Anda di halaman 1dari 10

1.

Jelaskan bagaimana orang dapat mengerti bahwa menggunakan alcohol miras


berdampak buruk bagi kesehatan diSulawesi Utara berdasarkan health belief
model (HBM).
Health belief model adalah sebuah model terjadinya kecenderungan perilaku
individu yang dipengaruhi oleh adanya ancaman yang dihasilkan oleh persepsi
kerentanan, keparahan, manfaat dan hambatan melakukan tindakan pencegahan serta
pengingatan untuk bertindak dan sosiodemografi. Di Sulawesi Utara menggunakan
miras atau konsumsi alcohol merupakan salah satu hal yang sudah dianggap lumrah,
untuk melakukan promosi Kesehatan tentang dampak buruk alcohol bagi kesehatan
jika dikaitkan berdasarkan Health Belief Model maka seseorang akan melakukan
perilaku pencegahan terhadapa penggunaan alkoho/miras Ketika seseorang itu
menyadari bahwa dirinya rentan untuk menjadi seorang pengguna alcohol karena
budaya yang ada di Sulawesi Utara ( persepsi kerentanan), selain itu adanya
pemahaman tentang bahaya atau efek yang bisa dirasakan akibat penggunaan alcohol
sangat berbahaya pada Kesehatan seseorang ( persepsi keparahan) dan untuk
menghindarinya maka perlu adanya pengendalian diri untuk tidak menggunakan
alcohol/miras demi meningkatkan Kesehatan (persepsi manfaat) tapi tidak bisa
dipungkiri bahwa factor lingkungan, pergaulan dan budaya bisa menjadi
halangan/hambatan bagi seseorang untuk tetap menerapkan pola hidup sehat dengan
tidak menggunakan alcohol ( persepsi hambatan) .Peran keluarga, lingkungan social
dan pergaulan yang baik serta melakukan kegiatan atau aktivitas lain seperti
berolahraga ataupun aktif dalam kegiatan social dapat memiliki andil/peran yang
besar bagi seseorang untuk tidak masuk dalam kebiasaan menggunakan alcohol
(syarat untuk bertindak). Beberapa kegiatan positif yang dilakukan oleh seseorang
dapat memperkuat komitmen seseorang untuk memilih tidak menggunakan alcohol
karena efek/dampak buruk yang dihasilkan.
2. Perbedaan detail antara theory of reassoned action (TRA) dan theory of planned (TPB)
behaviour (berkaitan dengan menurunkan berat badan pada orang yang gemuk).

Konsep utama TRA adalah sikap dan normal social mempengaruhi niat dasar
perilaku, sedangkan TPB adalah sikap dan norma sosial dan ditambahkan dengan
persepsi terhadapa pengendalian perilaku. Kemudian ilmu pengetahuan,
keterampilan, hambatan lingkungan dan kebiasaan ditambahkan didalamnya
sehingga menjadi Integrated behavior Model. Berdasarkan konsep TRA sebagai
contoh seseorang yang ingin menurunkan berat badan karena menyadari dirinya
gemuk dan tidak sehat (sikap terhadap perilaku) sehingga perlu menurunkan berat
badan dengan perbaikan pola makan dan olahraga diyakini dapat membantu dirinya
mencapai tujuannya ( keyakinan terhadap perilaku) berdasarkan beberapa literatur
dan testimoni serta pengalaman dari rekan/teman sekerja yang berhasil menurunkan
berat badan dengan menerapkan pola hidup sehat ( evaluasi hasil perilaku ). Masalah
kegemukan juga identik dengan penampilan sehingga pada orang gemuk
menurunkan berat badan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan penampilan
(norma subjektif), keyakinan inilah yang menjadi factor pemicu untuk menunrunkan
berat badan bagi orang yang gemuk ( keyakinan normatif). Selanjutnya dilanjutkan
dengan TPB maka dengan adanya factor dorongan tersebut maka seseorang yang
gemuk yakin bisa untuk melakukan Upaya penurunan berat badan dengan perubahan
pola hidup (keyakinan untuk mengendalikan) serta komitmen dan kepatuhan dalam
penerapan pola hidup sehat (persepsi terhadapa kekuatan).
Berdasarkan penjelasan diatas maka terlihat perbedaan antara Teori TRA dan
TPM ialah:
Perilaku dihasilkan melalui Niat terhadap perilaku dimana terbagi menjadi sikap
terhadap perilaku ( keyakinan terhadap perilaku, evaluasi akhir perilaku), Norma
subjektif ( keyakinan normative dan motivasi untuk mematuhi) hal ini merupakan
teori TRA, dan Persepsi untuk pengendalian perilaku (keyakinan mengendalikan dan
perepsi terhadap kekuatan) merupana TPB.
3. Menurut TransTeoritikal Model (TTM) pada tahapan apa individu siap berubah
terkait pernurunan berat badan.
Seseorang siap berubah terkait penurunan berat badan menurut transteoritikal
model ialah pada tahapan Preparasi dimana tahap ini seseorang sudah menetapkan
rencana untuk melakukan perubahan dalam 30 hari kedepan.

4. Sebagai calon pakar dalam Kesehatan masyarakat berikan penjelasan mengapa


perspektif sosiologi dalam memahami Kesehatan.
Adanya perubahan atau dinamika pada setiap aspek kehidupan dalam Masyarakat
termasuk Kesehatan maka perspektif sosiologi diperlukan untuk mengkaji perubahan
itu, karena sesuai dengan definisi dari sosiologi ialah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang Masyarakat, interaksi antar individu di Masyarakat dan bahkan
interaksi antar kelompok Masyarakat. Perilaku antar individu dan kelompok
Masyarakat sangat ditentukan oleh proses interaksi individu tersebut didalam
Masyarakat dan persepsinya terhadap nilai dan norma yang berlaku. Proses interaaksi
antar individu itulah yang menjadi focus dari sosiologi
Pendekatan sosiologi juga diperlukan untuk pengembangan berbagai kebijakan dalam
bidang Kesehatan, sehingga perlu bagi seorang pakar Kesehatan perlu memahami
terkait persepktif sosiologi guna mengetahui proses interaksi antar individu sehingga
menetapkan berbagai kebijakan dalam beberapa bidang khususnya Kesehatan.

5. Berikan penjelasan singkat dan contoh Action Network Theory.


Action network theory sering dikenal sebagai the sociologi of translation adalah
Kerjasama lintas sektor yang merupakan pengemabangan jejaring dan penguatannya
yang mendukung berbagai solusi masalah Kesehatan, baik terkait sumber daya
maupun hal lain seperti teknis dan supporting system. ANT merupakan dasar dari
rancangan Kerjasama yang bersifat pertisipatif baik pengembanga kebijakan maupun
program.
4 Hal yang menjadi perhatian ANT ialah :
a. Intervensi lintas sektor yang dirancang untuk menurunkan ketidakmerataan
social dibanding Kesehatan dengan optimalisasi jejaring sosio Teknik.
b. Tindakan dalam implementasi jejaring sosio Teknik tersebut merupakan focus
dari kegiatan
c. Tata Kelola dari Kerjasama lintas sektor tersebut semestinya disertai
partisipasi aktif dari berbagai sektor yang terkait
d. Kerjasama multiisektor ini perlu didukung dengan regulasi dan tools yang
khusus.

Contoh :
Prioritas pemerintah dalam penanganan stunting tetap difokuskan pada pelayanan
kesehatan dan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Strategi nasional
yang dilakukan untuk percepatan pencegahan stunting tahun 2018 – 2024 meliputi
5 pilar, yaitu:

1. Komitmen dan Visi Kepemimpinan


2. Kampanye Nasional dan Komunikasi Perubahan Perilaku
3. Konvergensi Program Pusat, Daerah dan Desa
4. Ketahanan Pangan dan Gizi
5. Pemantauan dan Evaluasi

Strategi ini diselenggarakan di semua tingkatan pemerintah dengan melibatkan


berbagai institusi pemerintah yang terkait dan institusi non-pemerintah, seperti
swasta, masyarakat madani, dan komunitas yang menyasar kelompok prioritas
rumah tangga 1.000 HPK dan masyarakat umum di lokasi prioritas. Intervensi
penurunan stunting dilaksanakan terintegrasi baik intervensi spesifik maupun
intervensi sensitif sebagai implementasi standar pelayanan minimal di kabupatan /
kota. Pada Tahun 2019 telah ada Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan
Kementerian Pertanian bersama dengan Tujuh Kementerian dan Lembaga lain
untuk disaksikan langsung oleh Menteri Pertanian. Penandatanganan ini dilakukan
sebagai salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam penurunan prevalensi
stunting atau angka kekurangan gizi di Indonesia.Selain Kementerian Kesehatan,
Kementerian dan Lembaga lain yang ikut terlibat dalam penandatanganan
Perjanjian Kerjasama tersebut adalah Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi dan Perumahan Rakyat Serta Lembaga Ketahanan
Nasional.

6. Dillihat dalam konsep determinan sosial Kesehatan jelaskan kebijakan hilir


(bawah) dan kebijakan hulu (atas) berkaitan dengan malnutrisi.
Downstream and upstream policies merupakan acuan pada pembagian arah kebijakan
dalam konsep determinan social Kesehatan yang makin ke hulu daripada sebelumnya
yang dibawa arus ke hilir. Berkaitan dengan hal ini, istilah hilir(downstream) dan
hulu(upstream) mencerminkan seperti aliran Sungai yang menganggap bahwa penting
penyelesaian dihulu terlebih dahulu, atau setidaknya setiap penyelesaian dihilir harus
memiliki penyelesaian dihulu.
Jika dikaitkan dengan Isu malnutrisi maka salah satu contoh kebijakan atas (hulu)
maka pemerintah memberikan tunjangan makanan untuk orang miskin dan makanan
bersubsidi, selain itu masalah malnutrisi masuk menjadi salah satu concern bagi
pemerintah terlebih dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Kesehatan mengenai
penanggulanan masalah gizi. Berdasarkan hal inilah maka dalam penanganan kasus
malnutrisi adanya dukungan dari pemangku kebijakan menjadi pendorong sekaligus
menjadi arah tujuan dalam penentuan kebijakan. Tak hanya ini itu adanya kebijakan
ditingkat bawah yaitu pemberian makanan tambahan, pemberian ASI eksklusif dan
juga pendataan dan pelaporan kasus malnutrisi juga tak kalah pentingnya sehingga
berdasarkan temuan dilapangan bisa menjadi patokan dalam penentuan kebijakan
yang tentunya kebijakan bawah dan juga ditopang oleh kebijakan atas.

7. Menurut pendapat anda sebagai calon pakar Kesehatan masyrakat manakah


lebih penting, medical determinant atau sosial determinan, tinjauan mana
berkaitan dengan industry rokok.
Menurut pendapat saya kedua pendekatan sama pentingnya, karena dalam konsep
determinan social Kesehatan selain kita focus pada tingkat Kesehatan individu tapi
perlu dibarengi juga dengan adanya dukungan stake holder terkait guna tercapainya
tujuan Bersama. Namun jika dilihat dari kondisi saat ini maka pendekatan yang
tentunya perlu menjadi focus perhatian kita ialah pada konsep determinan social
karena walaupun usaha peningkatan Kesehatan individu kita telah galakkan namun
tanpa dibarengi dengan adanya dukungan kebijakan social maka semua itu akan tidak
sejalan dan berakhir dengan gagalnya program Kesehatan itu sendiri.
Berkaitan dengan industry rokok di Indonesia , maka konsep social determinan lebih
penting karena mengacu pada kondisi-kondisi dimana factor non medislah yang justru
mempengaruhi, salah satu contoh adalah industry rokok. Dari sisi determinan social,
merokok dan Industri rokok berkembang karena adanya factor non medis seperti
ekonomi, pengetahuan, tingkat pendapatan dan Pendidikan. Oleh karena itu calon
pakar Kesehatan Masyarakat sekarang harus melakukan pendekatan terhadap sektor
lain yang terkait dalam Upaya menghentikan kebiasaan merokok bahkan pelaranggan
industry rokok

8. Sebutkan dan jelaskan secara singkat syarat” yang harus dipenuhi agar
terjadi/tercipta komunikasi Kesehatan yang efektif
Syarat agar tercipta komunikasi Kesehatan yang efektif ialah:
a. Akurasi
Pesan yang disampaikan berbasis bukti tanpa kesalahan fakta,interpretasi
ataupun penilaian.
b. Ketersediaan
Pesan atau informasi dapat diakses oleh semua orang yang menjadi sasaran
kita.
c. Imbang
Isi informasi seimbang antara manfaat dan resikonya
d. Konsistensi
Informasi konsisten dari waktu ke waktu, serta konsisten sesuai dengan literatur atau
sumber lain.
e. Kompetensi Budaya
Proses merancang, implementasi dan evaluasi memperhitungakan masalah khusus
dalam setiap populasi dan tingkat Pendidikan dan kecatatan.
f. Berbasis bukti
Informasi yang disampaikan bisa dipertanggungjawabkan karena berbasis bukti ilmiah
yang relevan
g. Jangkauan
Informasi bisa menjangkau banyak orang dalam populasi target
h. Keandalan
Sumber dari informasi dapat dipercaya dan selalu diperbaharui
i. Pengulangan
Informasi diakses atau diberitahukan dari waktu ke waktu untuk meperkuat dampak
tujuan pada sasaran
j. Ketepatan waktu
Isi informasi selalu tersedia saat sasaran populasi target ingin membutuhkan infromasi
lebih spesifik
k. Dapat dimengerti
Informasi yang disampaikan dapat dimengerti sesuai dengan format, tingkat dan
Bahasa setiap target.

9. Buat gambaran mengenai tahapan behaviour change communication untuk


(dipilih)
Tahapan Behavior Change Communication untuk Vaksinasi
1. Menetapkan Tujuan program vaksinasi
Tahap ini ditentukan siapa yang akan menjadi target komunikasi/ sasaran
untukprogram vaksinasi
2. Melibatkan pemangku kepentingan
Dalam tahapan ini akan dilakukan pendekatan dan penyamaan persepsi dengan pihak
pemerintah daerah hingga pusat, tokoh agama, dan sasaran guna mendalang dukungan
untuk program yang akan disampaikan
3. Identifikasi populasi sasaran vaksinasi
Identifikasi siapa yang akan kita lakukan pengembangan komunikasi, contohnya
penduduk dengan resiko tinggi ( usia tua dan dengan komorbid), petugas Kesehatan dan
petugas pelayan public,
4. Penilaian formatif BCC
Dalam tahapan ini diperlukan kajian terkait siapa orang yang memegang kendali penuh
pada suatu komunitas, kebiasaan dan kepribadian suatu kelompok Masyarakat, hal-hal
social budaya dan kepercayaan dalam Masyarakat seputar vaksinasi, tingkat
pemahaman Masyarakat tentang vaksinasi, kebiasaan Masyarakat, dan isu-isu yang
beredar seputar vaksinasi.
5. Segmentasi sasaran populasi vaksinasi
Setelah adanya kajian formatif maka ditentukan segmentasi sasaran vaksinasi, misalnya
lansia dengan penyakit komorbid, pepulasi dengan penyakit komorbid ataupun
kaakteristik demografisnya.
6. Mendefinisikan tujuan perubahan perilaku
Tentukan tujuan komunikasi kita terkait vaksinasi, contohnya :
a. Masyarakat mengetahui tunjuan dan manfaat vaksinasi
b. Masyarakat mengetahui dampak dari tidak divaksinasi
c. Masyarakat sadar akan pentingnya vaksinasi
d. Peningkatan capaian vaksinasi

7. Merancang strategi BCC dan rencana pemantauan


Dalam setiap komunikasi , teknis partisipatif adalah yang paling baik dilakukan.
Strateginya perlu mencakup tujuan tersampaikan dengan jelas, identifikasi factor yang
menghambat dan factor pendukung dan identifikasi siapa yang akan bekerjasama
ddengan kita guna peningkatan capaian vaksinasi
8. Mengembangkan tema dan pesan
Tahapan yang tak kalah penting, bagaimana kita menentukan tema dan pesan yang
terkandung didalamnya sehingga menarik minat bagi populais target untuk
mendengarkan dan menerima informasi yang kita berikan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan ialah temanya harus positif, menghindari ucapan menyalahkan atau
mengintimidasi, menarik perhatian dan memiliki pesan yang effektif.
9. Uji coba
Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah komunikasi kita tepat sasaran, hal-hal
yang perlu dievaluasi ialah pemahaman Masyarakat mengenai vaksinasi, manfaat dan
resiko, penerimaan oleh masyarkat dilihat dari angka pemahaman dan tingkat identifikasi
sasaran vaksinasi apakah sudah sesuai target.
10. Implementasi
Tahap pelaksanaan ini menggunakan semua strategi yang telah disusun, dan meninjau
apakah sudah berjalan atau tersampaikan sesuai rencana strategi
11. Evaluasi
Pengukuran angka vaksinasi dipopulasi sasaran dibandingkan dengan sebelum dilakukan
BCC.
12. Analisis umpan balik dan modifikasi program
Lihat respon pada populasi target dan penyusunan penyesuai program saat ada kendala
dalam kegiatan vaksinasi sebelumnya.
10. Jelaskan analisis umpan balik dan modifikasi program berdasarkan pendekatan
BCC
Analisis umpan balik dan modifikasi program adalah tahapan dilakukan tinjauan
mengenai kebutuhan populasi yang dilakukan secara berkala. Hal ini sebaiknya
mengarah langsung pada modifikasi keseluruhan program, strategi, pesan dan
pendekatan BCC. Penyesuaian dan perencanaan kerja jangka pendek digunakan untuk
melihat tentang kemajuan program, penyesuaian dan desain Kembali dengan skala
besar yang melibatkan pemangku kepentingan, audiens sasaran, dan mitra Kerjasama.

11. Jelaskan dimensi dan konsep sosial, budaya dan gender dalam permasalahan
Kesehatan di Sulawesi utara.
Konsep sehat-sakit dalam perspektif social budaya dan gender
Keadaan Kesehatan individua tau masyarkat tidak dapat dicapai secara optimal
karena adanya aspek social, budaya dan gender yang membatasinya. Dalam dimensi
social dan budaya, individu cenderung tidak dapat memilih pelayanan Kesehatan
terstandart, sebagai contoh seseorang meminum jamu-jamuan saat dia sakit karena
diusulkan ataupun bahkan telah diberikan oleh teman / saudara yang sungkan untuk
ditolaknya. Sedangkan jika dilihat dari dimensi social biasanya pergi ke dokter hanya
untuk Masyarakat menengah ke atas, sedangkan pada budaya tertentu pergi ke tukang
urut atau ahli obat ramuan merupakan pilihan awal bagi Masyarakat yang sakit,
bahkan ada beberapa kelompok orang yang menganggap bahwa sakit yang
dideritanya ialah akibat diguna-guna oleh orang lain sehingga mencari dukun atau
seseorang yang dianggap mampu menyembuhkan. Contoh lain ialah penyakit jantung
dianggap hanya diderita oleh orang dengan kondisi social ekonomi atas, padahal
penyakit jantung bisa diderita siapa saja yang memiliki pola hidup tidak sehat. Begitu
pula jika dilihat pada perspektif gender terhadap penyakit jantung, dimana ditemukan
gender laki-laki memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi dibandingkan
dengan Perempuan. Perempuan lebih rentan untuk menerima diskriminasi dalam
bidang pelayanan Kesehatan ataupun konsep sehat dan sakit. Salah satu contoh kasus
yang lain ialah mengenai keterbatasan alat kontrasepsi pada suatu kabupaten karena
kebijakan daearah itu sendiri untuk meningkatkan jumlah penduduk, sehinggan WUS
mencari akses untuk alat kontrasepsi ke daerah lain ataupun ke pelayanan Kesehatan
swasta yang berbayar. Contoh lainnya ialah disuatu daerah dimana mengharuskan
untuk memiliki anak dengan jenis kelamin laki-laki dalam suatu keluarga, sehingga
walaupun jumlah anak sudah lebih dari 3 namun belum memiliki anak dengan jenis
kelamin laki-laki maka ibu tidak boleh menggunakan kontrasepsi sampai memiliki
anak laki-laki, sehingga berbagai resiko dalam kehamilan sering terjadi.
12. Jelaskan dan berikan contoh pengaruh sosial budaya serta gender yang positif
untuk Kesehatan masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara.
Konsep sosial, budaya dan gender juga mempengaruhi keadaan kesehatan
individu maupun masyarakat di Sulawesi Utara. Dalam dimensi sosial dan budaya,
individu di Sulawesi Utara lebih cenderung mengakses pelayanan Kesehatan di
fasilitas pelayanan Kesehatan yang ada dan sudah semakin menyadari tentang
pentingnya akses pada pelayanan Kesehatan walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa
pengobatan alternatif juga masih menjadi pilihan pendamping pengobatan medis, hal
ini terlihat dari penurunan angka kesakitan penduduk sesuai data BPS tahun 2019-
2021, pada tahun 2019 angka kesakitan 15,32%, kemudian terjadi peningkatan pada
saat covid di 24,98% dan Kembali menurun di 2021 yaitu 9,90%. Selain itu juga
terkait social budaya memberikan dampak positif terlihat dalam data BPS mengenai
presentasi penggunaan jamban sendiri di setiap rumah tangga di Sulawesi Utara,
dimana penduduk di Sulawesi Utara 83,04% menggunakan jamban sendiri. Selain itu
perubahan aktivitas fisik juga dengan adanya sarana olahraga, jogging track, publikasi
kegiatan fun run dan beberapa kegiatan olahraga semakin meningkatkan minat
masyarakat manado. Jika dilihat dari segi gender perempuan dan laki-laki mendapat
akses pelayanan Kesehatan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai