PENDAHULUAN
2
Salah satu upaya mengatasi permasalahan sampah kota adalah dengan melakukan
daur ulang sampah organik dengan penekanan pada proses pengkomposan
(Anonimous,2003). Pengkomposan merupakan suatu suatu teknik pengelolaan limbah
padat yang mengandung bahan organik biodegradable (dapat diuraikan mikroorganisme).
Selain menjadi pupuk organik, kompos juga dapat memperbaiki struktur tanah,
memperbesar kemampuan tanah dalam menyerap air dan menahan air serta za-zat hara lain.
Untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh sampah, Pemerintah Kota
Bandar Lampung memiliki Dinas Kebersihan (Sampah Jalan, Pertokoan, dll), Dinas
Pertamanan (Sampah Taman Kota), Dinas Pengelolaan Pasar (Sampah Pasar), Sokli dikelola
Kelurahan/Kecamatan (Sampah Rumah Tangga) yang berfungsi untuk menangani masalah
sampah di perkotaan. Kecenderungan yang ada, dinas-dinas ini masih belum dapat
melakukan tugasnya secara optimal mengingat masih terbatasnya sarana dan prasarana yang
tersedia serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam retribusi persampahan. Banyaknya
sampah yang harus diangkut memerlukan banyak truk pengangkut, sehingga
keterbatasan jumlah truk yang dimiliki Dinas Kebersihan, Dinas Pertamanan dan Dinas
Pengelolaan Pasar menyebabkan perjalanan truk pengangkut menjadi lebih panjang. Kondisi
demikian menyebabkan biaya perawatan truk pengangkut meningkat dan masa pakai
kendaraan pengangkut akan semakin pendek.
Aspek Pembiayaan dalam sistem pengelolaan persampahan mempunyai peran
penting dalam menjalankan roda operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana
persampahan. Berbagai masalah penanganan sampah yang timbul pada umumnya
disebabkan oleh adanya keterbatasan dana, seperti keterbatasan dana investasi peralatan,
dana operasi dan pemeliharaan sehingga kualitas pelayanan sampah sangat ditentukan oleh
harga satuan per meter kubik sampah. Besaran biaya satuan ini bahkan dapat digunakan
sebagai indikator tingkat efisiensi atau keberhasilan pengelolaan sampah disuatu kota.
Tanpa ditunjang dana yang memadai, akan sulit mewujudkan kondisi kota yang bersih dan
sehat.
Kebutuhan biaya pengelolaan sampah ini akan meningkat sejalan dengan tingkat
pelayanan atau volume sampah yang harus dikelola. Pihak Dinas Kebersihan selaku
institusi pengelola persampahan dituntut untuk dapat merencanakan kebutuhan dana secara
akurat setiap tahunnya agar roda pengelolaan dapat terus berjalan sesuai dengan tujuan
utama, yaitu mewujudkan kota bersih dan sehat.
3
Peningkatan volume dan keragaman sampah pada hakekatnya adalah beban
masyarakat karena berbagai dampak negatif yang mungkin timbul akibat keberadaan
sampah yang tidak dikelola. Oleh karena itu, permasalahan sampah sudah seyogyanya
dikelola oleh masyarakat bersama-sama aparat pemerintah selaku pemegang otoritas
pemerintahan.
Pada umumnya sampah diartikan sebagai barang buangan hasil aktivitas manusia
dalam memanfaatkan alam dan selalu menghasilkan sisa yang dianggap sudah tidak
berguna lagi (Widyatmoko dan Sintorini, 2002). Jika kita menganggap bahwa sampah
adalah sebuah peluang usaha yang dapat meningkatkan perekonomian, tentu saja
sampah tersebut tidak begitu saja dibuang, melainkan diolah dan dimanfatkan sedemikian
rupa untuk menghasilkan suatu usaha yang baik.
Sampah sebenarnya memiliki nilai ekonomi yang tinggi jika kita dapat
memanfaatkannya dengan baik. Sampah pasar merupakan sumber sampah organik yang
dapat didaur ulang menjadi pupuk kompos, methanetion dan sebagai pakan ternak.
Sampah ini merupakan sampah basah atau sampah oganik dan sangat cocok sebagai bahan
utama dalam proses pembuatan kompos.Tingginya penggunaan kompos oleh petani
menjadikan sampah pasar menjadi peluang sebagai bahan dasar pembuatan kompos.
Jumlah pasar tradisional yang ada di Kota Bandar Lampung yang cukup banyak menjadikan
salah satu pendukung tersedianya sampah organik. Namun, sampah pasar yang cukup
banyak ini tidak terkelola dengan baik karena masih tercampur antara sampah organik dan
non organik, sehingga berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan analisis tentang prospek
sampah pasar di Kota Bandar Lampung sebagai sumber bahan kompos yang diharapkan
dapat mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA dan pengaruhnya terhadap produksi
pangan dan keamanan lingkungan.
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Teknis Pengelolaan Sampah Pemukiman di
Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Tujuan dan Target Penanganan sampah
2. Untuk mengetahui Undang-undang Pengelolaan Persampahan
3. Untuk mengetahui Kebijakan dan Strategi Persampahan
4. Untuk mengetahui Dasar-Dasar Sistem Pengelolaan Persampahan
5. Untuk mengetahuin rencana pengelolaan sampah secara teknis di kecamatan
Sukarame
6. Untuk mengetahui perencanaan kebutuhan pelayanan berdasarkan pemilihan
prioritas di Kecamatan Sukarame
7. Untuk mengetahui rencana jangka pendek pengelolaan persampahan di
Kecamatan Sukarame
8. Untuk mengetahui rencana jangka menengah pengelolaan persampahan di
Kecamatan Sukarame
1.5 Permasalahan
1.Tidak menerapkan 3R
2.Sebagian masyarakat masih mengelola sampah dengan cara dibakar / dibuang
ditempat lain
3.Tidak tersedianya TPS yang cukup
5
1.6 Tahapan Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan perundang-
undangan & kebijakan
Pengumpulan Data
Kriteria
bidangdesain
persampahan
Kondisi eksisting
Kondisi yang diinginkan
Potensi masalah
Perencanaan
pengembangan sistem
pengelolaan persampahan
&tahap pelaksanaan
6
BAB II
PENGUMPULAN DATA
7
23.620 sebanyak 45%, pendapatan menengah dengan jumlah penduduk 22.045
sebanyak 42%, dan pendapatan rendah dengan jumlah penduduk 6.824 sebanyak
13%.
Jumlah rumah berdasarkan tipe
Tipe Rumah Jumlah Rumah
Tipe 21 491
Tipe 36 975
Tipe 45 4.408
Tipe ≥70 4723
Jumlah rumah di bagi berdasarkan tipe rumah. Untuk tipe rumah 21 dengan
jumlah rumah 1366 unit, tie rumah 36 dengan jumlah rumah 4408 unit, tiper rumah
45 dengan jumlah rumah 4723 unit.
Batas Wilayah
Kecamatan Sukarame merupakan sebagian wilayah Kota Bandar Lampung
yang terletak di ujung Timur Kota Bandar Lampung. Letak geografis dan wilayah
administratif Kecamatan Sukarame adalah di:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukabumi
c. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan
d. sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Way Halim dan Kecamatan
Iklim
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson (1951), iklim Bandar
Lampung tipe A; sedangkan menurut zone agroklimat Oldeman (1978), tergolong
8
Zone D3, yang berarti lembab sepanjang tahun. Curah hujan berkisar antara 2.257 –
2.454 mm/tahun. Jumlah hari hujan 76-166 hari/tahun. Kelembaban udara berkisar
60-85%, dan suhu udara 23-37 °C. Kecepatan angin berkisar 2,78-3,80 knot dengan
arah dominan dari Barat (Nopember-Januari), Utara (Maret-Mei), Timur (Juni-
Agustus), dan Selatan (September-Oktober).
9
Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara
Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar Tanjung Karang
bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, Sukadana Ham, dan Gunung Dibalau
serta perbukitan Batu Serampok di bagian Timur.
Dilihat dari ketinggian yang dimiliki, Kecamatan Kedaton dan Rajabasa
merupakan wilayah dengan ketinggian paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan-
kecamatan lainnya yaitu berada pada ketinggian maksimum 700 mdpl. Sedangkan
Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang memiliki ketinggian
masing-masing hanya sekitar 2 – 5 mdpl atau kecamatan dengan ketinggian paling
rendah/minimum dari seluruh wilayah di Kota Bandar Lampung.
Hidrologi
Dilihat secara hidrologi maka Kota Bandar Lampung mempunyai 2 sungai besar
yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai kecil. Semua sungai tersebut
merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada dalam wilayah Kota Bandar
Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk Lampung.
Dilihat dari akuifer yang dimilikinya, air tanah di Kota Bandar Lampung dapat dibagi
dalam beberapa bagian berdasarkan porositas dan permaebilitas yaitu:
Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir Kota Bandar
Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Teluk Betung Selatan, dan Teluk Betung
Barat.
Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan Kedaton, Tanjung
Senang, Kedaton, bagian selatan Kecamatan Kemiling, bagian selatan Tanjung
Karang Barat, dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Sukabumi.
Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas, berada di bagian utara
Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat,
Teluk Betung Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tanjung Karang Timur.
Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada di sebagian besar
Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang Timur.
Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara Kecamatan Panjang,
Tanjung Karang Timur, dan bagian barat Kecamatan Teluk Betung Selatan.
Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang.
10
Zonasi kawasan resapan air kota Bandar Lampung
Kategori
Zona Wilayah
Serapan
Kawasan
Pesisir Teluk Lampung, Teluk Betung Selatan,
VI Dipengaruhi Air
Panjang, Teluk Betung Barat
Laut
Geologi Lingkungan
Peta Geologi Lembar Tanjung Karang (Andimangga dkk, 1993), menunjukan
kondisi geologi di Kota Bandar Lampung, dimana di dalamnya terlihat jelas beberapa
patahan yang melintasi Kota Bandar Lampung. Patahan–patahan tersebut cenderung
merupakan patahan berpotensi aktif, tempat tertimbunnya energi kinetis yang setiap
saat terlepas yang akan menimbulkan goncangan gempa dan merupakan suatu ancaman
terhadap Kota Bandar Lampung. Kondisi tanah yang mendominasi merupakan tanah
11
bekas endapan pantai dan sungai yang tersebar di sekitar Teluk Lampung dan di sekitar
Tanjung Karang didominasi oleh tanah lapukan hasil kegiatan gunung api muda dari
Formasi Lampung yang umumnya batuan tuffa. Sementara di tengah-tengah Kota
Bandar Lampung muncul bukit bukit mencuat dari tufa dan andesit.
Fasilitas komersial :
- Pasar
No Pasar
1. Pasar Korpri
2. Pasar Waydadi
- Hotel
No Hotel
1. Nusantara
- Restaurant
No Restaurant
1. Begadang V
2. Bu Rat
- Home Industri
No Home Industri
1. Karisma Jaya Gypsum
2. Plafon Gypsum
3. Citra Keramik
12
Fasilitas Umum :
- Pendidikan
No Tempat Pendidikan
1. SD N 1 SUKARAME
2. SD N 2 SUKARAME
3. MIN SUKARAME
4. SD N 2 HARAPAN KAYA
5. SMPN 21 BDL
6. SMPN 29 BDL
7. SMPN 24 BDL
8. PGRI 6 BDL
9. MTS N 2 BDL
10. SMAN 5 BDL
11. SMAN 12 BDL
12. MAN 1 BDL
13. UIN LAMPUNG
- Kesehatan
No Fasilitas Kesehatan
1. RS IMANUEL
2. Puskesmas Sukarame
3. Puskesmas Sukarame
4. Puskesmas Permata Sukarame
5. Apotek Kimia Farma
6. Apotek Sukarame
7. Apotek Family
8. Apotek K24
Fasilitas Sosial :
- Rumah ibadah : masjid mushinin, masjid Al – Huda.
13
No Tempat Ibadah
1. Masjid Mushinin
2. Masjid Al-Huda
3. Masjid Al-Mu’min
4. Gereja Imanuel
5. Gereja BPD-GPI
Fasilitas olahraga
No Fasilitas Olahraga
1 Lapangan Golf Sukarame
2 Kolam Renang Purus Jaya
2.4 Kependudukan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 tahun 2012,
tentang Penataan dan Pembentukan kelurahan dan kecamatan, maka wilayah
Kecamatan Sukarame dibagi menjadi 6 (enam) kelurahan, yaitu: (1) Kelurahan
Sukarame, (2) Kelurahan Sukarame Baru, (3) Kelurahan Way Dadi, (4) Kelurahan
Way Dadi Baru, (5) Kelurahan Korpri Jaya, dan (6) Kelurahan Korpri Raya.
Adapun pusat pemerintahan Kecamatan Sukarame berada di Kelurahan Sukarame.
Masing-masing kelurahan tersebut memiliki kepadatan penduduk yang berbeda,
seperti disajikan pada Tabel 9.
14
Jumlah 14,75 52.489 21.327
Sumber : BPS, 2013
15
a. Struktur Organisasi
Gambar 3.4.
STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLAAN SAMPAH
KOTA BANDAR LAMPUNG
1. Walikota
PENGARAH
2. Wakil Walikota
PENANGGUNG
Sekretaris Kota
JAWAB
Bertanggungjawab pada
DINAS PEKERJAAN DINAS
DINAS PASAR KECAMATAN pengangkutan sampah
UMUM (PU) PERHUBUNGAN dari TPS ke TPA
Pengelolaan sanitasi kota Bandar Lampung masih belum berjalan secara maksimal,
baik yang terkait dengan pengaturan atau kebijakan, pemberdayaan kapasitas sumber daya
manusia sebagai pengelola teknis dan administrasi, koordinasi antar lembaga terkait, upaya
promosi kesadaran atau kepedulian akan kesehatan lingkungan yang belum maksimal serta
penganggaran bidang sanitasi yang masih terlampau kecil dibandingkan dengan APBD yang
ada.
Pengaturan / Kebijakan :
Kota Bandar Lampung saat ini belum memiliki Perda tentang Pengelolaan Sanitasi yang
terpadu dan menyeluruh yang berpedoman pada Undang-undang, Peraturan Pemerintah
maupun Peraturan Kementrian yang berlaku, dimana secara substansi Perda Pengelolaan
Sanitasi ini harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Rencana strategis dan Rencana kerja yang memuat pola pengelolaan penanganan sanitasi
yang terpadu.
16
2) Aturan tentang pemanfaatan teknologi pengolahan maupun pengelolaan sanitasi dengan
melakukan uji coba pilot project untuk penerapannya..
3) Ketentuan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi.
4) Aturan kerja sama antara pemerintah kota dengan swasta untuk pengelolaan sanitasi
dengan mediasi Pemerintah Provinsi Lampung.
5) Adanya sanksi yang tegas dan spesifik kepada masing-masing pelanggaran termasuk
penetapan model reward and punishment.
6) Penetapan retribusi dengan memperhitungkan pemulihan biaya sebagaimana yang ada
pada Permendagri.
Promosi Sanitasi :
17
2.5.2 Aspek teknis dan operasional
Permasalahan teknis pengolahan sampah padat di Kota Bandar
Lampung sudah sangat kompleks dan melibatkan kepentingan dan peran dari
berbagai pihak. Pelaku utama yang terlibat dalam pengelolaan sampah padat
adalah :
2. Masyarakat, termasuk di dalamnya adalah individu dan komunal
(komunitas)
3. Pemerintah
4. Pelaku usaha
Secara teknis operasional, berdasarkan penjelasan sebelumnya
berkaitan dengan partisipasi masyarakat dan dunia usaha, sebagaimana
djelaskan sebelumnya, maka dibawah ini, ditambahkan uraian berkaitan
dengan aspek pemerintahan, sebagai berikut :
Isu strategis peran pemerintah dalam pengelolaan sampah padat antara
lain adalah:
Volume sampah padat sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan
penduduk, sementara pelayanan terhadap masyarakat melalui sistem
SOKLI yang telah dilakukan pemerintah masih sangat rendah, baik luas
wilayah, jumlah pelanggan maupun jumlah (kuantitas) sampah yang
ditangani.
Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menyediakan sarana dan
prasarana pengelolaan sampah padat. Sarana prasarana dalam pengelolaan
sampah padat belum memadai dikarenakan faktor usia maupun jumlah
yang tidak sebanding dengan pertumbuhan sampah. Dengan kondisi
sarana dan prasarana yang ada berdasarkan studi yang dilakukan maka
jumlah kebutuhan sarana dan prasarana berbanding lurus dengan
peningkatan volume sampah namun kondisi tersebut justru berbanding
terbalik dengan kemampuan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bandar
Lampung. Oleh karena itu sangat diperlukan pemambahan sarana dan
prasarana atau pengurangan volume sampah di tingkat komunitas.
Keterbatasan jumlah petugas SOKLI yang dimiliki dalam pengelolaan
sampah dibandingkan dengan luas wilayah kota, termasuk di dalamnya
18
adalah tingkat pendidikan SDM yang rendah dan mempengaruhi dalam
pengelolaan sampah.
Keterbatasan anggaran dan masih terjadi ketidaktransparanan dalam
konsep dan wewenang retribusi sampah yang ada dalam pengelolaan
sampah padat di tingkat pengelola SOKLI.
Masih rendahnya model pelibatan masyarakat yang diupayakan oleh
pemerintah pengelolaan sampah padat selain hanya himbauan untuk
membuang sampah pada skema waktu pembuangan pagi dan sore.
Sampah di pesisir belum ditangani secara optimal oleh Pemerintah Kota
Bandar Lampung.
Belum ditetapkannya sistem insentif dan disinsentif dalam pengelolaan
sampah padat.
Konsep TPS/TPA yang berwawasan lingkungan belum dapat diwujudkan
sesuai ketentuan karena sulitnya mencari lahan TPS/TPA di daerah
perkotaan, dan penggunaan teknologi yang belum optimal.
Sampah masih dianggap tanggung jawab pemerintah, sedangkan
masyarakat hanya berkewajiban membayar sampah yang dibuang.
19
Total Volume Sampah Kota Bandar Lampung Tahun 2011
Jumlah
Jumlah
Timbulan Sampah
No Kecamatan Penduduk
Sampah (m3) Terangkut
(jiwa)
(m3)
1 Teluk Betung Barat 59,812 149.53 101.68
2 Teluk Betung Selatan 92,852 232.13 157.85
3 Panjang 63,857 159.64 108.56
4 Tanjung Karang timur 92,074 230.19 156.53
5 Teluk Betung Utara 62,825 157.06 106.80
6 Tanjung Karang Pusat 72,819 182.05 123.79
7 Tanjung Karang Barat 65,878 164.70 111.99
8 Kemiling 75,745 189.36 128.77
9 Kedaton 88,667 221.67 150.73
10 Rajabasa 45,329 113.32 77.06
11 Tanjung Seneng 43,826 109.57 74.50
12 Sukarame 73,788 184.47 125.44
13 Sukabumi 65,843 164.61 111.93
Jumlah 903,315 2,258 1,536
14 Pasar-pasar 451.66 307.13
15 Fasilitas Umum 225.83 153.56
16 Hotel dan Penginapan 112.91 76.78
17 Jalan, Taman dll 33.87 23.03
Jumlah 3,083 2,096
Sistem Persampahan
(Pola Penanganan Sampah, Pengumpulan dan Pemindahan sampah)
Adapun letak dari Tempat pembuangan sampah di Kecamatan Sukarame
hanya di Teluk Betung Barat atau lebih dikenal dengan TPA Bakung dengan luas
wilayah 14,1 Ha. Rata-rata produksi sampah di Kota Bandar Lampung tiap orang
perhari adalah 1-2 kg.
20
d. Dinas Pekerjaan Umum bertanggung jawab terhadap pengangkutan sedimen di
gorong-gorong dan drainase Kota;
e. Kecamatan bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah dari TPS ke TPA
yang dilakukan oleh SOKLI;
f. Kelurahan bertanggung jawab terhadap sampah di lingkungannya dimana proses
pengangkutannya dilakukan oleh SOKLI (Satuan Operasi Kebersihan
Lingkungan) yang mengangkut sampah dari Rumah Tangga ke TPS.
Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPA) yang dimiliki Kota Bandar
Lampung yaitu TPA Bakung yang terletak di Kelurahan Bakung Kecamatan
Teluk Betung Barat dengan luas wilayah 14 hektar yang dikelola dibawah UPT
TPA Bakung dibawah koordinasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar
Lampung.
21
Sistem pengangkutan yang dilakukan dari beberapa TPS yang belum
memiliki pewadahan khusus ke TPA adalah Stationary Container System (SCS)
dimana wadah sampah yang terisi penuh (kontainer) akan diangkut dan tempatnya
akan langsung diganti oleh wadah kosong yang telah dibawa dengan sistem
container ini.
Sedangkan TPS yang telah memiliki tempat khusus alat pengangkut
sampah yang digunakan untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA adalah Arm
Roll Truck kapasitas 6 m3. Dan pengangkutan dari TPS ke TPA dilakukan setiap 2
kali sehari pagi jam 06.00 - 08.00 dan sore sekitar jam 17.00 – 18.00. Truk ini
mengambil dari sampah yang ada di TPS atau menunggu berkumpulnya gerobak
dan motor sampah yang mengangkut dari permukiman.
Dari jumlah armada truk sampah yang ada di Kota Bandar Lampung saat
ini dan dikelola oleh kecamatan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan Dinas
Pengelolaan Pasar. Dan jumlah sampah yang terangkut sampai ke TPA dan
prediksi sampah yang terangkut oleh armada truk bila truk dapat mengangkut
sampah 2 rit (angkutan) per hari. Maka dengan asumsi ini maka maksimum
sampah yang terangkut dengan armada truk yang ada saat ini hanya sekitar
2,096,142 m3 per hari atau sebanyak 68% dari total volume.Jumlah volume
sampah dan kondisi kemampuan pelayanan tahun 2013
22
Sumber: Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Bandar Lampung Tahun 2013
Jumlah Jumlah Sampah Tidak
No Kecamatan
sampah Sampah Terangkut
1 TelukbetungBarat 149.530 101.680
Terangkut (32%) 47.850
2 Teluk betungSelatan 232.130 157.848 74.280
(68%)
3 Panjang 159.643 108.557 51.090
Tanjungkarang
4 230.185 156.526 73.660
Timur
5 Teluk betungUtara 157.063 106.803 50.260
6 TanjungkarangPusat 182.018 123.792 58.260
TanjungkarangB
7 164.695 111.993 52.700
arat
8 Kemiling 189.363 128.767 60.600
9 Kedaton 221.668 150.734 70.930
10 Rajabasa 113.323 77.059 36.260
11 Tanjungseneng 109.565 74.504 35.060
12 Sukarame 184.470 125.440 59.030
13 Sukabumi 164.608 11.933 52.674
14 Sampahpasar 451.658 307.127 144.530
15 Fasum 225.829 153.564 72.265
16 Hotel,Penginapan 112.914 76.782 36.133
17 Jalan, Taman 33.874 23.025 10.840
Jumlah 3.082.562 2.096.142 986.420
23
Data-Data Yang Digunakan Dalam Menghitung Luasan Unit Komposting
24
2.6 Data pengelolaan Sampah Di Kecamatan Sukarame
Menurut data yang diperoleh dari TPA Bakung di Teluk Betung, sampah yang
dihasilkan oleh masyarakat di Kecamatan Sukarame per hari berkisar sampai 20 ton
lebih. Pada bulan April sampah secara keseluruhan beratnya mencapai 24.320 kg atau
24,3 ton dan jumlah sampah terbanyak adalah pada bulan Maret hingga mencapai
27,3 ton per hari.
Dari jumlah tersebut sebanyak 44% adalah sampah organik dan 56% adalah
sampah anorganik (Gambar 1). Untuk jenis sampah organik, setengahnya berupa
sisa-sisa sayuran (Gambar 2).
organik
44%
anorganik
56%
Untuk komposisi jenis sampah anorganik yang bersumber dari rumah tangga dapat
diketahui bahwa komposisi sampah didominasi oleh plastik, lalu golongan lain-lain (kayu,
pampers, logam dan kain), diikuti kertas, kaleng, kaca, dan karet.
Jumlah sampah plastik sangat banyak karena selalu digunakan oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari–hari. Sebagai wadah dari barang yang dibawa plastik sangat praktis
karena bisa dikantongi. Penggunaan plastik akan mencemari lingkungan karena tidak
dapat diuraikan oleh bakteri pengurai dan jika bisa diuraikan butuh waktu sampai
ratusan tahun.
Cara pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat Sukarame masih
menggunakan konsep dibuang di tempat lain, dibakar di sekitar rumah, dan diambil oleh
petugas kebersihan (Gambar).
25
80.00%
70.25%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
19.75%
20.00%
10%
10.00%
0.00%
diambil oleh dibakar disekitar di buang ke
petugas rumah tempat lain
kebersihan
26
60.00%
49.21%
50.00%
40.00%
30.00% 26.32%
24.47%
20.00%
10.00%
0.00%
plastik karung tong sampah
Dari diagram diatas dapat dilihat persentase jumlah plastik sebanyak 49,21%, yang
menggunakan wadah karung berjumlah 24,47%, dan menggunakan tong sampah 26,32%.
Waktu pengambilan sampah umumnya adalah dua dan tiga kali per minggu. Petugas
kebersihan dari Dinas Kebersihan mengambil sampah 2 kali seminggu. Petugas kebersihan
yang tidak dibawah pengawasan UPT kebersihan Sukarame, maka petugas SOKLI
keliling dari rumah ke rumah sebanyak: 1 kali s 2 kali dan 3 kali seminggu.
Untuk kendaraan pengangkut sampah yang ada di Kecamatan Sukarame terdapat tiga
jenis kendaraan yaitu gerobak sampah, motor sampah dan truk sampah.
27
presentase besaran distribusi yang dikeluarkan masyarakat
60.00%
52.09%
50.00%
40.00%
30.00%
20.91%
20.00% 17.87%
10.00%
4.56% 4.56%
0.00%
Rp8,000 Rp10,000 Rp15,000 Rp20,000 Rp50,000
28
Gambaran Lokasi Kelurahan Bakung
Kelurahan Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung,
pada tahun 1982 asal mulanya merupakan satu wilayah dari Kampung Kuripan yang
termasuk dalam Kabupaten Lampung Selatan. Sejak berdirinya Kecamatan Teluk
Betung Barat Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1982 Tentang
perbahan batas wilayah Tanjung Karang – Teluk Betung dimana sebelumnya adalah
bagian wilayah Kecamatan Panjang Kabupaten Daerah Tingkat II Lampung Selatan,
dan akhirnya dipertegas dengan SK Gubernur No.6/185/B/111/HK/1988 Tertanggal 6
Juli 1988 mengenai pemecahan wilayah Kelurahan Kuripan Menjadi Kelurahan
Bakung dibentuk suatu pemerintahan desa/kelurahan yang dipimpin oleh seorang
kepala kelurahan (dari Pegawai Nergeri Sipil).
Luas wilayah Kelurahan Bakung adalah 120 Ha, secara umum Kelurahan
Bakung berada pada ketinggian 1 – 70 m diatas permukaan laut. Terdiri atas daratan
rendah dan pegunungan yang memiliki curah hujan 2.500 – 3.000 mm/tahun dengan suhu
rata-rata 25 – 35 Celcius. Dengan batas-batas wilayah kelurahan adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Negeri Olok Gading
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Keteguhan
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Perwata/Kuripan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sukarame II
29
Tabel 1.1 Luas Areal Kelurahan Bakung
PERUNTUKAN TANAH LUAS TANAH
Luas Pemukiman 5 Ha
LuasPersawahan 2 Ha
Luas Perkebunan 35 Ha
Tanah Pemakaman 6 Ha
Tanah Perkantoran 5 Ha
Luas Pekarangan 5 Ha
Luas Prasarana 1 Ha
Luas TPA 14 Ha
Jumlah 73 Ha
30
Kesulitan dari kegiatan pengomposan ini adalah karena sampah organik dan
anorganik sudah dicampur menjadi satu pada saat pengangkutan dari tempat timbulan
sampah.
Kegiatan pengomposan ini dilakukan beberapa minggu sekali, dengan hasil
sekitar 200 kg pupuk, kemudian dikarenakan banjir di kawasan TPA pada januari
2013 kemarin merendam tempat pengomposan, sehingga kegiatan pengomposan
dihentikan karena adanya perbaikan tempat pengomposan dan alat-alat. Kegiatan
pengomposan ini direncanakan akan dimulai lagi pada akhir tahun 2013 atau di awal
tahun 2014.
TPA Bakung memiliki 3 kolam pengelolaan air lindi dengan sistem
pengolahan dialirkan dari kolam pertama sampai kolam terakhir serta dengan metode
penguapan. Kedua metode ini sangat beresiko terhadap pencemaran lingkungan,
pencemaran yang pertama adalah pencemaran air bersih karena pada dasarnya air
lindi akan terinfiltrasi ke dalam tanah kemudian terjadi perkolasi ke air tanah dalam
yang digunakan untuk kebutuhan sumur sehingga akan sangat beresiko jika air sumur
yang berada di daerah dekat TPA akan tercemar air lindi. Kolam air lindi di atas
adalah kolam air lindi yang pertama, yang nantinya akan dialirkan ke kolam air lindi
yang kedua.
Namun, karena tanggul pada TPA jebol pada januari 2013 kemarin maka
kolam utama penampungan lindi tidak dapat dipakai lagi dikarenakan tertutup dengan
sampah, sehingga hanya ada 3 kolam lindi yang digunakan untuk menampung. Aliran
air lindi dari tumpukan sampah ke kolam penampungan.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa timbulan sampah di Kecamatan Kota
Bandar Lampung, Perhitungan volume timbulan sampah di Kota Bandar Lampung
adalah sebesar 3,083 m3/hari, timbulan sampah yang paling banyak adalah bersumber
dari permukiman yaitu sebanyak 2,258 m3/hari dan pasar sebanyak 451,66 m3/hari.
Dari 3,083 m3 timbulan sampah, yang terangkut ke TPA adalah sebesar 2,096 m3.
Menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sampah sebesar 0,987 m3 yang
tidak terangkut ke TPA. Sampah yang tidak terangkut ke TPA ini, banyak yang
dibakar penduduk atau beberapa berserakan di TPS- TPS, hal ini disebabkan karna
armada pengangkutan yang disiapkan oleh pemerintah Kota Bandar Lampung masih
kurang untuk membawa seluruh sampah ke TPA Bakung.
Pemerintah menyediakan tempat pembuangan sampah anorganik dan organik
di tempat – tempat umum, agar masyarakat membuang sampah pada wadah yang
31
sesuai, setelah sampah sudah dibuang pada tempat yang sesuai, kemudian dilakukan
pengangkutan sampah dari daerah timbulan sampah ke daerah TPA harus dipisah
antara organik dan anorganik agar ketika berada di TPA sampah langsung bisa
diproses menjadi kompos atau dipilah oleh pemulung. Pemisahan pengangkutan ini
bisa dilakukan dengan menggunakan armada yang dipisahkan atau armada yang sama
namun waktu pengangkutan yang berbeda. Untuk itu, penting kiranya untuk
dalakukan penambahan kendaraan operasional agar sampah dapat diangkut secara
keseluruhan.
Metode pengolahan sampah di TPA Bakung tertulis di papan nama
menggunakan Controlled Landfill, akan tetapi secara fakta dilapangan berdasarkan
survei yang dilakukan peneliti masih menggunakan metode Open Dumping. Setelah
melakukan wawancara dengan salah satu petugas TPA, Rohendi, disampaikan bahwa
hal ini di karenakan mereka kekurangan tanah untuk menguruk sampah, jika
menggunakan controlled landfill seharusnya sampah diurug beberapa minggu sekali
namun jika menggunakan open dumping sampah dibiarkan terbuka dan diurug
beberapa bulan sekali.
Petugas menyadari bahwa pengolahan menggunakan metode open dumping
sangat berbahaya, karna banyak masalah yang ditimbulkan jika menggunakan metode
ini, seperti kebakaran di area sampah, meledaknya gas metana yang terjadi di
tumpukan sampah, pencemaran udara, serta jebolnya tanggul yang terjadi pada januari
2013 lalu. Hal ini perlu dilakukan evaluasi untuk metode pengolahan seperti apakah
yang cocok diterapkan di TPA Bakung.
Pengelolaan air lindi masih jauh dari standar, pengolahan yang hanya
mengandalkan penguapan dan pengaliran air lindi dari 1 kolam ke kolam lain akan
menyebabkan tercemarnya sumber air penduduk sekitar dan penguapan air lindi akan
menyebabkan tercemarnya udara yang akan mengganggu saluran pernafasan.
Hasil analisis kualitas air limbah TPA Bakung yang diukur berdasarkan jarak
titik pengambilan sampel sebagaimana disajikan pada tabel. Terlihat bahwa semakin
jauh titik pengambilan sampel, maka semakin rendah kualitas air limbah, hal ini
dimungkinkan karena terjadinya proses self purification pada aliran air limbah
tersebut. Hasil analisis diketahui umumnya parameter kualitas air limbah TPA
Bakung masih memenuhi standar baku mutu, kecuali pada parameter TDS, BOD,
COD dan Sulfida yang nilai parameternya melebihi standar baku mutu. Nilai
parameter TDS yang melebihi standar baku mutu diketahui pada titik pengambilan
32
sampel di outlet IPAL TPA Bakung (0 meter) dan pada jarak 200 meter dengan nliai
TDS untuk masing-masing titik pengambilan sampel sebesar 3327,5 mg/L dan 2365
mg/L.
Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa air lindi terserap dan mencemari
sumber air penduduk sekitar, hal ini dikarenakan drainase yang kurang terawat
sehingga air lindi yang bercampur dengan air hujan yang berada pada drainase luar
ketika akan mengallir menuju laut terserap ke tanah di sela – sela pondasi drainase
yang rusak. Masalah pengolahan air lindi yang tidak tepat selain meresapnya air lindi
ke dalam sumber air terdekat yaitu masalah pencemaran udara. Pencemaran udara ini
menimbulkan bau yang kurang sedap serta kurang sehat menurut standar kesehatan.
empat pembuangan akhir sampah Bakung adalah salah satu TPA yang menerapkan
sistem pengelolaan sampah dengan metode controlled landfill jika dilihat dari papan
nama masuk TPA pada gambar 10 dibawah. Namun, setelah membuktikan dari hasil
observasi dan dokumentasi pengelolaan sampah yang dilakukan di TPA adalah
menggunakan open dumping.
Kegiatan pengolahan sampah berdasarkan survei lapangan belum dilakukan
dengan optimal. Dari hasil pantauan di lapangan di TPA Bakung terdapat bangunan
pengolahan sampah organik menjadi kompos namun keberadaan tidak dilakukan
sebagaimana mestinya.
TPA Bakung memiliki 4 kolam pengelolaan air lindi dengan sistem
pengolahan dialirkan dari kolam pertama sampai kolam terakhir serta dengan metode
penguapan. Kedua metode ini sangat beresiko terhadap pencemaran lingkungan,
pencemaran yang pertama adalah pencemaran air bersih karena pada dasarnya air
lindi akan terinfiltrasi ke dalam tanah kemudian terjadi perkolasi ke air tanah dalam
yang digunakan untuk kebutuhan sumur sehingga akan sangat beresiko jika air sumur
yang berada di daerah dekat TPA akan tercemar air lindi. Berikut gambar kolam air
lindi pertama di TPA Bakung.
Jadi, Berdasarkan hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa Tinjauan
Geografis Keberadaan TPA Bakung Tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Kota Bandar Lampung dalam sehari menghasilkan timbulan sampah sebesar
3.083 m3/hari, dengan sumbangan sampah dari sektor permukiman yang paling besar
yaitu 2.258 m3/ hari, dan timbulan sampah per orang yaitu 0,718 kg/hari, menyusul
berikutnya Dinas Pasar yaitu sebesar 451.66 m3. Dari timbulan sampah sebesar 3.083
33
m3/hari tersebut, yang terangkut ke TPA Bakung adalah sebesar 2.096 m3/hari,
sedangkan yang tak terangkut adalah sebesar 0.987 m3.
Pertambahan penduduk Kota Bandar Lampung dari tahun 2001 – 2012 adalah
siebesar 221.685 jiwa atau sebesar 27,928 %, Jumlah sampah dari tahun 2001 – 2012
adalah sebesar 1.870.180 milyar ton. Jadi, dari awal umur rencana hingga tahun 2015
yang akan datang, diprediksikan kapasitas daya tampung TPA Bakung adalah sebesar
1.713.898 m3, sehingga sampai tahun 2015 TPA Bakung sudah kelebihan muatan
(over load) dengan kekurangan daya tampung sebesar 313.898 m3 dengan tinggi
timbunan 12,2 meter, sedangkan pada tahun 2020 akan kelebihan muatan sebesar
1.283.380 m3 dan tinggi timbunan sebesar 19,2 meter.
Metode pengolahan sampah yang digunakan tidak sesuai dengan metode
pengolahan sampah yang tertulis pada papan nama TPA Bakung, yaitu seharusnya
menggunakan metode Controlled Landfill namun di lapangan masih menggunakan
metode open dumping. Pengolahan air lindi yang hanya dialirkan dan diuapkan
menyebabkan pencemaran air dan udara di daerah sekitar TPA Bakung. Serta
kegiatan pengomposan yang belum berjalan dengan optimal.
34
Aspek Pembiayaan
35
Rp jutaan
Uraian 2010
Pendapatan 2,000
Retribusi Layanan Sampah 1,642
Retribusi Penyedotan Tanki Septik 358
Pembiayaan 25,232
Gaji dan Tunjangan 7,084
Operasional dan Pemeliharaan 17,944
Belanja Modal 204
Surplus / (Defisit) (23,232)
Sumber: Anggaran Pemkot Bandar Lampung
36
Menurunnya tingkat kesehatan masyarakat di TPA Bakung. Menurunnya tingkat
kesehatan masyrakat khususnya di TPA Bakung umumnya dialami oleh para pemulung.
Penyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan dan lingkungan seperti, Rheumatik Artritis
(Nyeri Sendi dan Tulang), Dispepsia (Gangguan Lambung), Hipotensi (Darah Rendah),
Hipertensi (Darah Tinggi), ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan atas), Dermatitis Alergika
(Alergi Kulit), Bronchitis Kronis (Radang Pernafasan), Cepalgia (Sakit Kepala) dan
Onserfari Febris (Panas).
Beberapa isu strategis dalam pengelolaan dan pengolahan sampah padat di Bandar
Lampung adalah :
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan pengolahan sampah belum optimal.
Masyarakat masih berpikir bahwa sampah adalah barang negatif, tidak memiliki nilai jual
sehingga hanya diserahkan kepada pemulung dan dibuang.
Sampah dianggap merupakan sumber penghasilan bagi kelompok tertentu (pemulung dan
pengumpul) sehingga masyarakat berperilaku membuang saja.
Belum adanya standar harga dalam penjulan sampah sehingga harga hanya ditetapkan
antara pemilik sampah dan pemulung yang pada akhirnya tidak muncul ketertarikan dari
masyarakat untuk memilah sampah.
Sedangkan pada aspek pembiayaan, beberapa isu strategis dalam pengelolaan dan
pengolahan sampah padat di Bandar Lampung adalah :
Anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah kota dalam pengelolaan sampah masih
didominasi dana APBD.
Dengan beban pengelolaan sampah adalah murni kewenangan pemerintah dan kondisi
topografi wilayah yang tidak rata serta lokasi TPA dari wilayah layanan sangat jauh,
maka biaya operasional pengelolaan sampah di Bandar Lampung saat ini masih cukup
tinggi. Dengan jumlah sarana dan prasarana yang tersedia tidak sebanding dengan sampah
yang diproduksi dan usia kendaraan sangat mempengaruhi biaya operasional.
Biaya pengolahan sampah juga sangat tinggi. Dalam pengolahan daur ulang diperlukan
biaya yang tinggi dibandingkan dengan menggunakan bahan baru sehingga penghasilan
dari pengolahan sampah lebih rendah di bandingkan biaya pengolahan sampah tersebut.
Kondisi ini terjadi pada beberapa proyek komposting yang dilakukan di beberapa tempat
37
di Bandar Lampung yang tidak bertahan lama disebabkan tidak terjualnya produk kompos
sehingga biaya operasional proses komposting tidak tertutupi.
38
BAB III
STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
3.1 Umum
Merencanakan suatu pengembangan sistem pengelolaan persampahan memerlukan
strategi yang terstruktur dan tepat sasaran. Strategi pengembangan persampaha untuk
jangka panjang perlu mengacu pada strategi nasional (Permen PU No 21/PRT/M/2006)
dan daerah serta rencana tata ruang yang berlaku secara garis besar, strategi tersebut
meliputi :
a. Strategi Teknis
- Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan berdasarkan kriteria kebutuhan
pengembangan
- Peningkatan kegiatan 3R untuk skala sumber dan kawasan pada lokasi – lokasi
prioritas dan memenuhi kriteria
39
e. Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat
- Sosialisasi
- Edukasi
- Penerapan Intensif dan disinsentif untuk program 3R (reduce, reuse, dan recycle)
40
penduduk yang didapat, jumlah KK yang diperoleh berjumlah 10497 KK dengan
jumlah 52489 jiwa.
41
2. Undang-undang Pengelolaan Persampahan
3.4.1 Undang-undang no. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota
1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota
mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan
kebijakan nasional dan provinsi;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang
dilaksanakan oleh pihak lain;
d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan
sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah;
e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan
selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah
dengan system pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan
sampah sesuai dengan kewenangannya.
2) Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan
akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan bagian
dari rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan sistem tanggap darurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f diatur dengan peraturan menteri
3.4.2 Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Kebijakan Dan Strategi Pengelolaan Sampah
Pasal 4
1) Pemerintah menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam pengelolaan
sampah.
42
2) Pemerintah provinsi menyusun dan menetapkan kebijakan dan strategi
provinsi dalam pengelolaan sampah.
3) Pemerintah kabupaten/kota menyusun dan menetapkan kebijakan dan strategi
kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah.
Pasal 5
1) Kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 paling sedikit memuat:
a. arah kebijakan pengurangan dan penanganan sampah; dan
b. program pengurangan dan penanganan sampah.
2) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus memuat:
a. target pengurangan timbulan sampah dan prioritas jenis sampah secara
bertahap; dan
b. target penanganan sampah untuk setiap kurun waktu tertentu.
Pasal 6
Kebijakan dan strategi nasional dalam pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) ditetapkan dengan peraturan presiden.
Pasal 7
1) Kebijakan dan strategi provinsi dalam pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) ditetapkan dengan peraturan gubernur.
2) Dalam menyusun kebijakan strategi provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dalam pengelolaan
sampah.
Pasal 8
1) Kebijakan dan strategi kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) ditetapkan dengan peraturan
bupati/walikota.
2) Dalam menyusun kebijakan strategi kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional serta
kebijakan dan strategi provinsi dalam pengelolaan sampah.
43
Pasal 9
1) Pemerintah kabupaten/kota selain menetapkan kebijakan dan strategi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3), juga menyusun dokumen
rencana induk dan studi kelayakan pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga.
2) Rencana induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah;
c. pemanfaatan kembali sampah;
d. pemilahan sampah;
e. pengumpulan sampah;
f. pengangkutan sampah;
g. pengolahan sampah;
h. pemrosesan akhir sampah; dan
i. pendanaan.
3) Rencana induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan untuk jangka
waktu paling sedikit 10 (sepuluh) tahun.
3.4.3 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 05 Tahun 2015 Tentang
Pengelolaan Sampah
Tugas Dan Wewenang
Pemerintah Daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang
baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Daerah ini.
44
d. melaksanakan pengelolaan sampah serta memfasilitasi sarana dan prasarana
pengelolan sampah;
e. memfasilitasi dan melakukan pengembangan atas manfaat yang dihasilkan dari
pengelolaan sampah;
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada
masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah;dan
g. melakukan koordinasi antar SKPD, masyarakat dan dunia usaha agar terdapat
keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Pasal 7
(1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah mempunyai
kewenangan:
a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah
berdasarkan kebijakan provinsi dan nasional;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah sesuai norma, standarisasi,
prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang
dilaksanakan oleh pihak lain;
d. menetapkan lokasi TPS, TPST, dan/atau TPA sampah;
e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan
selama umur guna TPA dengan sistem pembuangan lahan urug sanitair
(sanitary landfill) dan 20 tahun setelah TPA ditutup;dan
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan
sampah sesuai dengan kewenangannya.
(2) Penetapan lokasi TPST dan TPA sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, merupakan bagian rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar
Lampung.
(3) Penetapan lokasi penempatan dan/atau pengolahan sampah spesifik diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.
45
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem tanggap darurat sebagaimana dimaksud
dalam pada ayat (1) huruf f, diatur dengan Peraturan Walikota sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan
47
BAB IV
RENCANA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KECAMATAN SUKARAME
4.723
= x 52.489
10.597
= 23.398
4.408
= x 52.489
10.597
= 21.834
48
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟ℎ𝑎𝑛𝑎
C= x jumlah jiwa dilingkungan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜
975
= x 52.489
10.597
= 4.829
Rencana pewadahan :
(𝐶 𝑥 𝐽𝑗 𝑥 𝑇𝑠 𝑥 𝑃𝑎)+ (𝐷 𝑥 𝑇𝑠 𝑥 𝑃𝑎)
A=
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑊𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑥 𝐹𝑝
3.621 +3.040
=
72
= 93
49
singkat. Upaya mereduksi sampah sebetulnya akan menimbulkan manfaat jangka
panjang, seperti :
a. Mengurangi biaya pengelolaan dan investasi
b. Mengurangi potensi pencemaran air dan tanah
c. Memperpanjang usia TPA
d. Mengurangi kebutuhan sarana sistem kebersihan
e. Menghemat pemakaian sumber daya alam
(Damanhuri, Enri : 2010/2011)
Salah satu upaya sederhana, namun sangat sulit dibiasakan di Indonesia
khususnya pada masyarakat urban, adalah pembatasan adanya sampah sebelum
barang yang kita gunakan menjadi sampah, melalui pengguna berulang-ulang,
seperti penggunaan kantong plastik yang secara berlimpah jika kita berbelanja di
toko. Terkait dengan pengemasan produk, maka peran produsen yang
menggunakan pengemas untuk memasarkan produknya menjadi mata rantai awal
yang diatur oleh UU tersebut. Dikenal dengan konsep EPR ( Extended Producer
Responsibillity), yaitu strategi yang dirancang dengan menginternalkan biaya
lingkungan kedalam biaya produksi sebuah produk, tidak terbatas dari produk
lingkungan, seperti biaya penanganan residu atau limbah yang muncul akibat
penggunaan produk tersebut menjadi bagian dari komponen harga produk yang
dipasarkan. Langkah-langkah EPR ialah :
a. Langkah 1 : penghematan bahan baku di proses produksi
b. Langksh 2 : memproduksi barang yang berumur panjang, mendorong reparasi
pada barang yang rusak, termasuk servis bergaransi
c. Langkah 3 : Menerima pengembalian produk bekas termasuk pengemas,
menggunakan bahan baku atau menghasilkan produk yang berasal dari hasil
daur ulang, serta mengupayakan penggunaan dan pengembangan teknologi
daur ulang.
Disamping mendorong produsen untuk menerapkan EPR, dibeberapa
negara maju, di beberapa negara maju, peran dan tanggung jawab produsen
dimasukkan dalam pengelolaan limbah secara menyeluruh yang dikenal
sebagai internalisasi biaya lingkungan dalam biaya produk. Dengan demikian,
biaya penanganan limbah dan dampaknya sudah termasuk didalamnya.
(Damanhuri, Enri : 2010/2011)
50
Berdasarkan teori dari buku diatas, maka sistem 3R yang diperlukan di
Kelurahan Yosodadi ini ialah melakukan penyuluhan tentang bahaya dari
timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat sebagai langkah awal.
Selanjutnya, dimulai dari pembatasan kantong plastik sebagai alat bawaan
pada saat di toko dan pasar.
b. Pembuatan Kompos
Pada perencanaan pengelolaan sampah organik jangka pendek di
Kecamatan Sukarame ini akan diolah menjadi pupuk kompos dengan metode
anaerob. Sampah yang dapat diolah menjadi pupuk kompos ini ialah jenis sampah
yang jauh lebih cepat terurai secara alami dibandingkan dengan sampah
anorganik. Sampah yang satu ini berasal dari sisa makanan di dapur seperti sayur,
nasi, buah dan lain sebagainya yang dihasilkan oleh masyarakat Kelurahan
Kecamatan Sukarame.
Metode pengolahan kompos secara anaerob ini didasari pada lahan yang
tidak cukup luas yang terdapat di Kecamatan Sukarame.
51
Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Sebaiknya pilih bahan yang lunak
terdiri dari limbah tanaman atau hewan. Bahan yang bisa digunakan antara lain,
hijauan tanaman, ampas tahu, limbah organik rumah tangga, kotoran ayam, kotoran
kambing, dll. Rajang bahan tersebut hingga halus, semakin halus semakin baik.
Siapkan dekomposer (EM4) sebagai starter. Caranya, campurkan 1 cc EM4 dengan 1
liter air dan 1 gram gula. Kemudian diamkan selama 24 jam.
Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah dirajang halus di
atas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahan tersebut untuk menambah nilai
perbandingan C dan N. Kemudian semprotkan larutan EM4 yang telah diencerkan
tadi. Aduk sampai merata, jaga kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang
lembab bisa disemprotkan air.
Siapkan tong plastik yang kedap udara. Masukan bahan organik yang sudah dicampur
tadi. Kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk menjalani proses
fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan berkisar 35-45oC.
Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang dicirikan
dengan baunya yang harum seperti bau tape.
Alat
1. Wadah drum, ember plastik atau gentong
2. Wadah diberi lubang didasarnya dan sampir untuk air lindi dan pertukaran udara.
Cara membuat
1. siapkan bahan organik yang akan dikomposkan, sebaiknya pilih bahan yang lunak
terdiri dari limbah tanaman atau hewan.
2. Siapkan dekomposer (EM4) sebagai starter. Caranya campurkan 1 cc EM4 dengan 1
liter air dan 1 gram gula. Kemudian diamkan selama 24 jam.
3. Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah dirajang halus
diatas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahyan tersebut untuk menambah nilai
perbandingan C dan N. Kemudian semprotkan larutan EM4 yang telah diencerkan. Aduk
sampai merata, jaga kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang lembab bisa
disemprotkan air.
52
4. Siapkan tong plastik yang kedap udara, masukan bahan organik yang sudah dicampur,
kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk menjalani proses fermentasi.
Suhu pengomposan pada saat fermentasi berkisar 35-450C.
5. Setelah 4 hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang dicirikan dengan
baunya yang harum seperti bau tape.
53
BAB V
RENCANA TAHAPAN PELAKSANAAN
54
5.2 Jangka Menengah
55
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Tujuan dan Target Penanganan sampah
Tujuan
- Terlaksananya kegiatan penanganan sampah yaitu pengomposan
- Terlaksananya kegiatan penanganan sampah yaitu 3R (Reduce, Reuse,
Recyle)
Jangka Menengah
- Pembuatan TPS
2. Undang-undnag Pengelolaan Persampahan
Undang-undang no. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 05 Tahun 2015 Tentang
Pengelolaan Sampah
3. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan
Kebijakan Program Persampahan Menurut (PERMEN PU 21/PRT/M/2006) :
Kebijakan 1 : Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya
Kebijakan 2 : Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swastasebagai
mitra pengelolaan Kebijakan 3 : Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas
system pengelolaan Kebijakan 4 : Pengembangan kelembagaan, peraturan dan
perundangan
Kebijakan 5 : Pengembangan alternatif sumber pembiayaan
4. Dasar-dasar sistem pengelolaan persampahan
3. Kelembagaan
Kegiatan kelembagaan pelayanan kebersihan di Kecamatan Candisari berada
pada pihak DKP dan Kecamatan. Kegiatan operasional pengelolaan sampah
Kecamatan dikelola oleh pihak Kecamatan dan diawasi serta dibiayai oleh pihak
DKP
4. Teknik Operasional
Dalam teknik operasional persampahan menurut UU RI no.18 tahun 2018 Pasal
22 tentang Pengelolaan Sampah dilakukan melalui beberapa tahap yaitu :
56
f. Pemilahan
g. Pengumpulan
h. Pengangkutan
i. Pengolahan
Pemrosesan akhir sampah
5. Rencana Pengelolaan Sampah Secara Teknis di Kecamatan Sukarame
Rencana pengelolaan sampah secara teknis ini didasarkan pada kondisi
eksisting yang ada di Kecamatan Sukarame, Kota Bandar Lampung dan
merujuk pada peraturan daerah yang berlaku serta berwawasan lingkungan
hidup.
Rencana pengelolaan sampah secara teknis ini akan mencakup seluruh
kelurahan yang terdapat di Kecamatan Sukarame. Rencana pengelolaan
sampah secara teknis ini juga didasarkan pada komposisi sampah yang
dihasilkan, sehingga memudahkan dalam mengonsep perencanaan
pengelolaanya.
Sampah yang dihasilkan di desa Desa Labuhan Dalam Kecamatan Sukarame,
Kota Bandar Lampung, berasal dari 5 sumber sampah yaitu sampah yang
berasal dari permukiman, fasilitas komersial, fasilitas Umum, fasilitas Sosial,
dan fasilitas olahraga. Sampah yang berasal dari ke empat sumber tersebut
ialah sampah organik dan sampah anorganik, sampah medis dan non medis.
6. Perencanaan Kebutuhan Pelayanan Berdasarkan Pemilihan Prioritas di Kecamatan
Sukarame :
Perencanaan Jangka Pendek
- Penghimbauan Dilakukanya 3R
- Pembuatan Kompos
57
b. Meningkatkan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk
peningkatan kinerja operasional penanganan sampah, dapat dilakukan
dengan cara training, penyuluhan maupun workshop.
c. Dll.
8. Jangka Menengah pengelolaan persampahan di Kecamatan Sukarame
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka panjang (20 tahun) merupakan
tahap pelaksanaan yang bersifat menyeluruh dengan mempertimbangkan hasil
pencapaian tahap sebelumnya. Rencana jangka menengah yang akan dilakukan di
Kecamatan Sukarame ini, meliputi :
4. Peningkatan cakupan pelayanan sesuai dengan target perencanaan
5. Peningkatan prasarana dan sarana sesuai cakupan pelayanan serta
penggantian peralatan yang sudah habis umur teknisnya.
58