petugas menyadari bahwa pengolahan menggunakan metode open dumping
sangat berbahaya, karna banyak masalah yang ditimbulkan jika menggunakan metode
ini, seperti kebakaran di area sampah, meledaknya gas metana yang terjadi di
tumpukan sampah, pencemaran udara, serta jebolnya tanggul yang terjadi pada januari
2013 lalu. Hal ini perlu dilakukan evaluasi untuk metode pengolahan seperti apakah
yang cocok diterapkan di TPA Bakung.
Pengelolaan air lindi masih jauh dari standar, pengolahan yang hanya
mengandalkan penguapan dan pengaliran air lindi dari 1 kolam ke kolam lain akan
menyebabkan tercemarnya sumber air penduduk sekitar dan penguapan air lindi akan
menyebabkan tercemarnya udara yang akan mengganggu saluran pernafasan.
Hasil analisis kualitas air limbah TPA Bakung yang diukur berdasarkan jarak
titik pengambilan sampel sebagaimana disajikan pada tabel. Terlihat bahwa semakin
jauh titik pengambilan sampel,maka semakin rendah kualitas air limbah, hal ini
dimungkinkan karena terjadinya proses self purification pada aliran air limbah
tersebut. Hasil analisis diketahui umumnya parameter kualitas air limbah TPA
Bakung masih memenuhi standar baku mutu, kecuali pada parameter TDS, BOD,
COD dan Sulfida yang nilai parameternya melebihi standar baku mutu. Nilai
parameter TDS yang melebihi standar baku mutu diketahui pada titik pengambilan
sampel di outlet IPAL TPA Bakung (0 meter) dan pada jarak 200 meter dengan nliai
TDS untuk masing-masing titik pengambilan sampel sebesar 3327,5 mg/L dan 2365
mg/L.
Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa air lindi terserap dan mencemari
sumber air penduduk sekitar, hal ini dikarenakan drainase yang kurang terawat
sehingga air lindi yang bercampur dengan air hujan yang berada pada drainase luar
ketika akan mengallir menuju laut terserap ke tanah di sela – sela pondasi drainase
yang rusak. Masalah pengolahan air lindi yang tidak tepat selain meresapnya air lindi
ke dalam sumber air terdekat yaitu masalah pencemaran udara. Pencemaran udara ini
menimbulkan bau yang kurang sedap serta kurang sehat menurut standar kesehatan.
empat pembuangan akhir sampah Bakung adalah salah satu TPA yang
menerapkansistem pengelolaan sampah dengan metode controlled landfill jika dilihat
dari papannama masuk TPA pada gambar 10 dibawah. Namun, setelah membuktikan
dari hasil observasi dan dokumentasi pengelolaan sampah yang dilakukan di TPA
adalah menggunakan open dumping.
Kegiatan pengolahan sampah berdasarkan survei lapangan belum dilakukan
dengan optimal. Dari hasil pantauan di lapangan di TPA Bakung terdapat bangunan
pengolahan sampah organik menjadi kompos namun keberadaan tidak dilakukan
sebagaimana mestinya.
TPA Bakung memiliki 4 kolam pengelolaan air lindi dengan sistem
pengolahan dialirkan dari kolam pertama sampai kolam terakhir serta dengan metode
penguapan. Kedua metode ini sangat beresiko terhadap pencemaran lingkungan,
pencemaran yang pertama adalah pencemaran air bersih karena pada dasarnya air
lindi akan terinfiltrasi ke dalam tanah kemudian terjadi perkolasi ke air tanah dalam
yang digunakan untuk kebutuhan sumur sehingga akan sangat beresiko jika air sumur
yang berada di daerah dekat TPA akan tercemar air lindi. Berikut gambar kolam air
lindi pertama di TPA Bakung.
Jadi,Berdasarkan hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa Tinjauan
Geografis Keberadaan TPA Bakung Tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Kota Bandar Lampung dalam sehari menghasilkan timbulan sampah sebesar
3.083 m3/hari, dengan sumbangan sampah dari sektor permukiman yang paling besar
yaitu 2.258 m3/ hari, dan timbulan sampah per orang yaitu 0,718 kg/hari, menyusul
berikutnya Dinas Pasar yaitu sebesar 451.66 m3. Dari timbulan sampah sebesar3.083
m3/hari tersebut, yang terangkut ke TPA Bakung adalah sebesar 2.096 m3/hari,
sedangkan yang tak terangkut adalah sebesar 0.987 m3.
Pertambahan penduduk Kota Bandar Lampung dari tahun 2001 – 2012 adalah
siebesar 221.685 jiwa atau sebesar 27,928 %, Jumlah sampah dari tahun 2001 – 2012
adalah sebesar 1.870.180 milyar ton. Jadi, dari awal umur rencana hingga tahun 2015
yang akan datang, diprediksikan kapasitas daya tampung TPA Bakung adalah sebesar
1.713.898 m3, sehingga sampai tahun 2015 TPA Bakung sudah kelebihan muatan
(over load) dengan kekurangan daya tampung sebesar 313.898 m3 dengan tinggi
timbunan 12,2 meter, sedangkan pada tahun 2020 akan kelebihan muatan sebesar
1.283.380 m3 dan tinggi timbunan sebesar 19,2 meter.
Metode pengolahan sampah yang digunakan tidak sesuai dengan metode
pengolahan sampah yang tertulis pada papan nama TPA Bakung, yaitu seharusnya
menggunakan metode Controlled Landfill namun di lapangan masih menggunakan
metode open dumping. Pengolahan air lindi yang hanya dialirkan dan diuapkan
menyebabkan pencemaran air dan udara di daerah sekitar TPA Bakung. Serta
kegiatan pengomposan yang belum berjalan dengan optimal.
 Aspek Pembiayaan

Anggaran Pengeluaran Pengelolaan Sampah Kota – Tahun 2011

No. Dinas / Satuan Kerja Jumlah (Rp)

1 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 10,617,770,550.00


2 Dinas Pasar 1,608,716,750.00
3 Tanjung Karang Pusat 1,848,540,500.00
4 Tanjung Karang Barat 1,137,142,550.00
5 Tanjung Karang Timur 1,843,046,500.00
6 Teluk Betung Utara 1,643,965,800.00
7 Teluk Betung Barat 1,213,943,900.00
8 Teluk Betung Selatan 1,957,449,100.00
9 Kedaton 1,652,279,350.00
10 Sukarame 1,245,793,350.00
11 Panjang 1,381,160,600.00
12 Rajabasa 821,940,950.00
13 Tanjung Seneng 817,248,200.00
14 Sukabumi 1,217,891,100.00
15 Kemiling 1,491,368,200.00
Jumlah 30,498,257,400.00

Sumber : APBD Tahun 2011

Berdasarkan Standar Departemen Pekerjaan Umum, anggaran biaya

pengelolaan sampah harus mendapat prioritas setara dengan pengelolaan pelayanan

publik lainnya berkisar 10 % dari APBD terdiri dari 5 - 7 % untuk operasional dan 2 -

3 % untuk investasi. Sedangkan berdasarkan Standar MDGs anggaran biaya

pengelolaan sampah adalah sebesar 20%. Hal ini berarti biaya pengelolaan sampah di

Kota Bandar Lampung masih jauh dibawah standar yang dikeluarkan oleh

Kementerian PU maupun komitmen MDGs Tahun 2015.

Dengan asumsi anggaran biaya pengelolaan sampah yang harus dikeluarkan

oleh pemerintah untuk pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung adalah sebesar

Rp. 30.498.257.400/tahun, sedangkan realisasi retribusi jasa pelayanan kebersihan


pada tahun 2011 sebesar Rp. 2.431.737.120. Hal ini berarti pendapatan pemerintah

Kota Bandar Lampung dari retribusi jasa pelayanan kebersihan baru mencapai 7,97%

dibandingkan biaya yang dikeluarkan, maka terjadi defisit sebesar Rp.28.066.520.280.

AnggaranPendapatandanBelanjaDKP-2010

Rp jutaan

Uraian 2010

Pendapatan 2,000

Retribusi Layanan Sampah 1,642

Retribusi Penyedotan Tanki Septik 358

Pembiayaan 25,232

Gaji dan Tunjangan 7,084

Operasional dan Pemeliharaan 17,944

Belanja Modal 204

Surplus / (Defisit) (23,232)

Sumber: Anggaran Pemkot Bandar Lampung

Aspek dampak sampah terhadap lingkungan

Isu strategis pengelolaan sampah di Bandar Lampung berdasarkan kajian analisis


kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :
 Kondisi TPS yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan. TPS yang ada di
kota Bandar Lampung hampir seluruhnya tidak memenuhi persyaratan teknis dan
kesehatan. Tidak terpenuhinya persyaratan teknis dan kesehatan didominasi antara lain
oleh fakta bahwa : (1). TPS tidak bertutup; (2). Sampah berserakan; dan (3). banyaknya
lalat di sekitar TPS.
 Kondisi TPA Bakung yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Kondisi TPA Bakung
ditinjau dari aspek teknis dan kesehatan memungkinkan terjadinya resiko-resiko
lingkungan dan kesehatan akibat kondisi TPA yang tidak memenuhi persyaratan, pada
sisi lain sampah juga masih dibuang dengan sistem open dumping.
 Penurunan kualitas lingkungan dan tingginya tingkat kepadatan lalat. Penurunan kualitas
lingkungan baik kualitas air maupun udara sebagai akibat dari kondisi TPA Bakung yang
tidak memenuhi persyaratan. Penurunan kualitas air berupa tingginya parameter fisika,
kimia dan mikrobiologi sebagai akibat dari tidak bekerjanya IPAL TPA Bakung secara
optimal. Sedangkan penurunan kualitas udara akibat dari sistem pembuangan sampah di
TPA Bakung yang belum menerapkan sistem sanitary landfill.
 Tingginya tingkat kepadatan lalat baik di TPS maupun di TPA Bakung serta pemukiman
penduduk sebagai akibat dari TPS dan TPA yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan
kesehatan. Kondisi ini memungkinkan lalat berkembang biak dengan baik.
 Menurunnya tingkat kesehatan masyarakat di TPA Bakung. Menurunnya tingkat
kesehatan masyrakat khususnya di TPA Bakung umumnya dialami oleh para pemulung.
Penyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan dan lingkungan seperti, Rheumatik Artritis
(Nyeri Sendi dan Tulang), Dispepsia (Gangguan Lambung), Hipotensi (Darah Rendah),
Hipertensi (Darah Tinggi), ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan atas), Dermatitis Alergika
(Alergi Kulit), Bronchitis Kronis (Radang Pernafasan), Cepalgia (Sakit Kepala) dan
Onserfari Febris (Panas).

1. Aspek ekonomi dan pembiayaan

Beberapa isu strategis dalam pengelolaan dan pengolahan sampah padat di Bandar
Lampung adalah :
 Peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan pengolahan sampah belum optimal.
Masyarakat masih berpikir bahwa sampah adalah barang negatif, tidak memiliki nilai jual
sehingga hanya diserahkan kepada pemulung dan dibuang.
 Sampah dianggap merupakan sumber penghasilan bagi kelompok tertentu (pemulung dan
pengumpul) sehingga masyarakat berperilaku membuang saja.
 Belum adanya standar harga dalam penjulan sampah sehingga harga hanya ditetapkan
antara pemilik sampah dan pemulung yang pada akhirnya tidak muncul ketertarikan dari
masyarakat untuk memilah sampah.

Sedangkan pada aspek pembiayaan, beberapa isu strategis dalam pengelolaan dan
pengolahan sampah padat di Bandar Lampung adalah :
 Anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah kota dalam pengelolaan sampah masih
didominasi dana APBD.
 Dengan beban pengelolaan sampah adalah murni kewenangan pemerintah dan kondisi
topografi wilayah yang tidak rata serta lokasi TPA dari wilayah layanan sangat jauh,
maka biaya operasional pengelolaan sampah di Bandar Lampung saat ini masih cukup
tinggi. Dengan jumlah sarana dan prasarana yang tersedia tidak sebanding dengan sampah
yang diproduksi dan usia kendaraan sangat mempengaruhi biaya operasional.
 Biaya pengolahan sampah juga sangat tinggi. Dalam pengolahan daur ulang diperlukan
biaya yang tinggi dibandingkan dengan menggunakan bahan baru sehingga penghasilan
dari pengolahan sampah lebih rendah di bandingkan biaya pengolahan sampah tersebut.
Kondisi ini terjadi pada beberapa proyek komposting yang dilakukan di beberapa tempat
di Bandar Lampung yang tidak bertahan lama disebabkan tidak terjualnya produk kompos
sehingga biaya operasional proses komposting tidak tertutupi.

Anda mungkin juga menyukai