Anda di halaman 1dari 17

Kesehatan dalam adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual,

sehingga seseorang dapat hidup produktif. Kesehatan Masyarakat ditentukan oleh kondisi

pejamu, agent (penyebab penyakit), dan lingkungan. Faktor lingkungan merupakan unsur

penentu Kesehatan masyarakat. Apabila terjadi perubahan lingkungan disekitar manusia,

maka akan terjadi perubahan pada kondisi Kesehatan lingkungan Masyarakat tersebut.

Sampah mempunyai potensi untuk menimbulkan pencemaran dan menimbulkan masalah

bagi kesehatan. Pencemaran dapat terjadi diudara sebagai akibat decomposisi sampah, dapat

pula mencemari air dan tanah yang disebabkan oleh adanya rembesan leacheat. Tumpukan

sampah dapat menjadi sarang atau tempat berkembang biak bagi berbagai vector penyakit.

Sampah merupakan Data Penyakit yang disebabkan oleh sampah yang di ambil di

Puskesmas Rawat Inap Galaidubu Dobo per tahun 2019, ISPA sebanyak 2913 orang, malaria

sebanyak 14 orang, diare sebanyak 319 orang, dan DBD sebanyak 0 orang. Tahun 2020, ISPA

sebanyak 2660 orang, malaria sebanyak 10 orang, diare sebanyak 322 orang, dan DBD

sebanyak 0 orang. Tahun 2021, ISPA sebanyak 1957 orang, malaria sebanyak 7 orang, diare

sebanyak 112 orang, dan DBD sebanyak 0 orang. Tahun 2022, ISPA sebanyak 2660 orang,

malaria sebanyak 5 orang, diare sebanyak 243 orang, dan DBD sebanyak 2 orang. Dan pada

tahun 2023, ISPA sebanyak 319 orang, malaria sebanyak 0 orang, diare sebanyak 143 orang,

dan DBD sebanyak 1 orang.

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa sampah adalah salah satu sumber dari

penyakit yang tidak menular namun membahayakan kesehatan tubuh manusia terkhususnya

di Kota Dobo.

Penerapan kesehatan lingkungan merupakan upaya kesehatan untuk mencapai kualitas

lingkungan yang sehat, baik dari segi fisik, kimia, biologi, dan sosial, sehingga setiap orang
dapat memperoleh derajat kesehatan yang optimal, yang diatur dalam Undang-Undang No.

36 Tahun 2009, di mana dapat dilakukan upaya untuk mendapatkan derajat kesehatan yang

optimal dari fasilitas/tempat publik dan penyehatan lingkungan lainnya (Triastuti, 2022).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa di

Indonesia, sampah yang dihasilkan secara nasional sebanyak 175.000 ton sehari atau sekitar

64 juta ton per tahun dengan asumsi setiap orang menghasilkan sampah 0,7 kg sehari

(Baqirah, 2019). Dilihat dari Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional,

timbulan sampah dari penginputan data di 274 kabupaten/kota pada tahun 2020 sebanyak

32.632.440,41 ton dengan sumber sampah berasal dari rumah tangga (40,47%), perkantoran

(3,51%), pasar (16,8%), perniagaan (8,06%), fasilitas publik (4,67%), kawasan (13,52%)

dan lainnya (12,97%). Sedangkan, di tahun 2021 dari penginputan data di 206

kabupaten/kota sebanyak 31.020.431,10 ton dengan sumber sampah berasal dari rumah

tangga (40,95%), perkantoran (8,13%), pasar (17,42%), perniagaan (17,93%), fasilitas

publik (6,4%), kawasan (5,78%) dan lainnya (3,39%). Dan pada tahun 2022 dari

penginputan data di 170 kabupaten/kota, timbulan sampah sebanyak 19.588.922,83 ton

dengan sumber sampah berasal dari rumah tangga (39,4%), perkantoran (6%), pasar (16%),

perniagaan (21,1%), fasilitas publik (6,9%), kawasan (7,2%) dan lainnya (3,3%)

(Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), 2023).

Perbandingan jumlah timbulan sampah per tahun menurun disebabkan karena sebagian

kabuputen/kota yang belum menginputkan data ke SIPSN. Demikian pada Provinsi Maluku

pada tahun 2020 jumlah timbulan sampah yang dihasilkan sebanyak 109.991,62 ton dari 2

Kabupaten/Kota dengan sumber sampah berasal dari rumah tangga (30,23%), perkantoran

(5,61%), pasar (22,88%), perniagaan (19,91%), fasilitas publik (11,57%), kawasan (7,05%)

dan lainnya (2,75%). Pada tahun 2021 timbulan sampah yang dihasilkan sebanyak

93.074,45 ton dari 3 Kabupaten/Kota, dengan sumber sampah yang berasal dari rumah
tangga (23,94%), perkantoran (1,41%), pasar (18,2%), perniagaan (14,58%), fasilitas publik

(5,41%), kawasan (27,99%) dan lainnya (8,47%) (Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (KLHK), 2023).

Menurut data di atas, dapat dilihat bahwa pasar adalah salah satu kontributor terbesar

sampah di Indonesia dan di Maluku maupun Kabupaten Kepulauan Aru. Pasar adalah tempat

bagi penjual dan pembeli. Di bidang ekonomi, pemahaman pasar jauh lebih dari tempat

penjual dan pembeli ditempatkan untuk melakukan transaksi perdagangan/ penjualan/

pembelian/ layanan. Pasar mencakup keseluruhan permintaan dan penawaran, interaksi antara

penjual dan pembeli untuk pertukaran barang dan jasa (Indrawati et al., 2019).

Langkah yang diberikan pemerintah Indonesia sendiri sejauh ini dalam menghentikan

laju pertumbuhan sampah adalah 1,15% yang terolah (di kompos dan di daur ulang)

sedangkan selebihnya di buang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) berjumlah sekitar

41,28%, di bakar 35,59%, dikubur 7,97%, dibuang sembarangan (ke Sungai, saluran, jalan,

dsb) 14,01 (BPS, 2017).

Saat ini masyarakat di Kota Dobo khususnya yang berdomisili di sekitar daerah Pasar

Jargaria masih memandang sampah sebagai sesuatu yang tidak berguna atau tidak dipakai

lagi dan tidak ada nilai tambah untuk dimanfaatkan. Dalam hal pembuangan sampah,

masyarakat hanya mengetahui pengelolaan dengan pendekatan end-of-pipe dengan kata lain

sampah yang diangkut dan di bawa ke tempat pemprosesan akhir.

Pengelolaan sampah di Pasar Jargaria belum begitu baik. Seperti ketersediaan truk

pengangkut sampah hanya satu unit. Idealnya sampah ditumpuk ditempat sampah dipisahkan

dulu sesuai jenkabupateisnya. Agar mempermudah persiapan sebelum proses pengolahan.

Namun faktanya, semua pedagang pasar membuang semua jenis sampah ke tempat

penampungan sampah sementara.


Hasil observasi awal di Pasar Jargaria secara langsung, oleh peneliti menunjukan bahwa

kebersihan di lingkungan pasar masih kurang. Banyak ditemukan limbah organik dan

anorganik yang berserakan. Pedagang sayur adalah pedagang yang menghasilkan sampah

paling banyak. Pedagang ikan, ayam, buah-buahan, makanan, dan pedagang lainnya, mereka

juga menghasilkan sampah. Banyak pedagang yang membuang sampah sembarangan karena

tidak tersedia tempat sampah untuk membuang sampah dan lokasi pembuangan sementara,

begitu banyak sampah di area penjualan yang berserakan. Ada begitu banyak sampah di pasar

atau tepi pasar, membuat pemandangannya terlihat buruk, juga dapat menyebabkan bau yang

tidak menyenangkan. Hal ini dapat disebabkan, karena pedagang beranggapan dengan

membayar retribusi, pengelolaan sampah dan kebersihan sampah pasar adalah tanggung

jawab petugas kebersihan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Hendra Arifin (2018) tentang pengelolaan

sampah pasar Kurai Taji Kecamatan Pariaman Selatan Kota Pariaman, terdapat kesimpulan

yakni pengelolaan sampah di Pasar Kurai Taji dengan konsep 3R belum diterapkan oleh

pengelola pasar, para pedagang secara keseluruhan serta masyarakat disekitar pasar belum

ada melakukan pengurangan timbulan sampah, dan pemanfaatan sampah pasar kembali, tidak

ada perilaku peduli lingkungan oleh pedagang di Pasar Kurai Taji.

Semakin banyak kegiatan di pasar, jumlah sampah yang dihasilkan oleh penjual dan

pembeli yang berbelanja atau melakukan kegiatan di pasar. Banyak dampak negatif telah

terjadi karena fasilitas yang tidak memadai dari pengelolaan sampah di wilayah tertentu, dan

kondisi ini akan memiliki dampak negatif pada kesehatan manusia dan lingkungan

sekitarnya. Oleh karena itu, perlu untuk secara khusus menangani pengelolaan limbah yang

menguntungkan, efektif dari hulu ke hilir.


A. Tinjauan Umum Variabel Penelitian

1. Pewadahan Sampah

Pewadahan sampah adalah kegiatan menyimpan sementara sampah sebelum

dikumpulkan, diangkut dan diolah di tempat pembuangan akhir TPA, agar sampah tidak

berserakan. Tujuan utama pewadahan adalah untuk :

a. Agar tidak berdampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan, maka di lakukan

pewadahan.

b. Memudah proses pengumpulan sampah.

Terdapat pola pewadahan, yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Pewadahan Individual

Pewadahan individual cocok untuk area perumahan bertingkat tinggi dan area

komersial.

b. Pewadahan Komunal atau umum

Pewadahan komunal atau umum cocok untuk permukiman sedang/kumuh,

taman kota, dan jalan pasar.

2. Pengumpulan Sampah

Hal ini dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pengelola kompleks

perumahan, pengelola fasilitas dan pemerintah Kabupaten/Kota. Pengumpulan sampah

dibagi menjadi dua bagian menurut sumbernya, yaitu:

a. Mengumpulkan sampah dengan mobil bak terbuka atau bersekat dengan

gerobak atau sepeda motor, di lakukan sebagai berikut :

1) Mengumpulkan sampah dari sumbernya setidaknya dua hari sekali.

2) Setiap jenis sampah di masukkan ke tempat sampahnya masing-masing

yang telah disediakan pada alat pengumpul, atau dapat mengatur jadwal

pengumpulan berdasarkan jadwal sampah yang sudah dipilah.


3) Pindahkan sampah ke TPS atau TPS 3R tergantung jenis sampah.

b. Gerobak atau sepeda motor yang menggunakan mobil bak terbuka atau truk bak

terbuka untuk pengambilan sampah sebagai berikut :

1) Kumpulkan sampah yang dapat terurai pada sumbernya, minimal dua hari

sekali, ke TPS atau TPS 3R.

2) Mengumpulkan bahan yang mengandung B3 atau limbah B3, limbah daur

ulang, sampah guna ulang, dan limbah lainnya sesuai jadwal yang telah

ditentukan, yang dapat dilakukan oleh penanggung jawab sekurang-

kurangnya tiga hari sekali.

Ada juga pola pengumpulan dalam pengumpulan sampah, yaitu:

a. Pola individual tidak langsung dari rumah ke rumah

b. Pola individual langsung dengan truk jalan dan fasilitas umum

c. Pola komunal langsung untuk pasar dan daerah komersial

d. Pola komunal tidak langsung untuk permukiman padat

e. Pola penyapuan jalan.

3. Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah adalah kegiatan pengangkutan sampah dari tempat

pengumpulan akhir sampah ke TPA atau TPST. Saat mengangkut sampah, jika sampah

sudah dipilah, sebaiknya jangan dicampur. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

kegiatan pengangkutan sampah, yaitu:

a. Pola angkutan

b. Jenis peralatan atau sarana pengangkutan

c. Rute pengangkutan

d. Aspek pembiayaan.
Terdapat tipe pemindahan (transfer), berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang “Tata

Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan”, tipe tersebut dapat dilihat

pada tabel 2.1 Tipe Pemindahan (transfer)

Tabel 2.1 Tipe Pemindahan (Transfer)

Transfer depo Transfer depo


No. Uraian Transfer depo Tipe I
Tipe II Tipe III

1.
Luas Lahan > 200 m2 60 m2-200 m2 10 m2-20 m2

- Tempat pertemuan - Tempat


peralatan, pengumpul - Tempat
pertemuan
dan pengangkutan pertemuan
peralatan,
sebelum pemindahan. gerobak dan
- Tempat penyimpanan pengumpul dan
kontainer (6-
atau kebersihan; pengangkutan
Fungsi 10 m3)
2. - Bengkel sederhana; sebelum
- Lokasi
- Kantor pemindahan
penempatan
wilayah/pengendali; - Tempat parkir
kontainer
- Tempat pemilahan gerobak
komunal (1-10
- Tempat pengomposan - Tempat
m3)
pemiliahan

- Daerah yang
sulit mendapat
Baik sekali untuk
3. lahan yang
Daerah Pemakai daerah yang mudah
kosong dan
mendapat lahan
daerah
protocol

Sumber : Data Sekunder

Pengangkutan sampah juga memiliki pola pengangkutan, pada sistem pemindahan

terdapat sistem pengangkutan tidak langsung dimana proses pengangkutan dilakukan

melalui sistem kontainer angkat (Hauled Container System = HCS) atau menggunakan

sistem kontainer tetap (Stationary Container System = SCS). Sedangkan sistem manual

menggunakan tenaga kerja dan kontainer seperti tempat sampah atau jenis wadah

lainnya.
a. Sistem Kontainer Angkat (HCS)

Metode pengangkutan yang diadopsi oleh sistem ini adalah dengan

mengosongkan kontainer, dan proses pengangkutannya adalah sebagai berikut :

1) Kontainer kosong diangkut dengan kendaraan ke lokasi dengan kontainer

yang diganti atau diambil isinya, kemudian diangkut ke lokasi TPA.

2) Kontainer kosong diangkut dengan kendaraan dari TPA ke kontainer penuh

berikutnya.

3) Dan seterusnya sampai rit terakhir.

b. Sistem Kontainer Tetap (SCS)

Dalam proses pengangkutan SCS secara mekanis, sistem SCS biasanya

menggunakan kontainer kecil dan alat angkut yaitu truk kompaktor, yang diangkut

secara mekanis atau manual, secara berikut :

1) Kendaraan menuju kontainer pertama, sampah dituang pada truk kompaktor

dan diletakkan kembali pada kontainer yang kosong.

2) Kendaraan bergerak ke kontainer berikutnya hingga truk tersebut penuh,

untuk kemudian diangkut ke lokasi TPA.

3) Dan seterusnya sampai rit terakhir.

Transportasi manual SCS yaitu sebagai berikut :

a) Kendaraan menuju TPS pertama, setelahnya dilakukan pengangkutan

sampah ke truk kompaktor atau truk biasa.

b) Kendaraan lalu menuju TPS berikutnya hingga truk tersebut penuh,

lalu dibawa ke TPA.

c) Dan seterusnya sampai rit terakhir.

Sarana pengangkut yang dapat digunakan untuk mengangkut sampah dapat berupa:

a. Dump Truck
Alat angkut ini masih perlu dilakukan secara manual saat bongkat muata, namun

sistem hidrolik sudah digunakan saat bongkar muat.

b. Arm Roll Truck

Alat angkut jenis ini masih perlu dilakukan secara manual saat bongkar muat,

namun sistem hidrolik sudah digunakan saat bongkar muat. Keuntungan dari arm

roll truck adalah adanya penutup saat mengangkut sampah, dan sampah tidak akan

berserakan.

c. Compactor Truck

Kendaraan angkut ini dilengkapi dengan sistem hidrolik untuk pemadatan dan

pembongkaran.

d. Trailer Truck

Keuntungan dari jenis transportasi ini adalah dapat mengangkut sampah dalam jumlah

besar, hingga 30 ton, dan sistem hidrolik juga dapat membongkar dan mengisi muatan dengan

kepadatan tinggi di stasiun transfer.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mawan Eko Defrianto (2022) bahwa,

banyaknya timbulan sampah Perumahan kawasan kota Kabupaten Jember adalah 72.817,79

kg per hari. Komposisi sampah terdiri dari botol 5,49% kertas kulit 4,58% botol plastik

berwarna 3,08% gelas Aqua 2,2% kardus 1,76% kaleng 1,7% kertas putih 1,16% koran

0,78% dan sampah organik 79,25%. Nilai ekonomi sampah dari Perumahan kawasan kota

Kabupaten Jember adalah 163.650.084 rupiah per hari. Sedangkan potensi ekonomi sampah

kawasan kota Kabupaten Jember pada tahun 2019 adalah Rp 59.732.280.660.

Marniza, E., & Febriza, S. (2020). Pembuatan Kompos Dari Sampah Organik Pasar dengan

Menggunakan EM-4. Journal of Pharmaceutical and Health Research, 1(1), 6–10.


Dalam proses pelapukan dan penghancuran bahan-bahan organik terkandung sedikit mikroba

yang akan aktif dalam tumpukan sampah (Marniza & Febriza, 2020).

Setelah proses tersebut terlalui, akan terkandung banyak air dalam sampah dan timbul

bau yang tidak sedap, sehingga pengelolaan sampah pasar perlu dilakukan secara tepat sesuai

dengan karakteristik sampah yang dihasilkan.

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak

ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan

sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan

transport, pengolahan, dan pembuangan akhir (Indonesia et al., 2012).

Saat ini masalah yang terdapat di Pasar Jargaria yaitu terkait dengan pengelolaan

sampah yang pertama yakni pewadahan, tidak adanya wadah untuk menaruh sampah untuk

para pedagang maupun pengunjung pasar dan sampah hanya dibuang dipinggiran jalan dan

pot bunga area parkiran motor yang seharusnya berfungsi untuk menanam bunga akan

tetapi digunakan sebagai tempat untuk menaruh sampah dan sebagian besar sampah

dibuang di laut.

Masalah yang kedua yaitu pengumpulan, sampah yang dikumpulkan tidak dipilah

jenisnya sehingga semua jenis sampah tercampur.

Masalah yang ketiga yaitu pengangkutan, sampah yang diangkut menggunakan truk

biasa sehingga memungkinkan sampah mudah terjatuh di jalan saat menuju ke TPA karena

petugas kebersihan menggunakan metode system kontainer tetap dengan alur (Kendaraan

menuju TPS pertama, setelahnya dilakukan pengangkutan sampah ke truk kompaktor atau

truk biasa. Kendaraan lalu menuju TPS berikutnya hingga truk tersebut penuh, lalu dibawa ke

TPA dan seterusnya sampai rit terakhir).


Menurut Notoatmodjo (2014), ada beberapa sumber-sumber sampah antara lain:

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga

yang sudah dipakai dan dibuang, seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah

dimasak atau yang belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastik, daun, dan

sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga,

daun-daun dari kebun atau taman.

b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat

hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa: kertas,

plastik, botol, daun, dan sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,

departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik,

karbon, klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah

terbakar (rubbish).

d. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari: kertas-

kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderil-onderil

kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari

pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi,
misalnya: sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan

tekstil, kaleng, dan sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian, misalnya: jerami, sisa

sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.

g. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis

usaha pertambangan, misalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa

pembakaran (arang), dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa: kotoran-

kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya.

Menurut Notoatmodjo (2014), jenis-jenis sampah terbagi atas beberapa, antara lain:

a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi:

1) Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,

misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.

2) Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,

misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.

b. Berdasarkan dapat dan tidak dibakar

1) Sampah yang mudah terbakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastik, kain

bekas, dan sebagainya.

2) Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas,

besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.

c. Berdasarkan karakteristik sampah


1) Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan,

yang umumnya mudah membusuk, dan berasal dari rumah tangga, restoran,

hotel, dan sebagainya.

2) Rubbish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik

yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastik, dan sebagainya,

maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan

kaca, gelas, dan sebagainya.

3) Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar,

termasuk abu rokok.

4) Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari

pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah,

daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu, dan sebagainya.

5) Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik-

pabrik.

6) Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena

alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.

7) Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), adalah bangkai mobil, sepeda,

sepeda motor, dan sebagainya.

8) Sampah pembangunan (contruction wastes), yaitu sampah dari proses

pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing,

potongan-potongan kayu, besi beton, bambu, dan sebagainya.

Sampah adalah suatu bahan atau benda padat, yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia,

atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang

(Notoatmodjo, 2020).
Menurut Sumantri (2021), ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi jumlah

sampah:

a. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepatan penduduk. Semakin

padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk

menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang

dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan,

industri, dan sebagainya.

b. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika

dibandingkan dengan truk.

c. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali

Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi

golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan, jika harganya

tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.

d. Faktor geografis

Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah, pantai, atau

di dataran rendah.

e. Faktor waktu

Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah

sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada siang hari

lebih banyak daripada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah di daerah perdesaan

tidak begitu bergantung pada faktor waktu.

f. Faktor sosial ekonomi dan budaya

Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.


g. Faktor musim

Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan pintu air, atau

penyaringan air limbah.

h. Kebiasaan masyarakat

Contoh, jika seseorang suka mengonsumsi satu jenis makanan atau tanaman

sampah makanan itu akan meningkat.

i. Kemajuan teknologi

Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh, plastik,

kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas, dan sebagainya.

j. Jenis sampah

Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula

macam dan jenis sampahnya.

a. Penurunan Kualitas Kesehatan

Lokasi atau tempat pengelolaan sampah yang kurang memadai (tidak terkontrol)

merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai

binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Menurut

Gelbert dkk (2021) Potensi penyakit yang dapat ditimbulkan antara lain:

1) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang

berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur

dengan air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat

juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya

kurang memadai.

2) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).


3) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu

contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita

(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang

ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

b. Penurunan Kualitas Lingkungan

Cairan rembesan sampah yang masuk ke saluran air, saluran irigasi atau sungai

dapat mencemari air yang ada. Berbagai organisme, termasuk ikan, terancam atau

bahkan musnah sehingga menyebabkan perubahan ekosistem perairan. Peenguraian

sampah yang dibuang ke air menghasilkan asam organik dan gas organik cair seperti

metana. Selain berbau busuk, gas tersebut mudah meledak dalam konsentrasi tinggi.

c. Dampak terhadap Aspek Sosial dan Ekonomi

Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat

kesehatan masyarakat, yang juga berarti semakin meningkatnya biaya

pemeliharaan kesehatan untuk pengobatan.

2) Menurunnya kenyamanan bertempat tinggal akibat penumpukan sampah

yang tidak terkelola dengan baik dan menciptakan pemandangan yang tidak

sedap dan tidak sehat.

3) Penurunan kualitas infrakstruktur seperti saluran drainase, irigasi dan jalan

akibat masuknya sampah ke dalam saluran.

4) Terganggunya aktivitas ekonomi akibat gangguan polusi bau dan visual

akibat pengelolaan sampah yang kurang baik.

pemilahan dalam bentuk pengelompokkan, pengumpulan dalam bentuk pengambilan,

pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber, pengolahan dalam bentuk
mengubah karakteristik komposisi dan jumlah, pemroresan akhir sampah dalam bentuk

pengembalian sampah secara aman

Pasar adalah satu dari beberapa sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial, serta

infrastruktur, di mana terdapat usaha menjual barang, jasa, bahkan tenaga kerja bagi

masyarakat dengan imbalan uang (M. Fuad, 2006). Sedangkan menurut Parera (2021),

pasar adalah pertemuan antara permintaan (demand) dan penawaran (supply) atau

mempertemukan penjual dan pembeli suatu barang.

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan nilai variabel mandiri, baik satu

variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan

dengan variabel lain (Sugiyono, 2013)

Anda mungkin juga menyukai