Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PASAR TERPADU

YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN


(Studi Pada Sampah Pasar di Kecamatan Praya)

Integrated Market Waste Management System the Enviromentally Conception


(study on waste market in District Praya)

Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

Oleh :
LALU WIWIN ALEX SAGITA
F1A112036

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2019

i
ii
iii
Sistem Pengelolaan Sampah Pasar Terpadu Yang Berwawasan Lingkungan
(Studi Pada Sampah Pasar di Kecamatan Praya)

Integrated market waste management system the environmentally conception


(Study on waste market in District Praya)

Lalu Wiwin Alex S1, IAO Suwati Sideman2, Lalu Wirahman W2


1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram
2 Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

ABSTRAK

Sampah merupakan konsekuensi kehidupan yang sering menimbulkan berbagai macam masalah, dan
jumlahnya akan semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan beragam macam aktivitasnya. Dimana
salah satu penyumbang sampah terbesar dalam kehidupan adalah sampah Pasar Tradisional. Oleh karena itu,
harus dilakukan pengelolaan untuk mengurangi dampak yang timbul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total
timbulan sampah yang dihasilkan serta perencanaan pengelolaan sampah di Kecamatan Praya yang meliputi kondisi
manajeman pengelolaan sampah saat ini. Perencanaan manajemen pengelolaan sampah pasar meliputi
pewadahan sampah, pengumpulan dan pengangkutan sampah serta perencanaan TPST dan Rencana Anggaran
Biaya (RAB).
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa total sampah pasar untuk masing-masing sumber penghasil
sampah pasar yang berada di Kecamatan Praya yaitu: 1) Pasar Renteng, diperoleh rata-rata volume sampah
sebesar 0,01 m3/pedagang/hari, dengan komposisi sampah anorganik sebesar 13,226%, sedangkan total komposisi
sampah organik sebesar 86,774%. 2) Pasar Karang Bulayak, diperoleh rata-rata volume sampah sebesar 0,017
m3/pedagang/hari, dengan komposisi sampah anorganik sebesar 18,075%, sedangkan total komposisi sampah
organik sebesar 81,923%.
Dari data timbulan sampah dan komposisi sampah yang tertinggi, maka direncanakanlah bangunan
TPST yang berlokasi di belakang Pasar Renteng dengan luas lahan yang diperlukan adalah 663 m2, luas lahan
pengomposan sebesar 417,5 m2. Metode pengomposan direncanakan dengan menggunakan metode boks bata
berongga sebanyak 26 unit, banyak gerobak yang diperlukan sebanyak 5 gerobak, dan ritasi arm roll sebanyak 1
rit/hari serta Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk investasi yang dibutuhkan sebesar Rp. 752.000.000 (Tujuh
Ratus Lima Puluh Dua Juta Rupiah).

Kata kunci: Timbulan dan komposisi sampah, pengelolaan sampah dan TPST.

PENDAHULUAN dihadapinya, salah satunya adalah masalah


Lingkungan hidup merupakan satu sampah yang tidak dapat diabaikan, karena
kesatuan dari suatu ruang yang terdiri dari benda dalam semua aspek kehidupan selalu di hasilkan
daya dan makhluk hidup termasuk manusia sampah, di samping produk utama yang
didalamnya yang membentuk suatu sistem diperlukan. Sampah akan terus bertambah
dengan hubungan yang saling mempengaruhi seiring dengan banyaknya aktifitas manusia yang
untuk membentuk kelangsungan hidup dan di sertai semakin besarnya jumlah penduduk.
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Kuncoro.2008) Salah satu penyumbang sampah
yang ada didalamnya (Mitchell 2003). Mengingat terbesar dalam kehidupan adalah pasar
pentingnya keberadaan lingkungan bagi tradisonal.
manusia, maka sudah seharusnya manusia Pasar tradisional pada umumnya merupakan
memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
lingkungan yang dapat menyebabkan ditandai dengan adanya transaksi penjual
kemerosotan kualitas lingkungan. pembeli secara langsung dan biasanya ada
Berbicara mengenai lingkungan tidak proses tawar-menawar, bangunan biasanya
terlepas dari berbagai masalah yang terdiri dari toko atau ruko, kios-kios atau gerai,

1
los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh DASAR TEORI
penjual maupun suatu pengelola pasar. Definisi Sampah
Kecamatan Praya merupakan salah satu Definisi sampah menurut Hadiwiyoto
kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok (1983), adalah sisa-sisa bahan yang mengalami
Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil
luas wilayah 61,26 km². Kecamatan Praya bagian utamanya atau karena sudah tidak ada
memiliki 2 buah Pasar Tradisional yang beroprasi manfaatnya, yang ditinjau dari segi ekonomi tidak
setiap hari yaitu: (1) Pasar Renteng yang ada harganya dan dari segi lingkungan dapat
letaknya di Jalan Mandalika Kelurahan Renteng, menyebabkan pencemaran atau gangguan
dan merupakan pasar induk di Kecamatan Praya kelestarian lingkungan.
di bangun pada tanggal 14 Juni 2003 akibat Timbulan Sampah dan Komposisi Sampah
pemindahan Pasar Praya ke Renteng, dengan Prakiraan timbulan sampah baik untuk
luas areal pasar sebesar 5 ha. Pasar Renteng saat sekarang maupun di masa mendatang
memiliki ±1200 pedagang. (2) Pasar Karang merupakan dasar dari perencanaan,
Bulayak yang letaknya di Jalan Jendral Sudirman perancangan dan pengkajian sistem pengelolaan
No. 125 Kelurahan Tiwugalih, mulai di bangun persampahan. Prakiraan rerata timbulan sampah
pada tahun 2003 dan di renovasi pada tahun merupakan langkah awal yang bisa dilakukan
2008, dengan luas areal pasar 51,19 are. Pasar dalam pengelolaan persampahan. Adapun
Karang Bulayak memiliki ±350 pedagang. besarnya timbulan sampah dipengaruhi oleh:
Saat ini Pasar Tradisional yang ada di a. Jumlah penduduk dan kepadatannya
Kecamatan Praya, penanganan sampah setiap b. Keadaan sosial ekonomi
harinya tergolong memperihatinkan karena c. Tingkat aktifitas
kurangnya tempat pewadahan sampah serta d. Iklim dan musim
gerobak pengangkut sampah dan jauhnya TPS e. Kemajuan teknologi
dari sumber sampah, sehingga sampah di
Komposisi sampah yaitu komponen fisik
tumpuk dijalan pasar tanpa adanya sampah pasar seperti sisa-sisa makanan,
pengangkutan ke tempat pembuangan sampah sayuran, buah, ikan, ayam, daging, daun-
sementara yang sudah di sediakan oleh Dinas daunan, kertas-karbon, kayu, kain-tekstil, karet-
Kebersihan, dan tidak adanya kepedulian kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca, dan lain-
pedagang, pengunjung dan petugas kebersihan lain misalnya pasir, batu, dan keramik. Komposisi
sampah pada umumnya dinyatakan dalam %
untuk mengatasinya. Hal tersebut akan
berat atau % volume terhadap kelompok atau
mengakibatkan banyaknya jumlah timbulan sejenisnya.
sampah yang dihasilkan dari setiap aktivitas di
pasar tersebut. Hal ini seharusnya menjadi Densitas Sampah
Densitas adalah satuan berat dibagi
perhatian serius dan kesadaran dari para
volume (kg/m3). Maka densitas sampah adalah
pedagang, pengunjung serta peran aktif dari berat sampah yang diukur dalam satuan kilogram
pengelola pasar maupun masyarakat dan dibandingkan dengan volume sampah yang
penduduk sekitar pasar, dimana timbulan diukur. Densitas sampah diperlukan untuk
sampah yang dihasilkan setiap harinya akan menentukan jumlah timbulan sampah dan
mengganggu kesehatan, kebersihan dan menentukan luas lahan TPST yang diperlukan.
Berdasar(Kementrian Pekerjaan Umum, 2014).
mencemari lingkungan. Untuk itu diperlukan
=
informasi tentang timbulan sampah dan
komposisi sampah yang akurat yang akan Dimana :
berguna untuk perencanaan pengelolaan : Densitas sampah (Kg/m3)
sampah pasar dimasa mendatang khususnya di m : Berat sampah yang masuk ke kotak
Kecamatan Praya dan Pemerintah Kabupaten densitas (Kg)
Lombok Tengah pada umunya. V : Volume sampah setelah dihentakkan 3 kali
(m3)

2
Material Balance Analysis Berdasarkan SNI 3242: 2008, cara
Pengukuran jumlah laju timbulan sampah perhitungan jumlah alat pengumpul seperti
ke dalam sistem ditambahkan dengan laju bahan persamaan 2-5 sebagai berikut:
yang keluar dari sistem dikurangi dengan laju Jumlah alat pengumpul =
bahan yang masuk ke sistem. (Kementrian
Pekerjaan Umum, 2014): (2-5)
dM/dt = rw + Mout - Min dimana :
dimana, Ts : Timbulan sampah (m3/orang/hari)
dM/dt = laju perubahan berat bahan dalam Kk : Kapasitas Alat Pengumpul (m3)
sistem (m3/h) Fp : Faktor pemadatan alat = 1,2
Min = jumlah bahan yang masuk ke sistem Rk : Ritasi alat pengumpul (rit/hari)
(m3/h)
Mout = jumlah bahan yang keluar dari
3. Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
system (m3/h)
rw = laju timbulan sampah (m3/h) Proses pemindahan sampah adalah
t = waktu (h) memindahkan sampah hasil pengumpulan
kedalam alat pengangkutan untuk dibawa
Pengelolaan Sampah
ketempat pembuangan akhir.
Menurut UU NO.81 Tahun 2012
Ada 3 macam pemindahan yang sering
pengelolaan sampah didefinisikan sebagai
dilakukan yaitu:
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
1.pemindahan langsung dari kontainer ke
berkesinambungan yang meliputi
kendaraan pengangkut
pengurangan dan penanganan sampah.
2.pemindahan dengan menggunakan alat
Secara garis besar, kegiatan di dalam
angkut lain yang lebih kecil
Pengelolaan sampah meliputi pengumpulan
3.pemindahan dari tanah ke atas kendaraan
sampah, transport, pengolahan dan
baik dengan menggunakan tenaga manusia
pembuangan akhir.
maupun dengan mesin.
Secara umum pengelolaan sampah terdiri dari 3
Perencanaan Lokasi TPST
macam yaitu sebagai berikut :
Tercapainya perencanaan TPST yang
1. Pewadahan Sampah
berwawasan lingkungan tergantung kepada
Pewadahan sampah adalah aktivitas
hal pemilihan serta perencanaan lokasi yang
menampung sampah sementara dalam
harus dapat memenuhi kriteria-kriteria
suatu wadah individual atau komunal di
sebagai berikut (Kementrian Pekerjaan
tempat sumber sampah (SNI 19-2454-
Umum, 2014):
2002). Bahan wadah yang dipersyaratkan
1. Kriteria Umum:
sesuai Standart Nasional Indonesia adalah
Suatu sistem penanganan sampah harus
konstruksinya kuat, tidak mudah rusak,
direncanakan dan dibangun sesuai
ekonomis, mudah diperoleh dan dibuat oleh
sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi
masyarakat dan mudah dikosongkan.
tujuan dibawah ini:
2. Pengumpulan Sampah
a.Tersedianya pelayanan pengumpulan dan
Pengumpulan sampah adalah proses
pengangkutan sampah di wilayah
penanganan sampah dengan cara
pelayanan dengan biaya (ritrisbusi) yang
pengumpulan dari masing-masing sumber
terjangkau.
sampah untuk diangkut ke tempat
b.Lahan yang tersedia berukuran minimal 200
penampungan sementara atau ke
m3
pengolahan sampah atau langsung ke
c.Status pemilihan lahan milik pemerintah atau
tempat pemrosesan akhir tanpa melalui
lainnya yang dibuktikan dengan akte/surat
proses pemindahan.
pernyataan hibah untuk pembangunan
prasarana dan sarana TPST berwawasan
lingkungan.

3
2. Kriteria Pendukung baru direncanakan perencanaan TPST yang
a.Lokasi sebaiknya jauh dari pemukiman terdiri dari penentuan kriteria lokasi TPST, jumlah
penduduk dan industri, dengan jiwa yang dilayani, perencanaan pengomposan
pertimbangan TPST akan mendapatkan sampah pasar dan perencanaan bangunan
daerah penyangga yang baik dan mampu TPST, serta untuk melengkapi perencanaan
melindungi fasilitas yang ada dalam pembangunan TPST di Pasar Renteng
b.Tetapi tidak menutup kemungkinan lokasi Kecamatan Praya, maka dibutuhkan perhitungan
dekat dengan permukiman atau industri, Rancangan Anggaran Biaya (RAB).
hanya saja dibutuhkan pengawasan
terhadap pengoprasian TPST sehingga HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat diterima dilingkungan. Gambaran wilayah sudi
c.Berada di wilayah bebas banjir
d.Ada akses jalan masuk dan tidak jauh
dengan jalan raya.
Aspek Pembiayaan dalam Pengelolaan Sampah
atau Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
Aspek pembiayaan dalam sistem
pengelolaan persampahan mempunyai peran
penting dalam menjalankan roda operasi dan
pemeliharaan sarana dan prasarana Gambar 1 Titik Lokasi wilayah studi
persampahan. Berbagai masalah penanganan
sampah yang timbul pada umumnya disebabkan
Data Hasil Pengukuran Timbulan Sampah
oleh adanya keterbatasan dana sehingga Data mengenai timbulan sampah
kualitas pelayanan sampah sangat ditentukan merupakan hal yang sangat menunjang dalam
oleh harga satuan per m3 sampah. menyusun sistem pengelolaan persampahan di
suatu wilayah.
METODOLOGI PENELITIAN
Pengukuran timbulan sampah pasar di
Penelitian ini dilaksanakan di 2 Pasar yang
Kecamatan Praya ada 2 unit yaitu Pasar
berada di Kecamatan Praya yaitu pada Pasar
Renteng, dan Pasar Karang Bulayak. Diagram
Renteng, dan Pasar Karang Bulayak. Mencatat
hasil pengukuran mengenai hasil timbulan
jumlah unit masing-masing penghasil sampah,
sampah pasar di Kecamatan Praya adalah
Menghentak 3 kali bak sampel dan kemudian
sebagai berikut:
menjatuhkan ke tanah. Mengukur dan mencatat
volume sampah (Vs), Mengukur dan mencatat Volume Sampah Pasar (m3)
berat sampah (Bs) selanjunya Memilah sampel
15 12
berdasarkan komponen komposisi sampah,
Menimbang dan mencatat masing-masing 10
6
komponen komposisi sampah. 5
Setelah diperoleh data timbulan sampah dan 0
komposisi sampah dilakukan beberapa analisa Pasar renteng Pasar Karang
terlebih dahulu. Adapun analisa-analisa tersebut Bulayak
adalah analisa timbulan sampah, analisa
komposisi sampah, analisa densitas sampah, Gambar 2 Grafik hasil pengukuran Timbulan
Material Balance Analysis. Dalam perencanaan Sampah Pasar Kecamatan Praya.
sisem pengelolaan sampah, akan direncanakan Berdasarkan gambar diagram persentase
perencanaan sistem pewadahan sampah pasar, hasil pengukuran timbulan sampah pasar
serta sistem pengumpulan dan pengangkutan Kecamatan Praya dapat dilihat bahwa dari kedua
sampah pasar. Dari hasil analisa-analisa tersebut

4
pasar yang ada di kecamatan Praya, timbulan Tabel 3 Data Persen Total Komposisi Sampah
sampah yang terbesar berada pada Pasar Pasar di Pasar Renteng
Renteng dengan jumlah timbulan sampah pada Jenis Berat Komposisi
No Peringkat
sebesar 11.219m3, sehingga perencanaan TPST Sampah (kg) (%)
akan direncanakan di Pasar Renteng dengan 1 Plastik 37,280 8,036 1
berbagai macam kriteria utama dan kriteria 2 Kertas 24,080 5,190 2
pendukung dalam perencanaan lokasi TPST. TOTAL
61,360 13,226
ANORGANIK
Analisa Timbulan Sampah 1 Sayuran 139,43 30,054 2
Dari data survey timbulan sampah pasar 2 Buah 203,09 43,776 1
setiap pasar dilakukanlah analisa timbulan 3
Daun-
57,15 12,319 3
daunan
sampah. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui
4 Kayu 2,90 0,625 4
rata-rata timbulan sampah pasar secara
keseluruhan dalam kg/pedagang/hari dan TOTAL
402,57 86,774
ORGANIK
m3/pedagang/hari. Timbulan sampah pasar untuk TOTAL
masing-masing pasar yang ada di Kecamatan ANORGANIK + 463,93 100
Praya dapat dilihat pada tabell 1 dan 2 sebagai ORGANIK

berikut: Sumber: hasil survey data (2018)


Contoh perhitungan sampah pasar pada Pasar Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa
Renteng: total persentase sampah anorganik pada Pasar
Renteng sebesar 61,360 kg dan komposisi
sampah sebesar 13,226 %, sedangkan untuk
total sampah organik sebesar 402,570 kg dan
= 0,01 m3/pedagang/hari
komposisi sampah sebesar 86,774 %.
Rata-rata volume timbulan sampah pasar Renteng
Tabel 4 Data Persen Total Komposisi Sampah
pada Pasar Renteng adalah sebesar 0,01
m3/pdg/hari. Pasar di Pasar Karang Bulayak
Jenis Berat Komposisi
No Peringkat
Sampah (kg) (%)
Tabel 1 Timbulan sampah pasar pada Pasar Renteng
2 Plastik 17,405 11,355 2
Jumlah Volume Berat
No Sumber 4 Kertas 10,300 6,720 1
Pedagang (m3/pdg/hr) (kg/pdg/hr)
TOTAL
Pasar 27,705 18,075
1 1200 0,01 0,858 ANORGANIK
Renteng
1 Sayuran 50,950 33,241 1
Sumber: hasil survey data (2018)
2 Buah 39,615 25,846 2
Daun-
4 28,305 18,467 3
daunan
Tabel 2 Timbulan sampah pasar pada Pasar Karang 5 Kayu 6,70 4,371 4
Bulayak
TOTAL
Jumlah Volume Berat 125,570 81,923
No Sumber ORGANIK
Pedagang (m3/pdg/hr) (kg/pdg/hr) TOTAL
Pasar ANORGANIK 153,275 100
1 Karang 350 0,017 0,763 + ORGANIK
Bulayak Sumber: hasil survey data (2018)
Sumber: hasil survey data (2018)
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa
Analisa Komponen Komposisi Sampah Pasar total persentase sampah anorganik pada Pasar
Dari data komposisi sampah pasar diatas Karang Bulayak sebesar 22,950 kg dan
dilakukan analisa komposisi sampah. Analisa ini komposisi sampah sebesar 16,217%, sedangkan
dilakukan untuk mengetahui persen berat untuk total sampah organik sebesar 118,570 kg
masing-masing komponen komposisi sampah dan komposisi sampah sebesar 83,783%.
disetiap pasar yang ada di Kecamatan Praya.

5
Kondisi Manajemen penanganan sampah
Data Analisa Densitas Sampah Pasar
pasar di Kecamatan Praya saat ini
Data densitas sampah pasar diperoleh
Kondisi eksisting penanganan sampah
dari survey yang bersamaan dengan survey
pasar di Kecamatan Praya saat ini diketahui
timbulan dan komposisi sampah. Sampah yang
melalui wawancara dengan kepala pasar,
diukur adalah sampah dari masing-masing pasar
pengelola pasar, tukang angkut dan petugas
yang ada di Kecamatan Praya. Dari data
kebersihan di masing-masing pasar yang ada di
densitas diatas dilakukan analisa data untuk
Kecamatan Praya. Pasar tradisional yang ada di
mengetahui rata-rata densitas sampah pasar di
Kecamatan Praya terdiri dari 2 unit pasar
Kecamatan Praya. Densitas sampah di
tradisional yaitu Pasar Renteng dan Pasar
Kecamatan Praya dapat dilihat sebagai berikut:
Karang Bulayak, Setiap harinya mereka
Pasar Renteng menyapu lalu mengumpulkan dan mengangkut
Rata-rata densitas timbulan sampah pasar sampah dengan menggunakan bak dan
pada Barat Renteng di Pasar Renteng adalah keranjang sampah yang langsung dibawa ke
sebesar 42,236 kg/m3. pinggir jalan pasar. Setelah itu, pada sore
Rata-rata densitas timbulan sampah pasar harinya atau keesokan harinya pihak dari Dinas
pada Timur Renteng di Pasar Renteng adalah Kebersihan akan mengambil dan mengangkut
sebesar 43,595 kg/m3. sampah-sampah tersebut ke Tempat
Pasar Karang Bulayak Pembuangan Akhir (TPA) yang berada di
Rata-rata densitas timbulan sampah pasar Pengengat Pujut Kabupaten Lombok Tengah.
pada Kios/Ruko di Pasar Karang Bulayak adalah
Perencanaan Manajemen Sistem
sebesar 18,832 kg/m3. Pengelolaan Persampahan
Rata-rata densitas timbulan sampah pasar Adapun perencanaan pengelolaan
pada Los/Blok di Pasar Karang Bulayak adalah sampah pasar sarana dan prasarana yang
sebesar 25,649 kg/m3. digunakan untuk pewadahan, pengumpulan dan
pengangkutan di Kecamatan Praya antara lain:
Analisis Kesetimbangan Bahan a. Pewadahan Sampah
(Material Balance Analysis) Pewadahan yang direncanakan akan
Dari data analisa timbulan dan komposisi menggunakan tong sampah dengan
sampah diperoleh besar sampah yang akan kapasitas 0,01 m3 untuk masing-masing
masuk, keluar, dan tertahan di area TPST. kios/ruko dan dasaran terbuka. Khusus untuk
Sampah yang tertahan dapat diperoleh dari los/blok, akan menggunakan tong sampah
persentase sampah organik dan untuk sampah dengan kapasitas 0,02 m3.
yang keluar dapat diperoleh dari persentase
sampah anorganik.
Analisi Material Balance Analysis pada
Pasar Renteng
Laju perubahan berat bahan dalam sistem
(dM/dt) = rw + Mout – Min Gambar 3 Tempat Penampungan Sementara (TPS)

= 12 + 1,584 – 10,416
b. Sistem Pengumpulan dan Pengangkutan
= 3,168 m3/hari
Sampah Pasar
Analisi Material Balance Analysis pada Pasar Dalam sistem pengumpul dipakai data yang
Karang Bulayak diperoleh dari wawancara dengan kepala
Laju perubahan berat bahan dalam sistem pasar, dan tukang angkut sampah. Data yang
(dM/dt) = rw + Mout – Min diperoleh antara lain jumlah tempat sampah
= 6+ 1,086 – 4,914 dorong dan gerobak yang digunakan sebagai
= 2,172 m3/hari

6
alat pengumpul dan beberapa ritasi untuk Kapasitas arm roll (Kk) : 6 m3
mengambil sampah pasar. Faktor pemadatan (Fp) : 1,2
Jumlah sampah (Js) : 3,168 m3/hari
1. Perencanaan sistem pengumpulan dan
pengangkutan pada Pasar Karang Jumlah ritasi alat pengumpul =
Bulayak
=
Mencari jumlah alat pengumpul pada Pasar
Karang Bulayak. = 1 rit/hari
Kapasitas alat pengumpul (Kk) : 1,05 m3 Jadi, perencanaan alat pengumpul dan
Faktor pemadatan (Fp) : 1,2 jumlah ritasi yang di rencanakan pada Pasar
Timbulan sampah (Ts) : 6 m3/hari Renteng yaitu sebesar 5 gerobak dan 1 rit/hari.
Ritasi alat pengumpul (Rk) : 2 rit/hari
Jumlah alat pengumpul = Perencanaan TPST
Langkah dalam perencanaan lokasi TPST
= ini dilakukan pengamatan kriteria utama dan
kriteria pendukung untuk mengetahui lahan yang
= 3 gerobak paling tepat yang menjadi lokasi TPST yang akan
Mencari jumlah ritasi alat pengumpul pada Pasar dibangun. Adapun penjelasan lebih lanjut
Karang Bulayak. mengenai perencanaan TPST sebagai berikut:
Jumlah alat pengangkut (Jap) : 1 unit
Kapasitas arm roll (Kk) : 6 m3
Faktor pemadatan (Fp) : 1,2
Jumlah sampah (Js) : 2,172 m3/hari
Jumlah ritasi alat pengumpul =

= 1 rit/hari
Jadi, perencanaan alat pengumpul dan jumlah
sritasi yang di rencanakan pada Pasar Karang
Bulayak yaitu sebesar 3 gerobak dan 1 rit/hari.

2. Perencanaan sistem pengumpulan dan


Gambar 4 Site Plan Perencanaan TPST
pengangkutan pada Pasar Renteng
Pasar Renteng
Mencari jumlah alat pengumpul pada Pasar
Renteng.
Perencanaan Pengomposan Sampah
Kapasitas alat pengumpul (Kk) : 1,05 m3
Perencanaan pengomposan sampah
Faktor pemadatan (Fp) : 1,2
yang digunakan yaitu pengomposan sampah
Timbulan sampah (Ts) : 12 m3/hari
dengan metode boks bata berongga dengan
Ritasi alat pengumpul (Rk) : 2 rit/hari
berbagai ketentuan kapasitas pengomposan
Jumlah alat pengumpul = yaitu sebagai berikut:
a. Jumlah jiwa dilayani
=
= 1200 jiwa
= 5 gerobak b. Lama pengomposan
= 30 hari
Mencari jumlah ritasi alat pengumpul pada Pasar
c. Faktor kehilangan volume
Renteng.
= 0,50
Jumlah alat pengangkut (Jap) : 1 unit
d. Timbulan sampah

7
= 1.029,97 kg/hari 10. Pengeringan dan
76,5
= 12 m3/hari Pengayakan Kompos
e. Jumlah sampah yang dikomposkan Total 663
= 86,77 %
Sumber: hasil analisis data (2018)
f. Volume sampah organik
= 10,404 m3/hari
g.Total volume pengomposan
= 156,06 m3
h. Densitas sampah pasar
= 43,595 kg/m3
i. Ukuran boks bata
= 5mx1,2mx1,2m
j. Volume tiap boks
= 7,2 m3
k. Volume timbunan kompos tiap boks
= 6 m3
l. Jumlah boks yang dibutuhkan
= 26,01 ≈ 26 buah
m. Ruang untuk 1 unit boks bata Gambar 5 Denah TPST Pasar Renteng
= 12,5 m2
n. Kebutuhan ruang total
= 325 m2 ≈ 417,5 m2

Dari hasil olahan data diatas diperoleh


luas lahan yang akan digunakan untuk
meletakkan wadah pengomposan yaitu seluas
325 m2. Namun dalam perencanaan ini
digunakan seluas 417,5 m2 dengan
mempertimbangkan ruang gerak. Dengan unit Gambar 6 Tampak Depan TPST Pasar Renteng
boks bata sebanyak 26 unit, yang kemudian akan
didesain dengan bangunan rangka baja ringan.
Tabel 5 Kebutuhan Lahan Bangunan TPST
Pasar Renteng
No. Area Luas (m2)
1. Penerimaan dan Pemilahan 63,0
2. Ruang Jaga dan Bank
19,5 Gambar 7 Tampak Belakang TPST Pasar Renteng
Sampah
3. Gudang Bahan Daur Ulang 19,2
4. Gudang Kompos 38,2
5. Pengomposan 417,5
6. Ruang Pencacahan 8,8
7. Gudang Peralatan 3,5
8. Residu 12,3 Gambar 8 Gambar Tampak Samping Kiri TPST Pasar
9. Renteng
Toilet 4,5

8
Gambar 9 Gambar Tampak Samping Kanan TPST Pasar Renteng

Pembuatan Rancangan Anggaran Biaya TPST

Setelah mengetahui luas lahan yang diperlukan, Sumber: hasil analisis data (2018)
untuk melengkapi perencanaan pembangunan Kesimpulan dan Saran
TPST di Pasar Renteng Kecamatan Praya Kesimpulan
dibutuhkan perhitungan rencana anggaran biaya Berdasarkan hasil penelitian dan
untuk pembangunan TPST dan perlengkapan perencanaan dapat diambil kesimpulan sebagai
yang diperlukan, yaitu dengan mengalikan berikut:
volume pekerjaan dengan standar satuan harga 1) Rata-rata volume timbulan sampah pasar
(SSH) tahun 2018, Keputusan Gubernur Nusa yang ada di Kecamatan Praya sebagai
Tenggara Barat. Perhitungan rencana anggaran berikut:
biaya dan Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya a. Pasar Renteng
TPST Pasar Renteng yang dapat dilihat pada Rata-rata volume sampah sebesar 0,01
tabel sebagai berikut: m3/pdg/hari, dan rata-rata berat sampah
sebesar 0,858 kg/pdg/hari, dengan
Tabel 8 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya TPST timbulan sampah pasar sebesar 12
Pasar Renteng m3/hari.
b. Pasar Karang Bulayak
No. JENIS PEKERJAAN JUMLAH HARGA
Rata-rata volume sampah sebesar
2 3
0,017 m3/pdg/hari, dan rata-rata berat
1
sampah sebesar 0,763 kg/pdg/hari,
PEKERJAAN Rp
I. PERSIAPAN 18.321.659,82 dengan timbulan sampah sebesar 6
PEKERJAAN TANAH Rp m3/hari.
II.
DAN PASIR 34.896.645,50 2) Kondisi eksisting penanganan sampah
PEKERJAAN Rp
III.
STRUKTUR 443.177.532,10 pasar di Kecamatan Praya saat ini yaitu
PEKERJAAN Rp belum dikelola dengan baik, dimana
IV.
ARSITEKTUR 126.535.607,54 pengelolaan sampah saat ini dilakukan
V. PEKERJAAN TAMBAHAN Rp
DAN PERALATAN 60.772.677,86
dengan cara kumpulkan, diangkut dan
Rp dibuang tanpa ada pemilahan terlebih
TOTAL 683.704.123,82 dahulu.
Rp
PPN 10% 68.370.412,38 3) Sistem pewadahan, pengumpulan dan
JUMLAH SETELAH Rp
pengangkutan pada sampah pasar yang ada
PPN 752.074.536,20
di Kecamatan Praya sebagai berikut:
DIBULATKAN a. Pasar Karang Bulayak
Pewadahan yang direncanakan akan
Rp 752.000.000 menggunakan tong sampah dengan
TERBILANG : kapasitas 0,01 m3 dan kapasitas 0,02
TUJUH RATUS LIMA PULUH DUA JUTA RUPIAH
m3. Jumlah alat pengumpul dan
pengangkutan yang dibutuhkan untuk

9
Pasar Karang Bulayak yaitu sebanyak pasar di Kecamatan Praya masih kekurangan
3 unit gerobak dengan 1 ritasi per hari. alat-alat tersebut.
b. Pasar Renteng
2) Adanya penelitian yang dilakukan dalam
Pewadahan yang direncanakan hanya
jangka waktu 2 periode, yaitu ketika musim
akan menggunakan tong sampah
hujan dan musim kemarau, sehingga dengan
dengan kapasitas 0,02 m3. Jumlah alat
kondisi tersebut dapat mempengaruhi
pengumpul dan pengangkutan yang
timbulan dan komposisi sampah hingga
dibutuhkan untuk Pasar Renteng yaitu
pengolahan sampah di TPST nantinya.
sebanyak 5 unit gerobak dengan 1
ritasi per hari.
3) Sampah pasar yang dihasilkan memiliki
Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah potensi ekonomi yang layak untuk diolah,
Terpadu (TPST) berada di bagian Pinggir terlebih dalam hal pengomposan. Maka,
Pasar Renteng dengan spesifikasi yang dalam hal ini diharapkan pemilik pasar
direncanakan sebagai berikut: ataupun pengelola bisa membuka peluang
 Lokasi terletak di jln. Mandalika, bagi para investor yang ingin melakukan
Lingkungan Renteng, Kecamatan pengolahan di pasar tersebut.
Praya, Kota Praya, Nusa
Tenggara Barat. DAFTAR PUSTAKA
 Proses pengolahan sampah Anonim, 1991. “Metode Pengukuran Timbulan
secara biologis (proses aerobik), Sampah (SNI M-36-1991-03)”. Badan
pengomposan dengan metode Standarisasi Nasional, Jakarta.
boks bata berongga. Anonim, 1993.“Spesifikasi Timbulan Sampah
 Jumlah boks bata = 26 unit Untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia
(SK SNI-S -04-1993-03)”. Bandung :
 Lama Pengompoan = 30 hari
Yayasan LPMB.
 Luas lahan yang digunakan untuk
Anonim, 1994. “Metode Pengambilan dan
wadah pengomposan = 417,5 m2
Pengukuran Contoh Timbulan dan
 Total kebuuhan lahan bangunan
Komposisi Sampah Perkotaan”. SNI 19-
TPST = 663 m2
3964-1994. Badan Standarisasi Nasional.
 Ritasi Arm Roll untuk mengambil
Anonim, 2002. “Cara Teknik Operasional
residu = 1 rit/hari
Pengelolaan Sampah”. SNI 19-2454-2002.
 Rencana Anggaran Biaya Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Pembangunan TPST Anonim, 2008. “Definisi Sampah Zat Organik”.
=Rp.752.000.000 Peraturan Perundang-undangan No.18
(Tujuh Ratus Lima Puluh Dua Juta Tahun 2008. Jakarta.
Rupiah). Anonim,2008. “Sistem Pengelolaan Sampah di
Pemukiman”. SNI 3242:2008. Badan
5.1. Saran Standarisasi Nasional. Jakarta.
Saran yang diberikan oleh penulis Anonim, 2012. “Undang-undang Pengelolaan
terkait hasil penelitian adalah sebagai berikut: Sampah Rumah Tangga Dan Sampah
1) Melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Praya Sejenis Rumah Tangga”. No. 18 Tahun
dan pengelola pasar agar mengupayakan 2012.
perencanaan anggaran untuk pengadaan Anonim, 2013. “Persyaratan Teknik
pembangunan TPST , gerobak sampah, truk Pengumpulan, Pemindahan dan
angkut sampah dan tong-tong sampah , Pengangkutan Sampah”. Peraturan Menteri
mengingat kondisi penanganan sampah No03/PRT/2013

10
1

Anda mungkin juga menyukai