Anda di halaman 1dari 52

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………................……………………………….. ...............ii


DAFTAR ISI…………………..........................………………………………….................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........... ......................................................................................... ...............1
1.2 Tahapan Penyusunan Perencanaan Sistem Pengolahan Persampahan ...............................2
BAB II GAMBARAN STUDI
2.1 Data Kota Dan Rencana Pengembangan Kota....................................................................5
2.2 Data Kondisi Pengelolaan Sampah.....................................................................................7

BAB III STRATEGI PENGEMBVANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH


3.1 Umum (Berbagai Kebijakan Dan Strategi Nasional, Daerah,Rencana Tata
Ruang)........................................................................................................................ .............16
3.2 Tujuan Dan Target Penanganan....................................................................................... .17
3.3 Strategi Pengembangan Pelayanan....................................................................................18

BAB IV RENCANA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI DESA LABUHAN


DALAM KECAMATAN TANJUNG SENANG, BANDAR LAMPUNG
4.1 Rencana Pengelolaan Sampah Secara Teknis ..................................................... .............23
42. Rencana Kebutuhan Pelayanan Berdasarkan Pemilihan Prioritas.....................................24

BAB V RENCANA TAHAPAN PELAKSANAAN


5.1 Rencana Jangka Pendek....................................................................................... .............36
5.2 Rencana Jangka Menengah.................................................................................. .............37
Rencana Pembiayaan...............................................................................................................37
5.4 Sosialisasi..........................................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Dengan meningkatnya laju pembangunan, pertambahan penduduk, serta aktivitas dan tingkat sosial
ekonomi masyarakat telah memicu terjadinya peningkatan jumlah timbulan sampah. Hal ini menjadi
semakin berat dengan hanya dijalankannya paradigma lama pengelolaan yang mengandalkan kegiatan
pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan, yang kesemuanya membutuhkan anggaran yang
semakin besar dari waktu ke waktu, yang bila tidak tersedia akan menimbulkan banyak masalah
operasional seperti sampah yang tidak terangkut, fasilitas yang tidak memenuhi syarat, cara
pengoperasian fasilitas yang tidak mengikuti ketentuan teknis, dan semakin habisnya lahan
pembuangan.

Pengelolaan sampah yang umumnya dilakukan saat ini adalah menggunakan sistem open dumping
(penimbunan secara terbuka) serta tidak memenuhi standar yang memadai. Keterbatasan lahan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di kota besar dan metropolitan juga berpotensi
menimbulkan persoalan baru. Daerah pinggiran kota masih dianggap sebagai tempat paling mudah
untuk membuang sampah. Sehingga daerah tersebut kehilangan peluang untuk memberdayakan
sampah, memanfaatkannya serta meningkatkan kualitas lingkungannya. Apabila hal ini tidak
tertangani dan dikelola dengan baik, peningkatan sampah yang terjadi tiap tahun itu bisa
memperpendek umur TPA dan membawa dampak pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah,
maupun udara. Di samping itu, sampah berpotensi menurunkan kualitas sumber daya alam,
menyebabkan banjir dan konflik sosial, serta menimbulkan berbagai macam penyakit.

Dalam Undang- undang Nomor 18 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah adalah kegiatan secara
sistematis , menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Pengelolaan sampah ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kesehatan
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan,
pengelolaan sampah dipandang sangat baik ,apabila sampah tidak menjadi media perkembangan bibit
penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluaskan penyakit.

Penanganan sampah harus segera ditanggulangi. Apabila ditangani secara serius, maka sampah bukan
lagi musuh tapi sahabat, karena bisa didaur ulang, dan dapat menghasilkan peningkatan
ekonomi. Pengelolaan sampah berbasis 3R yang saat ini merupakan konsensus internasional yaitu
reduce, reuse, recycle atau 3M (Mengurangi, Menggunakan kembali, dan Mendaur Ulang) merupakan
pendekatan sistem yang patut dijadikan sebagai solusi pemecahan masalah persampahan.

2
1.2 Tahapan Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan
Sistem pengelolaan persampahan perlu direncanakan dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan
hasil yang sebaik-baiknya. Didalam penyusunan perencanaan, iniperlu diperhatikan bagaimana
kondisi yang ada serta peraturan perundang-undangan dan kebijakan bidang persampahan yang
terkait. Tahapan penyusunan perencanaan sistem pengelolaan persampahan ini dapat dilihat pada
gambar1 berikut di bawah ini.

Gambar1. Tahapan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan

II. Pengumpulan data


a. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data berkaitan dengan perencanaan sistem pengelolaan persampahan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
 Pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan menggunakan data yang ada baik dari hasil
studi yang berkaitan dengan perencanaan sampah (RUTR, land use, Air Bersih, dll), kebijakan dan
renstra daerah, hasil penelitian (seperti komposisi / karakteristik sampah, timbulan sampah, topografi,
penyelidikaan tanah, dll), BPS (jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dll), maupun NSPM
persampahan.

 Pengumpulan data primer, dilakukan dengan survey, sampling, analisa laboratorium dan lain-
lain

b. Kebutuhan Data
Data yang dibutuhkan untuk merencanakan sistem pengelolaan sampah adalah sebagai berikut

c. Data Kondisi Kota


 Data fisik kota, meliputi luas wilayah administrasi kota/ kabupaten, luas wilayah urban,
topografi wilayah, tata guna lahan, jaringan jalan, perumahan, daerah komersial (pasar, pertokoan,

3
hotel, bioskop, restoran, dll), fasilitas umum (perkantoran, sekolah, taman, dll), fasilitas sosial (tempat
ibadah, panti asuhan, dll). Data tersebut dilengkapi peta kota, tata guna lahan, topografi dan lain-lain.
 Data kependudukan, meliputi jumlah penduduk per kelurahan, kepadatan penduduk
administrasi, kepadatan penduduk urban, mata pencaharian, budaya masyarakat dan lain-lain.
Dilengkapi peta kepadatan penduduk
 Data kondisi sosial ekonomi, meliputi alokasi dana APBD dan anggaran kebersihan (3
tahun terakhir), data PDRB atau income penduduk (Rp/kk/bulan) dan lain-lain

d. Data Rencana Pengembangan Kota


Rencana pengembangan wilayah, meliputi rencana tata guna lahan, rencana pengembangan jaringan
jalan, rencana pengembangan perumahan/permukiman baru, rencana pengembangan daerah
komersial, kawasan industri, rencana pengembangan fasilitas umum (perkantoran, sekolah, rumah
sakit, taman, dll) dan rencana pengembangan fasilitas sosial. Selain itu juga rencana alokasi lahan
untuk TPA. Dilengkapi dengan peta rencana pengembangan wilayah, rencana tata guna lahan dll.

e. Data Kondisi Sistem Pengelolaan Persampahan yang Ada


 Aspek Institusi, meliputi bentuk institusi pengelola sampah, struktur organisasi, tata laksana
kerja, jumlah personil baik ditingkat staf maupun operasional, pendidikan formal maupun
training yang pernah diikuti di dalam dan luar negeri.
 Aspek Teknis Operasional, meliputi daerah pelayanan, tingkat pelayanan, sumber sampah,
komposisi dan karakterirstik sampah, pola operasi penanganan sampah dari sumber sampai
TPA, sarana/prasarana persampahan yang ada termasuk fasilitas bengkel, kondisi
pengumpulan (frekuensi pengumpulan, ritasi, jumlah petugas dll), pengangkutan (frekuensi,
ritasi, daerah pelayanan, jumlah petugas dll), pengolahan (jenis pengolahan, kapasitas atau
volume, daerah pelayanan, jumlah petugas dll), pembuangan akhir (luas, kondisi lokasi,
fasilitas TPA, kondisi operasi, penutupan tanah, kondisi alat berat dll). Selain itu juga data
mengenai penanganan sampai medis (incinerator, kapasitas, vol sampah medis dll) dan
sampah industri/ B3 (jenis sampah, volume, metode pembuangan dll). Dilengkapi peta daerah
pelayanan dan aliran volume sampah dari sumber sampai TPA yang ada saat ini.
 Aspek Pembiayaan, meliputi biaya investasi dan biaya operasi/pemeliharaan (3 tahun
terakhir), tarif retribusi, realisasi penerimaan retribusi termasuk iuran masyarakat untuk
pengumpulan sampah (3 tahun terakhir) dan mekanisme penarikan retribusi
 Aspek Peraturan, meliputi jenis perda yang ada, kelengkapan materi, penerapan sangsi dll
 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta, meliputi program penyuluhan yang telah
dilakukan oleh pemerintah kota / kab.

4
f. Pengolahan Data/Analisa
Analisa terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan meliputi :
 Analisa kondisi kota, yaitu tinjauan terhadap aspek topografi kota dalam hal penentuan
metode pengumpulan dan pembuangan akhir sampah, jaringan jalan dalam hal penentuan rute
pengangkutan dan penentuan lokasi TPA, fasilitas kota dalam hal penentuan urgensi daerah pelayanan
dan besarnya timbulan sampah, demografi dalam hal penentuan tingkat pelayanan dan timbulan
sampah, pendapatan per kapita dalam hal penentuan kemampuan masyarakat membayar retribusi,
APBD dalam hal kemampuan daerah mensubsidi anggaran kebersihan dan penentuan tarif retribusi,
dan lain-lain.
 Analisa rencana pengembangan kota, yaitu berkaitan dengan rencana pengembangan daerah
pelayanan, penentuan lokasi TPA, rencana peruntukan lahan pasca TPA dan lain-lain.
 Analisa kondisi pengelolaan sampah yang ada saat ini, yaitu berkaitan dengan kemungkinan
peningkatan institusi pengelola sampah minimal dalam hal operasionalisasi struktur organisasi,
peningkatan profesionalisasi SDM, peningkatan pelayanan yang aplikatif dalam periode perencanaan,
peningkatan metode operasi penanganan sampah dari sumber sampai TPA yang terjangkau dan tidak
mencemari lingkungan, peningkatan retribusi agar dapat mencapai cost recovery, peningkatan PSM
agar secara bertahap dapat melaksanakan minimalisasi sampah / 3 R, kemungkinan peningkatan peran
swasta dalam pengelolaan sampah dan lain-lain. Analisa dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti pendekatan sistem input / output, analisa hubungan sebab akibat, analisa SWOT, analisa
deskripsi dan metode lain yang disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam analisa tersebut juga
diproyeksikan jumlah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan termasuk proyeksi timbulan
sampah selama masa perencanaan.

5
BAB II
GAMBARAN STUDI

2.1 Data Kota dan Rencana Pengembangan Kota


Data desa sebagai wilayah studi diperlukan untuk mendapatkan gambaraan kondisi fisik desa dan
saran dan prasarana desa, sosial ekonomi masyarakatdan kemampuan keuangan daerah , masalah
kependudukan dan tingkat kerawanan sanitasi dan kesehatan masyarakat.
A. Gambaran Wilayah Studi

Kelurahan Labuhan Dalam termasuk dalam Kecamatan Tanjung Senang di Bandar Lampung yang
memiliki luas wilayah sebesar 4 km2. Kelurahan ini merupakan kelurahan terluas di Kecamatan
Tanjung Senang karena luas wilayahnya yang hampir 37,63 persen dari total luas Kecamatan Tanjung
Senang.

B. Kondisi Fisik
Kelurahan ini berada pada ketinggian rata-rata 98 meter di atas permukaan laut, secara topografis
daerahnya adalah dataran rendah dengan banyak curah hujan 1000 s/d 3000
Sebagian besar luas wilayahnya merupakan pemukiman penduduk.

Secara geografis Labuhan dalam berbatasan dengan :

1. Sebelah utara : Raja basa


2. Sebelah Selatan : Tanjung Karang
3. Sebelah Barat : Labuhan Ratu
4. Sebelah Timur : Lampung Selatan

Sedangkan untuk Orbitasi ( Jarak dari pusat pemerintahan) yakni :

1. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : kurang lebih 1,5 km


2. Jarak dari Ibukota Bandar Lampung : kurang lebih 8 km
3. Jarak dari Ibukota Provinsi : kurang lebih 10 km

C. Prasarana Desa
Prasarana desa perlu diidentifikasi untuk mengenali sumber sampah atau target yang digambarkan
pada data yang meliputi antara lain:

 Perumahan meliputi perumahan warga baik yang komplek maupun non komplek dan perumahan
yang kumuh.

6
 Fasilitas komersial, meliputi pertokoan, pasar, pabrik.
 Fasilitas Umum meliputi pendidikan ( sekolah) , dan fasilitas kesehatan
( puskesmas).
 Fasilitas sosial meliputi masjid dan ruang terbuka hijau meliputi daerah persawahan.

 Kependudukan

Berdasarkan data di kelurahan Labuhan Dalam, terdapat 1552 jiwa. Dimana terdapat 2 LK yang
terdiri dari LK 1 terdapat 865 jiwa, dan LK 2 terdapat 687 jiwa.

 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Mata pencaharian masyarakat Desa Labuhan Dalam adalah sebagai berikut

Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Pekerjaan Lk Pr Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 312 163 475

2 TNI 3 0 3

3 Polri 50 2 52

4 Dagang 117 325 442

5 Petani 329 218 547

6 Tukang 37 8 45

7 Buruh/Buruh Tani 918 771 1689

8 Pensiunan 58 17 75

 Tingkat Kesehatan Masyarakat

Data penyakit yang diperlikan adalah data yang umumnya berkaitan dengn buruk nya kondisi sanitasi
lingkungan dan air bersih seperti diare, tipus,disentri, ISPA( Infeksi Saluran Penapasan Anak.

 Rencana Pengembangan Desa


 Rencana Pengembangan Wilayah
 Rencana pengembangan jaringan jalan
 Rencana pengembangan fasilitas desa
 Proyeksi penduduk

7
2.2 Data Kondisi Pengelolaan Sampah

Untuk ,mendapatkan gambaran kondisi pengelolaan persampahan diperlukan aspek teknis,


kelembagaan, pembiayaan , peraturan dan peran serta masyarakat/swasta.

Sistem pengelolaan
 Pengembangan Institusi
Pengembangan institusi disesuaikan dengan hasil analisa terhadap kondisi yang ada dan sedapat
mungkin mengacu pada kriteria perencanaan. Bentuk institusi Perusahaan Daerah dinilai cukup
memadai untuk kota-kota yang memiliki permasalahan persampahan kompleks. Bentuk institusi
lainnya disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dengan tetap mengacu pada kriteria perencanaan

 Pengembangan Aspek Teknis


 Sumber dan Timbulan Sampah
Secara praktis sumber sampah dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
a. Sampah dari permukiman, atau sampah rumah tangga
b. Sampah dari non-permukiman yang sejenis sampah rumah tangga, seperti dari pasar, daerah
komersial dsb.

Sampah dari kedua jenis sumber ini (a dan b) dikenal sebagai sampah domestik. Sedang sampah non-
domestik adalah sampah atau limbah yang bukan sejenis sampah rumah tangga, misalnya limbah dari
proses industri. Bila sampah domestik ini berasal dari lingkungan perkotaan, dalam bahasa Inggeris
dikenal sebagai municipal solid waste (MSW). Berdasarkan hal tersebut di atas, dalam pengelolaan
sampah kota di Indonesia, sumber sampah kota dibagi berdasarkan :
a. Permukiman atau rumah tangga dan sejenisnya
b. Pasar
c. Kegiatan komersial seperti pertokoan
d. Kegiatan perkantoran
e. Hotel dan restoran
f. Kegiatan dari institusi seperti industri, rumah sakit, untuk sampah yang sejenis sampah permukiman
g. Penyapuan jalan
h. Taman-taman.

Kadang dimasukkan pula sampah dari sungai atau drainase air hujan, yang cukup banyak dijumpai.
Sampah dari masing-masing sumber tersebut dapat dikatakan mempunyai karakteristik yang khas
sesuai dengan besaran dan variasi aktivitasnya. Demikian juga timbulan (generation) sampah

8
masingmasing sumber tersebut bervariasi satu dengan yang lain, seperti terlihat dalam standar pada
Tabel.

Volume
NO Komponen Sumber Sampah Satuan Berat (kg)
(Liter)
1 Rumah Permanen /orang/hari 2,25-2,50 0,350-0,400
2 Rumah Semi Permanen /orang/hari 2,00-2,25 0,300-0,350
3 Rumah Non-Permanen /orang/hari 1,75-2,00 0,250-0,300
4 Kantor /pegawai/hari 0,50-0,75 0,025-0,300
5 Toko / Ruko /pegawai/hari 2,50-3,00 0,150-0,350
6 Sekolah /murid/hari 0,10-0,15 0,010-0,020
7 Jalan Arteri Sekunder /m/hari 0,10-0,15 0,020-0,100
8 Jalan Kolektor Sekunder /m/hari 0,10-0,15 0,010-0,050
9 Jalan Lokal /m/hari 0,05-0,10 0,005-0,025
10 Pasar /m/hari 0,20-0,60 0,100-0,300

Data mengenai timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah merupakan hal yang sangat menunjang
dalam menyusun sistem pengelolaan persampahan di suatu wilayah. Data tersebut harus tersedia agar
dapat disusun suatu alternatif sistem pengelolaan sampah yang baik. Jumlah timbulan sampah ini
biasanya akan berhubungan dengan elemen-elemen pengelolaan sampah antara lain :

 Pemilihan peralatan, misalnya wadah, alat pengumpulan, dan pengangkutan


 Perencanaan rute pengangkutan
 Fasilitas untuk daur ulang
 Luas dan jenis TPA.

Sampah yang biasa nya dihasikan dari desa Labuhan Dalam berasal dari rumah , toko, sekolah, pasar,
dan puskesmas, dll. Timbulan sampah yang dihasil masyarakat desa Labuhan Dalam adalah sesuai
dengan SNI nomor tentang Metode Sampling Timbulan Sampah. Diketahui jumlah masyrakat desa
Labuhan Dalam sebanyak 1552 orang , sedangkan timbulan sampah menurut SNI adalah 2 L/orang
/hari. Jadi untuk menimbulkan sampah masyarakat Desa Labuhan Dalam adalah 1552 orang x
2L/org/hari = 3.104 L/ hari atau 3,1 m3

 Komposisi dan karakteristik sampah


Sampah yang biasanya dihasilkan adalah berupa sampah organik dan an organik. Dalam sampah ini
perlu dilakukan pemilahan sampah organik dan an organik. Sampah organik meliputi sayur-

9
sayuran,daun-daunan, buah- buahan, sisa – sisa makanan. Sedangkan untuk sampah anorganik
meliputi plastik, kertas ,kardus , kaleng, potongan besi , kain.

Tabel komposisi sampah domestik

Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor:

 Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga akan cukup tinggi

 Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi tumpukan
sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena membusuk, dan yang akan terus
bertambah adalah kertas dan dan sampah kering lainnya yang sulit terdegradasi

 Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung

 Tingkat sosial ekonomi: Daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan sampah yang
terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya

 Pendapatan per kapita: masyarakat dari tingkat ekonomi rendah akan menghasilkan total sampah
yang lebih sedikit dan homogen dibanding tingkat ekonomi lebih tinggi.

 Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi.
Negara maju cenderung tambah banyak yang menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan
negara berkembang seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.

 Jumlah penduduk

Selain komposisi, maka karakteristik lain yang biasa ditampilkan dalam penanganan sampah adalah
karakteritik fisika dan kimia. Karakteristik tersebut sangat bervariasi, tergantung pada
komponenkomponen sampah. Kekhasan sampah dari berbagai tempat/daerah serta jenisnya yang
berbeda-beda memungkinkan sifat-sifat yang berbeda pula. Sampah kota di negara-negara yang
sedang berkembang akan berbeda susunannya dengan sampah kota di negara-negara maju.

10
Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifat-sifatnya, seperti:
 Karakteristik fisika: yang paling penting adalah densitas, kadar air, kadar volatil, kadar abu, nilai
kalor, distribusi ukuran (Gambar 2.1 merupakan skematis berat bahan)
 Karakteristik kimia: khususnya yang menggambarkan susunan kimia sampah tersebut yang
terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S, dsb.

Menurut pengamatan di lapangan, maka densitas sampah akan tergantung pada sarana pengumpul dan
pengangkut yang digunakan, biasanya untuk kebutuhan desain digunakan angka :
 Sampah di wadah sampah rumah: 0,01 – 0,20 ton/m3
 Sampah di gerobak sampah: 0,20 – 0,25 ton/m3 Diktat Kuliah TL-3104 (Versi 2010) Enri
Damanhuri
 Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 18
 Sampah di truk terbuka: 0,30 – 0,40 ton/m3
 Sampah di TPA dengan pemadaran konvensional = 0,50 – 0,60 ton/m3

Contoh karakteristik sampah


Komponen Kadar air Kadar volatil Kadar abu
(% berat basah) (% berat kering) (% berat kering)
Sisa makanan 88,33 88,09 11,91
Kertas-tissu 5,03 99,69 0,31
Daun 34,62 96,92 3,08
Botol kaca 1,30 0,52 99,48
Botol/cup plastik 2,57 88,48 11,52
Karton 6,57 94,45 5,55
Kertas putih 50,65 80,00 20,00
Tekstil 3,41 86,32 13,68
Plastik macam-macam 68,45 98,21 1,79

 Pola Penanganan Sampah


Sampah organik dan anorganik seharusnya dipilah atau dipilih sebelum dibuang ke TPS. Sebaiknya
sampah organik dan anorganik diolah dengan menggunakan aspek 3 R ( Reduce, Reuse, Recycle) dan
dibutuhkan 5 M ( Man, method, material, machine, and mark )

Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah


Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau
pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan

11
dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan
keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.

Praktek pengelolaan sampah berbeda beda satu Negara ke Negara yang lain (sesuai budaya yang
berkembang) , dan hal ini berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , serta
rberbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak
berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh
perusahaan pengolah sampah.

Pengelolaan sampah memiliki tujuan untuk mengubah sampah menjadimaterial yang memiliki nilai
ekonomis dan juga untuk mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi
lingkungan hidup. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe
zat sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah, dan ketersediaan area.

Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah, dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa metode atau
cara sebagai berikut :
1. Melakuakan Metode Pembuangan dan Penimbunan
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah,
metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg
tidak terpakai, lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan
darat yg dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis
dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan
menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik
berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas
methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.Karakteristik desain dari penimbunan darat
yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau
pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan
ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem
pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan
keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan
bakar gas untuk membangkitkan listrik.

2. Melakukan Metode Daur-ulang

12
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut
sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang yaitu pengampilan bahan sampah untuk diproses
lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode baru
dari Daur-Ulang yaitu :

A. Pengolahan kembali secara fisik


Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan menggunakan
kembali sampah yang telah dibuang contohnya kaleng minum alumunium, kaleg baja makanan /
minuman, botol bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus . Pengumpulan biasanya dilakukan
dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah / kendaraan sampah khusus), atau dari
sampah yang sudah tercampur. Jenis sampah plastik lain yang dapat digunakan seperti
(PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti
komputer atau mobil lebih susah, karena bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut
jenis bahannya.

B. Pengolahan kembali secara biologis


Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan / kertas, bisa diolah dengan
menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya
adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas yang bisa digunakan untuk
membangkitkan listrik.

Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian ba han-bahan organik secara terkontrol
menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme bisa
dioptimalisasi pertumbuhannya dengan pengkondisian sampah dalam keadaan basah (nitrogen), suhu
dan kelembaban udara (tidak terlalu basah dan atau kering), dan aerasi yang baik (kandungan
oksigen). Secara umum, metode ini bagus karena menghasilkan pupuk organik yang ekologis
(pembenah lahan) dan tidak merusak lingkungan. Serta sangat memungknkan melibatkan langsung
masyarakat sebagai pengelola (basis komunal) dengan pola manajemen sentralisasi desentralisasi (se-
Desentralisasi) atau metode Inti (Pemerintah/Swasta)-Plasma (kelompok usaha di masyarakat). Hal ini
pula akan berdampak pasti terhadap penanggulangan pengangguran. Metode ini yang perlu mendapat
perhatian serius/penuh oleh pemerintah daerah (kab/kota)

Proses pembuatan kompos adalah dengan menggunakan aktivator EM-4, yaitu proses pengkomposan
dengan menggunakan bahan tambahan berupa mikroorganisme dalam media cair yang berfungsi
untuk mempercepat pengkomposan dan memperkaya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan adalah :
Bahan Baku Utama berupa sampah organik, Kotoran Ternak, EM4, Molase dan Air. Sedangkan

13
peralatan yang digunakan adalah : Sekop, Cakar, Gembor, Keranjang, Termometer, Alat pencacah,
Mesin giling kompos dan Ayakan.
Contoh dari pengolahan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program
(program tong hijau) di toronto, kanada dimana sampah organik rumah tangga seperti sampah dapur
dn potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

C. Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya
bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain.
Daur-ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan
bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan borlaer untuk
menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator.

Pirolisa dan Gusifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, dimana sampah
dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah
tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat
padat, gas dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan
menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif.
Gasifikasi busure plasma yang canggih digunakan untuk mengonversi material organik langsung
menjadi gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas kemudian dibakar untuk
menghasilkan listrik dan uap.

3. Melakukan Metode Penghindaran dan Pengurangan


Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah bentuk, atau dikenal
juga dengan “Penguangan sampah” metode pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas
pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan
kembali, mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai, mendesain produk
yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama.

 Pengembangan Aspek Pembiayaan

Pengembangan aspek pembiayaan meliputi:

 Biaya investasi, meliputi biaya pengadaan sarana prasarana sesuai dengan pengembangan
aspek teknis termasuk pembelian lahan transfer depo dan TPA serta penggantian peralatan yang sudah
habis masa pakainya. Kebutuhan biaya investasi dihitung per tahun selama masa perencanaan

 Biaya operasi dan pemeliharaan, meliputi biaya rutin belanja kantor (gaji, ATK, pemeliharaan
kantor dll), biaya operasi dan pemeliharaan gerobak, truck, transfer depo, pembuatan kompos, daur

14
ulang, incinerator dan pembuangan akhir. Kebutuhan biaya tersebut dihitung per tahun selama masa
perencanaan.

 Biaya satuan, meliputi biaya satuan yang dibutuhkan per kapita per tahun, biaya per m3
sampah, biaya per tahapan penanganan sampah (pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir)

 Perhitungan retribusi, merupakan biaya yang akan dibebankan kepada para wajib retribusi
(WR). Biaya tersebut adalah biaya pengelolaan per tahun (biaya investasi/tahun ditambah biaya O/M
per tahun) di bagi dengan beban yang akan ditanggung oleh para WR. Struktur tarif yang dibagi
berdasarkan kelas WR yaitu perumahan (HI, MI dan LI), komersial (pertokan, pasar, hotel, restoran,
bioskop dll), fasilitas umum (perkantoran, sekolah, fasilitas kesehatan dll) dan fasilitas sosial (rumah
ibadah, panti sosial, dll). Pembobotan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, antara lain dapat
dilakukan dengan perbandingan income dan volume sampah yang dihasilkan oleh setiap unit sumber
sampah per hari. Sebagai contoh untuk kelas perumahan dapat mengambil bobot perbandingan
income 1 : 3 : 6, sedangkan untuk kelas komersial bobot merupakan hasil perhitungan perbandingan
jumlah sampah per unit dengan jumlah sampah perumahan high income (HI) dikalikan dengan
dengan bobot kelas perumahan HI (dalam contoh adalah 6). Demikian pula dengan perhitungan
bobot fasilitas umum yang disetarakan dengan kelas midle income (MI) dan bobot fasilitas sosial
disetarakan dengan LI.

Pengembangan Aspek Peraturan


Berikut Daftar Pemangku Kepentingan yang terkait dalam Pengelolaan Persampahan di
Kabupaten Lampung Tengah :
1. Peraturan dan Kebijakkan Pengelolaan Persampahan
Peraturan pengelolaan persampahan di atur baik melalui Undang-undang, Peraturan
menteri hingga Peraturan Daerah yang menguraikan ketentuan -ketentuan pengelolaan
persampahan di Kabupaten Lampung Tengah, antara lain :
Undang-Undang Republik Indonesia
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Persampahan

2. Peraturan Bupati
Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 77 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah
di Kabupaten Lampung Tengah

3. Petunjuk Teknis

15
a. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos
Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada
Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug
Terkendali Di TPA Sampah;
b. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan
Sampah Organik Skala Lingkungan.

Pengembangan Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta


Perancangan aspek peran serta masyarakat lebih dititik beratkan pada upaya peningkatan peran serta
masyarakat sejak awal (dari perencanaan sampai pelaksanaan) terutama untuk pola yang berbasis
masyarakat melalui berbagai cara seperti pembentuakan forum-forum lingkungan, konsultasi publik,
sosialisasi, pendampingan, training dan lain-lain. Upaya ini harus diterapkan secara konsisten, terus
menerus, terintegrasi dengan sektor lain yang sejenis dan masyarakat diberi kepercayaan untuk
mengambil keputusan.

Perancaangan aspek kemitraan yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah
terutama yang mempunyai nilai investasi tinggi dan membutuhkan penanganan yang lebih profesional
meliputi pemilihan kegiatan yang secara teknis dan ekonomis layak dilakukan oleh swasta dengan
metode atau pola kemitraan yang jelas dan terukur serta bersifat win-win solution.

16
BAB III
STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

3.1 Umum ( Berbagai Kebijakan dan Strategi Nasional, Daerah, Rencana Tata Ruang)
Merencanakan suatu pengembangan sistem pengelolaan persampahan memerlukan strategi
yang terstruktur dan tepat sasaran. Strategi pengembangan persampahan da untuk jangka
panjang perlu mengacu pada strategi nasional (Permen PU No 21//PRT/M/2006) dan daerah
serta rencana tata ruang yang berlaku. Secara garis besar, strategi tersebut meliputi :

3.1.1 Strategi Teknis


Strategi teknis untuk sitem pengelolaan persampahan di Desa Labuhan Dalam ini meliputi :
a. Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan berdasarkan kriteria kebutuhan
pengembahan, seperti pengadaan TPS di setiap dusun, Bank sampah, pengelolaan
sampah organik dan anorganik.
b. Peningkatan 3R yang diawali dengan kegiatan sosialisasi/penyuluhan mengenai bahaya
dari sampah yang ditimbulkan. Sasaran dari kegiatan 3R ini juga ditujukan pada pemilik
toko untuk membatasi pemberian kantong plastik.

3.1.2 Strategi Peningkatan Kelembagaan

a. Terdapat fungsi operator dan regulator yang jelas. (Terdapat Tupoksi mengenai tenaga
kerja masing-masing)
b. Peningkatan SDM masyarakat melalui sosialisasi, penyuluhan maupun training
c. Rekruitmen SDM untuk tenaga kerja di bank sampah, pengurus pengolahan kompos,
pengurus kerajinan tangan, dan pengambil sampah dari 1 TPS ke TPS yang lain.

3.1.3 Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat

a. Diadakanya sosialisasi pengenai perencanaan sistem pengelolaan sampah yang akan


dilakukan di Desa Labuhan Dalam kepada seluruh masyarakat.
b. Dilakukanya edukasi dengan melakukan training, workshop oleh tenaga yang
memang kompeten dibidangnya, dan menekankan mengenai bahaya yang ditimbulkan
dari sampah yang ditimbulkan

17
c. Uji coba dan pendampingan
d. Penerapan intensif dan defensif untuk program 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).

3.2 Tujuan dan Target Penanganan


3.2.1 Jangka Pendek
Pembuatan Bank Sampah
Pengadaan bank sampah ini di anggap urgent karena perencanaan pengelolaan sampah
di desa Desa Labuhan Dalam ialah pengelolaan yang berbasis Lingkungan. Tujuan
diadakanya bank sampah ini ialah agar sampah yang dihasilkan dapat ditampung dan
dikelola dengan baik dan tersusun dengan mengandalkan SDM dari masyarakat
sendiri. Ditambah lagi, tidak teretribusinya pelayayanan secara merata mengenai
pengadaan TPS sendiri mengingat TPA nya yang terletak sangat jauh. Oleh karenaya,
bank sampah ini akan dilakukan dalam jangka pendek agar sampah yang ditimbulkan
dapat segera dikelola menjadi kompos dan kerajinan tangan yang nantinya akan
berdampak baik pada kas desa dan pendapatan masyarakat desa Labuhan Dalam
sendiri.

3.2.2 Jangka Menengah


Pembuatan TPS
Pembuatan TPS ini diadakan dalam jangka menengah dikarenakan pertimbangan
perlu dilakukanya koordinasi yang baik terlebih dahulu dengan Pemerintah Kabupaten
Bandar Lampung mengingat cakupan pelayanan pengadaan dan pengangkutan
sampah dari TPS yang ada berpusat di Kecamatan Tanjung Senang. Apabila
pengadaan TPS ini dilakukan dalam jangka pendek tetapi pemerintah tidak
mendukung dalam pengoperasianya terutama pengangkutan sampah dari TPS ke TPA
maka sampah yang akan dihasilkan di TPS justru akan menjadi masalah baru,
sedangkan sampah akan terus dihasilkan setiap harinya.

Perencanaan pembuatan TPS di setiap dusun ini dilakukan untuk memudahkan


masyarakat dalam membantu melestarikan lingkungan dan memicu masyarakat agar
lebih menjaga kebersihan desa untuk memenangkan lomba kebersihan dusun yang
diadakan desa setiap 1 tahun sekali dalam rangka Hari Lingkungan.

18
3.3 Strategi Pengembangan Pelayanan
3.3.1 Perkiraan Timbulan Sampah

Timbulan sampah perlu diketahui secara lebih memadai sebagai dasar perencanaan
kebutuhan prasarana dan sarana persampahan baik untuk jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang. Perkiraan atau proyeksi timbulan sampah dapat diketahui setelah data
eksisting diketahui (yang didapatkan baik dari data primer maupun sekunder). Berdasarkan
data primer yang didapat bahwa jumlah penduduk yang didapat, jumlah KK yang diperoleh
berjumlah 1552 KK. Berdasarkan data yang diperoleh, maka didapatkan identifikasi
perkiraan timbulan sampah sebagai berikut :

a. Jumlah Timbulan Sampah Desa Labuhan Dalam


Diket : Jumlah KK Desa Labuhan Dalam = 1552 KK
Rata- rata 1 KK berjumlah 4 orang, jadi = 1552 KK x 4 orang
= 6208 jiwa

Jumlah Timbulan Sampah = Jumlah jiwa x rata-rata timbulan sampah / org/hari


= 6208 orang x 2, 5 L/orang/hari
= 15.520 L/hari

Berdasarkan observasi di Desa Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar
Lampung, untuk perbandingan timbulan sampah organik : sampah anorganik ialah +/- 75 % :
25 %.

Untuk timbulan sampah organik Desa Labuhan Dalam


= 75 % x 15.520 L/hari
= 11.640 L/hari

Untuk timbulan sampah anorganik Desa Labuhan Dalam


= 25 % x 15.520 L/hari
= 3880 L/hari

19
b. Jumlah Timbulan Sampah Dusun 1 Desa Labuhan Dalam
Diket : Jumlah KK Desa Labuhan Dalam = 398 KK
Rata- rata 1 KK berjumlah 4 orang, jadi = 398 KK x 4 orang
= 1592 jiwa

Jumlah Timbulan Sampah = Jumlah jiwa x rata-rata timbulan sampah / org/hari


= 1592 orang x 2, 5 L/orang/hari
= 3980 L/hari

Untuk timbulan sampah organik Dusun 1


= 75 % x 3980 L/hari
= 2985 L/hari

Untuk timbulan sampah anorganik Dusun 1


= 25 % x 1490 L/hari
= 995 L/hari

c. Jumlah Timnbulan Sampah Dusun 2 Desa Labuhan Dalam


Diket : Jumlah KK Labuhan Dalam = 265 KK
Rata- rata 1 KK berjumlah 4 orang, jadi = 265 KK x 4 orang
= 1060 jiwa

Jumlah Timbulan Sampah = Jumlah jiwa x rata-rata timbulan sampah / org/hari


= 1060 orang x 2, 5 L/orang/hari
= 2650 L/hari

Untuk timbulan sampah organik Dusun 2


= 75 % x 2650 L/hari
= 1987,5 L/hari

Untuk timbulan sampah anorganik Dusun 2


= 25 % x 2650 L/hari
= 662,5 L/hari

20
d. Jumlah Timnbulan Sampah Dusun 3 Desa Labuhan Dalam
Diket : Jumlah KK desa Labuhan Dalam = 556 KK
Rata- rata 1 KK berjumlah 4 orang, jadi = 556 KK x 4 orang
= 2224 jiwa

Jumlah Timbulan Sampah = Jumlah jiwa x rata-rata timbulan sampah / org/hari


= 2224 orang x 2, 5 L/orang/hari
= 5650 L/hari

Untuk timbulan sampah organik Dusun 3


= 75 % x 5650 L/hari
= 4237,5 L/hari

Untuk timbulan sampah anorganik Dusun 3


= 25 % x 5650 L/hari
= 1412,5 L/hari

e. Jumlah Timnbulan Sampah Dusun 4 Desa Labuhan Dalam


Diket : Jumlah KK Labuhan Dalam = 333 KK
Rata- rata 1 KK berjumlah 4 orang, jadi = 333 KK x 4 orang
= 1332 jiwa

Jumlah Timbulan Sampah = Jumlah jiwa x rata-rata timbulan sampah / org/hari


= 1332 orang x 2, 5 L/orang/hari
= 3330 L/hari

Untuk timbulan sampah organik Dusun 4


= 75 % x 3330 L/hari
= 2497,5 L/hari

Untuk timbulan sampah anorganik Dusun 4


= 25 % x 3330 L/hari
= 832,5 L/hari
21
Maka dapat disimpulkan untuk jumlah timbulan yang dihasilkan Desa Labuhan Dalam,
Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung ini ialah seperti dibawah ini :

No Desa / Dusun Jumlah Jumlah Timbulan Jumlah Timbulan


Penduduk Sampah Organik Sampah Anorganik
(KK) (L/hari) (L/hari)
1 Desa Labuhan 1552 11640 3880
Dalam
2 Dusun I 398 2985 995
3 Dusun II 265 1987,5 662,5
4 Dusun III 556 4237,5 1412,5
5 Dusun IV 333 2497,5 832,5

Tabel Sumber dan Komposisi Sampah Desa Wates


No Sumber Sampah Jenis Sampah Komposisi Sampah
Organik Potongan dari sayuran, kertas nota,
daun pepohonan yang jatuh, hasil
dari pembubutan ayam, sisa
penggilingan kelapa, kulit bumbu
1 Pasar dapur proses pemasakan, kulit,
produk karet, dsb.
Anorganik Plastik bekas dari pembungkusan
produk, tali rafiah bekas
pengepakan barang, dsb.
Organik Kertas, bekas map, daun-daun hasil
dari pepohonan, kardus, sisa dari
kantin dsb.
2 Pendidikan Anorganik Plastik sisa hasil jajanan, pena yang
sudah habis, patahan penggaris,
sampah dari gudang (ember, kayu,
kain) dsb.
Organik Potongan sayuran, dedaunan,

22
kardus, kertas, nasi bekas, sayur
3 Pemukiman bekas, dsb
Anorganik Plastik, ember bekas, tali rafia,
kertas, dsb.
Medis Selang infus, jarum suntik, perban
bekas darah atau nanah, sampah
medis yang berasal dari ruang
4 Fasilitas Kesehatan perawatan, operasi, laboratorium,
ruang bersalin, gigi, KIA, dan
Farmasi.
Non Medis Plastik, kertas, kardus, pena bekas,
map bekas, dedaunan dsb.

3.3.2 Sistem Pengembangan Pengelolaan Yang Akan Ditingkatkan

Merencanakan sistem pengembangan pengelolaan persampahan perlu memperhatikan


masalah disetiap wilayah pelayanan, baik yang menyangkut aspek organisasi, teknis,
pembiayaan, pengaturan maupun masalah yang berkaitan dengan aspek peran serta
masyarakat dan dunia usaha. Sehingga solusi yang ditawarkan akan efektif menyelesaikan
permasalahan persampahan dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka pendek.

23
BAB IV

RENCANA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI DESA LABUHAN DALAM


KECAMATAN TANJUNG SENANG, KOTA BANDAR LAMPUNG

4.1 Rencana Pengelolaan Sampah Secara Teknis

Rencana pengelolaan sampah secara teknis ini didasarkan pada kondisi eksisting yang ada di
Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung dan merujuk pada
peraturan daerah yang berlaku serta berwawasan lingkungan hidup.

Rencana pengelolaan sampah secara teknis ini akan mencakup seluruh dusun yang terdapat di
Desa Labuhan Dalam. Rencana pengelolaan sampah secara teknis ini juga didasarkan pada
komposisi sampah yang dihasilkan, sehingga memudahkan dalam mengonsep perencanaan
pengelolaanya.

Sampah yang dihasilkan di desa Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota
Bandar Lampung, berasal dari 4 sumber sampah yaitu sampah yang berasal dari permukiman,
fasilitas pendidikan, pasar dan fasilitas kesehatan. Sampah yang berasal dari ke empat sumber
tersebut ialah sampah organik dan sampah anorganik, sampah medis dan non medis. Secara
umum, penjelasan mengenai Rencana pengelolaan sampah secara teknis yang akan dilakukan
di Desa Wates ini dapat dilihat pada skema dibawah ini :

24
SAMPAH

Permukiman Fasilitas Pendidikan Fasilitas Pertokoan / Fasilitas Kesehatan


Perdagangan

Sampah Organik Sampah Anorganik Medis

Non Medis

Bank Sampah

Kompos Per dusun 3R (Reuse, Reduce, Incenerator Dinas Kesehatan

Recycle)

Kerajinan Tangan

TPS Dusun

Kas Desa Labuhan


Dijual
Dalam Kecamatan
Tanjung Senang, Kota
Bandar Lampung
(Modal Koperasi Desa)
4.2 Perencanaan Kebutuhan Pelayanan Berdasarkan Pemilihan Prioritas
4.2.1 Perencanaan Jangka Pendek

a. Penghimbauan Dilakukanya 3R

Bahan buangan berbentuk padat, seperti kertas, logam, plastik merupakan contoh bahan
buangan yang bisa didaur ulang. Bahan-bahan ini dapat dilakukan daur ulang secara langsung

25
maupun harus mengalami proses terlebih dahulu untuk menjadi bahan baku baru. Bahan baku
ini banyak dijumpai, biasanya merupakan bahan pengemas produk. Bahan inilah yang pada
tingkat konsumen terkadang menimbulkan permasalahan, seperti yang terjadi di Desa
Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung ini. Sampah organik
yang paling banyak dijumpai ialah sampah yang fungsi utamanya ialah sebagai bahan
pengemas.

Berdasarkan UU No. 18 tahun 2008 menggaris bawahi bahwa pengurangan sampah


dilakukan sebelum sampah tersebut terbentuk, misalnya melalui penghematan penggunaan
bahan. Kewajiban pengurangan sampah ditujukan bukan saja bagi konsumen, tetapi juga
ditujukan pada produsen produk. Di indonesia, upaya mereduksi sampah masih belum
mendapat perhatian yang baik karena dianggap rumit dan tidak menunjukkan hasil yang
nyata dalam waktu singkat. Upaya mereduksi sampah sebetulnya akan menimbulkan manfaat
jangka panjang, seperti :

a. Mengurangi biaya pengelolaan dan investasi


b. Mengurangi potensi pencemaran air dan tanah
c. Memperpanjang usia TPA
d. Mengurangi kebutuhan sarana sistem kebersihan
e. Menghemat pemakaian sumber daya alam

(Damanhuri, Enri : 2010/2011)

Salah satu upaya sederhana, namun sangat sulit dibiasakan di Indonesia khususnya pada
masyarakat urban, adalah pembatasan adanya sampah sebelum barang yang kita gunakan
menjadi sampah, melalui penggunaa berulang-ulang, seperti penggunaan kantong plastik
yang secara berlimpah jika kita berbelanja di toko. Terkait dengan pengemasan produk, maka
peran produsen yang menggunakan pengemas untuk memasarkan produknya menjadi mata
rantai awal yang diatur oleh UU tersebut. Dikenal dengan konsep EPR ( Extended Producer
Responsibillity), yaitu strategi yang dirancang dengan menginternalkan biaya lingkungan
kedalam biaya produksi sebuah produk, tidak terbatas dari produk lingkungan, seperti biaya
penanganan residu atau limbah yang muncul akibat penggunaan produk tersebut menjadi
bagian dari komponen harga produk yang dipasarkan. Langkah-langkah EPR ialah :

a. Langkah 1 : penghematan bahan baku di proses produksi

26
b. Lsngksh 2 : memproduksi barang yang berumur panjang, mendorong reparasi pada
barang yang rusak, termasuk servis bergaransi
c. Langkah 3 : Menerima pengembalian produk bekas termasuk pengemas, menggunakan
bahan baku atau menghasilkan produk yang berasal dari hasil daur ulang, serta
mengupayakan penggunaan dan pengembangan teknologi daur ulang.

Disamping mendorong produsen untuk menerapkan EPR, dibeberapa negara maju, di


beberapa negara maju, peran dan tanggung jawab produsen dimasukkan dalam pengelolaan
limbah secara menyeluruh yang dikenal sebagai internalisasi biaya lingkungan dalam biaya
produk. Dengan demikian, biaya penanganan limbah dan dampaknya sudah termasuk
didalamnya. (Damanhuri, Enri : 2010/2011)

Gambar Kaitan 3R Dengan EPR

1.Langkah 1: 2.Langkah 2:

Reduksi di sumber Reparasi, produk


dengan umur layan

Reuse (R2) panjang, servis


bergaransi.

HULU Produksi Distribusi Konsumsi HILIR


Pengolahan Disposal

Recycling (R3)

Langkah 4: 1.Langkah 3:
Pengembalian Produk
Reuse – recycling produk
bekas, pembuatan produk dan
bahan baku dari bahan bekas,
pengembangan teknologi
reclycling.
Sumber : ( Damanhuri, Enri : 2010/2011)

27
Berdasarkan teori dari buku diatas, maka sistem 3R yang diperlukan di Desa Labuhan Dalam
Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung ini ialah melakukan penyuluhan tentang
bahaya dari timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat sebagai langkah awal.
Selanjutnya, dimulai dari pembatasan kantong plastik sebagai alat bawaan pada saat di toko
dan pasar.

b. Pembuatan Bank Sampah

- Gambaran Umum
Perencanaan pengelolaan sampah di Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota
Bandar Lampung ini diawali dengan pembuatan bank sampah. Bank sampah adalah suatu
tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari
pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan
dari sampah atau ke tempat pengepulsampah. Bank sampah dikelola menggunakan sistem
seperti perbankkan yang dilakukan oleh petugas sukarelawan . Penyetor adalah warga yang
tinggal di sekitar lokasi bank serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank
(wikipedia).

Pembuatan bank sampah ini di dasari pada kebiasaan masyarakat yang cenderung malas
terutama dalam hal mengolah sampah. Bank sampah ini akan didirikan di halaman belakang
balai Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung, yang akan
menampung sampah organik dan sampah anorganik yang dihasilkan oleh warga Desa
Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung. Bank sampah ini akan
memberdayakan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat. Pendirian bank sampah ini juga
nantinya akan melibatkan kelompok Pemuda desa Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung
Senang, Kota Bandar Lampung. Di bank sampah ini, nantinya akan menampung sampah
organik dan sampah anorganik, yang sebelumnya akan ditimbang terlebih dahulu. Sampah
organik yang diterima akan di olah menjadi kompos secara anerob, sedangkan sampah
anorganik akan diolah menjadi kerajinan tangan oleh ibu-ibu Rumah Tangga yang nantinya
akan diperkerjakan. Pendirian bank sampah ini akan berdampak pada tingkat ekonomi
masyarakat, karena akan membuka lapangan pekerjaan dan menaikkan uang kas Desa.
Memang pada awalnya, pendirian bank sampah ini akan meminjam uang kas desa untuk
investasi. Namun pada akhirnya, kas desa akan semakin naik seiring produk yang dihasilkan
dari kegiatan pengelolaan sampah ini seperti membangun kemitraan dengan Gapoktan untuk
menjual produk kompos, dan penjualan produk kerajinan tangan. Pada kegiatan hubungan

28
kemitraan, promosi dan penjualan ini, akan di pimpin oleh Kelompok Pemuda dan Perangkat
Desa.

- Sistematis Pengoperasian Bank Sampah

Sistematis pengoperasian bank sampah ini sebenarnya bukan bank sampah itu sendiri. Bank
Sampah ini merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan basah setelah dilakukan
proses pemilahan serta memiliki manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan
uang melainkan sampah. Sama seperti di bank-bank penyimpanan uang, para nasabah dalam
hal ini masyarakat bisa langsung datang ke bank untuk menyetor. Bukan uang yang di setor,
namun sampah yang mereka setorkan. Sampah tersebut di timbang dan di catat di buku
rekening oleh petugas bank sampah. Dalam bank sampah, ada yang di sebut dengan tabungan
sampah.

Hal ini adalah cara untuk menyulap sampah menjadi uang sekaligus menjaga kebersihan
lingkungan dari sampah khususnya plastik sekaligus bisa dimanfaatkan kembali (reuse).
Biasanya akan di manfaatkan kembali dalam berbagai bentuk seperti tas, dompet, tempat tisu,
dan lain-lain. Syarat sampah yang dapat di tabung adalah yang rapi dalam hal pemotongan.
Maksudnya adalah ketika ingin membuka kemasannya, menggunakan alat dan rapi dalam
pemotongannya. Kemudian sudah di bersihkan atau di cuci. Selain itu sampah yang akan
ditampung juga merupakan sampah organik berupa sampah bekas sayuran, nasi, roti, rumput
basah, serbuk kayu, jerami, dedaunan basah, potongan buah, dsb.

Yang terakhir, harus menyetorkan minimal 1 kg. Ada dua bentuk tabungan di bank sampah.
Yang pertama yaitu tabungan rupiah di mana tabungan ini di khususkan untuk masyarakat
perorangan. Dengan membawa sampah kemudian di tukar dengan sejumlah uang dalam
bentuk tabungan. Warga yang menabung yang memiliki buku tabungan dan dapat meminjam
uang yang nantinya dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang
ditabung, ditimbang akan dihargai sejumlah uang yang nantinya akan dijual di pabrik, toko
maupun gapoktan yang sudah bekerja sama. Bank sampah ini merupakan salah satu strategi
untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat berteman dengan sampah untuk
mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah.

Beberapa contoh kemasan plastik yang dapat di tukar yaitu menurut kualitas plastiknya.
Kualitas ke 1 yaitu plastik yang sedikit lebar dan tebal (karung beras, detergen, pewangi
pakaian, dan pembersih lantai). Kualitas ke 2 yaitu plastik dari minuman instan dan

29
ukurannya agak kecil (kopi instan, suplemen, minuman anak-anak, dan lain-lain). Kualitas ke
3 yaitu plastik mie instan. Kemudian kualitas ke 4 yaitu botol plastik air mineral. Yang paling
rendah yaitu kualitas 0 adalah bungkus plastik yang sudah sobek atau tidak rapi dalam
membuka kemasannya. Karena akan susah untuk di gunakan kembali dalam berbagai bentuk
seperti tas, dompet, tempat tisu, dan lain-lain. Untuk kualitas yang terakhir, harus di setor
dalam bentuk guntingan kecil-kecil (di cacah).

Bentuk tabungan sampah yang kedua di sebut tabungan lingkungan. Tabungan lingkungan
adalah partisipasi perusahaan dan kalangan bisnis untuk pelestarian lingkungan. Tabungan ini
tidak dapat di uangkan, tetapi nasabahnya akan di publish ke media sebagai perusahaan atau
kalangan bisnis yang melestarikan lingkungan. Lebih lanjut akan di berikan piagam BUMI
setiap hari lingkungan hidup.

Jadi, bank sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus diintegrasikan dengan gerakan
4R sehingga manfaat langsung yang dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan
lingkungan yang bersih, hijau dan sehat.

c. Pembuatan Kompos

Pada perencanaan pengelolaan sampah organik jangka pendek di Desa Labuhan Dalam
Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung ini akan diolah menjadi pupuk kompos
dengan metode aerob. Sampah yang dapat diolah menjadi pupuk kompos ini ialah jenis
sampah yang jauh lebih cepat terurai secara alami dibandingkan dengan sampah anorganik.
Sampah yang satu ini berasal dari sisa makanan di dapur seperti sayur, nasi, buah dan lain
sebagainya yang dihasilkan oleh masyarakat desa Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung
Senang, Kota Bandar Lampung sendiri. Oleh karena pengolahan pupuk kompos di skala
rumah tangga sudah pernah dihimbau untuk masyarakat Desa Desa Labuhan Dalam
Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung dan tidak berjalan secara efektif dan
efisien, maka pengolahan sampah organik secara pengomposan ini akan diolah di bank
sampah. Metode pengolahan kompos secara anerob ini didasari pada lahan yang tidak cukup
luas yang terdapat di desa Desa Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar
Lampung.

30
Cara membuat kompos metode anaerob

Cara membuat kompos dengan metode anaerob biasanya memerlukan inokulan


mikroorganisme (starter) untuk mempercepat proses pengomposannya. Inokulan terdiri dari
mikroorganisme pilihan yang bisa menguraikan bahan organik dengan cepat, seperti efektif
mikroorganime (EM4). Di pasaran terdapat juga jenis inokulan dari berbagai merek seperti
superbio, probio, dll. Apabila tidak tersedia dana yang cukup, kita juga bisa membuat sendiri
inokulan efektif mikroorganisme.

Bahan baku yang digunakan sebaiknya material organik yang mempunyai perbandingan C
dan N tinggi (lebih dari 30:1). Beberapa diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam padi dan
kotoran kambing. Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan metode anaerob
bisa 10-80 hari, tergantung pada efektifitas dekomposer dan bahan baku yang digunakan.
Suhu optimal selama proses pengomposan berkisar 35-45oC dengan tingkat kelembaban 30-
40%. Berikut tahapan cara membuat kompos dengan proses anaerob.

 Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Sebaiknya pilih bahan yang lunak
terdiri dari limbah tanaman atau hewan. Bahan yang bisa digunakan antara lain,
hijauan tanaman, ampas tahu, limbah organik rumah tangga, kotoran ayam, kotoran
kambing, dll. Rajang bahan tersebut hingga halus, semakin halus semakin baik.
 Siapkan dekomposer (EM4) sebagai starter. Caranya, campurkan 1 cc EM4 dengan 1
liter air dan 1 gram gula. Kemudian diamkan selama 24 jam.
 Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah dirajang halus di
atas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahan tersebut untuk menambah nilai
perbandingan C dan N. Kemudian semprotkan larutan EM4 yang telah diencerkan
tadi. Aduk sampai merata, jaga kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang
lembab bisa disemprotkan air.
 Siapkan tong plastik yang kedap udara. Masukan bahan organik yang sudah dicampur
tadi. Kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk menjalani proses
fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan berkisar 35-45oC.
 Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang dicirikan
dengan baunya yang harum seperti bau tape.

Secara singkat dapat dijelaskan seperti berikut :

31
Alat
1. Wadah drum, ember plastic atau gentong
2. Wadah diberi lubang didasarnya dan sampir untuk air lindi dan pertukaran udara.

Cara membuat
1. Bahan sampah yang sudah dicacah dimasukkan didalam wadah, kemudian dicampur
kompos atau mikroorganisma pengurai/stater.
2. Lakukan terus menerus selapis demi selapis sampai wadah penuh
3. Disiram dengan air secara merata.
4. Pada hari ke 5 -7, media dapat diaduk-aduk. Pengadukan diulang dan dihentikan sampai
sampah menjadi hitam dan hancur.
5. Sampah telah berubah menjadi kompos.

4.2.2 Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Jangka Menengah


Pembuatan TPS
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses
alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk - produk yang dihasilkan
setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Pengelolaan sampah perkotaan
merupakan permasalahan yang akan terus menerus dihadapi baik oleh pemerintah Kabupaten

32
maupun penduduknya. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk tidak akan terlepas
dari bertambahnya jumlah volume sampah.

Sementara tempat pembuangan sampah sementara di Desa Desa Labuhan Dalam Kecamatan
Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung ini belum tersedia, oleh karenanya diperlukan
pengadaan TPS untuk memudahkan masyarakat dan desa dalam mengolah sampah yang
dihasilkan oleh mereka. TPS yang direncanakan untuk desa ini ialah TPS yang diadakan
disetiap dusun. Pertimbangan ini dilakukan karena jarak antar rumah warga tidak terlalu jauh
sehingga memudahkan warga dalam membuang sampah.

Pembuatan TPS ini diadakan dalam jangka menengah dikarenakan pertimbangan perlu
dilakukanya koordinasi yang baik terlebih dahulu dengan Pemerintah mengingat cakupan
pelayanan pengadaan dan pengangkutan sampah dari TPS yang ada berpusat di Kecamatan
Tanjung Senang. Apabila pengadaan TPS ini dilakukan dalam jangka pendek tetapi
pemerintah tidak mendukung dalam pengoperasianya terutama pengangkutan sampah dari
TPS ke TPA maka sampah yang akan dihasilkan di TPS justru akan menjadi masalah baru,
sedangkan sampah akan terus dihasilkan setiap harinya.

Perencanaan pembuatan TPS di setiap dusun ini dilakukan untuk memudahkan masyarakat
dalam membantu melestarikan lingkungan dan memicu masyarakat agar lebih menjaga
kebersihan desa untuk memenangkan lomba kebersihan dusun yang diadakan desa setiap 1
tahun sekali dalam rangka Hari Lingkungan.

No Desa / Dusun Jumlah Jumlah Timbulan Jumlah Timbulan


Penduduk Sampah Organik Sampah Anorganik
(KK) (L/hari) (L/hari)
1 Desa Labuhan 1552 11640 3880
Dalam
2 Dusun I 398 2985 995
3 Dusun II 265 1987,5 662,5
4 Dusun III 556 4237,5 1412,5
5 Dusun IV 333 2497,5 832,5

33
Seperti pengelolaan sampah dengan pelayanan TPS yang dilakukan pada umunya, sampah
yang dihasilkan oleh masyarakat, setelah mengalami 3R dan dapat dijual ke bank sampah,
sisa sampah yang sudah benar-benar tidak bisa digunakan lagi di letakkan di depan rumah
warga secara terpisah antara sampah organik dan sampah anorganik setiap harinya. Setelah
itu, setiap pagi petugas pengambil sampah mendatangi setiap rumah untuk mengumpulkan
sampah dari rumah warga ke TPS setiap dusun. Biaya dari kegiatan ini ialah biaya yang
didapatkan dari biaya retribusi untuk pelayanan sokli. Setiap harinya, Petugas sokli ini di
rencanakan mengumpulkan sampah 2 rit/ dusun dengan sistematis sampah anorganik
diangkut pertama, kemudian baru diadakan pengangkutan sampah organik di rit ke 2.
Perencanaan proses pengumpulan sampah secara 2 kali ini merupakan hasil evaluasi yang
dilakukan oleh sokli kebanyakan, dimana sampah organik dan sampah anorgnaik dijadikan
menjadi 1 yang mengakibatkan sampah tercampur kembali dan sulit untuk dilakukan
pengolahan (waktu lebih lama, karena harus proses pemisahan ke dua).

Data diatas menjadi acuan untuk menentukan perencanaan pengelolaan sampah organik.
Oleh karena perencanaan pengelolaan sampah ini menggunakan sistem bank sampah dan
diolah menjadi kompos, jadi, TPS yang dirancang untuk sampah ini sudah mengalami
beberapa persen dari jumlah sampah yang ditimbulkan. TPS ini diperuntukkan untuk
memfasilitasi masyarakat yang sibuk dan enggan untuk menabung di bank sampah.

Volume sampah organik setelah diminimalisir +/- sebanyak 40 %

= 23.375,5 L/hari x 60 %

= 14.025,3 L/hari

= 14 m3/ hari

Karena direncanakan pengadaan TPS per dusun dan frekuensi pengamngkutan sampah dari
TPS ke TPA ialah 2 hari 1 kali, maka rata-rata timbulan sampah per dusun setelah dilakukan
minimalisasi di sumber ialah :

= 14 m3/ hari

= 1,75 m3

= 1,75 m3 x 2 = 3,5 m3

34
Sehingga perancanaan ukuran TPS sampah organik untuk setiap dusun ialah :

P = 3,5 m l=1m t=1m

Volume sampah anorganik setelah diminimalisir +/- sebanyak 40 %

= 7782,5 L/hari x 60 %

= 4669,5 L/hari

= 5 m3/ hari

Karena direncanakan pengadaan TPS per dusun dan frekuensi pengangkutan sampah dari
TPS ke TPA ialah 2 hari 1 kali, maka rata-rata timbulan sampah anorganik per dusun setelah
dilakukan minimalisasi di sumber ialah :

= 5 m3/ hari

= 0,625m3

= 1 m3 x 2 = 2 m3

Sehingga perancanaan ukuran TPS sampah anorganik untuk setiap dusun ialah :

P=2m l=1m t=1m

Kriteria container / TPS yang akan di gunakan ialah :


1. Terbuat dari bahan yang tidak korosif
2. Lokasi berada di halaman terbuka, tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum
lainya, berada sedekat mungkin dengan sumber sampah, dan di luar jalur lalu lintas pada
suatu lokasi yang mudah untuk pengoprasianny di ujung gang kecil.
3. Kuat
4. Tidak bocor / kedap air
5. Tertutup (tidak memungkinkan di hinggapi vektor)
6. Mudah dikosongkan

35
7. Mudah dibersihkan
c. Sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan dengan
wadah warna gelap
d. Sampah anorganik seperti gelas, plastik,logam dll dengan warna terang

Sampah organik yang dihasilkan di TPS ini nantinya akan di bawa dengan menggunakan
gerobak menuju bank sampah untuk selanjutnya dilakukan pengelolaan sampah dengan
metode pengomposan. Sampah anorganik yang dihasilkan di TPS ini nantinya akan dibawa
dengan menggunakan dump truck menuju TPA.

36
BAB V

RENCANA TAHAPAN PELAKSANAAN

Untuk melaksanakan rencana kegiatan diatas, diperlukan pertahapan pelaksanaan dengan


mempertimbangkan urgensi masalah yang dihadapi, kemampuan daerah dan masyarakat.
Masalah penutupan TPA open dumping dan penyediaan fasilitas pemilihan sampah
dikawasan permukiman, fasilitas komersial, fasilitas umum dan lain-lain perlu dilakukan
pada tahap awal sesuai dengan amanat UU No 18/2008 tentang pengelolaan sampah.

5.1 Rencana Jangka Pendek

Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka pendek (1-2 tahun) merupakan tahap
pelaksanaan yang bersifat mendesak dan dapat dijadikan fondasi untuk pentahapan
selanjutnya. Rencana jangka pendek yang akan dilakukan di Desa Labuhan Dalam ini,
meliputi :

1. Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah Desa yang mengacu pada kebijakan nasional,
provinsi dan NSPK yang berlaku
2. Meningkatkan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk peningkatan kinerja
operasional penanganan sampah, dapat dilakukan dengan cara training, penyuluhan maupun
workshop.
3. Perencanaan detail penanganan sampah ( ukuran TPS, gerobak, frekuensi pengangkutan,
program 3R dsb)
4. Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan masyarakat dalam partisipasi 3R,
kompos dan kerajinan tangan
5. Penyediaan sarana dan prasarana untuk mengatasi masalah persampahan yang bersifat
mendesak (bank sampah, alat dan bahan kompos, sarana TPS, dan kerajinan tangan)
6. Menyiapkan peningkatan tarif (iuran dan retribusi)

37
5.2 Jangka Menengah

Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka panjang (20 tahun) merupakan tahap
pelaksanaan yang bersifat menyeluruh dengan mempertimbangkan hasil pencapaian tahap
sebelumnya. Rencana jangka menengah yang akan dilakukan di Desa Labuhan Dalam ini,
meliputi :

1. Peningkatan cakupan pelayanan sesuai dengan target perencanaan


2. Peningkatan prasarana dan sarana sesuai cakupan pelayanan serta penggantian peralatan yang
sudah habis umur teknisnya.
3. Meningkatkan pola kerjasama dengan pihak swasta, negeri dan CDM terkait kemitraan
menjual produk, serta izin pelaksanaan pelayanan TPS

5.3 Rencana Pembiayaan

Rencana pembiayaan untuk pengembangan sistem pengelolaan persampahan ini meliputi :

Tabel Rencana Pembiayaan

No Jenis Barang Banyaknya Harga Satuan Harga Total Program


(Rp) (Rp)
1 Drum plastik 10 200.000 x 10 2000.000 Jangka
dengan tutup Pendek
untuk proses
pengomposan
2 Peralatan 500.000 500.000 Jangka
Pengomposan Pendek
3 Peralatan 200.000 200.000 Jangka
Kerajinan Pendek
Tangan
(jarum, lem,
benang, dsb)
4 Bata 2880 250 / buah 720.000 Jangka
menengah
5 Semen 38 sak 68.000 / sak 2.584.000 Jangka

38
menengah
6 Pasir 1,5 m3 200.000 300.000 Jangka
menengah
7 Upah pekerja 2 orang x 2 100.000 / 400.000 Jangka
pembuatan hari org/hari menengah
TPS
8 Upah pekerja 2 orang 1.200.000 / 2.400.000 Jangka
sokli bulan menengah
9 Gerobak 1 ( V = 1,5 m3 1000.000 1000.000 Jangka
pengangkut P = 1,5 m, t =1 menengah
m l = 1 m)
10 Bensin 2 L / hari x 6400 x 60 L 384.000 / Jangka
30L / bulan bulan menengah
11 Bank sampah 500.000 Jangka
(buku pendek
tabungan, dsb)

39
5.3.1 Perhitungan Kebutuhan Ukuran TPS dan Biaya
Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah

Volume sampah organik setelah diminimalisir +/- sebanyak 40 %

= 23.375,5 L/hari x 60 %

= 14,025 L/hari = 14 m3/ hari

Direncanakan di angkut setiap 3 kali sehari ke bank sampah

= 14 m3/hari
3 rit
= 4,6 m3/ hari
A. Kebutuhan TPS Sampah Organik

Dik : V. Sampah organik = 3,5 m3 untuk setiap dusun

P = 3,5 m l = 1m t=1m

V. Bata = p x l x t Harga pasir : 200.000/m

= 22 cm x 11 cm x 5 cm ` Harga Bata : 250/ bata

= 1210 cm 1 sak semen : 63.000= 50 kg

= 0,00121 m 1 kg semen :1300

Perbandingan semen : pasir= 1:6

 Bak Memanjang
V. Total = p x t x tebal
=3,5 m x 1 m x 0,07 m
=0,245 m
0,245 𝑚
 Keb. Bata =(0,22 𝑚+0,01)𝑥(0,05 𝑚+0,01)𝑥(0,11)

0,245 𝑚
=0,0015 𝑚 = 163,3 𝑏𝑎𝑡𝑎 = 164 𝑏𝑎𝑡𝑎

Untuk 4 TPS = 164 bata x 4 = 656 bata

40
 V. Batu bata total= V. Bata x keb.bata dalam 1 bak
=0,00121 m x 656 bata

Untuk 1 TPS = 0,7937 m

Untuk 4 TPS = 3,178 m = 3,2 m

 Keb.siar =2 x(V.total) –(V.batu bata total untuk 1 bak)


=2 x(0,24) – (0,12)m
=0,36 m

Untuk 1 TPS = 0,36 m

Untuk 4 TPS = 1,44 m

1
 Keb. Semen =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑇𝑃𝑆
1
=7 𝑥 0,36

Untuk 1TPS = 0,0514 m

Untuk 4 TPS = 0,205 m

6
 Keb. Pasir =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑇𝑃𝑆
6
=7 𝑥 0,36

Untuk 1 TPS =0,308 m

Untuk 4 TPS =1,234 m

 Bak melebar
V.total = ( l + 0,02) x( t +0,02) x tebal
=( 1 m + 0,02) x ( 1 m + 0,02) x0,07 m
=(1,02 m x 1,02 m x0,07 m)
=0,08 m

41
0,08 𝑚
 Keb. Bata =(0,22 𝑚+0,01)𝑥(0,05 𝑚+0,01)𝑥(0,11)

0,08 𝑚
=0,0015 𝑚 = 53,3 𝑏𝑎𝑡𝑎 = 54 𝑏𝑎𝑡𝑎

Untuk 4 TPS = 108 bata x 4 = 216 bata

 V. Batu bata total= V. Bata x keb.bata dalam 1 bak


=0,00121 m x 54 bata

Untuk 1 TPS = 0,066 m

Untuk 4 TPS = 0,264 m

 Keb.siar = 2 x(V.total) –(V.batu bata total untuk 1 bak)


= 2 x(0,08) – (0,066)m
=0,016 m -0,066 m

Untuk 1TPS =0,05 m

Untuk 4 TPS =0,2 m

1
 Keb. Semen =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑏𝑎𝑘
1
=7 𝑥 0,05

Untuk 1 TPS = 0,0072 m

Untuk 4 bak =0,0238 m

6
 Keb. Pasir = 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑏𝑎𝑘
7
6
=7 𝑥 0,05

Untuk 1 TPS =0,005 m

Untuk 4 TPS =0,02 m

42
 Alas bak = p x l x tebal
= 3,5 m x 1 m x 0,07m
=0,245 m
0,245 𝑚
 Keb. Bata =(0,22 𝑚+0,01)𝑥(0,11 𝑚+0,01)𝑥(0,05+0,02)
0,245
=0,23 𝑚 𝑥 0,12 𝑥 0,07
0,14
=0,0019

= 128,9 bata = 129 bata

Untuk 4 TPS = 516 bata

 V. Batu bata total= V. Bata x keb.bata dalam 1 bak


=0,00121 x 129 bata

Untuk 1 TPS = 0,156 m

Untuk 4 TPS =0,624 m

 Keb.siar =2 x(V.total) –(V.batu bata total untuk 1 bak)


=2 x (0,245 m) – (0,156 m)
=0,49 m – 0,156 m

Untuk 1 TPS =0,334 m

Untuk 4 TPS =1,336 m

1
 Keb. Semen =7 x 0,334m

Untuk 1 TPS =0,048 m

Untuk 4 TPS =0,192 m

6
 Keb. Pasir = 7 𝑥 0,334 𝑚
Untuk 1 TPS =0,286 m
Untuk 4 TPS =1,144 m

43
B. Kebutuhan TPS Sampah Anorganik

Dik : V. Sampah anorganik = 1 m3 untuk setiap dusun

P =2 m l = 1m t=1m

V. Bata = p x l x t Harga pasir : 200.000/m

= 22 cm x 11 cm x 5 cm ` Harga Bata : 250/ bata

= 1210 cm 1 sak semen : 63.000= 50 kg

= 0,00121 m 1 kg semen :1300

Perbandingan semen : pasir= 1:6

 Bak Memanjang
V. Total = p x t x tebal
=2 m x 1 m x 0,07 m
=0,14 m
0,14 𝑚
 Keb. Bata =(0,22 𝑚+0,01)𝑥(0,05 𝑚+0,01)𝑥(0,11)

0,14 𝑚
=0,0015 𝑚 = 93,3 𝑏𝑎𝑡𝑎 = 94 𝑏𝑎𝑡𝑎

Untuk 4 TPS =47 bata x 8 = 376 bata

 V. Batu bata total= V. Bata x keb.bata dalam 1 bak


=0,00121 m x 47 bata

Untuk 1 TPS = 0,114 m

Untuk 4 TPS = 0,456 m

 Keb.siar =2 x(V.total) –(V.batu bata total untuk 1 bak)


=2 x(0,14) – (0,114)m
=0,026 m

Untuk 4 TPS = 0,104 m

1
 Keb. Semen =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑇𝑃𝑆

44
1
=7 𝑥 0,026

Untuk 1TPS = 0,0037 m

Untuk 4 TPS = 0,0148 m

6
 Keb. Pasir =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑇𝑃𝑆
6
=7 𝑥 0,026

Untuk 1 TPS =0,022 m

Untuk 4 TPS =0,088 m

 Bak melebar
V.total = ( l + 0,02) x( t +0,02) x tebal
=( 1 m + 0,02) x ( 1 m + 0,02) x0,07 m
=(1,02 m x 1,02 m x0,07 m)
=0,08 m
0,08 𝑚
 Keb. Bata =(0,22 𝑚+0,01)𝑥(0,05 𝑚+0,01)𝑥(0,11)

0,08 𝑚
=0,0015 𝑚 = 53,3 𝑏𝑎𝑡𝑎 = 54 𝑏𝑎𝑡𝑎

Untuk 4 TPS = 54 bata x 4 = 216 bata

 V. Batu bata total= V. Bata x keb.bata dalam 1 bak


=0,00121 m x 54 bata

Untuk 1 TPS = 0,066 m

Untuk 4 TPS = 0,264 m

 Keb.siar = 2 x(V.total) –(V.batu bata total untuk 1 bak)


= 2 x(0,08) – (0,066)m
=0,016 m -0,066 m

Untuk 1TPS =0,05 m

45
Untuk 4 TPS =0,2 m

1
 Keb. Semen =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑏𝑎𝑘
1
=7 𝑥 0,05

Untuk 1 TPS = 0,0072 m

Untuk 4 bak =0,0288 m

6
 Keb. Pasir =7 𝑥 𝑣. 𝑠𝑖𝑎𝑟 1 𝑏𝑎𝑘
6
=7 𝑥 0,05

Untuk 1 TPS =0,005 m

Untuk 4 TPS =0,02 m

 Alas bak = p x l x tebal


= 2 m x 1 m x 0,07m
=0,14 m
0,14 𝑚
 Keb. Bata =(0,22 𝑚+0,01)𝑥(0,11 𝑚+0,01)𝑥(0,05+0,02)
0,14
=0,23 𝑚 𝑥 0,12 𝑥 0,07
0,14
=0,0019

= 73,68 bata = 74 bata

Untuk 4 TPS = 296 bata

 V. Batu bata total= V. Bata x keb.bata dalam 1 bak


=0,00121 x 74 bata

Untuk 1 TPS = 0,0895m

Untuk 4 TPS = 0,358 m

46
 Keb.siar =2 x(V.total) –(V.batu bata total untuk 1 bak)
=2 x (0,14 m) – (0,0895m m)

Untuk 1 TPS =0,0505 m

Untuk 4 TPS =0,202 m

1
 Keb. Semen =7 x 0,0505m

Untuk 1 TPS =0,0072 m

Untuk 4 TPS =0,0288 m

6
 Keb. Pasir = 7 𝑥 0,0505 𝑚
Untuk 1 TPS =0,043 m
Untuk 4 TPS =0,172 m

C. Rencana Anggaran Biaya Kebutuhan TPS Sampah Organik dan Anorganik


1. Batu Bata
- TPS Sampah Organik

Untuk 4 bak TPS = 164 Bata + 54 bata + 129 bata

= 347 bata x 4 TPS

= 1388 bata X RP 250

= Rp 347.000

2. Semen

Untuk 1 bak TPS= 0,0514 m3+ 0,0072 m3 + 0,048 m3

= 0,1066 m3

=106,6 kg = 107 kg

=107 kg x 4 TPS

47
= 428 kg / 50 kg = 9 sak

Untuk 4 bak TPS = Rp 68.000 x 9

= Rp. 612.000

3. Pasir

Untuk 1 bak TPS = 0,308 m3+ 0,005 m3 + 0,286 m3

=0,599 m3 x 4 TPS

= 2,396 m3 = 2,5 m3

1 m3 = Rp 200.000

= Rp 200.000 x 2,5

= Rp 500.000

4. Jumlah Total 4 bak TPS = Rp 347.000 + Rp 612.000 + Rp 500.000

= Rp 1.459.000

- TPS Sampah Organik


5. Batu Bata

Untuk 1 bak TPS = 94 Bata + 54 bata + 74 bata

= 222 bata

= 222 bata X RP 250

=Rp 55.500

Untuk 4 bak TPS =Rp 55.500 x 4

=Rp 222.000

6. Semen

48
Untuk 1 bak TPS= 0,0037 m3+ 0,0072 m3 + 0,0072 m3

= 0,0181 m3

= 18,1 kg x 4

= 72,4 kg/50 kg

= 1,448 sak => 2 sak

Untuk 4 bak TPS = Rp 68.000 x 2

= Rp. 136.000

7. Pasir

Untuk 1 bak TPS = 0,022 m3+ 0,005 m3 + 0,043 m3

=0,07 m3 x 4 TPS

= 0,28 m3 = 1 m3

1 m3 = Rp 200.000

= Rp 200.000 x 1

= Rp 200.000

8. Jumlah Total 4 bak TPS = Rp 136.000 + Rp 222.000 + Rp 200.000

= Rp 558.000

9. Upah Pekerja = 2 orang x Rp.100.000 / orang


= Rp. 200.000 x 2 hari borongan
= Rp. 400.000

D. Rencana Anggaran Biaya Retribusi Pengangkutan Sampah (Sokli)

Upah pekerja UMR Lampung = Rp. 1.200.000/ bulan x 2 orang

= Rp. 2.400.000

49
Bensin = Rp. 6400/L/hari x 2 x 30 hari

= Rp. 384.000

Total Biaya yang di perlukan = Rp. 2.400.000 + Rp.384.000

= Rp. 2.784.000 / 1115 KK

= Rp. 2500/ bulan

Untuk biaya Pengangkutan dari TPS ke TPA

= Rp. 2500/ KK

Jadi biaya retribusi yang dikeluarkan setiap bula ialah Rp. 5000/KK

5.4 Sosialisasi

Dokumen perencanaan pengelolaan persampahan harus di sosialisasikan secara lebih


memadaikepada pihak eksekutif, legislatif maupun masyarakat umum, dengan tujuan untuk
mendapatkan dukungan semua pihak agar proses pelaksanaanya dapat berjalan seperti yang
diharapkan

50
DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, Enri : Pengelolaan Sampah : Bandung, 2010/2011

green.kompasiana.com dan berbagai sumber lainnya.


http://garut.co/membuat-pupuk-kompos-dengan-metode-aerob/

http://lampungtengahkab.go.id/pemerintahan/kecamatan/76.html

http://www.google.co.id/search?q=bank+sampah&rlz=1C1_____enID682ID682&tbm=isch
&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjn -
On8tNbLAhXEB44KHQYTCuwQsAQIGQ&biw=1366&bih=665

Wikipedia.com

51
LAMPIRAN

52

Anda mungkin juga menyukai