BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........... ......................................................................................... ...............1
1.2 Tahapan Penyusunan Perencanaan Sistem Pengolahan Persampahan ...............................2
BAB II GAMBARAN STUDI
2.1 Data Kota Dan Rencana Pengembangan Kota....................................................................5
2.2 Data Kondisi Pengelolaan Sampah.....................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
Pendahuluan
Pengelolaan sampah yang umumnya dilakukan saat ini adalah menggunakan sistem open dumping
(penimbunan secara terbuka) serta tidak memenuhi standar yang memadai. Keterbatasan lahan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di kota besar dan metropolitan juga berpotensi
menimbulkan persoalan baru. Daerah pinggiran kota masih dianggap sebagai tempat paling mudah
untuk membuang sampah. Sehingga daerah tersebut kehilangan peluang untuk memberdayakan
sampah, memanfaatkannya serta meningkatkan kualitas lingkungannya. Apabila hal ini tidak
tertangani dan dikelola dengan baik, peningkatan sampah yang terjadi tiap tahun itu bisa
memperpendek umur TPA dan membawa dampak pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah,
maupun udara. Di samping itu, sampah berpotensi menurunkan kualitas sumber daya alam,
menyebabkan banjir dan konflik sosial, serta menimbulkan berbagai macam penyakit.
Dalam Undang- undang Nomor 18 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah adalah kegiatan secara
sistematis , menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Pengelolaan sampah ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kesehatan
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan,
pengelolaan sampah dipandang sangat baik ,apabila sampah tidak menjadi media perkembangan bibit
penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluaskan penyakit.
Penanganan sampah harus segera ditanggulangi. Apabila ditangani secara serius, maka sampah bukan
lagi musuh tapi sahabat, karena bisa didaur ulang, dan dapat menghasilkan peningkatan
ekonomi. Pengelolaan sampah berbasis 3R yang saat ini merupakan konsensus internasional yaitu
reduce, reuse, recycle atau 3M (Mengurangi, Menggunakan kembali, dan Mendaur Ulang) merupakan
pendekatan sistem yang patut dijadikan sebagai solusi pemecahan masalah persampahan.
2
1.2 Tahapan Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan
Sistem pengelolaan persampahan perlu direncanakan dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan
hasil yang sebaik-baiknya. Didalam penyusunan perencanaan, iniperlu diperhatikan bagaimana
kondisi yang ada serta peraturan perundang-undangan dan kebijakan bidang persampahan yang
terkait. Tahapan penyusunan perencanaan sistem pengelolaan persampahan ini dapat dilihat pada
gambar1 berikut di bawah ini.
Pengumpulan data primer, dilakukan dengan survey, sampling, analisa laboratorium dan lain-
lain
b. Kebutuhan Data
Data yang dibutuhkan untuk merencanakan sistem pengelolaan sampah adalah sebagai berikut
3
hotel, bioskop, restoran, dll), fasilitas umum (perkantoran, sekolah, taman, dll), fasilitas sosial (tempat
ibadah, panti asuhan, dll). Data tersebut dilengkapi peta kota, tata guna lahan, topografi dan lain-lain.
Data kependudukan, meliputi jumlah penduduk per kelurahan, kepadatan penduduk
administrasi, kepadatan penduduk urban, mata pencaharian, budaya masyarakat dan lain-lain.
Dilengkapi peta kepadatan penduduk
Data kondisi sosial ekonomi, meliputi alokasi dana APBD dan anggaran kebersihan (3
tahun terakhir), data PDRB atau income penduduk (Rp/kk/bulan) dan lain-lain
4
f. Pengolahan Data/Analisa
Analisa terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan meliputi :
Analisa kondisi kota, yaitu tinjauan terhadap aspek topografi kota dalam hal penentuan
metode pengumpulan dan pembuangan akhir sampah, jaringan jalan dalam hal penentuan rute
pengangkutan dan penentuan lokasi TPA, fasilitas kota dalam hal penentuan urgensi daerah pelayanan
dan besarnya timbulan sampah, demografi dalam hal penentuan tingkat pelayanan dan timbulan
sampah, pendapatan per kapita dalam hal penentuan kemampuan masyarakat membayar retribusi,
APBD dalam hal kemampuan daerah mensubsidi anggaran kebersihan dan penentuan tarif retribusi,
dan lain-lain.
Analisa rencana pengembangan kota, yaitu berkaitan dengan rencana pengembangan daerah
pelayanan, penentuan lokasi TPA, rencana peruntukan lahan pasca TPA dan lain-lain.
Analisa kondisi pengelolaan sampah yang ada saat ini, yaitu berkaitan dengan kemungkinan
peningkatan institusi pengelola sampah minimal dalam hal operasionalisasi struktur organisasi,
peningkatan profesionalisasi SDM, peningkatan pelayanan yang aplikatif dalam periode perencanaan,
peningkatan metode operasi penanganan sampah dari sumber sampai TPA yang terjangkau dan tidak
mencemari lingkungan, peningkatan retribusi agar dapat mencapai cost recovery, peningkatan PSM
agar secara bertahap dapat melaksanakan minimalisasi sampah / 3 R, kemungkinan peningkatan peran
swasta dalam pengelolaan sampah dan lain-lain. Analisa dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti pendekatan sistem input / output, analisa hubungan sebab akibat, analisa SWOT, analisa
deskripsi dan metode lain yang disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam analisa tersebut juga
diproyeksikan jumlah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan termasuk proyeksi timbulan
sampah selama masa perencanaan.
5
BAB II
GAMBARAN STUDI
Kelurahan Labuhan Dalam termasuk dalam Kecamatan Tanjung Senang di Bandar Lampung yang
memiliki luas wilayah sebesar 4 km2. Kelurahan ini merupakan kelurahan terluas di Kecamatan
Tanjung Senang karena luas wilayahnya yang hampir 37,63 persen dari total luas Kecamatan Tanjung
Senang.
B. Kondisi Fisik
Kelurahan ini berada pada ketinggian rata-rata 98 meter di atas permukaan laut, secara topografis
daerahnya adalah dataran rendah dengan banyak curah hujan 1000 s/d 3000
Sebagian besar luas wilayahnya merupakan pemukiman penduduk.
C. Prasarana Desa
Prasarana desa perlu diidentifikasi untuk mengenali sumber sampah atau target yang digambarkan
pada data yang meliputi antara lain:
Perumahan meliputi perumahan warga baik yang komplek maupun non komplek dan perumahan
yang kumuh.
6
Fasilitas komersial, meliputi pertokoan, pasar, pabrik.
Fasilitas Umum meliputi pendidikan ( sekolah) , dan fasilitas kesehatan
( puskesmas).
Fasilitas sosial meliputi masjid dan ruang terbuka hijau meliputi daerah persawahan.
Kependudukan
Berdasarkan data di kelurahan Labuhan Dalam, terdapat 1552 jiwa. Dimana terdapat 2 LK yang
terdiri dari LK 1 terdapat 865 jiwa, dan LK 2 terdapat 687 jiwa.
Pekerjaan Lk Pr Jumlah
2 TNI 3 0 3
3 Polri 50 2 52
6 Tukang 37 8 45
8 Pensiunan 58 17 75
Data penyakit yang diperlikan adalah data yang umumnya berkaitan dengn buruk nya kondisi sanitasi
lingkungan dan air bersih seperti diare, tipus,disentri, ISPA( Infeksi Saluran Penapasan Anak.
7
2.2 Data Kondisi Pengelolaan Sampah
Sistem pengelolaan
Pengembangan Institusi
Pengembangan institusi disesuaikan dengan hasil analisa terhadap kondisi yang ada dan sedapat
mungkin mengacu pada kriteria perencanaan. Bentuk institusi Perusahaan Daerah dinilai cukup
memadai untuk kota-kota yang memiliki permasalahan persampahan kompleks. Bentuk institusi
lainnya disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dengan tetap mengacu pada kriteria perencanaan
Sampah dari kedua jenis sumber ini (a dan b) dikenal sebagai sampah domestik. Sedang sampah non-
domestik adalah sampah atau limbah yang bukan sejenis sampah rumah tangga, misalnya limbah dari
proses industri. Bila sampah domestik ini berasal dari lingkungan perkotaan, dalam bahasa Inggeris
dikenal sebagai municipal solid waste (MSW). Berdasarkan hal tersebut di atas, dalam pengelolaan
sampah kota di Indonesia, sumber sampah kota dibagi berdasarkan :
a. Permukiman atau rumah tangga dan sejenisnya
b. Pasar
c. Kegiatan komersial seperti pertokoan
d. Kegiatan perkantoran
e. Hotel dan restoran
f. Kegiatan dari institusi seperti industri, rumah sakit, untuk sampah yang sejenis sampah permukiman
g. Penyapuan jalan
h. Taman-taman.
Kadang dimasukkan pula sampah dari sungai atau drainase air hujan, yang cukup banyak dijumpai.
Sampah dari masing-masing sumber tersebut dapat dikatakan mempunyai karakteristik yang khas
sesuai dengan besaran dan variasi aktivitasnya. Demikian juga timbulan (generation) sampah
8
masingmasing sumber tersebut bervariasi satu dengan yang lain, seperti terlihat dalam standar pada
Tabel.
Volume
NO Komponen Sumber Sampah Satuan Berat (kg)
(Liter)
1 Rumah Permanen /orang/hari 2,25-2,50 0,350-0,400
2 Rumah Semi Permanen /orang/hari 2,00-2,25 0,300-0,350
3 Rumah Non-Permanen /orang/hari 1,75-2,00 0,250-0,300
4 Kantor /pegawai/hari 0,50-0,75 0,025-0,300
5 Toko / Ruko /pegawai/hari 2,50-3,00 0,150-0,350
6 Sekolah /murid/hari 0,10-0,15 0,010-0,020
7 Jalan Arteri Sekunder /m/hari 0,10-0,15 0,020-0,100
8 Jalan Kolektor Sekunder /m/hari 0,10-0,15 0,010-0,050
9 Jalan Lokal /m/hari 0,05-0,10 0,005-0,025
10 Pasar /m/hari 0,20-0,60 0,100-0,300
Data mengenai timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah merupakan hal yang sangat menunjang
dalam menyusun sistem pengelolaan persampahan di suatu wilayah. Data tersebut harus tersedia agar
dapat disusun suatu alternatif sistem pengelolaan sampah yang baik. Jumlah timbulan sampah ini
biasanya akan berhubungan dengan elemen-elemen pengelolaan sampah antara lain :
Sampah yang biasa nya dihasikan dari desa Labuhan Dalam berasal dari rumah , toko, sekolah, pasar,
dan puskesmas, dll. Timbulan sampah yang dihasil masyarakat desa Labuhan Dalam adalah sesuai
dengan SNI nomor tentang Metode Sampling Timbulan Sampah. Diketahui jumlah masyrakat desa
Labuhan Dalam sebanyak 1552 orang , sedangkan timbulan sampah menurut SNI adalah 2 L/orang
/hari. Jadi untuk menimbulkan sampah masyarakat Desa Labuhan Dalam adalah 1552 orang x
2L/org/hari = 3.104 L/ hari atau 3,1 m3
9
sayuran,daun-daunan, buah- buahan, sisa – sisa makanan. Sedangkan untuk sampah anorganik
meliputi plastik, kertas ,kardus , kaleng, potongan besi , kain.
Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga akan cukup tinggi
Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi tumpukan
sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena membusuk, dan yang akan terus
bertambah adalah kertas dan dan sampah kering lainnya yang sulit terdegradasi
Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung
Tingkat sosial ekonomi: Daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan sampah yang
terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya
Pendapatan per kapita: masyarakat dari tingkat ekonomi rendah akan menghasilkan total sampah
yang lebih sedikit dan homogen dibanding tingkat ekonomi lebih tinggi.
Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi.
Negara maju cenderung tambah banyak yang menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan
negara berkembang seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.
Jumlah penduduk
Selain komposisi, maka karakteristik lain yang biasa ditampilkan dalam penanganan sampah adalah
karakteritik fisika dan kimia. Karakteristik tersebut sangat bervariasi, tergantung pada
komponenkomponen sampah. Kekhasan sampah dari berbagai tempat/daerah serta jenisnya yang
berbeda-beda memungkinkan sifat-sifat yang berbeda pula. Sampah kota di negara-negara yang
sedang berkembang akan berbeda susunannya dengan sampah kota di negara-negara maju.
10
Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifat-sifatnya, seperti:
Karakteristik fisika: yang paling penting adalah densitas, kadar air, kadar volatil, kadar abu, nilai
kalor, distribusi ukuran (Gambar 2.1 merupakan skematis berat bahan)
Karakteristik kimia: khususnya yang menggambarkan susunan kimia sampah tersebut yang
terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S, dsb.
Menurut pengamatan di lapangan, maka densitas sampah akan tergantung pada sarana pengumpul dan
pengangkut yang digunakan, biasanya untuk kebutuhan desain digunakan angka :
Sampah di wadah sampah rumah: 0,01 – 0,20 ton/m3
Sampah di gerobak sampah: 0,20 – 0,25 ton/m3 Diktat Kuliah TL-3104 (Versi 2010) Enri
Damanhuri
Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 18
Sampah di truk terbuka: 0,30 – 0,40 ton/m3
Sampah di TPA dengan pemadaran konvensional = 0,50 – 0,60 ton/m3
11
dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan
keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda satu Negara ke Negara yang lain (sesuai budaya yang
berkembang) , dan hal ini berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , serta
rberbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak
berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh
perusahaan pengolah sampah.
Pengelolaan sampah memiliki tujuan untuk mengubah sampah menjadimaterial yang memiliki nilai
ekonomis dan juga untuk mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi
lingkungan hidup. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe
zat sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah, dan ketersediaan area.
Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah, dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa metode atau
cara sebagai berikut :
1. Melakuakan Metode Pembuangan dan Penimbunan
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah,
metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg
tidak terpakai, lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan
darat yg dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis
dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan
menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik
berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas
methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.Karakteristik desain dari penimbunan darat
yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau
pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan
ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem
pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan
keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan
bakar gas untuk membangkitkan listrik.
12
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut
sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang yaitu pengampilan bahan sampah untuk diproses
lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode baru
dari Daur-Ulang yaitu :
Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian ba han-bahan organik secara terkontrol
menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme bisa
dioptimalisasi pertumbuhannya dengan pengkondisian sampah dalam keadaan basah (nitrogen), suhu
dan kelembaban udara (tidak terlalu basah dan atau kering), dan aerasi yang baik (kandungan
oksigen). Secara umum, metode ini bagus karena menghasilkan pupuk organik yang ekologis
(pembenah lahan) dan tidak merusak lingkungan. Serta sangat memungknkan melibatkan langsung
masyarakat sebagai pengelola (basis komunal) dengan pola manajemen sentralisasi desentralisasi (se-
Desentralisasi) atau metode Inti (Pemerintah/Swasta)-Plasma (kelompok usaha di masyarakat). Hal ini
pula akan berdampak pasti terhadap penanggulangan pengangguran. Metode ini yang perlu mendapat
perhatian serius/penuh oleh pemerintah daerah (kab/kota)
Proses pembuatan kompos adalah dengan menggunakan aktivator EM-4, yaitu proses pengkomposan
dengan menggunakan bahan tambahan berupa mikroorganisme dalam media cair yang berfungsi
untuk mempercepat pengkomposan dan memperkaya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan adalah :
Bahan Baku Utama berupa sampah organik, Kotoran Ternak, EM4, Molase dan Air. Sedangkan
13
peralatan yang digunakan adalah : Sekop, Cakar, Gembor, Keranjang, Termometer, Alat pencacah,
Mesin giling kompos dan Ayakan.
Contoh dari pengolahan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program
(program tong hijau) di toronto, kanada dimana sampah organik rumah tangga seperti sampah dapur
dn potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.
C. Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya
bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain.
Daur-ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan
bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan borlaer untuk
menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator.
Pirolisa dan Gusifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, dimana sampah
dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah
tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat
padat, gas dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan
menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif.
Gasifikasi busure plasma yang canggih digunakan untuk mengonversi material organik langsung
menjadi gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas kemudian dibakar untuk
menghasilkan listrik dan uap.
Biaya investasi, meliputi biaya pengadaan sarana prasarana sesuai dengan pengembangan
aspek teknis termasuk pembelian lahan transfer depo dan TPA serta penggantian peralatan yang sudah
habis masa pakainya. Kebutuhan biaya investasi dihitung per tahun selama masa perencanaan
Biaya operasi dan pemeliharaan, meliputi biaya rutin belanja kantor (gaji, ATK, pemeliharaan
kantor dll), biaya operasi dan pemeliharaan gerobak, truck, transfer depo, pembuatan kompos, daur
14
ulang, incinerator dan pembuangan akhir. Kebutuhan biaya tersebut dihitung per tahun selama masa
perencanaan.
Biaya satuan, meliputi biaya satuan yang dibutuhkan per kapita per tahun, biaya per m3
sampah, biaya per tahapan penanganan sampah (pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir)
Perhitungan retribusi, merupakan biaya yang akan dibebankan kepada para wajib retribusi
(WR). Biaya tersebut adalah biaya pengelolaan per tahun (biaya investasi/tahun ditambah biaya O/M
per tahun) di bagi dengan beban yang akan ditanggung oleh para WR. Struktur tarif yang dibagi
berdasarkan kelas WR yaitu perumahan (HI, MI dan LI), komersial (pertokan, pasar, hotel, restoran,
bioskop dll), fasilitas umum (perkantoran, sekolah, fasilitas kesehatan dll) dan fasilitas sosial (rumah
ibadah, panti sosial, dll). Pembobotan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, antara lain dapat
dilakukan dengan perbandingan income dan volume sampah yang dihasilkan oleh setiap unit sumber
sampah per hari. Sebagai contoh untuk kelas perumahan dapat mengambil bobot perbandingan
income 1 : 3 : 6, sedangkan untuk kelas komersial bobot merupakan hasil perhitungan perbandingan
jumlah sampah per unit dengan jumlah sampah perumahan high income (HI) dikalikan dengan
dengan bobot kelas perumahan HI (dalam contoh adalah 6). Demikian pula dengan perhitungan
bobot fasilitas umum yang disetarakan dengan kelas midle income (MI) dan bobot fasilitas sosial
disetarakan dengan LI.
2. Peraturan Bupati
Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 77 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah
di Kabupaten Lampung Tengah
3. Petunjuk Teknis
15
a. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos
Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada
Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug
Terkendali Di TPA Sampah;
b. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan
Sampah Organik Skala Lingkungan.
Perancaangan aspek kemitraan yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah
terutama yang mempunyai nilai investasi tinggi dan membutuhkan penanganan yang lebih profesional
meliputi pemilihan kegiatan yang secara teknis dan ekonomis layak dilakukan oleh swasta dengan
metode atau pola kemitraan yang jelas dan terukur serta bersifat win-win solution.
16
BAB III
STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
3.1 Umum ( Berbagai Kebijakan dan Strategi Nasional, Daerah, Rencana Tata Ruang)
Merencanakan suatu pengembangan sistem pengelolaan persampahan memerlukan strategi
yang terstruktur dan tepat sasaran. Strategi pengembangan persampahan da untuk jangka
panjang perlu mengacu pada strategi nasional (Permen PU No 21//PRT/M/2006) dan daerah
serta rencana tata ruang yang berlaku. Secara garis besar, strategi tersebut meliputi :
a. Terdapat fungsi operator dan regulator yang jelas. (Terdapat Tupoksi mengenai tenaga
kerja masing-masing)
b. Peningkatan SDM masyarakat melalui sosialisasi, penyuluhan maupun training
c. Rekruitmen SDM untuk tenaga kerja di bank sampah, pengurus pengolahan kompos,
pengurus kerajinan tangan, dan pengambil sampah dari 1 TPS ke TPS yang lain.
17
c. Uji coba dan pendampingan
d. Penerapan intensif dan defensif untuk program 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).
18
3.3 Strategi Pengembangan Pelayanan
3.3.1 Perkiraan Timbulan Sampah
Timbulan sampah perlu diketahui secara lebih memadai sebagai dasar perencanaan
kebutuhan prasarana dan sarana persampahan baik untuk jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang. Perkiraan atau proyeksi timbulan sampah dapat diketahui setelah data
eksisting diketahui (yang didapatkan baik dari data primer maupun sekunder). Berdasarkan
data primer yang didapat bahwa jumlah penduduk yang didapat, jumlah KK yang diperoleh
berjumlah 1552 KK. Berdasarkan data yang diperoleh, maka didapatkan identifikasi
perkiraan timbulan sampah sebagai berikut :
Berdasarkan observasi di Desa Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar
Lampung, untuk perbandingan timbulan sampah organik : sampah anorganik ialah +/- 75 % :
25 %.
19
b. Jumlah Timbulan Sampah Dusun 1 Desa Labuhan Dalam
Diket : Jumlah KK Desa Labuhan Dalam = 398 KK
Rata- rata 1 KK berjumlah 4 orang, jadi = 398 KK x 4 orang
= 1592 jiwa
20
d. Jumlah Timnbulan Sampah Dusun 3 Desa Labuhan Dalam
Diket : Jumlah KK desa Labuhan Dalam = 556 KK
Rata- rata 1 KK berjumlah 4 orang, jadi = 556 KK x 4 orang
= 2224 jiwa
22
kardus, kertas, nasi bekas, sayur
3 Pemukiman bekas, dsb
Anorganik Plastik, ember bekas, tali rafia,
kertas, dsb.
Medis Selang infus, jarum suntik, perban
bekas darah atau nanah, sampah
medis yang berasal dari ruang
4 Fasilitas Kesehatan perawatan, operasi, laboratorium,
ruang bersalin, gigi, KIA, dan
Farmasi.
Non Medis Plastik, kertas, kardus, pena bekas,
map bekas, dedaunan dsb.
23
BAB IV
Rencana pengelolaan sampah secara teknis ini didasarkan pada kondisi eksisting yang ada di
Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung dan merujuk pada
peraturan daerah yang berlaku serta berwawasan lingkungan hidup.
Rencana pengelolaan sampah secara teknis ini akan mencakup seluruh dusun yang terdapat di
Desa Labuhan Dalam. Rencana pengelolaan sampah secara teknis ini juga didasarkan pada
komposisi sampah yang dihasilkan, sehingga memudahkan dalam mengonsep perencanaan
pengelolaanya.
Sampah yang dihasilkan di desa Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota
Bandar Lampung, berasal dari 4 sumber sampah yaitu sampah yang berasal dari permukiman,
fasilitas pendidikan, pasar dan fasilitas kesehatan. Sampah yang berasal dari ke empat sumber
tersebut ialah sampah organik dan sampah anorganik, sampah medis dan non medis. Secara
umum, penjelasan mengenai Rencana pengelolaan sampah secara teknis yang akan dilakukan
di Desa Wates ini dapat dilihat pada skema dibawah ini :
24
SAMPAH
Non Medis
Bank Sampah
Recycle)
Kerajinan Tangan
TPS Dusun
a. Penghimbauan Dilakukanya 3R
Bahan buangan berbentuk padat, seperti kertas, logam, plastik merupakan contoh bahan
buangan yang bisa didaur ulang. Bahan-bahan ini dapat dilakukan daur ulang secara langsung
25
maupun harus mengalami proses terlebih dahulu untuk menjadi bahan baku baru. Bahan baku
ini banyak dijumpai, biasanya merupakan bahan pengemas produk. Bahan inilah yang pada
tingkat konsumen terkadang menimbulkan permasalahan, seperti yang terjadi di Desa
Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung ini. Sampah organik
yang paling banyak dijumpai ialah sampah yang fungsi utamanya ialah sebagai bahan
pengemas.
Salah satu upaya sederhana, namun sangat sulit dibiasakan di Indonesia khususnya pada
masyarakat urban, adalah pembatasan adanya sampah sebelum barang yang kita gunakan
menjadi sampah, melalui penggunaa berulang-ulang, seperti penggunaan kantong plastik
yang secara berlimpah jika kita berbelanja di toko. Terkait dengan pengemasan produk, maka
peran produsen yang menggunakan pengemas untuk memasarkan produknya menjadi mata
rantai awal yang diatur oleh UU tersebut. Dikenal dengan konsep EPR ( Extended Producer
Responsibillity), yaitu strategi yang dirancang dengan menginternalkan biaya lingkungan
kedalam biaya produksi sebuah produk, tidak terbatas dari produk lingkungan, seperti biaya
penanganan residu atau limbah yang muncul akibat penggunaan produk tersebut menjadi
bagian dari komponen harga produk yang dipasarkan. Langkah-langkah EPR ialah :
26
b. Lsngksh 2 : memproduksi barang yang berumur panjang, mendorong reparasi pada
barang yang rusak, termasuk servis bergaransi
c. Langkah 3 : Menerima pengembalian produk bekas termasuk pengemas, menggunakan
bahan baku atau menghasilkan produk yang berasal dari hasil daur ulang, serta
mengupayakan penggunaan dan pengembangan teknologi daur ulang.
1.Langkah 1: 2.Langkah 2:
Recycling (R3)
Langkah 4: 1.Langkah 3:
Pengembalian Produk
Reuse – recycling produk
bekas, pembuatan produk dan
bahan baku dari bahan bekas,
pengembangan teknologi
reclycling.
Sumber : ( Damanhuri, Enri : 2010/2011)
27
Berdasarkan teori dari buku diatas, maka sistem 3R yang diperlukan di Desa Labuhan Dalam
Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung ini ialah melakukan penyuluhan tentang
bahaya dari timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat sebagai langkah awal.
Selanjutnya, dimulai dari pembatasan kantong plastik sebagai alat bawaan pada saat di toko
dan pasar.
- Gambaran Umum
Perencanaan pengelolaan sampah di Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota
Bandar Lampung ini diawali dengan pembuatan bank sampah. Bank sampah adalah suatu
tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari
pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan
dari sampah atau ke tempat pengepulsampah. Bank sampah dikelola menggunakan sistem
seperti perbankkan yang dilakukan oleh petugas sukarelawan . Penyetor adalah warga yang
tinggal di sekitar lokasi bank serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank
(wikipedia).
Pembuatan bank sampah ini di dasari pada kebiasaan masyarakat yang cenderung malas
terutama dalam hal mengolah sampah. Bank sampah ini akan didirikan di halaman belakang
balai Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung, yang akan
menampung sampah organik dan sampah anorganik yang dihasilkan oleh warga Desa
Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung. Bank sampah ini akan
memberdayakan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat. Pendirian bank sampah ini juga
nantinya akan melibatkan kelompok Pemuda desa Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung
Senang, Kota Bandar Lampung. Di bank sampah ini, nantinya akan menampung sampah
organik dan sampah anorganik, yang sebelumnya akan ditimbang terlebih dahulu. Sampah
organik yang diterima akan di olah menjadi kompos secara anerob, sedangkan sampah
anorganik akan diolah menjadi kerajinan tangan oleh ibu-ibu Rumah Tangga yang nantinya
akan diperkerjakan. Pendirian bank sampah ini akan berdampak pada tingkat ekonomi
masyarakat, karena akan membuka lapangan pekerjaan dan menaikkan uang kas Desa.
Memang pada awalnya, pendirian bank sampah ini akan meminjam uang kas desa untuk
investasi. Namun pada akhirnya, kas desa akan semakin naik seiring produk yang dihasilkan
dari kegiatan pengelolaan sampah ini seperti membangun kemitraan dengan Gapoktan untuk
menjual produk kompos, dan penjualan produk kerajinan tangan. Pada kegiatan hubungan
28
kemitraan, promosi dan penjualan ini, akan di pimpin oleh Kelompok Pemuda dan Perangkat
Desa.
Sistematis pengoperasian bank sampah ini sebenarnya bukan bank sampah itu sendiri. Bank
Sampah ini merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan basah setelah dilakukan
proses pemilahan serta memiliki manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan
uang melainkan sampah. Sama seperti di bank-bank penyimpanan uang, para nasabah dalam
hal ini masyarakat bisa langsung datang ke bank untuk menyetor. Bukan uang yang di setor,
namun sampah yang mereka setorkan. Sampah tersebut di timbang dan di catat di buku
rekening oleh petugas bank sampah. Dalam bank sampah, ada yang di sebut dengan tabungan
sampah.
Hal ini adalah cara untuk menyulap sampah menjadi uang sekaligus menjaga kebersihan
lingkungan dari sampah khususnya plastik sekaligus bisa dimanfaatkan kembali (reuse).
Biasanya akan di manfaatkan kembali dalam berbagai bentuk seperti tas, dompet, tempat tisu,
dan lain-lain. Syarat sampah yang dapat di tabung adalah yang rapi dalam hal pemotongan.
Maksudnya adalah ketika ingin membuka kemasannya, menggunakan alat dan rapi dalam
pemotongannya. Kemudian sudah di bersihkan atau di cuci. Selain itu sampah yang akan
ditampung juga merupakan sampah organik berupa sampah bekas sayuran, nasi, roti, rumput
basah, serbuk kayu, jerami, dedaunan basah, potongan buah, dsb.
Yang terakhir, harus menyetorkan minimal 1 kg. Ada dua bentuk tabungan di bank sampah.
Yang pertama yaitu tabungan rupiah di mana tabungan ini di khususkan untuk masyarakat
perorangan. Dengan membawa sampah kemudian di tukar dengan sejumlah uang dalam
bentuk tabungan. Warga yang menabung yang memiliki buku tabungan dan dapat meminjam
uang yang nantinya dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang
ditabung, ditimbang akan dihargai sejumlah uang yang nantinya akan dijual di pabrik, toko
maupun gapoktan yang sudah bekerja sama. Bank sampah ini merupakan salah satu strategi
untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat berteman dengan sampah untuk
mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah.
Beberapa contoh kemasan plastik yang dapat di tukar yaitu menurut kualitas plastiknya.
Kualitas ke 1 yaitu plastik yang sedikit lebar dan tebal (karung beras, detergen, pewangi
pakaian, dan pembersih lantai). Kualitas ke 2 yaitu plastik dari minuman instan dan
29
ukurannya agak kecil (kopi instan, suplemen, minuman anak-anak, dan lain-lain). Kualitas ke
3 yaitu plastik mie instan. Kemudian kualitas ke 4 yaitu botol plastik air mineral. Yang paling
rendah yaitu kualitas 0 adalah bungkus plastik yang sudah sobek atau tidak rapi dalam
membuka kemasannya. Karena akan susah untuk di gunakan kembali dalam berbagai bentuk
seperti tas, dompet, tempat tisu, dan lain-lain. Untuk kualitas yang terakhir, harus di setor
dalam bentuk guntingan kecil-kecil (di cacah).
Bentuk tabungan sampah yang kedua di sebut tabungan lingkungan. Tabungan lingkungan
adalah partisipasi perusahaan dan kalangan bisnis untuk pelestarian lingkungan. Tabungan ini
tidak dapat di uangkan, tetapi nasabahnya akan di publish ke media sebagai perusahaan atau
kalangan bisnis yang melestarikan lingkungan. Lebih lanjut akan di berikan piagam BUMI
setiap hari lingkungan hidup.
Jadi, bank sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus diintegrasikan dengan gerakan
4R sehingga manfaat langsung yang dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan
lingkungan yang bersih, hijau dan sehat.
c. Pembuatan Kompos
Pada perencanaan pengelolaan sampah organik jangka pendek di Desa Labuhan Dalam
Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung ini akan diolah menjadi pupuk kompos
dengan metode aerob. Sampah yang dapat diolah menjadi pupuk kompos ini ialah jenis
sampah yang jauh lebih cepat terurai secara alami dibandingkan dengan sampah anorganik.
Sampah yang satu ini berasal dari sisa makanan di dapur seperti sayur, nasi, buah dan lain
sebagainya yang dihasilkan oleh masyarakat desa Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung
Senang, Kota Bandar Lampung sendiri. Oleh karena pengolahan pupuk kompos di skala
rumah tangga sudah pernah dihimbau untuk masyarakat Desa Desa Labuhan Dalam
Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung dan tidak berjalan secara efektif dan
efisien, maka pengolahan sampah organik secara pengomposan ini akan diolah di bank
sampah. Metode pengolahan kompos secara anerob ini didasari pada lahan yang tidak cukup
luas yang terdapat di desa Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar
Lampung.
30
Cara membuat kompos metode anaerob
Bahan baku yang digunakan sebaiknya material organik yang mempunyai perbandingan C
dan N tinggi (lebih dari 30:1). Beberapa diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam padi dan
kotoran kambing. Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan metode anaerob
bisa 10-80 hari, tergantung pada efektifitas dekomposer dan bahan baku yang digunakan.
Suhu optimal selama proses pengomposan berkisar 35-45oC dengan tingkat kelembaban 30-
40%. Berikut tahapan cara membuat kompos dengan proses anaerob.
Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Sebaiknya pilih bahan yang lunak
terdiri dari limbah tanaman atau hewan. Bahan yang bisa digunakan antara lain,
hijauan tanaman, ampas tahu, limbah organik rumah tangga, kotoran ayam, kotoran
kambing, dll. Rajang bahan tersebut hingga halus, semakin halus semakin baik.
Siapkan dekomposer (EM4) sebagai starter. Caranya, campurkan 1 cc EM4 dengan 1
liter air dan 1 gram gula. Kemudian diamkan selama 24 jam.
Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah dirajang halus di
atas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahan tersebut untuk menambah nilai
perbandingan C dan N. Kemudian semprotkan larutan EM4 yang telah diencerkan
tadi. Aduk sampai merata, jaga kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang
lembab bisa disemprotkan air.
Siapkan tong plastik yang kedap udara. Masukan bahan organik yang sudah dicampur
tadi. Kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk menjalani proses
fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan berkisar 35-45oC.
Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang dicirikan
dengan baunya yang harum seperti bau tape.
31
Alat
1. Wadah drum, ember plastic atau gentong
2. Wadah diberi lubang didasarnya dan sampir untuk air lindi dan pertukaran udara.
Cara membuat
1. Bahan sampah yang sudah dicacah dimasukkan didalam wadah, kemudian dicampur
kompos atau mikroorganisma pengurai/stater.
2. Lakukan terus menerus selapis demi selapis sampai wadah penuh
3. Disiram dengan air secara merata.
4. Pada hari ke 5 -7, media dapat diaduk-aduk. Pengadukan diulang dan dihentikan sampai
sampah menjadi hitam dan hancur.
5. Sampah telah berubah menjadi kompos.
32
maupun penduduknya. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk tidak akan terlepas
dari bertambahnya jumlah volume sampah.
Sementara tempat pembuangan sampah sementara di Desa Desa Labuhan Dalam Kecamatan
Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung ini belum tersedia, oleh karenanya diperlukan
pengadaan TPS untuk memudahkan masyarakat dan desa dalam mengolah sampah yang
dihasilkan oleh mereka. TPS yang direncanakan untuk desa ini ialah TPS yang diadakan
disetiap dusun. Pertimbangan ini dilakukan karena jarak antar rumah warga tidak terlalu jauh
sehingga memudahkan warga dalam membuang sampah.
Pembuatan TPS ini diadakan dalam jangka menengah dikarenakan pertimbangan perlu
dilakukanya koordinasi yang baik terlebih dahulu dengan Pemerintah mengingat cakupan
pelayanan pengadaan dan pengangkutan sampah dari TPS yang ada berpusat di Kecamatan
Tanjung Senang. Apabila pengadaan TPS ini dilakukan dalam jangka pendek tetapi
pemerintah tidak mendukung dalam pengoperasianya terutama pengangkutan sampah dari
TPS ke TPA maka sampah yang akan dihasilkan di TPS justru akan menjadi masalah baru,
sedangkan sampah akan terus dihasilkan setiap harinya.
Perencanaan pembuatan TPS di setiap dusun ini dilakukan untuk memudahkan masyarakat
dalam membantu melestarikan lingkungan dan memicu masyarakat agar lebih menjaga
kebersihan desa untuk memenangkan lomba kebersihan dusun yang diadakan desa setiap 1
tahun sekali dalam rangka Hari Lingkungan.
33
Seperti pengelolaan sampah dengan pelayanan TPS yang dilakukan pada umunya, sampah
yang dihasilkan oleh masyarakat, setelah mengalami 3R dan dapat dijual ke bank sampah,
sisa sampah yang sudah benar-benar tidak bisa digunakan lagi di letakkan di depan rumah
warga secara terpisah antara sampah organik dan sampah anorganik setiap harinya. Setelah
itu, setiap pagi petugas pengambil sampah mendatangi setiap rumah untuk mengumpulkan
sampah dari rumah warga ke TPS setiap dusun. Biaya dari kegiatan ini ialah biaya yang
didapatkan dari biaya retribusi untuk pelayanan sokli. Setiap harinya, Petugas sokli ini di
rencanakan mengumpulkan sampah 2 rit/ dusun dengan sistematis sampah anorganik
diangkut pertama, kemudian baru diadakan pengangkutan sampah organik di rit ke 2.
Perencanaan proses pengumpulan sampah secara 2 kali ini merupakan hasil evaluasi yang
dilakukan oleh sokli kebanyakan, dimana sampah organik dan sampah anorgnaik dijadikan
menjadi 1 yang mengakibatkan sampah tercampur kembali dan sulit untuk dilakukan
pengolahan (waktu lebih lama, karena harus proses pemisahan ke dua).
Data diatas menjadi acuan untuk menentukan perencanaan pengelolaan sampah organik.
Oleh karena perencanaan pengelolaan sampah ini menggunakan sistem bank sampah dan
diolah menjadi kompos, jadi, TPS yang dirancang untuk sampah ini sudah mengalami
beberapa persen dari jumlah sampah yang ditimbulkan. TPS ini diperuntukkan untuk
memfasilitasi masyarakat yang sibuk dan enggan untuk menabung di bank sampah.
= 23.375,5 L/hari x 60 %
= 14.025,3 L/hari
= 14 m3/ hari
Karena direncanakan pengadaan TPS per dusun dan frekuensi pengamngkutan sampah dari
TPS ke TPA ialah 2 hari 1 kali, maka rata-rata timbulan sampah per dusun setelah dilakukan
minimalisasi di sumber ialah :
= 14 m3/ hari
= 1,75 m3
= 1,75 m3 x 2 = 3,5 m3
34
Sehingga perancanaan ukuran TPS sampah organik untuk setiap dusun ialah :
= 7782,5 L/hari x 60 %
= 4669,5 L/hari
= 5 m3/ hari
Karena direncanakan pengadaan TPS per dusun dan frekuensi pengangkutan sampah dari
TPS ke TPA ialah 2 hari 1 kali, maka rata-rata timbulan sampah anorganik per dusun setelah
dilakukan minimalisasi di sumber ialah :
= 5 m3/ hari
= 0,625m3
= 1 m3 x 2 = 2 m3
Sehingga perancanaan ukuran TPS sampah anorganik untuk setiap dusun ialah :
35
7. Mudah dibersihkan
c. Sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan dengan
wadah warna gelap
d. Sampah anorganik seperti gelas, plastik,logam dll dengan warna terang
Sampah organik yang dihasilkan di TPS ini nantinya akan di bawa dengan menggunakan
gerobak menuju bank sampah untuk selanjutnya dilakukan pengelolaan sampah dengan
metode pengomposan. Sampah anorganik yang dihasilkan di TPS ini nantinya akan dibawa
dengan menggunakan dump truck menuju TPA.
36
BAB V
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka pendek (1-2 tahun) merupakan tahap
pelaksanaan yang bersifat mendesak dan dapat dijadikan fondasi untuk pentahapan
selanjutnya. Rencana jangka pendek yang akan dilakukan di Desa Labuhan Dalam ini,
meliputi :
1. Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah Desa yang mengacu pada kebijakan nasional,
provinsi dan NSPK yang berlaku
2. Meningkatkan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk peningkatan kinerja
operasional penanganan sampah, dapat dilakukan dengan cara training, penyuluhan maupun
workshop.
3. Perencanaan detail penanganan sampah ( ukuran TPS, gerobak, frekuensi pengangkutan,
program 3R dsb)
4. Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan masyarakat dalam partisipasi 3R,
kompos dan kerajinan tangan
5. Penyediaan sarana dan prasarana untuk mengatasi masalah persampahan yang bersifat
mendesak (bank sampah, alat dan bahan kompos, sarana TPS, dan kerajinan tangan)
6. Menyiapkan peningkatan tarif (iuran dan retribusi)
37
5.2 Jangka Menengah
Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka panjang (20 tahun) merupakan tahap
pelaksanaan yang bersifat menyeluruh dengan mempertimbangkan hasil pencapaian tahap
sebelumnya. Rencana jangka menengah yang akan dilakukan di Desa Labuhan Dalam ini,
meliputi :
38
menengah
6 Pasir 1,5 m3 200.000 300.000 Jangka
menengah
7 Upah pekerja 2 orang x 2 100.000 / 400.000 Jangka
pembuatan hari org/hari menengah
TPS
8 Upah pekerja 2 orang 1.200.000 / 2.400.000 Jangka
sokli bulan menengah
9 Gerobak 1 ( V = 1,5 m3 1000.000 1000.000 Jangka
pengangkut P = 1,5 m, t =1 menengah
m l = 1 m)
10 Bensin 2 L / hari x 6400 x 60 L 384.000 / Jangka
30L / bulan bulan menengah
11 Bank sampah 500.000 Jangka
(buku pendek
tabungan, dsb)
39
5.3.1 Perhitungan Kebutuhan Ukuran TPS dan Biaya
Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah
= 23.375,5 L/hari x 60 %
= 14 m3/hari
3 rit
= 4,6 m3/ hari
A. Kebutuhan TPS Sampah Organik
P = 3,5 m l = 1m t=1m
Bak Memanjang
V. Total = p x t x tebal
=3,5 m x 1 m x 0,07 m
=0,245 m
0,245 𝑚
Keb. Bata =(0,22 𝑚+0,01)𝑥(0,05 𝑚+0,01)𝑥(0,11)
0,245 𝑚
=0,0015 𝑚 = 163,3 𝑏𝑎𝑡𝑎 = 164 𝑏𝑎𝑡𝑎
40
V. Batu bata total= V. Bata x keb.bata dalam 1 bak
=0,00121 m x 656 bata
1
Keb. Semen =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑇𝑃𝑆
1
=7 𝑥 0,36
6
Keb. Pasir =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑇𝑃𝑆
6
=7 𝑥 0,36
Bak melebar
V.total = ( l + 0,02) x( t +0,02) x tebal
=( 1 m + 0,02) x ( 1 m + 0,02) x0,07 m
=(1,02 m x 1,02 m x0,07 m)
=0,08 m
41
0,08 𝑚
Keb. Bata =(0,22 𝑚+0,01)𝑥(0,05 𝑚+0,01)𝑥(0,11)
0,08 𝑚
=0,0015 𝑚 = 53,3 𝑏𝑎𝑡𝑎 = 54 𝑏𝑎𝑡𝑎
1
Keb. Semen =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑏𝑎𝑘
1
=7 𝑥 0,05
6
Keb. Pasir = 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑏𝑎𝑘
7
6
=7 𝑥 0,05
42
Alas bak = p x l x tebal
= 3,5 m x 1 m x 0,07m
=0,245 m
0,245 𝑚
Keb. Bata =(0,22 𝑚+0,01)𝑥(0,11 𝑚+0,01)𝑥(0,05+0,02)
0,245
=0,23 𝑚 𝑥 0,12 𝑥 0,07
0,14
=0,0019
1
Keb. Semen =7 x 0,334m
6
Keb. Pasir = 7 𝑥 0,334 𝑚
Untuk 1 TPS =0,286 m
Untuk 4 TPS =1,144 m
43
B. Kebutuhan TPS Sampah Anorganik
P =2 m l = 1m t=1m
Bak Memanjang
V. Total = p x t x tebal
=2 m x 1 m x 0,07 m
=0,14 m
0,14 𝑚
Keb. Bata =(0,22 𝑚+0,01)𝑥(0,05 𝑚+0,01)𝑥(0,11)
0,14 𝑚
=0,0015 𝑚 = 93,3 𝑏𝑎𝑡𝑎 = 94 𝑏𝑎𝑡𝑎
1
Keb. Semen =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑇𝑃𝑆
44
1
=7 𝑥 0,026
6
Keb. Pasir =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑇𝑃𝑆
6
=7 𝑥 0,026
Bak melebar
V.total = ( l + 0,02) x( t +0,02) x tebal
=( 1 m + 0,02) x ( 1 m + 0,02) x0,07 m
=(1,02 m x 1,02 m x0,07 m)
=0,08 m
0,08 𝑚
Keb. Bata =(0,22 𝑚+0,01)𝑥(0,05 𝑚+0,01)𝑥(0,11)
0,08 𝑚
=0,0015 𝑚 = 53,3 𝑏𝑎𝑡𝑎 = 54 𝑏𝑎𝑡𝑎
45
Untuk 4 TPS =0,2 m
1
Keb. Semen =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑏𝑎𝑘
1
=7 𝑥 0,05
6
Keb. Pasir =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑏𝑎𝑘
6
=7 𝑥 0,05
46
Keb.siar =2 x(V.total) –(V.batu bata total untuk 1 bak)
=2 x (0,14 m) – (0,0895m m)
1
Keb. Semen =7 x 0,0505m
6
Keb. Pasir = 7 𝑥 0,0505 𝑚
Untuk 1 TPS =0,043 m
Untuk 4 TPS =0,172 m
= Rp 347.000
2. Semen
= 0,1066 m3
=106,6 kg = 107 kg
=107 kg x 4 TPS
47
= 428 kg / 50 kg = 9 sak
= Rp. 612.000
3. Pasir
=0,599 m3 x 4 TPS
= 2,396 m3 = 2,5 m3
1 m3 = Rp 200.000
= Rp 200.000 x 2,5
= Rp 500.000
= Rp 1.459.000
= 222 bata
=Rp 55.500
=Rp 222.000
6. Semen
48
Untuk 1 bak TPS= 0,0037 m3+ 0,0072 m3 + 0,0072 m3
= 0,0181 m3
= 18,1 kg x 4
= 72,4 kg/50 kg
= Rp. 136.000
7. Pasir
=0,07 m3 x 4 TPS
= 0,28 m3 = 1 m3
1 m3 = Rp 200.000
= Rp 200.000 x 1
= Rp 200.000
= Rp 558.000
= Rp. 2.400.000
49
Bensin = Rp. 6400/L/hari x 2 x 30 hari
= Rp. 384.000
= Rp. 2500/ KK
Jadi biaya retribusi yang dikeluarkan setiap bula ialah Rp. 5000/KK
5.4 Sosialisasi
50
DAFTAR PUSTAKA
http://lampungtengahkab.go.id/pemerintahan/kecamatan/76.html
http://www.google.co.id/search?q=bank+sampah&rlz=1C1_____enID682ID682&tbm=isch
&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjn -
On8tNbLAhXEB44KHQYTCuwQsAQIGQ&biw=1366&bih=665
Wikipedia.com
51
LAMPIRAN
52