Anda di halaman 1dari 9

MASALAH PENGELOLAAN SAMPAH DI PERUMAHAN GPI

KOTA MANADO

DISUSUN

OLEH

Kelompok 1:

1. dr. Victor Tumbuan (232021110008)


2. Virginia Porong, SKM (232021110016)
3. dr. Kartika Masloman (232021110017)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

PASCASARJANA

MANADO

2023
A. Pengantar Pengelolaan Sampah Perumahan Perkotaan
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,
baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana,
dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni
(Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman). Perumahan juga dikenal dengan istilah housing. Housing
berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti kelompok rumah. Terkait
dengan pembangunan perumahan, sering kita dengar istilah perumahan
rakyat. Perumahan rakyat adalah sekelompok rumah atau tempat kediaman
yang layak huni dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan, utilitas umum,
maupun fasilitas sosial
Setiap masyarakat pasti menghasilkan sampah, dan sampah tersebut
sebagian besar merupakan hasil buangan dari aktifitas manusia yang ada di
dalamnya. Oleh sebab itu, perlu adanya pengelolaan sampah agar tidak
berdampak pada degradasi lingkungan atau penurunan kualitas lingkungan.
Salah satu faktor penentu baik buruknya pengelolaan sampah menurut Ismaria
(1992) adalah metode operasional yang dipengaruhi oleh karakteristik
komponen operasinya seperti kendaraan, tenaga operasional serta faktor
eksternal lainnya seperti kondisi fisik wilayah operasi. Secara kuantitatif,
efektifitas dan efisiensi operasi pengelolaan sampah dapat diukur berdasarkan
volume yang ditangani. Kinerja pengelolaan sampah merupakan perbandingan
antara hasil nyata dengan sasaran yang ingin dicapai dalam sistem
pengelolaan sampah yang meliputi aspek teknis, kelembagaan, pembiayaan,
hukum dan peran serta masyarakat. Penurunan kualitas lingkungan akibat
pencemaaran sampah menurut (Yunus,2008)
Perkembangan suatu kota selain berdampak positif terhadap kegiatan
perekonomian kota juga menimbulkan dampak negatif. Salah satu dampak
negatif dari pembangunan kota adalah semakin kompleksnya permasalahan
pengelolaan persampahan kota. Sejalan dengan meningkatnya kompleksitas
perkotaan, maka sampah muncul sebagai masalah yang memerlukan perhatian
dan penanganan khusus. Penanganan dan pengelolaan sampah masih lemah,
salah satunya dikarenakan kebijakan atau program pengelolaannya yang
kurang terintegrasi serta kurangnya dukungan dan peran serta masyarakat,
baik dunia usaha maupun masyarakat umum. Permasalahan lingkungan yang
umum terjadi di perkotaan adalah pengelolaan sampah perkotaan belum
optimal yang diberikan oleh pemerintah kota untuk memenuhi kebutuhan
warganya. Pengelolaan sampah dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah diartikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh,
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Salah satu pilar pelaksanaan tata kepemerintahan yang baik (good
governance) adalah komitmen pada lingkungan hidup, yang berarti diperlukan
penanganan pengelolaan sampah yang tetap berasaskan pada kelestarian
lingkungan hidup, serta dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap
lingkungan hidup diupayakan seminimal mungkin. Jalan keluar terhadap
pengelolaan sampah yang baik dilakukan secara garis besar melalui
pengelolaan sampah yang terorganisir dengan baik secara integratif mulai dari
hulu hingga hilir termasuk kepada dampak yang mungkin timbul di dalamnya.
Sampah yang merupakan bagian sisa aktifitas manusia perlu dikelola dengan
baik agar tidak menimbulkan berbagai permasalahan terhadap kehidupan
manusia maupun gangguan pada lingkungan seperti pencemaran lingkungan,
penyebaran penyakit, menurunnya estetika dan sebagai pembawa penyakit
(Nuryani, 2003 :56).

B. Masalah Pengelolaan Sampah di Perumahaan GPI (Griya Paniki Indah)


Salah satu tantangan yang dihadapi ialah pengelolaan sampah
diperumahan GPI (Griya Paniki Indah). Perumahan GPI adalah perumahan
terbesar di Kota Manado bahkan di Sulawesi Utara dengan luas perumahan
172,91 ha dan jumlah rumah yang terbangun lebih dari 7000 dengan jumlah
penduduk lebih dari 10.000 jiwa yang saat ini sedang berkembang yang tidak
luput dari masalah sampah. Masalah sampah menjadi salah satu momok yang
senantiasa menjadi sorotan yaitu pengangkutan sampah. Ditambah lagi
dengan masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang khususnya
angkutan sampah, yang menyebabkan masalah sampah di perumahan ini
semakin kompleks. Data di bidang kebersihan diketahui bahwa timbunan
sampah di Perumahan GPI baik sampah organik maupun sampah non organik
yang dihasilkan dari perumahan, yang dapat diangkut ke tempat pemrosesan
akhir sampah (TPA), dan selebihnya dibakar, namun lebih banyak tidak
tertangani dengan baik karena pengangkutan sampah yang tidak jelas kadang-
kadang 2 kali dalam seminggu, bahkan ada tempat-tempat yang lain didalam
perumahan GPI menurut masyarakat hanya sekali dalam seminggu. Sampah
yang tidak terangkut tersebut berakumulasi di lahan-lahan kosong, sehingga
berserakan dimana-mana, dan sering terlihat sampah yang tidak diangkut
dibawah oleh binatang-binatang seperti anjing dan kucing sehingga
mengganggu keindahan dan menjadi tempat tumbuhnya bibit dan media
penyakit.
Permasalahan dalam pengelolaan sampah yang sering terjadi antara
lain perilaku dan pola hidup masyarakat masih cenderung mengarah pada
peningkatan laju timbunan sampah yang sangat membebani pengelola
kebersihan, keterbatasan sumber daya, anggaran, kendaraan personil sehingga
pengelola kebersihan belum mampu melayani seluruh sampah yang
dihasilkan. Pada umumnya, laju produksi sampah lebih cepat dari upaya
penanggulangannya. Apabila pengelolaan sampah tidak berjalan sebagaimana
yang seharusnya, maka akan berimplikasi pada berbagai persoalan lain yang
diantaranya adalah penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran sampah
tersebut. Dampak penurunan kualitas lingkungan seperti yang dikemukakan
Yunus (2008) mulai dapat dirasakan oleh masyarakat, yaitu dengan terjadinya
gejala penurunan kualitas lingkungan abiotik yang diakibatkan oleh
peningkatan polusi udara, penurunan kualitas lingkungan oleh polusi tanah,
penurunan kualitas lingkungan oleh polusi air, dan penurunan kualitas
lingkungan abiotik yang diakibatkan oleh kerusakan lahan, bahkan jika hujan
sebagian tempat diperumahan GPI banjir. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa kinerja pengelolaan sampah di Perumahan GPI dinilai kurang baik.
Uraian singkat diatas memberikan sebuah pemahaman bahwa perlu adanya
pengelolaan sampah secara baik dan benar di Perumahan GPI untuk
mengantisipasi berbagai persoalan lain yang muncul akibat pencemaran
sampah.

C. Cara Mengatasi Masalah Penimbunan Sampah :


1. Olah Sampah Organik Menjadi Pupuk
Cara pengolahan sampah mandiri bisa dilakukan dengan menyisihkan
sampah organik untuk diolah menjadi pupuk. Jenis pupuk yang diolah
dari sampah organik adalah pupuk kompos yang bisa dipakai untuk
menyuburkan tanaman.
Perlu Anda ketahui, pupuk kompos dari sampah organik ini memiliki
aroma yang menyengat. Jika tidak tahan dengan aromanya sebaiknya
olah dan berikan kepada kerabat yang berjualan tanaman atau hobi
berkebun.
2. Terapkan Prinsip 3R
Prinsip 3R terdiri dari Reuse (penggunaan
kembali), Reduce (mengurangi), dan Recycle (mendaur ulang). 3R
merupakan perpanjangan tangan dari pemisahan sampah sesuai
jenisnya.
Sebagai contoh, prinsip 3R ini dapat dijalankan dengan cara
menggunakan plastik botol air mineral untuk digunakan kembali
sebagai vas bunga atau hiasan dinding. Intinya, prinsip 3R ini juga
mengurangi berakhirnya sampah plastik yang sulit terurai di tempat
pembuangan akhir.
3. Gagas Ide Bank Sampah
Ada banyak cara untuk mengolah sampah rumah tangga secara
pribadi, salah satunya dengan menggagas ide bank sampah.
Sebagaimana yang kita ketahui, bank sampah adalah tempat
pengumpulan sampah plastik yang hendak didaur ulang kembali.
Keuntungan dari bank sampah tidak hanya diperoleh oleh penggagas
bank sampahnya sendiri, tapi juga bagi nasabah yang menyetorkan
sampah plastiknya. Nasabah juga akan memperoleh uang ketika
menyetorkan sampah-sampahnya ke bank sampah ini.

D. Teknik Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
03/Prt/M/2013, kegiatan Pengumpulan sampah dilakukan oleh pengelola
kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industry.
Pengumpulan didasarkan atas jenis sampah yang dipilah dapat dilakukan
melalui :
a) Pengaturan jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah terpilah
dan sumber sampah
b) Penyediaan sarana pengumpul sampah terpilah
Pengumpulan sampah dari sumber sampah dilakukan sebagai berikut :
a) Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak atau motor
dengan bak terbuka atau mobil bak terbuka bersekat dikerjakan
sebagai berikut :
- Pengumpulan sampah dari sumbernya minimal 2 (dua) hari
sekali
- Masing-masing jenis sampah dimasukan kemasing-masing bak
di dalam alat pengumpul atau atur jadwal pengumpulan sesuai
dengan jenis sampah terpilah
- Sampah dipindahkan sesuai dengan jenisnya ke TPS dan TPS 3
R
b) Pengumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak
terbuka atau mobil bak terbuka tanpa sekat dikerjakan sebagai
berikut :
- Pengumpulan sampah yang mudah terurai dari sumbernya
minimal dua kali sehari lalu diangkut ke TPS atau TPS 3 R
- Pengumpulan sampah yang mengandung bahan B3 dan limbah
B3, sampah guna ulang, sampah daur ulang, dan sampai
lainnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan dapat
dilakukan lebih dari 3 hari sekali oleh petugas RT atau RW
atau oelh pihak swasta
Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara
pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat
pembuangan sementyara atau langsung ke tempat pembuangan sampah atau
pemerosesan akhir tanpa melalui proses pemindahan (Damanhuri: 2010)
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
kinerja pengelolaan sampah yang buruk, akan berdampak pada penurunan
kualitas lingkungannya, sehingga untuk mengukur pengaruh kinerja
pengelolaan sampah terhadap penurunan kualitas lingkungan, perlu dilakukan
pengkajian yang cermat dan komprehensif. Faktor kinerja pengelolaan
sampah dapat diukur dengan indikatior pelayanan pengangkutan sampah,
sedangkan penurunan kualitas lingkungan diamati dari peningkatan polusi
udara, polusi tanah, polusi air dan kerusakan estetika lahan.

Saran
Diharapkan kinerja pengelolaan sampah di Perumahan GPI menjadi lebih baik
dan dapat berdampak positif terhadap kualitas lingkungan yang ada di Kota
Manado dengan melakukan cara pengelolahan sampah yang benar sesuai
dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
03/Prt/M/2013. Serta penambahan sarana-prasarana dalam menunjang
pengangkutan sampah seperti motor sampah dan truck pengangkut sampah
agar pengangkutan sampah berjalan secara optimal sehingga dapat
memberikan pengaruh terhadap kualitas lingkungan di Perumahan Griya
Paniki Indah (GPI) Kota Manado.
DAFTA PUSTAKA

Difitri,M. (https://waste4change.com/blog/sampah-pengertian-jenis-hingga-
peraturannya-di-indonesia/) Dirilis 12 Mei 2023, at 03:58 am

Koruntu,Mandey (http//ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ssj/article/view/26893)

Gobai, Surya, Safri, Sulawsi Selatan. 2021


(https://repository.unibos.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789
/849/PENGELOLAAN%20SAMPAH%20PERKOTAAN
%20%20Kodi%20%28Buku%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y)

Anda mungkin juga menyukai