Anda di halaman 1dari 40

1.

2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana rencana pengelolaan sampah secara teknis di Kecamatan
Sukarame ?
2. Bagaimana perencanaan kebutuhan pelayanan berdasarkan pemilihan
prioritas ?
3. Bagaimana pelaksanaan rencana jangka pendek dalam pengelolaan
sampah di Kecamatan Sukarame ?
4. Bagaimana pelaksanaan rencana jangka menengah dalam pengelolaan
sampah di Kecamatan Sukarame ?
5. Bagaimana pelaksanaan sosialisasi dalam pengelolaan sampah di
Kecamatan Sukarame.
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Sistem Pengelolaan Sampah Pemukiman di
Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Tujuan dan Target Penanganan sampah
2. Untuk mengetahui Undang-undang Pengelolaan Persampahan
3. Untuk mengetahui Kebijakan dan Strategi Persampahan
4. Untuk mengetahui Dasar-Dasar Sistem Pengelolaan Persampahan
5. Untuk mengetahuin rencana pengelolaan sampah secara teknis di
kecamatan Sukarame
6. Untuk mengetahui perencanaan kebutuhan pelayanan berdasarkan
pemilihan prioritas di Kecamatan Sukarame
7. Untuk mengetahui rencana jangka pendek pengelolaan
persampahan di Kecamatan Sukarame
8. Untuk mengetahui rencana jangka menengah pengelolaan
persampahan di Kecamatan Sukarame

1.2 Ruang Lingkup Kegiatan


Kegiatan pengelolaan sampah ini dilakukan di wilayah Kecamatan Sukarame.
Mulai dari pengagangkutan pada tiap-tiap pemukiman, fasilitas umum,
fasilitas komersial, fasilitas sosial, dan fasilitas olahraga yang ada di
Kecamatan Sukarame dan di angkut ke TPS yang ada di Kecamatan
Sukarame, sampai ke pengangkutan TPS Bakung, Kecamatan Teluk Betung
Barat, Kota Bandar Lampung.

1.3 Permasalahan
1.Tidak menerapkan 3R
2.Sebagian masyarakat masih mengelola sampah dengan cara dibakar /
dibuang
ditempat lain
3.Tidak tersedianya TPS yang cukup

1.4 Tahapan Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Peraturan perundang-
undangan & kebijakan
bidang persampahan

Kriteria desain
Pengumpulan Data
 Kondisi eksisting Perencanaan
 Kondisi yang diinginkan pengembangan sistem
 Potensi masalah pengelolaan persampahan
&tahap pelaksanaan
BAB II

Pengumpulan Data

Data Kota dan Rencana Pengembangan Kota


 Gambaran Wilayah Studi
Batas Wilayah
Kecamatan Sukarame merupakan sebagian wilayah Kota
Bandar Lampung yang terletak di ujungTimur Kota BandarLampung.
Letak geografis danwilayah administratif Kecamatan Sukarame adalah
di:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten LampungSelatan
b. Sebelah Selatan berbatasan denganKecamatan Sukabumi
c. sebelah Timur berbatasan dengan KabupatenLampungSelatan
d. sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan WayHalim dan

Kecamatan Kedamaian (BPS, 2013b).


Kelurahan
- Sukarame
- Way dadi
- Korpri Jaya
- Way Dadi Baru
- Korpri Raya
- Sukarame Baru

Iklim
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson (1951), iklim
Bandar Lampung tipe A; sedangkan menurut zone
agroklimat Oldeman (1978), tergolong Zone D3, yang berarti lembab
sepanjang tahun. Curah hujan berkisar antara 2.257 – 2.454 mm/tahun.
Jumlah hari hujan 76-166 hari/tahun. Kelembaban udara berkisar 60-85%,
dan suhu udara 23-37 °C. Kecepatan angin berkisar 2,78-3,80 knot dengan
arah dominan dari Barat (Nopember-Januari), Utara (Maret-Mei), Timur
(Juni-Agustus), dan Selatan (September-Oktober).

Parameter iklim yang sangat relevan untuk perencanaan wilayah


perkotaan adalah curah hujan maksimum, karena terkait langsung dengan
kejadian banjir dan desain sistem drainase. Berdasarkan data selama 14
tahun yang tercatat di stasiun klimatologi Pahoman dan Sumur Putri
(Kecamatan Teluk Betung Utara), dan Sukamaju Kubang (Kecamatan
Panjang), curah hujan maksimum terjadi antara bulan Desember sampai
dengan April, dan dapat mencapai 185 mm/hari.[18]

 Kondisi Fisik Kota


Topografi
Topografi Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari dataran
pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian
permukaan antara 0 sampai 500 m daerah dengan topografi perbukitan
hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak
tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta
perbukitan Batu Serampok disebelah Timur. Topografi tiap-tiap wilayah di
Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:
 Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau
di bagian Selatan
 Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame di
bagian Utara
 Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara
 Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar
Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung,
Sukadana Ham, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok
di bagian Timur.
Dilihat dari ketinggian yang dimiliki, Kecamatan Kedaton dan
Rajabasa merupakan wilayah dengan ketinggian paling tinggi
dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yaitu berada pada
ketinggian maksimum 700 m dpl. Sedangkan Kecamatan Teluk Betung
Selatan dan Kecamatan Panjang memiliki ketinggian masing-masing
hanya sekitar 2 – 5 mdpl atau kecamatan dengan ketinggian paling
rendah/minimum dari seluruh wilayah di Kota Bandar Lampung.

Hidrologi
Dilihat secara hidrologi maka Kota Bandar Lampung mempunyai 2
sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai
kecil. Semua sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang
berada dalam wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara
di Teluk Lampung.
Dilihat dari akuifer yang dimilikinya, air tanah di Kota Bandar Lampung
dapat dibagi dalam beberapa bagian berdasarkan porositas dan permaebilitas
yaitu:
 Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir Kota
Bandar Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Teluk Betung Selatan,
dan Teluk Betung Barat.
 Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan Kedaton,
Tanjung Senang, Kedaton, bagian selatan Kecamatan Kemiling, bagian
selatan Tanjung Karang Barat, dan sebagian kecil wilayah Kecamatan
Sukabumi.
 Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas, berada di
bagian utara Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang Barat,
Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Utara, dan sebagian kecil
Kecamatan Tanjung Karang Timur.
 Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada di
sebagian besar Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang Timur.
 Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara Kecamatan
Panjang, Tanjung Karang Timur, dan bagian barat Kecamatan Teluk
Betung Selatan.
 Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang.

Zonasi kawasan resapan air kota Bandar Lampung

Kategori
Zona Wilayah
Serapan

I Recharge Area Kemiling dan Teluk Betung Barat

Kecamatan Tanjung Karang Barat, Tanjung


II Area Penyangga Karang Timur, Panjang, Tanjung Karang Pusat,
Teluk Betung Utara, dan Teluk Betung Selatan.

III Resapan Rendah Kedaton, Sukarame, Tanjung Karang Barat

Tanjung Karang Pusat, Sukabumi, Tanjung


IV Resapan Sedang
Karang Timur

V Resapan Tinggi Sukabumi dan Sukarame


Kawasan
Pesisir Teluk Lampung, Teluk Betung Selatan,
VI Dipengaruhi Air
Panjang, Teluk Betung Barat
Laut

Geologi Lingkungan
Peta Geologi Lembar Tanjung Karang (Andimangga dkk, 1993),
menunjukan kondisi geologi di Kota Bandar Lampung, dimana di dalamnya
terlihat jelas beberapa patahan yang melintasi Kota Bandar Lampung.
Patahan–patahan tersebut cenderung merupakan patahan berpotensi aktif,
tempat tertimbunnya energi kinetis yang setiap saat terlepas yang akan
menimbulkan goncangan gempa dan merupakan suatu ancaman terhadap
Kota Bandar Lampung. Kondisi tanah yang mendominasi merupakan tanah
bekas endapan pantai dan sungai yang tersebar di sekitar Teluk Lampung
dan di sekitar Tanjung Karang didominasi oleh tanah lapukan hasil kegiatan
gunung api muda dari Formasi Lampung yang umumnya batuan tuffa.
Sementara di tengah-tengah Kota Bandar Lampung muncul bukit bukit
mencuat dari tufa dan andesit.

 Prasarana Kota
Prasarana di Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung yaitu meliputi :
 Perumahan :
No Perumahan
1. Perum Korpri
2. Perum Karimun Jawa

 Fasilitas komersial :
- Pasar
No Pasar
1. Pasar Korpri
2. Pasar Waydadi

- Hotel
No Hotel
1. Nusantara

- Restaurant
No Restaurant
1. Begadang V
2. Bu Rat

- Home Industri
No Home Industri
1. Karisma Jaya Gypsum
2. Plafon Gypsum
3. Citra Keramik

 Fasilitas Umum :
- Pendidikan
No Tempat Pendidikan
1. SD N 1 SUKARAME
2. SD N 2 SUKARAME
3. MIN SUKARAME
4. SD N 2 HARAPAN KAYA
5. SMPN 21 BDL
6. SMPN 29 BDL
7. SMPN 24 BDL
8. PGRI 6 BDL
9. MTS N 2 BDL
10. SMAN 5 BDL
11. SMAN 12 BDL
12. MAN 1 BDL

- Kesehatan
No Fasilitas Kesehatan
1. RS IMANUEL
2. Puskesmas Sukarame
3. Puskesmas Sukarame
4. Puskesmas Permata Sukarame
5. Apotek Kimia Farma
6. Apotek Sukarame
7. Apotek Family
8. Apotek K24

 Fasilitas Sosial :
- Rumah ibadah : masjid mushinin, masjid Al – Huda.
No Tempat Ibadah
1. Masjid Mushinin
2. Masjid Al-Huda
3. Masjid Al-Mu’min
4. Gereja Imanuel
5. Gereja BPD-GPI

 Kependudukan
Berdasarkan Peraturan DaerahKotaBandarLampungNomor04
tahun 2012, tentangPenataan dan Pembentukankelurahan dan
kecamatan,makawilayah Kecamatan Sukaramedibagi menjadi 6 (enam)
kelurahan,yaitu: (1)Kelurahan Sukarame,(2)Kelurahan
SukarameBaru,(3)Kelurahan WayDadi,(4)Kelurahan WayDadi
Baru,(5)Kelurahan Korpri Jaya, dan (6)Kelurahan Korpri Raya. Adapun
pusat pemerintahan Kecamatan Sukarameberadadi Kelurahan Sukarame.
Masing-masingkelurahan tersebut memiliki kepadatan
pendudukyangberbeda, seperti disajikanpadaTabel 9.

Tabel 9. Sebaran kepadatan penduduk untuk masing-masing kelurahan di


Kecamatan Sukarame,tahun 2013

Kelurahan Luas Jumlah Kepadatan


Daerah Penduduk (per km2)
(km2) (orang)
Sukarame 2,48 10.860 4.379
Way Dadi 2,47 9.200 3.725
Korpri Jaya 2,49 7.077 2.842
Way Dadi 2,44 9.727 3.986
Baru
Korpri Raya 2,42 3.459 1.429
Sukarame Baru 2,45 12.166 4.966
Jumlah 14,75 54.765 21.327
Sumber: BPS, 2013

Table 10. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sukarame


Tahun 2012-2016

Tahun 2012 2013 2014 2015 2016


Jumlah 72.953 54.765 55.850 56.921 58.005
Penduduk
Pertumbuhan -1,33 0,98 0,95 0,94
Penduduk
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung dalam angka 2017
Tabel 11. Kepadatan Penduduk Kecamatan Sukarame Tahun 2012-2016

Tahun Jumlah penduduk Luas Wilayah Kepadatan


Penduduk
2012 72.953 14,75 4.946
2013 54.765 14,75 3.713
2014 55.850 14,75 3.786
2015 56.921 14,75 3.859
2016 58.005 14,75 3.932
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung dalam angka 2017

 sistem Pengelolaan
 aspek Institusi
PengelolaansampahdiKotaBandarLampungdilakukanoleh4
instansiyaitu: (1) untuk Dinas Kebersihan danPertamanan menangani
sampah dijalanprotokol,
sapuanjalan,pertokoanrestoran,hotel,industri,perkantorandanfasilitasumu
m; (2)untuksampahdi
terminalbisantarkotadandalamkotasertastasiunkeretaapi
dikelolaolehDinasPerhubungan;
(3)sampahdipasartradisionaldikelolaoleh Dinas Pengelolaan
Pasar;(4)sampah dipemukiman dikelolaoleh kecamatan melaluiSokli.
a. Struktur Organisasi
Gambar 3.4.
STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLAAN SAMPAH
KOTA BANDAR LAMPUNG
1. Walikota
PENGARAH
2. Wakil Walikota

PENANGGUNG
Sekretaris Kota
JAWAB

Sebagai koordinator dalam bidang


KOORDINATOR
kebersihan dan keindahan kota,
DINAS KEBERSIHAN
bertanggungjawab pada sampah di jalan
DAN PERTAMANAN protokol dan di TPA

Bertanggungjawab pada
DINAS PEKERJAAN DINAS
DINAS PASAR KECAMATAN pengangkutan sampah
UMUM (PU) PERHUBUNGAN dari TPS ke TPA

Bertanggungjawab pada Bertanggungjawab Bertanggungjawab


sampah di gorong-gorong pada sampah di pasar pada sampah di
dan jalan protokol. terminal
KELURAHAN Bertanggungjawab pada
sampah dari
SOKLI permukiman ke TPS

Pengelolaan sanitasi kota Bandar Lampung masih belum berjalan secara


maksimal, baik yang terkait dengan pengaturan atau kebijakan, pemberdayaan
kapasitas sumber daya manusia sebagai pengelola teknis dan administrasi,
koordinasi antar lembaga terkait, upaya promosi kesadaran atau kepedulian akan
kesehatan lingkungan yang belum maksimal serta penganggaran bidang sanitasi
yang masih terlampau kecil dibandingkan dengan APBD yang ada.

Pengaturan / Kebijakan :

Kota Bandar Lampung saat ini belum memiliki Perda tentang Pengelolaan
Sanitasi yang terpadu dan menyeluruh yang berpedoman pada Undang-undang,
Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Kementrian yang berlaku, dimana secara
substansi Perda Pengelolaan Sanitasi ini harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Rencana strategis dan Rencana kerja yang memuat pola pengelolaan
penanganan sanitasi yang terpadu.
2) Aturan tentang pemanfaatan teknologi pengolahan maupun pengelolaan
sanitasi dengan melakukan uji coba pilot project untuk penerapannya..
3) Ketentuan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi.
4) Aturan kerja sama antara pemerintah kota dengan swasta untuk pengelolaan
sanitasi dengan mediasi Pemerintah Provinsi Lampung.
5) Adanya sanksi yang tegas dan spesifik kepada masing-masing pelanggaran
termasuk penetapan model reward and punishment.
6) Penetapan retribusi dengan memperhitungkan pemulihan biaya sebagaimana
yang ada pada Permendagri.

b. Sumber Daya Manusia (SDM)


Kelembagaan dan Kapasitas SDM :
Pengelolaan sanitasi masih berjalan secara sendiri-sendiri tidak
terfokus pada satu unit kerja yang menangani masalah-masalah sanitasi, baik
secara teknis maupun administrasi keuangan. Sebaiknya diserahkan kepada
dinas teknis yang membidangi kegiatan sanitasi ini. Selain itu juga kapasitas
SDM yang ada perlu diberikan pemahaman secara teknis mengenai
pengelolaan sanitasi serta pengelolaan administrasi dan keuangan.

Koordinasi Antar Lembaga Terkait :


Permasalahan yang sering terjadi dalam pengelolaan sanitasi adalah
koordinasi baik secara teknis maupun non teknis terkait dengan masalah
sanitasi perkotaan. Upaya koordinasi diperlukan sebagai upaya perencanaan
dan pengendalian kegiatan agar apa yang direncanakan dapat memperoleh
manfaat yang maksimal. Dalam hal ini keberadaan Pokja AMPL sangat
membantu untuk melakukan konsolidasi seluruh kegiatan sanitasi perkotaan.

Promosi Sanitasi :

Promosi sanitasi adalah kegiatan mempromosikan kesadaran atau


kepedulian seluruh stakeholder akan pentingnya sanitasi dalam kerangka
perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini sangat penting mulai dilakukan pada
tingkat sekolah TK hingga perguruan tinggi, agar generasi muda punya
kepedulian dan dapat mendorong para orang tua untuk hidup ber
sih dan sehat serta menjaga kesehatan lingkungannya.

 Aspek teknis dan operasional


Permasalahan teknis pengolahan sampah padat di Kota
Bandar Lampung sudah sangat kompleks dan melibatkan
kepentingan dan peran dari berbagai pihak. Pelaku utama yang
terlibat dalam pengelolaan sampah padat adalah :
2. Masyarakat, termasuk di dalamnya adalah individu dan
komunal (komunitas)
3. Pemerintah
4. Pelaku usaha
Secara teknis operasional, berdasarkan penjelasan
sebelumnya berkaitan dengan partisipasi masyarakat dan dunia
usaha, sebagaimana djelaskan sebelumnya, maka dibawah ini,
ditambahkan uraian berkaitan dengan aspek pemerintahan, sebagai
berikut :
Isu strategis peran pemerintah dalam pengelolaan sampah
padat antara lain adalah:
 Volume sampah padat sangat erat hubungannya dengan
pertumbuhan penduduk, sementara pelayanan terhadap
masyarakat melalui sistem SOKLI yang telah dilakukan
pemerintah masih sangat rendah, baik luas wilayah, jumlah
pelanggan maupun jumlah (kuantitas) sampah yang ditangani.
 Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menyediakan
sarana dan prasarana pengelolaan sampah padat. Sarana
prasarana dalam pengelolaan sampah padat belum memadai
dikarenakan faktor usia maupun jumlah yang tidak sebanding
dengan pertumbuhan sampah. Dengan kondisi sarana dan
prasarana yang ada berdasarkan studi yang dilakukan maka
jumlah kebutuhan sarana dan prasarana berbanding lurus
dengan peningkatan volume sampah namun kondisi tersebut
justru berbanding terbalik dengan kemampuan yang dimiliki
oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. Oleh karena itu
sangat diperlukan pemambahan sarana dan prasarana atau
pengurangan volume sampah di tingkat komunitas.
 Keterbatasan jumlah petugas SOKLI yang dimiliki dalam
pengelolaan sampah dibandingkan dengan luas wilayah kota,
termasuk di dalamnya adalah tingkat pendidikan SDM yang
rendah dan mempengaruhi dalam pengelolaan sampah.
 Keterbatasan anggaran dan masih terjadi ketidaktransparanan
dalam konsep dan wewenang retribusi sampah yang ada dalam
pengelolaan sampah padat di tingkat pengelola SOKLI.
 Masih rendahnya model pelibatan masyarakat yang
diupayakan oleh pemerintah pengelolaan sampah padat selain
hanya himbauan untuk membuang sampah pada skema waktu
pembuangan pagi dan sore.
 Sampah di pesisir belum ditangani secara optimal oleh
Pemerintah Kota Bandar Lampung.
 Belum ditetapkannya sistem insentif dan disinsentif dalam
pengelolaan sampah padat.
 Konsep TPS/TPA yang berwawasan lingkungan belum dapat
diwujudkan sesuai ketentuan karena sulitnya mencari lahan
TPS/TPA di daerah perkotaan, dan penggunaan teknologi yang
belum optimal.
 Sampah masih dianggap tanggung jawab pemerintah,
sedangkan masyarakat hanya berkewajiban membayar sampah
yang dibuang.
Total Volume Sampah Kota Bandar Lampung Tahun 2011
Jumlah
Jumlah
Timbulan Sampah
No Kecamatan Penduduk
Sampah (m3) Terangkut
(jiwa)
(m3)
1 Teluk Betung Barat 59,812 149.53 101.68
2 Teluk Betung Selatan 92,852 232.13 157.85
3 Panjang 63,857 159.64 108.56
4 Tanjung Karang timur 92,074 230.19 156.53
5 Teluk Betung Utara 62,825 157.06 106.80
6 Tanjung Karang Pusat 72,819 182.05 123.79
7 Tanjung Karang Barat 65,878 164.70 111.99
8 Kemiling 75,745 189.36 128.77
9 Kedaton 88,667 221.67 150.73
10 Rajabasa 45,329 113.32 77.06
11 Tanjung Seneng 43,826 109.57 74.50
12 Sukarame 73,788 184.47 125.44
13 Sukabumi 65,843 164.61 111.93
Jumlah 903,315 2,258 1,536
14 Pasar-pasar 451.66 307.13
15 Fasilitas Umum 225.83 153.56
16 Hotel dan Penginapan 112.91 76.78
17 Jalan, Taman dll 33.87 23.03
Jumlah 3,083 2,096

 Sistem Persampahan
(PolaPenangananSampah, PengumpulandanPemindahansampah)
AdapunletakdariTempatpembuangansampah di
KecamatanSukaramehanya di TelukBetung Barat ataulebihdikenaldengan
TPA Bakungdenganluaswilayah 14,1 Ha. Rata-rata produksi sampah di
Kota Bandar Lampung tiap orang perhari adalah 1-2 kg.
 Pengelolaan Persampahan Kelembagaan
Pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung tidak dilakukan oleh
satu instansi tetapi dilakukan beberapa SKPD yang terbagi atas :
a. Dinas Kebersihan dan Pertamanan bertanggung jawab terhadap
pengangkutan sampah di Jalan Protokol ke TPA dan pengelolaan
sampah di TPA;
b. Dinas Pasar bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah di
Pasar dan mengangkutnya langsung ke TPA;
c. Dinas Perhubungan bertanggung jawab terhadap pengangkutan
sampah di Terminal dan mengangkutnya langsung ke TPA;
d. Dinas Pekerjaan Umum bertanggung jawab terhadap pengangkutan
sedimen di gorong-gorong dan drainase Kota;
e. Kecamatan bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah dari
TPS ke TPA yang dilakukan oleh SOKLI;
f. Kelurahan bertanggung jawab terhadap sampah di lingkungannya
dimana proses pengangkutannya dilakukan oleh SOKLI (Satuan
Operasi Kebersihan Lingkungan) yang mengangkut sampah dari
Rumah Tangga ke TPS.
Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPA) yang dimiliki Kota
Bandar Lampung yaitu TPA Bakung yang terletak di Kelurahan
Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat dengan luas wilayah 14
hektar yang dikelola dibawah UPT TPA Bakung dibawah koordinasi
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung.

 Sistem Cakupan Pelayanan


Sistem pengangkutan sampah di Kota Bandar Lampung dibagi
ke dalam dua bagian yaitu pengangkutan dari sumber sampah (rumah
tangga, pasar, jalan utama, dan sebagainya) ke TPS dan pengangkutan
dari TPS ke TPA.
Sampah Pasar : sistem pengangkutan dilakukan dengan cara
petugas kebersihan mengambil langsung dan diangkut ke gerobak
sampah selanjutnya dibawa ke TPS di sekitar pasar.
Sampah Permukiman : sistem pengangkutan warga sendiri
membawa langsung ke TPS yang terdekat dengan permukiman atau
petugas Sokli mengambil di depan rumah kemudian dikumpulkan di
TPS.
Sampah Pesisir : selama ini belum ada mekanisme yang jelas
sehingga permasalahan sampah pesisir pesisir belum dapat dikelola
dengan baik.
Sistem pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung dilakukan
oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung, dimana
daerah pelayanan meliputi 20 kecamatan dan 126 kelurahan yang ada di
Kota BandarLampung.Cakupanpelayanansaatinimencapai75%.
BerdasarkansumbedatadariDinasKebersihandanPertamananKotaBandar
Lampungbahwajumlahtimbulan,sertajumlahsampahyangterangkutdantid
akterangkutpadasetiapkecamatandanlokasilainnyadikotabandarlampungs
ekitar27%darijumlahsampahrumahtanggadankapasitaspolakumpul-
angkut–
buangdarisumbertimbulankeTPSsebesar82%dandariTPSkeTPABakungs
ebesar68%.
BAB III
STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN

3.1 Umum
Merencanakan suatu pengembangan sistem pengelolaan persampahan
memerlukan strategi yang terstruktur dan tepat sasaran. Strategi pengembangan
persampaha untuk jangka panjang perlu mengacu pada strategi nasional
(Permen PU No 21/PRT/M/2006) dan daerah serta rencana tata ruang yang
berlaku secara garis besar, strategi tersebut meliputi :
a. Strategi Teknis
- Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan berdasarkan kriteria
kebutuhan pengembangan
- Peningkatan kegiatan 3R untuk skala sumber dan kawasan pada lokasi
– lokasi prioritas dan memenuhi kriteria

b. Strategi Peningkatan Kelembagaan


- Peningkatan organisasi sesuai dengan peraturan yang berlaku (PP
38/2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antar pemerintah,
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. PP
50/2007 tentang tata cara pelaksanaan kerja sama daerah, PP 23/2005
tentang pengelolaan keuangan badan layanan umum dan lain – lain)
- Rekruitmen SDM untuk jangka panjang sesuai dengan kualifikasi
bidang keahlian persampahan/manajemen

c. Strategi Peningkatan Pembiayaan


- Peningkatan prioritas alokasi dana untuk investasi maupun biaya
pengolahan persampahan
- Penerapan pola intensif dan desinsentif

d. Strategi Peningkatan Pengaturan


- Penyempurnaan berbagai produk hukum yang realistis dan aplikatif
- Sosialisasi produk hukum kepada para stakeholders terutama
masyarakat

e. Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat


- Sosialisasi
- Edukasi
- Penerapan Intensif dan disinsentif untuk program 3R (reduce, reuse,
dan recycle)

3.2 Tujuan dan Target Penanganan


3.2.1 Tujuan jangka pendek
 Terlaksananya kegiatan penanganan sampah yaitu pengomposan
 Terlaksananya kegiatan penanganan sampah yaitu 3R (Reduce, Reuse,
Recyle)

3.2.2 Jangka Menengah


Pembuatan TPS
Pembuatan TPS ini diadakan dalam jangka menengah dikarenakan
pertimbangan perlu dilakukanya koordinasi yang baik terlebih dahulu
dengan Pemerintah Kabupaten Bandar Lampung mengingat cakupan
pelayanan pengadaan dan pengangkutan sampah dari TPS yang ada
berpusat di Kecamatan Tanjung Senang. Apabila pengadaan TPS ini
dilakukan dalam jangka pendek tetapi pemerintah tidak mendukung dalam
pengoperasianya terutama pengangkutan sampah dari TPS ke TPA maka
sampah yang akan dihasilkan di TPS justru akan menjadi masalah baru,
sedangkan sampah akan terus dihasilkan setiap harinya.
Perencanaan pembuatan TPS di setiap dusun ini dilakukan untuk
memudahkan masyarakat dalam membantu melestarikan lingkungan dan
memicu masyarakat agar lebih menjaga kebersihan desa untuk
memenangkan lomba kebersihan dusun yang diadakan desa setiap 1 tahun
sekali dalam rangka Hari Lingkungan.
1. Strategi Pengembangan Pelayanan
- Perkiraan timbulan sampah
Timbulan sampah perlu diketahui secara lebih memadai sebagai
dasar perencanaan kebutuhan prasarana dan sarana persampahan baik
untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Perkiraan atau
proyeksi timbulan sampah dapat diketahui setelah data eksisting
diketahui (yang didapatkan baik dari data primer maupun sekunder).
Berdasarkan data primer yang didapat bahwa jumlah penduduk yang
didapat, jumlah KK yang diperoleh berjumlah 10497 KK dengan jumlah
52489 jiwa.

Tabel Sumber dan Komposisi Sampah Kecamatan Sukarame


No Sumber Sampah Jenis Sampah Komposisi Sampah
Organik Kertas, hasil dari sisa sisa nota,
kardus, dsb.
1 komersial Anorganik Plastik bekas dari pembungkusan
produk, tali rafiah bekas
pengepakan barang, dsb.
Organik Kertas, bekas map, daun-daun hasil
dari pepohonan, kardus, sisa dari
kantin dsb.
2 Umum Anorganik Plastik sisa hasil jajanan, spidol
yang sudah habis, patahan
penggaris, sampah dari tiap tiap
ruangan, dsb.
Organik Potongan sayuran, dedaunan,
kardus, kertas, nasi bekas, sayur
3 Perumahan bekas, dsb
Anorganik Plastik, ember bekas, tali rafia,
kertas, dsb.
Medis Selang infus, jarum suntik, perban
bekas darah atau nanah, sampah
medis yang berasal dari ruang
4 Fasilitas Kesehatan perawatan, operasi, laboratorium,
ruang bersalin, gigi, KIA, dan
Farmasi.
Non Medis Plastik, kertas, kardus, pena bekas,
map bekas, dedaunan dsb.

2. Undang-undang Pengelolaan Persampahan


3.4.1 Undang-undang no. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
 Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota
1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan
kabupaten/kota
mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah
berdasarkan
kebijakan nasional dan provinsi;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota
sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan
sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain;
d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat
pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir
sampah;
e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6
(enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat
pemrosesan akhir sampah dengan system pembuangan terbuka
yang telah ditutup; dan
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat
pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.
2) Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat
pemrosesan akhirsampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d merupakan bagian dari rencanatata ruang wilayah
kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan sistem
tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f diatur
dengan peraturan menteri

3.4.2 Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Pengelolaan Sampah Rumah


Tangga Dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
 Kebijakan Dan Strategi Pengelolaan Sampah
Pasal 4
1) Pemerintah menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam
pengelolaan sampah.
2) Pemerintah provinsi menyusun dan menetapkan kebijakan dan
strategi provinsi dalam pengelolaan sampah.
3) Pemerintah kabupaten/kota menyusun dan menetapkan kebijakan
dan strategi kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah.

Pasal 5
1) Kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 paling sedikit memuat:
a. arah kebijakan pengurangan dan penanganan sampah; dan
b. program pengurangan dan penanganan sampah.
2) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus memuat:
a. target pengurangan timbulan sampah dan prioritas jenis
sampah secara bertahap; dan
b. target penanganan sampah untuk setiap kurun waktu tertentu.
Pasal 6
Kebijakan dan strategi nasional dalam pengelolaan sampah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) ditetapkan dengan
peraturan presiden.

Pasal 7
1) Kebijakan dan strategi provinsi dalam pengelolaan sampah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) ditetapkan dengan
peraturan gubernur.
2) Dalam menyusun kebijakan strategi provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus berpedoman pada kebijakan dan
strategi nasional dalam pengelolaan sampah.

Pasal 8
1) Kebijakan dan strategi kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) ditetapkan dengan
peraturan bupati/walikota.
2) Dalam menyusun kebijakan strategi kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus berpedoman pada kebijakan dan
strategi nasional serta kebijakan dan strategi provinsi dalam
pengelolaan sampah.

Pasal 9
1) Pemerintah kabupaten/kota selain menetapkan kebijakan dan
strategi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3), juga
menyusun dokumen rencana induk dan studi kelayakan
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga.
2) Rencana induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah;
c. pemanfaatan kembali sampah;
d. pemilahan sampah;
e. pengumpulan sampah;
f. pengangkutan sampah;
g. pengolahan sampah;
h. pemrosesan akhir sampah; dan
i. pendanaan.
3) Rencana induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
untuk jangka waktu paling sedikit 10 (sepuluh) tahun.

3.4.3Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 05 Tahun 2015 Tentang


Pengelolaan Sampah
 Tugas Dan Wewenang
Pemerintah Daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungansesuai dengan tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.

Tugas Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, terdiri


atas:
a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam
pengelolaan sampah;
b. melakukan penelitian dan pengembangan teknologi pengurangan
serta penanganan sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya
pengurangan, penanganan dan pemanfaatan sampah;
d. melaksanakan pengelolaan sampah serta memfasilitasi sarana dan
prasarana pengelolan sampah;
e. memfasilitasi dan melakukan pengembangan atas manfaat yang
dihasilkan dari pengelolaan sampah;
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang
pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani
sampah;dan
g. melakukan koordinasi antar SKPD, masyarakat dan dunia usaha
agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.

Pasal 7
(1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah
mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah
berdasarkan kebijakan provinsi dan nasional;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah sesuai norma,
standarisasi, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan
sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain;
d. menetapkan lokasi TPS, TPST, dan/atau TPA sampah;
e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6
(enam) bulan selama umur guna TPA dengan sistem
pembuangan lahan urug sanitair (sanitary landfill) dan 20
tahun setelah TPA ditutup;dan
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat
pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.

(2) Penetapan lokasi TPST dan TPA sampah sebagaimana dimaksud


pada ayat (1)
huruf d, merupakan bagian rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bandar Lampung.
(3) Penetapan lokasi penempatan dan/atau pengolahan sampah spesifik
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem tanggap darurat
sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) huruf f, diatur dengan
Peraturan Walikota sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan

3. Kebijakan dan Strategi Persampahan


Peraturan Terkait
1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman;
2. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;
3. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup;
4. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
5. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
6. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
7. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Nasional;
8. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
9. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
10. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
11. Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap
Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri;
12. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum;
13. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;
14. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2005-2009;
15. Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia.
16. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 05 Tahun 2015 tentang
Pengelolaan Sampah

Kebijakan Program Persampahan Menurut(PERMEN PU 21/PRT/M/2006) :


• Kebijakan 1 : Pengurangan sampah semaksimal mungkin
dimulai dari sumbernya
• Kebijakan 2 : Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia
usaha/swastasebagai mitra pengelolaan
• Kebijakan 3 : Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas
system pengelolaan
• Kebijakan 4 : Pengembangan kelembagaan, peraturan dan
perundangan
• Kebijakan 5 : Pengembangan alternatif sumber pembiayaan

4. Dasar-Dasar Sistem Pengelolaan Persampahan


 Dasar-dasar sistem pengelolaan persampahan yaitu :
1. Kelembagaan
Kegiatan kelembagaan pelayanan kebersihan di Kecamatan
Candisari berada pada pihak DKP dan Kecamatan. Kegiatan
operasional pengelolaan sampah Kecamatan dikelola oleh pihak
Kecamatan dan diawasi serta dibiayai oleh pihak DKP
2. Teknik Operasional
Dalam teknik operasional persampahan menurut UU RI no.18 tahun
2018 Pasal 22 tentang Pengelolaan Sampah dilakukan melalui
beberapa tahap yaitu :
a. Pemilahan
b. Pengumpulan
c. Pengangkutan
d. Pengolahan
e. Pemrosesan akhir sampah
BAB IV
RENCANA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KECAMATAN
SUKARAME

4.1 Rencana Pengelolaan Sampah Secara Teknis


Rencana pengelolaan sampah secara teknis ini didasarkan pada kondisi
eksisting yang ada di Kecamatan Sukarame, Kota Bandar Lampung dan merujuk
pada peraturan daerah yang berlaku serta berwawasan lingkungan hidup.
Rencana pengelolaan sampah secara teknis ini akan mencakup seluruh
kelurahan yang terdapat di Kecamatan Sukarame. Rencana pengelolaan sampah
secara teknis ini juga didasarkan pada komposisi sampah yang dihasilkan,
sehingga memudahkan dalam mengonsep perencanaan pengelolaanya.
Sampah yang dihasilkan di desa Desa Labuhan Dalam Kecamatan
Sukarame, Kota Bandar Lampung, berasal dari 5 sumber sampah yaitu sampah
yang berasal dari permukiman, fasilitas komersial, fasilitas Umum, fasilitas
Sosial, dan fasilitas olahraga. Sampah yang berasal dari ke empat sumber tersebut
ialah sampah organik dan sampah anorganik, sampah medis dan non medis.

Menghitung Rencana Kebutuhan Sarana Dan Prasarana

1. Menghitung jumlah rumah mewah

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑤𝑎ℎ


A= x jumlah jiwa dilingkungan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜

4.723
= x 58.005
10.597

= 25.852

2. Menghitung jumlah rumah sedang

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔


B= x jumlah jiwa dilingkungan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜

4.408
= x 58.005
10.597

= 24.128
3. Menghitung jumlah rumah sedehana

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟ℎ𝑎𝑛𝑎


C= x jumlah jiwa dilingkungan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜

975
= x 58.005
10.597

= 5.336

 Rencana pewadahan :

Menghitung jumlah wadah sampah komunal

(𝐶 𝑥 𝐽𝑗 𝑥 𝑇𝑠 𝑥 𝑃𝑎)+ (𝐷 𝑥 𝑇𝑠 𝑥 𝑃𝑎)
A=
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑊𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑥 𝐹𝑝

4.829 𝑥 5 𝑥 3 𝑥 25%) + (2.432𝑥 5 𝑥 25%)


=
60 𝑙 𝑥 1,2

3.621 +3.040
=
72
= 93

1.2 Perencanaan Kebutuhan Pelayanan Berdasarkan Pemilihan Prioritas


4.2.1 Perencanaan Jangka Pendek
a. Penghimbauan Dilakukanya 3R
Bahan buangan berbentuk padat, seperti kertas, logam, plastik
merupakan contoh bahan buangan yang bisa didaur ulang. Bahan-
bahan ini dapat dilakukan daur ulang secara langsung maupun harus
mengalami proses terlebih dahulu untuk menjadi bahan baku baru.
Bahan baku ini banyak dijumpai, biasanya merupakan bahan
pengemas produk. Bahan inilah yang pada tingkat konsumen
terkadang menimbulkan permasalahan, seperti yang terjadi di
Kecamatan Sukaramei ini. Sampah organik yang paling banyak
dijumpai ialah sampah yang fungsi utamanya ialah sebagai bahan
pengemas.
Berdasarkan UU No. 18 tahun 2008 menggaris bawahi bahwa
pengurangan sampah dilakukan sebelum sampah tersebut terbentuk,
misalnya melalui penghematan penggunaan bahan. Kewajiban
pengurangan sampah ditujukan bukan saja bagi konsumen, tetapi juga
ditujukan pada produsen produk. Di indonesia, upaya mereduksi
sampah masih belum mendapat perhatian yang baik karena dianggap
rumit dan tidak menunjukkan hasil yang nyata dalam waktu singkat.
Upaya mereduksi sampah sebetulnya akan menimbulkan manfaat
jangka panjang, seperti :
a. Mengurangi biaya pengelolaan dan investasi
b. Mengurangi potensi pencemaran air dan tanah
c. Memperpanjang usia TPA
d. Mengurangi kebutuhan sarana sistem kebersihan
e. Menghemat pemakaian sumber daya alam
(Damanhuri, Enri : 2010/2011)
Salah satu upaya sederhana, namun sangat sulit dibiasakan di
Indonesia khususnya pada masyarakat urban, adalah pembatasan
adanya sampah sebelum barang yang kita gunakan menjadi sampah,
melalui pengguna berulang-ulang, seperti penggunaan kantong plastik
yang secara berlimpah jika kita berbelanja di toko. Terkait dengan
pengemasan produk, maka peran produsen yang menggunakan
pengemas untuk memasarkan produknya menjadi mata rantai awal
yang diatur oleh UU tersebut. Dikenal dengan konsep EPR ( Extended
Producer Responsibillity), yaitu strategi yang dirancang dengan
menginternalkan biaya lingkungan kedalam biaya produksi sebuah
produk, tidak terbatas dari produk lingkungan, seperti biaya
penanganan residu atau limbah yang muncul akibat penggunaan
produk tersebut menjadi bagian dari komponen harga produk yang
dipasarkan. Langkah-langkah EPR ialah :
a. Langkah 1 : penghematan bahan baku di proses produksi
b. Langksh 2 : memproduksi barang yang berumur panjang,
mendorong reparasi pada barang yang rusak, termasuk servis
bergaransi
c. Langkah 3 : Menerima pengembalian produk bekas termasuk
pengemas, menggunakan bahan baku atau menghasilkan produk
yang berasal dari hasil daur ulang, serta mengupayakan
penggunaan dan pengembangan teknologi daur ulang.
Disamping mendorong produsen untuk menerapkan EPR,
dibeberapa negara maju, di beberapa negara maju, peran dan
tanggung jawab produsen dimasukkan dalam pengelolaan limbah
secara menyeluruh yang dikenal sebagai internalisasi biaya
lingkungan dalam biaya produk. Dengan demikian, biaya
penanganan limbah dan dampaknya sudah termasuk didalamnya.
(Damanhuri, Enri : 2010/2011)
Berdasarkan teori dari buku diatas, maka sistem 3R yang
diperlukan di Kelurahan Yosodadi ini ialah melakukan penyuluhan
tentang bahaya dari timbulan sampah yang dihasilkan oleh
masyarakat sebagai langkah awal. Selanjutnya, dimulai dari
pembatasan kantong plastik sebagai alat bawaan pada saat di toko
dan pasar.

b. Pembuatan Kompos
Pada perencanaan pengelolaan sampah organik jangka pendek
di Kecamatan Sukarame ini akan diolah menjadi pupuk kompos
dengan metode anaerob. Sampah yang dapat diolah menjadi pupuk
kompos ini ialah jenis sampah yang jauh lebih cepat terurai
secara alami dibandingkan dengan sampah anorganik. Sampah yang
satu ini berasal dari sisa makanan di dapur seperti sayur, nasi, buah dan
lain sebagainya yang dihasilkan oleh masyarakat Kelurahan
Kecamatan Sukarame.
Metode pengolahan kompos secara anaerob ini didasari pada
lahan yang tidak cukup luas yang terdapat di Kecamatan Sukarame.

Cara membuat kompos metode anaerob


Cara membuat kompos dengan metode anaerob biasanya
memerlukan inokulan mikroorganisme (starter) untuk mempercepat
proses pengomposannya. Inokulan terdiri dari mikroorganisme
pilihan yang bisa menguraikan bahan organik dengan cepat, seperti
efektif mikroorganime (EM4). Di pasaran terdapat juga jenis inokulan
dari berbagai merek seperti superbio, probio, dll. Apabila tidak
tersedia dana yang cukup, kita juga bisa membuat sendiri inokulan
efektif mikroorganisme.
Bahan baku yang digunakan sebaiknya material organik yang
mempunyai perbandingan C dan N tinggi (lebih dari 30:1). Beberapa
diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam padi dan kotoran
kambing. Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan
metode anaerob bisa 10-80 hari, tergantung pada efektifitas
dekomposer dan bahan baku yang digunakan. Suhu optimal selama
proses pengomposan berkisar 35-45oC dengan tingkat kelembaban 30-
40%. Berikut tahapan cara membuat kompos dengan proses anaerob.

 Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Sebaiknya pilih bahan


yang lunak terdiri dari limbah tanaman atau hewan. Bahan yang bisa
digunakan antara lain, hijauan tanaman, ampas tahu, limbah organik
rumah tangga, kotoran ayam, kotoran kambing, dll. Rajang bahan tersebut
hingga halus, semakin halus semakin baik.
 Siapkan dekomposer (EM4) sebagai starter. Caranya, campurkan 1 cc
EM4 dengan 1 liter air dan 1 gram gula. Kemudian diamkan selama 24
jam.
 Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah
dirajang halus di atas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahan
tersebut untuk menambah nilai perbandingan C dan N. Kemudian
semprotkan larutan EM4 yang telah diencerkan tadi. Aduk sampai merata,
jaga kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang lembab bisa
disemprotkan air.
 Siapkan tong plastik yang kedap udara. Masukan bahan organik yang
sudah dicampur tadi. Kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4
hari untuk menjalani proses fermentasi. Suhu pengomposan pada saat
fermentasi akan berkisar 35-45oC.
 Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang
dicirikan dengan baunya yang harum seperti bau tape.

Berikut tahapan cara membuat kompos dengan proses anaerob:

Alat
1. Wadah drum, ember plastik atau gentong
2. Wadah diberi lubang didasarnya dan sampir untuk air lindi dan pertukaran
udara.

Cara membuat
1. siapkan bahan organik yang akan dikomposkan, sebaiknya pilih bahan
yang lunak terdiri dari limbah tanaman atau hewan.
2. Siapkan dekomposer (EM4) sebagai starter. Caranya campurkan 1 cc EM4
dengan 1 liter air dan 1 gram gula. Kemudian diamkan selama 24 jam.
3. Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah
dirajang halus diatas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahyan tersebut untuk
menambah nilai perbandingan C dan N. Kemudian semprotkan larutan EM4 yang
telah diencerkan. Aduk sampai merata, jaga kelembaban pada kisaran 30-40%,
apabila kurang lembab bisa disemprotkan air.
4. Siapkan tong plastik yang kedap udara, masukan bahan organik yang
sudah dicampur, kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk
menjalani proses fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi berkisar 35-
450C.
5. Setelah 4 hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang
dicirikan dengan baunya yang harum seperti bau tape.
BAB V
RENCANA TAHAPAN PELAKSANAAN

Untuk melaksanakan rencana kegiatan diatas, diperlukan pertahapan


pelaksanaan dengan mempertimbangkan urgensi masalah yang dihadapi,
kemampuan daerah dan masyarakat. Masalah penutupan TPA open dumping dan
penyediaan fasilitas pemilihan sampah dikawasan permukiman, fasilitas
komersial, fasilitas umum dan lain-lain perlu dilakukan pada tahap awal sesuai
dengan amanat UU No 18/2008 tentang pengelolaan sampah.
3.3 Rencana Jangka Pendek
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka pendek (1-2 tahun)
merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak dan dapat dijadikan
fondasi untuk pentahapan selanjutnya. Rencana jangka pendek yang akan
dilakukan di Kecamatan Sukarame ini, meliputi :
1. Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah Kecamatan yang mengacu
pada kebijakan nasional, provinsi dan NSPK yang berlaku
2. Meningkatkan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk
peningkatan kinerja operasional penanganan sampah, dapat dilakukan
dengan cara training, penyuluhan maupun workshop.
3. Perencanaan detail penanganan sampah ( ukuran TPS, gerobak, frekuensi
pengangkutan, program 3R dsb)
4. Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan masyarakat dalam
partisipasi 3R, kompos dan kerajinan tangan
5. Penyediaan sarana dan prasarana untuk mengatasi masalah persampahan
yang bersifat mendesak (alat dan bahan kompos, sarana TPS, dan
kerajinan tangan)
6. Menyiapkan peningkatan tarif (iuran dan retribusi)

5.2 Jangka Menengah

Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka panjang (20 tahun)


merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat menyeluruh dengan
mempertimbangkan hasil pencapaian tahap sebelumnya. Rencana jangka
menengah yang akan dilakukan di Kecamatan Sukarame ini, meliputi :

1. Peningkatan cakupan pelayanan sesuai dengan target perencanaan


2. Peningkatan prasarana dan sarana sesuai cakupan pelayanan serta
penggantian peralatan yang sudah habis umur teknisnya.
3. Meningkatkan pola kerjasama dengan pihak swasta, negeri dan CDM
terkait kemitraan menjual produk, serta izin pelaksanaan pelayanan TPS

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Tujuan dan Target Penanganan sampah
 Tujuan
- Terlaksananya kegiatan penanganan sampah yaitu pengomposan
- Terlaksananya kegiatan penanganan sampah yaitu 3R (Reduce,
Reuse, Recyle)
 Jangka Menengah
- Pembuatan TPS
2. Undang-undnag Pengelolaan Persampahan
 Undang-undang no. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
 Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 05 Tahun 2015
Tentang Pengelolaan Sampah
3. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan
Kebijakan Program Persampahan Menurut(PERMEN PU 21/PRT/M/2006) :
 Kebijakan 1 : Pengurangan sampah semaksimal mungkindimulai dari
sumbernya
 Kebijakan 2 : Peningkatan peran aktif masyarakat dan
duniausaha/swastasebagai mitra pengelolaanKebijakan 3 : Peningkatan
cakupan pelayanan dan kualitassystem pengelolaanKebijakan 4 :
Pengembangan kelembagaan, peraturan danperundangan
 Kebijakan 5 : Pengembangan alternatif sumber pembiayaan
4. Dasar-dasar sistem pengelolaan persampahan
3. Kelembagaan
Kegiatan kelembagaan pelayanan kebersihan di Kecamatan
Candisari berada pada pihak DKP dan Kecamatan. Kegiatan
operasional pengelolaan sampah Kecamatan dikelola oleh pihak
Kecamatan dan diawasi serta dibiayai oleh pihak DKP
4. Teknik Operasional
Dalam teknik operasional persampahan menurut UU RI no.18 tahun
2018 Pasal 22 tentang Pengelolaan Sampah dilakukan melalui
beberapa tahap yaitu :
f. Pemilahan
g. Pengumpulan
h. Pengangkutan
i. Pengolahan
Pemrosesan akhir sampah
5. Rencana Pengelolaan Sampah Secara Teknis di Kecamatan Sukarame
 Rencana pengelolaan sampah secara teknis ini didasarkan pada
kondisi eksisting yang ada di Kecamatan Sukarame, Kota Bandar
Lampung dan merujuk pada peraturan daerah yang berlaku serta
berwawasan lingkungan hidup.
 Rencana pengelolaan sampah secara teknis ini akan mencakup
seluruh kelurahan yang terdapat di Kecamatan Sukarame.
Rencana pengelolaan sampah secara teknis ini juga didasarkan
pada komposisi sampah yang dihasilkan, sehingga memudahkan
dalam mengonsep perencanaan pengelolaanya.
 Sampah yang dihasilkan di desa Desa Labuhan Dalam Kecamatan
Sukarame, Kota Bandar Lampung, berasal dari 5 sumber sampah
yaitu sampah yang berasal dari permukiman, fasilitas komersial,
fasilitas Umum, fasilitas Sosial, dan fasilitas olahraga. Sampah
yang berasal dari ke empat sumber tersebut ialah sampah organik
dan sampah anorganik, sampah medis dan non medis.
6. Perencanaan Kebutuhan Pelayanan Berdasarkan Pemilihan Prioritas di
Kecamatan Sukarame :
 Perencanaan Jangka Pendek
- Penghimbauan Dilakukanya 3R
- Pembuatan Kompos

7. Rencana Jangka Pendek pengelolaan persampahan di Kecamatan


Sukarame
 Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka pendek (1-2
tahun) merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak dan
dapat dijadikan fondasi untuk pentahapan selanjutnya. Rencana
jangka pendek yang akan dilakukan di Kecamatan Sukarame ini,
meliputi :
a. Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah Kecamatan yang
mengacu pada kebijakan nasional, provinsi dan NSPK yang
berlaku
b. Meningkatkan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk
peningkatan kinerja operasional penanganan sampah, dapat
dilakukan dengan cara training, penyuluhan maupun workshop.
c. Dll.
8. Jangka Menengah pengelolaan persampahan di Kecamatan Sukarame
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka panjang (20 tahun)
merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat menyeluruh dengan
mempertimbangkan hasil pencapaian tahap sebelumnya. Rencana
jangka menengah yang akan dilakukan di Kecamatan Sukarame ini,
meliputi :
1. Peningkatan cakupan pelayanan sesuai dengan target perencanaan
2. Peningkatan prasarana dan sarana sesuai cakupan pelayanan serta
penggantian peralatan yang sudah habis umur teknisnya.

Anda mungkin juga menyukai